• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

3.3. Visi Dan Misi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

Visi Dinas TataKota dan Tata bangunan Kota Medan sekarang Dinas Tata Ruang dan Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan tahun 2006-2010 adalah:

“Penataan Kota Yang Berkualitas, Transparan dan

Berkesinambungan menuju Terwujudnya Medan Kota

Metropolitan Yang Modern, Madani dan Religius”

Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Berkualitas: Pelaksanaan visi dilakukan untuk hasil terbaik (prima) yakni pelaksanaan penataan ruang dan bangunan serta fungsi pelayanan tang bermutu, cepat, mudah, murah dan memuaskan. Rencana tata ruang yang dimiliki oleh Kota Medan adalah rencana yang lengkap materi dan up to date serta dapat mengarahkan Kota medan menjadi Kota Metropolitan yang berwawasan lingkungan.

Transparan: kebijaksanaan penataan ruang dan penataan bangunan dapat diketahui oleh semua pihak yang memerlukannya disertai dengan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat, dan proses perizinan memiliki suatu prosedur tetap pelayanan yang dapat diketahui oleh masyarakat.

Transparan juga memiliki makna proses perencanaan kota dan penataan bangunan dilakukan dengan mengikutsertakan

partisipasi aktif masyarakat sejak tahap perencanaan sampai tahap monitoring dan evaluasi.

Berkesinambungan: setiap kebijaksanaan disusun dengan saling berkaitan dan selaras serta dilakukan secara terus menerus dan konsisten serta mencakup kesinambungan berbagai sector pembangunan.

Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan, sesuai dengan mandat yang diberikan kepada organisasi (berpedoman kepada TUPOKSI), agar tujuan organisasi tercapai dan visi yang telah ditetapkan berhasil diwujudkan. Dengan adanya Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal Dinas dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan diperoleh di masa yang akan datang.

Misi Dinas ini adalah:

1. Merumuskan, mengembangkan dan mengevaluasi Rencana dan Kebijaksanaan Penataan Kota dan Penataan Bangunan Secara Berkelanjutan dengan Melibatkan Stakeholder/Shareholder,

2. Mengembangkan Kelembagaan, Sumber Daya Manusia Aparatur dan Program Kerja yang Berkelanjutan,

3. Memberi Pelayanan yang Prima,

4. Mengendalikan Kebijaksanaan Penataan Kota dan Penataan Bangunan melalui Pengawasan, dan Pembinaan dan Penindakan yang Efektif.

Pengertian yang terkandung dalam 4 (empat) misi tersebut antara lain:

1. Menyusun rencana tata ruang yang lengkap (rencana umum, detail dan teknis) dan berkualitas secara berkelanjutan, sehingga mampu menjadi pedoman pengendalian dan pembangunan kota. Perkembangan Kota Medan yang dinamis harus diantisipasi dengna evaluasi dan penyempurnaan/ revisi secara berkelanjutan. Upaya tersebut akan dilakukan dan melibatkan berbagai stakeholder/shareholder menuju kea rah Good Governance.

Stakeholders yang dimaksud adalah pihak masyarakat baik tokoh-tokoh masyarakat individual (adat, agama, pendidikan, bisnis dan industriawan) maupun pihak lembaga Swadaya Masyarakat, pihak narasumber (pakar, konsultan, dosen), pihak pemerintah seperti pengambilan keputusan (walikota) dan instansi pemerintahan serta pihak swasta baik pihak penganbilan keputusan serta kadin, BUMN juga perusahaan swasta maupun pihak pelaksana serta pemborong dan teknis.

Alasan-alasan perlunya dilakukan pemberdayaan masyarakat di bidang tata kota dan tata bangunan ini adalah:

a. Kondisi lingkungan dipengaruhi oleh interaksi berbagai sumber daya alam dan aktivasi manusia.

b. Setiap orang dipengaruhi oleh dampak pembangunan baik positif maupun negatif sehingga diperlukan input yang konstruktif dengan mendengarkan suara masyarakat.

c. Mengurangi beban pemerintah kota dalam mengatasi masalah lingkungan seperti masalah limbah domestic dan sampah kota, transportasi, kemacetan, energy, lapangan rekreasi, pejalan kaki dan jalur sepeda aman.

d. Diperlukan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pembangunan agar sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.

e. Adanya kewajiban meningkatkan peran serta masyarakat dalam penataan ruang dan kewajiban transparansi rencana tata ruang.

f. Berpartisipasi dalam proses pembangunan berarti masyarakat, swasta dan pemerintah mempunyai tanggung jawab bersama dalam meminimalisasi dampak negatif yang mempengaruhi kehidupan mereka dan memaksimalkan dampak positif.

2. Peningkatan kinerja akan dilakukan melalui pengembangan kelembagaan melalui reorganisasi, penyederhanaan birokrasi serta peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan, rekruitment, dan pembinaan.

3. Pelayanan prima melalui penyederhanaan birokrasi dan pelayanan yang mudah/ sederhana, singkat/cepat dan memuaskan dalam pelaksanaan pelayanan perizinan, pemberian advice planning serta pelayanan lainnya.

Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan merupakan suatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu 1 (satu)

sampai dengan 5 (lima) tahun ke depan. Karakteristik tujuan dapat diartikan sebafai berikut:

a. Idealistik yaitu mengandung nilai-nilai keluhuran dan keingin kuat untuk menjadi baik dan berhasil.

b. Jangkauan yaitu ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana yang ditetapkan oleh suatu organisasi.

c. Abstrak yaitu belum dapat dilihat secara kualitas karena pencapai tujuan dapat berlangsung secara berkesinambungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan menetapkan tujuan sebagai berikut:

Tujuan untuk Misi 1:

1.1. Tersedianya rencana tata ruang dan tata bangunan yang berkualitas dan berkesinambungan.

1.2. Tersedianya rumusan kebijaksanaan tata ruang kota dan tata bangunan.

Tujuan untuk Misi 2:

2.1. Meningkatkan produktivitas organisasi dan kualitas sumber daya manusia.

3.1.Meningkatnya pendapatan asli daerah sector retribusi

Tujuan untuk Misi 4:

4.1.Terwujudnya penerapan/pengendalian rencana tata ruang kota

4.2.Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penataan kota.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut di atas ditetapkan sasaran yang akan dicapai yang menjadi fokus penetapan program, sebagai berikut:

1. Untuk mewujudkan penataan kota dan penataan bangunan yang berkelanjutan bagi Kota Medan, sasaran yang akan dicapai adalah:

1.1.1. Tersedianya rumusan kebijaksanaan tata ruang kota dan tata bangunan.

1.1.2. Terlaksananya evaluasi dan revisi rencana tata ruang kota dan kebijakan penataan ruang kota dan penataan bangunan.

1.1.3. Pengembangan Sistem Informasi Geoerafi dan sistem data kearsipan.

1.2.1. Terselenggaranya penelitian dan kegiatan penataan kota melalui pembebasan tanah.

1.2.2. Terselenggaranya penelitian dan kegiatan penataan bangunan.

1.2.3. Terselenggaranya upaya revitalisasi dan konservasi bangunan/lingkungan.

2. Untuk mewujudkan tujuan meningkatkan produktivitas organisasi dan kualitas dumber daya manusia, sasaran yang ingin dicapai:

2.1.1. Meningkatnya fasilitas dan sarana kantor untuk kemudahan pelayanan.

2.1.2. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Pegawai.

3. Untuk mewujudkan tujuan meningkatnya pendapatan asli daerah sektor retribusi dalam rangka misi peningkatan pelayanan prima, sasaran yang ingin dicapai:

3.1.1. Meningkatnya PAD dari pelayanan IMB dan Peruntukan Penggunaan Tanah

4. Untuk mewujudkan tujuan penerapan/pengendalian rencana tata ruang kota dan peningkatan peran serta masyarakat dalam penataan kota, sasaran yang akan dicapai:

4.1.1. Peningkatan pengawasan/penertiban dan penindakan bangunan.

4.2.1. Terlaksanya sosialisasi

4.2.2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penataan kota.

3.4 Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Adapun susunan organisasi di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum

2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Penyusunan Program

c. Bidang Pengukuran dan Pemetaan, membawahkan: 1. Seksi Pengukuran

2. Seksi Pemetaan

3. Seksi Pengembangan Data dan Sistem d. Bidang Tata Ruang, membawahkan:

1. Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang 2. Seksi Rencana Tata Letak

3. Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang e. Bidang Tata Bangunan, membawahkan:

1. Seksi Perancangan Bangunan 2. Seksi Konstruksi Bangunan

3. Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan

f. Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang, membawahkan: 1. Seksi Pengawasan

2. Seksi Penyuluhan 3. Seksi Pengaduan

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada Bab ini penulis akan menyajikan data-data hasil penelitian berupa data primer yang telah diperoleh peneliti dilapangan. Data primer ini diperoleh melalui penyebaran kuisioner penelitian kepada 100 responden di kantor Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Penyajian data ini terdiri dari identitas responden dan variable penelitian.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari data yang diperoleh dari kuisioner tersebut, dibawah ini disajikan data dalam table-tabel distribusi yang kemudian didistribusikan sebagai berikut:

4.1.Identitas Responden

Responden pegawai dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang Bekerja di Dinas Tata Ruang dan tata Bangunan Kota Medan yaitu sebanyak 100 orang. Berikut ini akan disajikan data identitas responden pegawai berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, lama bekerja.

4.1.1. Data Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam mendistribusikan identitas responden berdasarkan jenis kelamin, peneliti mengelompokkannya ke dalam dua kelas yaitu kelas laki-laki dan kelas perempuan. Disini kita dapat melihat bagaimana klasifikasi antara pegawai yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin Perempuan pada Dinas Tata

Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Keterangan Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 72 72

Perempuan 28 28

Jumlah 100 100,00

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Dari table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden pegawai di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan adalah pria yaitu sebanyak 72 orang (72%) sedangkan pegawai wanita berjumlah 28 orang (28%).

Disini terlihat jelas bahwa kesetaraan gender belum merata di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan ini. Bahkan keberadaan pegawai wanita yang ada tidak lebih dari setengah pegawai pria.

4.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Disini kita dapat melihat bagaimana variasi tingkat usia pegawai pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, dimana peneliti mengelompokkannya ke dalam 5 kelas dengan rentang usia antara 20 -51 tahun.

Tabel 4.2 Distribusi Reponden Berdasarkan Usia

Keterangan frekuensi Persentase (%)

≤ 20 tahun 0 0 21 – 30 tahun 16 16 31 – 40 tahun 57 57 41 – 50 tahun 22 22 ≥ 51 tahun 5 5 Jumlah 100 100,00

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pegawai yang bekerja pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang menjadi responden pada penelitian ini berusia antara 31 – 40 tahun dengan jumlah 57 orang (57%) dan yang berusia 41 – 50 tahun berada di urutan ke- 2, sedangkan minoritas responden yang berusia ≥ 51 tahun berjumlah 5 orang (5%).

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat usia pegawai yang ada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan ini masih tergolong produktif.

4.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan jenjang Pendidikan Terakhir Disini kita dapat melihat bagaimana variasi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Dengan mengklasifikasikan ke dalam 6 kelas yaitu pegawai dengan jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma I,II,III,,IV dan pegawai dengan jenjang Sarjana (baik S1 dan S2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

SD – SMP/Sederajat 0 0 SMA/ Sederajat 13 13 Diploma I,II,III,IV 22 22 Sarjana (S-1) 55 55 Lainnya (S-2) 10 10 Jumlah 100 100,00

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan terakhir Sarjan yaitu sebanyak 55 orang (55%), dan responden yang memiliki jenjang pendidikan terakhir Diploma sebanyak 22 orang (22%) berada di urutan ke-2. Sedangkan minoritas responden yang tingkat pendidikannya S2 yaitu sebanyak 10 orang (10%) serta disusul SMA yaitu sebanyak 13 orang (13%).

Dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan para pegawai di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan sudah cukup tinggi. Dan seperti kita ketahui bahwa hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebab didukung oleh sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas.

4.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama bekerja

Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk melihat lama bekerja pegawai pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Dengan mengklasifikasikan ke dalam lima kelas, yaitu pegawai dengna masa kerja 10 sampai 41 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

≤ 10 tahun 39 39 11 – 20 tahun 37 37 21 – 30 tahun 20 20 31 – 40 tahun 4 4 ≥ 41 tahun 0 0 Jumlah 100 100,00

Sumber : Penelitian Lapangan 2012

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa mayoritas responden yang lama bekerjanya ≤ 10 tahun sebanyak 39 orang (39%), dan responden yang sudah bekerja selama 11 – 20 tahun sebanyak 37 orang (37%) berada di urutan ke-2. Sedangkan yang minoritas adalah pegawai yang lama bekerjanya 31 – 40 tahun sebanyak 4 orang (4%).

Lama masa kerja merupakan nilai tambahan bagi para pegawai dikarenakan bahwa mereka mempunyai pengalaman kerja yang banyak dan lebih baik. Memang, tidak semua pegawai yang memiliki masa kerja yang lama itu yang terbaik.

Terkadang pegawai yang terlalu lama berada di organisasi tersebut mungkin produktivitasnya sudah menurun, dikarenakan usia yang sudah berlanjut. Untuk itu diperlukan juga regenerasi pegawai yang lebih muda, yang bersemangat dan memiliki kemauan untuk memajukan organisasi tersebut. Sehingga keberlangsungan organisasi tersebut selalu berjalan dengan baik.

4.2.Deskripsi Data Variabel Penelitian

4.2.1. Jawaban Responden Tentang Budaya Organisasi (Variabel X)

Untuk mengukur variable budaya organisasi digunakan 10 indikator yang kemudian diubah menjadi 18 pertanyaan. Pada setiap pertanyaan terdapat 5 pilihan jawaban, dimana responden diharuskan memilih satu pilihan jawaban yang disediakan.

Berikut ini disajikan data jawaban responden terhadap keseluruhan pertanyaan mengenai Budaya Organisasi (variable X) berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan:

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Tentang Apakah Para Pegawai Merasa Bebas Berinisiatif Sendiri

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat Bebas 2 2 Bebas 72 72 Cukup Bebas 28 28 Kurang Bebas 0 0 Tidak Bebas 0 0 Jumlah 100 100

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Inisiatif individu ialah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat. Dengan diberinya kebebasan tersebut, organisasi memberikan setiap individu untuk berkreasi dalam pelaksanaan tugas. Dengan adanya kebebasan, organisasi mendorong pegawai untuk meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja.

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa jawaban dari responden tentang apakah para pegawai merasa bebas untuk berinisiatif sendiri adalah bebas. Hal itu dapat dilihat dengan jawaban responden yang telah menjawab bebas sebanyak 72 orang (72%).

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Tentang Menyelesaikan Masalah Yang Timbul, Apakah Menunggu Perintah Dari Atasan

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tidak Pernah 7 7 Jarang 58 58 Kadang – kadang 30 30 Sering 4 4 Selalu 1 1 Jumlah 100 100

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Dari tabel diatas terlihat jelas bahwa para pegawai tidak perlu menunggu perintah dari atasan untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Hal tersebut menunjukkan kebebasan dalam berinisiatif yang mereka milliki. Para pegawai langsung berinisiatif sendiri untuk menangani masalah yang timbul sejauh masalah tersebut dapat diselesaikan tanpa melibatkan atasan.

Hal tersebut terllihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “jarang” sebanyak 58 orang atau 58%, “kadang-kadang” sebanyak 30 orang atau 30%, tidak pernah sebanyak 7 orang atau 7%, dan diikuti “sering” dan “selalu” sebanyak 4 dan 1 orang.

Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Tentang Diberinya Kesempatan Untuk Melakukan Pekerjaan Yang Tingkat Kesulitannya Tinggi

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Selalu 17 17 Sering 26 26 Kadang – kadang 50 50 Jarang 1 1 Tidak pernah 6 6 Jumlah 100 100

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa instansi memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk melakukan pekerjaan yang tingkat kesulitannya tinggi. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “kadang-kadang” 50 orang (50%) serta “sering” sebanyak 26 orang (26%).

Distribusi Jawaban Responden Tentang Jika Timbul Masalah, Apakah Atasan Memberikan Bantuan

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Selalu 46 46 Sering 19 19 Kadang – kadang 30 30 Jarang 1 1 Tidak Pernah 4 4 Jumlah 100 100

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa pihak atasan mau memberikan bantuan kepada para pegawai jika timbul masalah. Dengan adanya perhatian yang diberikan atasan terhadap bawahan dalam hal pekerjaan meningkatkan kinerja mereka dalam hal ini produktivitas kerja mereka akan meningkat. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “selalu” sebanyak 46 orang (46%) dan dan “sering” sebanyak 16 orang (16%).

Tabel 4.10

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pedoman Kerja Instansi (TUPOKSI)

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat Jelas 31 31 Jelas 56 56 Ragu-ragu 13 13 Kurang Jelas 0 0 Tidak Jelas 0 0 Jumlah 100 100

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa pedoman kerja sudah dirumuskan dan jelas adanya. Dengan adanya pedoman kerja, pegawai bisa memahami tugas dan fungsinya dalam organisasi. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai sebab, masing-masing pegawai sudah mengerti apa tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi tersebut. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “jelas” sebanyak 56 orang (56%).

Tabel 4.11

Distribusi Jawaban Responden Tentang Memahami Sasaran dan Harapan Yang Terdapat Dalam TUPOKSI

keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat Memahami 11 11 Memahami 81 81 Ragu – ragu 8 8 Kurang memahami 0 0 Tidak memahami 0 0 Jumlah 100 100

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa responden memahami sasaran dan harapan yang terdapat dalam TUPOKSI. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “memahami” sebanyak 81 orang atau 81%, sebanyak 11 orang atau 11% menyatakan “sangat memahami”, serta sebanyak 8 orang atau 8% menyatakan “ragu-ragu”. Sedangkan kurang memahami dan tidak memahami 0.

Kemampuan pegawai untuk memahami dan mengerti apa sasaran dan harapan yang terdapat dalam tugas pokok dan fungsi dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai, sebab pegawai tidak perlu mencari tau apa yang harus dilakukan dan itu bisa menghabiskan waktu tanpa menghasilkan sesuatu, sebaliknya jika pegawai sudah mengerti dan memahami bengna baik maka mereka akan melakukan apa yang sudah ditugaskan kepada mereka dengna segera. Hal ini dapat menghemat waktu yang disediakan serta hasil yang diinginkan tercapai dengan tepat waktu.

Tabel 4.12

Distribusi Jawaban Responden Tentang Instansi Mampu Menyatukan Unit-Unit Yang Ada Untuk Bekerja Sama

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat mampu 4 4 Mampu 61 61 Cukup Mampu 34 34 Kurang mampu 1 1 Tidak mampu 0 0 Jumlah 100 100

Sumber: Penelitian Lapangan 2012

Tabel diatas menunjukkan bahwa instansi ini mampu menyatukan unit-unit kerja yang ada untuk bekerja sama. Suatu pekerjaan jika dikerjakan bersama maka hasil yang dicapai akan efektif dan efisien. Jadi, dengan adanya kerjasama organisasi mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan baik. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “mampu” sebanyak 61 orang (61%).

Tabel 4.13

Distribusi Jawaban Responden Tentang Organisasi Bersikap Adil Kepada Setiap Unit Kerja

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat adil 10 10 Adil 46 46 Cukup adil 44 44 Kurang adil 0 0 Tidak adil 0 0 Jumlah 100 100

Sumber : Penelitian Lapangan 2012

Ketidak adilan dapat menyebabkan ketimpangan dalam suatu organisasi. Sebab setiap individu yang ada di dalamnya akan merasa diabaikan. Jika terjadi hal tersebut maka produktivitas kerja pegawai akan menurun, sebab mereka akan bekerja dengan tidak sepenuh hati. Untuk itu diperlukan keadilan terhadap setiap unit kerja yang ada sehingga produktivitas kerja pegawai akan tetap terjaga. Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa responden menyatakan bahwa instansi ini bersikap adil terhadap setiap unit kerja yang ada. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “adil” sebanyak 46 orang (46%).

Tabel 4.14

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengaruh Bantuan Dan Dukungan Dari Atasan

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat berpengaruh 14 14 Berpengaruh 71 71 Cukup berpengaruh 15 15 Kurang berpengaruh 0 0 Tidak berpengaruh 0 0 Jumlah 100 100

Sumber : Penelitian Lapangan 2012

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa bantuan dan dukungan dari atasan itu berpengaruh terhadap prestasi kinerja para pegawai. Seperti yang kita ketahui bahwa yang diperlukan oleh suatu organisasi adalah kinerja pegawainya yang baik dan memuaskan. Untuk itu organisasi yang baik selalu berusaha meningkatkan kinerja pegawainya dengan beragam cara, untuk kepentingan organisasi itu juga. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “berpengaruh” sebanyak 71 orang (71%).

Tabel 4.15

Distribusi Jawaban Responden Tentang Apakah Instansi Telah Merumuskan Aturan-Aturan Tertulis Untuk Mengawasi Mengendalikan Pegawai

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sudah dan Sangat jelas 12 12

Sudah dan Jelas 50 50

Sudah dan Cukup jelas 38 38

Sudah Tapi Kurang jelas 0 0

Sudah Tapi Tidak jelas 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Penelitian Lapangan 2012

Aturan dibuat untuk mengontrol dan mengendalikan pegawai dalam bertindak dan bersikap dengan baik di dalam organisasi. Dengan adanya aturan diharapkan pegawai dapat menghormati dan menjalankan dengan baik. Tabel diatas menunjukkan bahwa aturan-aturan untuk mengndalikan dan mengawasi pegawai sudah ditetapkan dan jelas. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab “sudah dan jelas” sebanyak 50 orang (50%).

Tabel 4.16

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesadaran Akan Bagian dari Instansi

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat Menyadari 21 21 Menyadari 49 49 Cukup Menyadari 29 29 Kurang Menyadari 1 1 Tidak Menyadari 0 0 Jumlah 100 100

Sumber : Penelitian Lapangan 2012

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa setiap pegawai yang ada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan menyadari akan dirinya adalah bagian dari instansi tersebut. Dengan adanya rasa menyadari diri sebagai bagian dari suatu organisasi, pegawai akan memberikan tanggung jawab yang besar terhadap organisasi tersebut. Jika rasa tanggung jawab sudah tumbuh dalam diri masing-masing pegawai maka hasil kerjanya akan bagus. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab menyadari sebanyak 49 orang (49%).

Tabel 4.17

Distribusi Jawaban Responden Tentang Sering Terjadi Konflik

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tidak pernah 42 42 Jarang 43 43 Kadang – kadang 15 15 Sering 0 0 Selalu 0 0 Jumlah 100 100

Sumber : Penelitian Lapangan 2012

Konflik dapat menyebabkan hubugan antar individu di suatu organisasi renggang. Jika hal itu dibiarkan maka pola komunikasi yang terjadi akan buruk. Jika pola komunikasi buruk maka hal itu dapat mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Sebisa mungkin konflik harus dihindari tetap jika tidak dapat dihindari diperlukan manajemen konflik yang baik oleh pihak atasan. Sehingga konflik dalam artian negatif dapat diolah menjadi sumber daya yang bersifat positif. Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa di instansi ini jarang terjadi konflik. Hal itu terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab jarang sebanyak 43 orang (43%) dan tidak pernah sebanyak 42 orang (42%).

Tabel 4.18

Distribusi Jawaban Responden Tentang Berupaya Mencari Solusi Jika Terjadi Konflik

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Selalu 48 48 Sering 48 48 Kadang-Kadang 4 4 Jarang 0 0 Tidak Pernah 0 0 Jumlah 100 100

Sumber : Penelitian Lapangan 2012

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa instansi tersebut selalu berusaha mencari solusi terhadap konflik yang terjadi. Sebab, jika konflik dibiarkan

Dokumen terkait