• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Gmabar 2.19 Warna Primer

Sedangkan warna sekunder adalah warna-warna yang terdiri dari pencampuran warna-warna primer. Seperti warna oranye yang berasal dari pencampuran merah dan kuning, warna hijau adalah hasil pencampuran dari kuning dan biru, warna ungu adalah hasil pencampuran merah dan biru.

Gambar 2.20 Warna Sekunder Sumber : www.ahlidesain.com

Warna tersier adalah hasil pencampuran salah satu warna sekunder dengan salah satu warna primer. Seperti jika kita mencampurkan warna kuning dengan oranye, maka kita akan mendapatkan warna kuning kejinggaan.

Gambar 2.21 Warna Tersier Sumber : www.ahlidesain.com

Sedangkan yang terakhir, warna netral adalah warna yang dihasilkan dari pencampuran ketiga warna primer. Biasanya hasil pencampuran ini akan menghasilkan warna hitam, itulah mengapa disebut sebagai warna netral.

2.1.2.2Teori Audio Visual

Secara garis besar inti dari produksi film ataupun video ada tiga, yaitu Pra produksi, Produksi dan Pasca produksi. Namun jika kita bedah lagi, masing- masing memiliki kompleksitas yang berbeda-beda. Pra produksi berkonsentrasi pada bagaimana kita mempersiapkan produksi film atau video tersebut. Bagaimana menyusun storyline dan storyboard, script breakdown, shooting schedule, anggaran, menyusun tim produksi, dan mempersiapkan talent. Sedangkan proses produksi lebih berkonsentrasi pada bagaimana kita memproduksi film atau video tersebut. Dan pasca produksi berkonsentrasi pada bagaimana kita menyeleksi hasil produksi, mengumpulkan report, editing dan memasarkannya. Berikut ini kita akan mendalami masing-masing prosesnya.

a. Pra produksi

Gambar 2.22 Susunan Proses Pra Produksi Sumber : Buku Mari Membuat Film

Proses pra produksi adalah proses yang penting dalam memproduksi sebuah film atau video. Karena dalam proses inilah semua kematangan dalam produksi diperoleh. Tentunya proses ini juga sangat menentukan baik buruknya hasil produksi nanti. Proses pra produksi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1) Menghimpun Ide

Hal pertama yang mendasari kita ingin memproduksi sebuah film atau video tentunya adanya ide yang secara tidak sengaja atau sengaja terpikirkan oleh kita. Baik ide itu terinspirasi dari sebuah kejadian di sekitar kita ataupun ide yang kita adaptasi dari karya orang lain yang sudah ada. Ide tersebut adalah kunci utama akan dibawa kemana dan seperti apa film atau video yang kita buat nanti. Maka dari itu mengapa di dunia industri kreatif seperti saat ini, ide adalah barang mahal yang banyak diperebutkan orang, terutama jika ide tersebut sangat menjual. Jadi ide ini harus dipersiapkan dengan baik dan dimatangkan agar tetap pada jalurnya hingga nanti proses produksi selesai.

2) Menyusun Storyline dan Storyboard

Setelah ide telah dimatangkan, tugas selanjutnya adalah membuat perincian storyline dan storyboard dari ide cerita tersebut. Di sini storyline dan

storyboard berfungsi sebagai skenario mutlak yang akan dipakai saat produksi berlangsung. Storyline adalah penjabaran detail adegan dalam cerita tersebut. Jadi kita harus menjelaskan adegan pertama pada scene pertama sang talent melakukan apa, durasinya berapa lama, audionya seperti apa. Untuk audio ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu audio berupa suara atau percakapan yang dikeluarkan talent pada saat adengan dan audio pengiring sebagai backsound

adengan tersebut nantinya setelah diedit. Audio berupa suara pada satu adengan juga bisa dikeluarkan oleh voice over sebagai penjelas atau pengiring penonton agar lebih mengerti apa yang ditampilkan dalam gambar visual. Biasanya jenis video yang banyak memakai voice over sebagai pengiring gambar adalah jenis video liputan atau berita.

Sedangkan storyboard adalah gambar ilustrasi/sketsa yang menggambarkan seperti apa kira-kira adegan yang direkam nantinya. Biasanya

storyboard ini tidak dibuat benar-benar bagus, hanya berupa sketsa kasar yang penting jelas maksudnya dan detail. Tanpa storyboard ini kadang apa yang kita

pikirkan bisa berbeda di lapangan. Otomatis hal ini juga membuat hasil akhirnya pun berbeda. Guna storyboard ini juga menyamakan persepsi antara sutradara dan DOP (Director of Photography) selaku perekam gambar terutama soal angel

dan shoot seperti apa yang akan diambil. Tetapi untuk film dokumenter biasanya peran storyboard tidak terlalu penting karena film dokumenter biasanya mengandalkan pada apa yang terjadi alami di lapangan.

3) Script Breakdown

Bedanya dengan storyline, script breakdwon ini mengurai tentang segala informasi yang dibutuhkan dalam setiap adegan. Misalnya, kostum apa yang dikenakan talent, makeupnya seperti apa, propertinya seperti apa dan lain-lain.

Script breakdown cenderung lebih mendetail pada apa yang dibutuhkan dalam produksi tersebut. Bukan penjelasan tentang bagaimana adengannya berlangsung dan apa saja yang dibicarakan sang talent, seperti storyline. Script breakdown ini sangat membantu kru dan talent untuk memahami secara singkat dan cepat apa yang dibutuhkan dari tiap adegan tanpa harus membolak-balik skenario. Adapun bagian-bagian script breakdown antara lain sebagai berikut :

1. Production Company : Nama rumah produksi yang memproduksi film atau video tersebut.

2. Title/No. of episodes : Judul film atau video yang sedang diproduksi. Jika film atau video tersebut berseri, tuliskan juga episode atau serialnya.

3. Page Count : Panjang atau porsi dari adegan dalam skenario yang diurai. Page count sangat berguna untuk mengukur porsi masingt- masing adegan di dalam sebuah film atau video.

4. Location or Set : Keterangan lokasisesuai dengan skenario. Lokasi bisa saja berubah sesuai dengan kebutuhan produksi.

5. Scene No. : Nomor adegan sesuai denagn skenario

6. Int./Ext. : Penjelasan tentang lokasi adegan tersebut apakah berada di luar ruangan atau di dalam ruangan.

7. Day/Night : Penjelasan tentang adefgan tersebut dilakukan siang hari atau malam hari.

8. Description : Penjelasan singkat tentang adegan tersebut agar kru dan talent tidak perlu membolak-balik skenario untuk mengingatnya.

9. Cast : Penulisan keterangan siapa pemeran dalam adegan tersebut. Diurutkan sesuai porsi peran masing-masing. Peran dengan porsi terbanyak biasanya ditulis paling atas.

10. Wardrobe : Penambahan keterangan kostum apa yang harus dipakai pemeran pada adegan ini. Biasanya kostum atau wardrobe yang perlu disewa atau yang memerlukan budget khusus yang ditulis pada kolom ini.

11. Extras/Atmosphere : Keterangan apakah ada orang-orang (crowd) yang digunakan untuk mendukung suasana dalam adegan ini. Biasanya antara adegan satu dengan yang lain jika mempunyai extras yang sama bisa dikelompokkan untuk mempermudah continuity.

12. Make Up/Hair Do : Catatan khusus tata rias dan tata rambut apa yang harus dipakai talent saat beradegan di adegan ini.

13. Props, Set Dressing, Greenery : Props adalah segala bentuk properti yang digunakan untuk adegan ini, sedangkan set dressing adalah penata lokasi untuk sebuah adegan, fungsinya mirip dekorator. Dan

Greenery adalah tanaman atau hiasan apa saja yang dibutuhkan pada adegan ini.

Gambar 2.23 Contoh Script Breakdown Sheet Sumber : Buku Mari Membuat Film

Ada beberapa hal lainnya juga yang memang harus ditulis dalam script breakdown ini. Seperti berapa estimasi waktu yang dibutuhkan untuk set up lokasi dan merekam adegan dalam set up atau special equipment apa yang dibutuhkan selama produksi, dan berbagai hal mendetail lainnya. Script breakdown ini juga sangat berguna untuk menyusun anggaran produksi (Effendy, 2009 : 17).

4) Shooting Schedule

Penting diingat bahwa menyusun jadwal shooting tidak boleh sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun urutan jadwal shooting yang baik dan benar. Kumpulkan adegan-adegan yang lokasinya sama, sehingga tidak perlu bolak-balik untuk mengulang adegan di lokasi tersebut. Biasakan untuk mendahulukan adegan dengan setting waktu pagi atau siang hari dan eksterior atau berada di luar ruangan. Hal ini menghindari cuaca yang tidak bisa diprediksi dan siang hari yang relatif lebih pendek. Dan juga dahulukan adegan-adegan yang melibatkan banyak pemeran (Effendy, 2009:24).

Gambar 2.24 Contoh Shooting Schedule Sumber : Buku Mari Membuat Film 5) Anggaran

Kebanyakan dari pembuat film atau video independen mendanai sendiri produksi filmnya. Karena kebanyakan dari mereka memang membuat film atau video untuk sekadar hobi atau untuk diikutkan festival, dan bukan untuk tujuan komersil seperti film-film panjang di bioskop atau iklan televisi.

Tetapi jika para pembuat film ingin meminta bantuan dana dari investor tentunya harus dengan pengajuan proposal resmi. Di Indonesia belum banyak orang yang mau menginvestasikan uangnya demi kepentingan industri perfilman. Sangat jauh berbeda dengan Hollywood yang telah memakai sistem completion bond. Dimana para investor atau mitra kerja tidak perlu khawatir atas keberlangsungan produksi, karena ada jaminan bank yang meyakinkan mereka bahwa produksi ini akan berjalan secara tepat waktu dan tepat biaya (on time and on budget) (Effendy, 2009 : 35).

Gambar 2.25 Contoh Breakdown Budget Sumber : Buku Mari Membuat Film 6) Menyusun Tim Produksi

Dalam memproduksi sebuah film atau video ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu pemilihan kru produksi itu sendiri. Sebuah produksi yang baik tentunya harus memiliki kru-kru yang baik pula sehingga dapat membentuk tim yang solid. Dalam menyeleksi kru biasanya kita bergantung pada subyektivitas. Tetapi tidak ada salahnya jika kita melihat show reel apa yang pernah dia kerjakan, sebagai bahan referensi bagi kita apakah layak kru tersebut ada dalam tim produksi (Effendy, 2009 : 39).

1. Departemen Produksi yang dikepalai para produser. 2. Departemen Penyutradaraan yang dikepalai sutradara.

3. Departemen Kamera yang dikepalai oleh penata fotografi atau DOP. 4. Departemen Artistik yang dikepalai oleh penata artistik.

5. Departemen Suara yang dikepalai oleh penata suara. 6. Departemen Editing yang dikepalai editor.

Namun ada juga tim produksi yang hanya berisikan tiga orang. Biasanya tim produksi ini digunakan dalam pembuatan film dokumenter. Satu orang merangkap sebagai produser, sutradara sekaligus penulis cerita, yang lainnya bertugas sebagai kameraman dan asisten sutradara. Sedangkan untuk pembuatan film panjang, biasanya kru yang dibutuhkan 14 kali lebih banyak dibandingkan kru dalam pembuatan film dokumenter. Kru yang dipakai bisa mencapai 30 hingga 100 orang, bergantung kompleksitas film tersebut.

Ada beberapa bagian inti yang mempunyai andil paling besar dalam sebuah produksi film atau video. Mereka adalah produser meliputi excecutive producer, associate producer, producer dan line producer, lalu ada sutradara, manager produksi, desainer produksi, penata fotografi dan asisten sutradara.

1. Produser : Orang yang mengepalai departemen produksi. Biasanya produser ini adalah orang yang memprakarsai sebuah produksi.

2. Executive Producer : Orang yang bertanggung jawab atas praproduksi proposal dan penggalangan dana produksi.

3. Associate Producer : Orang yang mempunyai hak untuk mengetahui bagaimana jalannya produksi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar produksi.

4. Line Producer : Orang yang bertugas membantu memberi masukan dan alternatif atas masalah-masalah yang dihadapi oleh masing-masing departemen.

5. Sutradara : Orang yang bertugas untuk memberikan pengarahan tentang seluruh adegan dalam produksi tersebut dan bisa saling bekerjasama dengan departemen yang lain.

6. Manajer Produksi : Orang yang bertanggung jawab dalam mengatur kerja harian dan memaksimalkan potensi seluruh departemen. Orang

yang mengemban jabatan ini biasanya harus bertanggung jawab dalam segala bentuk operasional produksi.

7. Desainer Produksi : Orang yang membantu sutradara menentukan suasana dan warna apa yang akan ditampilkan dalam film.

8. Penata Fotografi : Orang yang bertanggung jawab atas segala penataan tata cahaya dan tata kamera.

9. Asisten Sutradara : Orang yang bertugas membantu sutradara dalam jalannya produksi.

7) Mempersiapkan Talent

Pemeran yang baik harus mampu melewati tiga tahap utama dalam produksi film atau video. Tahap pertama adalah casting, dalam casting ini karakter peserta berperan penting agar sesuai dengan kriteria yang dimaksud dalam peran. Kerjasama antara casting director dan sutradara harus baik agar dapat memilih pemeran yang baik pula.

Tahap kedua setelah pemeran terpilih adalah proses reading. Proses

reading adalah proses dimana para pemeran yang telah terpilih tadi, memerankan perannya masing-masing sesuai skenario. Mereka harus belajar mendalami karakter yang dimaksud dalam skenario. Dalam proses ini juga berguna bagi sutradara untuk memperkirakan berapa lama kira-kira waktu yang diperoleh untuk dialog dalam adegan tersebut.

Tahap yang terakhir adalah rehearsal, yaitu latihan langsung tata gerak,

blocking, mimik dan bahasa tubuh sesuai dengan keinginan sutradara. Jika para pemeran sukses melewati tahap ini bisa dipastikan pada saat shooting berlangsung tidak ada kendala yang berat karena seluruh pemeran telah dilatih (Effendy, 2009 : 53).

b. Produksi

Setelah semua proses pra produksi telah kita lalui, kita akan memulai proses produksi. Dalam proses ini pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan peralatan shooting terlebih dahulu. Setelah itu baru kita bisa memulai proses produksi itu sendiri. Berikut perancang berikan contoh susunan proses produksi dari Heru Effendy.

Gambar 2.26 Susunan Proses Produksi Sumber : Buku Mari Membuat Film

1) Peralatan Shooting

Dalam perkembangannya peralatan shooting saat ini tidak lagi sekompleks dulu. Banyak alternatif pilihan alat-alat yang bisa kita gunakan untuk shooting. Mulai dari yang mahal yang biasanya digunakan oleh para professional, sampai pada yang paling praktis dan dapat digunakan oleh siapa saja.

Sejatinya dari keseluruhan peralatan shooting yang sangat kompleks, ada beberapa yang termasuk wajib ada untuk melakukan sebuah produksi film atau video. Bahkan menurut Rick Smith dan Kim Miller dalam buku mereka yang berjudul Shoot to Sell, peralatan wajib yang harus kalian miliki untuk memulai sebuah produksi adalah kamera video, peralatan audio, stabilization gear dan

lighting. Jika kita bekerja pada dunia professional mungkin perlatan shooting yang akan kita gunakan lebih kompleks dan beragam. Tetapi coba kita bedah apa saja yang termasuk dalam kategori perlatan-peralatan ini (Smith & Miller, 2013 : 96).

a) Kamera Video

Dewasa ini jaman terus mengalami perubahan termasuk dalam hal teknologi yang digunakan manusianya. Tidak terkecuali pada kamera. Berbagai macam kamera telah diproduksi di dunia ini. Mulai dari kamera yang menggunakan pita roll film untuk mengambil dan merekam gambar hingga yang terkini hanya menggunakan sebuah kartu kecil atau memory card sebagai media penyimpanannya.

Ada juga jenis-jenis kamera seperti; consumer cameras yang biasa digunakan untuk sekedar hobi atau keperluan keluarga. Kamera ini biasanya

memiliki pengaturan yang serba otomatis dan sangat mudah digunakan juga tidak terlalu mahal. Bentuk kamera seperti ini biasanya bisa kita temukan pada handycam. Sedangkan jenis prosumer cameras adalah kamera yang terkadang digunakan untuk kepentingan industri, memiliki beberapa fitur professional tetapi juga memiliki beberapa fitur otomatis. Kamera jenis ini biasanya ada di antara

consumer cameras dan professional cameras. Sedangkan professional cameras

sendiri adalah peralatan kamera yang memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi dan memang diperuntukkan bagi industri professional dengan jam terbang tinggi. Tentunya kamera jenis ini memiliki tingkat kualitas lebih tinggi dan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan consumer dan prosumer cameras.

Gambar 2.27 Handycam Sumber : www.google.com

Kamera ENG (Electronics News Gathering) atau portable camera atau yang biasa kita kenal dengan kamera panggul adalah salah satu contoh kamera profesional. Dimana kamera ini tersusun dari beberapa bagian tubuh yang kompleks, antara lain seperti portable lens, camera head, view finder (VF), video cassette recorder (VCR), microphone, battery and housing, serta ultra light lamp/eye lamp/hand lamp. Dan juga EFP (Electronics Field Production) yang biasanya dipakai untuk produksi dalam ruangan, terutama dalam industri pertelevisian (Millerson, 2009 : 12).

Gambar 2.28 (Dari kiri) Kamera ENG dan Kamera EFP Sumber : www.google.com

Namun industri professional sekalipun cenderung mengikuti trend masa kini dengan beralih menggunakan consumer dan prosumer cameras. Dimana ada sebuah still image camera yang sering kita sebut dengan DSLR (Digital Single- Lens Reflex), yang generasi terbarunya memiliki fitur perekaman video. Hal ini kembali dibenarkan oleh Rick Smith dan Kim Miller. Keunggulan lainnya dari kamera jenis ini adalah memiliki media penyimpanan yang cukup simple hanya dengan menggunakan memory card dengan kapasitas yang relatif cukup besar, bisa menggunakan cahaya yang sangat minim, dan kemampuannya menampilkan DOF (Depth of Field) yang baik bergantung dari jenis lensa yang digunakan. Kamera jenis ini relatif lebih praktis dibandingkan dengan kamera-kamera besar profesional.

Gambar 2.29 Kamera DSLR Sumber : www.google.com

Menurut Rick Smith dan Kim Miller, setidaknya kamera yang kita gunakan untuk produksi film atau video memiliki spesifikasi seperti berikut :

1. Memiliki external microphone input.

2. Memiliki kabel penghubung untuk headphone. 3. Memiliki pengaturan kontrol audio.

4. Memiliki kemampuan untuk manual fokus. 5. Memiliki pengaturan kontrol white balance.

b) Peralatan Audio

Rick Smith dan Kim Miller mengemukakan sebuah hal, bahwa penonton akan lebih tertarik pada video yang memiliki gambar biasa-biasa saja atau tidak cukup baik tetapi suara yang sangat baik, dibandingkan dengan video yang memiliki kualitas gambar sangat baik tetapi suara yang dihasilkan tidak bisa dimengerti. Itulah mengapa mereka menyarankan kamera yang kita gunakan

untuk produksi sebuah film atau video adalah kamera yang memiliki external microphone input.

Secara garis besar ada empat jenis mikrofon yang bisa kita gunakan dalam merekam sebuah video atau film. Pertama adalah mikrofon jenis lavalier microphone. Mikrofon jenis ini sangat kecil, berbentuk klip yang bisa dijepitkan pada baju talent. Mikrofon jenis ini banyak kita temui pada pembawa acara televisi. Alat ini tidak akan nampak jelas karena dapat disembunyikan dalam baju, terkadang dijepitkan di bawah dasi atau pada bawah kerah baju. Lavalier microphone ini juga ada yang berbentuk wireless, ia bisa menangkap suara sang talent meskipun kamera sedang berada jauh dari talent.

Gambar 2.30 Lavalier Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com

Adapula mikrofon jenis shotgun microphone, dalam bahasa dunia perfilman biasa disebut mikrofon boom. Mikrofon jenis ini bentuknya panjang dan menjulur ke bawah, dan juga memiliki tangkai yang panjang. Tangkai inilah yang nantinya akan dipegang oleh seorang boom man. Guna tangkai panjang seperti ini agar mikrofon ini tetap bisa merekam suara dari atas talent tanpa harus masuk dalam pengambilan gambar kamera. Keunggulan mikrofon ini juga bisa merekam suara-suara di sekitar sang talent dan juga bisa mengikuti gerak talent kemanapun dia pergi.

Gambar 2.31 Shotgun Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com

Sedangkan hand-held microphone adalah jenis mikrofon genggam yang sudah umum kita jumpai sejak dahulu. Jenis ini tegolong paling tua diantara semua jenis mikrofon. Biasanya mikrofon jenis ini digunakan seorang reporter untuk mewawancarai seseorang di lapangan. Hand-held microphone yang mereka gunakan juga bisa digunakan sebagai pengenalan identitas dari televisi mana mereka berasal.

Gambar 2.32 Handheld Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com

Terakhir adalah head worn microphone. Mikrofon jenis ini hampir sama penggunaannya dengan lavalier microphone. Hanya saja bentuknya yang berbeda. Mikrofon ini berbentuk kecil memanjang, satu ujung di tempelkan pada telinga seperti headset sedangkan ujung lainnya mengarah ke dekat mulut untuk merekam apa yang disampaikan penggunanya. Mikrofon ini lebih fleksibel dan sangat cocok untuk seseorang yang ingin mendemonstrasikan teknik membuat sesuatu. Membebaskan penggunanya untuk melakukan gerakan-gerakan tangan dan tubuh tanpa takut terganggu suaranya.

Gambar 2.33 Headworn Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com

Pemilihan jenis mikrofon yang sesuai untuk proses produksi kita tentunya harus didasari pengetahuan yang baik tentang kelebihan dan kelemahan masing-

masing jenis mikrofon tersebut. Disesuaikan juga dengan penggunaannya untuk apa (Smith & Miller, 2013 : 101).

c) Stabilization Gear

Seringkali seorang kameraman terlalu nyaman dengan hand-held

kameranya sehingga hampir keseluruhan proses shooting selalu menggunakan

hand-held kamera. Memang teknik ini sering dipakai oleh kameraman agar perpindahannya lebih fleksibel dan praktis tanpa harus menggunakan alat. Tetapi menurut Rick Smith dan Kim Miller, jika hal ini terus menerus dilakukan, maka hasil gambar yang diperoleh akan terlihat tidak profesional sebagaimana mestinya.

Solusi agar gambar yang kita peroleh terlihat profesional adalah dengan menggunakan stabilization gear. Tripod, monopod, grip adalah contoh alat-alat stabilization gear yang bisa kita gunakan sebagai penunjang produksi film atau video.

Tripod dan monopod adalah sebuah tangkai yang mempunyai kaki-kaki penyangga untuk menahan dan membuat kamera stabil. Bedanya, tripod memiliki tiga kaki, sedangkan monopod hanya memiliki satu kaki saja. Penggunaannya pun berbeda. Kebanyakan monopod digunakan untuk memudahkan perpindahan kamera dari satu tempat ke tempat lainnya. Sedangkan tripod biasanya digunakan untuk pengambilan gambar yang lama dan tetap.

Gambar 2.34 Monopod dan Penggunaannya Sumber : www.google.com

Gambar 2.35 Tripod Sumber : www.google.com

Sedangkan grip adalah alat pendukung gerakan kamera agar hasil

shooting sesuai dengan konsep fotografi yang telah direncanakan. Grip bisa berupa dolly track, yaitu semacam kereta tempat kamera dan kameramannya bisa

Dokumen terkait