• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Kajian Teoritis

2.2.2. Work life balance

2.2.2.1. Pengertian Work life balance

Work life balance adalah keseimbangan hidup antara waktu luang, keluarga, agama dan kerja. Karir dan ambisi pada seorang individu seharusnya sama seimbang yaitu untuk mengurangi ketegangan antara pekerjaan dan kehidupan karyawan. Arambasic dan Galesic dalam (Sri 2019 : 3) mendefinisikan bahwa work life balance sebagai “..an elusive term used to describe a state of harmonious or satisfying arrangement between an individual’s work obligation and his or her personal life. We define it as

appropriate arrangement of role-time commitment that allows for good functioning at work and at home, with inimum role conflict and maximum satisfaction”

Menurut Sturgest dan Guest dalam (Sri 2019 : 3) Work life balance didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi pekerjaan mereka, memenuhi komitmen keluarga, serta tanggung jawab kerja dan kegiatan lainnya (seperti kegiatan sosial).

Menurut Louise P. Parkes and Peter H. Langford (2008) Work life balance adalah kondisi karyawan dalam menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya. Dalam jurnalnya Keseimbangan pekerjaan dan kehidupan (Work Life Balance) terletak dalam kaitannya dengan aspek lain dari lingkungan kerja untuk membantu manajer mengintegrasikan pekerjaan dan kehidupan strategi keseimbangan dalam konteks organisasi yang lebih luas.

Greenhaus, Collins, dan Shaw dalam (Wahyu 2018:4) mendefinisikan keseimbangan kehidupan kerja (Work life balance) sebagai tahap dimana seseorang terikat dengan seimbang diantara tanggung jawab pekerjaan dan tanggung jawab daalam keluarga.

Pada beberapa teori yang telah di paparkan dari berbagai sumber, dalam penelitian ini peneliti memilih teori Work life balance dari Louise P. Parkes and Peter H. Langford “Work life balance adalah kondisi karyawan dalam menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya”

2.2.2.2. Aspek – aspek Work life balance

Menurut Hudson (2005 : 3), work life balance meliputi beberapa aspek, yaitu :

1. Time balance (Keseimbangan waktu).

Menyangkut jumlah waktu yang diberikan untuk bekerja dan peran di luar pekerjaan. Waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dalam organisasi dan perannya dalam kehidupan individu tersebut, misalnya seorang karyawan di samping bekerja juga membutuhkan waktu untuk rekreasi, berkumpul bersama teman juga menyediakan waktu untuk keluarga.

2. Involvement balance (Keseimbangan keterlibatan).

Menyangkut keterlibatan tingkat psikologis atau komitmen untuk bekerja dan di luar pekerjaan. Keseimbangan yang melibatkan individu dalam diri individu seperti tingkat stres dan keterlibatan individu dalam berkerja dan dalam kehidupan pribadinya.

3. Statisfaction balance (Keseimbangan kepuasan).

Tingkat kepuasan dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kepuasan yang dirasakan, individu memiliki kenyamanan dalam keterlibatan di dalam pekerjaannya maupun dalam kehidupan diri individu tersebut. Sedangkan menurut Fisher dkk (2009), mengatakan jika work life balance memiliki 4 dimensi pembentuk, yaitu :

1. WIPL (Work Interference With Personal Life). Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat menganggu kehidupan pribadi

individu. Misalnya bekerja dapat membuat seseorang sulit mengatur waktu untuk kehidupan pribadinya.

2. PLIW (Personal Life Interference With Work). Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu menganggu kehidupan pekerjaannya. Misalnya, apabila individu memiliki masalah didalam kehidupan pribadinya, hal ini dapat menganggu kinerja individu pada saat bekerja.

3. PLEW (Personal Life Enchancement Of Work). Dimensi ini mengacu sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat meningkatkan performa individu dalam dunia kerja. misalnya, apabila individu merasa senang dikarenakan kehidupan pribadinya menyenangkan maka hal ini dapat membuat suasana hati individu pada saat bekerja menjadi menyenangkan.

4. WEPL (Work Enchancement Of Personal Life). Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi individu. Misalnya, keterampilan yang diperoleh individu pada saat bekerja, memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi work life balance

Menurut Schabracq, dkk., dalam (Widyasari et al, 2015) ada beberapa faktor yang mungkin saja mempengaruhi keseimbangan kehidupan kerja (work life balance) seseorang, yaitu :

1. Karakteristik Kepribadian, berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan di luar kerja. Menurut Summer & Knight (dalam Putri Novelia et al, 2013) terdapat hubungan antara tipe attachment yang didapatkan individu ketika masih kecil dengan Work Life Balance. Summer & Knight menyatakan bahwa individu yang memiliki secure attachment cenderung mengalami positive spillover dibandingkan individu yang memiliki insecure attachment.

2. Karakteristik Keluarga, menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Misalnya konflik peran dan ambigiunitas peran dalam keluarga dapat mempengaruhi work life balance.

3. Karakteristik Pekerjaan, meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik dalam pekerjaaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi. 4. Sikap. Merupakan evalusi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial.

Dimana dalam sikap terdapat komponen seperti pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dari masing-masing individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Work Life Balance.

Sedangkan menurut Malik, M., et al (2010), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi work life balance, yaitu:

1. Waktu. Cakupan banyaknya waktu yang di habiskan di tempat kerja atau lama waktu berada ditempat kerja.

2. Jadwal atau serangkaian rencana kegiatan yang dimiliki karyawan di luar maupun di dalam lingkup pekerjaan, untuk diselesaikan.

3. Kelelahan, Kondisi yang mana berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi kerja dengan disertai perasaan letih.

2.2.2.4. Work life balance dalam islam

Work life balance adalah bagian dari suatu siklus kehidupan kerja. Kehidupan kerja sekarang ini memang penuh dengan tuntutan dan perubahan. Bagi seorang pekerja lingkup kehidupan kerja sangat rumit dan memiliki banyak tuntutan dari beberapa sisi dari mulai bekerja, keluarga, sosial, dan pribadi yang semuanya diperlukan persiapan dalam menghadapinya.

Dalam islam “keseimbangan” sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an mengenai penciptaan Allah azza wa jalla yaitu pada surat Al Mulk Ayat 3 :

اًقاَبِط ٍتاَواََسَ َعْبَس َقَلَخ يِذَّلا

ۖ

اَم

ىَرَ ت

ِفي

ِقْلَخ

ِن َْحَّرلا

ْنِم

ٍتُواَفَ ت

ۖ

ِع ِجْراَف

ا

َرَصَبْل

ْلَه

ىَرَ ت

ْنِم

ٍروُطُف

Artinya : “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlahberulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

Berdasarkan ayat tersebut, terlihat jelas bahwa dalam menciptakan sesuatu, Allah selalu menciptakannya dalam keadaan seimbang (Departemen Agama Republik Indonesia, 8002). Allah kembali berfirman dalam surat Al Insyirah ayat 7 yang berbunyi:

ْبَصْناَف َتْغَرَ ف اَذِإَف

Artinya “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa keseimbangan menurut Islam adalah tetap melakukan yang terbaik pada setiap aspek baik rohani, pekerjaan, keluarga ataupun pribadi. Islam sendiri menghimbau umatnya untuk mencapai keseimbangan dari berbagai macamaspek kehidupan yang melingkupinya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2008).

Dokumen terkait