• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Berpikir

X4 Lingkungan Sosial:

X4.1.Dampak Negatif Kebijakan X4.2.Ketersediaan Sumberdaya

ekonomi X4.3.Ketersediaan Sumberdaya Sosial X4.4.Peran Media Massa X4.5.Dukungan Jaringan Usaha X4.6. Peluang Kemitraan X4.7. Pengaruh Kultural Y1 Keberdayaan Keluarga: Y1.1. Tingkat Adaptasi Y1.2.Tingkat

Pencapaian Tujuan

Y1.3. Tingkat Integrasi Y1.4.Tingkat latensi X5 Intervensi Pemberdayaan: X5.1.Ketepatan Proses X5.2.Tingkat Kewenangan X5.3.Dukungan Fasilitasi

Guna memperjelas kerangka berpikir di atas terdapat beberapa paradigma beberapa konsep utama dalam kerangka berpikir di atas antara lain: (1) Paradigma karakteristik kelompok, (2) Paradigma keberdayaan keluarga, (3) Paradigma intervensi pemberdayaan, dan (4) Paradigma sumber daya keluarga:

(1) Karakteristik kelompok merupakan suatu keadaan suatu kelompok dapat menguraikan, mengenali kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam kelompok yang dapat membuka perilaku kelompok dan anggota- anggotanya (tabel 2).

Tabel 2. Paradigma Karakteristik Kelompok

No. Indikator Kelompok tidak berdaya Kelompok Berdaya

1. Kepemimpinan Kelompok 1. Pemimpin terlalu membebaskan anggota kelompoknya 1. Pemimpin memiliki kemampuan untuk menggerakkan anggota kelompoknya 2. Pemimpin terlalu mengandalkan hubungan yang personal kepada anggota kelompok tertentu 2. Pemimpin memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan hubungan interpersonal dengan anggota kelompok 3. Pemimpin tidak memiliki

informasi yang strategis bagi anggota

kelompoknya

3. Pemimpin memiliki kemampuan dalam memberikan

informasi yang tepat kepada anggota kelompok 4. Pemimpin membebaskan

anggota kelompok untuk mengambil keputusan yang tidak terarah

4. Pemimpin memiliki kemampuan untuk Memfasilitasi peng- ambilan keputusan kelompok secara tepat 2. Kedinamisan Kelompok

1. Anggota Kelompok lebih mementingkan tujuan pribadi

1. Anggota kelompok memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan kelompok 2. Tidak terdapat

pembagian tugas yang jelas

2. Terdapat tugas yang jelas dalam kelompok

Tabel 2. (Lanjutan)

No. Indikator Kelompok tidak berdaya Kelompok Berdaya

3. Anggota Kelompok lebih mementingkan tujuan pribadi

3. Anggota kelompok memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan kelompok 4. Tidak terdapat

pembagian tugas yang jelas

4. Terdapat tugas yang jelas dalam kelompok 5. Pemimpin apatis terhadap anggota kelompok 5. Pemimpin kelompok melakukan pember- dayaan terhadap anggota kelompok 6. Anggota kelompok bekerja sendiri-sendiri 6. Anggota kelompok memiliki kerja sama yang kuat

7. Tidak memiliki pola kerja yang jelas antar anggota kelompok

7. Kelompok memiliki pola kerja sama yang konsisten

8. Suasana kerja kelompok tidak kondusif

8. Terdapat suasana kerja yang harmonis dalam kelompok 7. Kelompok

mengembangkan konflik yang merusak kelompok

7. Anggota menghindari konflik yang merusak hubungan antar anggota kelompok 8. Terdapat keinginan yang

kuat untuk bekerja secara individual

8. Anggota kelompok memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan kelompok 9. Lebih memfokuskan pada kepentingan masing-masing individu 9. Anggota kelompok memiliki komitmen untuk membesarkan kelompok

3. Komunikasi Kelompok 1. Anggota kelompok menerapkan komunikasi yang kaku

1. Memiliki tingkat intensitas interaksi yang tinggi antar anggota kelompok 2. Kurang ada penghargaan

antara anggota kelompok terhadap informasi

2. Memiliki tingkat keeratan yang tinggi antar anggota kelompok 3. Memiliki tingkat kerja

sama yang rendah antar anggota kelompok

3. Memiliki tingkat kerja sama yang tinggi antar anggota kelompok 4. Antar anggota kelompok

saling tidak peduli antara yang satu dengan yang lain

4. Memiliki saling pengertian yang tinggi antar anggota kelompok

(2) Keberdayaan keluarga merupakan kemampuan dari keluarga miskin untuk tetap bertahan hidup hidup, berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi pada lingkungan yang ada di sekitar keluarga sehingga mampu mencari alternatif di dalam memecahkan masalah yang dihadapi (tabel 3).

Tabel 3. Paradigma Keberdayaan Keluarga

No. Indikator Keluarga Tidak Berdaya Keluarga Berdaya

1. Kemampuan adaptasi 1. Keluarga Tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan 1. Keluarga mampu menyesuaikan dengan lingkungan 2. Keluarga lebih berorientasi ke masa lampau 2. Keluarga mampu merubah orientasi ke masa kini dan masa depan

3. Keluarga tidak mampu mengelola sumber daya keluarga 3. Keluarga mampu memanfaatkan sumber daya keluarga secara terarah 2. Kemampuan mencapai tujuan keluarga

1. Keluarga tidak mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi 1. Keluarga mampu mencapai tujuan mendapatkan penghasilan yang layak

2. Keluarga tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan sosial 2. Keluarga mampu mencapai tujuan sosial 3. Kemampuan berintegrasi

1. Keluarga apatis terhadap aktivitas keluarganya

1. Keluarga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap aktivitas keluarganya 2.Keluarga tidak memiliki

nilai-nilai yang kuat yang dijunjung tinggi keluarga.

2.Keluarga memegang teguh nilai-nilai moral yang tinggi .

4. Tingkat Latensi 1. Antar anggota keluarga memiliki sikap saling curiga

1. Keluarga memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap anggota keluarga

2. Saling menjatuhkan antar anggota keluarga

2. Antar anggota keluarga memiliki persaingan yang sehat untuk maju 3. Antar anggota keluarga

bersikap egois

3. Antar anggota keluarga memiliki kerja sama yang kuat

4. Anggota selalu berpikir stagnan

4. Anggota keluarga memiliki kesadaran untuk maju.

(3) Intervensi pemberdayaan merupakan Intervensi pemberdayaan adalah pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga – lembaga formal baik oleh pihak pemerintah, swasta, NGO (Non Goverment Organization), perguruan tinggi dengan tujuan untuk merubah pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota keluarga miskin sehingga mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga (tabel 4).

Tabel 4. Paradigma Intervensi Pemberdayaan

No. Indikator Intervensi Memperdayakan Intervensi

Pemberdayaan

1. Ketepatan proses 1. Kegiatan yang tidak mengarah kepada

pengelolaan sumber daya ekonomi

1. Serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya ekonomi 2. Kegiatan yang diarahkan

kepada kepentingan konsumtif

2. Mengembangkan kegiatan pengelolaan usaha

3. Modal usaha bercampur baur dengan kegiatan konsumtif keluarga

3. Pengelolaan pengembangan modal usaha 4. Jaringan usaha yang

sangat terbatas

4. Pengelolaan pengembangan jaringan usaha 5. Kemampuan pengelolaan

organisasi yang sangat terbatas

5. Keahlian pengelolaan organisasi

2. Tingkat kewenangan 1. Keluarga sangat bergantung kepada pihak lain

1. Keluarga mampu memahami kegiatan pemberdayaan 2. Keluarga menjadi tidak

teratur dengan program yang dijalankan

2. Keluarga secara mendiri menjalankan program pemberdayaan

3. Dukungan fasilitasi 1. Tidak memiliki dukungan usaha yang memadai dari pihak luar

1. Terdapat dukungan usaha dari pihak luar 2. Tidak berhubungan dengan

pihak luar

2. Terdapat frekuensi yang tinggi khususnya dana stimulus dari pihak luar

(4) Sumber daya keluarga merupakan sejumlah sumber daya yang ada dalam keluarga yang sangat berpengaruh terhadap segala aktivitas keluarga, baik yang berhubungan dengan aktivitas di dalam keluarga miskin ataupun yang terkait dengan aktivitas di luar keluarga miskin itu sendiri (tabel 5).

Tabel 5. Paradigma Sumber Daya Keluarga

No. Indikator Sumber Daya Keluarga

yang Tidak Potensial

Sumber Daya Keluarga yang Potensial

1. Dukungan sumber daya fisik

1. Kondisi rumah yang sangat kumuh

1. Memiliki rumah yang serasi

2. Tiap-tiap kamar diisi oleh banyak orang

2. Masing-masing anggota keluarga memiliki kamar sendiri

3. Luas tanah rumah yang sempit

3. Memiliki tanah rumah yang luas

4. Posisi rumah yang terpencil jauh dari akses fasilitas umum

4. Posisi rumah yang strategis

2. Dukungan sumber daya non fisik

1. Antar anggota keluarga memiliki tingkat konflik yang tinggi

1. Memiliki rasa saling percaya antar anggota keluarga 2. Antar anggota keluarga

terlalu egois

2. Terdapat komunikasi yang intensif antar anggota keluarga 3. Terdapat persaingan

yang tidak sehat dengan keluarga lain

3. Terdapat komunikasi yang intensif dengan keluarga lain

4. Antar keluarga saling mendominasi antara yang satu dengan yang lain

4. Antar anggota keluarga terdapat keserasian koordinasi 5. Anggota keluarga tidak

peduli terhadap pendidikan

5. Anggota keluarga memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pendidikan

Hipotesis

Untuk menjawab masalah penelitian ini, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(1) Karakteristik kelompok dan intervensi pemberdayaan berpengaruh secara nyata terhadap keberdayaan keluarga.

(2) Karakteristik individu, sumber daya keluarga, dan lingkungan sosial berpengaruh secara nyata terhadap keberdayaan keluarga.

(3) Keberdayaan keluarga berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kesejahteraan keluarga.

65

Penelitian ini menggunakan kombinasi dari jenis penelitian eksplanatori- korelasional dan penelitian partisipatori (Strauss dan Corbin, 2003). Dalam penelitian eksplanatori korelasional, peneliti menggali informasi-informasi tentang faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, kemudian melakukan uji korelasional dari beberapa faktor yang terkait dengan masalah kemiskinan bagi keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi. Dalam penelitian partisipatori, peneliti melakukan wawancara secara mendalam dan terlibat secara langsung dengan keluarga miskin yang ada di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.

Populasi dan Sampel Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, khususnya di kecamatan yang masyarakatnya terdapat kelompok keluarga miskin . Lokasi penelitian diambil berdasarkan kriteria khusus, yaitu Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam kategori tinggi dan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam kategori rendah (kecil). Pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai dengan Agustus 2009.

Tehnik Sampling

Penentuan sampling dalam penelitian ini tidak terlepas dari kondisi riil keluarga miskin yang ada pada kedua Kota tersebut, sehingga layak untuk dilakukan penelitian pada kedua wilayah tersebut. Berdasarkan data BPS DKI Jakarta pada tahun 2006 menunjukkan bahwa Kota Jakarta Utara merupakan wilayah yang tingkat kemiskinan penduduk dan keluarga adalah yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah di Kota Jakarta lainnya. Jumlah penduduk miskin adalah sebesar 116.499 orang (34.499%), sedangkan jumlah keluarga miskin di Kota Jakarta Utara mencapai 37,886 kepala keluarga (37.26 %) dari 101.674. keluarga.

Dari 2.001.899 orang total penduduk di Kota Bekasi, sebenayak 7,59 % atau sekitar 152.084 jiwa, hidup di bawah garis kemiskinan. Standar kemiskinan tersebut dilihat dari kemampuan belanja kebutuhan hidup yang kurang dari Rp163.385 per bulan. Jumlah warga miskin di wilayah Kota Bekasi meningkat dari 31.727 KK menjadi 38.109 KK pada tahun 2009. Data Badan Pusat Statisk (BPS,2007) Kota Bekasi tersebut menyebutkan adanya peningkatan mencapai 7.500 KK.

Populasi penelitian ini adalah keluarga miskin yang ada di Kota Jakarta Utara sebesar 19.067 KK dan Kota Bekasi sebesar 11.927 KK. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Penarikan sampel secara berkelompok atau Cluster Random Sampling. Cluster random sampling merupakan tehnik penentuan sampel apabila sifat atau karakter masing-masing kelompok sama dengan sifat seluruh populasi (Malo et al., 2001:100). Tehnik cluster random sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau kota. Untuk menentukan penduduk yang dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, 1998 : 60)

Untuk menetapkan cluster, peneliti sedapat mungkin mempunyai pengetahuan yang lengkap mengenai populasi. Kelompok cluster dapat dibentuk dalam beberapa tingkat, misalnya cluster tahap pertama adalah propinsi, cluster tahap kedua adalah kabupaten atau kecamatan dan seterusnya (Malo dan Triningtyas, 2001 : 101).

Dalam menentukan sampel ini, disesuaikan dengan karakteristik lokasi yang termasuk kategori kecamatan yang memiliki jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam kategori tinggi, dan kategori kecamatan yang termasuk dalam kategori rendah. Alasan diambilnya kedua kategori tersebut dalam beberapa wailayah mulai dari tingkat kecamatan, tingkat kelurahan sampai dengan tingkat RW/RT untuk melihat tingkat heterogenitas dari wilayah-wilayah tersebut sehingga dapat terwakili dalam penelitian ini. Beberapa tahapan dalam penentuan sampel ini adalah sebagai berikut:

Tahap pertama, peneliti membagi wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi ke dalam beberapa kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Jakarta dan Kota Bekasi. Kemudian menentukan secara acak beberapa kecamatan yang termasuk dalam kategori memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang tergolong tinggi dan beberapa kecamatan yang termasuk dalam kategori

memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang tergolong rendah. Wilayah Kota Jakarta Utara ditentukan Kecamatan Cilincing yang memiliki jumlah keluarga miskin tertinggi dan Kecamatan Kelapa Gading yang memiliki jumlah keluarga miskin terendah. Wilayah Kota Bekasi ditentukan Kecamatan Bekasi Utara yang memiliki jumlah keluarga miskin tertinggi dan Kecamatan Bekasi Barat yang memiliki jumlah keluarga miskin terendah.

Tahap Kedua, dari beberapa kecamatan yang telah ditetapkan sebagai cluster melalui jumlah kemiskinan keluarga yang tinggi dan yang rendah tersebut, kemudian peneliti memilih beberapa kelurahan yang termasuk dalam kategori tingkat kemiskinan keluarga yang juga tergolong tinggi dan beberapa kelurahan yang termasuk dalam kategori tingkat kemiskinan keluarga yang juga tergolong rendah.

Tahap Ketiga, Berdasarkan data kelurahan yang memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang tinggi dan rendah tersebut, peneliti kemudian menentukan RW yang memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang paling tinggi dan yang paling rendah.

Tahap Keempat, Selanjutnya peneliti menentukan RT yang memiliki tingkat kemiskinan keluarga yang tergolong tinggi dan rendah. Pada tahap akhir, dari beberapa RT yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi dan rendah tersebut ditentukan jumlah keluarga miskin untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Secara lebih jelas terdapat pada Tabel 6, sedangkan perinciannya terdapat pada lampiran 1.

Tabel 6. Matrik Kerangka Sampel Penelitian

Kota/Kecamatan Populasi (Rumah Tangga) Sampel (Kepala Rumah Tangga) Jakarta Utara: a. Kec. Cilincing* b. Kec. Kelapa Gading**

17.076 1.991

159 15 Bekasi

a. Kec. Bekasi Utara* b. Kec. Bekasi Barat**

9.516 2.411

98 34

Jumlah 30.994 306

Keterangan : *Kecamatan dengan jumlah KK terbesar **Kecamatan dengan jumlah KK terkecil

Responden Penelitian

Responden penelitian terdiri kepala keluarga yang ada di wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam tehnik sampling di atas. Kepada responden tersebut dilakukan wawancara terstruktur sesuai dengan kuesioner penelitian. Di samping itu, peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada kepala keluarga yang terlibat dalam kelompok usaha di kedua wilayah tersebut dengan tujuan untuk menggali informasi penting yang secara kualitatif akan sangat berguna untuk menyempurnakan analisis dalam penelitian ini.

Unit Analisis

Unit analisis merupakan unit (individu/kelompok/orang) yang dapat memberikan keterangan tentang hal-hal yang diamati atau dipelajari oleh peneliti. Unit analisis dalam penelitian ialah unit yang diteliti atau dianalisis (Singarimbun dan Effendi, 1989 : 155). Dalam membicarakan tentang populasi dan sampel dalam penelitian ini, maka yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga miskin yang ada di wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.

Data dan Instrumentasi Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara antara lain: (1) Survey dengan menggunakan kuesioner yaitu bentuk pengumpulan data melalui wawancara secara terstruktur melalui kuesioner dengan responden, (2) Wawancara secara mendalam yang dilakukan terhadap kepala keluarga (anggota keluarga) yang termasuk dalam kategori keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, (3) Pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan anggota keluarga dalam melakukan aktivitas sehari- hari, dan (4) Studi dokumentasi yaitu menentukan data-data yang relevan dengan penelitian ini berdasarkan sumber referensi, buku laporan kegiatan, serta beberapa data sekunder lainnya.

Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data

Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya /inumerator) dari sumber pertamanya. Data sekunder adalah data yang tidak langsung dikumpulkan dari sumber yang diteliti. Data sekunder yang dikumpulkan dalam bentuk dokumen-dikumen, laporan-laporan, gambar-gambar, grafik dan sebagainya (Suryabrata, 2003 : 39).

Pengumpulan data primer dilakukan melalui: (1) survey melalui wawancara dengan responden berdasarkan kuesioner yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengisian kuesioner oleh peneliti dan enumerator di lapangan, (2) wawancara secara terstruktur dan mendalam yang dilakukan terhadap kepala keluarga (anggota keluarga) yang termasuk dalam kategori keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, dan (3) pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan anggota keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Data primer yang dikumpulkan dari responden yaitu:

(1) Karakteristik individu keluarga yang meliputi: (a) pendidikan formal, (b) pendidikan non formal, (c) usia, dan (d) jumlah tanggungan keluarga.

(2) Karakteristik kelompok yang meliputi: (a) kepemimpinan kelompok, (b) dinamika kelompok, dan (c) komunikasi antar kelompok.

(3) Sumber daya keluarga yang meliputi: (a) sumber daya fisik keluarga dan (b) sumber daya non fisik keluarga.

(4) Lingkungan sosial yang meliputi : (a) dampak kebijakan pemerintah, (b) ketersediaan sumber daya ekonomi, (c) ketersediaan sumber daya sosial, (d) peran media massa, (e) peluang kemitraan, dan (e) hambatan kultural

(5) Intervensi pemberdayaan yang meliputi: (a) Proses, (b) kewenangan, dan (c) fasilitasi

(6) Keberdayaan keluarga yang meliputi: (a) kemampuan adaptasi, (b) kemam- puan mencapai tujuan keluarga, (c) kemampuan berintegrasi, dan (d) tingkat latensi.

(7) Tingkat kesejahteraan keluarga yang meliputi: (a) tingkat pendapatan keluarga, (b) pemenuhan kebutuhan dasar, (c) pemenuhan kebutuhan sekunder, (d) pemenuhan kebutuhan tertier, (e) kesinambungan usaha, dan (f) pengelolaan keuangan.

Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data interval dengan menggunakan skala likert yaitu dari 1 (satu) sampai dengan 4 (empat).

Data sekunder yaitu berupa dokumen data dan informasi yang terdapat dalam kelompok-kelompok informal yang dibuat oleh para keluarga miskin sebagai bentuk dari kegiatan kelompok-kelompok informal tersebut. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini melalui studi dokumentasi yang dikumpulkan dalam bentuk dokumen-dokumen, laporan- laporan, gambar-gambar, grafik dan beberapa referensi yang relevan. Jenis data sekunder ini meliputi:

(1) Rencana, program dan kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok informal tersebut.

(2) Keadaan wilayah, yang di dalamnya menyangkut : batas-batas, potensi wilayah, dan iklim

(3) Data hasil penelitian berkaitan dengan evaluasi tentang kegiatan kelompok- kelompok informal di dalam menunjang kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara.

Instrumentasi

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftar kuesioner yang berhubungan dengan peubah- peubah yang akan dikaji dalam penelitian ini.

Validitas Instrumen

Menurut Kerlinger (2000:709), validitas instrumen menunjukkan mana suatu alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur. Kesahihan dapat didekati dengan tiga ancangan, yaitu: (1) terwakili dengan pertanyaan- pertanyaan jika kita mengukur himpunan obyek yang sama berulang kali, (2) Keterpercayaan (dependability), dan (3) Keteramalan (Predictibility). Titik berat uji coba validitas instrumen adalah pada validitas isi, yang dapat dari : (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan diukur, dan (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan.

Reliabilitas Instrumen

Reabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendy, 1989: 140). Suatu alat

pengukur dikatakan memiliki reabilitas yang tinggi apabila reabilitas data tersebut memiliki sifat konsisten, ketepatan dan jika alat tersebut dipakai berulangkali terhadap suatu gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.

Pengukuran Peubah

Pengukuran adalah penunjukkan angka-angka pad suatu variabel menurut aturan-aturan yang sudah ditentukan agar dapat mengukur atau memberikan nilai yang tepat untuk konsep yang diamati mengenai tingkat pengukuran. Pengukuran adalah pemberian angka atau bilangan pada obyek atau kejadian-kejadian berdasarkan kaidah-kaidah tertentu (Kerlinger. 2000:686).

Peubah adalah suatu ciri/karakteristik yang dapat mengambil lebih dari satu nilai diantara anggota-anggota populasi (Agresti dan Finlay, 1997:19).

Pengukuran peubah menurut model penelitian diukur berdasarkan indikator- indikator peubah penelitian yang disusun sesuai arah penelitian pemberian nilai dalam bentuk angka pada suatu obyek. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemberian angka adalah pemetaan (mapping) terhadap obyek tersebut. Angka- angka hasil akhir pengukuran yang diperoleh dari obyek pengamatan dengan menggunakan kaidah pemberian angka yang jelas, dapat digunakan untuk menghitung ukuran-ukuran relasi, analisis variance, dan semacamnya (Kerlinger, 2000: 687).

Maksud mengukur obyek adalah mengukur indikasi (indicant) tentang sifat- sifat atau ciri-ciri obyek pengamatan, karena tidak mungkin dilakukan penilaian langsung terhadap obyek yang diamati, terutama obyek penelitian di bidang ilmu sosial. Maka dari itu, yang harus dilakukan adalah menginferensikan sifat-sifat atau ciri-ciri obyek pengematan berdasarkan hal-hal yang diduga merupaka indikasi sifat- sifat obyek pengamatan tersebut (Kerlinger, 2000 : 694).

Pengukuran variabel penelitian didasarkan atas pemahaman tentang variabel, indikator, dan parameter penelitian yang disusun sesuai arah penelitian.

Analisis Data

Dalam penelitian ini tehnik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan path analysis (analisis jalur). Analisis ini digunakan untuk menguraikan pola keterkaitan linier dari sekumpulan variabel yang dilandaskan pada suatu model teoritis tertentu.

Menurut Wright (Suharjo, 2006), path analysis pada dasarnya digunakan untuk mempelajari mekanisme kausalitas peubah bebas (independent) dengan peubah tak bebas (dependent), bukan sekedar mempelajari hubungan keeratan (korelasi) antara peubah.

Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah Penelitian

Penelitian pemberdayaan keluarga miskin melalui pendekatan kelompok ini menggunakan tujuh peubah, dengan definisi operasional, Sub peubah, dan indikator - indikator sebagai berikut:

(1) Karakteristik Individu (X1)

Karakteristik individu yaitu Sejumlah aspek internal yang melekat pada diri seseorang yang dapat digunakan untuk menggambarkan karakter seseorang, yang terkait dengan kemampuan dan keberdayaan dirinya dalam berkelompok antara lain Pendidikan formal, Pendidikan non-formal, Usia, Jumlah tanggungan keluarga. Peubah karakteristik individu diukur melalui empat indikator dan sejumlah parameter sebagaimana pada Tabel 7.

Tabel 7. Indikator dan Parameter Karakteristik Individu

Peubah: Karakteristik Individu (X1) Indikator (patokan

/ petunjuk)

Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria

X1.1.Pendidikan formal

Penambahan kemampuan yang didapatkan oleh seseorang melalui lembaga seko-lah/perguruan tinggi resmi

(1) Jenis pendidikan yang diikuti

(2) Jumlah tahun sukses dalam pendidikan formal

Tahun

X1.2.Pendidikan non –formal

Penambahan kemampuan yang didapatkan oleh seseorang melalui lembaga terorganisir resmi

(1) Jumlah Pelatihan yang diikuti

(2) Jumlah Workshop yang diikuti

(3) Jumlah Penyuluhan yang pernah diikuti

Berapa kali (frekuensi)

X1.3. Usia Sejumlah tahun yang menunjukkan pengalaman hidup

(1) Akumulasi jumlah tahun

sejak lahir Tahun

X1.4.Jumlah tanggungan keluarga

Sejumlah orang yang tergolong tidak produktif yang harus di-hidupi dan dibiayai dalam keluarga tersebut

(1) Jumlah isteri yang menjadi tanggungan

(2) Jumlah anak yang menjadi tanggungan

(3) Jumlah anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan

(2) Karakteristik Kelompok (X2)

Karakteristik kelompok adalah suatu keadaan di mana suatu kelompok dapat menguraikan, mengenali kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam kelompok yang dapat membuka perilaku kelompok dan anggota-anggotanya yang terdiri dari keluarga miskin tersebut mencakup beberapa aspek antara lain kepemimpinan kelompok, dinamika kelompok, dan komunikasi antar kelompok. Peubah keberdayaan kelompok diukur melalui tiga indikator dan sejumlah parameter sebagaimana dituangkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Indikator dan Parameter Karakteristik Kelompok

Peubah : Karakteristik Kelompok (X2) Indikator

(patokan/petunjuk)

Definisi Parameter (Ukuran) Kriteria

X2.1 Kepemimpinan kelompok

Kegiatan pimpinan di dalam mengelola dan menggerakkan anggota dalam kumpulan yang ter- organisir untuk mencapai tujuan bersama. (1) Tingkat kemampuan pemimpin di dalam menggerakkan anggotanya. (2) Tingkat kemampuan

pemimpin dalam me- lakukan hubungan

Dokumen terkait