PERJUANGAN RAKYAT PADA MASAAGRESI
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia langsung berhadapan dengan masalah, yaitu mempertahankan kemerdekaan yang baru dicapai dari ancaman bangsa asing yang berusaha untuk menguasai Indonesia kembali. Tanggal 1 Januari 1949 Pasukan Belanda berhasil menduduki Kota Tanjungkarang-Telukbetung. Pada saat itu hubungan antara Daerah Kalianda dengan pemerintahan Karesidenan Lampung dikatakan terputus, Kawedanan Kalianda menjadi sebuah daerah terpencil yang sanggup mempertahankan diri dalam menghadapi segala kemungkinan yang datang dari pihak Belanda.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakahproses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Variabel yang digunakan merupakan variabel tunggal, sedangkan teknik analisis data yang digunakan teknik data kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, kepustakaan dan dokumentasi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talangpadang pada tanggal 23 Juni
1992, anak kedua dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari
pasangan Bapak Asmidi dengan Ibu Bulkis Susanti. Penulis
mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK)
PKK Sukarame Talangpadang yang pada tahun 1998.
Selanjutnya Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri
1 Banding Agung Talangpadang selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 3 Talangpadang yang selesai pada tahun 2007, Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu selesai pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur (PKAB). Selama menjadi mahasiswa Penulis
juga merupakan salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi. Penulis
mengikuti Organisasi HIMAPIS dan FOKMA. Penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Pasar Krui Kabupaten Pesisir Barat dan
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Di SMP Negeri 1 Pesisir
MOTO
“
Kemerdekaan Itu Ialah Hak Segala Bangsa dan Oleh Sebab Itu
Maka Penjajahan Di Atas Dunia Harus Dihapuskan”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan
mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :
Kedua orang tuaku tercinta Bapak Asmidi dan Ibu Bulkis
Susanti yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu dan
harapan disetiap tetes keringatmu demi tercapainya cita-citaku.
Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran,
masukan dan ilmu yang bermanfaat kepadaku.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perjuangan Rakyat
Kalianda Pada Masa Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Karesidenan
Lampung” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. H. M. Thoha B.S. jaya, M. S, Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. H. Arwin Achmad, M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. H. Iskandarsyah,M.H, Pembantu Dekan III Fakulta sKeguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai pembimbing
Akademik dan Pembimbing I terimakasih atas segala saran, dukungan dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. BapakDrs.H.BuchoriAsyik,M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung;
6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
pembahas terimakasih atas dukungan, masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, sebagai pembimbing II
terimakasih atas segala masukan, dukungan, motivasi dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung Drs.H.Iskandarsyah,M.H, Drs.H.Ali Imron, M.Hum,
Drs.H.Maskun,M.H, Drs.Wakidi,M.Hum, Drs.H.Tontowi Amsia,M.Si,
Drs.Hendri Susanto,S.S, Drs.Syaiful, M.M.Si, Dr.Risma Sinaga, M.Basri,
S.Pd. M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Suparman Arif, S.Pd,
M.Pd.
9. BapakdanIbu staff tatausahadankaryawanUniversitas Lampung;
10.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan
bantuan beasiswa Bidik Misi sampai penulis menyelesaikan studi
11.Kedua orang tuaku, Bapak AsmidiibukutercintaIbuBulkis Susanti yang
senantiasamenuntun,
menyayangidanselalumendoakankeberhasilankuterimakasihatasketulusan,
kesabarandanpengorbanan kalian.
12.Ibu Hilaliya S.Ag, Kakak dan adikku Anggi Ariesandi,S.H, Ariel
Aderexsa, Nabiila Fakhriyya serta keluarga besarku yang
selalumenyayangi, mendoakan, memberi motivasi dan menjadi
13.Dany Lapeba, S.Pd,yang selalu ada menemaniki, memberikan dukungan,
saran dan motivasi terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
14.Sahabat- sahabatterbaikku “Keluarga Cemara” Dany Lapeba, Indah
Hakim, Edimakmur, DwiOktavia, Megi Tri Handini, Rovha Muliawan,
BambangSusilo, RachmatAgungNugroho,Ari Aulia, LensyRachmedita,
AyendraWahyuni, dan Teman- temanseperjuangankuangkatan 2010
GanjildanGenapterimakasihuntukkekeluargaandankebersamaanselama ini.
15.Bapak Informan dan Responden yang telah memberikan pengetahuan serta
ilmu yang sangat berharga.
16.Semuapihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bandar Lampung, Maret 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
1.4. Konsep Agresi Militer Belanda II...12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL
1. Situasi Karesidenan Lampung Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945...24
2. Situasi di Karesidenan Lampung Menjelang Tahun1949...26 3. Situasi Kawedanan Kalianda Pada Awal Tahun 1949...30 4.Proses Perjuangan Rakyat Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II DiKawedanan Kalianda...32
PEMBAHASAN
A. Proses Perjuangan Rakyat Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda...45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...53 B. Saran ...55
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara...56
2. Wawancara Hasil Penelitian...58
3. Foto-Foto Hasil Penelitian...76
4. Daftar Nama Korban Pertempuran di Way Urang...83
5. Dokumen Hasil Penelitia...84
6. Pengesahan Judul...93
7. Komisi Pembimbing...94
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945 bangsa Indonesia langsung berhadapan dengan masalah, yaitu
mempertahankan kemerdekaan yang baru dicapai dari ancaman bangsa asing yang
berusaha untuk menguasai Indonesia kembali. Sikap Belanda terhadap Proklamasi
kemerdekaan Indonesia seolah-olah tidak tahu menahu bahkan beranggapan
bahwa kemerdekaan Indonesia itu tidak pernah ada. Dengan adanya kekalahan
Jepang terhadap Sekutu, maka Belanda berusaha untuk dapat kembali menguasai
dan menjajah Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang melakukan
pelucutan tentara Jepang di Indonesia.
Tanggal 29 September 1945, tentara Sekutu yang diberi nama AFNEI
(Allied Forces Nederlans East Indies) yang dipimpin oleh Sir.Philip
Christison yang mendarat di Jakarta. Bersama dengan itu juga tentara Belanda, yaitu NICA yang dipimpin oleh Van Mook, kehadiran NICA dan AFNEI banyak melahirkan insiden dan pertempuran-pertempuran (Nugroho Notosusanto, 1992:101).
Pasukan Belanda yang menyusup di dalam NICA datang bersama Sekutu untuk
mempelajari keadaan dan mempengaruhi rakyat sekaligus menyusupkan tentara-
2
merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi rakyat Indonesia yang
menginginkan kemerdekaan yang utuh.
Pada tanggal 17 Januari 1948 perjanjian Renville akhirnya di tandatangani disusul
dengan instruksi penghentian tembak menembak pada tanggal 19 Januari 1948.
Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi (garis Van Mook)
statusquo berbatasan antara kekuasaan Belanda dan TNI yang masih berada dalam
daerah pendudukan Belanda.
Pemerintah Republik menyetujui bujukan KTN untuk menerima ‘’garis Van
Mook’’ dan perjanjian Gencatan Senjata yang disetujui oleh Indonesia dan
Belanda, ditandatangani di atas kapal ‘’Renville’’ pada tanggal 17 Januari 1948
(K.M.L Tobing, 1986:3).
Suatu persetujuan lokal dimana suatu perundingan yang mempunyai nilai besar
adalah perundingan yang diadakan di Martapura. Perundingan tersebut untuk
melaksanakan penarikan mundur pasukan TNI dari Daerah sekitar Palembang,
Ogan, dan Komering. Perundingan ini berlangsung satu minggu setelah perjanjian
Renville ditandatangani, yang dihadiri oleh delegasi RI dan Belanda serta diawasi
pihak KTN. Intinya dalam perundingan ini adalah penarikan pasukan dari Ogan
dan Komering Area ke Daerah Lampung.
3
Pada akhir tahun 1948, awal bulan November dan Desember, keadaan kota
Tanjungkarang-Telukbetung relatif tenang dan aman, dalam arti tidak terdengar
adanya tembakan-tembakan, letusan senjata dan ledakan –ledakan seperti suasana
dalam keadaan perang. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu dalam suasana
gencatan senjata akibat adanya perjanjian Renville, tetapi sebenarnya bahwa hasil
dari perjanjian Renville tidak menjamin memuaskan, karena Belanda yang sangat
licik menggunakan gencatan senjata untuk memperkuat diri dalam usaha untuk
segera menguasai Republik Indonesia.
Pada tanggal 18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr.Beel memberitahukan kepada
delegasi Republik Indonesia dan KTN bahwa Belanda tidak lagi terikat pada
perjanjian Renville. Keesokan harinya pada tanggal 19 Desember 1948 Tentara
Belanda melaksanakan Agresi Militer yang kedua. saat itu Belanda berusaha
untuk menduduki daerah-daerah Republik Indonesia dan kota-kota yang dianggap
strategis, dalam rangka memperluas kekuasaanya untuk dapat kembali menjajah
negara maupun bangsa Indonesia.
Setelah mendengar kabar bahwa Belanda telah menyerang Yogyakarta pada
tanggal 19 Desember 1948, di Lampung mulai terjadi suasana yang kurang
tenang, karena pada waktu itu pasukan tentara Belanda sudah berada di Daerah
Martapura yang sebagai basis pertahanan dari Karesidenan Lampung. Untuk
mengantisipasi masuknya pasukan Belanda ke Karesidenan Lampung, Komandan
Sub Terriotorial Lampung Letkol Syamaun Gaharu mengadakan persiapan-
persiapan dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II, yaitu melakukan rapat
komando Sub Teritorial Lampung, mengadakan perundingan dengan para Perwira
4
Agresi Belanda yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Pada saat itu diperkirakan
Belanda akan menyerbu dari Utara atau melalui laut dari Selatan. Untuk
menghadapi dua kemungkinan itu maka dibentuklah 2 front, yaitu front Utara dan
front Selatan. Batalyon tempur front Selatan dibawah pimpinan Kapten Ismail
Husin. Terdapat beberapa front di dalam front Selatan yaitu mulai dari Wonosobo,
Kotaagung, Talangpadang, Pringsewu, Kedondong, Sukoharjo, Gadingrejo,
Gedongtataan sampai Tanjungkarang dan Kalianda.
Tanggal 1 Januari 1949 Daerah Lampung diserbu pasukan Belanda dari dua
jurusan, yaitu dari arah Martapura dan dari arah Selatan mulai dari Pelabuhan
Panjang. Dalam penyerbuan dari arah laut ini Belanda mempergunakan armada
dan pesawat-pesawat terbang. Kapal perang tersebut berusaha mendarat di
Pelabuhan Panjang, tetapi mendapat sambutan bumi hangus dan tembakan dari
darat oleh kesatuan ALRI. Akhirnya kapal tersebut mendarat di Pulau Condong.
Kemudian pasukan Belanda menggunakan skoci-skoci dan melakukan pendaratan
di Gunung Kunyit Telukbetung. Pada kira-kira jam 06.00 pasukan Belanda telah
bergerak ke arah Tanjungkarang Telukbetung dan pada saat itulah Belanda
berhasil menduduki kota Tanjungkarang Telukbetung.
Pada tanggal 1 Januari diperkirakan jam 03.00 pagi konvoi kapal perang dan kapal pengangkut pasukan tentara Belanda masuk Teluk Lampung melewati Kalianda menuju Pelabuhan Panjang. Pelabuhan Panjang ini adalah di bawah penjagaan pasukan Batalyon I dari pangkalan IA ALRI Lampung di bawah pimpinan Kapten laut K.L Tobing ditambah dengan pasukan Teritorial dari Distric Militer Lampung Selatan di bawah pimpinan Letnan II Ismail Latif (M.Arifin Nitipradjo, 2010:58).
Kalianda merupakan sebuah daerah kawedanan di bawah Kabupaten Lampung
Selatan Karesidenan Lampung yang dipimpin oleh seorang wedana yang pada
5
Telukbetung sebagai pusat komando diduduki oleh tentara Belanda, maka
hubungan antara Daerah Kalianda dengan pusat komando terputus total, dengan
demikian sebagai daerah kawedanan, Kalianda merupakan sebuah Daerah
terpencil yang harus sanggup mempertahankan diri dalam menghadapi segala
kemungkinan yang datang dari pihak Belanda dalam mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk mengatasi keadaan tersebut dan
menghadapi segala kemungkinan yang tak terduga akan terjadi, oleh pemerintah
Kawedanan dibentuklah suatu badan yang dinamakan Gerakan 1 Januari yang
diketuai oleh Kawedanan Kalianda sendiri yaitu Abdul Kadir Kusuma Ratu,
dibantu oleh pimpinan Kepolisian Inspektur I Batin Putera dan pihak militer
Komandan ODM Letnan I Sastro semedi. Tanggal 6 Januari 1949 konvoi Belanda
yang terdiri dari 2 truk penuh senjata lengkap datang dari arah Telukbetung
menuju Kalianda, di bawah pimpinan Wedana Abdul Kadir Kusuma Ratu,
Rakyat mengadakan penghadangan terhadap konvoi Pasukan Belanda. Sejak saat
itu mulai terjadi pertempuran-pertempuran di Daerah Kalianda dalam menghadapi
serangan Belanda di Karesidenan Lampung. Perjuangan rakyat terus dilakukan
melalui pettempuran dan perundingan di Daerah Kalianda yang pantang menyerah
dan penuh tekad juang yang tinggi sampai akhirnya Belanda resmi mengakui
kedaulatan Republik Indonesia dan Kalianda tetap menjadi bagian dari wilayah
Karesidenan Lampung Republik Indonesia yang merdeka.
Mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan tanggung jawab semua
rakyat Indonesia. Peran rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia sangat penting dan sangat diperlukan. Berdasarkan latar belakang
6
dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan
Kalianda.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah :
1. Proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II
Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda
2. Usaha yang dilakukan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda
II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda
3. Bentuk Perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II
Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada :
Proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun
1949 di Kawedanan Kalianda.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan pada penelitian ini adalah :
Bagaimana proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II
7
E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer
Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.
F. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan
Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung.
2. Menambah wawasan pengetahuan dalam mencermati proses perjuangan
rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di
Kawedanan Kalianda.
3. Menambah pengetahuan untuk guru-guru dalam kajian sejarah lokal
Daerah Lampung.
4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pelajar maupun
mahasiswa dalam kajian sejarah lokal Daerah Lampung.
G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Ilmu :
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah perjuangan rakyat dalam
menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.
Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi
8
Ruang Lingkup Subjek :
Subjek pada penelitian ini adalah rakyat dalam menghadapi Agresi Militer
Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.
Ruang Lingkup waktu :
Waktu penelitian ini berlangsung tahun 2013-2014.
Ruang Lingkup Lokasi atau Tempat Penelitian :
Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Perpustakaan Unila , Perpustakaan
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau
konsep-konsep atau generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi
penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini
adalah :
1.1 Konsep Perjuangan
C.S.T Kansil dan Julianto, 1996:182 mengartikan “perjuangan sebagai perintis
yang mengantarkan bangsa ke depan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala
pengorbanan-pengorbanan”.
“Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga; berlawanan;
memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi;
berlanggaran” (Hoetoma M.A .2005 : 224).
Dari kedua pendapat ahli di atas, perjuangan dapat diartikan sebagai usaha yang
dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan yang diinginkan baik itu bersifat
perlawanan, berperang, kedaerahan maupun bersifat nasional.
10
Menurut Tri Wahyono, Perjuangan rakyat adalah perjuangan yang dilakukan oleh seluruh rakyat dengan frontal dan secara bergerilya tidak terbatas. Perjuangan ini adalah perjuangan rakyat, yaitu lebih mendalam dan meluas menyertakan seluruh komponen rakyat, karena menunggalnya rakyat dan tentara (ditambah keyakinan tinggi) adalah kekuatan yang dahsyat. Persenjataan lengkap dan modern (milik Belanda) tidak dapat mengalahkan (Tri Wahyono Dkk, 2011:150).
Menurut Yahya.A.Muhaimin yang dimaksud dengan perjuangan rakyat adalah perjuangan atau perlawanan yang dilakukan oleh rakyat secara menyeluruh, karena disamping tentara resmi, diperbolehkan juga rakyat sipil berjuang bersama-sama dengan TNI, sebab hak dan kewajiban mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara saja (Yahya.A.Muhaimin, 1982:25).
Menurut A.H Nasution, bahwasanya perjuangan gerilya dalam revolusi kita itu jauh dari pada hanya perjuangan ketentaraan semata-mata, semuanya adalah perjuangan rakyat. Ikatan dan uniform ketentaraan adalah sekedar hanya memenuhi suatu syarat bagi perjuangannya, pejuang patriot yang sejati mengabdi di lapangan mana saja karena ia yakin berguna bagi nusa bangsa. Perjuangan itu adalah perjuangan rakyat yang tiada terbatas pada TNI dan Lasykar saja, melainkan Pak Lurah, Pak Camat, pegawai non-
cooperator, duta perjuangan, tukang becak penyelidik, buruh penyabot, Pak
Tani pemberi pemondokan dan sebagainya semua adalah pejuang gerilya pula (A.H Nasution 1978 : XX).
Dari kedua konsep ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perjuangan rakyat adalah
perjuangan yang dilakukan seluruh rakyat dari berbagai lapisan atau komponen
misalnya warga sipil, petani, camat, wedana, lasykar maupun pihak TNI, dan
Polisi yang berjuang bersama-sama untuk membela bangsa dan negaranya serta
mempertahankan kemerdekaan dari orang yang ingin menguasai negara Indonesia
kembali.
1.3 Konsep Bentuk Perjuangan Rakyat
“Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu
11
dan menggunakan strategi kekerasan-bersenjata (fisik)” (Yahya A.Muhaimin,
1982 : 28).
Dari penjelasan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perjuangan seluruh
rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah ditempuh dengan
dua bentuk perjuangan yaitu perjuangan secara fisik dan perjuangan non fisik.
Berdasarkan pendapat Moedjanto bahwa perjuangan atau reaksi rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di nusantara sebelum tahun 1900 mempunyai ciri :
1. perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal 2. menggantungkan pada tokoh kharismatik 3. belum ada tujuan yang jelas
sementara itu perjuangan setelah 1900 (setelah berdirinya Budi Utomo) sampai dengan agresi militer II mempunyai ciri :
1. Perjuangan bersifat nasional
2. Perlawanan yang positif dengan senjata dan taktik yang modern berupa diplomasi.
3. Perjuangan dengan organisasi modern
(Moedjanto 1988 : 25)
Menurut Sagimun MD 1989 : 331, membedakan bentuk perjuangan non
fisik dan perjuangan fisik adalah sebagai berikut :
Perjuangan Non Fisik :
1. Mengadakan perundingan-perundingan 2. Menarik simpati dari dunia internasional 3. Membentuk organisasi
4. Melakukan propaganda
5. Menghasilkan sebuah kesepakatan Perjuangan Fisik :
1. Perjuangan yang mengandalkan kekuatan militer atau senjata 2. Dilakukan dengan pertempuran
3. Menimbulkan banyak korban
Sumber : Sagimun MD 1989 : 331
12
Alasan mengapa para pejuang melakukan perjuangan secara Non Fisik adalah :
1. Dalam pembukaan UUD 1945 pada alenia 4 terdapat kata-kata yang berbunyi :... “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan...
2. Jepang walaupun sudah kalah perang dengan Sekutu, namun masih bersenjata lengkap. Oleh karena itu, berjuang dengan senjata akan menimbulkan korban cukup besar.
3. Belanda yang termasuk dipihak sekutu, akan mendapat bantuan dan dukungan cukup besar dari kelompok sekutu, karena sekutu dipihak yang menang dalam PD II.
Sebaliknya, alasan yang dikemukakan oleh para pejuang yang memilih perjuangan Fisik ( bersenjata) adalah :
1. Bagi tenaga-tenaga pejuang yang pernah dipersiapkan dengan latihan kemiliteran, tentu sangat senang mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan bersenjata. Hal ini merupakan tanggung jawab mereka terhadap negara dan bangsa, sehingga berani berjuang dengan semboyan
Merdeka atau Mati.
2. Ingin menunjukan kepada dunia internasional bahwa mereka sanggup menjaga dan mempertahankan negara merdeka, apabila ada pihak penjajah ( Belanda ) ingin kembali ke Indonesia.
3. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah terkait dari berbagai organisasi politik dan kemasyarakatan yang selama penjajahan selalu ditekan oleh pihak penjajah, maka telah menunjukan tekad untuk bangkit melawan secara Fisik ( bersenjata ) demi tegaknya Indonesia Sudiyo ( 2004 :112 )
1.4 Konsep Agresi Militer Belanda II
“Agresi Militer Belanda II merupakan operasi militer yang dilakukan oleh
Belanda tanggal 19 Desember 1948 antara pukul 05.30-06.00 pagi kapal-kapal
terbang Belanda mulai menyerang Yogya dikarenakan semua upaya dan usaha
pemerintah untuk mengadakan penyelesaian secara damai di Indonesia sudah
gagal” (K.M.L Tobing, 1986:171).
Menurut pendapat C.S.T Kansil dan Julianto “Agresi Militer II adalah serangan
13
pagi angkatan perang Belanda menyerbu Yogyakarta ibukota RI Jatuh di tangan
mereka” (C.S.T Kansil dan Julianto, 1996:52).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Agresi Militer Belanda II adalah serangan militer
yang kedua dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia akibat tidak dapat
terlaksananya hasil dari persetujuan Renville yang diawali dengan menyerang
kota Yogyakarta sebagai Ibukota RI.
1.5 Konsep Kawedanan Kalianda
“Kawedanan (“ke-wedana-an”) bentuk Bahasa Jawa adalah wilayah administrasi
kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang
berlaku pada masa Hindia-Belanda. Pemimpinnya di sebut Wedana”. (Wikipedia
Bahasa Indonesia, Minggu 16/03/2014, 10:19).
Pada masa pemerintahan pendudukan Militer Jepang, Lampung segera dijadikan Karesidenan (Syu). Syu merupakan pemerintahan yang tertinggi dan berotonomi, kedudukannya sama dengan seorang gubernur jendral. Di bawah karesidenan, diadakan kabupaten yang dikepalai oleh seorang Ken, di bawah kabupaten diadakan kawedanan yang dikepalai oleh seorang Gunco atau Wedana, di bawah kawedanan diadakan kecamatan yang dikepalai oleh Son dan desa dikepalai oleh seorang Fuku Gunco (Iskandarsyah, 2008:3).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Kawedanan Kalianda adalah suatu
daerah administrasi di dalam Kabupaten Lampung Selatan yang dikepalai oleh
seorang Wedana. Wedana Daerah Kalianda pada tahun 1949 adalah Abdul Kadir
Kusuma Ratu, sedangkan di bawah kawedanan diadakan kecamatan yang
14
1.6 Konsep Proses Perjuangan Rakyat
Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya peristiwa
dalam ruang waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian perubahan.
Menurut Mohammad Ali (1985:24) yang dimaksud dengan proses adalah
serangkaian tahapan yang harus dilalui dengan harapan agar semua tujuan dapat
terwujud. Wikipedia Bahasa Indonesia mendefinisikan proses sebagai serangkaian
kegiatan yang berawal dari mempersiapkan hal-hal yang diperlukan kemudian
hal-hal yang saling terkait atau berinteraksi, serangkaian langkah yang sistematis
atau tahapan yang jelas yang mempunyai Akibat yang ditimbulkan dan jika setiap
tahapan itu ditempuh secara konsisten maka akan mengarah kepada hasil yang
diinginkan (Wikipedia Bahasa Indonesia, Minggu 4 Mei 2014, pukul 19:22).
Dari pendapat di atas yang dimaksud proses adalah suatu runtutan peristiwa yang
di dalamnya terdapat tahapan-tahapan tertentu yang saling berhubungan dan
menimbulkan suatu perubahan yaitu mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan,
akibat yang ditimbulkan serta hasil yang ingin didapatkan. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa proses perjuangan rakyat adalah suatu kegiatan yang terdiri
dari tahapan-tahapan yang dimulai dengan persiapan,pelaksanaan dan ada akibat
yang ditimbulkan serta hasil atau tujuan yang didapatkan dari suatu perjuangan
yang dilakukan oleh seluruh rtakyat yang meliputi semua komponen rakyat
termasuk anggota TNI berada di dalamnya. Dalam proses perjuangan rakyat ini,
peneliti ingin mengetahui bagaimana proses perjuangan yang dilakukan oleh
rakyat di Daerah pertahanan Kalianda mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan,
serta akibat yang ditimbulkan dan hasil yang didapatkan dari perjuangan seluruh
15
Kalianda. Tahapan - tahapan ini dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia dari Bangsa Asing yang ingin menguasai Indonesia kembali.
B. Kerangka Pikir
Dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II di pertahanan sektor Kalianda di
Karesidenan Lampung tahun 1949, terdapat tiga tahapan yang dilakukan rakyat
Kalianda yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan akibat yang ditimbulkan. Pada
tahap persiapan ini berisi hal-hal yang dilakukan untuk mempersiapkan
perjuangan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti hal-hal yang dipersiapkan
untuk melakukan perjuangan di daerah pertahanan Kalianda adalah membentuk
badan perjuangan Gerakan 1 Januari dan melakukan perubahan badan perjuangan
di bidang pertahanan dan pemerintahan. Pada tahap pelaksanaan berisi kapan
terjadinya perjuangan, kapan waktu pelaksanaan, dimana terjadi perjuangan serta
bagaimana bentuk perjuangan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
pelaksanaan perjuangan terjadi di Daerah Sukatinggi tanggal 6 Januari 1949, di
Daerah Way Urang tanggal 21 Maret 1949 dan di Daerah Pematang tanggal 10
Agustus 1949 perjuangan yang terjadi berbentuk pertempuran fisik. Akibat yang
ditimbulkan dari adanya persiapan dan pelaksanaan perjuangan di Kalianda ini
adalah timbul cara-cara yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
menghadapi Agresi Militer Belanda II, yaitu dengan cara diadakan gencatan
senjata dan melakukan perundingan antara rakyat yang diwakili pihak RI dan
Belanda. Hasil dari ketiga tahapan ini bertujuan untuk mempertahankan
kemerdekaan RI dari Bangsa Asing yang ingin menduduki kembali
Indonesia.Perjuangan terus menerus dilakukan rakyat yang pantang menyerah dan
16
kerugian dan tanggal 18 Desember 1949 Belanda resmi menyerahkan Kedaulatan
Kalianda dan Daerah Kalianda tetap menjadi bagian dari wilayah Karesidenan
17
III. METODE PENELITIAN
Metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang
turut menentukan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa “Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan
peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan
ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja untuk dapat memahami
objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”(Husin Sayuti, 1998:32).
Menurut Sugiyono “Metode Penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2011:3).
A.Metode yang dilakukan
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan penulis maka untuk memperoleh
data yang diperlukan sehingga berkaitan, pada penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian Historis. Berkenaan dengan metode penelitian Historis,
Nugroho Notosusanto memberikan penjelasan bahwa penelitian historis adalah
“Sekumpulan prinsip atau aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi
sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada
hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis” (Nugroho Notosusanto, 1984:11).
Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan
menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk
memahami kejadian atau suatu keadaan yang terjadi pada masa lalu terlepas dari
18
Selanjutnya seringkali juga hasilnya dapat digunakan untuk meramal kejadian
atau keadaan masa yang akan datang. Metode historis biasanya datanya cenderung
lebih lama usianya, yang sudah berumur berabad-abad atau yang sudah layak
bernilai sejarah.
Selanjutnya mengenai metode sejarah, Nugroho Notosusanto membagi penelitian
sejarah ke dalam 4 langkah yaitu :
1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber
sejarah. Proses yang dilakukan penulis dalam Heuristik ini adalah dengan
cara mencari buku, arsip dan dokumen yang ada di Perpustakaan Unila
dan Perpustakaan Daerah Lampung yang sesuai dengan tema penelitian.
2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan
apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini
dilakukan penulis dengan cara memilah-milah dan menyesuaikan data
yang diperoleh pada tahap Heuristik dengan tema yang akan dikaji serta
keaslian data sudah dapat diketahui.
3. Interpretasi adalah merangkai fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang
masuk akal. Dalam hal ini penulis menganalisis data dan fakta yang sudah
diperoleh lalu memilah data yang sesuai dengan kajian yang ditulis oleh
peneliti.
4. Historiografi adalah cara penulisan sejarah sebagai ilmu dalam bentuk
laporan hasil penelitian. Dalam hal ini penulis membuat laporan penelitian
berupa skripsi dari data yang sudah diproses dari tahap Heuristik, Kritik
dan Interpretasi. Penulisan skripsi disusun berdasarkan metode penulisan
19
B. Variabel penelitian
Menurut Sumadi Suryabrata, “variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian sering pula dinyatakan variabel penelitian
itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti” (Suryabrata, 1991:79). Menurut Sugiyono, “variabel penelitian pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:60). Variabel penelitian dalam
penelitian ini adalah perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda
II di Kawedanan kalianda.
C. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian
ilmiah, karena pada umumnya data yang telah dikumpulkan digunakan untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
“Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang di perlukan”
(Mohammad Nazir 1993:211). Diharapkan dengan adanya penggunaan teknik-
teknik tertentu yang sistematis dan standar akan dapat diperoleh data-data yang
akan dapat menjawab dari apa yang menjadi permasalahan dari penelitian yang
direncanakan.
Agar data yang diperoleh sesuai dengan masalah yang diteliti, maka dalam hal ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :
20
“Teknik Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Wawancara dapat diakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan
telpon” ( Sugiono 2011:194). Menurut Mohammad Nazir “Wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dan responden
dengan menggunakan ala tatau interview guide (panduan wawacara)” (Moh.Nazir,
1985:234).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik
wawancara adalah mengadakan komunikasi langsung maupun tidak langsung
guna memperoleh informasi atau data mengenai masalah yang akan diteliti.
Dalam hal ini peneliti bertanya langsung kepada responden atau informan tentang
perjuangan rakyat pada masa Agresi Militer Belanda II tahun 1949 di Kawedanan
Kalianda.
1.2 Teknik kepustakaan
“Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang yang terdapat diruang perpustakaan,
misalnya dalam bentuk Koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen,
dan sebagainya yang relevan dengan bahan penelitian” (Koentjaraningrat
21
Sementara itu “teknik kepustakaan dapat diartikan juga sebagai “studi penelitian
yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh
di perpustakaan yang melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti” (Hadari Nawawi 1993:133).
Jadi teknik kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca, mempelajari dan menelaah buku-
buku untuk memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argumen-
argumen yang dikemukakan para ahli yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
1.3 Teknik Dokumentasi
“Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis berupa
arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum
lain yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Hadari Nawawi, 1994:133).
Dalam hal ini peneliti akan mencari sumber-sumber lain seperti majalah, koran,
brosur, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh
peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto “teknik dokumentasi yaitu teknik mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar,
majalah, notulen, agenda dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto.1989:188).
Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan
data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen yang berkaitan dengan
sejarah Daerah Lampung di Perpustakaan Universitas Lampung, maupun
Perpustakaan Daerah Lampung.
22
Setelah data penelitian diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan
menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan
penelitian yang telah diajukan oleh karena itu analisis data yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah tekhnik analisis data kualitatif.Hal ini dikarenakan data-data
yang terkumpul bersifat tertulis. Ada pun langkah yang dilakukan dalam teknik
analisis data kualitatif yaitu :
1. Penyusunan data
Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data
yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.
2. Klasifikasi data
Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan
jenisnya
3. Pengolahan data
Setelah data digolong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti
mengolahnya ke dalam suasana kalimat secara kronologis sehingga Mudah
dipahami
4. Penyimpulan
Setelah melakukan langkah-langkah di atas langkah terakhir dari
penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan
memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenaran (Muhammad Ali
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, proses perjuangan rakyat di
Kawedanan Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda ke II adalah
secara bertahap sebagai berikut :
1. Tahap persiapan meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Membentuk Badan Perjuangan yang diberi nama Badan Perjuangan
Gerakan 1 Januari dibentuk tanggal 1 Januari 1949 yang bertujuan untuk
menghimpun seluruh kekuatan TNI, Lasykar maupun Pemuda yang
dipimpin oleh Wedana Abdul Kadir Kusuma Ratu.
b. Melakukan perubahan di bidang pertahanan dan bidang pemerintahan
tanggal 7 Februari 1949 yang bertujuan untuk memperkuat pertahanan
Daerah Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II.
2. Tahap pelaksanaan meliputi perjuangan secara fisik sebagai berikut :
1. Pertempuran di Daerah Suka Tinggi tanggal 6 Januari 1949 Pasukan
Belanda mencoba memasuki Kota Kalianda dan dihadang oleh Badan
Perjuangan rakyat Kalianda di Daerah Sukatinggi, Belanda mundur ke
arah Telukbetung dan di Kampung Babatan membakar 14 rumah rakyat
53
2. Pertempuran di Daerah Way urang tanggal 21 Maret 1949 Belanda
berhasil menduduki Daerah Kalianda melalui Pantai Masin dan terus maju
ke Daerah Way Urang. Terjadilah pertempuran yang dimulai sejak pukul
02.00-07.00 WIB di Daerah Way Urang yang telah menewaskan 9 orang
Belanda dan 11 orang luka sedangkan di pihak Indonesia menewaskan 12
Orang TNI dan Lasykar serta 2 orang luka-luka.
3. Pertempuran di Daerah Pematang tanggal 9 Agustus 1949 untuk yang
kedua kalinya tentara Belanda melakukan pendaratan di Kalianda dan
terus menduduki Kalianda melalui Pantai Belantung pertempuran terjadi di
Utara kota dari jam 09.45 sampai jam 10.15 antara Pasukan Belanda dan
pasukan kita, untuk menghindari pertempuran dalam kota pasukan kita
mundur ke Pematang.10 Agustus 1949 Belanda mengadakan penyerangan
terhadap pertahanan Kalianda di Pematang. Pasukan Belanda menembak
2 orang rakyat kampung hingga tewas.
3. Akibat yang ditimbulkan dari adanya persiapan dan pelaksanaan perjuangan
adalah sebagai berikut :
1. Kesepakatan melakukan Gencatan Senjata pada bulan Agustus 1949 oleh
pihak RI dan Belanda yang bertujuan untuk menghentikan seluruh aksi
pertempuran.
2. Melakukan perundingan yang diwakili oleh TNI dan Pihak Belanda untuk
merundingkan tentang pemidahan pasukan pertahanan Kalianda ke Daerah
Tanjungan, hasil dari perundingan ini adalah agar seluruh pasukan
bersenjata kita sudah berkumpul di Daerah Tanjungan pada tanggal 15
54
Kalianda adalah tanggal 18 Desember 1949 berakhirnya Agresi Militer
Belanda II dan Belanda menyerahkan kekuasaanya kepada rakyat yang
diwakili oleh Komandan TNI Ma’mun Rasyid di Kalianda, dan
kemerdekaan Republik Indonesia dapat dipertahankan.
B.SARAN
Perjuangan Rakyat di Kawedanan Kalianda merupakan perjuangan yang sangat
berat dan penuh pengorbanan untuk mempertahankan Daerah Kalianda dan
kemerdekaan Republik Indonesia khususnya di Karesidenan Lampung. Oleh
sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :
1. Kepada generasi Muda penerus bangsa khususnya Daerah Lampung untuk
lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan meningkatkan rasa
nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat
meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.
2. Hendaknya kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa pertempuran dan
perjuangan yang di lakukan oleh TNI maupun Rakyat dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan
Lampung.
3. Menghargai jasa para pejuang yang sudah berkorban, membela dan
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Nasution.1978.Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 6. Bandung.Angkasa Bandung.
Ali Imron.2001.Sejarah Pembentukan Provinsi Lampung.Bandar Lampung. Proyek Kerjasama Balitbang Provinsi Lampung-Lembaga Penelitian Universitas Lampung
Ali,Muhammad.1985.Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung.Angkasa.
A Rauf Ali.1993.Panitia Penyusunan Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di
Lampung.Bahan Seminar.
Arikunto,Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bandung.Bina Aksara.
C.S.T Kansil.1990.Sistem Pemerintahan Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.
C.S.T Kansil dan Julianto.1996.Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.
Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di
Lampung buku I. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi
Lampung.
Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di
Lampung buku III. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi
Lampung.
Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Mitra Pelajar
I.M Zahidin Muchtar.1976.Dokumen Catatan Peristiwa Bersejarah Pasukan 114- Sektor XIX Sub.Teritorial Lampung Kalianda Area.
Iskandarsyah.2008.Sejarah Daerah Lampung.Bandar Lampung.Universitas Lampung press.
K.M.L Tobing.1986.Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Renville.Jakarta.PT Gunung Agung.
Koentjaraningrat.1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta.Gramedia.
Konsep Karesidenan
http://id.m.wikipedia.org/wiki/karesidenan (Minggu 27/10/2013, 09:19).
Konsep Proses
Moedjanto.1988.Indonesia Abad ke-20.Yogyakarta.Kanisius.
Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta.Gajah Mada University Press.
Nazir,Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat Prosedur Dan Strategi. Bandung.Angkasa
Nitipradjo,M.Arifin.2010.Perjuangan Masyarakat Lampung Mempertahankan
Kemerdekaan RI.Bandar Lampung.Cv.Mitra Media Pustaka.
Notosusanto,Nugroho.1992.Sejarah Nasional Indonesia VI.Jakarta.Balai Pustaka.
Notosusanto,Nugroho.1984.Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer.Jakarta.Inti Indayu
Sagimun MD.1989.Peranan Pemuda.Jakarta.Bina Aksara.
Sayuti,Husin.1998.PengantarMetodologi Riset.Jakarta.Fajar Agung.
Sudiyo.2004.Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan
Kemerdekaan.Jakarta.Rineka Cipta.
Sugiyono.2011.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung.Alfabeta.
Sumadi,Suryabrata.1991.Metode Penelitian Rajawali press.Jakarta.
Wahyono, Tri Dkk.2011.Rute Perjuangan Gerilya A.H Nasution Pada Masa Agresi Militer Belanda II. BPSNT.
Wawancara dengan Bapak I.M Zahidin Muchtar 8 Desember 2013
Wawancara Dengan Bapak Usman Ali 13 Januari 2014
Wawancara Dengan Bapak M.Tohir 9 Januari 2014
Wawancara Dengan Bapak Ismail 9 Januari 2014