• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Warna Daun

Tabel 7. Hasil Pengamatan Warna Daun Bibit Sukun

Berdasarkan pada Tabel 7 menunjukkan warna daun terbaik yaitu pada perlakuan A, dimana daun terlihat berwarna hijau tua dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sedangkan warna daun hijau muda pada perlakuan C.

Perlakuan Warna Daun Luas Daun (cm2) C 10,05 (1) A 55,41 (5) B 25,88 (2) K 37,27 (4) S 28,30 (3)

Pembahasan

Pada penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian berbagai pupuk kandang (pupuk kandang ayam, bebek, kambing dan sapi) memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap parameter pengamatan. Hal ini dikarenakan pupuk kandang yang diberikan memberikan efek yang berbeda pada bibit sukun. Setiap parameter pengamatan memiliki kebutuhan hara yang berbeda-beda, sehingga hasil yang didapatkan menjadi bebeda-beda juga.

Lahan tempat dilakukannya penelitian adalah lahan marginal atau lahan kritis, dimana kondisi lahannya dalam cekaman kekeringan karena kelerengan lahannya agak curam (15 - 25%). Hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun tanpa perlakuan (C) yang begitu lambat. Dapat dilihat dari data bahwa pertambahan tinggi bibit sukun rata-rata 3 cm, pertambahan diameter rata-rata 0.45 mm, luas daun rata-rata 10,05 cm2, luas tajuk rata-rata 51,17 cm2 dan jumlah daun rata-rata 3 helai. Pernyataan ini sesuai dengan Departemen Kehutanan (2006) salah satu kriteria lahan kritis adalah lahan yang kondisinya mengalami cekaman kekeringan akibat laju erosi yang tinggi maupun intensitas curah hujan yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah yang berfungsi sebagai media penyimpan air yang terkandung di dalamnya tidak dapat berfungsi maksimal sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang juga menjadi tidak stabil.

Berdasarkan beberapa pengamatan yang diamati, menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari parameter tinggi bibit sukun adalah pada perlakuan pupuk kandang ayam yaitu 4,78 cm, sedangkan perlakuan kontrol (tanpa perlakuan) menunjukkan pertambahan tinggi paling kecil yaitu 3,00 cm. Hal ini disebabkan

karena pupuk kandang ayam memiliki kandungan N yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain, yang dapt memperbaiki struktur dan memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odoema (2006) yang menyatakan aplikasi pupuk kandang ayam diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara sperti mengerahkan efek enzimtatik atau hormon langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan beberapa parameter yang diamati, nilai tertinggi dari parameter diameter bibit sukun adalah 1,32 mm yaitu pada perlakukan pupuk ayam, sedangkan pertambahan diameter bibit sukun yang paling rendah adalah 0,45 mm yaitu pada kontrol (tanpa perlakuan). Hal ini disebabkan karena pupuk kandang ayam menyediakan unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain ( sapi, kambing dan itik) ini sesuai dengan pernyataan Risnandar (2004) yang menyatakan bahwa kandungan unsur hara tiap ton pupuk kandang ayam adalah 65.8 Kg N, 13.7 Kg P dan 12.8 Kg K. Unsur hara dalam pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses penguraian terlebih dahulu.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan pupuk kandang menunjukkan hasil yang lebih baik untuk setiap parameter dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol). Hal ini dikarenakan adanya penambahan bahan organik ke dalam tanah yang berfungsi sebagai media penyuplai air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mayadewi (2007) bahwa pupuk kandang merupakan pupuk organik yang memiliki kandungan hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain

dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah.

Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi parameter luas daun bibit sukun adalah dengan perlakuan pupuk kandang ayam yaitu sebesar 55,41 cm2 dan luas daun paling kecil bibit sukun adalah pada kontrol (tanpa perlakuan) dengan luas 33,15 cm2. Luas daun ini juga berbanding lurus dengan luas tajuk bibit sukun, dimana berdasarkan hasil pengamatan luas tajuk tertinggi bibit sukun sebesar 254,10 cm2 pada perlakuan pupuk kandang ayam dan luas daun paling kecil sebesar 51,17 cm2 yaitu tanpa perlakuan (kontrol).

Pada pengamatan parameter jumlah daun bibit sukun dapat dilihat bahwa jumlah daun berbeda-beda untuk setiap perlakuan. Jumlah daun bibit sukun terbanyak adalah 5 helai pada perlakuan pupuk kandang ayam. Sementara itu jumlah daun paling sedikit adalah 3 helai pada kontrol (tanpa perlakuan). Jumlah daun dapat dijadikan sebagai salah satu indokator produktivitas tanaman, karena daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Jumlah daun suatu tanaman berhubungan dengan intensitas fotosintesis, dimana semakin banyak jumlah daun maka semakin tinggi hasil fotosintesisnya.

Pada pengamatan kadar air daun, daun yang digunakan adalah daun ketiga dari setiap bibit. Alasan penggunaan daun ketiga ini adalah bahwa daun ketiga dari setiap bibit sudah terentuk secara sempurna dan sudah matang secara fisiologis. Pada pengamatan kadar air daun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air tertinggi sebesar 81,49% pada perlakuan pupuk kandang kambing yang tidak jauh beda dengan perlakuan pupuk kandang ayam dengan kadar air sebesar 80,80%, kemudian diikuti dengan kadar air daun sebesar 78,01% pada perlakuan

pupuk kandang sapi dan kadar air daun sebesar 76,42% pada perlakuan pupuk kandang bebek. Sedangkan kadar air bibit sukun paling rendah adalah 74,08% pada kontrol. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air yang dibutuhkan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Musnawar (2002), bahwa bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air 80 – 90% dari berat totalnya. Penambahan bahan organik ke dalam tanah terutama pada tanah yang mempunyai kadar liat yang tinggi dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, distribusi ruang pori menjadi lebih merata dan kapasitas memegang air meningkat.

Warna daun adalah suatu indikator yang berguna bagi kebutuhan pupuk N tanaman. Daun yang bewarna pucat atau hijau kekuningan menunjukkan bahwa tanaman kekurangan N, sedangkan daun yang berwarna hijau tua menunjukkan bahwa kebutuhan tanaman akan N terpenuhi. Hasil pengamatan parameter warna daun bibit sukun yang diamati menunjukkan hasil warna daun mulai warna hijau muda sampai dengan hijau tua. Warna daun hijau tua ditunjukkan oleh perlakuan A (pupuk kandang ayam), sedangkan warna daun hijau muda ditunjukkan oleh perlakuan C (kontrol). Dari hasil ini, pupuk kandang ayam memiliki unsur hara N yang cukup untuk pertumbuhan bibit sukun. Menurut Odoema (2006) kotoran ayam merupakan sumber hara yang penting karena mempunyai kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain. Pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur hara makro dann mikro yang mampu meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga cepat terdekomposisi dan melepaskan hara.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakukan berbagai jenis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun untuk parameter tinggi, diameter, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun. Pengaruh nyata pada perlakuan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan bibit sukun disebabkan karena pupuk kandang dapat memberikan sumbangan unsur hara bagi pertumbuhan bibit sukun. Pernyataan ini sesuai dengan Wiryanta (2003) yang menyatakan pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.

Berdasarkan hasil uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada parameter tinggi bibit, diameter bibit, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan bibit sukun adalah perlakuan pupuk kandang ayam karena pupuk kandang ayam kandungan haranya lebih baik dibanding pupuk kandang bebek, kambing dan sapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odoema (2006) pupuk kandang ayam memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain dan merupakan sumber hara yang baik bagi unsur-unsur hara mmakro dan mikro yang mampu meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Unsur hara nitrogen terutama berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang dan daun.

Tabel 8. Korelasi antar perlakuan

parameter Tinggi diameter Luas daun Luas tajuk Jumlah daun Kadar air

Tinggi 1 Diameter 0.998569 1 Luas daun 0.964547 0.954536 1 Luas tajuk 0.993921 0.99287 0.93756 1 Jumlah daun 0.927353 0.907438 0.945977 0.914071 1 Kadar air 0.746067 0.72042 0.881072 0.685414 0.875187 1

Keterangan: 0.00-0.199 : Sangat rendah 0.20-0.399 : Rendah 0.40-0.599 : Cukup 0.60-0.799 : Kuat 0.80-1.000 : sangat kuat

Korelasi menunjukkan hubugan dari dua variabel. Berdasarkan data pada tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa setiap pertambahan tinggi memiliki korelasi sangat kuat terhadap diameter, luas daun, luas tajuk dan jumlah daun. Namun, tinggi bibit dengan kadar air menunjukkan korelasi kuat. Diameter memiliki korelasi sangat kuat terhadap luas daun, luas tajuk dan jumlah daun. Sedangkan antara diameter dengan kadar air memiliki korelasi yang kuat. Korelasi sangat kuat juga antara luas daun terhadap luas tajuk dan jumlah daun sedangkan luas daun dan kadar air memiliki korelasi kuat. Luas tajuk memeiliki korelasi sangat kuat terhadap jumlah daun namun, luas tajuk dengan kadar air memiliki korelasi yang kuat. Korelasi sangat kuat juga ditunjukkan antara jumlah daun dengan kadar air.

Dokumen terkait