• Tidak ada hasil yang ditemukan

Watak Sejati (Xing) sebagai Daya Hidup Rohani

Bab 2 Hakikat dan Sifat Dasar Manusia

A. Manusia Makhluk Termulia

2. Watak Sejati (Xing) sebagai Daya Hidup Rohani

bahwa pada dasarnya sifat manusia itu asalnya baik, suci murni. Tian Yang Maha Esa sebagai Khalik pencipta dengan sifat-sifat kebajikan yuan, heng, li, dan zhen, menjadikan manusia memperoleh percikan kebajikan-Nya sebagai Firman yang berada pada diri setiap manusia. Percikan kebajikan Tian dalam diri manusia itu berupa xing (watak sejati) yang

di dalamnya terkandung benih-benih kebajikan, yaitu: ren, li, yi, zhi. “Firman Tian itulah dinamai watak sejati (xing), hidup/berbuat mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci, bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai agama.” (Zhongyong. Bab Utama pasal 1)

Keempat benih kebajikan inilah yang menjadi kemampuan luhur bagi manusia untuk berbuat bajik, sekaligus menjadi tanggung jawab manusia untuk mempertahankan dan menggemilangkan benih-benih kebajikan itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keempat benih kebajikan itu ada dalam diri setiap manusia dan menjadi sifat dasar manusia.

♥ Rasa hati berbelas kasihan dan tidak tega itulah benih dari Cinta kasih.

♥ Rasa hati malu dan tidak suka itulah benih dari Kebenaran. ♥ Rasa hormat dan rendah hati itulah benih dari Kesusilaan. ♥ Rasa hati menyalahkan dan membenarkan itulah benih dari

Kebijaksanaan.

• Siapa yang tidak merasa iba/kasihan melihat orang lain menderita.

• Siapa yang tidak malu melakukan perbuatan yang tidak berlandaskan kebenaran, dan siapa yang suka jika diperlakukan tidak benar.

• Siapa yang tidak mengerti bahwa kepada orang yang lebih tua harus menaruh hormat, mengalah dan rendah hati.

Cinta kasih Kebenaran

• Siapa yang tidak dapat membedakan bahwa sesuatu itu pantas atau tidak pantas untuk dilakukan.

Mengzi berkata: “Rasa hati kasihan dan tidak tega tiap orang mempunyai, rasa hati malu dan tidak suka tiap orang mempunyai, rasa hati hormat dan mengindahkan tiap orang mempunyai, rasa hati membenarkan dan menyalahkan tiap orang mempunyai. Adapun rasa hati berbelas kasihan dan tidak tega itu menunjukkan adanya benih cinta kasih. Rasa malu dan tidak suka menunjukkan adanya benih menjunjung kebenaran. Rasa hati hormat dan mengindahkan menunjukkan adanya benih kesusilaan, dan rasa hati menyalahkan dan membenarkan menunjukkan adanya benih kebijaksanaan. Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan itu bukanlah hal-hal yang dimaksudkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya. Tetapi sering manusia tidak mau mawas diri. Maka dikatakan, carilah! Dan engkau akan mendapatkan, sia-siakanlah, dan engkau akan kehilangan …!” “Sifat orang memang kemudian berbeda-beda, mungkin berbeda berlipat dua sampai lima atau bahkan tidak terhitung. Tetapi itu tidak dapat dicarikan alasan kepada watak sejatinya.” (Mengzi. VI A: 6/7)

“Mengapa kukatakan tiap orang mempunyai perasaan tidak tega akan sesama manusia? Kini bila ada seorang anak kecil yang hampir terjerumus ke dalam perigi, niscaya dari lubuk hatinya timbul rasa terkejut dan belas kasihan, ini bukan karena dalam hatinya ada keinginan untuk dapat berhubungan dengan orang tua anak itu, bukan ingin mendapat pujian kawan-kawan sekampung, bukan juga karena khawatir akan mendapat celaan.”

“Dari hal itu kelihatan, bahwa yang tidak mempunyai rasa belas kasihan itu bukan orang lagi, yang tidak mempunyai perasaan malu dan tidak suka itu bukan orang lagi, yang tidak mempunyai perasaan rendah hati dan mau mengalah itu bukan orang lagi, yang tidak mempunyai perasaan menyalahkan dan membenarkan itu bukan orang lagi.” (Mengzi. II A: 6/1-5) Mengzi berkata;

1. “Kemampuan yang dimiliki orang dengan tanpa belajar, disebut kemampuan asli (liangneng). Pengertian yang dimiliki orang dengan tanpa belajar, disebut pengertian asli (liangzhi).”

2. ”Anak-anak yang didukung tidak ada yang tidak mengerti/ mencintai orang tuanya, dan setelah besar tidak ada yang tidak mengerti harus hormat kepada kakaknya.”

3. ”Mencintai orang tua itulah cinta kasih, dan hormat kepada yang lebih tua itulah kebenaran. Tidak dapat dipungkiri memang

Dari ayat di atas dapatlah dikatakan suatu doktrin iman yang dengan jelas menyebutkan akan diri manusia itu, di dalamnya ada watak sejati (xing) yang menjadi kodratnya sebagaimana diirmankan Tian. Dengan demikian, tentunya watak sejati itu ada pada diri setiap manusia, dan pasti sama adanya. Semua manusia, apakah baik atau tidak secara fundamental memiliki jiwa yang sama, jiwa yang sepenuhnya tidak pernah dapat dilenyapkan oleh keegoisan, serta selalu mewujudkan dirinya segera dalam reaksi intuitifnya terhadap segala sesuatu.

Perasaan yang secara otomatis dialami oleh setiap manusia ketika melihat seorang anak kecil jatuh ke dalam sumur. Reaksi pertama setiap orang terhadap segala sesuatu yang secara alami dan spontan adalah, bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.

Pengetahuan (kemampuan merasakan) ini adalah perwujudan dari sifat kita yang asli. Selanjutnya, yang perlu dilakukan oleh kita (manusia) adalah mengikuti arahan dari pengetahuan/kemampuan intuitif itu, dan selanjutnya tanpa keraguan mengarah kepadanya. Karena apabila kita mencoba untuk menemukan alasan untuk tidak mengikuti arahan-arahannya, berarti kita menambahkan sesuatu atau mungkin mengurangi sesuatu dari pengetahuan/kemampuan intuitif itu, dengan demikian kita akan kehilangan kemulian tertinggi kita. Tindakkan mencari alasan merupakan sikap yang disebabkan oleh keegoisan.

Dengan watak sejati hidup manusia dibangun sehingga mempunyai suatu nilai, dan oleh karena memiliki watak sejati itulah manusia menjadi makhluk mulia dan utama dari segala ciptaan-Nya, dan karena watak sejati merupakan percikan dari sifat kebajikan Tian, maka pada dasarnya manusia memang berkemampuan untuk beriman dan kemudian mengerti akan perihal kuasa kebajikan-Nya.

Ren (cinta kasih) : muncul paling awal dalam diri setiap manusia.

Yi (kebenaran) : muncul kemudian setelah pengertian berkembang.

Li (susila) : dapat ditanamkan pada masa menjelang remaja.

Zhi (bijaksana) : merupakan tuntunan yang tak terbatas Ketika manusia berangkat dewasa.

Dokumen terkait