• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KPU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU TAHUN 2014 DI PROVINSI LAMPUNG (Studi Pada KPU Provinsi Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KPU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU TAHUN 2014 DI PROVINSI LAMPUNG (Studi Pada KPU Provinsi Lampung)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STRATEGI KPU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU TAHUN 2014 DI PROVINSI LAMPUNG

(Studi Pada KPU Provinsi Lampung)

Oleh RICKY ARDIAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memaparkan tentang strategi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di Provinsi Lampung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, penelitian pustaka dan dokumentasi, kemudian data tersebut diolah, sehingga menghasilkan data yang berupa uraian penjelasan tentang strategi KPU meningkatkan partisipasi pemilih.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi KPU meningkatkan partisipasi pemilih melalui: (1). Strategi Penguatan, upaya untuk meningkatkan partisipasi dengan melihat kualitas KPU, yaitu meningkatkan koordinasi antar anggota KPU baik tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten dan Kota, meningkatkan kapasitas dan kualitas penyelenggara pemilu, memperkuat komunikasi dan keterbukaan KPU kepada publik sertamemberikan jaminan ketersedian sejumlah data yang akurat.(2). Strategi Rasionalisasi, upaya yang dilakukan adalah dengan membuat selebaran kertas yang berisikan nama-nama calon legislatif baik Provinsi atau Kabupaten, selain itu memberikan informasi melalui media suara (radio), gambar atau baliho.(3). Strategi Bujukan, melakukan program jalan sehat, sepeda gowes, KPU goes to campus serta dialog pemilu secara langsung kepada masyarakat.(4). Strategi Konfrontasi, berupa sosialisasi cara memilih dan kerugian jika tidak memilih, maka pihak KPU mengajak masyarakat untuk memilih, karena jika tidak memilih, maka akan hilang hak politiknya. Adapun kelompok sasaran dalam melakukan sosialisasi, yaitu kelompok perempuan, pelajar dan mahasiswa, keagamaan, marjinal dan kelompok pemilih pemuda.

(2)

THE TRATEGIES OF KPU TO INCREASE VOTER PARTISIPATION IN ELECTION IN 2014 AT THE PROVINCE OF

LAMPUNG

(Studies in Lampung Provincial KPU) By

RICKY ARDIAN

This study/research has the purpose to explain about the strategies of KPU in increasing voter participation in elections (election) in 2014 at the province of Lampung.The method used be qualitative research method.Technique of data collecting with interview, research book and documentation. Then that data processed, resulting in a description of the data in the form of an explanation about the strategies of KPU in creases voter participations.

Result of this study/research indicate that the strategies of KPU to increase voter participation by: (1) Strengthening Strategy, an effort to increase participation by looking at the quality of the KPU, that is improving coordination between kpucenter members, althought province and regency and city also, improving the capacity and quality of election management, strengthening communication and openness of KPU to the public and giving a guaranteed availability of accurate data. (2). Rationalization strategy, done efforts were by making a paper leaflet containing the names of legislative candidates,except.that giving information by the medium of sound (radio), pictures or billboards. (3),Persuasion Strategy,Doing healthy road program, byclegowes, KPUgoes to campus and also dialogue election directly to the public. (4).The confrontation strategy,such as socialization to the people about how to choose and disadvantages if did not vote, so the KPU invites the people to use their right to vote, because if it does not choose, it will be lost political rights. The target in doing this socialization are the women's groups, student and college student, religious groups, marginalized groups and beginner voter.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Krui, Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 12 April 1991, anak keenam dari enam bersaudara, buah cinta dari Bapak Hi. Malipul Bahri dan Hj. Ayuna Kartini (Almarhumah).

Jenjang Akademik Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Biha, Kecamatan Pesisir Selatan diselasaikan tahun 2004, Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS) Mardhotillah Kecamatan Pesisir Selatan Pada Tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat yang diselesaikan pada tahun 2010.

(8)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahnda tercinta Hi. Malipul Bahri, Almarhumah Ibunda wanita terhebat yang aku sayangi Ayuna Kartini, sebagai tanda terima kasih dan baktiku, karena kalian aku belajar bertahan dan berjuang dalam hibup dan mungkin aku tidak akan seperti sekarang ini kalau tidak karena kalian ayah-ibundaku.

Uwo Nurliana, Engah Zaity Ronitha, Mamah Zuraida, Ayah Aguscik dan Ibu Nuryanti serta seluruh keluarga tercinta yang selalu mendukungku.

Almamater tercinta Universitas Lampung

UNTUK IBUNDA

Untuk Engkau yang Selalu Ku Cinta Untuk Engkau Pengobat Luka

Untuk Engkau yang selalu Ku Rindu Tujuh Belas Tahun Kita Bersama Tujuh Belas Tahun Engkau Membina Tujuh Belas Tahun yang Penuh Suka- Cita

Kini Aku Merindukan Masa- Masa itu Dimana Kita Semua Bersama

Ibunda..

Lihatlah Pangeran Kecilmu Kini Telah Dewasa Lihatlah Pangeran Kecilmu Kini Telah Sarjana Aku Akan Membanggakan Dirimu Lebih Dari ini

(9)

MOTO

“ Jika kita ingin dihargai dan dihormati banyak orang, kita harus menjadi

orang kaya, yaitu kaya hati, kaya pengetahuan dan kaya harta”.

Segala kemungkinan bisa saja terjadi, artinya tidak ada yang mustahil dan

tidak ada yang sulit di dunia ini, jika kita ingin belajar dan mengamalkannya” .

“Mengutamakan kebutuhan bukan keinginan”

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidah-Nya skripsi yang berjudul “Strategi KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Tahun 2014 Di Provinsi Lampung (Studi pada KPU Provinsi Lampung)” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(11)

motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Budi Harjo, M.IP selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan masukan, saran, semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang

diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

8. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan, mba Nurma (pengawas ruang baca) yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.

9. Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahnda H. Malipul Bahri terimakasih telah menjadi Bapak yang Kuat, yang selalu memberikan motivasi, yang selalu bekerja keras mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Ayah. Ibunda Hj. Ayuna Kartini (Almh) terimakasih karena bayanganmu Penulis mampu memotivasi diri, hingga mampu menjalani hidup tanpa dirimu. Ku persembahkan karya kecilku ini untuk kalian.

(12)

“makasih untuk

segala dukungannya terlebih lagi secara material engah & wo, selalu menelpon tiap malam untuk memberikan semangat” hehe. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan kemudahan dalam menjalani hidup.,Amiiin.

11.Terima kasih kepada para informan, yang telah bersedia meluangkan waktu dan ketersediaannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis butuhkan ( Anggota KPU Lampung Ibu Handi, Bp.Edwin & Bp.Firman). 12.Terima Kasih untuk Keluarga Besar SMA Negeri 1 Pesisir Selatan Kab.

Pesisir Barat, Semua sahabat dan para Guru serta mantan Kepala Sekolah Bp. Drs. Jon Edwar, M.Pd terimakasih dukungannya, semoga kita sukses selalu. 13.Teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan 2010, Alam Patria S.IP,

Ikhwah Efrizal S.IP, Ardi Yuzka S.IP, Harizon S.IP, Ilham Kurniawan S.IP (sahabat2 jak Krui, kik jejama ram mansa kik mansa ram jejama, haha). Ryan Maulana S.IP, Riri Rianiti S.IP, Anis Septiana S.IP, Siska Fitria S.IP, Dita Purnama S.IP, Yoan Yunita S.IP, Tiara Anggina S.IP, Mutiara Tika S.IP, Novi Nurhana S.IP, Betty Sirait S.IP, Angga Ferdiansyah S.IP, Riendi Ferdian S.IP, Eko Tri Pranoto S.IP, Herowandi S.IP, Ahlan Pahriadi S.IP, pokoke semua, Semangat ya sahabat-sahabat semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rejeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin. Ingattt masa depan cerah ada ditangan kita breeeeey.

(13)

15.Temen-temen KKN Desa Bawang Kec. Punduh Pedada Pesawaran yang gokil-gokil Nona Ria Kharisma S.Sos (Onah) yang wisuda duluan, Siti Rohmah S.E sukses yo kito bareng wisuda wkwwkwk, Florencia Irena S.Pd, cepat lagi oii skripsinya itu, udah tua lu haha, Rama Pamuka S.H(mamam) mantan ketum zoom unila, Macro Aulia S.E kordes Bawang, Ruslan Gani S.AN yang siap nikah haha, Dwi Rosa S.IP yang selalu gepek gak jelas haha. 16.Konco-konco pejuang skripsi lainnya; Nazrin Dasit (cepat nyusul brew),

Angga Yan Junipa A.md, Hardi Jaini A.md, Ronal Sihombing A.md, Delsan Mandela, Ejis dan bang Martin Ali Yusef S.Sos.(siap nikah coyyy haha). Serta buat adik-adik tingkat yang akan segera menyusul; Fernando Moran( buruan nyusul brew, ojo ditunda2 S.Sos nya), Cici Yanti calon Guru Besar (sukses), Leni Safitri calon Sarjana Pertanian, Annisa Saswita calon Perawat, Lusita Angelina dan Ardi Yanto calon S.IP (Lebih cepat lebih baik dindo, sebagai putra daerah Kab.Pesisir Barat kita harus berjuang demi kepentingan semua orang wkwkwk). HIDUP MAHASISWA !!!.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 3 September 2014 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

2.6 Perilaku Pemilih ... 41

(15)

3.5 Jenis Dan Sumber Data ... 46

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung ... 50

4.2 Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung .... 51

4.3 Visi Dan Misi KPU ... 53

4.3.1 Visi ... 53

4.3.2 Misi ... 53

4.3.3 Sekretariat KPU ... 54

4.4 Tugas Dan Wewenang KPU Provinsi ... 55

4.5 Gambaran Umum Penelitian ... 57

4.6 Identitas Informan ... 60

4.6.1 Informan KPU Provinsi Lampung ... 60

4.6.2 Informan Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih ... 60

4.6.3 Informan Masyarakat Yang Menggunakan Hak Pilih ... 61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Tidak Menggunakan Hak Pilih Dalam Pemilu ... 62

5.1.1 Calon Yang Tidak Dikenal ... 62

5.1.2 Pemanfaatan Waktu Libur ... 63

5.1.3 Aktivitas Atau Pekerjaan ... 63

5.1.4 Adanya Rasa Kecewa ... 65

5.1.5 Lokasi TPS Jauh ... 66

5.1.6 Tidak Ada Kartu Pemilih... 67

5.1.7 Adanya Rasa Malas ... 68

5.2 Dinamika Politik Antara KPU Dengan Pemerintah Provinsi Lampung Mempengaruhi Tingkat Partisipasi ... 70

5.2.1 Dinamika Politik ... 70

5.2.2 Penundaan Jadwal Pemilihan Gubernur ... 73

5.2.3 Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilu Tahun 2014 ... 74

5.3 Faktor-Faktor yang Menjadi Hambatan Dalam Melakukan Sosialisasi ... 77

5.3.1 Keterbatasan Dana ... 77

5.3.2 Keterbatasan Tenaga Atau Personil ... 78

5.3.3 Keterbatasan Waktu ... 78

5.3.4 Cakupan Wilayah Yang Cukup Besar ... 79

5.4 Strategi KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Tahun 2014 di Provinsi Lampung... 80

(16)

5.4.2 Strategi Rasionalisasi ... 84

5.4.3 Strategi Bujukan... 88

5.4.4 Strategi Konfrontasi ... 91

5.5 Strategi Kelompok Sasaran Dalam Melakukan Sosialisasi ... 96

5.5.1 Kelompok Perempuan ... 96

5.5.2 Kelompok Pelajar atau Mahasiswa ... 99

5.5.3 Kelompok Keagamaan ... 102

5.5.4 Kelompok Marjinal ... 103

5.5.5 Kelompok Pemilih Pemuda ... 104

5.6 Strategi Pendidikan Pemilih ... 108

5.6.1 Adanya Kemauan ... 109

5.6.2 Adanya Kemampuan ... 110

5.6.3 Adanya Kesempatan ... 112

VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 113

6.2 Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 5

Tabel 2. Daftar Informan... 46

Tabel 3. Daftar Pemilih Tetap (DPT) ... 75

Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Suara………..76

(18)

DAFTAR GAMBAR

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, maka dilakukan pemilihan umum. Pemilihan umum diartikan sebagai proses pemungutan suara dimana semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi pemimpin.

(20)

terwujud apabila pemilu 2014 dapat menghasilkan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negara yang mempunyai kompetensi, kapasitas, aspiratif dan mempunyai komitmen dalam mensejahterakan rakyat. Oleh karena itu seluruh elemen bangsa perlu ikut serta mensukseskan pemilu langsung agar mencapai hasil yang optimal. Sebagai bagian dari upaya konsolidasi demokrasi yang semakin kuat, maka perlu dicermati indikator pemilu yang berkualitas sebagai berikut:

Pertama, pemilu berkualitas menuntut penghapusan budaya politik transaksional. Sebaiknya ada upaya preventif dan represif dalam menekan money politic. Perilaku pemilih saat ini menurut sejumlah riset Lembaga Survey Indonesia (LSI) mulai pragmatis materialistik, sebab rakyat sudah mempunyai steorotype bahwa semua elit dan partainya mempunyai kecenderungan yang sama. Berlaku baik ketika kampanye, namun ketika sudah terpilih meninggalkan rakyatnya. Relasi pemilih dengan politisi yang demikian tentu kurang baik dan meruntuhkan sendi-sendi demokrasi kita. Peran partai politik yang cenderung masih menjadikan calon yang diusung sebagai sumber uang mengakibatkan politik transaksional terus berlangsung.

(21)

objektif terhadap calon tersebut. Sehingga, calon tidak perlu mengeluarkan uang untuk meyakinkan pemilihnya, dan pemilu akan menghasilkan legislatif dan eksekutif yang memiliki legitimasi dan wibawa yang kuat.

Kedua, pemilu berkualitas membutuhkan perbaikan pendataan pemilih. Tingginya angka golput dalam pemilu, ternyata bukan hanya karena masyarakat tidak mau menggunakan hak pilihnya. Namun kekacauan dan ketidakberesan dalam pendataan pemilih membuat banyak masyarakat yang tidak mendapatkan kartu pemilih walaupun mempunyai hak untuk memilih. Ketiga, pemilu yang berkualitas ditandai dengan meningkatnya partisipasi publik, termasuk dalam tahapan-tahapannya. Pemilu 2014 diharapkan dapat menghapuskan apatisme rakyat terhadap proses dan hasil pemilu. Pemilu dianggap hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, yang kemudian setelah berkuasa tidak memikirkan kepentingan rakyat.

(22)

penyebab menurunnya partisipasi pemilih. Untuk itu, momentum pemilu juga membutuhkan sebuah keterlibatan masyarakat secara maksimal. Tanpa adanya keterlibatan masyarakat, maka pemilu hanya akan menjadi instrumen formal dan indikator penilaian demorkasi saja, tanpa adanya substansi. Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemilu harus ditingkatkan.

Keempat, pemilu diselenggarakan oleh KPU dan Bawaslu yang memiliki integritas, kapabilitas dan akuntabilitas serta yang tidak kalah penting independen. Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu bahwa penyelenggaraan pemilu yang berkualitas diperlukan sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kelima, pemilu berkualitas mensyaratkan penyelenggaran pemilu sesuai dengan asas jujur, adil, tertib, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

(23)

dalam hal penumbuhan kesadaran tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu.

(jazulijuwainima.blogspot.com/2013/07/menuju-pemilu-berkualitas.htm).

Menurut Burhanuddin Muhtadi, Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencermati trend golput yang meningkat melalui hasil survei, yakni pada Pemilu Legislatif 1999 jumlah golput hanya sebesar 6,3%, pada Pemilu 2004 menjadi sekitar 16%, dan pada Pemilu 2009 meningkat lagi menjadi 29,1%.

Yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Angka partisipasi pemilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1999 sampai dengan tahun 2009

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat.

No. Tahun Penyelenggaraan Tingkat Partisipasi Masyarakat

1 1999 93,7 %

2 2004 84 %

3 2009 70,9 %

(Sumber:http://lampost.co/berita/demokrasi-hilang-golput-meningkat, diakses pada 20-01-2014, pukul; 21.10 wib).

Ia menilai kecenderungan peningkatan pemilih golput makin tinggi dalam tiga kali pemilu terakhir. Dibandingkan dengan negara-negara maju, terutama Amerika Serikat yang menerapkan sistem demokrasi, tren peningkatan pemilih golput hingga 40% baru terakumulasi selama sekitar 200 tahun. "Di Indonesia, hanya terjadi dalam waktu 12 tahun, pemilih golput sudah meningkat menjadi 29,1% ditahun2009." (http://lampost.co/berita/demokrasi-hilang-golput-meningkat, diakses pada 20-01-2014, pukul; 21.10 wib).

(24)

di Provinsi Lampung sampai dengan tahun 2013 sebanyak 15 Kabupaten atau Kota terdiri dari: Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Mesuji, Kota Metro, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Pesisir Barat. Selain itu Provinsi Lampung juga memiliki jumlah penduduk sebanyak 9.586.492 jiwa.

(http://fajarsumatra.com/2013/01/penduduk-lampung-tambah-2-juta#.UxcfxjdvzaYh).

Pada pemilu legislatif 2009 Provinsi Lampung menunjukan jumlah partisipasi pemilih sebesar 3,538,673 suara dari total 5,351,733 suara daftar pemilih tetap di KPU Lampung. Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi pemilih pada pemilu legislatif di Provinsi Lampung berjumlah 66%. Selanjutnya jumlah angka golput atau yang tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif Provinsi Lampung yaitu 1,813,60 jiwa dari total 5,351,733 daftar pemilih tetap. Jadi angka golput pada pemilu legislatif di Provinsi Lampung tahun 2009 berjumlah 34%.

(Sumber: Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Legislatif Tahun 2009 Provinsi Lampung).

(25)

semakin tinggi. Hal ini terindikasi berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 1-12 Februari 2012 terhadap 2.050 responden dengan metode acak bertingkat. Hasil survei menyatakan bahwa lebih dari 50 % responden berpotensi tidak akan memilih pada Pemilu 2014.

Dari penjelasan diatas maka muncul beberapa alasan atau penyebab mengapa masyarakat tidak mau memilih:

1. Masyarakat merasa kesal dengan pejabat yang hanya mementingkan kepentingan pribadi atau pemilu tidak membawa perubahan.

2. Terlalu banyak pilihan (calon-calon) sehingga masyarakat bingung mana yang pantas untuk dipilih dan akhirnya memilih untuk tidak menggunakan suaranya.

3. Tidak terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT)

4. Pemanfaatan waktu libur oleh beberapa kalangan masyarakat karna pada waktu pemilu berlangsung semua diliburkan, sehingga ada sebagian masyarakat tidak memilih.

5. Aktivitas, sebagian warga yang disibukkan dengan aktivitasnya memilih untuk konsen dalam pekerjaannya, sehingga tidak menggunakan suaranya untuk memilih dalam pemilu.

(26)

Gedung Meneng, Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung bernama Dewi, pada tanggal 03 Februari 2014, Pukul:11.30 WIB. Menyatakan tanggapannya tidak mau memilih pada pemilu 2009 lalu. Ia mengatakan;

“Saya tidak menggunakan hak pilih saya pada pemilu tahun 2009 kemarin karna saya merasa kalaupun saya milih ya sama aja, toh yang jadi ya kehidupan saya tetap begini-begini saja, gak ada perubahan, jadi ya saya mending gak milih”.

Hal senada juga diungkapkan oleh saudara Bayu, 28 tahun warga Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung:

“Saya ragu dalam menggunakan hak pilih pada pemilu legislatif 2014 nanti ,karna dinamika politik yang terjadi di Provinsi Lampung, yakni antara KPU dengan Pememerintah Provinsi Lampung dalam menentukan waktu penyelenggaraan pilgub Lampung yang ditunda 3 kali, yang membuat masyarakat menjadi apatis”.

(27)

sebelumnya antara KPU dan Pemerintah Provinsi dalam menetukan waktu penyelenggaraan pilihan gubernur (pilgub) Lampung yang ditunda sampai tiga kali, sehingga masyarakat mulai apatis dan rentan untuk golput dalam pemilu.

Hal ini bisa menjadi early warning bagi semua pihak salah satunya KPU Lampung bahwa political turnout bisa menjadi ancaman demokrasi di Provinsi Lampung. KPU memiliki peran penting dalam sosialisasi penyelenggaraan pemilu untuk menekan angka golput. Hal ini sesuai dengan tugas KPU dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum pasal 9 ayat 1 huruf m dinyatakan bahwa KPU mempunyai tugas menyelenggarakan sosialiasasi penyelenggaraan pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU provinsi kepada masyarakat.

(28)

Selain memberikan petunjuk teknis, masyarakat juga perlu diberikan pengertian tentang bagaimana memberikan hak suaranya dengan benar dan bukan karena dipengaruhi hal lain yang tidak menguntungkan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya tujuan tersebut adalah memberikan petunjuk yang benar terkait pemilu, bukan justru mencari keuntungan semata yang dapat merugikan masyarakat sehingga masyarakat hanya dijadikan boneka permainan politik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Adapun penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang upaya meningkatkan partisipasi masyarakat, yaitu:

1. Hasil penelitian Tauchid Noor, dengan judul Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Umum. Skripsi atau jurnal ini menjelaskan bagaimana peran KPU meningkatkan partisipasi masyarakat. Komisi Pemilihan Umum merupakan metamorfosis dari Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(29)

a. Mengadakan sosialisasi dengan menggunakan media komunikasi multi jalur pada setiap tahapannya secara tepat, baik melalui media cetak, elektronik maupun melalui forum-forum organisasi nonformal dalam masyarakat, misalnya radio, koran, kelompok tahlil, pengajian, ibu-ibu PKK, dan sebagainya.

b. Fungsionalisasi institusi pemerintahan secara proporsional di tingkat kelurahan, misalnya dengan memberdayakan lembaga tingkat desa kelurahan, seperti desa kelurahan, RW, dan RT.

c. Mampu membangun kerja sama dan koordinasi yang harmonis dengan desk pemilu/pemerintah dan pemerintah daerah, media massa, dan instansi terkait di daerah, dengan kerja sama dan koordinasi tersebut diharapkan terjadi komunikasi yang efektif dengan masyarakat.

d. Konsisten dalam pelaksanaan regulasi sehingga KPU dapat menempatkan dirinya secara netral, independen, proporsional, dan patuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga KPU dapat menjaga netralitas dan tidak berpihak kepada pasangan calon tertentu.

(30)

sosialisasi tersebut, secara struktural KPU telah menjangkau semua tingkatan wilayah dan geografis karena di setiap wilayah dibentuk kepanjangan tangan KPU.

Pada wilayah provinsi terdapat KPU Provinsi, di wilayah Kabupaten/Kota dibentuk KPUD kabupaten/kota, di tingkat wilayah Kecamatan dibentuk PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan), di tingkat Desa/kelurahan terdapat PPS (Panitia pemungutan Suara). Pada saat pemungutan suara, di tiap-tiap TPS terdapat KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Sedangkan untuk pemungutan suara di luar negeri dilaksanakan oleh PPLN (Panitia Pemungutan Luar Negeri).

(31)

Berdasarkan penjelasan dan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana strategi KPU sebagai penyelenggara pemilu dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di Provinsi Lampung.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimanakah strategi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di Provinsi Lampung ?

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja strategi yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di Provinsi Lampung

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, yaitu :

1. Secara Teoritis

(32)

2. Secara Praktis

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "Strategia" yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mecapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi,sosial-budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Steinberg dalam Andrianus (2006:196), strategi adalah rencana untuk tindakan, penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi sukses atau gagalnya sebuah strategi. Sedangkan menurut Sukanto (2010:41) strategi adalah fondasi tujuan organisasi dan pola gerak serta pendekatan manajemen mencapai tujuan. Strategi juga menrupakan rencana menyatu, komprehensif dan terpadu yang mnegkaitkan keunggulan strategis dengan kesempatan dan ancaman yang datang dari luar.

(34)

(2006:196-197), strategi merupakan upaya untuk mempertahankan mayoritas pemerintah, seperti partai akan memelihara pemilih tetap mereka dan memperkuat pemahaman para pemilih musiman sebelumnya terhadap situasi yang berlangsung. Jadi strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan kedua kata tersebut. Menurut Thoha strategi ialah upaya mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam kelembagaan masyarakat kedalam kehidupan nyata baik bidang politik, pemerintahan dan kemasyarakatan.

(35)

Strategi yang baik, memiliki beberapa dimensi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Salah satu cara yang ditempuh KPU dalam mendorong tingginya partisipasi pemilih dalam pemilu adalah lewat pelaksanaan program sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Ketika pemilu selalu mengalami perubahan prosedur teknis, maka KPU punya kepentingan agar rakyat, khususnya pemilih terpenuhi hak informasi atas perubahan regulasi tersebut.

KPU punya kepentingan agar jangan sampai ada pemilih yang terhambat keinginannya untuk berpartisipasi dalam pemilu gara-gara tidak memahami prosedur tentang bagaimana cara rakyat atau pemilih untuk berpartisipasi dalam tahap-tahap pelaksanaan pemilu. Meskipun KPU sangat menyadari bahwa ada keterbatasan dalam menjalankan kegiatan sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih tersebut, sehingga dukungan dari banyak pihak sangatlah dibutuhkan. Jadi strategi begitu penting dalam mewujudkan tujuan yang telah direncanakan.

(36)

panjang. Salah satu fokus kajian dalam manajemen strategi yaitu runag lingkup serta dampak penerapan dari strategi tersebut.

Sedangkan menurut Newman dalam Andrianus (2006:211-212) terdapat empat pilihan strategi, yaitu:

1. Strategi Penguatan.

Strategi ini dapat digunakan untuk sebuah kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu.

2. Strategi Rasionalisasi.

Strtaegi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut.

3. Strategi Bujukan.

Strategi ini dapat diterapkan oleh organisasi yang mempersepsikan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki kinerja yang cocok dengan citra lainnya.

4. Strategi Konfrontasi.

Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.

(37)

strategi rasionalisasi, strategi bujukan dan strategi konfrontasi yang didalam penerapannya adalah sosialisasi politik. Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik atau pemilu pada seseorang, dan bagaimana seseorang tersebut menetukan sikap dan kesadarannya untuk ikut serta berperan dalam pemilu tersebut dengan menggunkan hak pilihnya. Konsep sosialisasi politik ini tepat untuk digunakan peneliti dalam melakukan penelitian karena strategi yang dilakukan pihak KPU adalah dengan sosialisasi.

Sosialisasi erat kaitannya dengan komunikasi politik, karena komunikasi politik merupakan suatu proses interaksi antar elit dengan masyarakat secara langsung. Strategi komunikasi politik menurut Arifin (2011:235) adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan saat ini, guna mencapai tujuan politik pada masa depan, memantapkan kelembagaan politik, menciptakan kebersamaan dan membangun konsensus merupakan keputusan strategis yang tepat bagi komunikasi politik. Untuk mencapai sebuah tujuan maka harus ada yang namanya strategi, taktik atau perencanaan yang matang, sama halnya yang telah dilakukan KPU Lampung dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu legislatif tahun 2014.

(38)

arti pentingnya pemilu dan ikut serta menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum legislatif 2014.

Strategi memiliki peranan yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karna strategi memberikan arah tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Strategi juga dapat berfungsi sebagai suatu cara untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pemilu guna meningkatkan partisipasi. Untuk itu KPU sebagai penyelenggara tentu memiliki tujuan dan strategi yang baik dalam melakukan pendidikan politik guna meningkatkan partisipasi tersebut.

2.2 Sosialisasi Politik

2.2.1 Pengertian Sosialisasi Politik

(39)

Berdasarkan penjelasan diatas menurut penulis bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses sosial yang didalamnya melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat melalui pendidikan politik guna mendapatkan informasi dibidang politik yang erat kaitannya dengan pemilu. Adapun yang menjadi fokus atau perantara dalam proses sosialisasi, yaitu: keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, kelompok kerja, kelompok agama, dan media massa dan lain sebagainya.

2.2.2 Fungsi Sosialisasi Politik

Adapun fungsi sosialisasi menurut Apter dalam Efriza (2012:49) ada tiga fase,yaitu:

1. Fungsi sosialisasi sebagai proses pemebelajaran kepada masyarakat yang bersifat politik, dalam artian orang-orang dewasa adalah warga negara yang mengutarakan sikap mengenai masyarakat, atau rasa suka atau bencinya mereka terhadap pemimpin-pemimpin politik dan menanggapi isu-isu yang mempengarui mereka.

2. Fungsi sosialisasi, bagaimana orientasi politik digeneralisasi oleh masyarakat menghadapi situasi-situasi kelompok diluar keluarga. Kaidah-kaidah kehidupan politik dipegang dalam interaksi bermain maupun instruksi formal.

3. Fungsi sosialisasi mempengaruhi sosialisasi melalui partisipasi. Partisipasi membutuhkan penanaman energi psikis karna kepribadian sosial seseorang ditentukan dalam hubungan dengan orang lain, citra diri seseorang sangat bergantung kepada pemilihan pribadi-pribadi yang bernilai positif.

(40)

2.3 Pemilihan Umum ( Pemilu)

2.3.1 Pengertian Pemilu

Dalam sebuah negara demokrasi, Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar utama dari sebuah akumulasi kehendak rakyat, pemilu sekaligus merupakan prosedur demokrasi untuk memilih pemimpin. Melalui pemilu rakyat memilih wakilnya, selanjutnya para wakil rakyat ini diserahi mandat kedaulatan rakyat untuk mengurusi negara. Menurut Gaffar (2012:5) pemilu adalah sarana utama mewujudkan demokrasi dalam suatu negara. Substansi pemilu adalah penyampaian suara rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan dan pemerintahan sebagai penyelenggara negara. Suara rakyat diwujudkan dalam bentuk hak pilih, yaitu hak untuk memilih wakil dari berbagai calon yang ada. Sedangkan menurut Efriza (2012:355) pemilu merupakan cara yang terkuat bagi rakyat untuk berpartisipasi didalam sistem demokrasi perwakilan modern.

(41)

Pemilihan umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

Penyelenggara pemilu yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya dapat terwujud apabila penyelenggara pemilu mempunyai integritas yang tinggi serta memahami dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara. Penyelenggaraan pemilu yang lemah berpotensi menghambat terwujudnya pemilu yang berkualitas. Pengertian tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

(42)

sinergi antara penyelenggara pemilu yang jujur dan adil, partai politik yang berkualitas, serta pertautan publik yang kuat. Pencapaian pemilu 2014 yang berkualitas ini penting, karena melihat pemilu 2009 yang banyak memiliki catatan kurang memuaskan, bukan tidak mungkin, kegagalan pemilu di 2014 akan menimbulkan banyak dampak yang negatif di masyarakat.

Adapun indikator-indikator sebagai panduan agar pemilu berjalan secara berkualitas, Antara lain dengan dilaksanakannya pemilu tersebut oleh penyelenggara yang profesional, independen, dan kredibel. Independen artinya penyelenggara mampu menjaga jarak yang sama dengan berbagai aktor politik, baik yang sedang berkuasa maupun yang tidak. Selain itu, beberapa indikator yang lainnya adalah hak pilih bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat, tingkat pemahaman politik masyarakat yang baik, partai dengan program yang kuat, kandidat dengan rekam jejak yang positif, peradilan pemilu yang cepat dan independen, konversi suara yang tepat, serta kompetisi yang fair.

(43)

internasional, atau dengan kata lain didapatnya pemimpin yang mampu mewujudkan cita-cita nasional, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi: “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Ada tujuh alasan mengapa Pemilu yang berkualitas penting, yakni: Pertama, rakyat mengekspresikan kedaulatannya, dengan adanya pemilu, maka rakyat membuktikan bahwa kedaulatan bukan ditangan elit, melainkan di tangan mereka. Selain itu rakyat memiliki hak untuk memilih dalam setiap pemilu berlangsung. Kedua, warga menyatakan hak bebas berserikat, berkumpul dan memberikan suara. Melalui pemilu, rakyat dijamin haknya untuk bebas berserikat, berkumpul dan memilih calon anggota DPR/DPRD/DPD atau Presiden dan Wakil Presiden, yang menentukan anggota legislatif dan Presiden adalah rakyat. Artinya elit politik mengemban amanah untuk mensejahterakan rakyat lahir dan batin.

(44)

berkala dan sistematis. Melalui pemilu, kekuasaan eksekutif dan legislatif dibatasi, sehingga terhindar dari pemerintahan yang otoriter.

Kelima, melalui pemilu dapat dilakukan rekrutmen politik secara terbuka. Artinya melalui pemilu akan didapatkan kader-kader yang berkualitas yang akan dipilih oleh rakyat secara langsung, dengan adanya pemilu, rekrutmen politik dilakukan secara terbuka, sehingga masyarakat pun bisa mencalonkan diri untuk dipilih. Keenam, melalui pemilu konflik kepentingan yang ada di tingkat masyarakat dipindahkan ke lembaga perwakilan rakyat. Kalau tidak ada pemilu, maka dalam masyarakat bisa terjadi pertikaian untuk memperebutkan kekuasaan. Pemilu merupakan sistem lima tahunan, dimana rakyat secara langsung, bebas dan rahasia memilih wakil-wakilnya.

Ketujuh, melalui pemilu dilakukan pendidikan politik, dengan adanya siklus lima tahunan, maka partai politik diberi kesempatan untuk mendidik masyarakat dengan benar. Selain itu melalui Pemilu,masyarakat bisa langsung mempraktekkan pendidikan politik yang benar secara langsung, bebas dan rahasia. Mari kita kawal pewujudan pemilu yang berkualitas dengan berpartisipasi aktif memilih calon legislatif yang berkualitas. Hal tersebut disampaikan oleh Sigit Pamungkas, SIP, MA, (Anggota Komisi Pemilihan Umum 2012-2017) dalam Seminar Nasional bertajuk “Menyongsong Pemilu 2014 yang Berkualitas” (Sosialisasi UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD).

(45)

Setiap negara memiliki sistem pemilihan umum yang berbeda. Perbedaan itu diakibatkan oleh berbedanya sistem kepartaian, kondisi sosial dan politik masyarakat, jumlah penduduk, jenis sistem politik, dan lain sebagainya. Sebab itu, pilihan atas sebuah sistem pemilihan umum menjadi perdebatan yang penting di kalangan partai politik. Namun, apapun dasar pertimbangannya, sistem pemilihan umum yang ditetapkan harus memperhatikan serangkaian kondisi. Kondisi ini yang membimbing pemerintah dan partai politik guna menetapkan sistem pemilihan umum yang akan dipakai.

Pemilihan umum dewasa ini menjadi suatu parameter dalam mengukur demokratis tidaknya suatu negara, bahkan pengertian demokrasi sendiri secara sederhana tidak lain adalah suatu sistem politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi di dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala. Pemilu memfasilitasi sirkulasi elit, baik antara elit yang satu dengan yang lainnya, maupun pergantian dari kelas elit yang lebih rendah yang kemudian naik ke kelas elit yang lebih tinggi.

(46)

sangat penting, karena salah satu parameter mengukur demokratis tidaknya suatu negara adalah dari bagaimana perjalanan pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara tersebut.

2.3.2 Sistem Pemilihan Umum

Sistem pemilihan umum adalah metode yang mengatur dan memungkinkan warga Negara untuk memilih para wakil rakyat diantara mereka sendiri. Metode berhubungan dengan prosedur dan aturan merubah (mentransformasi) suara ke kursi di lembaga perwakilan. Mereka sendiri maksudnya yang memilih maupun yang hendak dipilih merupakan bagian dari satu entitas yang sama.

Terdapat komponen-komponen atau bagian-bagian yang merupakan sistem tersendiri dalam melaksanakan pemilihan umum, antara lain:

1. Sistem pemilihan.

2. Sistem pembagian daerah pemilihan. 3. Sistem hak pilih.

4. Sistem pencalonan.

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, dengan berbagai variasinya. Akan tetapi, umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

1. Sistem Pemilihan Mekanis

(47)

pilih dalam masing-masing mengeluarkan satu suara dalam tiap pemilihan umum untuk satu lembaga perwakilan.

2. Sistem pemilihan Organis

Dalam sistem organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup bersama-sama dan beranekaragam perbedaan baik etnitas maupun pengetahuan hidup. Jadi perbedaan-perbedaan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih.

2.3.3 Fungsi Pemilihan Umum

Pemilihan umum mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai: a. Sarana memilih pejabat atau wakil rakyat

b. Sarana pertanggungjawaban pejabat, dan c. Sarana pendidikan politik rakyat.

Menurut Ranney dalam Tim Gradien (2012:38) Fungsi pemilihan umum yang pokok adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan umum adalah sarana untuk menyalurkan hak politik warga negara sesuai dengan pilihan agar aspirasinya dapat tersalur melalui wakilnya yang terpilih.

b. Pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat dalam suatu negara.

(48)

Prinsip-prinsip pemilu menurut Cetro dalam Andrianus (2006:305-306). 1. Menjamin parlemen yang terwakili

2. Tidak terlalu rumit, sehingga pemilihan dapat dilakukan oleh rata-rata pemilih

3. Member inisiatrif untuk melakukan kerjasama antara peserta poltik 4. Menghasilkan legitimasi yang tinggi terhadap parlemen dan

pemerintah.

5. Membantu membentuk pemerintahan yang stabil dan efisien.

6. Menciptakan akuntabilitas publik pemerintah dan wakil-wakil rakyat 7. Membantu pertumbuhan partai-partai poltik yang mencakup berbagai

macam kelompok social

8. Membantu menciptakan oposisi yang sehat

9. Realitas dengan keadaan financial, teknis dan administrasi negara yang bersangkutan.

Pemilihan umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Cara langsung, dimana rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dibadan-badan perwakilan rakyat. Contohnya, pemilu di Indonesia untuk memilih anggota DPR,DPD,DPRD.

2. Cara bertingkat, dimana rakyat terlebih dahulu memilih wakilnya (senat), lantas wakil rakyat itulah yang memilih wakil rakyat yang akan duduk dibadan-badan perwakilan.

(49)

artinya setiap orang warga Negara Indonesia dijamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan menyuarakan aspirasi rakyat disetiap tingkatan pemerintahan, dari pusat hingga ke daerah.

2.3.4 Pemilu Legislatif

Menurut Budiardjo (2008:315) badan legislatif adalah lembaga yang legislate atau membuat Undang-Undang. Anggota-anggotanya dianggap mewakili rakyat; maka dari itu badan ini sering dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); nama lain yang sering dipakai adalah parliament (parlemen). Dewan Perwakilan Rakyat dianggap merumuskan kemauan rakyat atau umum ini dengan jalan menentukan kebijaksanaan umum (public policy) yang mengikat seluruh masyarakat. Undang-undang yang dibuat mencerminkan kebijaksanaan-kebijaksanaan. Dapat dikatakan bahwa badan legislatif merupakan badan yang membuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum.

Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah atau janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR.

Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut: a. jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;

(50)

c. jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak- banyaknya 50 orang.

2.4 Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, bahwa penyelenggaraan pemilihan umum yang berkualitas diperlukan sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

(51)

secara mandiri artinya menegaskan KPU dalam menyelenggarakan pemilihan umum bebas dari pengaruh pihak manapun.

Adapun Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi:

a. Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal Pemilu di provinsi;

b. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di provinsi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh KPU Kabupaten/Kota;

d. Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dan menyampaikannya kepada KPU;

e. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;

f. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi di KPU Kabupaten/Kota dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;

(52)

yang bersangkutan dan mengumumkannya berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota;

h. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Bawaslu Provinsi, dan KPU;

i. Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan mengumumkannya;

j. Mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di provinsi yang bersangkutan dan membuat berita acaranya; k. Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas

temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu;

l. Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;

m.Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat; n. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan

(53)

o. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan/atau yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sejak kemerdekaan hingga tahun 2004 bangsa Indonesia telah menyelenggarakan sepuluh kali pemilihan umum dan ditahun 2014 tepatnya tanggal 09 april yang lalu Indonesia juga telah menyelenggarakan pemilu hingga sudah sebelas kali pemilihan unum, yaitu pemilihan umum 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 2004, 2009 dan 2014. Dari pengalaman sebanyak itu, pemilihan umum 1995 dan 2004 mempunyai kekhususan atau keistimewaan dibanding dengan yang lain. Semua pemilihan umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang vakum, melainkan berlangsung didalam lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan itu sendiri, dari pemilu-pemilu tersebut juga dapat diketahui adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan yang sesuai untuk Indonesia.

KPU sebagai garda terdepan dalam penyelenggaraan pemilu, harus netral, non partisan dan mandiri dengan bersikap profesional dan independen. Kerja-kerja KPU akan diawasi banyak pihak, mulai dari tahapan persiapan hingga tahapan penyelesaian. KPU tidak hanya berurusan dengan parpol, tapi juga birokrasi pemerintah, Bawaslu, civil society, aktivis pemilu, dan kampus. KPU dituntut mampu melaksanakan pemilu secara aman, damai, dan demokratis. Jika terjadi penyimpangan akan memicu konflik dalam masyarakat.

(54)

dan memiliki legitimasi yang kuat. KPU juga harus bekerja berdasarkan undang-undang yang ada, tidak boleh KPU membuat aturan yang melebihi kewenangan yang diberikan undang-undang atau yang subtansinya melebihi aturan undang-undang.

2.5Partisipasi Pemilih

2.5.1 Pengertian Partisipasi Pemilih

Partisipasi merupakan bentuk keikutsertaan atau keterlibatan dalam melakukan sesuatu, baik dalam konteks sosial maupun dalam konteks politik dilakukan secara sukarela tanpa paksaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat diketahui dengan beragam cara disiplin keilmuan. Partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas sesuatu informasi yang diberikan, yang dalam hal ini dapat berupa informasi tentang pemilu. Sedangkan pemilih adalah warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah pernah kawin.

(55)

yang dimaksud untuk memengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah.

Jadi secara umum partisipasi pemilih ialah sikap yang dilakukan seseorang untuk ikut serta dalam pemilihan umum (pemilu) dengan menggunakan hak suaranya baik pemilihan umum legislatif maupun eksekutif. Partisipasi pemilih sangat penting dalam menentukan keberhasilan pemilu. Untuk itu, maka pendidikan politik menjadi sebuah kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat agar dapat berpartisipasi secara maksimal dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Berkaitan dengan hal itu, KPU juga harus melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat agar bersedia menggunakan hak pilihnya pada saat pemungutan suara dilaksanakan.

Partisipasi masyarakat atau partisipasi pemilih merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program atau kegiatannya akan gagal. Pengembangan partisipasi masyarakat seringkali terhambat oleh persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat juga disebabkan karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa.

(56)

penting untuk diupayakan karna setiap pemilu berlangsung jumlah golput kian meningkat.yang bertanggung jawab meningkatkan hal tersebut bukan hanya KPU semata melainkan semua elemen masyrakat juga ikut bertanggung jawab dalam mengsukseskan pelaksanan pemilu.

2.5.2 Bentuk Partisipasi Pemilih

Adapun bentuk-bentuk partisipasi pemilih menurut Dedi Irawan dalam Efriza (2012:178), yaitu:

1. Voting ( pemberian suara)

Voting adalah bentuk partisipasi yang dapat diukur dengan skala waktu atau periodisasi. Pemberian suara pada pemilu legislatif, pemilu presiden dan wakil presiden, pemilihan kepala daerah, pemilihan kepala desa, dll.

2. Kampanye Politik

Kampanye adalah kegiatan politik yang bertujuan untuk memengaruhi orang atau kelompok lain agar orang lain atau kelompok lain tersebut mengikuti kegiatan politik pihak yang berkampanye (misalnya dalam pemilu).

3. Aktivitas Group

Kegiatan politik yang digerakkan oleh sebuah kelompok secara sistematis. Misalnya saja demonstrasi, aksi menuntut perubahan politik, terror dan intimidasi, diskusi politik, dll.

4. Kontak Politik

Kegiatan politik yang biasanya dilakukan oleh individu-individu untuk melakukan komunikasi politik kepada pimpinan parpol, elit politik, dll.

(57)

2.5.3 Model Partisipasi Pemilih

Adapun model partisipasi menurut Jeffry M. Paige dalam Efriza (2012:185), antara lain:

1. Partisipasi aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi maka partisipasi politik seseorang ini cebderung aktif.

2. Partisipasi apatis, yaitu kondisi yang berlawanan dengan partisipasi aktif, dimana kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis). 3. Militan (radikal), yaitu kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan

terhadap pemerintah lemah maka perilaku yang muncul adalah militant radikal.

4. Partisipasi pasif, yaitu kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).

2.5.4 Fungsi Partisipasi Pemilih

Menurut Arbi Sanit dalam Efriza (2012:188) ada tiga fungsi partisipasi pemilih, yaitu:

1. Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya beserta sistem politik yang dibentuknya.

2. Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintah.

3. Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya sehingga kemudian diharapakan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan dan dalam sistem politik, misalnya melalui pemogokan, huru-hara, dan kudeta.

Disisi lain, Sudijono dalam Efriza (2012:188) memandang ada tiga fungsi partisipasi pemilih, yaitu:

1. Untuk mendorong program-program pemerintah, hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program pemerintah.

2. Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan.

(58)

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa fungsi partisipasi sangat penting bagi berjalannya pemerintah yang lebih baik, baik melalui pemilu maupun dari kegiatan-kegiatan lainnya. Partisipasi juga merupakan suatu bentuk peran serta yang dilakukan karena kebiasaan setempat, seperti kebiasaan-kebiasaan karena jenis kelamin, ras, agama atau kepercayaan. Selain itu partisipasi pemilih dapat juga dikategorikan sebagai partisipasi politik untuk ikut serta dalam pemilihan umum (pemilu). Partisipasi politik atau partisipasi masyarakat merupakan segala aktivitas atau kegiatan warga yang berkaitan dengan kehidupan politik, yang dapat berupa pemberian suara dalam pemilu, ikut dalam kampanye ataupun menjadi bagian dari partai politik.

Menurut Budiardjo (2008:367-368) mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct action nya, dan sebagainya.

(59)

2.6 Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok dalam menentukan pilihan didalam suatu pemilu. Menurut Firmanzah dalam Efriza (2012:480) perilaku pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama pada kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Surbakti perilaku pemilih adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih didalam suatu pemilu maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu.

Jadi Perilaku pemilih atau perilaku politik adalah tindakan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses pembuatan dan keputusan politik. Perilaku politik juga merupakan salah satu unsur atau aspek perilaku secara umum, disamping perilaku politik, masih terdapat perilaku-perilaku lain yang berkaitan langsung dengan pemilihan umum (pemilu).

2.7 Kerangka Pikir

(60)

Lampung. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh KPU Lampung atas pemilu menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu selalu menurun. Pemilu yang dilakukan setelah reformasi mencatat angka golput yang terus meningkat. Pada pemilu legislatif 2009 Provinsi Lampung menunjukan jumlah partisipasi pemilih sebesar 3,538,673 suara dari total 5,351,733 suara daftar pemilih tetap di KPU Lampung. Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi pemilih pada pemilu legislatif di Provinsi Lampung berjumlah 66%.

Selanjutnya jumlah angka golput atau yang tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif Provinsi Lampung yaitu 1,813,60 jiwa dari total 5,351,733 daftar pemilih tetap. Jadi angka golput pada pemilu legislatif di Provinsi Lampung tahun 2009 berjumlah 34% (Sumber: Hasil Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 Provinsi Lampung).

(61)

Bagan 1. Kerangka pikir dalam penelitian ini:

KPU Provinsi Lampung

Strategi KPU Lampung Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih

Tingkat Partisipasi Pemilu Tahun 2014

(62)

III. METODE PENELITIAN

3.1Tipe Penelitian

Tipe penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti, menyangkut bagaimana strategi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di Provinsi Lampung. Penggunaan penelitian kualitatif dipandang jauh lebih subyektif karena menggunakan metode yang berbeda dari mengumpulkan informasi, individu dalam menggunakan wawancara. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

(63)

3.2 Fokus Penelitian

Mengingat adanya dinamika politik yang terjadi di Lampung, seperti: - Trend meningkatnya angka golput

- Adanya polemik atau dinamika politik yang terjadi, yaitu antara KPU dengan Pemerintah Provinsi Lampung

- Penetapan jadwal Pilgub yang tertunda sampai 3 kali.

Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti akan memfokuskan tentang bagaimana strategi KPU Lampung sebagai penyelenggara pemilu dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014. Penelitian ini menggunakan teori Newman dalam Andrianus (2006:211-212) terdapat empat pilihan strategi, yaitu:

1. Strategi Penguatan

Strategi ini dapat digunakan untuk sebuah kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu.

2. Strategi Rasionalisasi

Strategi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut.

3. Strategi Bujukan

(64)

4. Strategi Konfrontasi

Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu melihat dari intensitas aktivitas KPU Provinsi Lampung.

Alamat kantor KPU Provinsi Lampung di Jl. Gajah Mada No. 87 Kota Bandar Lampung.

3.4 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah 3 anggota KPU Lampung dan 5 informan dari masyarakat untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Tabel 2. Daftar Informan

No

Nama Informan Jumlah

Informan

1 Anggota KPU Provinsi Lampung 3

2 Masyarakat 5

Jumlah 8

Berdasarkan data diatas maka informan pada penelitian ini adalah 3 anggota KPU dan 5 masyarakat, maka informan pada penelitian ini berjumlah 8 jiwa.

3.5 Jenis dan Sumber Data

(65)

Menurut Lofland dalam Burhan (2001:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain, dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

3.5.2 Data Sekunder

Data Sekunder adalah data sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang isinya menyangkut tentang masalah yang bersangkutan dengan penelitian yang dikaji oleh penulis, yang diambil dari KPU Lampung dengan permasalahan di lapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

(66)

3.6.1 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan beberapa narasumber yang dianggap telah memenuhi syarat atau relevan dengan penelitian ini. Wawancara ini dilakukan secara tak berencana dan terbuka dimana narasumber atau informan diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara bebas dengan harapan agar memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data yang belum dipahami oleh peneliti, serta untuk memperoleh realita objek yang diteliti. Wawancara merupakan instrument kunci pada penelitian ini.

Menurut Stewan dan Cash dalam Burhan (2001:64), wawancara adalah suatu proses komunikasi interaksional antara dua orang, setidaknya satu diantaranya memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dan biasanya melibatkan pemberian dan menjawab pertanyaan. Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan anggota KPU Lampung di Bandar Lampung.

3.6.2 Penelitian Pustaka

(67)

3.6.3 Dokumentasi

Pengambilan data yang diperoleh berdasarkan informasi-informasi dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk mendukung keterangan maupun fakta yang berhubungan dengan obyek penelitian.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan menyederhanakan kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif untuk menganalisa data dengan cara memaparkan, mengelola, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata-kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Menurut Effendi dan Manning dalam Moleong (2001:263) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

(68)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Provinsi Lampung

Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Lampung adalah sebuah Provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan. Provinsi Lampung dengan Ibu Kota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjung Karang dan Teluk Betung.

Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak diantara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Dengan jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung sampai dengan tahun 2013 sebanyak 15 Kabupaten/Kota terdiri dari:

(69)

5. Kabupaten Tulang Bawang 6. Kabupaten Tulang Bawang Barat 7. Kabupaten Mesuji

8. Kota Metro

9. Kabupaten Lampung Utara 10.Kabupaten Way Kanan 11.Kabupaten Lampung Barat 12.Kabupaten Tanggamus 13.Kabupaten Pringsewu 14.Kabupaten Pesawaran, dan 15.Kabupaten Pesisir Barat.

Kabupaten Pesisir Barat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat. Selain itu Provinsi Lampung juga memiliki jumlah penduduk sebanyak 9.586.492 jiwa.

(sumber: Lampungprovinsi.go.id).

4.2Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung

(70)

wewenangnya. KPU berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia, KPU Provinsi berkedudukan di ibu kota Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, yang dimaksud dengan Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam menjalankan tugasnya, KPU dibantu oleh Sekretariat Jenderal; KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota masing-masing dibantu oleh sekretariat. Jumlah anggota KPU sebanyak 7 (tujuh) orang; KPU Provinsi sebanyak 5 (lima) orang; dan KPU Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima) orang.

Gambar

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat.
Tabel 2. Daftar Informan
Gambar 1. Logo KPU Lampung

Referensi

Dokumen terkait

1. Fixed_Data_Size = jumlah total dari field size dari setiap table. Num_Variable_Cols = jumlah panjang variable kolom.. Dalam kasus ini kami melakukan analisis perkiraan hingga 5

kesesuaian informasi yang dicari dan kepuasan terhadap penggunaan katalog Universitas Terbuka. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja layanan sumber informasi dan

Dengan demikian, dalam penelitian ini jumlah informan sebanyak 8 orang, yaitu 2 orang tokoh masyarakat dan 6 orang masyarakat biasa dari suku Aceh dan suku

Selanjutnya, hipotesis minor pada penelitian ini adalah ada hubungan negatif signifikan antara konsep diri dengan kesepian yang artinya semakin rendah konsep diri

Pada data 4 puisi dengan judul Tentang Mata berisi tentang sumber kasih, penyair menggunakan kata konotasi “penuh mata bisul”, kata tersebut merupakan kata

Ilmu kalam dirangkai berdasarkan logika, terutama dalam hal yang berhubungan dengan akidah. Orang yang fokus dalam ilmu ini disebut mutakallimun. Pada awalnya mutakallimun

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik proses hidrolisis pati dan serat ubi kayu, serta menentukan jenis substrat asam yang terbaik

Beberapa penelitian mendukung adanya hubungan yang positif antara profitabilitas perusahaan dan tingkat pengungkapan TBL yaitu Yanti dan Rasmini (2015), Ho dan Taylor