• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf (ZISWAF)

1. Zakat

BAB II

TNJAUAN PUSTAKA A. Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf (ZISWAF)

1. Zakat

a. Pengertian Zakat

Zakat secara harfiah mempunyai makna ةسٖط (persucian), ءاغ (pertumbuhan), تمسب (berkah). Menurut istilah zakat berarti kewajiban seseorang muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari kekayaan yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan bebrapa syarat yang telah ditentukan.19 Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan akan menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan. 20

Kata zakat dalam bentuk ma‟rifah disebut 30 kali di dalam al-qur‟an, 27 kali di antaranya disebutkan dalam satu ayat bersama shalat, dan sisinya disebutkan dalam konteks yang sama dengan shalat meskipun tidak di dalam satu ayat. Diantara ayat tentang zakat yang cukup popular adalah potongan surat Al-Baqarah ayat 110 yang berbunyi :

19Andi Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,…,h. 407.

20

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia,…, h. 239.

19      ....  Artinya :

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat….”21

Sementara itu, kata shalat beserta derivatifnya disebut sebanyak 67 kali, puasa (shiam) disebut sebanyak 13 kali dan haji sebanyak 10 kali. Hal ini tentu menunjukkan kesalehan sosial seseorag yang dimanifestasikan dalam bentuk pemenuhan membayar zakat, infaq dan shadaqah tidak kalah pentingnya dibanding dengan kesalehan individual yang dimanifetasi dalam bentuk pelaksanaan ibadah shalat, puasa dan haji.22

Menurut Sayid Sabiq, zakat adalah sesuatu (harta) yang harus dikeluarkan manusia sebagai hak Allah untuk diserahkan kepada fakir miskin, disebut zakat karena dapat memberikan keberkahan, kesucian jiwa, dan berkembangnya harta.23

Zakat menurut UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh

21

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta : Ekonisia, 2013, h. 265.

22 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,…, 2010, h. 407-408.

23

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia,…, h. 239.

20

seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.24

Sedangkan berdasarkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, zakat merupakan harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.25

Bedasarkan beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa zakat merupakan sesuatu yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim, dimana zakat yang dikeluarkan oleh orang kaya terhadap hartanya diserahkan kepada mustahik (orang yang berhak menerimanya) yang standarnya telah ditentukan oleh syariat Islam dan berfungsi untuk mensucikan jiwa dan harta yang diperolehnya, sehingga harta yang diberikan menjadi berkah.

b. Landasan Hukum Zakat 1) Landasan Al-Qur‟an

Firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah (9) : 103

                   24

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,…, h. 408.

25

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia,…, h. 240.

21

Artinya :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu memberikan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. At-Taubah (9) : 103.26

Maksud dari ayat ini adalah keluarkanlah zakat dari sebagian harta yang dimiliki, tujuannya untuk membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda dan zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka. 2) Landasan Al-Hadis ِِّْٜىُد َهاَقَف ٌََّيَسَٗ َِْٔٞيَع َّاللَّ َّٚيَص َِّٜبَّْىاا َٚحَأ اًِّّٞباَسْع َأ ََُّأ َةَسَْٝسُٕ ِٜبَأ َِْع ٌُِْٞقُحَٗ ًّاَْٞش ِِٔب ُكِسْشُح َلا َّاللَُّدُبْعَح َوَق َتََّْجْىا ُجْيَخَد ُُٔخْيََِع اَذِا ٍوَََع َٚيَع ُحَٗ َتَبُ٘خْنََْىاَةَلاَّصىا ِٛرَّىاَٗ َهاَق َُ اَضٍََز ًُُ٘صَحَٗ َتَضُٗسْفََْىاَةاَمَّصىا ِّٛدَؤ ٍَِْ ٌََّيَسَٗ َِْٔٞيَع ُ َّاللَّ َّٚيَص ُِّٜبَّْىا َوَق َّٚىَٗ اَََّيَفاَرَٕ َٚيَع ُدِٝشَأَلا ِِٓدَِٞب ِٜسْفَّ َٚىِا ْسُظَْْْٞيَف ِتََّْجْىَا ِوَْٕأ ٍِِْ ٍوُجَز َٚىِاَسُظَْْٝ َُْأ َُّٓسَس .اَرَٕ Artinya :

Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya seorang Arab datang kepada Nabi SAW, lalu ia bertanya, „Tunjukkanlah kepadaku atas amal-amal yang jika aku mengamalkannya

26

Wawan Shofwan Shalehudin, Risalah Zakat, Infak dan Sedekah, Bandung : Faktur (Kelompok HUMONIORA), 2011, h. 16.

22

aku akan masuk surga‟. „Rasulullah SAW menjawab, „Beribadahlah engakau kepada Allah jangan menyekutukan-Nya sedikitpun, engkau mendirikan shalat maktubah, engkau menunaikan zakat mafrudhah, dan engkau laksanakan shaum Ramadhan,‟ Ia berkata, „Demi Yang jiwaku di Genggaman-Nya, aku tidak akan menambah atas ini.‟ Dan ketika orang itu pergi, „Rasulullah SAW bersabda, „Siapa yang ingin melihat seorang ahli surga, lihalah orang ini.” H.R. Al-Bukhari, III: 403 no. 1397 Shahih Muslim, I: 33 no. 116.27 3) Ijma‟

Ulama baik salaf (klasik) maupun khalaf (kontemporer) telah sepakat akan kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.28

c. Syarat-Syarat Zakat

Yusuf Qordhawi mengemukakan bahwa ada beberapa persyaratan agar zakat dapat dikenakan pada harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang muslim, yaitu : 1) Kepemilikan yang bersifat penuh. Maksudnya adalah

bahwa harus yang dizakatkan berada dalam kepemilikan yang sepenuhnya dari yang memiliki harta tersebut, baik dalam memanfaatkan harta

27 Wawan Shofwan Shalehudin, Risalah Zakat, Infak dan Sedekah,…, h. 36-37.

28

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta : Prenada Media Group, 2010, h. 296.

23

maupun dalam menikmati hasil dari harta tersebut. Selain itu harta tersebut harus diperoleh dengan cara yang halal dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

2) Harta yang disakatkan bersifat produktif atau berkembang. Para ahli Hukum Islam menegaskan bahwa harta yang dizakatkan harus memiliki syarat berkembang atau produktif baik terjadi secara sendiri atau karena harta tersebut dimanfaatkan. Apabila ada harta ataupun aset yang tidak bisa dimanfaatkan, maka harta tersebut tidak dapat dikenakan wajib zakat. 3) Harta harus mencapai nisab. Nisab berarti syarat

minimum dari jumlah aset yang dapat dikenakan zakat, sesuai dengan ketentuan yang ada dalam syariah Islam. Hal ini dikarenakan zakat hanya diwajibkan bagi orang muslim yang memang mampu untuk membayar zakat.

4) Harta zakat harus lebih dari kebutuhan pokok. Artinya harta zakat harus lebih dari kebutuhan rutin yang diperlukan agar dapat melanjutkan hidupnya secara wajar sebagai manusia. Hal ini harus diperhitungkan oleh orang yang ingin menzakatkan hartanya, atau si calon muzakki. Beberapa hal yang dapat menjadi

24

rujukan dan perhitungan bagi pihak calon muzakki apabila ia ingin menzakatkan hartanya, yaitu :

a) Jumlah tanggungan keluarga,

b) Aset yang akan dizakatkan termasuk barang mewah atau tidak,

c) Jumlah dari aset tersebut.

5) Harta zakat harus bebas dari sisa hutang. Karena dalam Islam hak seseorang yang meminjamkan uang harus didahulukan terlebih dahulu dibandingkan dengan golongan yang menerima zakat tersebut. 6) Harta aset zakat berada dalam kepemilikan selama

satu tahun penuh (haul). ketentuan ini berlaku pada bebarapa aset zakat, seperti binatang ternak, aset keuangan, dan juga barang dagangan.29

d. Macam-Macam Zakat

Zakat secara umum terdiri dari dua macam yaitu pertama, zakat yang berhubungan dengan jiwa manusia (badan) yaitu zakat fitrah dan kedua, zakat yang berhubungan dengan harta (zakat maal).30

1) Zakat Maal

Zakat Maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan

29

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis dan Praktis…, h. 296-298.

25

kepada orang-orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu pula.31 Syarat kekayaan itu dizakati antara lain milik penuh, berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari utang, sudah berlalu stau tahun (haul).32 Zakat maal meliputi : a) Emas, perak dan logam mulia lainnya, b) Uang dan surat berharga lainnya, c) Periagaan,

d) Pertanian, perkebunan dan kehutanan, e) Peternakan dan perikanan,

f) Pertambangan, g) Perindustrian, h) Pendapatan dan jasa, i) Rikaz.

2) Zakat Fitrah/Fidyah

Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan pada akhir puasa bulan Ramadhan. Hukumnya wajib bagi setap orang Muslim, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka. Adapun Firman Allah yang menjelaskan hal tersebut yaitu pada QS. Al-A'laa (87) : 14

31

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia,…, h. 258.

Dokumen terkait