• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJIAN TENGAH SEMESTER SEMIOTIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJIAN TENGAH SEMESTER SEMIOTIKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJIAN TENGAH SEMESTER SEMIOTIKA

Yudhistira Siahaan 137037008

Soal:

1. Apakah yang dimaksud dengan Semiotika, Semiologi, dan Teori Informasi? 2. Apakah manfaat kajian Semiotika?

3. Uraikan latar belakang munculnya Semiotika!

4. Jelaskan tiga tokoh terkenal Semiotika beserta teorinya!

5. Bagaimanakah Penerapan Semiotika Komunikasi? Jelaskan beserta contohnya!

Jawaban:

1. Sesungguhnya kedua istilah Semiotika dan Semiologi mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya: mereka yang bergabung dengan Charles Sanders Peirce (1839-1914) yang berorientasi pada tradisi Amerika menggunakan kata Semiotika, dan mereka yang bergagung dengan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang

berorientasi pada tradisi Eropa menggunakan kata Semiologi.

Dalam definisi Peirce, Semiotika merujuk pada “doktrin formal tentang tanda-tanda.” Yang menjadi dasar dari Semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri

pun―sejauh terkait dengan pikiran manusia―seluruhnya terdiri atas tanda-tanda non-verbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai jenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.

Dalam definisi Saussure, Semiologi merupakan “sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat” dan, dengan demikian, menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.

(2)

(i) Semua komunikasi berdasarkan kemungkinan memilih, atau menyeleksi dari sekumpulan alternatif. Ihwal semantik, misalnya, kita bisa melihat bahwa asas ini memberikan kepada kita tafsiran istilah “bermakna” (dalam salah satu artinya): satuan bahasa, apapun tingkatannya, tidak bermakna dalam konteks tertentu jika sepenuhnya dapat diramalkan dalam konteks ini.

(ii) Isi informasi secara terbalik berbeda dengan probabilitas. Jika sebuah satuan semakin dapat diramalkan, semakin kuranglah maknanya. Asas ini sesuai dengan pandangan yang umum dinyatakan oleh penulis-penulis tentang gaya, bahasa klise (atau “ungkapan yang terlalu sering diulang-ulang” dan “metafor yang sudah mati”), yaitu kurang efektif jika dibandingkan dengan gaya ungkapan “asli”.

(iii) Kemubaziran dalam realisasi substansi satuan bahasa (“pengkodean”-nya) adalah perbedaan antara jumlah perbedaan substansi yang diperlukan untuk

mengidentifikasikannya dan isi informasinya. Derajat kemubaziran tertentu penting sekali untuk melawan gangguan.

(iv) Bahasa akan jadi lebih efisien (menurut pengertian teori informasi) jika panjang sintagmatis satuan-satuan secara terbalik berhubungan dengan probabilitas. Bahwasannya sebagian dari asas seperti itu memang operatif dalam suatu bahasa ditunjukkan oleh kenyataan bahwa kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang paling sering digunakan cenderung jadi lebih pendek. Ini lebih dulu diamati secara empiris, tidak disimpulkan sebagai konsekuensi asas-asas teori yang dapat dikaji; dan rumus khusus yang dikenal sebagai “hukum Zipf” (dinamai menurut penemunya) telah diuraikan untuk menyatakan kolerasi antara panjang dan frekuensi. Akan tetapi, harus diakui juga bahwa panjang kata yang berupa huruf-huruf dan bunyi-bunyi (dalam arti yang sampai sekarang kita berikan pada istilah “bunyi”) tidak perlu merupakan ukuran panjang sintagmatis yang langsung.

(3)

semiotika adalah mengajarkan kita bagaimana menguraikan aturan-aturan tersebut dan ‘membawanya pada sebuah kesadaran.’

3. Sudah sejak dulu, tanda menjadi sumber perdebatan. Salah satu diantaranya adalah antara penganut mahzab Stoik dan kaum Epikurean di Athena kira-kira 300 SM. Inti perdebatan mereka berkaitan dengan perbedaan antara “tanda natural” (yang terjadi secara alami) dan “tanda konvensional” (yang khusus dibuat untuk komunikasi). Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Begitulah, latar belakang

semiotika yakni berusaha menjelaskan jalinan tanda; secara sistematik menjelaskan esensi, ciri-ciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya. Dengan semiotika, kita lantas berurusan dengan tanda. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ‘tanda-tanda’ berdasarkan pada sign system (code) ‘sistem tanda’. Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa para ahli melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda.

4. Tiga tokoh terkenal Semiotika beserta teorinya antara lain: a. Pragmatisem oleh Charles Sanders Peirce

Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground

dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qulisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda: misalnya kata kabur atau

keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan

(4)

bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan pertanda yang bersifat kasual atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contohnya adalah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang

menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan pertandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbriter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.

Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign

atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.

b. Teori Tanda Ferdinand de Saussure

Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang di kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, yaitu pandangan tentang (1) signifier

(penanda) dan signified (pertanda); (2) form (bentuk) dan content (isi); (3) langue

(bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); (4) synchronic (sinkronik) dan diachronic

(diakronik); serta (5) syntagmatic (sintagmatik) associative (paradigmatik).

c. Metasemiotika Louis Hjelmslev

Hjelmslev mengembangkan sistem dwipihak (dyadic system) yang merupakan ciri sistem Saussure. Ia membagi tanda ke dalam expression dan content, dua istilah yang sejajar dengan signifier dan signified dari Saussure. Namun, konsep tersebut

dikembangkannya lebih lanjut dengan penambahan, bahwa baik expression maupun

content mempunyai komponen form dan substance sehingga terdapat expression form dan content form pada satu pihak, dan expression substance dan content substance pada pihak lain. Maka, dengan perluasan ini, diperoleh gambaran bahwa sebelum expression form terbentuk, terdapat bahan tanpa bentuk (amorphous matter

atau purport) yang melalui expression substance memperoleh batasan yang akhirnya terwujud dalam expression form tersebut. Demikian pula halnya dengan content form

(5)

Hjelmslev sendiri memberikan metafora bahwa form adalah ibarat jala yang dilempar ke laut, pada saat pelemparan terlihat bayangan jala itu yang diibaratkan sebagai

substance yang memberikan batasan pada hamparan laut. Hamparan laut itu diibaratkan sebagai bahan amorphous, tanpa bentuk.

5. Semiotika Komunikasi dapat diterapkan pada bidang: a. Media

Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi, seperti halnya basis studi komunikasi, adalah proses komunikasi, dan intinya adalah makna. Dengan kata lain, mempelajari media adalah mempelajari makna―dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri. Maka itu, metode penelitian dalam

komunikasi semestinya mengungkapkan makna yang terkandung dalam materi pesan komunikasi.

b. Komunikasi Periklanan

Dalam komunikasi periklanan, ia tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna, dan bunyi, iklan

disampaikan melalui dua saluran media massa, yaitu (1) media cetak (surat kabar, majalah, brosur, dan papan iklan atau billboard) dan (2) media elektonik (radio, televise, film). Pengirim pesan adalah, misalnya, penjual produk, sedangkan penerimanya adalah khalayak ramai yang menjadi sasaran. Untuk mengkaji iklan dalam perspektif semiotika, kita bisa mengkajinya lewat sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambing, baik yang verbal maupun yang berupa ikon. Iklan juga menggunakan tiruan indeks, terutama dalam radio, televise, dan film.

c. Tanda Nonverbal

Jika definisi harfiah komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, maka tanda nonverbal berarti tanda minus bahasa atau tanda minus kata. Jadi, secara sederhana, tanda nonverbal dapat kita artikan semua tanda yang bukan kata-kata.

(6)

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara: kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Musik film juga merupakan tanda ikonis, namun dengan cara yang lebih misterius. Musik yang semakin keras, dengan cara tertentu, “mirip” ancaman yang mendekati kita (ikonitas metaforis).

e. Sastra

Dalam lapangan sastra, karya sastra dengan keutuhannya secara semiotic dapat dipandang sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk, karya sastra secara tertulis akan memiliki sifat keruangan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menanda yang menyiratkan makna semiotika. Dari dua tataran (level) antara mimetik dan semiotik (atau tataran kebahasaan dan mistis) sebuah karya sastra menemukan keutuhannya untuk dipahami dan dihayati. f. Musik

Untuk mencapai pendengarnya, penggubah musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda perantara tertulis, jadi visual. Bagi semiotikus musik, adanya tanda-tanda perantara, yakni, musik yang dicatat dalam partitur orkestra, merupakan jalan keluar. Hal ini sangat

Referensi

Dokumen terkait

beberapa jenis tanaman, kandungan isoflavon yang lebih tinggi terdapat pada.. tanaman Leguminoceae, khususnya pada tanaman kedelai

Karena jika semua orang lain menjadi sama kaya, sama pintar, sama hebat, sama berkuasa, sama cantik, maka TIDAK ADA LAgi hal yang ia dapat sombongkan. Lepas dari apakah kita

Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Pindahkan wadah dari kebakaran jika ini dapat dilakukan

Walaupun proses produksi telah dilaksanakan dengan baik, namun pada kenyataanya masih ditemukan terjadinya kesalahan-kesalahan dimana mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai

Pilot plant ThO2 dari tailing pengolahan monasit kapasitas 100 kg/hari merupakan proses untuk mengambil thorium dalam bentuk oksida ThO2 yang terdiri dari 3 tahap

Sehingga Wireless Sensor dapat diterapkan pada sistem yang menggabungkan beberapa sensor isi dari setiap sensor node tersebut gabungan antara pengendali/pusat

diketahui pula bahwa semakin tinggi afek negatif suatu keluarga akan semakin tinggi pula konflik orangtua dan perilaku internal yang terjadi pada anak. Berdasarkan hasil

Segala puji Syukur hanyalah untuk Allah swt, Dzat yang telah memberikan serta melimpahkan berbagai nikmat dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga bisa terselesaikan