• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN

3.4 Struktur Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Medan

3.4.4 Sub Instalasi Farmasi Klinis

3.4.4.4. Wawancara dan Konseling Kemoterapi Sitotoksik

Sub instalasi farmasi klinis juga melakukan wawancara dan konseling terhadap pasien yang mendapat kemoterapi. Kegiatan ini dilakukan agar pasien dapat menyampaikan hal-hal yang dirasakan selama pengobatan kepada apoteker, dan pasien mendapatkan penjelasan tentang terapi yang dijalaninya. Form

pelayanan kefarmasian kemoterapi sitotoksik dapat dilihat pada Lampiran 29. 3.5 Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD)

Instalasi CSSD adalah pusat sterilisasi rumah sakit. Sejak tahun 2005 pengelolaan CSSD dipisah dari instalasi farmasi. Instalasi CSSD dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai Kepala Instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Instalasi CSSD dibantu oleh tenaga lain seperti asisten apoteker, perawat, administrasi dan teknisi. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas:

a. Sistem titipan

Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkannya kembali dalam keadaan steril kepada ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah klinik atau ruang perawatan yang membutuhkan.

b. Sistem distribusi

CSSD memproses kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi, penyimpanan dan

pendistribusian. Melayani kebutuhan alat dan perlengkapan bedah steril untuk IBS, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.

Kegiatan sterilisasi yang dilakukan di CSSD dilakukan dengan beberapa tahapan berikut:

1. Alat kotor yang telah dipakai dikamar bedah disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan larutan Aniosyme dan disikat dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat.

2. Rendam dengan larutan Aniosyme selama 30 menit dengan menggunakan alat ultrasonik.

3. Kemudian dibilas di alat ultrasonik dengan air panas 4. Keringkan di alat ultrasonik

5. Alat dikeluarkan dan disusun sesuai tindakan operasi 6. Beri tanda (indikator paper)

7. Sterilkan pada suhu 132oC, selama 14 menit 8. Distribusikan ke bagian yang membutuhkan

9. Selama proses sterilisasi dilakukan uji kualitas sterilitas yaitu dengan menggunakan: 3M Bowie-Dick Test Pack 1233, 3M Bowie-Dick Test Sheet 1227, 3M Attest BI Steam 1262 atau 3M Autoclave Tape untuk steam.

BAB IV

PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan adalah Rumah Sakit milik pemerintah Kota Medan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Pendidikan dengan tipe B.

Pimpinan Rumah Sakit adalah seorang dokter yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh tiga wakil direktur yaitu: Wakil Direktur Bidang Administrasi Umum, Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan, serta Wakil Direktur Bidang Sumber Daya Manusia dan Pendidikan.

Instalasi Farmasi Rumah sakit (IFRS) memiliki 4 sub instalasi yaitu Administrasi, Farmasi Klinis, Perlengkapan, dan Distribusi. Dimana setiap bagian tersebut mempunyai tugas dan fungsi yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

Pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan menggunakan sistem dana bergulir (Revolving Fund System). Instalasi Farmasi di rumah sakit ini belum menerapkan sistem satu pintu. Masih ada apotek lain yang berada di lingkungan rumah sakit yang melayani kebutuhan pasien. Apotek tersebut adalah apotek Husada Farma yang melayani pasien Askes rawat jalan dan Apotek Kimia Farma.

Sebagai standar penulisan resep oleh dokter, RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Formularium Rumah Sakit yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi dibawah komite medis yang terdiri dari dokter, Staf Medis Fungsional (SMF) serta apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium ini

direvisi setiap 3 tahun sekali dengan mempertimbangkan perkembangan pola penyakit di masyarakat serta kemajuan dibidang obat-obatan dan kedokteran. Formularium yang digunakan saat ini adalah formularium rumah sakit tahun 2010.

Perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuan kebutuhan per orangnya seperti penggunaan plester, kapas dan alat/bahan habis pakai, pembayaran biayanya dibuat dalam sistem unit cost. Unit Cost dikenakan kepada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan lain-lain. Besarnya biaya unit cost ditentukan untuk tiap tindakan berbeda dan ditetapkan dalam suatu surat keputusan. Setiap bulan dilakukan perhitungan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan untuk unit cost. Apabila dari hasil perhitungan instalasi farmasi memperoleh keuntungan, maka melalui biaya unit cost akan dipertahankan untuk periode selanjutnya. Apabila mengalami kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi dilakukan untuk mengantisipasi kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian yang berlebihan.

Perbekalan farmasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan sudah didistribusikan dengan baik. Untuk pasien rawat jalan Jamkesmas, Medan Sehat dan PJKMU dilakukan dengan kartu kendali yang disimpan di unit pelayanan farmasi tersebut. Kartu ini akan memudahkan petugas untuk memonitor penggunaan obat terutama untuk pasien penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Misalnya pasien TBC dan penyakit degeneratif.

Pasien rawat jalan umum obat diberikan menggunaan individual prescription dimana obat sesuai dengan jumlah yang tertera dalam resep yang diberikan dokter.

Pasien rawat inap Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan PJKMU pendistribusian perbekalan kesehatan dilakukan dengan sistem One Day Dose Dispensing (ODDD) dan dikendalikan dengan menggunakan CPO (Catatan Pemberian Obat) dan Kartu Obat. Pasien umum belum menggunakan sistem ODDD. Sistem Floor Stock di lemari emergency di ruangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien akan obat sesegera mungkin.

Pembagian tempat pelayanan farmasi dimaksudkan untuk memudahkan/mendekatkan pelayanan kepada pasien. Pelayanan farmasi untuk pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan PJKMU rawat inap terletak di lantai 3. Untuk pasien Askes rawat inap yang berada dilantai 5 sampai 8 perbekalan farmasinya dilayani oleh unit pelayanan farmasi yang terletak di lantai 5. Untuk pasien Jamkesmas, Medan Sehat dan PJKMU rawat jalan dilayani oleh unit pelayanan farmasi rawat jalan Jamkesmas, Medan Sehat dan PJKMU. Untuk pasien umum rawat jalan/rawat inap umum unit pelayanan farmasi berada di lantai 1 berdekatan dengan poliklinik. Instalasi pelayanan farmasi unit IBS (Instalasi Bedah Sentral) yang terletak di lantai 4 disamping IBS untuk melayani pasien-pasien bedah terencana. Untuk pasien yang masuk ke ruang gawat darurat dan atau memerlukan bedah emergensi dilayani unit pelayanan farmasi IGD.

Pengelolaan administrasi di Instalasi Farmasi sudah baik karena semua sistem sudah melibatkan komputerisasi yang terhubung ke setiap bagian sehingga

lebih memudahkan petugas dalam hal proses penagihan dan pembayaran langsung pasien, pemeriksaan perbekalan farmasi dan lain-lain.

Instalasi CSSD (Central Steril Supply Department) adalah pusat sterilisasi dan penyediaan alat-alat steril untuk keperluan rumah sakit. Pengelolaan instalasi ini dilakukan terpisah dari Instalasi Farmasi. Selain menyediakan kebutuhan alat-alat steril, CSSD juga berperan dalam proses sterilisasi ruangan, misalnya ruang bedah serta penyediaan desinfektan.

Pelaksanaan farmasi klinis di RSUD Dr. Pirngadi Medan meliputi pemberian informasi obat, baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan lainnya. Selain itu juga dilakukan konseling bagi penderita, pengkajian kerasionalan pemberian obat dan penggunaan obat, penanganan obat sitostatika serta analisa efektifitas biaya. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) yang merupakan bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO) juga telah dilaksanakan. Sedangkan pelaksanaan farmasi klinis lain seperti, pencampuran obat suntik secara aseptis, penentuan kadar obat dalam darah, penyiapan total parenteral nutrition (TPN) masih belum telaksana karena keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan.

BAB V

Dokumen terkait