• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK

E. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dibagi menjadi beberapa wilayah kerja antara lain sebagai berikut:

1. Kecamatan Medan Kota;

2. Kecamatan Medan Amplas;

3. Kecamatan Medan Denai;

4. Kecamatan Medan Area, dan 5. Kecamatan Medan Maimun.

BAB III

GAMBARAN DATA

A. Pengertian Pajak

1. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan diperlukan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pajak menurut Djajadiningrat (2014:2) adalah sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum”.

B. Subjek Pajak 1. Subjek Pajak

Subjek Pajak adalah pihak-pihak yang dikenai kewajiban untuk melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.

a. Orang Pribadi, sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

b. Warisan belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak yaitu ahli waris, maksud warisan disini adalah warisan yang menghasilkan atau masih ada pajak terutang yang ditinggalkan.

c. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

d. Bentuk Usaha Tetapadalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada diIndonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. tempat kedudukan manajemen;

b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan;

d. gedung kantor;

e. pabrik;

f. bengkel;

g. gudang;

h. ruang untuk promosi dan penjualan;

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

2. Subjek Pajak Dalam dan Luar Negeri 2.1. Subjek pajak dalam negeri

a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal diIndonesia;

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan diIndonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.

2.2. Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

C. Jenis Pajak

Jenis pajak dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Pajak Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

2. Pajak Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dan selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berdasarkan objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

3. Pajak Menurut Lembaga Pemungutannya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas:

i. Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Pajak Air Permukaan.

ii. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel, Pajak Hiburan dan Pajak Restoran.

D. Nomor Pokok Wajib Pajak a. Pengertian dan Fungsi NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu,

Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib Pajak dipergunakan untuk mejaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya. Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Nomor Pokok Wajib Pajak terdiri atas 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit selanjutnya merupakan kode administrasi. Berikut merupakan penjelasannya

a. Digit 1-2 : Kode Jenis Wajib Pajak b. Digit 3-8 : Nomor Pokok Wajib Pajak c. Digit 9 : Kode Pengecekan

d. Digit 10-15 : Kantor Pusat atau Cabang

b. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak

1. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

a. Wajib Pajak harus mengisi formulir permohonan pendaftaran Wajib Pajak secara lengkap dan jelas.

b. Wajib Pajak menyerahkan Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak yang telah diisi secara lengkap dan jelas serta ditandatangani Wajib Pajak atau kuasanya kepada Petugas Pendaftaran Wajib Pajak.

c. Dalam hal formulir permohonan sebagaimana dimaksud pada butir 1 belum diisi secara lengkap, Petugas Pendaftaran Wajib Pajak mengembalikan formulir kepada pemohon untuk dilengkapi.

d. Wajib Pajak menerima Bukti Penerimaan Surat (BPS) yang telah ditandatangani petugas pendaftaran setelah Formulir Permohonan Wajib Pajak dilengkapi.

e. Dalam hal wajib pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, kepada Wajib Pajak diserahkan SKT dan kartu NPWP.

f. Jangka waktu penyelesaian permohonan pendaftaran NPWP paling lama satu hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

g. Setelah menerbitkan kartu NPWP, Kepala Kantor dalam jangka waktu paling lama enam bulan menugaskan petugas konfirmasi lapangan untuk melakukan konfirmasi lapangan dengan prioritas sesuai tingkat risiko Wajib Pajak Baru dalam rangka membuktikan kebenaran pengisian formulir atau data yang disampaikan Wajib Pajak.

h. Dalam hal hasil konfirmasi lapangan menunjukkan bahwa data yang disampaikan oleh Wajib Pajak terdaftar tidak benar, KPP menerbitkan Surat Penghapusan NPWP secara jabatan disampaikam kepada Wajib Pajak.

i. Dalam hal KPP menerima permohonan pendaftaran NPWP yang disampaikan oleh Wajib Pajak melaluin KP4/P2KP, KPP menindaklanjuti sebagaiaman poin 5 sampai dengan poin 9.

2.Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dengan Sistem E-Registration.

Sistem E-Registration adalah sistem pendaftaran Wajib Pajak dan perubahan data Wajib Pajak melalui internet yang terhubung langsung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak. Tata Cara Pendafataran NPWP dengan Sistem E-Registrationadalah sebagai berikut:

a. Wajib pajak termasuk wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP dan atau melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP melalui Sistem E-Registration;

b. Permohonan pendaftaran NPWP dilakukan dengan cara mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak pada Sistem E-Registration;

c. Wajib Pajak dapat mencetak sendiri Formulir Pendaftaran Wajib Pajak serta SKTS dari Sistem E-Registration;

d. SKTS berlaku terhitung sejak pendaftaran melalui Sistem E-Registration dilakukan sampai dengan diterbitkan SKT oleh KPP tempat Wajib Pajak terdaftar;

e. SKTS hanya berlaku untuk pembayaran, pemotongan, dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan di luar bidang perpajakan.

c. Wajib Pajak yang Wajib Mendaftarkan Diri dan Mendapatkan NPWP

Wajib pajak yang wajib mendaftarkan diri dan mendapatkan NPWP adalah sebagai berikut:

1. Badan,

2. Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),

3. Pengurus, Komisaris, dan Pemegang Saham Perusahaan.

d. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah di Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

2. Bagi Wajib Pajak Badan adalah tempat kedudukan atau tempat usaha Wajib Pajak

e. Dasar Hukum Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-182/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Wajib Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Wajib Pajak.

f. Dasar Hukum Sistem E-Registration

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-24/PJ/2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem E-Registration.

3. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

1. Hak-Hak Wajib Pajak

a. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan kepada pemotong pajak.

b. Dalam hal pajak yang dipotong oleh pemotong pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak.

c. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Kewajiban Wajib Pajak

a. Wajib Pajak berkewajiban membuat surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan

b. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga, Wajib Pajak berkewajiban membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada pemotong pajak paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.

c. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan bukti potong pajak kepada:

i. pemotong pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan dipindahtugaskan;

ii. pemotong pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan pindah kerja.

d. Wajib Pajak berkewajiban memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, jika wajib pajak mempunyai NPWP.

e. Wajib Pajak berkewajiban memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, jika wajib pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

F. Surat Pemberitahuan

a. Pengertian Surat Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak yang digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Dasar Hukum Surat Pemberitahuan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan;

3. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahun Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;

4. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2016 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengelolaan Surat Pemberitahuan Tahunan.

c. Fungsi Surat Pemberitahuan

1. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

i. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sndiri dan/atau pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

ii. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek

iv. pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang;

a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

d. Jenis Surat Pemberitahuan

Jenis SPT meliputi:

1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan, meliputi:

a. SPT Tahunan Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah).

b. SPT Tahunan Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan Mata Uang Dolar.

c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau norma perhitungan penghasilan netto; dari satu atau lebih pemberi kerja; yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final; dan dari penghasilan lain (1770).

d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja; dalam negeri lainnya; yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final; dan dari penghasilan lain (1770).

e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja dengan penghasilan bruto tidak melebihi Rp30 juta setahun (1770).

2. SPT Masa, yakni:

a. SPT Masa PPh Pasal Pasal 4 ayat (2);

b. SPT Masa PPh Pasal 15;

c. SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26;

d. SPT Masa PPh Pasal 22;

e. SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26;

g. SPT Masa PPn dan PPnBM bagi pemungut.

e. Isi Surat Pemberitahuan Tahunan

SPT Tahunan memuat:

1. nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan alamat Wajib Pajak;

2. masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;

3. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak;

4. jumlah peredaran usaha;

4. jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;

5. jumlah Penghasilan Kena Pajak;

6. jumlah pajak yang terutang;

7. jumlah kredit pajak;

8. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;

9. jumlah harta dan kewajiban; dan

10. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29;

11. data lainnya yang terkait dengan usaha Wajib Pajak.

f. Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan

Penyampaian SPT oleh wajib pajak ke Kantor Pelayanan Pajak, atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, dapat

1. Secara Langsung dengan datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak 2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat

3. Cara lain melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat

4. Electronic Filing (e-Filing) g. Batas Waktu Penyampaian SPT

Berdasarkan Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang KUP dan Peraturan Menteri Keuangan No.80/PMK.03/2010, menetapkan batas waktu penyampaian SPT Tahunan sebagai berikut:

1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (1770), (1770S) dan (1770SS) paling lama tiga bulan setelah akhir tahun pajak.

2. SPT Tahunan PPh Badan (1771) paling lama empat bulan setelah akhir tahun pajak.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan

Setiap Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, terlebih dahulu harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas berupa:

a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau b. fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau

Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi warga negara asing.

2. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik/bukti pembayaran listrik; atau

b. fotokopi e-KTP bagi warga negara Indonesia dan surat pernyataan di atas meterai yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

3. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan Status Wanita Kawin yang dikenai pajak terpisah dari suaminya, berupa:

a. fotokopi kartu NPWP suami;

b. fotokopi kartu keluarga, dan;

c. fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataa menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.

1. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Manual

Berikut tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak secara langsung:

a. Dalam hal wajib pajak tidak mengajukan permohonan pendaftaran secara elektronik, permohonan pendaftaran dilakukan dengan cara menyampaikan permohonan secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak;

b. Permohonan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan;

c. Permohonan secara tertulis dapat disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha wajib pajak.

d. Penyampaian permohonan secara tertulis dapat dilakukan:

1. secara langsung;

3. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.

e. Setelah seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran diterima KPP atau KP2KP secara lengkap, maka akan diterbitkan Bukti Penerimaan Surat.

f. KPP atau KP2KP menerbitkan kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling lambat 1(satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.

g. NPWP dan SKT akan dikirimkan melalui Pos Tercatat.

2. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Elektronik

Berikut tata cara pendaftaran nomor pokok wajib pajak secara elektronik:

a. Dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Pendaftaran Wajib Pajak pada Aplikasi e-Registrationyang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di www.pajak.go.id;

b. Permohonan pendaftaran yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Aplikasi e-Registrationdianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum;

c. Untuk panduan penggunaan Aplikasi e-Registrationharus mengirimkan dokumen yang disyaratkan di atas, ke KPP yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat usaha Wajib Pajak;

d. Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registrationatau mengirimkan dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani;

e. Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sudah diterima oleh KPP.

f. Apabila dokumen yang disyaratkan belum diterima dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pendaftaran secara elektronik, maka permohonan tersebut dianggap tidak diajukan. Jadi pastikan dokumen yang disyaratkan telah diterima KPP sebelum jangka waktu 14 (empat belas) hari;

g. Apabila dokumen yang disyaratkan ini telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat elektronik;

h. Terhadap permohonan NPWP yang telah diberikan Bukti Penerimaan Surat, KPP atau KP2KP akan menerbitkan akrtu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan;

i. Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada Wajib Pajak melalui pos tercatat.

j. Wajib Pajak harus memastikan alamat yang dicantumkan pada Formulir Pendaftaran Wajib Pajak adalah benar dan lengkap.

3. Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Secara Manual

Setiap Wajib Pajak yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, pada akhir tahun pajak wajib melaporkan pelaksanaan kewajiban perpajakannya. Wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan utang pajaknya sendiri. Setiap Wajib Pajak yang ingin melaporkan kewajiban perpajakannya mengisi formulir Surat Pemberitahuan.

Berikut adalah tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan secara manual:

a. Mendatangi Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) meliputi TPT KPP tempat WP terdaftar;

b. Pojok pajak, mobil pajak, atau tempat khusus penerimaan SPT Tahunan yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menerima SPT Tahunan. SPT tahunan yang disampaikan ke TPT antara lain:

1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan;

2. SPT 1770;

3. SPT Tahunan Pembetulan;

4. SPT 1770S dan SPT 1770SS yang menyatakan lebih bayar, disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT dan disampaikan dalam bentuk e-SPT Tahunan.

c. Dikirim ke pos dengan bukti pengiriman surat ke KPP tempat WP terdaftar;

d. Dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP terdaftar;

1. Dalam hal penyampaian SPT Tahunan dilakukan melalui pos,

1. Dalam hal penyampaian SPT Tahunan dilakukan melalui pos,

Dokumen terkait