• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Ambon/Leitimor 1. Faktor X7 Cuaca yang buruk

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

C. Wilayah Ambon/Leitimor 1. Faktor X7 Cuaca yang buruk

Cuaca yang buruk merupakan masalah penting dalam pekerjaan konstruksi Proyek yang banyak terkait dengan pekerjaan tanah. Di wilayah Ambon/Leitimor terpilihnya faktor cuaca buruk atau hujan sebagai faktor utama keterlambatan dikarenakan pada saat musim hujan yang turun pada kisaran bulan Mei,Juni dan Juli mengakibatkan hujan,banjir dan longsornya tanah yang ekstrim sehingga mengganggu keamanan kerja dan merusak hasil kerja .Hal ini mengakibatkan beberapa kerugian yang diderita oleh pelaksana maupun owner antara lain kerugian waktu,tenaga kerja dan biaya tambahan tak terduga. Kerugian dalam hal waktu dimana aktifitas dihentikan sementara dikarenakan tidak dapat melakukan aktifitas, kerugian dalam hal tenaga kerja dimana kegiatan dihentikan untuk menjaga keamanan bagi para pekerja hujan, banjir maupun longsoran tanah yang kemungkinan terjadi, kerugian material dan peralatan dimana material dan peralatan yang rusak harus diganti,membayar tenaga kerja, membayar teknisi alat dan biaya tambahan lainnya kerja, Pembelian bahan tambahan saat musim hujan seperti memasang terpal untuk melindungi hasil kerja dari curahan hujan ,jas hujan dll .Penundaan pekerjaan dikarenakan cuaca

103

yang buruk yang berlangsung cukup lama tersebut mengakibatkan penambahan jadwal pelaksanaan sehingga terjadi keterlambatan pada penyelesaiannya.(Agung, 2014)

2. Pengaruh Faktor X6 (Keadaan lokasi yang tidak menguntungkan.) pada wilayah Ambon/Leitimor.

Beberapa proyek terletak di area perumahan penduduk sehingga terjadi perselisihan dengan penduduk setempat yang menyatakan keberatan dilakukan pembangunan di area tersebut dikarenakan mengganggu keamanan dan kenyamanan area tempat tinggal dari penduduk setempat debu,suara bising dan hilir mudiknya angkutan material dan rusaknya jalan yang ada akibat lalu lalangnya angkutan material dan alat berat ke lokasi kerja menjadi alasan dari penduduk setempat untuk merealisasikan keberatannya. Hal ini menyulitkan pelaksana dalam merealisasikan kegiatannya sehingga sempat tertunda dan menyebabkan aktifitas kerja terhenti total contoh; demo dari penduduk setempat. Pembongkaran tiang listrik dan ornamen pihak pemerintah diarea yang akan dibangun juga menjadi kendala dalam pelaksanaan kerja dikarenakan tiang listrik menghalangi proses pekerjaan awal sehingga menunggu proses yang cukup lama dari pihak pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. (Hookubun, 2014)

3. Faktor X4 (Material Langka)

Terpilihnya kelangkaan material sebagai faktor utama keterlambatan di wilayah Ambon/Leitimor adalah dikarenakan material aspal sebagai bahan pokok pembangunan jalan dan jembatan yang dibutuhkan untuk konstruksi kerja sempat tidak terdistribusi di wilayah Maluku atau tidak terdapat di pasaran maupun di tempat supply sehingga memaksa pihak pelaksana untuk mencari solusi dari pelaksana atau penimbun dari wilayah-wilayah terdekat untuk membelinya. Sedangkan Material aspal yang dianggap langka dengan cepat harganya mengalami kenaikan yang drastis sehingga tidak sesuai dengan yang tertulis pada kontrak kerja .Pada saat kesenjangan material aspal maka terjadi kesenjangan di lokasi kerja sehingga tenaga kerja dan alat berat menganggur seperti

104

pada pekerjaan peningkatan jalan japat ke jalan aspal di dusun Oli sehingga harus menunggu sampai terdistribusi dengan normal meskipun harganya mahal. Pada saat itu material batu pecah dan pasir juga sulit didapatkan karena penduduk yang biasa mebuat dan mengumpulkan batu dan pasir beralih sementara pada hasil bumi. (Agung, 2014)

4. Faktor X5 Keterlambatan pengiriman material.

Faktor keterlambatan material menjadi faktor utama pada wilayah Ambon/Leitimor dikarenakan penjadwalan,pengawasan dan pengontrolan terhadap order material dan supplier yang buruk sehingga barang/material yang di order tidak terealisasi tepat waktu sesuai jadwal, sedangkan dari pihak pelaksana tidak melakukan pengecekan dan pengontrolan dari awal sehingga terlambat untuk mengantipasinya dan terpaksa harus menunda pekerjaan akibat kosongnya material di lokasi kerja. Material proyek sebagian besar di order dari wilayah lain seperti pulau Jawa (Surabaya, Jakarta) dan Ujung Pandang dimana proses pengiriman barang dengan ekspedisi kapal laut memerlukan waktu yang cukup lama dan tidak dapat terprediksi dengan pasti terhadap cuaca dan bongkar muat barang di area singgahannya, sehingga mendukung molornya waktu pelaksanaan akibat material yang terlambat dan pekerjaan lainnya yang terkait juga tertunda penyelesaiannya. Hal tersebut .memerlukan penyelesaian dalam mengatasi permasalahan yakni pembengkakan biaya, penambahan waktu kerja dan pembayaran terhadap tenaga kerja serta nama baik karena keterlambatan tersebut. (Agung, 2014)

5. Faktor X10 (Tenaga kerja langka).

Faktor Kelangkaan tenaga kerja terpilih sebagai salah satu faktor utama di Ambon/Leitimor dikarenakan kesulitan tenaga kerja ahli, terampil dan berpengalaman maupun tenaga kerja pembantu. Tenaga kerja yang melakukan kerjasama dengan kontraktor dengan membuat surat kontrak kerja baik secara borongan ataupun harian . Kurangnya loyalitas terhadap tenaga kerja yang berprestasi menyebabkan tenaga kerja

105

berpindah tempat kerja, sehingga terjadi kekosongan sementra mencari tenaga kerja pengganti. Hal ini selalu terjadi bila ditempat kerja tidak didapatkan upah yang layak,fasilitas , rasa aman dan nyaman. Kebebasan tenaga kerja tersebut yang berpindah-pindah tempat kerja dan berpindah bidang pekerjaan membuat pihak pelaksana tidak dapat memaksimalkan pekerjaan dan tidak terealisasikan penyelesaian dengan maksimal, dikarenakan dengan mencari kelompok tenaga kerja baru maka pembelajaran awal di mulai lagi. Tenaga kerja kontrak borongan yang dipakai berasal dari luar wilayah Ambon merupakan salah satu solusi menghadapi hal tersebut tetapi penekanan biaya yang dikeluarkan lebih mahal , dalam persaingan konstruksi yang semakin banyak , tenaga kerja dapat memilih kontraktor yang lebih loyal. Pada kejadian ini tenaga kerja kontrak melakukan pekerjaan secara borongan ataupun harian. Pengaturan tenaga kerja yang tidak terstruktur dengan baik menyebabkan pemborosan waktu, produktifitas tenaga kerja yang tidak optimum.(Agung,2014)

Hubungan / Keterkaitan Antar Variabel Pada Wilayah Ambon/Leitimor

1. Dari kelima faktor tersebut terdapat keterkaitan antara faktor X7 yakni cuaca yang buruk terhadap faktor X6 yakni lokasi yang tidak menguntungkan, dimana dengan terjadinya musim hujan yang ekstrim maka terjadilah banjir disertai tanah longsor yang menyebabkan lokasi kerja tergenang air dan licin sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan baik tenaga kerja maupun alat berat pada proyek jalan serta kegiatan lainnya di lapangan terbuka, tetapi lokasi yang tidak menguntungkan sendiri disebabkan oleh cuaca buruk dan keadaan lokasi yang tidak menguntungkan seperti area perumahan penduduk , daerah yang masih rawan seperti pembukaan lahan hutan,tebing dan perbukitan.

2. Faktor cuaca yang buruk (X7) menyebabkan keadaan lokasi tidak menguntungkan(X6),keadaan lokasi yang buruk menyebabkan

106

keterlambatan material (X5) ,keterlambatan material menyebabkan material menjadi langka(X4).

3. Keadaan lokasi yang tidak menguntungkan(X6) menyebabkan tenaga kerja langka(X10) karena tidak bersedia ditempatkan di lokasi yang rawan