VI. PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN
6.5. Vertisol (grumosol) merupakan salah satu Tanah
SRI (System of Rice Intensification) Saat ini.
Secara alami dalam kenyataan di lapangan bahwa Vertisol (grumosol) merupakan lahan yang potensial sekali untuk tanaman padi sawah meskipun luasanya lebih kecil dibandingkan Inceptisol dan Entisols (Tabel 6.3), adanya kebijakan pemberian pupuk kimia secara terus menerus tanpa adanya pasokan bahan organik ataupun pupuk organik ke dalam tanah sawah, menyebabkan tidak terasa bahwa dalam lahan sawah secara umum di Indonesia telah terjadi kekurangan bahan organik yang terukur dari kandungan C (karbon) dalam tanah rata-rata < 1%.
Tabel 8. Sebaran Lahan Sawah menurut Jenis Tanah
Jenis tanah Juta
Menteri Pertanian Republik Indonesia pada acara seminar dan lokakarya tentang ” Percepatan difusi dan pemanfaatan teknologi padi organik melalui System of Rice Intensification” dalam mendukung ketahanan pangan di Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti
(Unwim) di Tanjungsari Sumedang Jawa Barat 14 Juni 2008. Dalam isi pidatonya beliau mengemukakan ada 3 (faktor) penyebab utama menurunnya kapasitas produksi pangan, antara lain:
1. Lahan pertanian subur sebagai basis produksi pangan luasannya semakin kecil dengan maraknya praktek alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Laju alih fungsi lahan pertanian saat ini angkanya cukup signifikan kurang lebih 110.000 ha th-1.Untuk itu bersama dengan DPR-RI mempersiapkan RUU perlindungan lahan pertanian berkelanjutan (RUU-PLPB).
2. Sumberdaya air kita kondisinya sudah sudah semakin kritis yang tercermin dari defisit neraca air baik secara spasial maupun temporal yang menyebabkan semakin menurunnya keadaan sistem irigasi yang ada. Fenomena itu, kata beliau erat hubungannya dengan semakin meningkatnya degradasi hutan dan lahan khususnya di kawasa upstream (DAS hulu) yang berdampak pada rapuhnya fungsi hidrologi kawasan DAS. Untuk mencari solusinya, Departemen Pertanian th 2008 melaksanakan kegiatan konservasi lahan pada 9 DAS bagian hulu yang tersebar di 5 Propinsi, 20 Kabupaten dengan tpotal luas 20.000 ha.
3. Adanya kecenderungan pelandaian produktivitas lahan akibat tidak diterapkannya prinsip pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Orientasi yang dikembangkan petani selama ini adalah memperoleh produksi tinggi secara terus menerus dengan mengutamakan masukan kimia tetapi mengabaikan perlunya komponen essensial untuk menyuburkan lahan yang
berasal dari alam yakni bahan organik (organic matter), dengan motto ”Go to Organic 2010”
Adanya penerapan teknik Budidaya Padi metode SRI, sangat tepat untuk mengatasi khususnya padi yang dikembangkan dan dipertahankan di lahan grumoso (Vertisols) untuk mengatasi 3 tantangan itu. Menurut Menteri, Bapak presiden RI dalam amatnya pada panen perdana Padi Organik SRI di cianjur Jawa Barat telah memerintahkan agar SRI terus dikembangkan dan disebarluaskan ke seluruh peloksok tanah air.
Paling tidak ada 4 (empat) alasan utama menurut Menteri Pertanian perlunya dikembangkan SRI, antara lain:
1. Sudah terbukti bahwa metode SRI mampu menghasilkan produktivitas padi yang tinggi di atas rata-rata Nasional diharapkan akhirnya mampu memberikan pendapatan yang cukup tinggi bagi para petani.
2. Padi metode SRI dapat menghemat penggunaan air sampai 40%. Ketika defisit air terkadang menimbulkan konflik sosial, konsep SRI menjadi solusi ampuh untuk keluar dari situasi krisis itu. Penggunaan benih juga dapat dihemat sampai 80%
sehingga dapat mengurangi biaya usaha tani.
Pada Tabel 6.4. nampak bahwa adanya kesenjangan antara penanaman padi konvensional dan metode SRI dari sistem pengairan dan benih metode SRI terlihat jelas cukup efisien.
3. Metode SRI mampu memulihkan kesuburan lahan dan mampu memelihara keberlanjutan produktivitas lahan
4. Metode SRI dikenal ramah lingkungan, karena:
Tabel. 9 Perbandingan Proses Budidaya Padi Metode SRI dan Konvensional.
No Jenis kegiatan Metode SRI Konvensional 1. Pengolahan tanah Ada aplikasi
pupuk organik Tanpa aplikasi Pupuk organik
2. Benih 5-7 kg ha-1 25 kg ha-1
3. Tanam Tunggal Lebih dari satu
4. Pengairan Macak-macak Penggenangan 5. Pengendalian OPT Nabati (hayati) Pestisida
6. Pemupukan Organik An-organik
7. Jumlah Tunas > 30 20 – 30
8. Perakaran Banyak Sedikit/beruas-ruas 9. Produksi 9-10 ton ha-1 5 – 6 ton ha-1
Sumber : Dinas PSDA Jabar. 2008
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. 2008
a. Berkurangnya pembakaran jerami padi sehingga mampu menekan emisi gas CO2.
b. Memitigasi emisi gas methan yang dihasilkan oleh proses reduksi (an-aerob) akibat penggengan sawah.
c. Mitigasi emisi CO2 dan methan (CH4) akan menekan produksi Gas Rumah Kaca yang dapat memicu pemanasan global
d. Daur ulang limbah (sampah) menjadi prinsip SRI sehingga penumpukan sampah dapat di atasi
e. Aplikasi bahan kimia (agrochemical) sangat dibatasi, kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan akibat kontaminasi dengan bahan dan residu kimia dapat dicegah.
f. Produk bersa SRI dapat digolongkan sehat, karena tidak diproduksi dengan pupuk kimia dan pestisida sintetis, Melihat paparan Menteri pertanian dengan berbagai kebijakannya, maka budidaya padi metode SRI pada lahan-lahan vertisol (grumosol) yang sudah menyusut luasannya, patut untuk dipertahankan demi menyelamatkan ketahanan pangan khususnya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J., S. Moersidi, M.Sudjadi, dan A.M. Fagi. 1988. Evaluasi keperluan fosfat pada lahan sawah Intensifikasi di Jawa.
Dalam Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk.
Puslittanak Badan Litbang Pertanian.
Anonim.2003. Vertisols. Melalui http:/ /Soil.ag.uidaho.edu soilorders /vertisols Diakses tanggal 24 Oktober 2004
Anonim. 2004. Vertisols. Melalui http:/ /www .nhq. nrcs.usda .gov WSR/Vertisols/vert-start.htmI. diakses tanggal 8 agustus 2005 Anonim. 2005. Soil Physics. Melalui http://interactive.usacks.ca/ski/
griculture/soils/soilphys/soilsphys depo.html. Diakses tanggal 11 Pebruari 2006.
Blokhuis, W.A. 1972. Morphology and Genesisi Vertisols.
Departemen of Soil Science and Geology. Agricuktural University. Waganingen the Netherland
Buckman, H.O.,and N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Buol, S.W, Hole F.D, and Mac. Craken. R.J. 1980. Soil Genesis and Classification. second edition. Oxford & IBH Publishing Co.
Catling, D. 1992. Rice in Deep Water. International Rice Research Institute. First edition. The Macmillan Press Ltd. London and Basingtoke
Darmawijaya, M. Isa, 1990. Klasifikasi Tanah, dasar teori bagi peneliti tanah dan pelaksanaan pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University. Press Yogyakarta.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. 2008. Pengembangan Pertanian Padi Organik di Jawa Barat melalui pendekatan metode SRI (System of Rice Intensification). Seminar Nasional Semiloka Pertanian Organik di Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Tanjungsari Kabupaten Sumedang Propinsi
Eswaran, Fred, Beinroth, Reich F. Paul, Quandt Loyal, 1999. Vertisols:
Their Properties, Calssification, Distribution and Management. Worl Soil Resources USDA Natural Resources Conservation Service United States
Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Ed.1.cet.1. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Hadjowigeno, S, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi pertama, Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta
Islami, T., dan W. Utomo. 1996. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman, IKIP Semarang Press, Semarang.
Hardjowigeno, S, 1995. Ilmu Tanah. Edisi revisi. Akedemika Pressindo.
Jakarta
Hardjowigeno, S, 2003. Ilmu Tanah. Edisi baru. Akademika Pressindo.
Jakarta
Jacob, A. 2001. Metode dan Teknik Pengambilan Contoh tanah dan Tanaman dalam Mengevaluasi status Kesuburan tanah.
Makalah filsafah sains, program pascasarjana (S3). Institut Pertanian Bogor. Email: Agustinus [email protected]
Lindsay, W.L. 1979. Chemical equilibria in soils. John Wiley and Sons.
New York
Lynch, J.M. 1983. Soil biotechnology microbiological factors in crop productivity. Blackwell Scientific ublication.Victoria. Australia.
Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2008. Percepatan difusi dan pemanfaatan teknologi padi organic melalui system of rice intensification (SRI) dalam mendukung ketahanan pangan.
Seminar Nasional dan Lokakarya di Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti anjungsari Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. 14 Juni 2008
Muyassir. 2004. Bebrapa Sifat Fisika dan Kimia Tanah, Serapan N, P ,K, serta Hasil Jagung (Zea mays, L.) Akibat Pemberian Sipramin dan Gipsum pada Entic Pelluderts. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Tidak dipublikasi
Munir. Mohamad. 1996, Tanah-tanah Utama di Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya, Pustaka Jaya, cetakan pertama.Jakarta.
Rizal, M. dan Sukirno. 2005. Memperhitungkan Kebutuhan Makanan untuk Tanaman.Melalui http://www. foreveryoung.co.id/
product/kolom%20psbn/(49)%20memperhitungkan%20kebut uhan%20makanan%20untuk%20tanaman.html
Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius Jakarta
Sastiono, A. 2001. Penggunaan zeolit di Bidang Pertanian dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. Prosiding seminar nasional Zeolit II. Ikatan Zeolit Indonesia. Bandung 21 Agustus 2001 Singer, M.J, and D.N. Munns. 1996. Soils and Introduction. Mac.
Millan, Inc. New York
Sanchez, P.A. 1976. Properties and Management of Soils in The Tropics. John Willey and Sons, New York.
Suhendar. A, dan Sondari N. 1986. Soil Blending Memanfaatkan Air Tanah Semi Tertekan yang berfungsi Sebagai Hidromekanik.
Kerjasama antara PT. Hidromex dengan Bappeda Nusa Tenggara Barat
Soil Survey Staff, 1999. Tim Alih Bahasa Kunci Taksonomi Tanah, Ed.
Ke 2. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, United States Departemen of Agriculture, Natural Resources Conservatiob sevice. Koperasi Pegawai Republik Indonesia .
Supardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah .IPB Bogor
Tisdale, S.L., W.L. Nelson., and J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizer. 4th Ed. Mac Millan Publ, Co. New York
Tisdale, S.L., W.L. Nelson., J.D. Beaton. And J.L. Havlin. 1993. Soil Fertility and Fertilizer. 5th Ed. Mac Millan Publ, Co. New York Weber, A. 2002. Function of organic matter in soils. Melalui
http://www.ar.wroc.pl/weber/rola 2.htm. Diakses tanggal 30 maret 2003