• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zuri Resort - Cipanas

Dalam dokumen W A R T A P E R S E K U T U A N (Halaman 37-40)

Persidangan XVIII Majelis Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKI) diselenggarakan dengan tema:” Mewujudkan Hubungan yang Hidup dengan

Allah, Sesama dan Lingkungan Hidup.” Melalui tema ini, Majelis Sinode GKI

menyatakan bahwa hubungan yang hidup dengan Allah adalah fondasi utama dalam menjalin hubungan yang positif, kritis dan konstruktif dalam membangun hubungan dengan sesama dan dengan lingkungan hidup, rumah bersama umat manusia. Firman Tuhan “Supaya mereka semua menjadi satu” (Yohanes 17:21a) pun dimaknai lebih dari sekadar lingkup kesatuan GKI menjadi lingkup yang lebih inklusif yaitu kesatuan dengan Allah, dengan sesama dan dengan lingkungan hidup bahkan dengan segala makhluk. Dalam terang semangat di atas itulah, perbedaan tidak dilihat sebagai kesempatan untuk membangun tembok-tembok pemisah. Perbedaan juga bukan alasan untuk terciptanya konflik dan permusuhan atau sebagai kesempatan untuk menjadikan mereka yang berbeda sebagai instrumen yang dapat dieksploitasi demi superioritas pribadi atau kepentingan kelompok. Sebaliknya,dalam semangat kenosis, yaitu spiritualitas pengosongan diri, perbedaan dihayati sebagai kesempatan untuk saling memperkaya dan saling melayani, saling merawat dan menyembuhkan, saling mengisi dan melengkapi dan untuk membangun kebersamaan serta kerjasama dalam cinta dan persaudaraan demi kebaikan bersama. Dalam konteks tema itulah, ada beberapa rumusan penting yang menjadi pesan Persidangan XVIII Majelis Sinode GKI.

1. Kesatuan GKI.

Penyatuan GKI adalah proses panjang yang diupayakan dengan susah payah, dan melalui proses pasang surut. Meskipun sudah menjadi gereja yang menyatu, Majelis Sinode menyadari masih ada yang perlu diperbaiki dan diusahakan agar penyatuan ini menjadi lebih baik. Kebersamaan dan penyatuan ini menjadikan kita saling belajar, saling membangun, dan saling menumbuhkan. Perjalanan ini menjadi bahan perenungan bahwa sebagai gereja, GKI harus terus menerus menghidupi derap dan spirit penyatuan ini. Hal ini bukan hanya sekadar menengok ke belakang, namun juga melihat apa saja yang telah kita capai dengan penyatuan GKI. Dalam pengharapan pada Tuhan Sang Kepala Gereja, Majelis Sinode akan berjuang untuk terus melangkah dalam derap bersama ke

depan, mengusahakan penyatuan GKI yang semakin baik dan semakin menjadi berkat bagi sesama dan bagi lingkungan hidup.

2. Konfesi GKI 2014

Majelis Sinode menegaskan bahwa Konfesi GKI 2014 menggambarkan pernyataan identitas GKI di tengah pergumulan bangsa Indonesia. GKI sebagai bagian utuh dari bangsa ini ingin memperlihatkan perannya secara kontekstual agar dapat hadir sebagai mitra Allah yang relevan dan bermakna. Selain itu, rumusan konfesi GKI 2014 yang bersifat inklusif ini dapat menjadi acuan dalam merumuskan program pelayanan di semua lingkup GKI, sehingga GKI semakin menjadi berkat bagi bangsa dan bagi segala makhluk.

3. GKI Pengadilan Bogor “BaPos” Taman Yasmin

Majelis Sinode menegaskan bahwa GKI Pengadilan Bogor “BaPos” Taman Yasmin adalah bagian dari GKI yang tidak pernah kami tutup atau kami bubarkan, dan eksistensinya tetap dan akan terus kami pertahankan. Majelis Sinode juga akan tetap memperjuangkan putusan Mahkamah Agung terkait dengan pencabutan IMB GKI “Taman Yasmin” sebagai bagian dari perjuangan kebebasan beragama dan kebebasan beribadah di negara Indonesia ini. Pada saat yang sama Majelis Sinode akan memfasilitasi penyelesaian persoalan internal dengan meningkatkan komunikasi dan trust di dalam tubuh GKI termasuk dengan GKI Pengadilan Bogor “BaPos” Taman Yasmin. Majelis Sinode akan terus berjuang agar GKI sebagai tubuh Kristus makin menyatu dalam kasih saat menghadapi tantangan dan ancaman dari mana pun.

4. Membangun hubungan dengan sesama

Majelis Sinode mendorong terwujudnya hubungan dengan sesama, baik dalam lingkungan internal GKI maupun dalam konteks eksternal dengan sesama, termasuk dengan umat beragama lain. Dalam spirit unity and diversity, Majelis Sinode menggarisbawahi pentingnya membangun hubungan dengan sesama yang setara dalam kasih. Membangun hubungan dengan sesama tidak didasari semangat untuk menjadikan yang lain sebagai obyek atau instrumen demi kepentingan pribadi dan kepentingan primordialistik. Membangun hubungan dengan sesama adalah panggilan dan undangan bagi setiap warga GKI dan bahkan bagi setiap orang, karena hal itu adalah kesempatan untuk terciptanya kerjasama yang positif demi mewujudkan masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.

5. Membangun hubungan yang harmonis dengan lingkungan hidup.

Majelis Sinode menyadari bahwa secara global dan nasional kehidupan kita telah dilanda krisis ekologi. Salah satu penyebab kerusakan ekologi adalah

teologi yang terlalu antroposentris: manusia sebagai mahkota ciptaan. Akibatnya lingkungan hidup hanya diperlakukan sebagai alat, dan dieksploitasi melebihi batas demi ketamakan manusia. Kerusakan bumi berubah menjadi bencana ekologi yang mengancam kehidupan manusia dan seluruh makhluk. Dalam konteks seperti ini maka GKI dipanggil untuk mengembangkan teologi ekologi yang lebih bercorak kosmosentris dimana manusia bukan lagi menjadi mahkota, tetapi menjadi salah satu bagian dari keseluruhan alam. Manusia diciptakan dari debu tanah dan sekaligus dihembusi oleh nafas Allah. Bahan dasar manusia yang seperti itu mengandung makna bahwa Allah menjangkarkan kehidupan manusia pada diri-Nya dan sekaligus menjangkarkan kehidupan manusia pada alam. Tidak ada kehidupan yang tidak melibatkan alam dan tidak ada keselamatan yang tidak menyentuh alam. Alam adalah sahabat bagi manusia. Manusia harus menghargai dan menyentuh alam dengan rasa hormat, bukan dengan kasar dan eksploitatif. Pendekatan ini selaras dengan konfesi GKI butir 12 bahwa GKI dipanggil untuk memberitakan Injil-Nya kepada segala makhluk. Injil harus sampai dan dinikmati oleh seluruh ciptaan. Oleh karena itu Majelis Sinode mendorong seluruh lingkup GKI agar menghormati lingkungan hidup dan mengupayakan kelestariannya.

Demikianlah pesan Persidangan XVIII Majelis Sinode Gereja Kristen Indonesia. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.

Dalam dokumen W A R T A P E R S E K U T U A N (Halaman 37-40)

Dokumen terkait