• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJUANGAN RAKYAT PADA MASAAGRESI MILITERBELANDA II TAHUN 1949 DI KAWEDANAN KALIANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERJUANGAN RAKYAT PADA MASAAGRESI MILITERBELANDA II TAHUN 1949 DI KAWEDANAN KALIANDA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERJUANGAN RAKYAT PADA MASAAGRESI

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia langsung berhadapan dengan masalah, yaitu mempertahankan kemerdekaan yang baru dicapai dari ancaman bangsa asing yang berusaha untuk menguasai Indonesia kembali. Tanggal 1 Januari 1949 Pasukan Belanda berhasil menduduki Kota Tanjungkarang-Telukbetung. Pada saat itu hubungan antara Daerah Kalianda dengan pemerintahan Karesidenan Lampung dikatakan terputus, Kawedanan Kalianda menjadi sebuah daerah terpencil yang sanggup mempertahankan diri dalam menghadapi segala kemungkinan yang datang dari pihak Belanda.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakahproses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Variabel yang digunakan merupakan variabel tunggal, sedangkan teknik analisis data yang digunakan teknik data kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, kepustakaan dan dokumentasi.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talangpadang pada tanggal 23 Juni

1992, anak kedua dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari

pasangan Bapak Asmidi dengan Ibu Bulkis Susanti. Penulis

mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK)

PKK Sukarame Talangpadang yang pada tahun 1998.

Selanjutnya Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri

1 Banding Agung Talangpadang selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 3 Talangpadang yang selesai pada tahun 2007, Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur (PKAB). Selama menjadi mahasiswa Penulis

juga merupakan salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi. Penulis

mengikuti Organisasi HIMAPIS dan FOKMA. Penulis melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Pasar Krui Kabupaten Pesisir Barat dan

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Di SMP Negeri 1 Pesisir

(7)

MOTO

Kemerdekaan Itu Ialah Hak Segala Bangsa dan Oleh Sebab Itu

Maka Penjajahan Di Atas Dunia Harus Dihapuskan”

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan

mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Asmidi dan Ibu Bulkis

Susanti yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu dan

harapan disetiap tetes keringatmu demi tercapainya cita-citaku.

Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran,

masukan dan ilmu yang bermanfaat kepadaku.

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perjuangan Rakyat

Kalianda Pada Masa Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Karesidenan

Lampung” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana

pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,

dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. H. M. Thoha B.S. jaya, M. S, Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. H. Arwin Achmad, M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. H. Iskandarsyah,M.H, Pembantu Dekan III Fakulta sKeguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai pembimbing

Akademik dan Pembimbing I terimakasih atas segala saran, dukungan dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. BapakDrs.H.BuchoriAsyik,M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

(10)

pembahas terimakasih atas dukungan, masukan dan saran dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, sebagai pembimbing II

terimakasih atas segala masukan, dukungan, motivasi dan saran dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung Drs.H.Iskandarsyah,M.H, Drs.H.Ali Imron, M.Hum,

Drs.H.Maskun,M.H, Drs.Wakidi,M.Hum, Drs.H.Tontowi Amsia,M.Si,

Drs.Hendri Susanto,S.S, Drs.Syaiful, M.M.Si, Dr.Risma Sinaga, M.Basri,

S.Pd. M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Suparman Arif, S.Pd,

M.Pd.

9. BapakdanIbu staff tatausahadankaryawanUniversitas Lampung;

10.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan

bantuan beasiswa Bidik Misi sampai penulis menyelesaikan studi

11.Kedua orang tuaku, Bapak AsmidiibukutercintaIbuBulkis Susanti yang

senantiasamenuntun,

menyayangidanselalumendoakankeberhasilankuterimakasihatasketulusan,

kesabarandanpengorbanan kalian.

12.Ibu Hilaliya S.Ag, Kakak dan adikku Anggi Ariesandi,S.H, Ariel

Aderexsa, Nabiila Fakhriyya serta keluarga besarku yang

selalumenyayangi, mendoakan, memberi motivasi dan menjadi

(11)

13.Dany Lapeba, S.Pd,yang selalu ada menemaniki, memberikan dukungan,

saran dan motivasi terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

14.Sahabat- sahabatterbaikku “Keluarga Cemara” Dany Lapeba, Indah

Hakim, Edimakmur, DwiOktavia, Megi Tri Handini, Rovha Muliawan,

BambangSusilo, RachmatAgungNugroho,Ari Aulia, LensyRachmedita,

AyendraWahyuni, dan Teman- temanseperjuangankuangkatan 2010

GanjildanGenapterimakasihuntukkekeluargaandankebersamaanselama ini.

15.Bapak Informan dan Responden yang telah memberikan pengetahuan serta

ilmu yang sangat berharga.

16.Semuapihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Bandar Lampung, Maret 2014

Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

1.4. Konsep Agresi Militer Belanda II...12

(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL

1. Situasi Karesidenan Lampung Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia 17 Agustus 1945...24

2. Situasi di Karesidenan Lampung Menjelang Tahun1949...26 3. Situasi Kawedanan Kalianda Pada Awal Tahun 1949...30 4.Proses Perjuangan Rakyat Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II DiKawedanan Kalianda...32

PEMBAHASAN

A. Proses Perjuangan Rakyat Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda...45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...53 B. Saran ...55

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara...56

2. Wawancara Hasil Penelitian...58

3. Foto-Foto Hasil Penelitian...76

4. Daftar Nama Korban Pertempuran di Way Urang...83

5. Dokumen Hasil Penelitia...84

6. Pengesahan Judul...93

7. Komisi Pembimbing...94

(15)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17

Agustus 1945 bangsa Indonesia langsung berhadapan dengan masalah, yaitu

mempertahankan kemerdekaan yang baru dicapai dari ancaman bangsa asing yang

berusaha untuk menguasai Indonesia kembali. Sikap Belanda terhadap Proklamasi

kemerdekaan Indonesia seolah-olah tidak tahu menahu bahkan beranggapan

bahwa kemerdekaan Indonesia itu tidak pernah ada. Dengan adanya kekalahan

Jepang terhadap Sekutu, maka Belanda berusaha untuk dapat kembali menguasai

dan menjajah Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang melakukan

pelucutan tentara Jepang di Indonesia.

Tanggal 29 September 1945, tentara Sekutu yang diberi nama AFNEI

(Allied Forces Nederlans East Indies) yang dipimpin oleh Sir.Philip

Christison yang mendarat di Jakarta. Bersama dengan itu juga tentara Belanda, yaitu NICA yang dipimpin oleh Van Mook, kehadiran NICA dan AFNEI banyak melahirkan insiden dan pertempuran-pertempuran (Nugroho Notosusanto, 1992:101).

Pasukan Belanda yang menyusup di dalam NICA datang bersama Sekutu untuk

mempelajari keadaan dan mempengaruhi rakyat sekaligus menyusupkan tentara-

(16)

2

merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi rakyat Indonesia yang

menginginkan kemerdekaan yang utuh.

Pada tanggal 17 Januari 1948 perjanjian Renville akhirnya di tandatangani disusul

dengan instruksi penghentian tembak menembak pada tanggal 19 Januari 1948.

Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi (garis Van Mook)

statusquo berbatasan antara kekuasaan Belanda dan TNI yang masih berada dalam

daerah pendudukan Belanda.

Pemerintah Republik menyetujui bujukan KTN untuk menerima ‘’garis Van

Mook’’ dan perjanjian Gencatan Senjata yang disetujui oleh Indonesia dan

Belanda, ditandatangani di atas kapal ‘’Renville’’ pada tanggal 17 Januari 1948

(K.M.L Tobing, 1986:3).

Suatu persetujuan lokal dimana suatu perundingan yang mempunyai nilai besar

adalah perundingan yang diadakan di Martapura. Perundingan tersebut untuk

melaksanakan penarikan mundur pasukan TNI dari Daerah sekitar Palembang,

Ogan, dan Komering. Perundingan ini berlangsung satu minggu setelah perjanjian

Renville ditandatangani, yang dihadiri oleh delegasi RI dan Belanda serta diawasi

pihak KTN. Intinya dalam perundingan ini adalah penarikan pasukan dari Ogan

dan Komering Area ke Daerah Lampung.

(17)

3

Pada akhir tahun 1948, awal bulan November dan Desember, keadaan kota

Tanjungkarang-Telukbetung relatif tenang dan aman, dalam arti tidak terdengar

adanya tembakan-tembakan, letusan senjata dan ledakan –ledakan seperti suasana

dalam keadaan perang. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu dalam suasana

gencatan senjata akibat adanya perjanjian Renville, tetapi sebenarnya bahwa hasil

dari perjanjian Renville tidak menjamin memuaskan, karena Belanda yang sangat

licik menggunakan gencatan senjata untuk memperkuat diri dalam usaha untuk

segera menguasai Republik Indonesia.

Pada tanggal 18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr.Beel memberitahukan kepada

delegasi Republik Indonesia dan KTN bahwa Belanda tidak lagi terikat pada

perjanjian Renville. Keesokan harinya pada tanggal 19 Desember 1948 Tentara

Belanda melaksanakan Agresi Militer yang kedua. saat itu Belanda berusaha

untuk menduduki daerah-daerah Republik Indonesia dan kota-kota yang dianggap

strategis, dalam rangka memperluas kekuasaanya untuk dapat kembali menjajah

negara maupun bangsa Indonesia.

Setelah mendengar kabar bahwa Belanda telah menyerang Yogyakarta pada

tanggal 19 Desember 1948, di Lampung mulai terjadi suasana yang kurang

tenang, karena pada waktu itu pasukan tentara Belanda sudah berada di Daerah

Martapura yang sebagai basis pertahanan dari Karesidenan Lampung. Untuk

mengantisipasi masuknya pasukan Belanda ke Karesidenan Lampung, Komandan

Sub Terriotorial Lampung Letkol Syamaun Gaharu mengadakan persiapan-

persiapan dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II, yaitu melakukan rapat

komando Sub Teritorial Lampung, mengadakan perundingan dengan para Perwira

(18)

4

Agresi Belanda yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Pada saat itu diperkirakan

Belanda akan menyerbu dari Utara atau melalui laut dari Selatan. Untuk

menghadapi dua kemungkinan itu maka dibentuklah 2 front, yaitu front Utara dan

front Selatan. Batalyon tempur front Selatan dibawah pimpinan Kapten Ismail

Husin. Terdapat beberapa front di dalam front Selatan yaitu mulai dari Wonosobo,

Kotaagung, Talangpadang, Pringsewu, Kedondong, Sukoharjo, Gadingrejo,

Gedongtataan sampai Tanjungkarang dan Kalianda.

Tanggal 1 Januari 1949 Daerah Lampung diserbu pasukan Belanda dari dua

jurusan, yaitu dari arah Martapura dan dari arah Selatan mulai dari Pelabuhan

Panjang. Dalam penyerbuan dari arah laut ini Belanda mempergunakan armada

dan pesawat-pesawat terbang. Kapal perang tersebut berusaha mendarat di

Pelabuhan Panjang, tetapi mendapat sambutan bumi hangus dan tembakan dari

darat oleh kesatuan ALRI. Akhirnya kapal tersebut mendarat di Pulau Condong.

Kemudian pasukan Belanda menggunakan skoci-skoci dan melakukan pendaratan

di Gunung Kunyit Telukbetung. Pada kira-kira jam 06.00 pasukan Belanda telah

bergerak ke arah Tanjungkarang Telukbetung dan pada saat itulah Belanda

berhasil menduduki kota Tanjungkarang Telukbetung.

Pada tanggal 1 Januari diperkirakan jam 03.00 pagi konvoi kapal perang dan kapal pengangkut pasukan tentara Belanda masuk Teluk Lampung melewati Kalianda menuju Pelabuhan Panjang. Pelabuhan Panjang ini adalah di bawah penjagaan pasukan Batalyon I dari pangkalan IA ALRI Lampung di bawah pimpinan Kapten laut K.L Tobing ditambah dengan pasukan Teritorial dari Distric Militer Lampung Selatan di bawah pimpinan Letnan II Ismail Latif (M.Arifin Nitipradjo, 2010:58).

Kalianda merupakan sebuah daerah kawedanan di bawah Kabupaten Lampung

Selatan Karesidenan Lampung yang dipimpin oleh seorang wedana yang pada

(19)

5

Telukbetung sebagai pusat komando diduduki oleh tentara Belanda, maka

hubungan antara Daerah Kalianda dengan pusat komando terputus total, dengan

demikian sebagai daerah kawedanan, Kalianda merupakan sebuah Daerah

terpencil yang harus sanggup mempertahankan diri dalam menghadapi segala

kemungkinan yang datang dari pihak Belanda dalam mempertahankan

kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk mengatasi keadaan tersebut dan

menghadapi segala kemungkinan yang tak terduga akan terjadi, oleh pemerintah

Kawedanan dibentuklah suatu badan yang dinamakan Gerakan 1 Januari yang

diketuai oleh Kawedanan Kalianda sendiri yaitu Abdul Kadir Kusuma Ratu,

dibantu oleh pimpinan Kepolisian Inspektur I Batin Putera dan pihak militer

Komandan ODM Letnan I Sastro semedi. Tanggal 6 Januari 1949 konvoi Belanda

yang terdiri dari 2 truk penuh senjata lengkap datang dari arah Telukbetung

menuju Kalianda, di bawah pimpinan Wedana Abdul Kadir Kusuma Ratu,

Rakyat mengadakan penghadangan terhadap konvoi Pasukan Belanda. Sejak saat

itu mulai terjadi pertempuran-pertempuran di Daerah Kalianda dalam menghadapi

serangan Belanda di Karesidenan Lampung. Perjuangan rakyat terus dilakukan

melalui pettempuran dan perundingan di Daerah Kalianda yang pantang menyerah

dan penuh tekad juang yang tinggi sampai akhirnya Belanda resmi mengakui

kedaulatan Republik Indonesia dan Kalianda tetap menjadi bagian dari wilayah

Karesidenan Lampung Republik Indonesia yang merdeka.

Mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan tanggung jawab semua

rakyat Indonesia. Peran rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia sangat penting dan sangat diperlukan. Berdasarkan latar belakang

(20)

6

dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan

Kalianda.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah :

1. Proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II

Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda

2. Usaha yang dilakukan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda

II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda

3. Bentuk Perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II

Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada :

Proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun

1949 di Kawedanan Kalianda.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan pada penelitian ini adalah :

Bagaimana proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II

(21)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer

Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan

Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung.

2. Menambah wawasan pengetahuan dalam mencermati proses perjuangan

rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di

Kawedanan Kalianda.

3. Menambah pengetahuan untuk guru-guru dalam kajian sejarah lokal

Daerah Lampung.

4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pelajar maupun

mahasiswa dalam kajian sejarah lokal Daerah Lampung.

G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Ilmu :

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah perjuangan rakyat dalam

menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi

(22)

8

Ruang Lingkup Subjek :

Subjek pada penelitian ini adalah rakyat dalam menghadapi Agresi Militer

Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

Ruang Lingkup waktu :

Waktu penelitian ini berlangsung tahun 2013-2014.

Ruang Lingkup Lokasi atau Tempat Penelitian :

Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Perpustakaan Unila , Perpustakaan

(23)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau

konsep-konsep atau generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi

penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini

adalah :

1.1 Konsep Perjuangan

C.S.T Kansil dan Julianto, 1996:182 mengartikan “perjuangan sebagai perintis

yang mengantarkan bangsa ke depan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala

pengorbanan-pengorbanan”.

“Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga; berlawanan;

memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi;

berlanggaran” (Hoetoma M.A .2005 : 224).

Dari kedua pendapat ahli di atas, perjuangan dapat diartikan sebagai usaha yang

dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan yang diinginkan baik itu bersifat

perlawanan, berperang, kedaerahan maupun bersifat nasional.

(24)

10

Menurut Tri Wahyono, Perjuangan rakyat adalah perjuangan yang dilakukan oleh seluruh rakyat dengan frontal dan secara bergerilya tidak terbatas. Perjuangan ini adalah perjuangan rakyat, yaitu lebih mendalam dan meluas menyertakan seluruh komponen rakyat, karena menunggalnya rakyat dan tentara (ditambah keyakinan tinggi) adalah kekuatan yang dahsyat. Persenjataan lengkap dan modern (milik Belanda) tidak dapat mengalahkan (Tri Wahyono Dkk, 2011:150).

Menurut Yahya.A.Muhaimin yang dimaksud dengan perjuangan rakyat adalah perjuangan atau perlawanan yang dilakukan oleh rakyat secara menyeluruh, karena disamping tentara resmi, diperbolehkan juga rakyat sipil berjuang bersama-sama dengan TNI, sebab hak dan kewajiban mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara saja (Yahya.A.Muhaimin, 1982:25).

Menurut A.H Nasution, bahwasanya perjuangan gerilya dalam revolusi kita itu jauh dari pada hanya perjuangan ketentaraan semata-mata, semuanya adalah perjuangan rakyat. Ikatan dan uniform ketentaraan adalah sekedar hanya memenuhi suatu syarat bagi perjuangannya, pejuang patriot yang sejati mengabdi di lapangan mana saja karena ia yakin berguna bagi nusa bangsa. Perjuangan itu adalah perjuangan rakyat yang tiada terbatas pada TNI dan Lasykar saja, melainkan Pak Lurah, Pak Camat, pegawai non-

cooperator, duta perjuangan, tukang becak penyelidik, buruh penyabot, Pak

Tani pemberi pemondokan dan sebagainya semua adalah pejuang gerilya pula (A.H Nasution 1978 : XX).

Dari kedua konsep ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perjuangan rakyat adalah

perjuangan yang dilakukan seluruh rakyat dari berbagai lapisan atau komponen

misalnya warga sipil, petani, camat, wedana, lasykar maupun pihak TNI, dan

Polisi yang berjuang bersama-sama untuk membela bangsa dan negaranya serta

mempertahankan kemerdekaan dari orang yang ingin menguasai negara Indonesia

kembali.

1.3 Konsep Bentuk Perjuangan Rakyat

“Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu

(25)

11

dan menggunakan strategi kekerasan-bersenjata (fisik)” (Yahya A.Muhaimin,

1982 : 28).

Dari penjelasan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perjuangan seluruh

rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah ditempuh dengan

dua bentuk perjuangan yaitu perjuangan secara fisik dan perjuangan non fisik.

Berdasarkan pendapat Moedjanto bahwa perjuangan atau reaksi rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di nusantara sebelum tahun 1900 mempunyai ciri :

1. perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal 2. menggantungkan pada tokoh kharismatik 3. belum ada tujuan yang jelas

sementara itu perjuangan setelah 1900 (setelah berdirinya Budi Utomo) sampai dengan agresi militer II mempunyai ciri :

1. Perjuangan bersifat nasional

2. Perlawanan yang positif dengan senjata dan taktik yang modern berupa diplomasi.

3. Perjuangan dengan organisasi modern

(Moedjanto 1988 : 25)

Menurut Sagimun MD 1989 : 331, membedakan bentuk perjuangan non

fisik dan perjuangan fisik adalah sebagai berikut :

Perjuangan Non Fisik :

1. Mengadakan perundingan-perundingan 2. Menarik simpati dari dunia internasional 3. Membentuk organisasi

4. Melakukan propaganda

5. Menghasilkan sebuah kesepakatan Perjuangan Fisik :

1. Perjuangan yang mengandalkan kekuatan militer atau senjata 2. Dilakukan dengan pertempuran

3. Menimbulkan banyak korban

Sumber : Sagimun MD 1989 : 331

(26)

12

Alasan mengapa para pejuang melakukan perjuangan secara Non Fisik adalah :

1. Dalam pembukaan UUD 1945 pada alenia 4 terdapat kata-kata yang berbunyi :... “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan...

2. Jepang walaupun sudah kalah perang dengan Sekutu, namun masih bersenjata lengkap. Oleh karena itu, berjuang dengan senjata akan menimbulkan korban cukup besar.

3. Belanda yang termasuk dipihak sekutu, akan mendapat bantuan dan dukungan cukup besar dari kelompok sekutu, karena sekutu dipihak yang menang dalam PD II.

Sebaliknya, alasan yang dikemukakan oleh para pejuang yang memilih perjuangan Fisik ( bersenjata) adalah :

1. Bagi tenaga-tenaga pejuang yang pernah dipersiapkan dengan latihan kemiliteran, tentu sangat senang mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan bersenjata. Hal ini merupakan tanggung jawab mereka terhadap negara dan bangsa, sehingga berani berjuang dengan semboyan

Merdeka atau Mati.

2. Ingin menunjukan kepada dunia internasional bahwa mereka sanggup menjaga dan mempertahankan negara merdeka, apabila ada pihak penjajah ( Belanda ) ingin kembali ke Indonesia.

3. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah terkait dari berbagai organisasi politik dan kemasyarakatan yang selama penjajahan selalu ditekan oleh pihak penjajah, maka telah menunjukan tekad untuk bangkit melawan secara Fisik ( bersenjata ) demi tegaknya Indonesia Sudiyo ( 2004 :112 )

1.4 Konsep Agresi Militer Belanda II

“Agresi Militer Belanda II merupakan operasi militer yang dilakukan oleh

Belanda tanggal 19 Desember 1948 antara pukul 05.30-06.00 pagi kapal-kapal

terbang Belanda mulai menyerang Yogya dikarenakan semua upaya dan usaha

pemerintah untuk mengadakan penyelesaian secara damai di Indonesia sudah

gagal” (K.M.L Tobing, 1986:171).

Menurut pendapat C.S.T Kansil dan Julianto “Agresi Militer II adalah serangan

(27)

13

pagi angkatan perang Belanda menyerbu Yogyakarta ibukota RI Jatuh di tangan

mereka” (C.S.T Kansil dan Julianto, 1996:52).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Agresi Militer Belanda II adalah serangan militer

yang kedua dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia akibat tidak dapat

terlaksananya hasil dari persetujuan Renville yang diawali dengan menyerang

kota Yogyakarta sebagai Ibukota RI.

1.5 Konsep Kawedanan Kalianda

“Kawedanan (“ke-wedana-an”) bentuk Bahasa Jawa adalah wilayah administrasi

kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang

berlaku pada masa Hindia-Belanda. Pemimpinnya di sebut Wedana”. (Wikipedia

Bahasa Indonesia, Minggu 16/03/2014, 10:19).

Pada masa pemerintahan pendudukan Militer Jepang, Lampung segera dijadikan Karesidenan (Syu). Syu merupakan pemerintahan yang tertinggi dan berotonomi, kedudukannya sama dengan seorang gubernur jendral. Di bawah karesidenan, diadakan kabupaten yang dikepalai oleh seorang Ken, di bawah kabupaten diadakan kawedanan yang dikepalai oleh seorang Gunco atau Wedana, di bawah kawedanan diadakan kecamatan yang dikepalai oleh Son dan desa dikepalai oleh seorang Fuku Gunco (Iskandarsyah, 2008:3).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Kawedanan Kalianda adalah suatu

daerah administrasi di dalam Kabupaten Lampung Selatan yang dikepalai oleh

seorang Wedana. Wedana Daerah Kalianda pada tahun 1949 adalah Abdul Kadir

Kusuma Ratu, sedangkan di bawah kawedanan diadakan kecamatan yang

(28)

14

1.6 Konsep Proses Perjuangan Rakyat

Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya peristiwa

dalam ruang waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian perubahan.

Menurut Mohammad Ali (1985:24) yang dimaksud dengan proses adalah

serangkaian tahapan yang harus dilalui dengan harapan agar semua tujuan dapat

terwujud. Wikipedia Bahasa Indonesia mendefinisikan proses sebagai serangkaian

kegiatan yang berawal dari mempersiapkan hal-hal yang diperlukan kemudian

hal-hal yang saling terkait atau berinteraksi, serangkaian langkah yang sistematis

atau tahapan yang jelas yang mempunyai Akibat yang ditimbulkan dan jika setiap

tahapan itu ditempuh secara konsisten maka akan mengarah kepada hasil yang

diinginkan (Wikipedia Bahasa Indonesia, Minggu 4 Mei 2014, pukul 19:22).

Dari pendapat di atas yang dimaksud proses adalah suatu runtutan peristiwa yang

di dalamnya terdapat tahapan-tahapan tertentu yang saling berhubungan dan

menimbulkan suatu perubahan yaitu mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan,

akibat yang ditimbulkan serta hasil yang ingin didapatkan. Jadi dapat diambil

kesimpulan bahwa proses perjuangan rakyat adalah suatu kegiatan yang terdiri

dari tahapan-tahapan yang dimulai dengan persiapan,pelaksanaan dan ada akibat

yang ditimbulkan serta hasil atau tujuan yang didapatkan dari suatu perjuangan

yang dilakukan oleh seluruh rtakyat yang meliputi semua komponen rakyat

termasuk anggota TNI berada di dalamnya. Dalam proses perjuangan rakyat ini,

peneliti ingin mengetahui bagaimana proses perjuangan yang dilakukan oleh

rakyat di Daerah pertahanan Kalianda mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan,

serta akibat yang ditimbulkan dan hasil yang didapatkan dari perjuangan seluruh

(29)

15

Kalianda. Tahapan - tahapan ini dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia dari Bangsa Asing yang ingin menguasai Indonesia kembali.

B. Kerangka Pikir

Dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II di pertahanan sektor Kalianda di

Karesidenan Lampung tahun 1949, terdapat tiga tahapan yang dilakukan rakyat

Kalianda yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan akibat yang ditimbulkan. Pada

tahap persiapan ini berisi hal-hal yang dilakukan untuk mempersiapkan

perjuangan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti hal-hal yang dipersiapkan

untuk melakukan perjuangan di daerah pertahanan Kalianda adalah membentuk

badan perjuangan Gerakan 1 Januari dan melakukan perubahan badan perjuangan

di bidang pertahanan dan pemerintahan. Pada tahap pelaksanaan berisi kapan

terjadinya perjuangan, kapan waktu pelaksanaan, dimana terjadi perjuangan serta

bagaimana bentuk perjuangan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti

pelaksanaan perjuangan terjadi di Daerah Sukatinggi tanggal 6 Januari 1949, di

Daerah Way Urang tanggal 21 Maret 1949 dan di Daerah Pematang tanggal 10

Agustus 1949 perjuangan yang terjadi berbentuk pertempuran fisik. Akibat yang

ditimbulkan dari adanya persiapan dan pelaksanaan perjuangan di Kalianda ini

adalah timbul cara-cara yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan

menghadapi Agresi Militer Belanda II, yaitu dengan cara diadakan gencatan

senjata dan melakukan perundingan antara rakyat yang diwakili pihak RI dan

Belanda. Hasil dari ketiga tahapan ini bertujuan untuk mempertahankan

kemerdekaan RI dari Bangsa Asing yang ingin menduduki kembali

Indonesia.Perjuangan terus menerus dilakukan rakyat yang pantang menyerah dan

(30)

16

kerugian dan tanggal 18 Desember 1949 Belanda resmi menyerahkan Kedaulatan

Kalianda dan Daerah Kalianda tetap menjadi bagian dari wilayah Karesidenan

(31)

17

III. METODE PENELITIAN

Metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang

turut menentukan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

menyatakan bahwa “Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan

peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan

ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja untuk dapat memahami

objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”(Husin Sayuti, 1998:32).

Menurut Sugiyono “Metode Penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2011:3).

A.Metode yang dilakukan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan penulis maka untuk memperoleh

data yang diperlukan sehingga berkaitan, pada penelitian ini penulis menggunakan

metode penelitian Historis. Berkenaan dengan metode penelitian Historis,

Nugroho Notosusanto memberikan penjelasan bahwa penelitian historis adalah

“Sekumpulan prinsip atau aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk

memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi

sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada

hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis” (Nugroho Notosusanto, 1984:11).

Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan

menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk

memahami kejadian atau suatu keadaan yang terjadi pada masa lalu terlepas dari

(32)

18

Selanjutnya seringkali juga hasilnya dapat digunakan untuk meramal kejadian

atau keadaan masa yang akan datang. Metode historis biasanya datanya cenderung

lebih lama usianya, yang sudah berumur berabad-abad atau yang sudah layak

bernilai sejarah.

Selanjutnya mengenai metode sejarah, Nugroho Notosusanto membagi penelitian

sejarah ke dalam 4 langkah yaitu :

1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber

sejarah. Proses yang dilakukan penulis dalam Heuristik ini adalah dengan

cara mencari buku, arsip dan dokumen yang ada di Perpustakaan Unila

dan Perpustakaan Daerah Lampung yang sesuai dengan tema penelitian.

2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan

apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini

dilakukan penulis dengan cara memilah-milah dan menyesuaikan data

yang diperoleh pada tahap Heuristik dengan tema yang akan dikaji serta

keaslian data sudah dapat diketahui.

3. Interpretasi adalah merangkai fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang

masuk akal. Dalam hal ini penulis menganalisis data dan fakta yang sudah

diperoleh lalu memilah data yang sesuai dengan kajian yang ditulis oleh

peneliti.

4. Historiografi adalah cara penulisan sejarah sebagai ilmu dalam bentuk

laporan hasil penelitian. Dalam hal ini penulis membuat laporan penelitian

berupa skripsi dari data yang sudah diproses dari tahap Heuristik, Kritik

dan Interpretasi. Penulisan skripsi disusun berdasarkan metode penulisan

(33)

19

B. Variabel penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata, “variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan

menjadi objek pengamatan penelitian sering pula dinyatakan variabel penelitian

itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan

diteliti” (Suryabrata, 1991:79). Menurut Sugiyono, “variabel penelitian pada

dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:60). Variabel penelitian dalam

penelitian ini adalah perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda

II di Kawedanan kalianda.

C. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian

ilmiah, karena pada umumnya data yang telah dikumpulkan digunakan untuk

menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

“Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang di perlukan”

(Mohammad Nazir 1993:211). Diharapkan dengan adanya penggunaan teknik-

teknik tertentu yang sistematis dan standar akan dapat diperoleh data-data yang

akan dapat menjawab dari apa yang menjadi permasalahan dari penelitian yang

direncanakan.

Agar data yang diperoleh sesuai dengan masalah yang diteliti, maka dalam hal ini,

penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :

(34)

20

“Teknik Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin hal-hal dari responden yang lebih

mendalam. Wawancara dapat diakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur

dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan

telpon” ( Sugiono 2011:194). Menurut Mohammad Nazir “Wawancara adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dan responden

dengan menggunakan ala tatau interview guide (panduan wawacara)” (Moh.Nazir,

1985:234).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik

wawancara adalah mengadakan komunikasi langsung maupun tidak langsung

guna memperoleh informasi atau data mengenai masalah yang akan diteliti.

Dalam hal ini peneliti bertanya langsung kepada responden atau informan tentang

perjuangan rakyat pada masa Agresi Militer Belanda II tahun 1949 di Kawedanan

Kalianda.

1.2 Teknik kepustakaan

“Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang yang terdapat diruang perpustakaan,

misalnya dalam bentuk Koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen,

dan sebagainya yang relevan dengan bahan penelitian” (Koentjaraningrat

(35)

21

Sementara itu “teknik kepustakaan dapat diartikan juga sebagai “studi penelitian

yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh

di perpustakaan yang melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti” (Hadari Nawawi 1993:133).

Jadi teknik kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan

metode pengumpulan data pustaka, membaca, mempelajari dan menelaah buku-

buku untuk memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argumen-

argumen yang dikemukakan para ahli yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.

1.3 Teknik Dokumentasi

“Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis berupa

arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Hadari Nawawi, 1994:133).

Dalam hal ini peneliti akan mencari sumber-sumber lain seperti majalah, koran,

brosur, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh

peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto “teknik dokumentasi yaitu teknik mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar,

majalah, notulen, agenda dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto.1989:188).

Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan

data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen yang berkaitan dengan

sejarah Daerah Lampung di Perpustakaan Universitas Lampung, maupun

Perpustakaan Daerah Lampung.

(36)

22

Setelah data penelitian diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan

menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan

penelitian yang telah diajukan oleh karena itu analisis data yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah tekhnik analisis data kualitatif.Hal ini dikarenakan data-data

yang terkumpul bersifat tertulis. Ada pun langkah yang dilakukan dalam teknik

analisis data kualitatif yaitu :

1. Penyusunan data

Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data

yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.

2. Klasifikasi data

Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan

jenisnya

3. Pengolahan data

Setelah data digolong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti

mengolahnya ke dalam suasana kalimat secara kronologis sehingga Mudah

dipahami

4. Penyimpulan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas langkah terakhir dari

penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan

memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenaran (Muhammad Ali

(37)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, proses perjuangan rakyat di

Kawedanan Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda ke II adalah

secara bertahap sebagai berikut :

1. Tahap persiapan meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Membentuk Badan Perjuangan yang diberi nama Badan Perjuangan

Gerakan 1 Januari dibentuk tanggal 1 Januari 1949 yang bertujuan untuk

menghimpun seluruh kekuatan TNI, Lasykar maupun Pemuda yang

dipimpin oleh Wedana Abdul Kadir Kusuma Ratu.

b. Melakukan perubahan di bidang pertahanan dan bidang pemerintahan

tanggal 7 Februari 1949 yang bertujuan untuk memperkuat pertahanan

Daerah Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II.

2. Tahap pelaksanaan meliputi perjuangan secara fisik sebagai berikut :

1. Pertempuran di Daerah Suka Tinggi tanggal 6 Januari 1949 Pasukan

Belanda mencoba memasuki Kota Kalianda dan dihadang oleh Badan

Perjuangan rakyat Kalianda di Daerah Sukatinggi, Belanda mundur ke

arah Telukbetung dan di Kampung Babatan membakar 14 rumah rakyat

(38)

53

2. Pertempuran di Daerah Way urang tanggal 21 Maret 1949 Belanda

berhasil menduduki Daerah Kalianda melalui Pantai Masin dan terus maju

ke Daerah Way Urang. Terjadilah pertempuran yang dimulai sejak pukul

02.00-07.00 WIB di Daerah Way Urang yang telah menewaskan 9 orang

Belanda dan 11 orang luka sedangkan di pihak Indonesia menewaskan 12

Orang TNI dan Lasykar serta 2 orang luka-luka.

3. Pertempuran di Daerah Pematang tanggal 9 Agustus 1949 untuk yang

kedua kalinya tentara Belanda melakukan pendaratan di Kalianda dan

terus menduduki Kalianda melalui Pantai Belantung pertempuran terjadi di

Utara kota dari jam 09.45 sampai jam 10.15 antara Pasukan Belanda dan

pasukan kita, untuk menghindari pertempuran dalam kota pasukan kita

mundur ke Pematang.10 Agustus 1949 Belanda mengadakan penyerangan

terhadap pertahanan Kalianda di Pematang. Pasukan Belanda menembak

2 orang rakyat kampung hingga tewas.

3. Akibat yang ditimbulkan dari adanya persiapan dan pelaksanaan perjuangan

adalah sebagai berikut :

1. Kesepakatan melakukan Gencatan Senjata pada bulan Agustus 1949 oleh

pihak RI dan Belanda yang bertujuan untuk menghentikan seluruh aksi

pertempuran.

2. Melakukan perundingan yang diwakili oleh TNI dan Pihak Belanda untuk

merundingkan tentang pemidahan pasukan pertahanan Kalianda ke Daerah

Tanjungan, hasil dari perundingan ini adalah agar seluruh pasukan

bersenjata kita sudah berkumpul di Daerah Tanjungan pada tanggal 15

(39)

54

Kalianda adalah tanggal 18 Desember 1949 berakhirnya Agresi Militer

Belanda II dan Belanda menyerahkan kekuasaanya kepada rakyat yang

diwakili oleh Komandan TNI Ma’mun Rasyid di Kalianda, dan

kemerdekaan Republik Indonesia dapat dipertahankan.

B.SARAN

Perjuangan Rakyat di Kawedanan Kalianda merupakan perjuangan yang sangat

berat dan penuh pengorbanan untuk mempertahankan Daerah Kalianda dan

kemerdekaan Republik Indonesia khususnya di Karesidenan Lampung. Oleh

sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Kepada generasi Muda penerus bangsa khususnya Daerah Lampung untuk

lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan meningkatkan rasa

nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat

meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.

2. Hendaknya kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa pertempuran dan

perjuangan yang di lakukan oleh TNI maupun Rakyat dalam

mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan

Lampung.

3. Menghargai jasa para pejuang yang sudah berkorban, membela dan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Nasution.1978.Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 6. Bandung.Angkasa Bandung.

Ali Imron.2001.Sejarah Pembentukan Provinsi Lampung.Bandar Lampung. Proyek Kerjasama Balitbang Provinsi Lampung-Lembaga Penelitian Universitas Lampung

Ali,Muhammad.1985.Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung.Angkasa.

A Rauf Ali.1993.Panitia Penyusunan Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di

Lampung.Bahan Seminar.

Arikunto,Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bandung.Bina Aksara.

C.S.T Kansil.1990.Sistem Pemerintahan Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.

C.S.T Kansil dan Julianto.1996.Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan

Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku I. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi

Lampung.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku III. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi

Lampung.

Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Mitra Pelajar

I.M Zahidin Muchtar.1976.Dokumen Catatan Peristiwa Bersejarah Pasukan 114- Sektor XIX Sub.Teritorial Lampung Kalianda Area.

Iskandarsyah.2008.Sejarah Daerah Lampung.Bandar Lampung.Universitas Lampung press.

K.M.L Tobing.1986.Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Renville.Jakarta.PT Gunung Agung.

Koentjaraningrat.1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta.Gramedia.

Konsep Karesidenan

http://id.m.wikipedia.org/wiki/karesidenan (Minggu 27/10/2013, 09:19).

Konsep Proses

(41)

Moedjanto.1988.Indonesia Abad ke-20.Yogyakarta.Kanisius.

Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta.Gajah Mada University Press.

Nazir,Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat Prosedur Dan Strategi. Bandung.Angkasa

Nitipradjo,M.Arifin.2010.Perjuangan Masyarakat Lampung Mempertahankan

Kemerdekaan RI.Bandar Lampung.Cv.Mitra Media Pustaka.

Notosusanto,Nugroho.1992.Sejarah Nasional Indonesia VI.Jakarta.Balai Pustaka.

Notosusanto,Nugroho.1984.Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer.Jakarta.Inti Indayu

Sagimun MD.1989.Peranan Pemuda.Jakarta.Bina Aksara.

Sayuti,Husin.1998.PengantarMetodologi Riset.Jakarta.Fajar Agung.

Sudiyo.2004.Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan

Kemerdekaan.Jakarta.Rineka Cipta.

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung.Alfabeta.

Sumadi,Suryabrata.1991.Metode Penelitian Rajawali press.Jakarta.

Wahyono, Tri Dkk.2011.Rute Perjuangan Gerilya A.H Nasution Pada Masa Agresi Militer Belanda II. BPSNT.

Wawancara dengan Bapak I.M Zahidin Muchtar 8 Desember 2013

Wawancara Dengan Bapak Usman Ali 13 Januari 2014

Wawancara Dengan Bapak M.Tohir 9 Januari 2014

Wawancara Dengan Bapak Ismail 9 Januari 2014

Referensi

Dokumen terkait

This study’s results indicate that the gender interactions between teachers and students have statistically significant effects on a diverse set of educa- tional outcomes: test

Fathul Qodir, selaku Dosen Pembimbing Muda yang dengan penuh ketulusan dan kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan serta dorongan kepada penulis.. Rif’an Tsaqif, MT,

dinyatakan bahwa varaibel gaya.. kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 7 Palu. Dengan demikian maka hipotesis ketiga

Jika dikaitkan dengan manajemen tabungan siswa di MIN 1 kota Palangka Raya kendala menghambatnya tabungan siswa ini adalah penggunaan waktu menabung yang terkadang

foto, peta atau ilustrasi lain yang terdapat dalam bacaan. 4) Guru dapat menyiapkan diri dengan membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Peserta

Pertanyaan/pernyataan dibawah ini berkaitan dengan persepsi Bapak/Ibu terhadap Kualitas Sistem Informasi Akuntansi yang dihasilkan SAP R/3 di dalam perusahaan

Laporan Keuangan clan ILK tahunan yang telah cliauclit (audited) disampaikan paling lambat tanggal 15 April tahun anggaran berikutnya.. Penyampaian Laporan

baik bakteri maupun jamur (memiliki daya penetrasi yang baik terhadap sumber infeksi, mengacu pada pola kepekaan kuman yang ada di rumah sakit ataupun