• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan Pulau Liwutongkidi yang termasuk wilayah Kecamatan Kadatua dan Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai Mei 2010. Lokasi pengambilan data biofisik dilakukan di perairan Pulau Liwutongkidi, Pulau Kadatua dan Pulau Siompu dengan jumlah titik sampling 12 stasiun.

Penentuan titik stasiun dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yang didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi stasiun yang dipilih dapat mewakili perairan pulau Liwutongkidi secara keseluruhan. Pemilihan lokasi juga mempertimbangkan faktor kedalaman, dimana lokasi yang dipilih hanya yang memiliki kedalaman sama atau lebih besar dari 3 m. Dengan menggunakan GPS titik kordinat masing-masing stasiun diambil. Kordinat dari 12 stasiun penelitian pada ketiga pulau dapat dilihat pada Tabel 1 dan lokasi stasiun pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 1 Posisi geografis stasium penelitian.

Posisi Geografis

Lokasi Stasiun Lintang Selatan Bujur Timur Pulau Liwutongkidi 1 5⁰ 58’ 10.9229” 122⁰ 29’ 47.9699” 2 5⁰ 35’ 33.7921” 122⁰ 30’ 25.8192” 3 5⁰ 35’ 20.4351” 122⁰ 30’ 41.8304” 4 5⁰ 35’ 26.7351” 122⁰ 30’ 54.6845” 5 5⁰ 35’ 37.3558” 122⁰ 30’ 58.1176” 6 5⁰ 35’ 55.9313” 122⁰ 30’ 50.8942” 7 5⁰ 36’ 7.9201” 122⁰ 30’ 35.3751” 8 5⁰ 36’ 13.6073” 122⁰ 30’ 17.0837” Pulau Kadatua 9 5⁰ 33’ 29.4835” 122⁰ 30’ 33.2062” 10 5⁰ 34’ 29.4835” 122⁰ 29’ 9.16076” Pulau Siompu 11 5⁰ 38’ 9.9954” 122⁰ 30’ 13.3209” 12 5⁰ 37’ 4.22264” 122⁰ 32’ 4.222649”

dengan beberapa tahapan. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran, pengamatan dan wawancara yang secara garis besar meliputi kondisi ekosistem, sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelusuran terhadap laporan hasil penelitian atau kegiatan dilokasi yang sama dan data dari instansi terkait. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan seperti laporan hasil survey dan publikasi lainnya serta peta-peta yang tersedia.

3.2.1 Parameter kualitas lingkungan perairan

Data lingkungan kualitas perairan yang diperlukan dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Parameter kualitas perairan yang diukur serta alat yang digunakan

No. Jenis data Alat Satuan Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. Kecepatan arus Kecerahan Kedalaman Salinitas Suhu Floating drauge Secchi disc Meteran Refraktometer Termometer m/det (%) Meter (‰) (ºC) In situ In situ In situ In situ In situ 3.2.2 Lifeform komunitas karang

Identifikasi karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT) mengikuti English et al. (1997), dengan beberapa modifikasi. Panjang garis transek 10 m dan diulang 3 kali. Teknis pelaksanaan di lapangan yaitu seorang penyelam meletakkan meteran sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada disebelah kiri penyelam. LIT ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m, 60-70 m. Kemudian dilakukan pencatatan karang yang berada tepat di garis meteran.

3.2.3 Ikan karang

Metode yang dilakukan dalam pengamatan ikan karang adalah underwater visual census. Selama melakukan pengamatan, peneliti hanya melakukan pengamatan terhadap keberadaan ikan karang. Pengamatan ikan karang ditunjang dengan buku identifikasi ikan karang dari Kuiter et al. (2001). Pengamatan dilakukan sepanjang garis transek 70 m pada kolom air dengan jarak pandang 2.5 m ke kiri dan 2.5 m ke kanan.

3.3.4 Sosial ekonomi dan budaya

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui teknik wawancara dengan 50 responden (interview). Wawancara

dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi lokasi penelitian, kondisi sosial ekonomi dan persepsi atau pemahaman masyarakat tentang pengelolaan Pulau Liwutongkidi sebagai kawasan ekowisata. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa responden adalah individu, masyarakat atau aparat Pemerintah Daerah yang mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan baik langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan ekowisata di daerah setempat.

Pengumpulan data primer dibantu dengan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang dikumpulkan meliputi data ekonomi dan sosial. Sedangkan data untuk analisis biaya perjalanan dapat dilihat pada Tabel 3.

1. Data ekonomi masyarakat seperti mata pencaharian, tingkat pendapatan 2. Data sosial dan budaya meliputi : tingkat pendidikan, sarana dan prasarana perikanan, sistem kekerabatan masyarakat, kepariwisataan, dan perhubungan. Tabe1 3 Data yang dikumpulkan dalam analisis biaya perjalanan

No Data yang dibutuhkan Jenis data 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jumlah pengunjung ke lokasi per musim atau per tahun

Biaya perjalanan pengunjung Pendapatan rumah tangga Umur

Pendidikan

Jumlah rombongan Tanggungan keluarga

Lain-lain (faktor yang mempengaruhi demand)

Data sekunder Data primer Data primer Data primer Data primer Data primer Data primer Data primer

3.3 Analisis Data

3.3.1 Persentase Penutupan Karang

Persen penutupan karang berdasarkan pada kategori dan persentase tutupan karang hidup (life form). Semakin tinggi persen penutupan karang hidup maka kondisi ekosistem terumbu karang semakin baik dan semakin penting pula untuk dilindungi. Data persen penutupan karang hidup yang diperoleh berdasarkan metode line intersect transect (LIT) dihitung berdasarkan persamaan dari English et al. (1997) :

Persentase penutupan (%) = x 100 % Keterangan: li = Panjang lifeform karang jenis ke- i (m)

L = Panjang transek yang diamati (m)

Kategori kondisi dalam persentase penutupan karang hidup berdasarkan Gomez dan Yap (1988) menyatakan kriteria baku mutu untuk kondisi terumbu karang sebagai berikut :

a. Sangat Baik antara 75 – 100 % b. Baik antara 50 – 74.9 % c. Sedang antara 25 – 49.9 % d. Rusak antara 0 –24.9 %

3.3.2 Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan Karang

Kelimpahan ikan didefinisikan sebagai banyaknya ikan per luas daerah pengambilan contoh. Kelimpahan ikan dihitung dengan rumus dari Odum (1971) :

Kelimpahan Ikan = ∑ Xi / L

Keterangan : ∑ Xi = Jumlah individu ikan karang pada stasiun ke-i (ind) L = Luas terumbu karang yang diamati (m²)

Sedangkan keanekaragaman ikan karang dihitung dengan menggunakan Indeks Shanon – Wiener (Krebs 1972).

H p ln p

Keterangan :

H= indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

p = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke i (ni/N) ni = jumlah individu tiap jenis

N = jumlah total

Spesies ikan yang didata dikelompokan ke dalam 3 kelompok utama (English et al. 1997), yaitu :

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh family Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol).

b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh family Chaetodontidae (ikan kepe-kepe).

c. Ikan-ikan mayor, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5-25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada diterumbu karang, diwakili oleh family Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu) dan Blennidae (ikan peniru).

3.4 Analisis matriks kesesuaian wisata snorkeling dan selam

Dokumen terkait