• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Informasi Pendidikan Seks Dini Untuk Orang tua Melalui Aplikasi Berbasis Android

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Informasi Pendidikan Seks Dini Untuk Orang tua Melalui Aplikasi Berbasis Android"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI PENDIDIKAN SEKS DINI UNTUK

ORANG TUA MELALUI APLIKASI BERBASIS ANDROID

DK 38315 / Tugas Akhir

Semester Genap 2015 / 2016

Oleh :

Indra Fakhriansyah

51910272

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Karya Tugas Akhir ini yang berjudul “PERANCANGAN INFORMASI PENDIDIKAN SEKS DINI UNTUK ORANG TUA MELALUI

APLIKASI BERBASIS ANDROID ” dengan sebaik mungkin. Penulisan laporan pengantar ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menjalani sidang tugas akhir guna menempuh gelar sarjana (S1) pada program studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Selama masa penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan, cobaan, hinaan, dan dukungan baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak, yang tanpa pamrih mengiringi penulis sampai pada tahap ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan kemurahan-Nya yang tak terhingga. 2. Yang tercinta, dua orang pahlawan yang selalu menjadi alasan dari penulis

untuk tidak berhenti berjuang, Bapak H. Irfan Bustami, SH M.Hum dan ibu Hj. Khairianti Sri Rahayu S.E atas segala do’a, dukungan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

3. Yang terkasih Uswatun Hasanah, S,E. M.Si yang selalu menambah manis dan pahitnya hidup penulis selama mengecap dibangku kuliah.

4. Seluruh teman-teman angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

5. Para sahabat dan musuh penulis yang telah membantu support dan menghina penulis selama ini.

6. Bapak Wira Mahardhika, M.M., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberikan sumbangsih keilmuan kepada penulis.

(7)

iv Penulis mengucapkan banyak terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak tersebut namanya, yang telah membantu penulis dalam segala hal. Semoga semua kebaikan yang mereka berikan mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT. Selanjutnya, tentu saja penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwasanya penulisan laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan, sehingga laporan ini menjadi lebih baik dan bisa memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, Agustus 2016 Penulis,

(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

II.1.7 Karakteristik Dan Psikologi Anak Sekolah Dasar ... 14

2.1.8 Media Informasi ... 16

II.2 Objek Penelitian ... 17

II.2.1 Kuisioner ... 17

II.2.2. Responden ... 18

(9)

viii

II.4. Khalayak Ramai ... 22

II.5 Resume dan solusi perancangan ... 22

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 23

III.1.5 Khalayak sasaran Perancangan ... 25

III.1.6 Strategi Kreatif ... 28

(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Afifah, Afra., & Suprianto, Dr. Ahmad. (2011). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Surakarta: Gizone Publishing.

D. Gunarsa, P. S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta: Gunung Mulia.

Kusrianto, Adi. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Madani, Prof. Yousef. (2014). Pendidikan Seks Usia Dini Bagi Anak Muslim : Panduan Bagi Orangtua & Guru Agar Anak Tidak Menjadi Korban. Jakarta: Zahra.

Tjandra Ellen (2012). Bunda, Seks itu apa sih? Jakarta: Gramedia pustaka Sugiono, Prof. Dr. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Media Onlie :

febriani, S. (2013). Ciri Primer & Ciri Sekunder Pubertas. Tersedia di http://www.kesehatan reproduksi remaja.wordpress.com. [diakses 28 Desember 2015]

KPAI. (n.d.). Ribuan Anak Indonesia Menjadi Korban Pornografi. Tersedia di http://www.kpai.go.id/berita/kpai-ribuan-anak-indonesia-jadi-korban-fornografi-internet-2/#.[diakses 28 Oktober 2015]

(12)

Jurnal & Karya Tulis :

Alwahdania. (2013). Skripsi. Pendidikan Seks Dalam Keluarga Bagi Anak Usia Remaja. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Faisal, Imam. Agus. (2012). Tugas Akhir. Perancangan Buku Media Informasi Tentang Pendidikan Seks Dalam Keluarga. Bandung: UNIKOM.

Nugraha, Ega. Agung. (2012). Tugas Akhir. Perancangan Media Informasi Buku Stiker Untuk Mengenali Bentuk-Bentuk Dasar Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Bandung: UNIKOM.

(13)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Seks memang merupakan sesuatu hal yang mungkin tabu untuk di bicarakan oleh orang tua terhadap anaknya, para orang tua biasanya masih sedikit enggan membicarakan maupun memberikan pendidikan tentang seks kepada anaknya ketika masa pertumbuhan di usia sekolah dasar. Padahal pendidikan seks pada anak itu juga penting, namun tentunya dengan kadar penyampaian yang tepat tentang pemahaman anak terhadap pendidikan seks. Hal ini terkait dengan sempat maraknya kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak usia sekolah dasar dewasa ini.

Pendidikan seks terhadap anak ini tidak terlepas dari peran orangtua, bagaimana kualitas komunikasi yang dilakukan terhadap anak dan juga bagaimana komunikasi interaksional yang di berikan pada anak. Komunikasi interaksional ini meliputi komunikasi verbal seperti bahasa dan kalimat yang digunakan oleh orang tua pada anak dalam menyampaikan pendidikan seks dan Komunikasi Nonverbal seperti Simbol atau gerakan bahasa tubuh yang digunakan sebagai pelengkap dan penjelas komunikasi verbal tentang penyampaian pendidikan seks dari orang tua pada anak. Dalam kehidupan sehari hari, sering ditemui maraknya tindak kekerasan dan kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak usia sekolah dasar maupun taman kanak-kanak, dan para remaja yang rentan terjerumus kedalam dunia seks, aborsi, serta penyakit infeksi menular melalui seks akibat pergaulan bebas yang tidak terkontrol oleh keluarga. Maka sudah sepantasnya orangtua membuka rasa segan, risih dan tabu tersebut, sebelum anak-anak memperoleh pengertian mereka sendiri mengenai seks yang tidak sesuai dengan norma susila, nilai-nilai serta moral.

Selain itu, semakin berkembang pesatnya teknologi komunikasi dan informasi,membuat siapapun, apalagi anak-anak bisa dengan mudah mendapatkan akses yang sangat bebas dalam mendapatkan informasi apapun yang dia inginkan seperti halnya melalui media internet. Jika tanpa pengawasan hal ini bisa menyebabkan sesuatu yang negatif tentang pemahaman anak terhadap pendidikan seks.

(14)

2 penjelasan sendiri yang dapat menimbulkan hal negatif dan tentunya bisa menghindarkan dirinya dari masalah kejahatan seksual yang kerap terjadi di masyarakat..

Dengan memberikan pendidikan tentang seks kepada anak, maka akan membantu mereka untuk mengembangkan perilaku seks yang sehat dan mengajarkan pemikiran tentang seks yang bertanggungjawab, serta menghindarkan mereka dari tindakan penyimpangan maupun kekerasan seksual.

Menurut Clara Kriswanto (2009) dalam bukunya Seks, Es Krim dan Kopi Susu mengingatkan, pendidikan seks untuk anak harus dimulai sejak dini, bahkan sejak usia 0 - 5 tahun (masa balita). Dan proses ini akan berlangsung hingga anak mencapai tahap remaja akhir. Pendidikan seks yang ditanamkan sejak dini akan mempermudah anak dalam mengembangkan harga diri, kepercayaan diri, kepribadian yang sehat, dan penerimaan diri yang positif.

Dalam hal ini, peran orangtua benar-benar penting karena merekalah yang paling mengenal kebutuhan anak, paling tahu perubahan dan perkembangan diri anak, serta bisa memberi pendidikan seks secara alamiah sesuai tahap-tahap perkembangan yang terjadi. Namun, masalah timbul ketika cara orangtua menyampaikan pendidikan seks kepada anak yang tidak tepat, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah latar belakang pendidikan orangtua, strata sosial, dan juga kondisi lingkungan sekitar. Sehingga komunikasi yang terjalin antara anak dengan orangtua khususnya dalam sebuah keluarga sangatlah penting.

Dalam sebuah penelitian yang dikutip oleh Andika (2010) menyatakan bahwa dari 600 lelaki dan perempuan usia SMP ke bawah di AS, peneliti Dr. Jennings Bryant menemukan bahwa 91% lelaki dan 82% wanita mengaku telah menonton film porno atau yang berisi kekerasan seksual. Lebih dari 66% lelaki dan 40% wanita dilaporkan ingin mencoba beberapa adegan seks yang telah ditontonnya. Diantara siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut, 31% lelaki dan 18% wanita mengaku benar-benar melakukan beberapa adegan dalam film porno itu beberapa hari setelah menontonnya.

(15)

3 eksploitasi seks pada anak dibawah umurpun nyatanya juga masih sering terjadi dan dilakukan oleh orang-orang terdekat bahkan oleh keluarga korban sendiri. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam situs resminya telah mencatat bahwa dari Agustus sampai Januari atau semester kedua (2015), jumlah kekerasan seksual pada anak sebanyak 784 kasus. Itu artinya, rata-rata 129 anak menjadi korban kekerasan seksual setiap bulannya. 20% anak menjadi korban pornografi. Kasus ini masuk ke pengaduan KPAI dan belum termasuk kekerasan lainnya di tahun sebelumnya. Kekerasan yang terjadi di tahun 2014 ada 4.500 kasus yang masuk ke KPAI dan Jawa Barat merupakan provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah kasus kekerasan tertinggi terhadap anak.

Total kekerasan terhadap anak di Jawa Barat mencapai 38% artinya 6.510.000 kasus terjadi di Jawa Barat. Dan 62% kasus kekerasan berupa kekerasan seksual. Selain itu, KPAI juga mencatat 62,7% remaja Indonesia tidak perawan lagi. Hasil penelitian tahun 2008 tersebut menyebutkan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota besar menunjukkan bahwa 21,2% mengaku pernah melakukan hubungan seksual dan aborsi (www.kpai.go.id). Sedangkan data yang masuk LPA Jawa Barat pada Oktober hingga Januari 2016, kekerasan seksual terhadap anak di Bandung mencapai 16 kasus.

I.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang timbul berdasarkan kajian dan penjelasan yang telah diuraikan dalam penjelasan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahannya sebagai berikut.

1. Pemahaman orangtua yang masih terjebak dengan pemikiran dan anggapan tabu terhadap pendidikan seks.

2. Kondisi orang tua yang belum memiliki kesiapan tentang pendidikan seks kepada anak sehingga banyaknya penyimpangan dan kekerasan seksual/ 3. Kurang akuratnya pedoman informasi yang ada saat ini tentang bagaimana

seharusnya orang tua memberikan pendidikan seks kepada anak

(16)

4 5. Tingkat pengetahuan anak terhadap organ atau bagian tubuh yang mereka miliki, sehingga tidak ada larangan atau batasan untuk disentuh orang lain 6. Kondisi lingkungan, mempengaruhi pemahaman anak tentang pendidikan

seks yang salah sehingga adanya pelecehan yang terjadi.

I.3 Rumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi serangkaian permasalahan yang timbul berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebelumnya, maka rumusan masalah yang didapat ialah

 Bagaimana cara merancang informasi berbasis aplikasi android sebagai pedoman perantara perantara penyampaian pendidikan seks yang seharusnya kepada orang tua, agar para orangtua tidak lagi merasa bingung ketika harus memberikan materi pendidikan seks ini pada anak.

I.4 Batasan Masalah

Perancangan media informasi ini difokuskan terhadap pola komunikasi orang tua kepada anak usia Sekolah Dasar. Menurut beberapa pakar peneliti menyatakan bahwa pada rentan waktu tersebut merupakan masa potensial bagi anak dalam menerima pemahaman tentang pendidikan seks.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

 Melihat, mempelajari, dan menganalisis bagaimana sesungguhnya peran keluarga terutama orang tua dalam memberikan arahan atau pandangan kepada anak mengenai pendidikan seks di usia dini.

 mengetahui cara orang tua yang berbeda dari latarbelakang pendidikan dalam memberikan arahan atau pandangan pada anak mulai dari usia balita sampai praremaja.

 Mengidentifikasi permasalahan yang timbul serta memberikan langkah solutif bila diperlukan.

(17)

6 BAB II. TINJUAN PENDIDIKAN SEKS

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Pendidikan Seks

Pendidikan seks adalah salah satu langkah atau upaya untuk mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah adanya dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan tindak kekeran seksual yang sering kali kerap terjadi pada anak (sarwono, 2005).

Menurut Abdullah Nashih Ulwan (dalam Madani, 2014) pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan.

Sedangkan menurut D. Gunarsa (2008) Pendidikan seks merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda - mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seks ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

(18)

7

Pengetahuan secara biologis

Pengetahuan secara biologis, yang termasuk dalam pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses reproduksi yaitu kehamilan dan kelahiran, serta pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS dan HIV/AIDS serta pentingnya mengetahui 4 bagian yang dilarang disentuh orang lain.

Pengetahuan dengan pendekatan sosial / psikologis

Pengetahuan dengan pendekatan sosial / psikologis yang membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi, mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita serta keputusan untuk melakukan hubungan seks. Menurut WHO tahun 2009 (dalam Faisal, 2012) pendidikan seks seharusnya tidak terbatas sampai pengetahuan biologis, tetapi berperan untuk melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat lewat pendidikan.

II.I.2 Tujuan Pendidikan Seks

sesuai dengan kesepakatan internasional”Conference Of Sex Education And Family

Panning” pada tahun 1962 (dalam Alwahdania, 2013) adalah untuk menghasilkan manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia serta tanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Menurut The Sex Information and Education Council The United States (SIECUS) (dalam Subiyanto, 1996, h.79) pendidikan seks mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberi pengetahuan yang memadai kepada siswa mengenai diri siswa sehubungan dengan kematangan fisik, mental dan emosional sehubungan dengan seks.

2. Mengurangi ketakutan dan kegelisahan sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta penyesuaian seksual pada anak.

3. Mengembangkan sikap objektif dan penuh pengertian tentang seks.

4. Menanamkan pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar mengambil keputusan.

(19)

8 6. Mendorong anak untuk bersama-sama membina masyarakat bebas dari

kebodohan.

II.I.3 Manfaat Pendidikan Seks

Secara umum, manfaat dari pendidikan seks menurut Dianawati (dalam Faisal, 2012) adalah:

1. Masyarakat mendapatkan pandangan positif dan manfaat tentang informasi pendidikan seks.

2. Mengetahui akibat dan bahaya tentang perilaku penyimpangan seksual.

3. Dapat mengetahui tindakan yang menyimpang serta adanya upaya untuk menghidari hal tersebut, terutama jika hal ini terjadi pada anak.

4. Menghindari terjadinya hal-hal negatif yang diakibatkan dari pemahaman tentang pendidikan seks yang salah dan keliru.

Berdasarkan kajian tentang adanya tujuan dan manfaat dari pendidikan seks, maka penulis berpendapat bahwa dengan memberikan pendidikan tentang seks kepada anak, maka akan membantu mereka untuk mengembangkan perilaku seks yang sehat, mengajarkan pemikiran tentang seks yang bertanggungjawab, menghindarkan mereka dari tindakan penyimpangan maupun kekerasan seksual dan sebagai masa persiapan agar anak tidak bingung nantinya ketika mengahadapi kematangan seksual yang terjadi seiring perkembangan usianya, tentunya masyarakatpun khususnya para orangtua diharapkan mulai terbuka dan tidak menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tabu atau awam untuk diketahui.

II.I.4 Pendidikan Seks Sejak Usia Dini

(20)

9 pengetahuan tentang seks, mereka menjadi mengerti perilaku mana yang tergolong pelecehan seksual.

Menurut pakar psikolog D. Gunarsa “penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan oranglain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak” (2008). Sedangkan menurut Kriswanto (2009) mengingatkan, pendidikan seks untuk anak harus dimulai sejak dini, bahkan sejak usia 0-5 tahun (masa balita). Proses ini akan berlangsung hingga anak mencapai tahap remaja akhir.

Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh secara sederhana. Sebaiknya anak-anak sejak dini perlu diajarkan menghargai tubuhnya sebagai barang berharga sehingga dapat menjauhkannya dari tindak pelecehan seksual. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat (sarwono, 2005)

Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak dalam memberikan pemahaman tentang seks. Selain itu, tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orangtua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks, tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut.

(21)

10 bertahap, hal ini bertujuan untuk pendidikan dan pengajaran tentang akhlak mereka dimasa yang akan datang. Menurut Madani (2014) menyatakan bahwa syariat islam telah membagi tingkatan pendidikan seks pada usia pertumbuhan anak kedalam tiga masa (h, 137-138).

Masa Kanak-Kanak Dini

Fase ini bekisar kira-kira pada usia 0-7 tahun, ditandai dengan kesukaan anak dalam bermain dan lepas dari tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang memerlukan aturan yang jelas. Pada tingkatan ini tidak terdapat naluri seks yang hakiki, anak pada fase usia tersebut kosong dari naluri seksual, namun tidak menutup kemungkinan seorang anak pada fase tersebut menampakan sebagian dari fenomena seks karena meniru atau ikut-ikutan pada oranglain. Maka, para orangtua sebaiknya tidak membuat rangsangan seksual dihadapan anak ketika kurun waktu tersebut.

Masa Kanak-Kanak Lanjut/Akhir

Islam telah menetapkan masa tersebut yakni, rentan waktu antara usia 7-14 tahun. Periode akhir masa kanak-kanak merupakan fase persiapan seks, dan masa untuk mempersiapkan seorang anak dengan aturan-aturan baku agar si anak mampu menghadapi kondisi mendatang sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Beberapa ayat Al-Qur’an telah menjelaskan tentang pentingnya pendidikan demi menghadapi masa depan seseorang yang akan ia jalani kelak.

Periode Persahabatan

(22)

11 II.I.5 Tahapan Dalam Pendidikan Seks

Pada dasarnya, pendidikan seks harus dimulai secara tepat seiring dengan tingkat perkembangan anak yang terlibat, menjawab pertanyaan mereka sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman mereka. Pendidikan seks formal harus dengan oreientasi groupdengan kelompok seks yang sama. Berdasarkan kajian dari beberapa penelitian, mengenai kapan pendidikan seks tepat untuk ditanamkan pada anak. Orangtua bisa mengajarkan pendidikan seks untuk anaknya tepat pada saat anak mulai mengajukan pertanyaan. Jawaban yang harus diberikan tentunya mengacu pada usia anak. Semakin dewasa usianya, maka orangtua dapat memberitahukan dengan informasi yang lebih lengkap. Menurut Dr. Wilson W. Grant, (dalam Afifah & Suprianto, 2011) menyatakan bahwa cara menerapkan pendidikan seks pada anak-anak ialah dengan penjelasan yang bertahap.

Menurut Andika (2010) tahapan perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi 5 fase, yaitu sebagai berikut:

II.I.5.I Fase Pragential

(23)

12 II.I.5.2. Fase Egosentris

Fase egosentris merupakan masa dimana anak-anak tak lagi bersikap pelit terhada p apa yang dimilikinya. Mereka mulai bermain bersama secara berkelompok dan mudah untuk menjalin kerjasama (7-11 tahun).

II.I.5.3. Fase Pra Pubertas

Fase pra pubertas disebut juga sebagai masa pueral, masa dimana terjadi peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan terlihat lebih cepat dewasa dalam menanggapi perubahannya. Bahkan, tak jarang anak perempuan menganggap anak laki-laki seusianya masih bersikap seperti anak-anak (12-13 tahun).

II.I.5.4. Fase puber

Fase puber memang menjadi masa yang membingungkan, tidak hanya bagi anak yang mengalaminya, namun orangtuapun sering merasa kesulitan untuk menghadapi anaknya yang tengah puber. Masa peralihan anak menjadi remaja saat itu tubuh anak mulai berkembang dan berubah. Pada masa puber, terjadi berbagai perubahan bentuk tubuh, berubah dengan cepat, bahkan suarapun juga berubah. Masa ini merupakan masa perubahan paling cepat (14-15 tahun).

II.I.5.5. Fase Remaja

Fase remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu, masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial (16-19 tahun).

II.I.6 Pendidikan Seks Berdasarkan Usia

(24)

13 usia 1-4 tahun, usia 5-7 tahun, usia 8-10 tahun dan usia 10-12 tahun. Anak-anak perlu diberikan pendidikan dengan materi dan cara penyampaian pendidikan seks yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga pendidik seks yang paling baik adalah orang tua anak itu sendiri.

1. Usia 1-4 Tahun,

Orangtua disarankan untuk mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genitalnya. Kenalkan pada anak, ini mata, ini kaki, ini vagina dengan bahasa ilmiah tanpa menggunakan istilah lain agar ketika remaja anak tidak canggung untuk menyebutkannya.

2. Usia 5-7 Tahun,

Rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar, karena itu orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak

3. Usia 8-10 Tahun,

Anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat, pada fase ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi.

4. Usia 11-13 Tahun,

(25)

14 II.I.7 Karakteristik Dan Psikologi Anak

Menurut para ahli (pakar) ilmu jiwa, perkembangan masa anak - anak adalah masa meniru dan mencontoh, karena apa yang dilihat dan didengar oleh anak akan ditirunya (Afifah & Suprianto, 2011). Seorang ahli psikolog, Elizabeth B. Hurlock (dalam Nugraha, 2012) mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah dan masa kanak-kanak akhir disebut sebagai masa keemasan (the golden age) (h. 9). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut:

Berkembangnya konsep diri

Secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang, anak mulai menyadari bahwa dirinya, identitasnya karena kesadarannya itu menunjukkan “akunya” (eksistensi diri) segalanya ingin ia coba, ia merasa dirinya bisa, namun di sisi lain ia memiliki kebutuhan yang besar untuk tetap disayang dan didukung oleh orang tuanya.

Munculnya egosentris

Di usia ini anak berpikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya, wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain.

Rasa ingin tahu yang tinggi

(26)

15

Imajinasi yang tinggi

Imajinasi di usia ini sangat mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak sulit membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. ia kadang-kadang suka melebih-lebihkan cerita. Daya imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner(teman yang tidak pernah ada), teman khayalnya ini mampu mencurahkan segala pengalaman dan perasaannya.

Belajar menimbang rasa

Di usia 4-6 tahun minat terhadap teman-temannya mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan kelompok bersama teman-temannya walaupun kerap terjadi pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri. Empati anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa sesuatu yang dapat menghibur, pada masa ini anak mulai belajar konsep benar salah.

Munculnya kontrol internal

Kontrol internal muncul di akhir masa usia prasekolah, perasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah jika ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya di usia 5 tahun ia sudah siap terjun ke lingkungan di luar rumah dan sudah sanggup menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang diharapkan.

Belajar dari lingkungannya

(27)

16

Berkembangnya cara berpikir

Anak mulai mengembangkan pehamannya tentang hubungan benda antara bagian dan keseluruhan, pemahaman tentang konsep waktu belum berkembang sempurna. Anak belum bisa membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore.

Dibanding masa sebelumnya anak lebih bisa diajak berkomunikasi, ia mulai bisa mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal, namun kadang-kadang ia ingin bereksperimen dengan mengatakan kata-kata yang kotor atau yang mengejutkan orang tuannya.

(28)

17 mengetahui informasi tentang pendidikan seks tersebut. Bentuk kuisioner yang diberikan adalah kuisioner terbuka, karena penulis juga ingin mengetahui tentang tanggapan dan persepsi dari masing-masing responden mengenai pendidikan seks. II.2.2 Responden

Dalam perancangan ini, peneliti menetapkan 50 orang responden, penentuan jumlah didasarkan pada model Krejcie dan Morgan dalam menentukan jumlah responden. Keseluruhan responden diantaranya adalah laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orangtua dengan pertanyaan yang berbeda karena disesuaikan dengan tingkatan kategori responden. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan pedoman sampel yang dibuat oleh Krejcie dan Morgan (dalam Sekaran,1992), tabel sebagai berikut:

Tabel II.1 Tabel penentuan sampel Krejcie dan Morgan

(Sumber: http://www.kenpro.org/sample-size-determination-using-krejcie-and-morgan-table/. 28

November 2015)

(29)

18 karena keterbatasan waktu. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para orangtua terhadap pendidikan seks, apakah mereka memberikan pemahaman tentang seks kepada anaknya atau tidak, dan apakah anak sudah mengetahui informasi tentang pendidikan seks tersebut dari luar. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 1 November - 10 januari 2016.

Tabel II.2 klasifikasi responden berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebar secara acak

(Sumber : dokumentasi pribadi, 2016)

KLASIFIKASI RESPONDEN

KET

KATEGORI

JENJANG-PENDIDIKAN JUMLAH TOTAL

Anak-Anak

Hasil jawaban dari responden anak:

 Cukup banyak responden kategori anak-anak yang sudah tahu tentang pendidikan seks, namun tidak secara detail.

 70% dari responden mengungkapkan bahwa mereka sering membicarakan hal-hal tentang seks bersama teman sebayanya disekolah maupun ketika sedang bermain, 20 % kadang membicarakan tentang pendidikan seks dengan para orangtua, dan 10% tidak pernah membicarakan hal itu dengan siapapun.

(30)

19 seks langsung dari orangtuanya. Sisanya, mereka mendapatkan pendidikan tentang seks dari media internet, buku, majalah, sekolah dan pergaulan dengan teman.

 50% dari responden mengetahui tentang pacaran, ciuman, seks bebas dan bahayanya, sementara 15% lainnya kurang begitu paham tentang hal tersebut, dan sisanya memilih untuk tidak memberitahu.

 Dari 30 orang anak, 18 diantaranya mengetahui tentang fungsi dan kesehatan alat reproduksi, menstruasi dan mimpi basah, sisanya menganggap bahwa pendidikan seks itu lebih banyak tentang pornografi.

Hasil jawaban dari responden orang-tua :

 Dari keseluruhan jumlah responden orangtua, hanya ada 5 orang yang tahu dan mengerti tentang pendidikan seks. Sisanya menyebutkan kurang begitu tahu.  Dari seluruh responden kategori orang-tua yang menjawab kuisioner, hanya 4

orang yang memberikan pendidikan seks sejak usia dini terhadap anaknya, sisanya membiarkan anaknya tahu sendiri tentang hal itu di bangku sekolah.  65 % responden orangtua menyatakan pendidikan seks itu penting diberikan

kepada anak, sementara sisanya kurang begitu menanggapi dan masih menganggap negatif tentang pendidikan seks dan merasa enggan memberitahukannya kepada anak.

 45% responden orangtua menyatakan, mereka sering memantau pergaulan anak-anaknya ketika disekolah maupun diluar, sementara sisanya lebih mempercayakan pengawasan anak kepada pihak sekolah dan guru.

II.3 Analisis Masalah

(31)

20 secara garis besar, penulis menyimpulkan hasil dari data lapangan yang didapat menunjukan anak-anak banyak mendapatkan informasi tentang pendidikan seks bukan dari para orangtuanya, kebanyakan informasi tersebut mereka peroleh melalui media internet yang cenderung salah, di sekolah dan juga dari pergaulan dengan teman, setidaknya masih banyak para orangtua yang masih segan memberikan pemahaman tentang seks yang benar dan bertanggung jawab karena ketidaktahuan mereka. Berdasarkan analisis 5w+1H, maka penulis mencoba menganalisis rumusan masalah dari berbagai aspek.

II.3.1 Apa

Pentingnya pendidikan seks yang harus diberikan kepada anak sejak usia dini melalui orang tua, untuk mencegah terjadinya penyimpangan seksual terhadap anak.

II.3.2 Mengapa

 Banyaknya anak di kalangan usia Sekolah Dasar yang menjadi korban kekerasan seksual dan pornografi.

 Pemahaman para orangtua umunya yang masih banyak terjebak dengan pemikiran dan anggapan tabu terhadap pendidikan seks sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan langsung tentang seks dari orangtuanya.

II.3.3 Dimana

(32)

21 II.3.4 Kapan

Merujuk kepada data yang dipublikasikan oleh LPA dan KPAI, Kasus-kasus kejahatan seksual pada anak rentan terjadi mulai tahun 2011-2015, bahkan setiap tahun kasusnya mengalami peningkatan.

II.3.5 Siapa

Rata-rata anak yang menjadi korban adalah Anak Sekolah Dasar maupun Taman Kanak kanak.

II.3.6 Bagaimana

Merujuk pada sebuah solusi permasalahan, maka langkah solutif yang diambil adalah Membuat sebuah media informasi tentang pendidikan seks,.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan 5w+1H, maka penulis berupaya untuk memberi pengetahuan dan informasi kepada masyarakat orangtua tentang pentingnya memberikan pendidikan seks kepada anak melalui media informasi. Hal yang ingin disampaikan adalah adanya manfaat pendidikan seks yang diberikan kepada anak dan cara penyampaian informasi tentang seks berdasarkan usia anak. II.4 Khalayak Ramai

(33)

22 II.5 Resume

Berdasarkan apa yang sudah penulis paparkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa ingin nya orang tua mendapatkan informasi yang pasti tentang bagaimana cara penyampaian tentang seks dini untuk mencegah terjadinya pelecehan seksusal terhadap anak.

(34)

23 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan merupakan acuan untuk memecahkan suatu masalah secara kreatif yang bertujuan untuk mencapai solusi yang tepat dan efektif. Untuk mencapai hasil perancangan yang dapat memecahkan masalah pentingnya pendidikan seks untuk anak fase pragential hingga fase remaja dikota bandung, maka strategi pendekatan secara visual maupun verbal mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyampaian pesan yang ingin disampaikan kepada target sasaran, agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan mudah diterima oleh penerima pesan.

Dalam hal ini, strategi yang akan dilakukan adalah merancang sebuah informasi yang memuat informasi dan pengenalan dasar tentang bagaimana mengenalkan dan menjaga anak. Berdasarkan fokus permasalahan, maka konten ataupun pesan yang nantinya akan disajikan dalam aplikasi berbasis android

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang ingin disampaikan dalam perancangan aplikasi informasi ini adalah mengenalkan pentingnya dasar pendidikan tentang pengenalan seks untuk anak melalui peranan orang tua.

Target keadaan yang diharapkan dari perancangan ini adalah :

 Anak dan orang tua sudah mulai tahu, persiapan apa saja yang harus dilakukan ketika menghadapi masa puber/remaja seiring dengan perkembangan usia mereka.

 Anak sudah mulai paham tentang bagian-bagian penting tubuhnya yang harus mereka lindungi agar bisa menjaga diri dan terhindar dari tindak kekerasan maupun pelecehan seksual.

(35)

24 III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Agar pesan ataupun informasi tentang pendidikan seks yang nantinya disampaikan melalui aplikasi ini dapat dengan mudah diterima dan dimengerti oleh khalayak sasaran. Dalam perancangan aplikasi ini diperlukan strategi pendekatan komunikasi yang sesuai dengan karakteristik target khalayak, Maka dari itu perlu dilakukan strategi pendekatan secara visual maupun verbal.

III.1.2.1 Pendekatan Visual

Strategi pendekatan visual merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi yang ditampilkan dalam sebuah bentuk visual atau gambar. Pendekatan visual yang digunakan dalam perancangan informasi ini tentunya menggunakan gaya visual dan penyampaian materi pesan dalam bentuk ilustrasi berbasis vektor

atau kartun .

Gambar III.1 Contoh gambar yang menggunakan vektor Sumber: https://www.behance.net/gallery/13479437/Gedung-Sate

(15Juni 2016)

(36)

25 untuk memudahkan penalaran anak dalam menangkap setiap pesan yang akan disampaikan serta menarik kepada orang tua.

III.1.2.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang di lakukan menggunakan pendekatan bahasa yang bersifat informatif, persuasif, dan mudah dimengerti oleh target khalayak. Maksud dari pendekatan verbal ini, selain dapat memberikan informasi langsung tentang pendidikan seks kepada anak, tetapi juga mengajak para orangtua agar mau memberikan pendidikan seks kepada anak sejak dini.

III.1.3 Materi Pesan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, materi pesan yang akan disampaikan dalam informasi ini lebih di tujukan untuk orang tua 31- 40 tahun. Karena konten yang akan dibahas didalamnya permasalahan mengahadapin tumbuh kembang anak dimulai dari umur 0-18 tahun. Selain itu, informasi ini juga membahas tentang bagian-bagian tubuh mana saja yang harus dilindungi, tujuannya agar anak bisa melindungi diri sendiri dari tindak kekerasan maupun pelecehan seksual, serta pemberian langkah – langkah untuk orang tua menghadapi tumbuh kembang anak

III.1.4 Gaya Bahasa

Bahasa yang akan digunakan adalah Bahasa Indonesia dengan penyampaian komunikasi yang ringan, mudah dipahami dan bersifat persuasive, seperti bahasa yang sering digunakan dalam lingkungan pergaulan sehari-hari, sehingga bahasa yang disampaikan bisa menimbulkan kesan akrab bagi anak dan orangtua.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

Consumer Insight

Consumer Insight adalah menganalisa individu berdasarkan perasaan, fantasi, keinginan konsumen yang mengarahkan pada tingkah laku. Dalam hal ini, khalayak sasaran yang ingin dituju berdasarkan segmentasi target primer dan sekunder yaitu:

a. Target utama

(37)

26 zaman, menginginkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya apalagi untuk anak.

b. Target kedua

Pria dan wanita 23-35< : Gaya hidup masih mengikuti zaman, konsumtif, ingin terlihat beda, senang bergaul, peka terhadap permasalahan lingkungan, menginginkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, cenderung belum pham tentang pendidikan seksual untuk calon anak, serta belum memiliki kesiapan untuk berkeluarga cenderung mengikuti nafsu.

Consumer Journey a. Target utama

Tabel III.1 cunsumer journey target utama (sumber: dokumen pribadi, 2015)

No Waktu Kegiatan Keterangan

1 04.00 Bangun tidur Kasur 4 04.55 Merapikan tempat tidur Kasur

5 05.10 Mandi Gayung, sikat gigi, pasta gigi, handuk 6 05.30 Cek telefon genggam Telefon genggam

7 05.40 Masak sarapan Alat memasak

8 06.00 Sarapan Alat makan

9 07.00 Berangkat ke kantor Mobil

(38)

27 11 01.00 Kembali berkerja Computer, telefon

genggam, kalender, alat tulis

12 04.30 Pulang kerja Mobil, baliho, poster, stiker

15 06.00 Sholat maghrib Peralatan sholat 16 06.30 Siapkan makan malam, dan

18 08.00 Mengajari anak belajar Buku, poster, alat tulis 19 09.00 Cek telefon genggam Telefon genggam

20 10.00 Tidur Kasur

b. Target secondary

Tabel III.2 cunsumer journey target utama (sumber: dokumen pribadi, 2015)

No Waktu Kegiatan Keterangan

1 05.00 Bangun tidur Kasur 4 05.55 Merapikan tempat tidur Kasur

(39)

28

7 06.40 Masak sarapan Alat memasak

8 07.00 Sarapan Alat makan

9 07.150 Berangkat ke kantor Mobil

10. 11.30 Istirahat Sholat Makan Peralatan makan, telefon genggam, peralatan shoat 11 01.00 Kembali berkerja Computer, telefon

genggam, kalender, alat tulis

12 04.30 Pulang kerja Mobil, baliho, poster, stiker

13 05.00 nongkrong Telefon genggam, flier, poster, baliho 14 06.00 pulang Mobil, baliho, poster,

stiker 15 06.30 Sholat maghrib Peralatan sholat 16 07.00 Cek telefon genggam Telefon genggam 17 07.30 Berkumpul dengan

keluarga

Televisi, sofa, karpet

18 08.30 Cek kerjaan Alat tulis, dan telefon genggam 19 09.00 Cek telefon genggam Telefon genggam

20 10.00 Tidur Kasur

.

III.1.6 Strategi kreatif

Strategi kreatif adalah ide yang dimunculkan untuk menunjang perancangan yang telah direncanakan. Konsep kreatif yang akan digunakan dalam perancangan informasi ini berupa aplikasi dengan berbasi android.

(40)

29 menimbulkan minat dan ketertarikan sesuai dengan karakter target khalayak perancangan yang dituju.

III.1.7 Strategi Media

Media merupakan sarana yang penting bagi penyebaran informasi. Selain sangat berpengaruh dalam penyampaian informasi. Media juga sebagai alat perantara dan komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target sasaran. Untuk menyampaikan isi pesan tersebut kepada khalayak sasaran dan mencapai tujuan seperti yang diinginkan, haruslah mempertimbangkan sistem strategi media yang tepat.

Maka, untuk menunjang perancangan ini, pemilihan media yang akan digunakan terbagi menjadi dua bagian yaitu media primer dan sekunder. Media primer adalah media utama yang berisi informasi lengkap untuk disampaikan, sedangkan media sekunder adalah sebagai media pelengkap yang menunjang keberadaan media utama. Dalam hal ini pertimbangan untuk pemilihan media sekunder dibagi menjadi dua kategori yaitu, media pendukung & media promosi.

III.1.7.1 Media Utama

Media utama yang akan dirancang adalah aplikasi berbasis android. Penyampaian pesan maupun informasi dalam bentuk ilustrasi dan teks. Aplikasi dipilih sebagai media utama karena informasi yang ingin disampaikan, bisa langsung diterima dan dilihat oleh target sasaran. Selain itu, aplikasi juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyampaian informasi lain, dimana aplikasi dapat dibuka dimana saja dan diakses kapan saja.

III.1.7.2 Media Pendukung

(41)

30 informasi, pada media berfungsi sebagai pendukung dan pengingat apa saja yang sudah di informasikan di aplikasi. Adapun media pendukung tersebut adalah :  Poster

1. Latar belakang pemilihan media

Poster digunakan sebagai media pendukung yang berfungsi untuk calon target untuk mengetahui aplikasi informasi ini.

2. Bentuk dan visual

Visual utama yang akan ditampilkan dalam media ini adalah simbol logo aplikasi dank kode batang aplikasi serta ilustrasi anak.

 Stiker

1. Latar belakang pemilihan media

Pada umumnya stiker masih banyak disukai oleh semua orang dan dapat ditempel dimana saja, sehingga media ini sangat tepat digunakan sebagai media pendukung untuk menarik perhatian target sasaran sehingga mengunduh aplikasi.

2. Bentuk dan visual

Visual utama yang akan ditampilkan dalam media ini lebih bersifat pesan kampanye. Harapannya, pesan yang disampaikan bisa membuat orang tua penasaran dan langsung memindai dan mendownload aplikasi.

 Buku catatan

Buku Catatan digunakan sebagai media pendukung yang berfungsi untuk memudahkan masyarakat untuk mencatat keluhan yang nanti akan ditanyakan atau disampaikan kepada ahli dan bisa dibawa kemana-mana.

III.1.8 Strategi Distribusi

(42)

31 strategi pendistribusian aplikasi informasi ini akan dilakukan dengan cara bertahap, dan diprioritaskan disebar di wilayah Jawa Barat khususnya dirumah sakit dan klinik pengobatan lainnya yang ada dikota Bandung. Hal ini bertujuan agar lebih terorganisir dalam penempatan medianya.

Waktu Penyebaran Media

Berikut merupakan tabel dari lokasi-lokasi strategis yang menjadi target penyebaran dan penempatan media beserta waktu penyebarannya:

Tabel III.3 Distribusi Penyebaran Media (sumber: dokumentasi pribadi, 2016) Aplikasi Rumah Sakit dan Klinik

Pengobatan

Aplikasi Sekolah dasar dan taman kanak kanak

X-banner, Mini-banner,

Poster, Sticker

(43)

32 III.2 Konsep Visual

Visual yang akan dibuat dalam perancangan aplikasi informasi ini mengacu kepada konten ataupun tema informasi yang disampaikan dalam setiap halman aplikasi. Informasi yang disampaikan berupa pendidikan tentang bagaimana cara menghadapi anak dan tumbuh kembang anak, yang menyangkut masalah tumbuh kembang pada anak laki-laki dan perempuan serta bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh oleh oranglain.

Setiap informasi yang disampaikan dalam aplikasi akan disajikan dengan menggabungkan beberapa unsur elemen grafis didalamnya agar tidak membosankan dan menarik perhatian audiens, seraya mudah dimengerti. Maka untuk menghasilkan visual aplikasi informasi yang baik, dibutuhkan konsep visual

yang matang untuk menghindari kesalahan dalam penyampaian pesan. Konsep visual yang dibuat meliputi lima hal, yaitu:

1. Format desain

Format desain yang akan dibuat dalam perancangan informasi ini berukuran 5 inci karena disesuaikan dengan layar ukuran telepon genggam pada umumnya. Kedepan nya aplikasi informasi ini bias menjadi pedoman yang selalu siap dan senantiasa berada di telepon genggam target.

III.2.2 Tata letak

(44)

33 - Proporsi ; Proporsi yang dimaksud adalah kesesuaian antara ukuran halaman

dengan isinya.

- Keseimbangan ; Prinsip keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar penempatan elemen dalam suatu halaman memiliki efek seimbang.

- Kontras ; Menonjolkan unsur satu elemen yang terdapat pada sebuah materi objek sebuah halaman untuk memunculkan kekontrasan pada objek tersebut sehingga diperoleh fokus perhatian.

- Irama ; Irama memiliki makna yang sama dengan repetition atau pola pengulangan yang menimbulkan irama yang menarik diikuti.

- Kesatuan ; Prinsip kesatuan atau adalah hubungan antara elemen-elemen desain yang semula berdiri sendiri-sendiri serta memiliki ciri sendiri-sendiri yang disatukan menjadi sesuatu yang baru dan memiliki fungsi baru yang utuh.

Gambar III.2 Format tata letak (sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

(45)

34 satu kesatuan Tata letak yang disesuaikan dengan tema informasi yang disampaikan.

III.2.3 Tipografi

Jenis huruf yang baik mengacu pada tingkat keterbacaan dan kemenarikan, jenis huruf tertentu bisa menciptakan kesan dan memberi karakter dari subjek atau pesan yang disampaikan, adapun jenis tipografi yang digunakan adalah:

 KG Broken Vessels Sketch

Penggunaan jenis hurufini lebih difungsikan sebagai halaman utama atau logo, karena karakternya yang mencerminkan kesan ceria, lucu, dan menyatu dengan tema aplikas

KG Broken Vessels Sketch

ABCDEFGHAIJKLMOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

0123456789

!@#$%^&*()_+=

The quick brown fox jump over

the lazy dogs

 CHAWP

(46)

35

Gambar III.3 Penggunaan fon pada isi aplikasi (sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

III.2.4 Ilustrasi

(47)

36 Gaya ilustrasi yang digunakan pada perancangan aplikasi informasi ini berbasis vektor diambil berdasarkan jenis gaya visual yang sedang cenderung diminati pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini dilakukan agar visual terlihat lebih menarik untuk dilihat. Penggunaan visual vektordimaksudkan untuk memudahkan penalaran anak dalam menangkap pesan yang akan disampaikan.

Ilustrasi yang dibuat mengacu kepada konten ataupun tema informasi yang disampaikan dalam setiap halaman buku, agar menarik untuk dilihat dan mudah dimengerti maksud dan tujuannya.

(48)

37 Gambar III.5 Studi karakter.

(sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

III.2.5 Warna

Warna merupakan elemen yang penting dalam sebuah rancangan visual. Secara visual warna mampu mempengaruhi suasana kejiwaan atau citra orang yang melihatnya, masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna dalam kusrianto (2009, h.47), membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis kepada pemirsanya sebagai berikut:

Tabel III.4 Psikologis Warna

(sumber: dokumen pribadi (diambil dari berbagai sumber), 2016)

WARNA RESPON PSIKOLOGIS YANG DITIMBULKAN

Merah Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya.

Biru Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah.

Hijau Alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan.

(49)

38 Ungu Spiritual, misteri, keagungan, perubahan, bentuk, galak,

arogan.

Orange Energy, keseimbangan, kehangatan. Coklat Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan. Abu-abu Intelek, futuristik, modis, kesenduan, meruak.

Putih Kemurnian/suci, bersih, kecermatan, steril, kematian. Hitam Kekuatan, seksualiatas, kemewahan, kematian, misteri,

ketakuatan, ketidakbahagiaan, keangggunan.

Dalam perancangan aplikasi informasi ini, digunakan warna yang relevan untuk orangtua dan juga anak. Warna yang digunakan adalah warna-warna yang cerah yang memiliki kesan lembutdan ceria.

Gambar III.5 Skema warna yang digunakan dalam perancangan

(50)

40 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

Pada bab ini akan dibahas mengenai teknis produksi media yang digunakan dalam pembuatan aplikasi informasi ini.

IV.1 Pra Produksi

Pra produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum tahap produksi dimana kegiatan ini merencanakan atau mencari ide cerita, riset data dan riset visual yang selanjutnya dikembangkan ke tahap produksi

Ada beberapa perangkat yang digunakan untuk mendukung dan mempermudah pada saat proses pelaksanaan pra produksi perancangan yang sudah dibuat. Berikut alat - alat yang dipakai saat pra produksi dan produksi:

IV.1.1 Perangkat keras

Perangkat keras yang digunakan pada saat produksi pembuatan aplikasi informasi ini. Berikut peralatan yang digunakan:

 Laptop ( intel CORE i7 Processor 2.0 Ghz), RAM 8 GB,  Layar : NVIDIA Geforce Gtx 950M 4 GB

 PC (AMD FX(tm)-4100 Quad-CoreProcessor 3.6 Ghz), RAM 8 GB, Display

: NVDIA GeForce GTX 760 IV.1.2 Perangkat lunak

Perangkat lunak yang digunakan pada saat produksi pembuatan buku. Berikut peralatan yang digunakan:

 Adobe Illustrator CC 2015  Adobe Photoshop CC 2015  Adobe Dreamweaver CC 2015  Android Studio

(51)

41 Sebelum memasuki tahap produksi, tahap pertama yang harus dilalui dalam perancangan visual setelah mendapatkan data informasi yaitu:

 Konsep

Konsep ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pada tahap ini untuk menentukan sebuah konsep perancangan yang akan dibuat.

 Sketsa

Sketsa merupakan tahap lanjut setelah ide ataupun konsep perancangan dibuat. Dalam hal ini, sketsa merupakan gambaran sederhana tampilan visual yang akan dibuat sebelum olah digital.

IV.2 Teknik Produksi

Setelah melalui tahap pra produksi dilakukan tahap produksi, dimana tahap ini memproduksi apa yang sudah di rencanakan pada tahap pra produksi. adapun teknik pembuatan media berdasarkan pengelompokkan tahapan perancangan dalam buku ilustrasi ini adalah sebagai berikut:

 Pengolahan Gambar

Setelah desain/sketsa dibuat manual, langkah selanjutnya yaitu gambar diolah di komputer (tahap olah digital) . Pembuatan aplikasi informasi ini diolah dengan menggunakan perangkat lunakdesain, yaitu AdobeIllustrator.

 Tahap akhir

Setelah mendapat visual yang diinginkan, maka selanjutnya, beberapa karakter dan latar yang sudah dibuat dengan adobeillustrator, kemudian gambar diolah kembali dengan menggunakan perangkat lunakAndroid Studio sebagai tahap akhir.

IV.2.1 Media Utama

 Aplikasi informasi berbasis Android

(52)

42

Ukuran : 5”

Teknis Produksi : Visual di buat menggunakan perangkat lunak Adobe Illustrator, pengaplikasian menggunakan perangkat lunak Android studio

,

Gambar IV.1 halaman utama (sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

IV.2.2 Media Pendukung

Media Pendukungdigunakan sebagai pengingat bahwa aplikasi informasi ini ada  Stiker

Stiker dibuat untuk menegaskan informasi sekaligus sebagai pendukung untuk bagaimana mengunduh aplikasi dari aplikasi ini.

(53)

43

Gambar IV.2 Stiker

(sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

 Website

Website dibuat untuk cadangan ketika aplikasi informasi tidak dapat dibuka Ukuran : menyesuaikan

Gambar IV.5 website

(sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

(54)

44  Media social (Facebook)

Media social (Facebook) dibuat sebagai wadah untuk berbagi informasi, serta menjadi tempat untuk mengetahui informasi terbaru dari aplikasi informasi Ukuran : menyesuaikan

Gambar IV. 4 facebook

(sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

 Buku catatan

Buku catatan digunakan untuk mencatat hal penting dan keraguan yang nanti akan ditanyakan kepada ahli.

Ukuran : a6

(55)

45 IV.2.3 Media Promosi

Media promosi digunakan pada saat buku telah dipublikasikan kepasaran / khalayak ramai agar dapat diketahui oleh masyarakat pada umumnya.

 Poster

Poster dirancang untuk menarik perhatian sekaligus menyampaikan informasi langsung tentang distribusi penjualan buku kepada audiens.

Ukuran : 210 x 297 (A4)

Bahan : Kertas Ar tpaper 230 gram Teknis : digital printing

Gambar IV. 6 Poster

(sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

 X-Banner

Sama halnya dengan media poster, x-banner digunakan sebagai media pendukung dan promosi dimana pesan yang ditampilkan lebih lengkap daripada poster.

Ukuran : 160 cm x 60 cm

Bahan : frontile

(56)

46

Gambar IV. 7 X-banner (sumber: dokumentasi pribadi, 2016)

 Mini x-banner

Sama halnya dengan media x-banner digunakan sebagai media pendukung dan promosi dimana memiliki ukuran yang lebih kecil

Gambar

Tabel II.1 Tabel penentuan sampel Krejcie dan Morgan
Tabel II.2 klasifikasi responden berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebar secara acak
Gambar III.1 Contoh gambar yang menggunakan vektor
Tabel III.1 cunsumer journey target utama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, salah satu upaya untuk mengenalkan dasar-dasar pendidikan seks kepada anak Sekolah Dasar adalah dengan membuat sebuah media informasi tentang pendidikan seks

Dengan memperhatikan minat pada seks dalam diri anak,maka pendidikan seksual sangat perlu diberikan kepada anak karena pendidikan seks yang bersumber dari orang

Y : makanya ya kalau saya lihat dunia pendidikan sekarang, saat ini sudah banyak pendidikan seks yang dilengkapi agama sehingga anak tidak akan berpikir semata-mata

“ Pendidikan seks adalah upaya pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia mengerti masalah-masalah yang

Perlunya pendidikan seks bagi setiap individu tidak hanya untuk melidungi diri dari perilaku menyimpang seks, namun juga memberikan pemahaman kepada anak tentang

Peran orangtua sebagai panutan adalah aspek yang mendapat nilai tertinggi dalam memberikan pendidikan seks dini kepada anak menurut perspektif Islam yaitu 97.5%

Peran orangtua sebagai panutan adalah aspek yang mendapat nilai tertinggi dalam memberikan pendidikan seks dini kepada anak menurut perspektif Islam yaitu 97.5%

Seperti yang disampaikan oleh TA, SY dan FR bahwa orang tua belum memberikan pendidikan dan pemahaman tentang seks, yang mana mereka bahkan tidak pernah diberikan pemahaman mengenai