• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawasan tentang Bank Syariah

BAB II WAWASAN PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT

C. Wawasan tentang Bank Syariah

Perkembangan perbankan syariah merupakan fenomena yang menarik kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir. Tak kurang IMF juga telah melakukan kajian-kajian atas praktek perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan internasional yang

60

E.B, Green, Measurment of human behavior (New York: P.S. The Odessey Press, 1971) Budaya Budaya Sub-budaya Kelas sosial Pribadi

Umur dan tahap daur hidup Pekerjaan Situasi ekonomi Gaya hidup Kepribadian dan konsep diri Psikologi Motivasi Persepsi Pengetahuan Keyakinan dan sikap Sosial Kel. Acuan Keluarga Peran dan status PEMBELI / NASABAH

memberikan peluang upaya penyempurnaan sistem keuangan internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis dan keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor finansial dibanding sektor riil dalam hubungan perekonomian dunia

Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu, menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum muslim, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak zaman Rasulullah saw61.

Awalnya bermula dari beroperasinya Mith Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963 dan ini merupakan tonggak sejarah perkembangan Sistem Perbankan Syariah. Kemudian pada tahun 1967 pengoperasian Mith Ghamr diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir disebabkan adanya kekacauan politik. Walaupun Mith Ghamr sudah berhenti beroperasi sebelum mencapai kematangan dan menyentuh semua profesi bisnis, keberadaannya telah memberikan tanda positif bagi masyarakat muslim pada umumnya, dengan diperkenalkannya prinsip - prinsip Islam yang sangat applicable dalam dunia bisnis modern62.

Konferensi Negara-negara Islam sedunia yang diselenggarakan tanggal 21-27 April 1969 di Kuala Lumpur menghasilkan beberapa keputusan yang terkait dengan perkembangan bank syariah dunia. Perkembangan selanjutnya adalah berdirilah Islamic Development Bank (IDB), yang didirikan atas prakarsa dari hasil sidang menteri luar negeri Negara Negara OKI di Pakistan tahun 1970, Libya tahun 1973, dan Jeddah tahun 1975. Dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan suatu sistem keuangan berdasarkan Bunga dan menggantinya dengan Sistem Bagi Hasil. Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara negara Islam untuk mendirikan suatu lembaga keuangan syari‟ah. Pada akhirnya tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an bank syari‟ah mulai bermunculan di Mesir, Sudan, Negara Negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, dan Turki. Secara umum lembaga keuangan Syariah secara internasional diklasifikasikan menjadi dua yaitu bank komersial (Islamic

commercial Bank) dan lembaga investasi dalam bentuk International Holding Company. Pada tahun 1984 telah berkembang 5 bank Islam di

61

Adiwarman A.Karim, Bank IslamL Analisis Fiqih dan Keuangan, 18.

62

Muhammad Imran Ashraf Ustmani, Meezan Bank‟s Guide To Islamic

Negara non muslim (Inggris, Swiss, Cyprus, Luxemburg, dan Denmark), dan 23 bank Islam di Negara-negara Islam63.

Perkembangan bank Syariah ini telah menarik bank-bank konvensional untuk menawarkan produk-produk syariah, misalnya dengan Islamic windows di Malaysia, Islamic transaction di cabang bank Mesir, dan Islamic services di cabang bank perdagangan Arab Saudi. Tahun 1996, Citibank mendirikan Citi Islamic Investment Bank di Bahrain yang berprinsip pada wholly-owned subsidiary. Produk

investment banking yang islami juga ditawarkan oleh beberapa fund management internasioal seperti the Wellington Management Company (Amerika), Oasis International equity Fund (Inggris), State Street Investment Management (Amerika), Hongkong-Shanghai Banking Corporation (HSBC-London) dan ANZ Bank (Melbourne-London). Disisi lain, pengguna jasa bank syariah dari non muslim juga sudah berkembang, misalnya KFC, Xerox, General Motor, IBM, General Electric, dan Chrysler64.

Dengan berkembangnya bank bank syari‟ah di Berbagai Negara Negara Islam lainnya, Di Indonesia rintisan praktek perbankan syariah dimulai pada awal periode 1980-an, melalui diskusi-diskusi bertemakan bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pengkajian tersebut, untuk menyebut beberapa, di antaranya adalah Karnaen A Poerwataatmadja, M Dawam Rahardjo, AM Saefuddin, dan M Amien Azis. Sebagai gambaran, M Dawam Rahardjo dalam tulisannya pernah mengajukan rekomendasi Bank Syari‟at Islam sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan riba, sekaligus berusaha menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan guna pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat. Jalan keluarnya secara sepintas disebutkan dengan transaksi pembiayaan berdasarkan tiga modus, yakni mudlarabah, Musyarakah dan Murabahah65.

Prakarsa lebih khusus mengenai pendirian Bank Islam di Indonesia baru dilakukan tahun 1990. Pada tanggal 19 – 22 Agustus tahun tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang

63

Khursyid Ahmad, Islamic Finance And Banking, Plan Field (The lslamic Society of North America,1999) 21.

64

Fies UMY, Sejarah Bank Syari‟ah (2009),

hhtp://fiesumy.blogspot.com/2009/01/sejarah-bank-syariah.html

65

Moch. Yazid Afandi, Aspek Legal Perbankan Syariah di Indonesia, (2011) http://www.ibnussite.com/aspek-legal-perbankan-syariah-di-indonesia.html

menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991.

Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-. Sampai bulan September 1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia66. sedangkan untuk tahun 2010 secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS. Selain itu, jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah sebanyak 1,640 unit. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten/kota di 33 provinsi. Dari segi aset, perkembangan perbankan syariah meningkat secara signifikan, dari Rp 20,880 miliar (2005) menjadi Rp 83,454 miliar (September 2010). Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 63,912 miliar dan jumlah pembiayaan sebesar Rp 60,970 miliar67.

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi

66

Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis, Namun Solusi Dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 105.

67

Ali Rahma, Outlook Ekonomi Syariah 2011, (2011) http://blogekonomisyariah.wordpress.com/2011/01/01/outlook-ekonomi-syariah-2011/

keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan68.

Dalam pendirian BMI telah ditetapkan sebagai perusahan terbatas (perseroan) dengan ketetapan akta notaris karena sudah memenuhi syarat-syarat finansial maupun yuridis. Adanya struktur kepengurusan bank yang telah ditentukan oleh peraturan pemerintah dimana adanya dewan syariah yang tidak ditemukan dibank konvensional. Dewan syariah yaitu lembaga yang berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan69.

2. Dasar Operasional Bank Syariah

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas

68

Lihat UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah

69

MUI, Tentang Dewan Syariah Nasional (2009) http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:tentang- dewan-syariah-nasional&catid=39:dewan-syariah-nasional&Itemid=58

kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro.

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai- nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Yaitu shiddiq, amanat, tablygh, dan fat}onah. Selain itu, dimensi keberhasilan bank syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long term oriented)

yang sangat memerhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses, dan kemanfaatan hasil70.

Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi syariah akan menjadi dasar beroperasinya bank syariah yaitu yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan atau kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.

Didalam menjalankan operasinya fungsi bank syariah terdiri dari71:

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank. 2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik

dana / sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi)

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan ( fungsi optional ).

70 Za‟tari, Alauddin,

Al-Mas}a>rif Al-Islamiyyah Wa Ma>dha> Yajibu An

Yu‟rafa „Anha> ( Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006).

71

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, (2011) http://www.vibiznews.com/1new/knowledge/syariah/PRINSIP%20DASAR%20OPER ASIONAL%20PERBANKAN%20SYARIAH.pdf

Dari fungsi tersebut maka produk bank syariah akan terdiri dari 72:

Tabel 2.1 : Dasar Prisip Produk Perbankan Syariah dalam Praktek

PRODUK/JASA PRINSIP SYARIAH

Penghimpunan Dana

1. Giro 1. Wadiah

2. Mudharabah 2. Tabungan Syariah 1. Wadiah

2. Mudharabah

3. Deposito Mudharabah

Penyaluran Dana

1. Pembiayaan mudharabah 1. Mudharabah

2. Mudharabah Muthlaqah 3. Mudharabah Muqayyadah 2. Pembiayaan Musyarakah Musyarakah

3. Pembiayaan Murabahah Murabahah 4. Pembiayaan salam Salam 5. Pembiayaan Ististhna‟ Istishna‟ 6. Pembiayaan Ijarah Ijarah 7. Pembiayaan Qardh Qardh 8. Pembiayaan Multijasa 1. Ijarah

2. Kafalah Pelayanan

1. Letter of Credit (L/C) impor syariah

1. Wakalah bil Ujroh 2. Kafalah

2. Bank Garansi Syariah Kafalah 3. Penukaran Valuta Asing

(Sharf)

Sharf

Sumber: Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah73

Seperti telah disebutkan di atas, bank syariah adalah lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan perbankan bagi para nasabah. Mekanisme kerja bank syariah adalah sebagai berikut. Bank syariah melakukan kegiatan

72

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah 2011.

73

Lihat, Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,(2011) www.bi.go.id

pengumpulan dana dari nasabah melalui deposito atau investasi maupun titipan giro dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian diinvestasikan pada dunia usaha melalui investasi sendiri (non-bagi hasil/trade finan- cing) dan investasi dengan pihak lain (bagi basil/investment financing). Ketika ada hasil (keuntungan), maka bagian keuntungan untuk bank dibagi kembali antara bank dan nasabah pendanaan. Di samping itu, bank syariah dapat memberikan berbagai jasa perbankan kepada nasabahnya.

3. Aspek Legal Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia Meski wacana bank syari‟ah sudah mengemuka di Indonesia sejak tahun 70-an, tetapi secara formal kelembagaan saat itu belum mendapatkan respon yang baik dari pemerintah sebagai pemegang tunggal kebijakan. Baru di era 90-an wacana tersebut mendapatkan respon yang baik dengan diterbitkannya UU No 7/1992. namun demikian, keberadaan UU tersebut sebagai satu-satunya payung hukum praktek perbankan syariah ketika itu masih belum dapat memberikan ruang gerak secara maksimal. Beberapa kelemahan masih banyak ditemukan dalam UU tersebut.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi, para pemerhati perbankan syari‟ah terus melakukan evaluasi terhadap kelemahan UU perbankan syari‟ah yang telah ada dan menerbitkan berbagai peraturan terbaru. Maka, muncullah UU No. 10/1998 dan berbagai peraturan lain yang dikelaurkan oleh Lembaga pemegang otoritas tertinggi moneter Indonesia, Bank Indonesia. Semua peraturan tersebut muncul atas dasar kebutuhan bagi sempurna dan leluasanya praktek perbankan syari‟ah di Indonesia.

Dengan telah diberlakukannya UU tentang Perbankan Syariah, maka terdapat 2 (dua) UU yang mengatur perbankan di Indonesia, yaitu UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Walaupun telah terdapat 2 (dua) UU yang masing- masing mengatur bank berdasarkan prinsip syariah dan bank konvensional, namun dalam masa peralihan ini masih dikenal Unit Usaha Syariah, yang membuka kesempatan bagi bank konvensional untuk melakukan kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah. Hal ini menyebabkan bank konvensional di satu sisi tunduk pada UU Perbankan (bagi kantor bank yang beroperasi secara konvensional), dan di sisi lain tunduk pada UU Perbankan Syariah (bagi UUS dan KC Syariah dari bank konvensional dimaksud). Pada umumnya sistematika pengaturan

UU Perbankan Syariah sama dengan UU Perbankan, yaitu antara lain meliputi azas, tujuan dan fungsi; perizinan, bentuk badan hukum; jenis dan kegiatan usaha, rahasia bank; pembinaan dan pengawasan; dengan beberapa perbedaan prinsip di dalamnya khususnya yang menyangkut aspek syariah, di samping itu terdapat beberapa pengaturan baru yaitu mengenai tata kelola, prinsip kehatihatian, dan pengelolaan risiko, penyelesaian sengketa; Komite Perbankan Syariah; self liquidation, serta perluasan kewenangan pengawasan Bank Indonesia74.

D. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah 1. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap Bank Syariah di

Timur Tengah

Penelitian yang dilakukan Naser dan Moutinho pada tahun 1997 terhadap 100 bank syariah teratas di Negara-negara Arab, memperlihatkan bahwa secara umum bank syariah mulai berkembang pada pertengahan tahun 1970-an. Saat itu bank syariah menghadapi persaingan antar bank konvensional itu sendiri. Serta bank-bank konvensional dari barat yang melakukan penyesuaian dengan prinsip- prinsip syariah75.

Untuk memenangkan persaingan tersebut, maka penelitian itu menyarankan perlunya strategi pemasaran yang efektif. Agar bank-bank syariah bisa survive Maka mereka harus menempatkan pola yang koheren untuk memperbaiki posisinya sehingga menjadi kompetitif untuk masa jangka panjang. Perubahan lingkungan sosial ekonomi dan politik menuntut bank-bank syariah untuk melakukan inovasi dan kreatifitas dalam jasa dan produk, selain pengembangan pasar.

Hasil analisis ini juga mengindikasikan bahwa bank syariah tidak menggunakan keunggulan kompetitifnya dalam komunitas muslim. Karena itu diperlukan perubahan organisasinya untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabah. Mereka juga harus bisa membuat keputusan strategis berkenaan dengan minimum dan maksimun capital yang ditawarkan konsumen dan peta investasi antar wilayah dan antar sektor

74

Arief R. Permana, SEKILAS ULASAN UU PERBANKAN SYARIAH,(2008), http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/40B277F4-2C92-4807-86C7-

61D01BE47127/15112/03_Sekilas_Ulasan_UU_Perbankan_Syariah1.pdf

75

Laporan penelitian Bank Indonesia, Potesi, Preferensi,dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Sumatra Utara (Jakarta:2003), 22.

yang ada. Untuk mengambil peran yang aktif di masa depan, maka isu- isu pokok yang harus diperhatikan adalah mampu mengukur penerimaan banknya ditengah masyarakat (brand equity), mengukur keefektifan pemasaran yang diterapkan, proses produk baru yang lebih baik, serta memperkirakan kepuasan konsumen76.

Di Bahrain penelitian dilakukan oleh Metawa dan Almossawi pada tahun 1998, dengan menggunakan 300 orang nasabah. menemukan bukti bahwa keputusan konsumen dalam memilih bank syariah didorong oleh faktor agama, di mana konsumen mereka menekankan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Selanjutnya, keputusan juga termotivasi oleh faktor faktor keuntungan, keluarga dan teman-teman, dan sebuah lokasi bank. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dikaitkan dengan karekteristik responden seperti umur, pendapatan dan pendidikan.Secara umum, nasabah puas dengan pelayanan bank syariah. Dua hal utama yang menjadi kriteria pemilihan bank syariah adalah kesetiaan (adherence) terhadap prinsip-prinsip syariah, dan tingkat jasa yang diperoleh (rate of return). Lama berhubungan dengan bank memiliki kaitan dengan pemahaman terhadap jasa-jasa dan produk yang disediakan oleh perbankan tersebut. Almossawi mengidentifikasi lima atribut penting yang dipertimbangkan nasabah dalam memilih bank77:

1. Lokasi ATM yang mudah dijangkau 2. Ketersediaan ATM beberapa lokasi 3. Reputasi bank

4. Layanan ATM 24 jam

5. Ketersediaan tempat parkir yang memadai

Pada tahun1989, Cengis Erol dan Radi el-Bdour melakukan penelitian di Jordania, yaitu dikota Irbid, Zarka, dan Amman. Responden terdiri dari golongan kelas menengah professional. Jumlah sampel adalah 237 orang dari nasabah bank konvensional dan 197 orang dari nasabah bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor agama bukan menjadi pertimbangan motivasi dalam memilih layanan jasa perbankan. Responden terlihat lebih termotivasi dengan keuntungan yang akan

76

Abdul Gafur, Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga Dua Terhadap Bank Syariah”, 37.

77

diperoleh jika menggunakan jasa bank78. Adanya cabang baru bank syariah adalah bukan pertimbangan penting bagi peningkatan pelayanan. Selain itu, suatu kelompok memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen untuk memilih bank syariah dan kesadaran konsumen untuk memperoleh keuntungan dari laba dan bagi hasil investasi dan redistribusi pendapatan sistem perbankan syariah79.

Kemudian, pada tahun 1990, Erol et al. melakukan studi tentang konsumen keputusan untuk memilih bank Islam atau perbankan konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa konsumen memilih bank Islam karena layanan yang cepat dan efisien, yang reputasi, dan kerahasiaan perbankan. Di sini, kesimpulan yang dapat diambil adalah laba yang bermotif (faktor ekonomi) ada dalam faktor memilih perbankan syariah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Naser, Jamal, dan Al-Khatib pada tahun 1999 menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi konsumen memilih perbankan syariah adalah reputasi bank, alasan agama, persepsi bahwa perbankan syariah tidak hanya menawarkan fasilitas yang sama dengan perbankan konvensional tetapi juga menerapkan prinsip Islam, dan kemampuan perbankan untuk menjaga kerahasiaan, serta laba. Pada saat yang sama, faktor-faktor motivasi konsumen untuk memilih baik bank syariah maupun konvensional untuk melakukan diversifikasi investasi dan pembatasan cabang perbankan syariah dan pelayanan waktu. Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa konsumen memilih perbankan syariah, karena faktor agama dan laba (faktor ekonomi)80.

2. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di Inggris dan Amerika

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1992 di Inggris menunjukkan bahwa secara umum responden yang berpendidikan tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga keuangan syariah. Hal ini mungkin disebabkan oleh lembaga keuangan syariah masih tergolong baru dinegara tersebut. Hasil dari penelitian itu menyebutkan sekitar 10 persen responden berprinsip masih tetap membuka tabungan di bank

78

Abdul Gafur, Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga

Dua Terhadap Bank Syariah”, 37. 79

Cengiz Erol, Radi El-Bdour, International Journal Banking and Marketing,

Vol.7 No.6, 1989, 31-37.

80

Kamal Naser, Ahmad Jamal, and Khalid Al-Khatib, The International Journal of Banking Marketing for the Financial Services Sector, Vol.17 No.3, 1999, 135-150.

konvensional, 29 persen bersedia membuka dua rekening yaitu dibank syariah dan bank konvensional, dan sepertiga responden akan menutup rekening di bank konvensional dan menggantinya dengan bank syariah81.

Namun dalam penelitian lain tentang aspek financial perumahan di Inggris pada tahun 1990 dengan 100 reponden muslim yang bertempat tinggal di Leichestershier (Leichester dan Loughborogh),

memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa pendidikan memiliki peranan yang cukup besar. Dengan semakin tingginya pendidikan, maka kesadaran dan pengetahuan mengenai permasalahan dalam sistem keuangan syariah juga semakin baik. Hasil yang diperoleh dari penelitian

Dokumen terkait