• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Alat Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu bentuk percakapan yang memiliki tujuan (Matarazzo, 1969 dalam Nietzel 1994). Melalui wawancara yang dilakukan, seorang interviewer mengali informasi yang mendalam mengenai diri subyek serta hal-hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Wawancara yang dilakukan untuk tujuan tertentu tidak didasarkan pada banyaknya isi dari wawancara tersebut. Penelitian ini menggunakan wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur merupakan kombinasi dari wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur

(Nietzel, 1994). Wawancara semiterstruktur lebih fleksibel karena selain menggunakan outline sebagai petunjuk wawancara, peneliti juga bebas untuk mengajukan pertannyaan diluar outline tersebut sehingga data dan infomasi yang didapat lebih dalam.

Ada beberapa langkah wawancara (Nietzel, 1994) sebagai tuntunan dalam melakukan wawancara, yaitu:

a. Wawancara Awal

Hal penting yang perlu dilakukan pada wawancara awal adalah melakukan rapport. Rapport ini dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik, nyaman, dan harmonis dengan subyek. Sikap interviewer yang hangat dan terbuka adalah awal yang baik untuk sebuah wawancara. Rapport ini juga untuk mendorong subyek untuk berbicara secara bebas dan bersahabat tentang masalah yang dihadapi. Kemampuan interviewer untuk membangun rapport pada wawancara awal ini dapat membantu proses wawancara selanjutnya sehingga akan diperoleh data dan informasi yang jelas mengenai diri dan masalah subyek.

b. Wawancara Pertengahan

Ada tiga tehnik dalam tahap wawancara pertengahan ini, yaitu: 1) Teknik Tidak Langsung

Pada pertengahan wawancara beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan secara open- ended. Dengan pendekatan open-ended ini klien diberikan

kebebasan untuk memulai sesuai keinginannya dan memudahkan klien untuk masuk pada pokok masalah yang dihadapinya. Pendekatan kedua adalah dengan mendengarkan secara aktif untuk membantu klien mengekspresikan diri secara penuh. Mendengarkan secara aktif ini dilakukan dengan memberikan merespon perkataan klien untuk menunjukan bahwa interviewer mengerti dan berusaha mendorong klien untuk maju. Kemampuan mempharaprasekan perkataan klien merupakan pendekatan ketiga dalam wawancara ini. Pharaprase dilakukan untuk membantu mengklarifikasi pernyataan klien yang membingungkan interviewer. Selain itu pula dapat memperbaiki pernyataan maupun feedback dari interviewer sendiri. Pendekatan terakhir dalam wawancara ini adalah dengan melakukan refleksi yang penekanannya bukan saja pada mengulang isi dari perkataan subyek tetapi juga menyoroti perasaan subyek.

2) Teknik Langsung

Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan informasi khusus dan memberikan kebebasan pada klien untuk merespon pernyataan interviewer. Pada tehnik ini seorang interviewer perlu berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan secara langsung untuk mengeksplorasi masalah subyek karena dapat menimbulkan kesalahpahaman.

Wawancara pertengahan yang dilakukan dapat menggunakan kedua teknik tersebut karena sifat wawancara yang fleksibel. c. Wawancara Penutup

Beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap akhir ini adalah membuat kesimpulan dari apa yang sudah dilakukan selama proses wawancara. Hal terpenting adalah mengklarifikasi terjadinya kesalahpahaman pada saat proses wawancara dilakukan dan melakukan evaluasi. Proses evaluasi yang telah dilakukan bertujuan untuk membantu proses selanjutnya. Pada wawancara penutup ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data yang dirasa kurang pada saat wawancara sebelumnya.

Agar wawancara ini lebih terarah maka peneliti membuat suatu outline yakni:

Aspek Konsep Diri Pertanyaan

Pengetahuan Tentang Diri 1. Menurut anda bagaimana penampilan anda sebagai wanita? (menarik, cantik, dsb)

2. Menurut anda bagaimana pendapat orang lain mengenai penampilan anda?

3. Apa peranan yang sedang anda jalani saat ini? 4. Menurut anda sifat baik apakah yang anda

miliki?

5. Menurut anda sifat buruk apakah yang anda miliki?

6. Keterampilan atau kecakapan apa yang anda miliki?

Harapan Diri 1. Apa yang anda harapkan dari penampilan anda dimasa mendatang?

2. Menurut anda apa harapan orang lain terhadap diri anda?

3. Apa yang anda harapkan sebagai seorang wanita?

4. Apa yang anda harapkan sebagai seorang istri? 5. Apa yang anda harapkan sebagai seorang ibu? 6. Dari semua sifat buruk yang anda miliki

manakah sifat yang paling ingin anda hilangkan? Mengapa?

7. Kepribadian seperti apa yang ingin anda miliki? Contohnya dan mengapa?

8. Keterampilan apa yang ingin anda miliki? Penilaian Terhadap Diri 1. Apakah anda merasa puas dengan penampilan

fisik anda? Mengapa?

2. Apakah anda senang dengan peran yang sedang anda jalani saat ini? Mengapa?

3. Menurut anda apakah semua orang disekitar anda menyukai anda? Lebih banyak mana, yang menyukai atau yang tidak menyukai?

4. Menurut anda apakah anda sudah menjadi istri yang baik?

5. Menurut anda apakah anda sudah menjadi ibu yang baik?

2.Observasi

Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung (Suhartono, 1988). Ada 2 karakteristik observasi dalam penelitian ini, yaitu:

a. Langsung

Informasi yang diperoleh melalui metode observasi bersifat asli dari tangan orang pertama yang tidak dicemari oleh faktor-faktor lain misal subyektivitas, hallo effect, dan lain-lain.

b. Metode observasi dapat digunakan untuk mengecek data yang telah diperoleh melalui metode pengumpulan data yang lain. Data yang diperoleh melalui observasi dapat dijadikan sebagai data pelengkap. Sebagai salah satu metode pengumpulan data, metode observasi ini memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah bahwa hasil pengamatan lebih bersifat subyektif. Hal ini disebabkan antara lain oleh latar belakang pemikiran observer, relasi observer dengan subyek penelitian dan hallo effect yang mempengaruhi pengamatan observer terhadap subyek penelitian. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka observasi dilakukan beberapa kali.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan dan metode observasi tidak terstruktur. Observasi nonpartisipan adalah observasi yang dilakukan oleh observer di mana observer hanya bertindak sebagai pengamat dan berusaha menciptakan hubungan yang erat dengan subyek penelitian. Sedangkan observasi tidak

terstruktur adalah metode observasi yang bersifat terbuka dan fleksibel, di mana observer melihat kejadian secara langsung. Dalam melakukan observasi ini tidak ada pedoman resmi yang digunakan misalnya daftar pertanyaan atau item tertentu.

Peneliti menggunakan observasi nonpartisipan karena dalam penelitian ini peneliti mengamati perilaku subyek secara langsung namun tetap berusaha menjalin hubungan yang erat dengan subyek sehingga peneliti tetap memperoleh data dan informasi secara langsung melalui interaksi tersebut. Sedangkan metode observasi tidak terstuktur digunakan untuk melihat kejadian terhadap diri subyek sehari-hari secara langsung tanpa pedoman yang mutlak untuk diikuti. Dalam melakukan observasi peneliti tetap memperhatikan 3 hal yaitu apa yang diobservasi, waktu observasi, dan bagaimana observasi tersebut dilakukan.

Observasi yang dilakukan akan mengungkap beberapa informasi untuk mendukung hasil wawancara. Adapun informasi yang akan digali melalui observasi adalah:

a. Tampilan diri 1) Fisik

2) Ekspresi Emosi b. Relasi

1) Dengan Suami dan Anak 2) Dengan Keluarga

c.Sikap atau perilaku subyek yang relevan 1) Perilaku yang nampak saat wawancara 2) Perilaku subyek sehari-hari

Berdasarkan prinsip determinisme psikis Model Psikodinamika (Nietzel, 1994) perilaku mempunyai hubungan dengan penyebab- penyebab yang terkadang tersembunyi dari observer. Dari perilaku yang tampak atau dari sikap yang tidak disadari oleh subyek dapat memberi tanda dari adanya konflik dan motivasi tersembunyi. Oleh karena itu, dengan metode observasi secara khusus dapat digunakan untuk mengamati secara langsung perilaku atau sikap subyek yang tampak dan tidak disadarinya.

3. Tes Psikologi

Untuk menambah data dan informasi mengenai subyek penelitian, peneliti mempergunakan tes Psikologi. Test psikologi yang dipergunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah test proyektif salah satu bagian dari test kepribadian.

Test proyektif ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu gambaran tentang struktur kepribadian subyek penelitian dengan jalan meminta subyek untuk memberikan respon pada stimulus tertentu yang tidak berstruktur dengan jelas (Faisal, 1989). Test proyektif yang dipergunakan oleh peneliti adalah Thematic Apperception Test (TAT) salah satu bentuk test asosiasi. Alasan dipergunakannya test TAT dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana konsep diri subyek, gambaran diri mengenai diri subyek, kecemasan utama yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri subyek serta kebutuhan-kebutuhan (need) apa saja yang dimiliki oleh subyek. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bisa muncul dalam kesadaran maupun ketidaksadaran manusia.

Selain need, Murray sebagai tokoh yang mengembangkan TAT pertama kali juga mengemukakan tentang press. Press adalah faktor-faktor eksternal atau kekuatan lingkungan yang dapat berpengaruh pada keadaan kita dengan satu atau lain cara sehingga press memiliki potensi tertentu terhadap kita (1993).

Untuk menjembatani antara need dan press, Murray mengemukakan mengenai thema. Thema merupakan interaksi antara need dan press sehingga memunculkan perilaku tertentu.

Pada test ini subyek diminta untuk mengemukakan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diketahuinya mengenai gambar yang diberikan. Melalui cerita subyek diharapkan dapat mencerminkan obsesi, kebutuhan, keinginan, kecemasan, atau pandangan hidup subyek ke dalam stimulus yang diberikan. Inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti menggunakan TAT sebagai pendukung metode wawancara dan observasi.

Selain itu pula sebagai salah satu test proyektif TAT memiliki keutamaan yang terletak pada kemampuannya untuk mengungkap kecenderungan-kecenderungan terhambat yang tersembunyi, yang oleh subyek cenderung tidak diakui karena tidak disadarinya. TAT dapat

mengungkapkan sebagian besar dorongan, emosi, sentimen, kompleks, dan konflik dominan yang ada dalam diri subyek. TAT ini bermanfaat untuk memeriksa kepribadian secara komprehensif dan menjelaskan bentuk gangguan perilaku (Manual TAT, 1996).

Pada test TAT ini, subyek diberikan sepuluh buah kartu wajib yang biasa digunakan dalam test TAT. Kesepuluh kartu tersebut adalah kartu yang berlaku bagi subyek laki-laki maupun perempuan. Kesepuluh kartu wajib itu adalah 1, 2, 3BM, 4, 6BM, 7GF, 8BM, 9GF, 10, dan 13MF. Setelah kesepuluh kartu tersebut diceritakan kemudian diinterpretasi. Interpretasi cerita TAT yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik- teknik yang digunakan oleh Bellak. Tujuan interpretasi menurut Bellak (1993) adalah menemukan pola umum dari cerita-cerita yang diperoleh melalui kartu-kartu tersebut. Pola umum diperoleh melalui pengulangan- pengulangan dalam kebutuhan (need), press, mekanisme pertahanan diri, konflik, kecemasan, dan hal-hal lain yang muncul pada beberapa cerita. Untuk menginterpretasi cerita TAT ada sepuluh variabel menurut Bellak (1993) yang penting, yaitu:

1. Tema Pokok 2. Tokoh Utama

3. Kebutuhan-Kebutuhan dan Dorongan-Dorongan Utama dari Tokoh Utama

4. Konsepsi tentang Dunia atau Lingkungan 5. Sosok dalam Cerita Dilihat sebagai ….

6.Konflik-Konflik yang Disignifikan 7. Hakikat Kecemasan

8. Pertahanan-Pertahanan Utama Melawan Konflik dan Ketakutan 9. Ketepatan Superego sebagaimana Ditampakkan dalam Bentuk

“Hukuman” terhadap “Kejahatan” 10.Integrasi Ego

Kesepuluh variabel-variabel tersebut dipindahkan ke dalam blanko TAT Bellak untuk memudahkan membuat kesimpulan dan diagnosis akhir (Bellak, 1993).

F. Kredibilitas

Kredibilitas dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah kejelasan yang diberikan tentang gejala yang diteliti memeng sesuai dengan yang sebenarnya terjadi.

Untuk memperoleh hasil yang sesuai dalam penelitian ini ada cara-cara yang dilakukan untuk mengusahakan agar hasil penelitian ini dapat dipercaya yaitu dengan menggunakan metode triangulasi. Kemudian setelah mendapatkan hasil wawancara, hasil wawancara tersebut ditanyakan ulang pada subyek. Metode ini digunakan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Metode ini dapat dicapai dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi serta

hasil dari test TAT yang diperoleh. Kemudian hasil akhir dari wawancara dan observasi tersebut di cross-check dengan hasil wawancara subyek.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi data, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Setelah peneliti memperoleh data yang dibutuhkan maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis data-data tersebut. Adapun tahap-tahap yang dilalui dalam proses analisis data yaitu:

1 Kategorisasi data

Proses ini diawali dengan membuat verbatim hasil wawancara kemudian memberi kode-kode atau catatan-catatan pada transkrip guna memilah- milah data. Data yang telah diperoleh akan disusun atau digolongkan dalam tema atau kategori yang sama dan sesuai dengan tujuan penelitian. 2 Memberikan test TAT pada subyek

Test TAT diberikan dengan tujuan untuk melihat konsep diri serta dinamika psikologis yang dimiliki subyek.

3 Rekapitulasi data

Data yang telah dikategorisasikan tersebut selanjutnya akan diolah dengan menyusunnya sehingga menampilkan suatu pola hubungan.

4 Interpretasi data dan pengambilan kesimpulan

Proses ini dilakukan dengan melihat dan membandingkan beberapa teori yang bersangkutan dengan hal yang diteliti.

H.Pengkodean (Koding)

Dalam penelitian ini koding dilakukan agar dapat mengorganisasikan data dan mensistematisasikan data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 1998). Data yang telah diperoleh akan dianalisis baris per baris sehingga dapat memunculkan gambaran tentang aspek konsep diri subyek yang diteliti. Langkah-langkah koding dalam penelitian ini meliputi:

2. Menyusun transkrip wawancara (verbatim), catatan observasi, serta hasil interpretasi test TAT dengan memberikan kolom kosong yang cukup besar disebelah kanan transkrip. Kolom tersebut nantinya digunakan untuk memberikan kode atau catatan tertentu atas transkrip yang sudah dibuat. 3. Memberikan penomoran secara urut pada baris transkrip.

4. Memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode-kode tertentu yang dapat mewakili berkas tersebut. Sebagai contoh:

a. Pengkodean transkrip wawancara yaitu wawancara, aspek konsep diri positif atau negatif dan nomor baris, contoh: W/PTD+/70 untuk aspek pengetahuan terhadap diri, W/HD–/71 untuk aspek harapan diri, W/PnTD+/72 untuk aspek penilaian terhadap diri.

b. Pengkodean observasi yaitu observasi, aspek konsep diri positif atau negatif dan nomor halaman, contoh: O/PnTD+/90

c. Pengkodean hasil interpretasi TAT yaitu TAT, aspek konsep diri positif atau negatif dan nomor halaman, contoh: T/PnTD+/10.

Dokumen terkait