• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3. Vibrio cholerae

Dari hasil analisa pada sampel udang uji parameter Vibrio Cholerae diketahui bahwa semua sampel menunjukkan hasil Negatif Vibrio Cholerae berdasarkan SNI 01-2728.1-2006 tentang batas maksimum cemaran mikroba pada udang segar yang, yaitu negatif/25g. Faktor penyebab kurangnya ditemukan bakteri patogen pada uang ditambak dikarenakan adanya perlakuan pemberian probiotik pada udang. Hal ini sesuai dengan pendapat Verschuere et al., (2000), bahwa penambahan bakteri probiotik ke wadah pemeliharaan udang dapat berfungsi sebagai komplemen sumber pakan atau kontribusi pada sistem pencernaan makanannya dan juga menekan populasi bakteri patogen.

Bakteri V. cholerae umumnya banyak ditemukan pada perairan yang terkontaminasi oleh feces yang mengandung bakteri tersebut, sehingga air dapat dianggap sebagai salah satu media penularan penyakit kolera yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Selain itu, makanan yang sanitasinya buruk juga dapat dipakai sebagai medium oleh bakteri ini untuk menyebar dan menularkan penyakit kolera Murray et al., (2002).

86

Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat berbagai sumber tranmisi dari bakteri V. cholerae. Sumber makanan yang berasal dari hasil perikanan merupakan salah satu sumber transmisi yang paling sering terjadi. Hal ini erat kaitannya dengan teori bahwa air dengan kadar garam tinggi seperti air laut adalah tempat hidup alami dari Vibrio sp sehingga memudahkan proses kontaminasi Madigan et al (2002), selain itu faktor seperti temperatur, kebersihan, dan konsentrasi dari makanan yang tercemar bakteri V. cholerae yang tidak sengaja dikonsumsi juga berpengaruh pada transmisi ini WHO (2005).

Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Ananta et al (2011), bahwa penggunaan es bahan pengawet ikan yang digunakan oleh pedagang ikan juga dapat mengandung bakteri V. cholerae. Berdasarkan penelitian tersebut, 83,33% dari seluruh sampel es positif mengandung bakteri V. cholerae. Sampel yang diambil ini secara keseluruhan memiliki kontak dengan hasil perikanan dan air laut yang memiliki kadar garam tinggi. Selain itu, Shawyer (2003), menyatakan bahwa dalam penggunaan es maupun air es itu sendiri juga digunakan berulang-ulang sehingga kemungkinan untuk adanya kontaminan V. cholerae juga meningkat.

Kolera adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang bersifat menular, yang disebabkan oleh bakteri V. cholerae. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi, karena sanitasi yang tidak memenuhi standar Bitton (2005).

Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang tidak dimasak dengan benar. Gejala-gejala penyakit kolera yang

87

disebabkan oleh V. cholerae antara lain diare hebat, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kalau gejala diare hebat tersebut dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka penderita dapat mengalami kematian. Kematian pada penderita umumnya disebabkan oleh kasus dehidrasi Dziejman et al., (2002).

Berdasarkan hasil analisa parameter uji ALT (Angka Lempeng Total) pada sampel A, sampel B, dan Sampel C yaitu, pada sampel A 1,6 x 104 Kol/25 g, sampel B 1,6 x 105 Kol/25 g, sedangkan sampel C hasilnya TBUD (Tidak bisa untuk dihitung). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kontaminasi bakteri patogen yang diperoleh melebihi standar batas kontaminasi bakteri patogen dengan mengacu pada SNI 01-2728.1-2006. Persyaratan Angka Lempeng Total (ALT) yaitu sebesar 5,0 x 105 Kol/25 g.

Berdasarkan penelitian sebelumnya Annie et al (2002), pada Journal of Microbiological Methods yang bertujuan mengetahui bakteri coliform pada air ditemukan positif bakteri E.coli dan Salmonella dengan batas deteksi E.coli 1 sampai 5 cfu yang dideteksi menggunakan elektroforesis probe radiolabeled sedangkan batas deteksi untuk Salmonella 2 cfu yang dideteksi menggunakan elektroforesis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian diatas dimana terdapat sampel yang positif Ecoli dan

Salmonella.

Sedangkan pada penelitian sebelumnya Kanokwan et al (2015), Saudi Journal of Biological Sciences yang bertujuan untuk mengetahui keragaman bakteri yang terdapat pada sediment tambak udang di Thailand, ditemukan beberapa species bakteri pada dua sampel yaitu pada sampel air tambak (Roseobacter denitrificans,

88

Rhodobium marinum, Halorhodospira halophile, Roseibacterium elongatum, Dinoroseobacter shibae, Rhodovulum sulfidophilum, Roseobacter sp, Rubrivivax gelatinosus, Roseibacterium sp, Ectothiorhodospira imhoffii, Loktanella sp,

Roseovarius tolerans, Allochromatium renukae, Allochromatium sp,

Methylobacterium populi). Pada sediment tambak (Roseobacter Denitrificans,

Rhodovulum kholense, Sphingomonas sp, Halorhodospira halophila,

Methylobacterium hodinum, Thiorhodococcus drewsii, Rubrivivax gelatinosus, Loktanella sp, Marivita sp, Rhodospirillum centenum, Rhodobium marinum). Hal ini

membuktikan bahwa bukan hanya bakteri patogen yang terdapat pada tambak udang melainkan terdapat banyak species bakteri pada air dan sediment tambak udang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gabriel et al (2001), pada Journal of Invertebrate Pathology yang bertujuan untuk mengetahui kerentanan larva udang putih (Litopenaeus vannamei) terhadap 4 spesies bakteri Vibrio patogen potensial (V.

harveyi, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, dan V. penaeicida). Strain spesies

bakteri ini digunakan untuk menginfeksi nauplii, protozoea I-III, mysis I-III, dan

postlarvae 1 dengan perendaman di 103, 105, atau 107 cfu ml-1 selama 30 menit.

Hasilnya V. alginolyticus tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup, dibandingkan dengan kontrol dalam semua larva udang. Larva udang terinfeksi V. alginolyticus menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dibandingkan dengan spesies Vibrio lainnya di tiga tingkat dosis. V. penaeicida menghasilkan efek yang signifikan mortalitas (P <0,01) di semua substages udang dan hanya di postlarvae 1 pada dosis infeksi yang rendah (103 cfu ml-1). V. harveyi

89

dan parahaemolyticus diinduksi tarif signifikan kematian (P <0,01) hanya pada dosis tinggi dalam larva udang. Singkatnya, larva udang menunjukkan sebuah kerentanan tergantung usia pada spesies Vibrio dan tingkat dosis. Terdapat perbedaan dalam Kerentanan udang putih Amerika larva substages (Litopenaeus vannamei) terhadap ke 4 spesies Vibrio.

90 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cemaran bakteri patogen pada udang putih (Litopeaneus vannamei) di Desa Cilellang, Desa Palanro, Desa Bojo Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru diperoleh hasil positif pada sampel D (udang Vannamei Desa Cilellang) 2,0 APM/g, sampel E (udang Vannamei Desa Palanro) 17 APM/g dengan parameter uji Escherichia coli dan hasil negatif pada sampel F (udang Vannamei Desa Bojo) <2 APM/g dan sampel D (udang

Vannamei Desa Cilellang) Negatif/25gr, sampel E (udang Vannamei Desa Palanro)

Negatif/25gr, sampel F (udang Vannamei Desa Bojo) Negatif/25gr dengan parameter uji Salmonella dan sampel D (udang Vannamei Desa Cilellang) Negatif/25gr, sampel E (udang Vannamei Desa Palanro) Negatif/25gr, sampel F (udang Vannamei Desa Bojo) Negatif/25gr dengan parameter uji Vibrio cholera.

B. Saran

1) Kepada petani tambak agar kiranya dapat meningkatkan kebersihan tambaknya, baik itu bahan baku maupun proses perkembang biakan udang itu sendiri sehingga udang terbebas dari berbagai macam bakteri yang dapat mengancam kegagalan panen pada tambak itu sendiri.

91

2) Kepada konsumen hendaknya lebih waspada dalam memilih dan mengonsumsi udang yang beredar dipasaran agar terhindar dari segala macam penyakit yang dapat ditimbulkan dari udang itu sendiri.

3) Kepada pemerintah atau lembaga terkait agar kiranya melakukan suatu upaya baik berupa pembinaan, pengarahan maupun pengawasan kepada petani tambak untuk meningkatkan kebersihan tambaknya.

4) Bagi calon peneliti yang lain, dapat melanjutkan penelitian ini di daerah masing-masing agar supaya masyarakat mengetahui besar kemungkinan cemaran bakteri patogen yang terdapat pada tambaknya.

92 KEPUSTAKAAN

Adiwidjaya D, Supito, Sumantri I. 2008. Penerapan Teknologi Budidaya Udang Vaname L.vannamei Semi-Intensif pada Lokasi Tambak Salinitas Tinggi.

Journal of Aquaculture Management and Technology 3: 37-45.

Ananta W.S., I.G.M. Wijaya, P.Yuniadi, I.G.P. Dhinarananta, dan M.Agus Hendryana. 2011. Deteksi Serotipe Bakteri Vibrio cholerae O1 pada Sampel Es Pengawet Hasil Laut di Pasar Ikan Kedonganan, Kuta. (laporan penelitian). Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Andi Noor Asikin, S. Hutabarat, Ys. Darmanto, dan S. Budi Prayitno. „Pathogenic Bacteria Content on Shrimp Windu (Penaeus monodon Fabricius) Post-harvested from Fish Pond‟ Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor 2 (Agustus 2014).

Annie Rompre, Pierre Servais, Julia Baudart, Marie-Rene´e de-Roubin, Patrick Laurent. 2002. Detection and enumeration of coliforms in drinking water: current methods and emerging approaches. Journal of Microbiological Methods 49 (2002) 31–54.

Aysan husein juniawati, “Pengujian total bakteri, deieksi dan identifikasi salmonella pada bahan pangan asallaut yang dipasarkan 01 pasar traoisional dan pasar swalayan 01 kotamadya surabaya”. Skripsi. Surabaya: Program studi teknologi pangan Fakultas teknologi peatanian Universitas katolik widya mandala suarabaya Surabaya (2005.

Baumann P, Furniss AL, Lee JV. Genus 1, Vibrio. In: Krieg PNR, Halt JG, eds.

Bergey’s manual of systematic bacteriology. Vol. 1. Baltimore, Williams &

Wilkins: 518–538 (1984).

Bahri, S. 2008. Beberapa aspek keamanan pangan asal ternak di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. 1 (3) : 225-242.

Bitton, G. 2005. Waste Water Microbiology. New Jersey: John Wiley and Son Inc. Bittner A, Ahmad M. Budidaya Air. Seri Studi Pertanian. Kerjasama Jerman dan

Indonesia. Yayasan Obor Indonesia (1989).

BPTP Sulsel (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan). 2008.

Budidaya Tambak Udang Vannamei Berwawasan Lingkungan:

http://jurnal.pdii.lipi. go.id/index.php/html. Diakses tanggal 2 September 2014. Chan TY. Shrimps and prawns. Di dalam: Carpenter KE, Niem VH. Eds. The Living

93

crustaceans, holothurians and sharks. Food and Agriculturen Organization of the United Nations Rome (1998).

Chang P, Lo C, Wang Y, Kou H. 1996. Identification of White Syndrome Virus associated baculovirus target organs in the shrimp Penaeus monodon by in situ hybridization. Dis Aquat Organ 27: 131-139.

Clifford, H. C. Marine Shrimp Pond Management: A Review. Dalam Wyban, J. (Ed.), Proceeding of the Special Session on Shrimp Fanning (hlm. 166-181) The World Aquaculture Society: Baton Rouge. LA (1992).

Campbell Reece, Biologi Jilid 3 Edisi ke delapan. Erlangga, Jakarta: 2008.

Corteel M. 2013. White spot syndrome virus infection in P. vannamei and M.

rosenbergii: experimental studies on susceptibility to infection and disease.

Thesis. Belgium. Ghent University.

Dall W, Hill BJ, Rothlisberg PC, Sharples DJ. The biology af the penaedae. Di dalam: Blaxer JHS, Southward AJ. Eds): Marine Biology 27. Academic Press, London (1990).

Davidson College. 2003. Molecular Tool: Plasmids and Phages Combine For Bluescript.http://www.bio.davidson.edu/courses/molbio/molstudents/spring20 03/keogh/plasmids.html

Dewi Elfidasari, Anita Mira Saraswati, Grariani Nufadianti, Rugayah Samiah, Viki Setiowati. “Perbandingan Kualitas Es di Lingkungan Universitas Al Azhar Indonesia dengan Restoran Fast Food di Daerah Senayan dengan Indikator Jumlah Escherichia coli Terlarut”. Jurnal Al-azhar indonesia seri sains dan teknologi, Vol . 1, No. 1, (Maret 2011).

Direktorat Jenderal Perikanan. Petunjuk Pelaksanaan Monitoring Serangan Hama

dan Penyakit Ikan. Direktorat Bina Sumber Hayati. Departemen Pertanian.

Jakarta: 1990.

Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No. 03726/B/SK/VII/89

tentang batas maksimum pencemaran mikroba makanan (1989).

Desrina, Arief Taslihan, Ambariyanto, Susiani Suryaningrum. “Uji Keganasan Bakteri Vibrio pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)”. Ilmu kelautan. Vol. 11 (3) : 119 – 125 (September 2006).

Dziejman, M., E. Balon, D. Byod, C.M. Fraser, J.F. Heidelberg, and J.J. Mekalanos. 2002. Comparative Genomic Analysis of Vibrio cholerae Genes that Correlate with Cholera Endemic and Pandemic Diseases. Proceeding of the National Academy of Sciences, 99 (2): 1556 – 1561.

94

Elmanama, A., S. Afifi, and S. Bahr. Seasonal and spatial variation in the monitoring parameters of Gaza Beach during 2002-2003. Environmen-tal Research J., 101(1):25-33, 2006.

Feliatra Felix, Titania T Nugroho, Sila Silalahi, and Yuslina Octavia. Skrining bakteri

vibrio sp asli indonesia sebagai penyebab penyakit udang berbasis tehnik 16s

ribosomal dna. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 85-99, (Desember 2011).

Feng, P.. Guide to Foodborne Pathogens. Ed. Ronald G. Labbe, Santos Garcia, John Wiley and Sons Ltd. Chichester. England (2001).

Gabriel Aguirre-Guzman, Ricardo Vazquez-Juarez, Felipe Ascencio. 2001. Differences in the Susceptibility of American White Shrimp Larval Substages (Litopenaeus vannamei) to Four Vibrio Species(2001) 215-219.

Hartnoll RG. Growth. in Bliss DE. Editor. The Biology of Crustacea. Vol. 2. Embryology, Morphology and Genetics. Academic Press. A subsidiary of Harcourt Brace Jovanovich Publisher. New York (1982).

Hasutji Endah Narumi, Zuhriansyah, Imam Mustofa. “Deteksi pencemaran bakteri

Salmonella sp pada udang putih (Penaeus Merguiensis) segar di pasar

tradisional kotamadya surabaya”. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol.

1 No. 1. (April, 2009).

Hendry Yanto. “Diagnosa dan identifikasi penyakit udang Asal tambak intensif dan panti benih Di kalimantan barat”. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 7,

No. 1, (2006)

Huseini. Masalah dan Kebijakan Peningkatan Produk Perikanan Untuk Pemenuhan Gizi Masyarakat. Makalah Seminar Hari Pangan Sedunia Dirjen P2HP-DKP. Jakarta (2007).

Hrenovic, J. and T. Ivanovic. 2009. Survival of Escherichia coli and Acinetobacter

junii at various concentration of sodium chloride. Eur. Asia J. BioSci.,

3:144-151.

Ibnu Dwi Purnomo. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Intensif. Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Ir. Tri wibowo yuwono, ph.D. Biologi Molekuler. Yogyakarta : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, 2005.

James B. Kaper, James P.Nataro and Harry L. T.Mobley. Pathogenic escherichia coli. Center for Vaccine Development, Department of Microbiology and Immunology, and the Department of Pediatrics, University of Maryland School of Medicine, Baltimore, Maryland 21201, USA. Vol 2 (2014).

95

J. j. licciardello, j. t. r. nickerson, s. a. goldblith, w. w. bishop, and c. a. Shannon. Effect of repeated irradiation on various characteristics of salmonella', vol. 18, no. 4 (1969).

Kanokwan Mukkata, Duangporn Kantachote, Banjong Wittayaweerasak, Somkiet Techkarnjanaruk, Nimaradee Boonapatcharoen. 2015. Diversity of purple nonsulfur bacteria in shrimp ponds with varying mercury levels. Saudi Journal of Biological Sciences (2015).

Lambaga. Akselerasi Ekspor Produk Perikanan Indonesia Melalui Penerapan Standar. Prosiding PPI Standarisasi 2009. Makassar: 2009.

Madigan, M. T., P. J. Martinko, and J.Parker. 2002. Brock Biologi of microorganisms. New York : Prentice Hall International Inc., Englewood Cliff.

Madeali MI, Tompo A, Muliani. 1998. Diagnosis Penyakit Viral pada Udang Windu Penaeus monodon Secara Histopatologi dan Antibodi Poliklonal Dengan Metode Elisa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 4: 11-18.

Merchant, I.A. and Packer, R.A. Veterinery Bacteriologi and Virologi. ed., lowa State Colege Press. Ames lowa. 286 – 381 (1967).

Merchant, I.A. and Packer, R.A. 1967. Veterinery Bacteriologi and Virologi. ed., lowa State Colege Press. Ames lowa. 286 - 381.

Murtini, J. T dan A. Farida. 2005. Kandungan Logam Berat Kerang Darah (Anadara

granosa) dan Kualitas Perairan di Tanjung Pasir, Jawa Barat. Jurnal Penelitian

Perikanan Indonesia, 11(8):39- 45.

Multi Cultural Health Communication. 2011. Salmonellosis. Multi Cultural Health Communication. http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication sandresources/pdf/publication-pdfs/diseases-and-conditions/7190/doh-7190- ind.pdf

Murray, P., R. Rosenthal, Kobayashi, and M.A. Pfaller. 2002. Medical Microbiology. 4th Ed. St. Louis: Mosby a Harcourt Health Science Company.

M. Syamsul Maarif, Agus Somamiharja. Strategi peningkatan produktivitas udang tambak. J.II.Pert. Indon. Vol. 9(2) (2000).

Naamin N. Dinamika populasi udang jerbung (Penaeus merguiensis) di Perairan Arafura dan alternatif pengelolaannya (Disertasi). Program Pascasarjana. IPB. Bogor (1984).

Naamin N, Sumiono B, Ilyas S, Nugroho D, Iskandar B, Barus H.R, Badrudin M, Suman A, Amin EM. Pedoman Teknis Pemanfaatan dan Pengelolaan

Sumberdaya Udang Penaeid bagi Pembangunan Perikanan. Badan Penelitian

96

Nunan, L.M., Poulos, B.T. and Lightner, D.V. (1998) The detection of white spot syndrome virus (WSSV) and yellow head virus (YHV) in importaed commodity shrimp aquaculture. Dis. Aquat. Org. 160: 19-30.

Osawa. Osawa Sensei‟s Vibrio cholerae Isolation Protocol for Environmental Samples (Seafood and River or Melted Ice Water). Japan: Kobe University (2008).

Papadopoulou, C., E. G. Economou, C. Zakas, C. Salamoura, C. Dontorou and J. Apostolou. 2007. Microbiological and Pathogenic Contaminants of Seafood in Greece. J. Food Qual., 30: 28-42.

Pui, C.F, W.C .Wong, L.C. Chai, R. Tunung, P. Jayeletchumi, M.S. Noor Hidayah, A. Ubong, M.G. Farinazleen, Y.K. Cheah and R. Son. 2011. Review article

Salmonella: A foodborne pathogen. International Food Research Journal. 18:

465-473.

Prawesthirini, S. Identifikasi Salmonella Pada Udang Beku Yang Dijual Di Pasar Swalayan Surabaya. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Surabaya: 1990.

Peter J, Crocos, Kerr J D. Maturation and spawning of the banana prawn Penaeus

merguiensis de Man (Crustacea: Penaeidae) in the Gulf of Carpentaria,

Australia. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology (69): 37-59 (2003).

Pelczar, Jr. dan E.C.S. Chan. Dasar-Dasar Mikrobiologi I & II. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006.

Pelczar, M. J. dan E. C. S., Chan. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerjemah: Ratna Siri Hadioetomo. Universitas Indonesia Press. Jakarta, 2007.

Purwoko, T. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Rattanachuay, P., Kantachote, D., Tantirungkij, M., Nitoda, T., Kanzaki, H. Antivibrio compounds produced by Pseudomonas sp. W3: characterization and assessment of their safety to shrimps. World J. Microbiol. Biotechnol. 27 (4), 869–880 (2011).

Rufiati, I. (2008) Taura Syndrome Virus (TSV) dan Channel Catfish Disease Virus (

CCDV). Panduan Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan, Jurusan Perikanan

Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Ruyitno, N. Laporan penelitian Kualitas Teluk Jakarta: kajian bakteriologis, 2008. Rina Iskandar. Karakteristik kualitas air tambak udang windu di desa tarjun

kecamatan kelumpang hilir kabupaten kotabaru, Media Sains, Volume 7 Nomor 1, (April 2014).

97

Shawyer, M. 2003. The Use of Ice on Small Fishing Vissels. Food Agricultural Organization of the United Nations, 9(4): 9-21

Suyanto, S.R. dan Mujiman, A., Budi Daya Udang Windu. Anggota IKAPI, Jakarta: Cetakan XII (1999).

Siagan, A. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemaran-nya. Available from: http://library.usu (2002).

Suriawiria. Mikrobiologi Air. Bandung: PT Alumni, 2003.

Song, Y.L., Chun, I.Y., Tzu-Wen, L., Chih-Cheng, H. and Min-Nan, L. (2003) Haemolymp parameters of pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) infected with Taura Syndrome Virus. Fish Shellfish Immunol. 14: 317-331. Soetrisno CK. 2004. Mensiasati Penyakit WSSV di Tambak Udang. Aquacultura

Indonesiana 5(1): 19-31.

Sukenda, S. H., Winanti, D dan Yuhana, M. (2008) Keberadaan white spot syndrome

virus (WSSV), taura syndrome virus (TSV) dan infectious hypodermal haematopoitic necrosis virus (IHHNV) di tambak intensif udang vaname Litopenaeus vannamei di Bakauheni, Lampung Selatan. J. Akuakultur Ina. 8:

1-8.

Supardi, Imam dan Sukamto. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Alumni. Bandung (1999).

Songer, J.G. and K.W. Post. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal Agents of Animal Disease. Elsevier Saunders: Missouri. USA (2005).

Sommer, R., F. Learey. J. Summitt and M. Tirrell. Social benefits of resident involvement in tree planting. Journal of Arboriculture 20(6): 323-328. New York. USA (1994).

Sutiknowati, L.I. dan N. Ruyitno. Studi bakteriologis dan peruntu-kannya terhadap budidaya pada perairan Teluk Klabat, Kepulauan Propinsi Bangka Belitung.

Osea-nologi dan Limnologi di Indonesia, 34:101-115 (2008).

Standar Nasional Indonesia 7388-2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba pada bahan pangan, 2009.

Standar Nasional Indonesia 01-2332.1-2006 tentang Penentuan coliform dan

Escherichia coli pada produk perikanan. 2006.

Standar Nasional Indonesia 01-2332.1-2006 tentang Penentuan Salmonella pada produk perikanan. 2006.

Standar Nasional Indonesia 01-2332.1-2006 tentang Penentuan Vibrio Cholerae pada produk perikanan. 2006.

98

Sylvia T.Pratiwi. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Gadjha Mada, 2008.

Waluyo, L. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press, 2004.

Willshaw G.A., T. Cheasty, H.R. Smith. Escherichia coli. Di dalam: Lund BM, Baird-Parker TC, Gould GW, editor. The Microbiological Safety and Quality of Food. Volume ke-2. Reviews: 1136-1177. Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg. Maryland. USA (2000).

World Health Organization.. Bacteriological Examination. Examination of Water

Pollution Control, 3:273-531 (1976).

World Health Organization. Guidelines for monitoring the quality of coastal recreation and shelfish, growing areas. Reference methods for marine pollution studies Vol. 1. UNEP. Nairobi. 36p (1985).

World Health Organization, Food and Agricultural Organization. 2005. Risk Assessment of Choleragenic Vibrio Cholerae O1 and O139 in Warm-water Shrimp in International Trade. Microbiological Risk Assessment Series. 9th Ed. 16(2): 17-21.

Wibowo, A., L. Muliana, M.H. Prabowo. 2010. Analisis residu antibiotic

kloramfenikol dalam daging ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac) menggunakan metode high performance liquid chromatography. Jurnal Ilmiah Farmasi. 7 (1) : 1-10.

Yanto H. 2006. Diagnosa dan Identifikasi Penyakit Udang Asal Tambak Intensif dan Panti Benih di Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi 7(1): 17-32.

99

100 Lampiran 1. Pengambilan sampel

103 Lampiran 3. Escherichia coli

104 p

105 Lampiran 3. Salmonella

106 Lampiran 3. Salmonella

110 Lampiran 4. ALT (Angka Lempeng Total)

112

Dokumen terkait