• Tidak ada hasil yang ditemukan

Varietas Benih Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpannya melalui Metode Pengusangan Cepat Benih secara Kimia menggunakan

DAFTAR PUSTAKA

Penapisan 23 Varietas Benih Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpannya melalui Metode Pengusangan Cepat Benih secara Kimia menggunakan

MPC IPB 77-1 MM

Benih dikatakan memiliki vigor daya simpan (VDS) tinggi jika benih mampu disimpan dalam kondisi sub optimum (Sadjad et al. 1999). Semakin tinggi nilai vigor awal benih, diduga vigor daya simpan benih akan semakin tinggi. Secara umum tingkat vigor benih pada 23 varietas kedelai yang digunakan memiliki viabilitas awal yang tinggi (>95%) dan tidak terdapat perbedaan viabilitas awal antar varietas (Tabel 4). Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut, sebenarnya tidak perlu menggunakan metode pengusangan cepat benih secara kimia untuk mendeteksi perbedaan vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai, hal ini dikarenakan salah satu standar kelulusan varietas kedelai ialah benih kedelai dengan daya berkecambah minimal 80% (Badan Standardisasi Nasional 2003), sehingga biji tidak dapat dikatakan benih jika memiliki daya berkecambah

37

kurang dari 80%. Metode pengusangan cepat benih secara kimia sangat perlu dilakukan untuk melihat perbedaan vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai secara lebih cepat dan mudah.

Tabel 4 Vigor awal (%) benih 23 varietas kedelai

Varietas VA Varietas VA Varietas VA

Seulawah 99 Sinabung 97 Dieng 97

Kaba 99 Wilis 96 Rajabasa 97

Argopuro 98 Anjasmoro 99 Malabar 97

Tidar 97 Dempo 98 Grobogan 97

Ijen 96 Sindoro 99 Lawit 97

Burangrang 99 Ratai 98 Tanggamus 97

Kawi 98 Panderman 99 Krakatau 98

Pangrango 97 Lokon 96

Berdasarkan percobaan pertama yang telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan percobaan mengenai penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpannya dengan menggunakan metode pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM hasil dari percobaan pertama. Metode pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM dilakukan selama 1x10, 2x10 hingga 5x10 menit. Data viabilitas dan vigor benih 23 varietas kedelai yang telah diusangkan secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM, selanjutnya dianalisis regresi linier.

Berdasarkan garis regresi linier yang menggambarkan hubungan antara waktu pengusangan (sumbu x) dengan variabel viabilitas dan vigor benih (sumbu y), maka didapatkan sudut kemiringan (α) garis regresi yang menunjukkan besarnya laju penurunan vigor benih kedelai setelah mengalami pengusangan cepat benih secara kimia. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih besar menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih cepat akibat pengusangan cepat benih secara kimia. Sebaliknya sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan viabilitas dan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia.

Sudut kemiringan garis regresi hasil pengusangan cepat benih secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai karena berdasarkan hasil uji viabilitas

dan vigor awal 23 varietas lot benih kedelai tidak berbeda nyata. Garis regresi linier yang menggambarkan laju penurunan vigor hasil pengusangan cepat benih secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM dinilai lebih peka dalam mendeteksi pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia untuk mengetahui vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai daripada hanya menganalisis vigor awal lot benihnya saja.

Nilai vigor daya simpan benih merupakan fungsi nilai dari vigor awal (VA) benih dibagi dengan sudut kemiringan (α) garis regresi. Nilai vigor daya simpan tersebut diindikasikan dapat menggambarkan vigor daya simpan benih kedelai yang sebenarnya. Nilai vigor daya simpan benih berbanding lurus dengan vigor awal benih dan berbanding terbalik dengan sudut kemiringan garis regresi. Semakin besar nilai vigor awal benih dan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi maka nilai vigor daya simpan akan semakin tinggi. Nilai vigor daya simpan yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai secara akurat.

Tabel 5 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya berkecambah (DB) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia

Varietas α VDS Varietas α VDS Krakatau 25.730 3.809 Sindoro 32.130 3.081 Kaba 26.860 3.686 Burangrang 32.250 3.070 Anjasmoro 27.230 3.636 Grobogan 31.740 3.056 Pangrango 27.490 3.529 Lokon 31.621 3.036 Seulawah 28.500 3.474 Tidar 32.050 3.027 Lawit 28.120 3.450 Tanggamus 32.150 3.017 Dempo 29.420 3.331 Rajabasa 32.720 2.965 Wilis 29.330 3.273 Ijen 32.470 2.957 Malabar 30.200 3.212 Ratai 33.150 2.956 Sinabung 30.235 3.209 Kawi 34.000 2.882 Dieng 30.900 3.139 Argopuro 34.500 2.841 Panderman 31.800 3.113 Rata-rata α : 30.635 Rata-rata VDS : 3.206

Tabel 5 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang

39

berbeda-beda pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 25.730 hingga 34.500, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 30.635. Benih kedelai varietas Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango, Lawit, Seulawah, Wilis, Dempo, Malabar dan Sinabung memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah menggambarkan laju penurunan daya berkecambah benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan viabilitas dan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia.

Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.841 hingga 3.809, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.206. Benih kedelai varietas Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango, Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis, Malabar dan Sinabung memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah. W a k t u p e n g u s a n g a n c e p a t b e n ih k e d e la i s e c a ra k im ia D aya b e rk e c amb a h ( % ) 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 0 1 0 0 8 0 6 0 4 0 2 0 0 V a r ia b le K r a k a t a u A r g o p u r o

Gambar 10 Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Krakatau dan Argopuro) hasil pengusangan cepat benih secara kimia pada variabel daya berkecambah

Varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan daya berkecambah benih

tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya simpan benih.

Laju penurunan vigor daya simpan benih selama proses pengusangan cepat benih secara kimia pada variabel daya berkecambah diilustrasikan pada Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Krakatau memiliki penurunan yang lebih landai dibandingkan benih kedelai varietas Argopuro, hal tersebut ditunjukkan dengan benih kedelai varietas Krakatau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil dibandingkan dengan benih kedelai varietas Argopuro (Tabel 5), artinya benih kedelai varietas Kaba memiliki vigor daya simpan yang lebih tinggi karena kemampuannya mempertahankan vigor agar tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih. Benih kedelai varietas Krakatau juga memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih kedelai varietas Argopuro pada variabel daya berkecambah benih.

Tabel 6 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel indeks vigor (IV) setelah pengusangan cepat benih secara kimia

Varietas α VDS Varietas α VDS Sindoro 28.740 3.960 Kawi 30.950 3.111 Burangrang 28.420 3.475 Argopuro 30.610 3.066 Krakatau 30.000 3.445 Lawit 29.120 3.058 Pangrango 29.770 3.425 Dieng 28.640 3.050 Seulawah 27.130 3.390 Lokon 31.470 3.000 Rajabasa 28.800 3.253 Ratai 29.810 2.988 Tidar 29.740 3.233 Wilis 30.500 2.986 Tanggamus 29.520 3.233 Grobogan 29.530 2.935 Kaba 28.800 3.221 Ijen 28.520 2.909 Anjasmoro 29.100 3.173 Sinabung 27.200 2.900 Malabar 29.240 3.165 Dempo 29.140 2.898 Panderman 30.220 3.121 Rata-rata α : 29.347 Rata-rata VDS : 3.174

Tabel 6 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang berbeda-beda pada variabel indeks vigor benih. Sudut kemiringan garis regresi

41

yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 27.130 hingga 31.470, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 29.347. Benih kedelai varietas Seulawah, Sinabung, Burangrang, Ijen, Dieng, Sindoro, Kaba, Rajabasa, Anjasmoro, Lawit, Dempo dan Malabar memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel indeks vigor. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel indeks vigor menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia.

Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.898 hingga 3.960, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.174. Benih kedelai varietas Sindoro, Burangrang, Krakatau, Pangrango, Seulawah, Rajabasa, Tidar, Tanggamus dan Kaba memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah.

Tabel 7 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel kecepatan tumbuh (KCT) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia

Varietas α VDS Varietas α VDS Pangrango 24.000 4.042 Kawi 29.990 3.268 Dieng 27.240 3.561 Ratai 30.000 3.267 Kaba 28.000 3.536 Sinabung 29.840 3.251 Panderman 29.040 3.409 Dempo 30.841 3.178 Sindoro 29.070 3.406 Lawit 30.530 3.177 Burangrang 29.092 3.403 Grobogan 30.580 3.172 Anjasmoro 29.400 3.367 Rajabasa 30.830 3.146 Krakatau 29.210 3.355 Argopuro 31.320 3.129 Tidar 29.000 3.345 Wilis 31.000 3.097 Lokon 28.950 3.316 Malabar 32.000 3.031 Ijen 29.000 3.310 Tanggamus 33.160 2.925 Seulawah 30.060 3.293 Rata-rata α : 29.659 Rata-rata VDS : 3.304

Tabel 7 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang

berbeda-beda pada variabel kecepatan tumbuh benih. Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 24 hingga 33.160, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 29.659. Benih kedelai varietas Pangrango, Dieng, Kaba, Lokon, Tidar, Ijen, Panderman, Sindoro, Burangrang, Krakatau dan Anjasmoro memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia.

Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.925 hingga 4.042 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.304. Benih kedelai varietas Pangrango, Dieng, Kaba, Panderman, Sindoro, Burangrang, Anjasmoro, Krakatau, Tidar, Lokon dan Ijen memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel kecepatan tumbuh.

Tabel 8 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya hantar listrik (DHL) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia

Varietas α VDS Varietas α VDS Kaba 29.050 3.408 Grobogan 32.450 2.989 Lawit 28.840 3.363 Argopuro 32.870 2.981 Krakatau 29.260 3.349 Rajabasa 33.070 2.933 Burangrang 29.580 3.347 Tidar 33.260 2.916 Pangrango 29.000 3.345 Wilis 32.950 2.914 Dieng 30.080 3.225 Panderman 34.000 2.912 Kawi 31.710 3.091 Tanggamus 33.420 2.902 Ratai 32.060 3.057 Lokon 34.180 2.809 Malabar 32.090 3.023 Ijen 34.330 2.796 Anjasmoro 33.000 3.000 Dempo 35.060 2.795 Sinabung 32.350 2.998 Seulawah 37.940 2.609 Sindoro 33.094 2.992 Rata-rata α : 32.332 Rata-rata VDS : 3.033

Tabel 8 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang

43

berbeda-beda pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 28.840 hingga 37.940, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 32.332. Benih kedelai varietas Lawit, Pangrango, Kaba, Krakatau, Burangrang, Dieng, Kawi, Ratai dan Malabar memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik menggambarkan laju peningkatan kebocoran membran sel pada benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia.

Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.609 hingga 3.408 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.033. Benih kedelai varietas Kaba, Lawit, Krakatau, Burangrang, Pangrango, Dieng, Kawi dan Ratai memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya hantar listrik.

Secara umum, varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada seluruh variabel vigor benih diamati, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi linier menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan vigor tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya simpan benih.

Perbedaan nilai vigor daya simpan benih kedelai pada masing-masing varietas diduga sangat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun genetik dari masing- masing varietas kedelai tersebut, seperti yang telah diungkapkan oleh Justice dan Bass (2002) bahwa variasi antar spesies mempengaruhi umur simpan dan vigor daya simpan benih kedelai.

Pengaruh Periode Simpan Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama periode simpan benih terhadap penurunan viabilitas dan vigor benih kedelai. Tabel 9 menunjukkan bahwa penyimpanan benih kedelai selama 10 minggu dalam kondisi suhu 28-32oC dan RH 83-85%, memberikan pengaruh yang nyata

terhadap variabel daya berkecambah (DB). Daya berkecambah pada seluruh varietas benih kedelai mengalami penurunan seiring dengan pertambahan periode simpan, hal tersebut terjadi karena faktor suhu penyimpanan. Purwanti (2004) mengemukakan bahwa suhu ruang simpan benih diatas 20 oC umumnya kurang baik untuk benih kedelai.

Tabel 9 Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya berkecambah (%)

Varietas Periode simpan (minggu)

0 2 4 6 8 10 Anjasmoro 99 84.23 b 72.32 b 65.32 a 53.24 d 47.65 d Malabar 97 81.54 e 7036 d 65.44 a 50.02 g 45.66 e Dempo 98 82.72 d 70.41 d 64.21 b 51.00 f 35.13 l Wilis 96 79.08 g 68.23 f 60.11 f 52.31 e 32.24 m Lawit 97 81.32 e 69.06 e 61.07 e 49.11 h 43.71 g Tanggamus 97 80.45 f 71.08 c 60.52 f 47.85 i 31.08 n Argopuro 98 81.16 e 71.12 c 60.43 f 44.09 k 23.42 q Ijen 96 78.83 h 67.11 g 57.54 i 50.43 g 36.47 k Lokon 96 79.34 g 70.42 d 59.86 g 49.36 h 35.32 l Panderman 99 85.91 a 74.53 a 62.04 d 46.21 j 30.00 o Ratai 98 80.29 f 70.32 d 60.32 f 51.26 f 44.10 f Rajabasa 97 80.27 f 68.06 f 60.86 f 42.53 l 27.42 p Tidar 97 82.32 d 71.32 c 63.91 c 54.64 c 50.05 c Grobogan 97 78.56 h 65.55 h 55.33 j 46.37 j 32.00 m Dieng 97 79.15 g 68.05 f 58.46 h 49.75 h 37.63 j Kaba 99 80.27 f 70.00 d 59.32 g 55.95 b 53.31 b Kawi 98 83.13 c 69.21 e 60.54 f 50.08 g 40.21 i Krakatau 98 84.47 b 71.24 c 60.75 f 53.12 d 42.46 h Pangrango 97 81.24 e 71.22 c 58.92 h 52.37 e 40.50 i Sindoro 99 79.07 g 67.11 g 57.63 i 49.25 h 36.11 k Burangrang 99 77.13 i 70.01 d 62.21 d 41.55 m 20.00 r Seulawah 99 78.42 h 70.34 d 63.32 c 60.00 a 57.05 a Sinabung 97 80.71 f 72.06 b 61.00 e 50.25 g 37.00 j

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Penyimpanan 23 varietas benih kedelai selama 10 minggu dapat menyebabkan terjadinya penurunan daya berkecambah benih seiring dengan semakin bertambahnya lama waktu penyimpanan. Tabel 9 menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Seulawah, Kaba dan Tidar lebih dapat mempertahankan

45

viabilitas yang ditunjukkan dengan variabel daya berkecambah hingga akhir periode simpan selama 10 minggu dengan daya berkecambah masih lebih dari 50% hingga akhir periode simpan dibandingkan dengan kedelai varietas lainnya, sedangkan daya berkecambah benih kedelai varietas Argopuro, Rajabasa dan Burangrang lebih rendah dibandingkan kedelai varietas lainnya pada akhir periode simpan yaitu di bawah 30%. Setiap varietas benih kedelai memiliki laju penurunan daya berkecambah yang berbeda beda antar varietas, perbedaan penurunan tersebut diduga sangat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun genetik dari masing-masing varietas.

Tabel 10 Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya hantar listrik (µS cm-1 g-1)

Varietas Periode simpan (minggu)

0 2 4 6 8 10 Anjasmoro 9.88 f 11.18 f 13.78 h 19.04 n 20.25 m 23.96 n Malabar 10.01 c 11.31 e 13.91 g 23.40 g 24.60 g 19.87 s Dempo 9.94 d 10.85 i 13.45 kl 22.18 i 23.68 i 25.44 j Wilis 10.05 b 10.96 gh 13.59 ij 20.10 l 21.20 k 27.39 ab Lawit 10.00 c 10.92 hi 13.52 j 13.70 u 14.83 t 25.62 i Tanggamus 10.00 c 10.91 hi 13.51 jk 26.02 a 26.90 a 26.66 d Argopuro 9.93 d 11.23 ef 13.83 h 24.63 d 25.83 d 26.07 f Ijen 10.02 c 11.42 d 14.02 f 22.89 j 23.64 i 27.34 b Lokon 10.03 bc 11.50 c 14.10 e 24.36 e 25.56 e 26.02 f Panderman 9.83 g 12.23 a 14.83 a 23.38 h 24.34 h 27.24 c Ratai 9.89 ef 12.29 a 14.69 b 15.08 r 16.51 p 25.00 l Rajabasa 10.14 a 11.44 cd 14.04 f 25.36 b 26.04 b 22.58 q Tidar 9.93 d 11.23 ef 13.83 h 16.04 o 17.05 n 20.08 r Grobogan 9.92 de 10.56 k 13.16 n 23.50 f 24.74 f 27.43 a Dieng 10.01 c 11.31 e 13.91 g 20.40 k 21.61 j 24.80 m Kaba 9.72 h 12.03 b 14.63 c 14.06 s 15.27 r 23.30 o Kawi 9.84 g 10.69 j 13.29 m 15.73 p 16.73 o 24.00 n Krakatau 9.91 def 10.76 j 12.66 p 15.64 q 14.82 t 25.90 g Pangrango 10.02 bc 10.84 i 13.22 n 13.75 t 15.07 s 25.14 k Sindoro 9.64 i 10.42 k 13.09 o 13.00 t 15.10 s 25.68 h Burangrang 9.72 h 11.02 g 13.62 i 24.67 c 25.97 c 26.54 e Seulawah 9.71 h 11.01 g 13.44 l 13.62 u 16.34 q 25.40 j Sinabung 10.00 c 11.30 e 14.27 d 19.12 m 21.03 l 23.06 p

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Kebocoran membran sel akibat deteriorasi telah menyebabkan penurunan vigor menjadi lebih cepat. Tabel 10 menunjukkan adanya pertambahan nilai daya hantar listrik pada seluruh varietas benih kedelai seiring dengan bertambahnya lama periode simpan. Semakin lama benih disimpan maka nilai daya hantar listrik semakin tinggi, namun variabel lain yatu viabilitas benih yang ditunjukkan dengan variabel daya berkecambah mengalami penurunan selama periode simpan.

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat keragaman dan fluktuasi nilai daya hantar listrik antar varietas benih kedelai seiring dengan semakin bertambahnya periode simpan benih. Keragaman nilai daya hantar listrik yang terjadi antar varietas diduga disebabkan oleh perbedaan ketebalan kulit biji yang dimiliki oleh masing-masing varietas. Soepriaman (1989) mengemukakan bahwa kulit biji kedelai memiliki ketebalan yang bervariasi sehingga daya serap airnya juga berbeda.

Nilai awal daya hantar listrik yang diuji berkisar antara 9.64 hingga 10.14 µS cm-1 g-1 dan pada akhir periode simpan terjadi kenaikan dengan kisaran 19.87 hingga 27.43 µS cm-1 g-1. Peningkatan nilai daya hantar listrik berkaitan dengan adanya kebocoran membran sel akibat deteriorasi.

Berdasarkan perbandingan pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap daya hantar listrik yang tertera pada Tabel 10 dengan data pengaruh waktu pengusangan cepat benih secara kimia terhadap daya hantar listrik yang tertera pada Lampiran 33, terlihat bahwa kedelai varietas Anjasmoro, Argopuro, Burangrang, Kaba, Krakatau dan Sindoro memiliki nilai daya hantar listrik yang identik pada periode simpan benih 6 minggu dengan pengusangan cepat secara kimia selama 30 menit, berturut-turut yaitu 19.04, 24.63, 24.67, 14.06, 15.64 dan 13.09 µS cm-1 g-1. Kedelai varietas Kawi, Lokon, Rajabasa dan Tidar memiliki nilai daya hantar listrik yang identik pada periode simpan benih 8 minggu dengan pengusangan cepat secara kimia selama 40 menit, berturut-turut yaitu 16.73, 26.02, 26.04 dan 17.05 µS cm-1 g-1.

47

Vigor Daya Simpan Benih 23 Varietas Kedelai pada Sistem Penyimpanan Alami

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai selama periode penyimpanan benih secara alami (deteriorasi) pada kondisi ruang simpan terkontrol. Berdasarkan garis regresi linier yang menggambarkan hubungan antara waktu penyimpanan benih (sumbu x) dan variabel vigor benih (sumbu y), maka didapatkan sudut kemiringan (α) garis regresi yang menunjukkan besarnya laju penurunan vigor benih kedelai setelah disimpan. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih besar menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih cepat seiring dengan lamanya periode penyimpanan. Sebaliknya sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan.

Sudut kemiringan garis regresi linier yang dibentuk oleh data vigor benih kedelai yang telah disimpan secara alami pada kondisi terkontrol dapat digunakan untuk membandingkan 23 varietas kedelai berdasarkan vigor daya simpannya, karena vigor awal 23 varietas lot benih kedelai yang digunakan tidak berbeda nyata. Garis regresi linier yang menggambarkan laju penurunan vigor benih selama periode penyimpanan dinilai lebih peka dalam mendeteksi vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai daripada hanya menganalisis vigor awal lot benihnya saja.

Nilai vigor daya simpan benih merupakan fungsi nilai dari vigor awal (VA) benih dibagi dengan sudut kemiringan (α) garis regresi. Nilai vigor daya simpan tersebut diindikasikan dapat menggambarkan vigor daya simpan benih kedelai yang sebenarnya. Nilai vigor daya simpan benih berbanding lurus dengan vigor awal benih dan berbanding terbalik dengan sudut kemiringan garis regresi. Semakin besar nilai vigor awal benih dan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi maka nilai vigor daya simpan akan semakin tinggi. Nilai vigor daya simpan yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai secara akurat.

Tabel 11 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang berbeda-beda pada variabel daya berkecambah.

Tabel 11 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel daya berkecambah (DB) Varietas α VDS Varietas α VDS Seulawah 29.000 3.414 Sindoro 32.260 3.069 Kaba 29.800 3.322 Ratai 31.950 3.067 Argopuro 30.060 3.260 Panderman 32.370 3.058 Tidar 30.240 3.208 Lokon 31.420 3.055 Ijen 30.040 3.196 Dieng 31.840 3.046 Burangrang 31.120 3.181 Rajabasa 31.880 3.043 Kawi 31.000 3.161 Malabar 31.930 3.038 Pangrango 30.830 3.146 Grobogan 32.150 3.017 Sinabung 30.840 3.145 Lawit 32.220 3.011 Wilis 30.740 3.123 Tanggamus 33.000 2.939 Anjasmoro 32.080 3.086 Krakatau 33.470 2.928 Dempo 31.800 3.082 Rata-rata α : 31.393 Rata-rata VDS : 3.113

Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 29 hingga 33.470, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 31.393. Benih kedelai varietas Seulawah, Kaba, Ijen, Argopuro, Tidar, Wilis, Pangrango, Sinabung, Kawi dan Burangrang memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah menggambarkan laju penurunan daya berkecambah benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan.

Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.928 hingga 3.414, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.113. Benih kedelai varietas Seulawah, Kaba, Argopuro, Tidar, Ijen, Burangrang, Kawi, Pangrango, Sinabung dan Wilis memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah.

49

Varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan daya berkecambah benih tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya simpan benih. W ak tu p e n y im p an a n b e n ih D a y a be rk e c a m ba h ( % ) 1 0 8 6 4 2 0 1 0 0 9 0 8 0 7 0 6 0 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 V ar iab le S eu la w ah T an g g am u s

Gambar 11 Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Seulawah dan Tanggamus) selama periode penyimpanan benih pada variabel daya berkecambah

Laju penurunan vigor daya simpan benih selama periode penyimpanan benih pada variabel daya berkecambah diilustrasikan pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Seulawah memiliki penurunan yang lebih landai dibandingkan benih kedelai varietas Tanggamus, hal tersebut ditunjukkan dengan benih kedelai varietas Seulawah memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil dibandingkan dengan benih kedelai varietas Tanggamus (Tabel 11), artinya benih kedelai varietas Seulawah memiliki vigor daya simpan yang lebih tinggi karena kemampuannya mempertahankan vigor agar tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih. Benih kedelai varietas Seulawah juga memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih kedelai varietas Tanggamus pada variabel daya berkecambah benih. Tabel 12 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang berbeda-beda pada variabel indeks vigor. Sudut kemiringan garis regresi yang

dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 25 hingga 33.820, dengan rata- rata sudut kemiringan garis regresi 30.906.

Tabel 12 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel indeks vigor (IV)

Varietas α VDS Varietas α VDS Seulawah 29.200 3.649 Ratai 32.800 3.287 Sinabung 33.450 3.566 Tanggamus 30.000 3.286 Burangrang 28.490 3.483 Grobogan 33.050 3.285 Sindoro 25.000 3.445 Panderman 31.720 3.276 Kaba 30.740 3.438 Krakatau 28.450 3.267 Anjasmoro 31.200 3.402 Tidar 30.000 3.262 Dieng 31.800 3.387 Pangrango 28.320 3.258 Rajabasa 29.820 3.368 Argopuro 31.960 3.202 Ijen 33.000 3.366 Kawi 31.500 3.166 Dempo 33.820 3.363 Wilis 32.150 3.148 Lawit 31.720 3.331 Lokon 32.000 3.051 Malabar 30.650 3.317 Rata-rata α : 30.906 Rata-rata VDS : 3.331

Benih kedelai varietas Sindoro, Pangrango, Krakatau, Burangrang, Seulawah, Rajabasa, Tidar, Tanggamus, Malabar dan Kaba memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel indeks vigor benih. Sudut kemiringan garis regresi

Dokumen terkait