• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV – HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Teknik Pembobotan

5. Aspek Pengembangan RTH

4.4 Analisa Faktor-faktor Pengembangan RTH

4.4.3 Wawancara Analisa Delphi Tahap II (Iterasi I)

Hasil analisa delphi tahap satu yang merupakan tahap eksplorasi faktor-faktor berkaitan dengan pengembangan RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan menghasilkan beberapa faktor yang belum mencapai konsensus dan penambahan satu faktor baru. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan kuisioner pada tahap selanjutnya yaitu tahap iterasi I. Faktor-faktor baru dan yang belum mencapai konsensus dijadikan dasar dalam kuisioner wawancara tahap iterasi. Kuisioner pada tahap iterasi I pada dasarnya memiliki persamaan dengan kuisioner tahap eksplorasi, namun terdapat satu faktor baru, sehingga faktor-faktor yang ditanyakan adalah faktor-faktor baru dan yang belum mencapai konsensus. Responden dalam tahap iterasi I sama dengan responden pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dilakukan penggalian pendapat dari responden dengan lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang belum mencapai konsensus. Pendapat dari masing-masing responden terhadap faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada

Lampiran 8. Hasil iterasi I dalam analisa delphi dapat dilihat pada tabel 4.4.6

berikut :

Tabel 4.4.6 Hasil Wawancara Kuisioner Delphi Tahap II (Iterasi I)

No. Faktor R1 R2 Respondem R3 R4 R5 R6

1 Sumber daya manusia dan finansial S S S S S S

2 Kondisi fisik jalan dan lahan parkir S S S S S S

3 Kondisi geologi S S S S S S

4 Kondisi morfologi S S S S S S

5 Kondisi tanah dan air S S S S S S

6 Kondisi Pariwisata TS S TS S S S

Sumber: Hasil Analisis, 2017 Keterangan : S : Setuju

TS : Tidak Setuju

R1 : Kepala Subbid Perhubungan dan Pematusan Bappeko Surabaya R2 : Staf Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya R3 : Kepala Bidang Fisik dan Perencanaan Kecamatan Rungkut R4 : Kasubag Perencanaan PT.YEKAPE Kota Surabaya

R5 : Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS Surabaya R6 : Tokoh Masyarakat di Perumahan Rungkut Harapan

181

Berdasarkan hasil Iterasi I, analisa delphi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan belum mencapai konsensus. Dalam hal ini 5 faktor yang pada tahap sebelumnya belum mencapai konsensus, secara keseluruhan telah mencapai konsensus. Sedangkan, 1 faktor yaitu kondisi pariwisata yang merupakan faktor tambahan pada tahap eksplorasi, belum mencapai konsensus. Sehingga, analisa delphi dilanjutkan pada iterasi II terhadap responden (stakeholders) yang sama dengan iterasi I.

Kesimpulan Delphi Tahap II :

1. Faktor Sumberdaya Manusia dan Finansial, semua responden sepakat bahwa sumberdaya manusia dalam suatu pemerintahan maupun dalam lingkungan masyarakat akan mempengaruhi bagaimana pengembangan RTH, terutama RTH penyerap air hujan yang masih jarang diperhatikan oleh masyarakat luas. Pemahaman warga dalam pengelolaan RTH bergantung pada penguasaan pengetahuan atau informasi yang diterima. Kemampuan sumberdaya manusia didalam pemerintahan juga berperan penting dalam pengendalian suatu pengembangan RTH, begitu juga dengan kondisi finansial suatu wilayah maupun masyarakat itu sendiri dalam penyediaan dan pengembangan RTH. Dalam hal ini, penyediaan lahan untuk RTH penyerapan air hujan membutuhkan dana yang tidak sedikit bagi pemerintah dan masyarakat di pekarangan bangunannya. Kemampuan masyarakat secara ekonomi juga sangat mempengaruhi bagaimana konsep penyediaan RTH di pekarangannya. Sehingga, kesadaran yang tinggi dari masyarakat dan pembuat kebijakan dalam penyediaan dan pengembangan baik perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan sangat mempengaruhi pengembangan RTH yang didukung pula kondisi finansialnya.

2. Kondisi Fisik Jalan dan Lahan Parkir, semua responden sepakat bahwa dalam pemilihan bahan penutup permukaan tanah dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah penyerapan air. Diuraikan juga oleh responden bahwa material penutup permukaan tanah yang kedap air akan menghambat penyerapan air, hal ini berbeda dengan penggunaan material berupa

182

vegetasi. Sehingga dalam pengembangan RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan sangat dipengaruhi oleh penggunaan bahan penutup tanah yang memiliki daya serap terhadap air hujan yang berbeda-beda. Sebagian besar jalan sebagai akses di permukiman maupun di kawasan industri dan juga lahan parkir pada kawasan perdagangan dan jasa menggunakan bahan kedap air atau semen. Sehingga, secara tidak langsung mengurangi keberadaan RTH penyerap air hujan.

3. Kondisi Geologi, semua responden sepakat bahwa dengan karakteristik bebatuan di wilayah studi adalah endapan alluvial dan formasi kambuh. Dengan jenis batuan lanau dan lempung pasiran. Jenis lanau merupakan jenis bebatuan yang harus diperhatikan keberadaannya dalam membangun suatu bangunan. Jenis tanah lanau menyebabkan keberadaan genangan karena karakteristik tanah lanau yang kurang cepat meresapkan air. Namun jenis lanau dan lempung pasiran termasuk jenis tanah yang subur dan cocok untuk pertanian. Selain itu, jenis tanah lanau akan menyusut disaat musim panas dan mengembang saat musim hujan, sehingga hal ini akan mempengaruhi pengembangan RTH baik pada pemilihan jenis vegetasi maupun pada pemilihan bentuk penyerapan air.

4. Kondisi Morfologi, semua responden sepakat bahwa berdasarkan data yang ada Kecamatan Rungkut merupakan dataran rendah yang berpotensi untuk terjadinya genangan. Selain itu, kondisi dataran rendah menjadikan badan air di wilayah ini berada di posisi hilir dan menyebabkan tidak memadainya daya tampung air hujan di wilayah ini karena mendapat air buangan yang besar dari hulu atau dari area barat Kota Surabaya saat hujan deras. Sebagai dataran rendah juga mempengaruhi pemilihan bentuk atau morfologi RTH serapan air yang sesuai di wilayah studi. Kondisi morfologi pada dataran menyebabkan wilayah ini banyak diminati untuk pengembangan permukiman, yang mengakibatkan berkurangnya keberadaan RTH, terutama RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan.

5. Kondisi Tanah dan Air, semua responden sepakat bahwa kondisi tanah dan air juga mempengaruhi pengembangan RTH sebagai fungsi ekologis

183

penyerap air hujan, karena kondisi tanah dengan kelerengan 0-3% akan menyebabkan adanya genangan air disebabkan kecepatan aliran permukaan yang rendah. Kondisi tanah dengan kelerengan yang kecil menyebabkan berbagai jenis penggunaan lahan mudah untuk diterapkan diwilayah ini yang berpengaruh pada tersedianya RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan. Kondisi air di Kecamatan Rungkut juga berasal dari Kali Berantas yang mengalir menuju muara sungai. Berdasarkan air tanahnya, air tanah dipengaruhi oleh jenis pohon dan jenis tanah yang mempunyai kemampuan menampung, menahan dan mengalirkan air. Sehingga, kondisi tanah dan air sangat berpengaruh pada pengembangan RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan.

6. Pariwisata, beberapa responden kurang sepakat bahwa faktor pariwisata mempengaruhi pengembangan RTH penyerap air hujan. Hal tersebut dikarenakan kebijakan tentang pengembangan pariwisata disuatu wilayah tidak selamanya mengarah kepada pengembangan RTH. Selain itu, lokasi belum tentu diperuntukkan untuk mendukung pengembangan RTH penyerapan air hujan. Sehingga perlu ditindaklanjuti peruntukkan suatu lahan untuk mengembangkan RTH sebagai fungsi ekologis penyerapan air hujan. Instansi yang berhubungan dalam pengembangan RTH berdiri sendiri dengan instansi pengembangan pariwisata perkotaan, sehingga pengembangan RTH tidak berhubungan dengan pengembangan pariwisata secara langsung. Selain itu, pada umumnya masyarakat akan tertarik dengan pertunjukkan yang berhubungan dengan seni musik, dan pertunjukkan tersebut sedikit kemungkinan berhubungan dengan Ruang Terbuka Hijau.

Faktor Pariwisata merupakan faktor yang belum mencapai konsensus dalam tahap Iterasi I, terdapat 2 responden yang berpendapat bahwa faktor pariwisata tidak mempengaruhi pengembangan RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan. Pendapat dari masing-masing responden terhadap faktor tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil dari iterasi tahap I ini, maka terdapat 1 faktor yang perlu dilakukan iterasi tahap 2 untuk mencapai konsensus dari semua faktor yang didapat dari tahap eksplorasi. Faktor yang akan ditanyakan pada tahap iterasi II dapat dilihat dalam tabel 4.4.7 berikut :

184

Tabel 4.4.7 Faktor untuk Tahap Iterasi II

Faktor Keterangan

Kondisi Pariwisata Faktor baru

Sumber : Hasil Analisa, 2017