• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zulfa Rahmida

Dalam dokumen Seuntai puisi untuk adikku (Halaman 53-70)

2 13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

S

ejak dulu, kedua orangtua Amanda selalu sibuk bekerja mencari uang untuk biaya pengobatan Amanda yang mengalami kebutaan. Karena itu, setiap hari Amanda hanya duduk merenungi nasibnya yang tak bahagia karena kesepian. Kedua orangtuanya selalu pulang larut malam dalam keadaan lelah bekerja. Setelah shalat Isya, mereka langsung pergi tidur tanpa sempat meluangkan waktu untuk kedua putri mereka, Marisha yang berumur enam belas tahun dan Amanda sendiri.

Suatu pagi, ayah dan ibu mereka sedang bersiap untuk segera pergi bekerja. Mereka berdua beranjak meninggalkan rumah. Sebelum pergi, sang ibu berpesan kepada Marisha agar mengunci pintu apabila hendak pergi ke sekolah. Amanda mengeluh, andaikan sehari ini kakaknya bisa menemaninya agar dia tak kesepian. Setiap kali Marisha pergi sekolah, Amanda selalu merasa terkurung dan kesepian. Hanya hari Minggu Amanda bisa bersama-sama keluarganya dan sehari itu dia bisa merasa bebas.

“Kakak, kapan Kakak akan pergi ke sekolah?” tanya Amanda.

“Hari ini ada tes matematika yang sangat penting karena akan menentukan kelas Kakak di sekolah tahun depan. Karena itu, Kakak harus mengikutinya,” jelas Marisha, lalu dia melanjutkan, “Tetapi karena hari ini adalah hari istimewa, Kakak akan tinggal di rumah untuk satu hari.”

Amanda bersorak girang. Tetapi dia heran hari istimewa apa yang membuat kakaknya takkan pergi ke sekolah. Padahal, tes matematika sangat penting bagi kakaknya sebab Marisha berangan-angan masuk kelas Matematika sebagai kelasnya tahun depan. Tetapi jika Marisha tidak mengikuti tes, dia hanya akan masuk kelas sosial yang ia benci.

“Memangnya hari ini hari istimewa apa, Kak?’’ tanya Amanda penasaran.

Marisha tersenyum walau adiknya takkan bisa melihat senyum itu. “Kamu sendiri lupa, ya? Hari ini kan hari ulang tahunmu,” jawabnya.

Amanda terperanjat sampai akhirnya Marisha menarik Amanda ke kamarnya. Dia mendudukkan adiknya itu di kursi dan dikuncinya pintu kamar. Amanda mengerutkan dahi. Dia sempat mengira kakaknya akan mengurung dirinya. Tetapi, perkiraan Amanda salah. Dia menghela napas lega begitu kakaknya bertanya, “Amanda, hadiah apa yang kau

3

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

inginkan dariku?”

Sebelum menjawab, Amanda berpikir sejenak. Sebenarnya, bagi Amanda, Marisha menemaninya saja sudah cukup. Namun ia tak mau mengecewakan Marisha. Karena itu dia mengucapkan apa yang pertama kali ada di benaknya. “Hanya sebuah ucapan selamat,” jawab Amanda.

Marisha tersenyum. Sebab bagi dirinya, mengucapkan selamat ulang tahun itu sangat mudah. Tetapi, karena itu permintaan adiknya, dia tak keberatan untuk mengucapkannya. “Kalau begitu, selamat ulang tahun!” seru Marisha sambil memeluk adiknya.

‘’Padahal tadi kakak mau mengajarkan cara mengetik di komputer tanpa melihat,” ujar Marisha.

Mendengar itu, raut wajah Amanda yang ceria langsung berubah menjadi suram. “Kakak...,” desah Amanda. “Aku kan tak bisa melihat.”

Namun Marisha tersenyum begitu melihat raut wajah Amanda. “Asalkan kamu hafal tombol-tombol keyboard, kamu pasti bisa mengetik,” ujar Marisha dengan harapan raut wajah adiknya dapat berubah. Tetapi, betapa kecewanya Marisha, karena sedikitpun raut wajah Amanda tak berubah.

“Asal menghafal?” ulang Amanda dengan sinis.” Apakah menghafal itu mudah?”

Marisha tak menyangka adiknya dapat berkata seperti itu. Namun Marisha sama sekali tak tersinggung, sebab dia bisa memaklumi alasan di balik kata-kata Amanda. Dulu, penglihatan Amanda berangsur-angsur hilang karena sebuah penyakit. Saran dokter untuk membatasi waktu agar tidak terlalu lama di depan komputer, tidak ia hiraukan. Kemudian penglihatannya hilang total saat dia melakukan pengobatan yang salah. Kejadian itu membuat Amanda trauma untuk menulis cerita. Sehingga cita-citanya sebagai penulis pun hilang. Dan Marisha berusaha untuk mengembalikan cita-cita itu.

“Amanda, dulu kamu sudah hafal urutan tombol keyboard, bukan?” tanya Marisha.

“Iya, lalu apa yang akan Kakak lakukan apabila aku memang masih hafal?” tanya Amanda, namun dia menjawab pertanyaannya sendiri. “Kakak ingin aku kembali menulis cerita, bukan?”

Marisha tertegun. Dia tahu Amanda pasti bisa menulis cerita walau

3

 13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

ia tunanetra. Sebab, Amanda memiliki bakat dalam bidang itu. Hanya saja sekarang ia sudah menyerah.

“Iya,” jawab Marisha tanpa ragu.

“Amanda, bakatmu adalah dalam menulis cerita. Sayang sekali jika bakat itu dipendam. Kamu jangan mudah menyerah untuk menggapai impianmu itu.”

“Tapi aku tak bisa melihat,” ucap Amanda lemah.

“Kamu yang sekarang tak lagi memiliki impian. Tetapi sebenarnya, kamu masih berharap dapat meraih impian yang sampai saat ini tak pernah hilang dari benakmu.”

Amanda terhenyak. Apa yang dikatakan Marisha benar apa adanya. Dia mulai merasakan buliran air mata di pipinya. Dia merasakan dadanya sesak dan rasa sesak itu tak bisa dihilangkan.

“Dengar, Amanda,” ujar Marisha. “Sebuah impian pasti terwujud apabila kita berusaha dan percaya bahwa kita bisa. Jika kamu tak pernah menyerah dalam berusaha untuk menggapai impian, suatu saat impian itu pasti akan terwujud, “

Kata-kata Marisha benar. Karena itu, Amanda tak menolak ketika Marisha meletakkan tangannya di atas keyboard sembari berusaha menghapus air mata di pelupuk matanya. Marisha benar-benar bahagia mengetahui adiknya akan kembali menulis cerita.

Maka hari itu Amanda berusaha membiasakan diri dengan barang yang sudah lama tak ia sentuh. Dalam beberapa waktu, dia sudah dapat mengetik tanpa harus tergantung pada matanya, walau kadang ada beberapa kesalahan yang akan segera dikoreksi oleh Marisha. Amanda langsung menuangkan ide ceritanya dalam bentuk tulisan yang diketik.

Marisha takjub melihat bakat adiknya dalam menulis cerita. Sebab bagi Marisha, cerita adiknya itu laksana air yang mengalir tanpa hambatan. Kadang airnya tenang, namun kadang juga sangat deras hingga menghasilkan suara gemuruh yang meredam suara lainnya.

Beberapa saat kemudian, adzan dzuhur berkumandang. Kakak beradik yang shalehah itu berwudhu bersama dan menunaikan shalat dzuhur berjamaah. Setelahnya, Amanda kembali mengetik dengan kecepatannya yang lambat itu. Sedangkan Marisha memasak untuk makan siang. Mereka makan siang bersama diringi canda tawa. Mereka



13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

berdua tertawa bersama-sama apabila dirasa ada yang lucu.

Saat waktu shalat ashar tiba, mereka shalat berjamaah. Setelahnya, Amanda kembali mengetik sementara Marisha membacanya. Marisha tetap sabar walaupun adiknya lamban dalam mengetik. Bukan karena imajinasinya terhambat, namun karena ia harus meraba-raba untuk mencari huruf yang dibutuhkannya.

Mereka shalat Maghrib bersama, lalu sama-sama membaca ayat suci Al-Quran. Tetapi Amanda hanya mengulang apa yang dibacakan kakaknya saja. Kakak beradik itu tampak rukun dan bahagia berkat kasih sayang yang selalu menyelimuti mereka.

Dengan gigih, Amanda berusaha menyelesaikan ceritanya. Dia hanya berhenti mengetik apabila hendak shalat, makan, dan ke kamar mandi saja. Ketika ayah dan ibunya pulang, mereka terkaget-kaget melihat kedua putri mereka sedang duduk menghadapi cahaya komputer. Tetapi, karena lelah, mereka tak bertanya apapun juga. Marisha yang lelah pun akhirnya pergi tidur setelah membujuk adiknya untuk pergi tidur juga. Tetapi Amanda menolak dengan alasan tak bisa menunda imajinasinya.

Saat tengah malam, tak ada sedikitpun suara yang terdengar. Hanya detak jam dinding dan suara pekikan burung hantu. Lalu, ada juga suara tombol yang ditekan. Tak lama, suara itu telah berhenti karena Amanda berhasil menyelesaikan cerita pendeknya. Dia meregangkan tubuh dan menguap lebar. Dia baru menyadari sekarang sudah larut malam.

Malam ini sunyi senyap. Langit malam itu bersih dan biru pekat. Di sana, ribuan bintang berkelap-kelip memancarkan sinarnya. Amanda ingin sekali bisa melihat langit dan bintang. Tetapi, dia hanya bisa memandang dunia kosong di hadapannya.

Dengan meraba-raba, Amanda sampai di tepi ranjang kakaknya dan duduk di sana. Marisha membuka mata. Dia mendapati adik tersayangnya sedang terduduk di dekatnya. Dia bangkit duduk. Lalu dia menatap Amanda yang sudah lelah. Marisha tak tahu apakah adiknya berhenti menulis karena kehilangan ide atau kelelahan.

“Kenapa berhenti?” tanya Marisha.

“Aku sudah selesai, jadi aku ingin Kakak memeriksanya,” jawab Amanda.

Marisha tertegun dan kali ini dia benar-benar kagum. Dia tersenyum



 13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

walau Amanda takkan bisa melihat senyumannya itu. Lalu dia berdiri dan menarik adiknya ke depan komputer. Dia membaca karangan adiknya sampai tuntas. Ada beberapa kesalahan dalam penempatan huruf yang segera dikoreksi oleh Marisha. Tetapi dia melihat bahwa cerita itu sangat bagus dan membuat pembaca terpesona. Dalam waktu sehari Amanda bisa menyelesaikan ceritanya. Karena itu, Marisha ingin agar orang lain juga bisa membaca hasil karangan adiknya. Sama sekali tak terpikir olehnya agar cerita itu dapat dibaca oleh ibu dan ayah mereka berdua.

Dia pun menyalakan printer. Dia memasukkan kertas HVS. Lalu dia mencetak karya adiknya. Perlahan, kertas bertuliskan cerita Amanda itu keluar dari printer dan diraih oleh Marisha. Amanda mengetahui niat kakaknya dan sama sekali tak bermaksud untuk mencegah. Dia hanya berdiri sambil tersenyum samar. Besok sepulang sekolah, Marisha akan pergi ke kantor pos untuk mengirimkan cerita adiknya ke KKPK, kumpulan cerita karya anak-anak. KKPK adalah singkatan dari Kecil-Kecil Punya Karya.

“Kakak, apakah besok Kakak memang harus datang ke sekolah?” tanya Amanda penuh harap.

Marisha tertegun sebelum akhirnya menjawab, ”Besok ada tes kedua untuk kelas Matematika, jadi Kakak akan berusaha di tes besok, sebab tadi Kakak tidak mengikuti tes pertama. Kamu sudah berusaha keras untuk menulis cerita, karena itu Kakak juga akan berusaha keras agar bisa masuk kelas impian kakak.”

Rasa kecewa merayapi hati Amanda. Tetapi dia sangat mengerti alasan Marisha yang juga harus berjuang untuk meraih impian. Amanda tahu kakaknya memiliki andil dalam mengembalikan impiannya yang sempat hilang, yaitu menjadi penulis cerita. Jadi, dia justru tak boleh menghalangi impian kakaknya. Akhirnya Amanda hanya bisa pergi tidur.

Esok harinya, Amanda mengurung di kamarnya. Sama seperti hari-hari kemarin, dia harus kembali menunggu. Rasa kesepian menyergap dirinya. Hanya dalam waktu sehari, ia tak lagi kesepian. Namun kini ia harus duduk sendirian lagi. Dia merindukan kakaknya. Biarlah ibunya bekerja asalkan Marisha ada di sisinya. Amanda hanya bisa berkhayal. Jika ia memejamkan mata dan berkhayal Marisha ada di sisinya, itu saja telah membuat rasa sepinya sedikit berkurang.



13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

Beberapa minggu telah berlalu. Hari itu akan ada pengumuman kelas baru di sekolah Marisha. Dia berangkat ke sekolah dengan membawa keyakinan akan masuk kelas Matematika walau hanya mengikuti tes kedua.

Amanda menunggu sendirian di rumah. Dia mengingat hari-harinya bersama Marisha. Lalu dia mendengar ada orang mengetuk pintu. Dia menyusuri tembok dan sampai di jendela kamarnya yang terbuka dan menghadap ke halaman. Dia menyembulkan kepala keluar jendela.

‘’Ini saya, tukang pos. Ada surat dari KKPK. Apakah kamu Amanda Ray Putri?” suara seorang lelaki setengah baya terdengar dekat di telinga Amanda.

Mendengar kata KKPK, hati Amanda berdesir. ”Iya, surat apa itu?” tanyanya.

Tukang pos tak tahu Amanda buta. Dia mengangkat bahu yang tidak akan bisa dilihat oleh Amanda. Tukang pos menyodorkan amplop surat ke tangan Amanda. Dia segera berlalu pergi setelah Amanda mengucapkan terima kasih.

Berdebarlah Amanda ketika amplop yang tak bisa ia lihat itu berada di tangannya. Dia duduk menyandar di dinding dan menunggu Marisha pulang untuk membacakan surat. Pikirannya penuh dengan dugaan yang baik dan buruk. Tetapi dia hanya bisa menduga saja.

Ketika akhirnya siang tiba, Marisha pulang dengan wajah kusut. Dia menceritakan kegagalannya pada Amanda dan ia bilang sudah menyerah. Amanda yang mendengarnya menjadi tak berani menunjukkan surat yang ia dapat karena merasa bersalah telah membuat kakaknya tak bisa mengikuti keseluruhan tes. Namun Marisha tak menyalahkan adiknya.

“Kakak pernah bilang padaku agar jangan menyerah. Kali ini, aku akan mengatakan hal yang sama kepada kakak. Selain kelas Matematika, masih banyak kesempatan lain untuk meraih cita-cita. Teruslah berusaha tanpa pernah menyerah sebab suatu saat impian kita pasti tercapai,” nasihat Amanda.

Marisha yang berderai air mata tersenyum lemah. Dia tak sanggup berkata-kata.

“Setiap kejadian selalu ada hikmahnya,” lanjut Amanda.

Kata-kata itu cukup membuat Marisha tertegun dan akhirnya



 13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

mengangguk. Dia menyadari bahwa adiknya benar. Allah SWT selalu menyimpan hikmah di balik setiap peristiwa. “Terima kasih banyak atas nasihatnya, adikku sayang,” ujar Marisha sambil meraih Amanda ke dalam pelukannya.

Amanda terperanjat, namun ia senang. Sekaranglah saatnya untuk menunjukkan surat yang ia dapat. “Kakak, ada surat untukku,” bisik Amanda sambil menyodorkan suratnya.

Marisha menerimanya, lalu membacanya. Dia terpaku sejenak ketika membaca surat itu. Dengan segera mukanya yang kusut berubah cerah. Segala kesedihannya terlupakan. Lalu dia berbisik terharu, ”Amanda, ceritamu telah diterima.”

Amanda merasa tubuhnya melayang tinggi. Dia serasa tak percaya dengan pendengarannya. Namun, ia tak kuasa menahan air mata yang menampakkan kebahagiaannya.

“Kakak, terima kasih banyak atas bantuannya,” ujar Amanda sembari air mata yang mengalir di pipinya. Dia sangat berterimakasih kepada kakaknya yang telah menyemangatinya agar tidak menyerah.

“Iya,” jawab Marisha. ”Kakak juga akan berusaha untuk menggapai impian Kakak.”

Amanda mengangguk. Ia percaya sebuah impian akan tercapai apabila sudah tiba waktunya dan apabila kita tak pernah menyerah. Jangan sampai terperosok ke dalam jurang putus asa apabila menemui kegagalan. Jadikan kegagalan itu sebagai pelajaran, sebab di mana ada kegagalan pasti ada keberhasilan. Sesungguhnya, rasa bahagia atas keberhasilan orang yang sering menemui kegagalan dan rintangan lebih besar akan memuaskan daripada rasa bahagia orang yang berhasil tanpa menemui rintangan.

Amanda benar-benar merasa bahagia impiannya bisa tercapai. Berkat Marisha, dia bisa menggapai cita-citanya sejak lama dan bisa merasakan kehangatan kasih sayang yang membuatnya tak lagi kesepian dan bersemangat.

Marisha telah kehilangan kelas Matematikanya karena tidak mengikuti tes pertama. Awalnya, dia merasa tidak mau menerima kenyataan menyedihkan itu. Tetapi kini ia benar-benar merasa ikhlas sebab impian adik tersayangnya tercapai. Ia tak merasa iri karena kasih sayangnya pada Amanda begitu besar. Dia merasa mendapatkan



13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

kembali semangat untuk berusaha agar impiannya tergapai. Hal itu tak lain karena jalinan kasih sayang antara dirinya dan Amanda. Mereka berpelukan dalam diam, mendengarkan denyut jantung masing-masing yang terasa cepat karena kebahagiaan yang datang mendadak.

Marisha telah membantu Amanda dalam menggapai impiannya. Oleh karena itu, Amanda bertekad untuk membantu kakaknya. Dia takkan membiarkan kakaknya menyerah begitu saja. Dia akan memberikan semangat kepada Marisha dengan cara memberikan kasih sayang kepadanya dan membuatnya tak lagi kesepian. Seperti apa yang dilakukan Marisha kepadanya. Dan sungguh kasih sayang itu memberikan semangat berlipat ganda. Karena itu, Amanda maupun Marisha bertekad untuk menjaga kasih sayang mereka agar mereka dapat bersemangat tanpa pernah putus asa.

Kini, Amanda tak lagi merasa kesepian. Kakaknya telah membuatnya keluar dari nasibnya yang kesepian. Sekarang hanya Marisha di sisinya saja sudah cukup. Dan Marisha bertekad untuk menjaga Amanda agar tak kesepian lagi, walau ibu mereka terus bekerja.

Mengenal Lebih Dekat

Zulfa Rahmida

Namaku Zulfa Rahmida, lahir di Sukabumi, 5 September 2001. Aku tinggal di Kompleks Lembur Kolot yang terletak di Kecamatan Cicurug. Rumahku adalah satu dari sekian banyak rumah di wilayah RT 05 RW 05. Namun ada yang membedakan antara rumahku dengan rumah yang lain yaitu letak rumahku.

Halaman rumahku yang banyak tanamannya, terletak di depan sebuah mushola kecil. Mushola itu baru dibangun beberapa tahun yang lalu. Setiap hari Kamis, di sana diadakan pengajian khusus untuk ibu-ibu dan untuk bapak-bapak di malam Jumatnya.



0 13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

Di antara mushola dan kolam di depan rumahku, ada jalan setapak. Di tepi jalan setapak itu ada kandang ayam milik tetanggaku yang sudah tua. Ayam-ayam berkokok di pagi hari dan biasanya mereka akan pergi berkeliaran dari pukul 07.00 hingga sore tiba. Ada yang tak kusuka dari keberadaan ayam-ayam itu, yaitu kotoran mereka yang memenuhi jalan setapak di depan rumahku, dan baru hilang apabila hujan mengguyur jalanan.

Ada sebuah kolam ikan di depan rumahku, kolam itu sudah ada jauh sebelum aku lahir. Namun kolam tersebut bukan kepunyaanku, tapi milik tetanggaku. Di bagian belakang rumahku juga ada kolam milik seorang kakek tua. Kolam itu terletak di samping rumah Pak RT dimana tumbuh bunga bougenvil. Di ujung kolam, ada jalan tanah menuju jauh ke bawah, kami menyebut tempat itu Lebak. Dulunya di sana ada proyek lele. Namun, karena proyek itu menghasilkan bau tak enak, warga protes sehingga lele itupun ditiadakan.

Di belakang lebak adalah bagian belakang pabrik susu Indolakto. Karena itu tak heran apabila dilingkungan rumahku selalu terdengar mesin mendengung. Pabrik Indolakto itu bisa juga dilihat dari jalan di depan TK Darrul Ulum yang jaraknya beberapa meter dari rumahku. Jalan di sana ada di tengah hamparan sawah, dengan udara bersih dan sejuk. Dari sana jugalah kita bisa melihat Gunung Salak dan Gunung Gede. Walaupun berada di dekat pabrik, lingkungan rumahku tetaplah sebuah desa.

Aku bersekolah di SDN 1 Cicurug yang terletak di Jalan Raya Siliwangi. Sekolahku cukup besar. Bagian depan adalah lapangan sekolah yang dipakai untuk upacara dan terkadang dipakai juga untuk olahraga. Karena tempat itu sebuah lapang tak beratap tanpa ada pepohonan di sekitarnya, maka udara di sana terasa lebih panas daripada udara di tempat lainnya.

Di tepi lapangan ada kantor kepala sekolah. Dulunya tempat itu perpustakaan sekolah yang direnovasi kembali menjadi kantor kepala sekolah. Tempat itu bersih walaupun di belakangnya adalah tempat pembuangan sampah.

Lebih masuk ke dalam, ada koperasi sekolah dimana kami bisa membeli alat sekolah yang dibutuhkan. Dan ada juga ruang pramuka serta dapur, kami biasa membawa air minum untuk guru di dapur. Di

1

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2013

dekatnya ada ruang peralatan olahraga yang penuh sesak oleh berbagai macam bola, lembing, dan alat olahraga lainnya.

Di samping ruang peralatan olahraga, ada mushola dimana kami, para murid, shalat dzuhur berjamaah di sana secara bergiliran. Kemudian ada toilet yang tak lagi terpakai karena ada toilet baru di bagian bawah. Apalagi, toilet itu terkesan suram sehingga sedikit sekali anak yang berani masuk ke toilet itu sendirian.

Sebuah bangunan membelakangi lapangan sekolah. Bangunan itu terdiri atas ruang kantor guru, kelas 1A dan 1B, UKS, Perpustakaan, Laboratorium Komputer, kelas 1C, dan kelas 2A. Di bawah bangunan itu ada lagi bangunan yang hanya terdiri dari 3 kelas yaitu kelas 3A, 3B, dan 2B. Dulunya, ruang itu adalah ruang aula yang digunakan untuk rapat. Namun kemudian ruangan itu dijadikan kelas karena sekolah kami kekurangan ruang kelas untuk menampung murid-murid yang begitu banyaknya.

Kelas 5B satu bangunan dengan kelas 4A dan 4b. Dulu, kelas itu tak terpakai karena sudah rusak. Namun, direnovasi kembali saat aku duduk di kelas 2 agar bisa dipakai kembali. Di samping kiri bangunan kelas 4 ada toilet yang baru dibangun beberapa bulan yang lalu. Ada 5 toilet di sana, toilet anak lelaki 2, anak perempuan 2, dan toilet untuk guru 1. Toilet-toilet itu memang tak kekurangan air, tetapi kotor dan bau dibagian toilet anak lelaki. Cahaya matahari yang masuk pun tak terlalu

Dalam dokumen Seuntai puisi untuk adikku (Halaman 53-70)