• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFICATION HYDROCARBON POTENTIAL WITH SEISMIC ATTRIBUTES AT THE “SBS” FIELD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFICATION HYDROCARBON POTENTIAL WITH SEISMIC ATTRIBUTES AT THE “SBS” FIELD"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON

MENGGUNAKAN ATRIBUT SEISMIK PADA LAPANGAN

SBS

Oleh

PUTRI RAHAYU

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

IDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON MENGGUNAKAN ATRIBUT SEISMIK PADA LAPANGAN “SBS”

Oleh Putri Rahayu

Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi arah pengendapan dan zona prospek hidrokarbon pada Formasi Talangakar dengan penerapan atribut seismik. Atribut yang digunakan yaitu atribut variance, time, amplitudo, dan frekuensi. Atribut variance digunakan untuk membantu interpretasi sesar, atribut waktu digunakan untuk menentukan proses dan arah pengendapan, dan atribut amplitudo dan frekuensi digunakan untuk menentukan zona prospek hidrokarbon. Proses dan arah pengendapan sedimen ditentukan dengan melihat sebaran nilai topbottom masing – masing atribut pada peta struktur waktu dan peta atribut. Zona prospek hidrokarbon diidentifikasi dengan atribut amplitudo dan frekuensi (kecuali fasa sesaat) pada layer bottom yang berdekatan dengan sumur SBS-01. Hasil akhir menunjukan bahwa proses pengendapan sedimen Lapangan “SBS” mengacu pada teori kenaikan muka air lut relatif berarah tenggara – baratlaut dengan tiga zona prospek hidrokarbon yang memiliki nilai amplitudo sedang - tinggi, yaitu 35-50 (intensitas refleksi), 25.000 – 50.000 (envelope), 15.000 – 25.000 (RMS), dan frekuensi rendah (15 –30 Hz) serta berada pada daeerah pengendapan yang tebal (isochronthickness) dengan kedalaman 1500–1800 m.

.

(3)
(4)

ABSTRACT

IDENTIFICATION HYDROCARBON POTENTIAL WITH SEISMIC ATTRIBUTES AT THE “SBS” FIELD

By Putri Rahayu

The reasearch has been done to identification sedimen deposition direction and hydrocarbon prospect zone in the Talangakar Formation with seismic attributes application. The attributes are variance, time, amplitude, and frequency. Variance attribute used to help fault identification, time attribute used to determine process and deposition direction, and amplitude and frequency attribute used to determine hydrocarbon prospect zone. Process and deposition direction determined by looking the distribution of each attribute value from bottom to top at the time structure map and attributes map. Hydrocarbon prospect zone identificated by amplitude and frequency attribute (except instantaneous phase attribute) at the bottom layer arround SBS-01 well. Final result of this research indicates that depositionprocess of “SBS” Fieldrefers to the relative sea level rise theory in the southeast – northwest direction with three hydrocarbon prospect zone that have intermediet to high amplitude value, 30 – 50 (reflection intensity), 15.000 –

25.000 (RMS), 25.000–50.000 (envelope), and low frequency value (15–30 Hz) and located at thick deposition and depth 1500–1800 m.

(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelian ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Letak Geografis Cekungan Sumatera Selatan ... 4

2.2 Geologi Regional Daerah Penelitian ... 4

2.2.1 Struktur... 6

(8)

2.2.2.1 Formasi Air Benakat ... 8

2.2.2.2 Formasi Gumai... 8

2.2.2.3 Formasi Baturaja ... 8

2.2.2.4 Formasi Talangakar... 9

2.2.2.4.1 Formasi Talangakar Atas ... 10

2.2.2.4.2 Formasi Talangakar Bawah... 11

2.2.2.5 Formasi Lahat ... 12

2.2.2.6 Basement(slate)... 13

2.2.3 Petroleum System... 14

2.2.3.1 Perangkap... 14

2.2.3.2 Evaluasi Reservoar... 14

2.2.3.3 Batuan Reservoar ... 15

2.2.3.4 Batuan Induk ... 15

2.2.3.5 Migrasi dan Proses Pemerangkapan ... 15

2.2.3.6 Batuan Penyekat... 16

BAB III TEORI DASAR 3.1 Konsep Refleksi Gelombang Seismik ... 17

3.2 Traceseismik... 18

3.3 Impedansi Akustik (IA) ... 18

3.4 Seismik Atribut ... 19

3.6.1 Atribut structural smoothing ... 21

3.6.2 Atributvariance... 21

3.6.3 AtributIsochron Thickness... 22

3.6.4 AtributReflection Intensity... 22

3.6.5 AtributEnvelope... 23

3.6.6 Atribut RMS... 24

3.6.7 AtributFrekuensiSesaat ... 24

3.6.6 AtributFase Sesaat... 25

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2 Alat dan Data ... 28

4.3 Metode Penelitian ... 28

4.3.1 Proses Pengikatan Data Sumur ... 29

4.3.2 Proses Penelusuran Horizon ... 30

4.3.3 Proses Atribut Seismik ... 30

4.3.4 Proses Pemetaan ... 31

(9)

xvi

5.3 Penarikan Horizon ... 33

5.4 Analisis Perangkap Hidrokarbon ... 34

5.5 Analisis Arah Pengendapan ... 37

5.5 Analisis Zona Prospek ... 44

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak bumi dan gas merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia

yang tidak dapat diperbaharui lagi. Hal inilah yang menyebabkan eksplorasi dan

produksi migas terus ditingkatkan setiap harinya.

Selama ini, teknik yang digunakan dalam eksplorasi minyak bumi dilakukan

berdasarkan data sumur yang memiliki kemampuan untuk menggambarkan

keadaan bawah permukaan bumi yang sangat baik secara vertikal. Oleh karena itu,

diperlukan salah satu metode yang sangat baik untuk menggambarkan keadaan

bawah permukaan bumi secara lateral. Salah satunya, yaitu dengan metode

seismik refleksi.

Inti dari metode seismik refleksi dalam ekplorasi seismik adalah karakterisasi

reservoar yang menjadi indikasi keberadaan hidrokarbon baik minyak ataupun

gas. Salah satu metode yang sering digunakan adalah atribut seismik. Perhitungan

dalam atribut seismik menggunakan seluruh informasi yang dimiliki oleh data

seismik. Integrasi atribut seismik dan sifat-sifat fisika batuan merupakan metode

efektif dalam memberikan informasi geologi bawah permukaan, termasuk analisis

(11)

2

Proses interpretasi potensi hidrokarbon yang dikaji pada penelitian ini berada

pada Lapangan “SBS” yang secara tektonik terletak di Sub Cekungan Palembang

Selatan (South Palembang Sub Basin) pada Cekungan Sumatera Selatan (South

Sumatera Basin) yang terletak pada jalur Sesar Lematang yang membentuk

antiklinorium dan yang memanjang dari Pendopo hingga Mambang-Sebasa.

Berdasarkan data hasil pemboran PT Pertamina pada tahun 2006, Lapangan SBS

memiliki sebuah sumur eksplorasi yang telah terbukti menghasilkan gas (SBS-01)

pada Formasi Talangakar. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi lebih lanjut dan

rinci untuk mendapatkan zona prospek hidrokarbon yang baru pada zona utama

target, yaitulayerTAF dengan analisis beberapa penerapan atribut seismik

1.2 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arah pengendapan lapisan pasir

dan mendapatkan zona prospek baru berdasarkan peta struktur waktu dan

beberapa penerapan atribut seismik pada Formasi Talangakar.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data seismik yang digunakan merupakan data 3D PSTM.

2. Data sumur yang digunakan, yaitu sumur SBS-01 yang memiliki

kelengkapan data log (VSP, GRsonic, dandensity ).

(12)

4. Analisis atribut yang digunakan, yaitu structural smoothing, variance,

isochron thickness, reflection intensity, envelope, RMS, instantaneous

frequency,daninstantaneous phasedengan target padalayerTAF .

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan membantu interpretasi dalam hal pengembangan

dan peningkatan produksi lapangan SBS dan dapat memperjelas lingkungan

pengendapan dan bentuk perangkap hidrokarbon serta penyebarannya terutama

(13)

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1. Letak Geografis Cekungan Sumatera Selatan

Secara Geografis Cekungan Sumatera Selatan dibatasi oleh Selat Malaka di

bagian timur, Tinggian Tigapuluh di bagian utara dan bentangan Bukit Barisan di

bagian baratnya. Daerahnya hampir semua berada di darat dan hanya sebagian

kecil di lepas pantai. Cekungan Sumatera Selatan mencakup luas area sekitar

119.000 km2dengan ketebalan sedimen tersier rata-rata 3,5 km.

2.2. Geologi Regional Daerah Penelitian

Secara tektonik Lapangan “SBS” terletak di Sub Cekungan Palembang Selatan

(South Palembang Sub Basin)pada Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatera

Basin) yang terletak pada jalur Sesar Lematang yang membentuk Antiklinorium

dan yang memanjang dari Pendopo hingga Mambang-Sebasa.

Sumur SBS-01 terletak sekitar 140 km sebelah barat kota Palembang atau sekitar

20 km sebelah utara dari lapangan Musi. Secara administratif, lokasi sumur ini

(14)

Struktur “SBS” merupa

tenggara, berarah

selatan/baratdaya anti

sesar normal berarah

berarah baratlaut dan di

Gambar 1. Lokasi La

erupakan blok naik terhadap sesar naik bera

sama dengan sumbu antiklin yang te

ntiklin. Struktur antiklin tersebut dipisahkan ole

h timurlaut–baratdaya dengan kemiringan bida

n diikuti kemiringan antiklin berarah tenggara.

apangan “SBS”pada Cekungan Sumsel (Lapor PT Pertamina Region Sumatera, 2006)

berarah baratlaut –

terletak di sisi

oleh adanya

sesar-bidang utama sesar

ra.

(15)

6 2.2.1 Struktur

Struktur SBS seperti halnya semua kenampakan struktur di Cekungan Sumatera

Selatan terbentuk oleh kombinasi tiga fase tektonik utama Tersier; pertama

tektonik Eosen sampai Miosen awal yang bersifat ekstensional dan membentuk

pola-pola tinggian dan dalaman (separuh graben), kedua tektonik transpresional

miosen tengah - miosen akhir yang relatif stabil dan ketiga tektonik

plio-pleistosen yang bersifat kompresional dan bukit barisan serta pola-pola pelipatan

berarah baratlaut- tenggara. Struktur SBS saat ini berupa antiklin yang terbentuk

akibat pelipatan pada fasa tektonik plio-pleistosen mengikuti pola antiklin yang

berada di sepanjang sesar lematang mulai dari Lapangan Limau di sebelah

tenggara - Tinggian Sebakul di baratlaut.

2.2.2 Sratigrafi

Secara stratigrafi regional daerah “SBS” tersebut dimulai dari Basement dengan

litologi slate yang berstruktur slaty cleavage, perselingan serpih, tufa dan

batulanau dengan sisipan batupasir yang makin ke bawah ditandai dengan

meningkatnya sifat tufaan dan munculnya sisipan lapisan batubara menembus

Formasi Lahat. Formasi Talangakar (TAF) dibedakan menjadiTRM (Transitional

Member) dengan didominasi serpih gampingan berselingan batulanau dan

bersisipan batupasir dengan sedikit batugamping dan GRM (Gritsand Member)

dicirikan serpih dengan laminasi mineral karbon bersisipan batulanau dan

batupasir silikaan atau ditandai dengan hilangnya sifat gampingan (non

(16)

Didominasi serpih

batugamping klastik,

batupasir gampingan.

tersebut telah memasuki

lapisan tipis batulana

klastik berada pada

Formasi Gumai denga

bersisipan dengan ba

sisipan batupasir masi

Gambar 2. Kol

penelitian (Lapor

h gampingan dengan lapisan tipis batula

k, batunapal, dankalkarenityang kaya mineral

ngan. Berdasarkan umur relatif munculnya lapis

asuki Formasi Equivalent Baturaja. Serpih gam

anau berselingan batupasir berbutir halus da

da Formasi IntraGumai. Formasi tersebut dibe

ngan mulai meningkatnya sisipan batupasir. Se

batupasir dan batulanau Formasi Gumai da

asif berbutir kasar pada Formasi Air Benakat.

olomLithostratigraphyCekungan Palembang

poran Pengeboran PT Pertamina Region Sumat

(17)

8 2.2.2.1 Formasi Air Benakat(ABF)

Formasi Air Benakat di sumur SBS-01 merupakan lapisan batulempung dengan

sisipan batupasir yang terdiri dari material klastik kasar. Pada sisipan batupasir

tersebut tidak dijumpai indikasi adannya hidrokarbon. Formasi Air Benakat ini

mengawali fase regresi diendapkan di lingkungan transisi/ near shore marine,

berumur Miosen Tengah, terletak selaras di atas Formasi Gumai.

2.2.2.2 Formasi Gumai (GUF)

Penentuan Estimasi Top Formasi Gumai ditentukan dengan perubahan litologi

dan lingkungan pengendapan dalam kondisi transgresi dengan dominasi serpih

yang bersifat gampingan dengan sisipan batulanau dan batupasir.

Batupasir, berwarna bening, translucent, abu – abu sampai abu-abu kehijauan,

kekerasan friable dan mudah lepas (loose), berukuran butir sangat halus sampai

halus, membulat tanggung hingga menyudut tanggung, pemilahan jelek sampai

sedang, bersifat lempungan, mineral penyusun terdiri dari kuarsa dan sedikit

glauconite, kadang-kadang dijumpai marl, sedikit dijumpai bintik-bintik karbon,

pyritemineral, sementasi bersifat gampingan,poor–moderate visualporositasno

oil show.

2.2.2.3 FormasiEquivalentBaturaja (BRF)

Formasi Equivalent Baturaja ditandai dengan munculnya lapisan batugamping

yang cukup tebal terutama di bagian atas dan secara keseluruhan masih

didominasi oleh lapisan serpih karbonatan yang tebal dengan sisipan

(18)

dijumpai lapisan tipis batupasir. Formasi Equivalent Baturaja tersebut memiliki

umur yang relatif sama dengan Formasi Baturaja di tempat lain dan diendapkan di

lingkungan Neritik Tepi (shelf marine), berumur Miosen Awal, terletak selaras di

atas Formasi Talangakar.

Batugamping berwarna cream, putih kecoklatan, putih kotor, dengan kekerasan

sedang sampai keras, umumnya bersifat chalky dan argillaceous pada sisipan

bagian atasnya, mikrokristalin, micrite, sedikit mineral glauconitic, tidak ada

porositas visual, kadang-kadang inter crystalin porosity, termasuk kedalam

klasifikasi batugampaing mudstone, wackstone. Tidak adanya indikasi

hidrokarbon

Batupasir, berwarna bening, translucent, putih kotor, abu-abu kehijauan,

kekerasanfriabledan mudah lepas(loose), berukuran butir halus sampai medium,

membulat tanggung hingga menyudut tanggung, pemilahan sedang, mineral

penyusun terdiri dari kuarsa dan mineral glauconite yang cukup melimpah,

kadang-kadang dijumpai calsite fragment, sementasi bersifat gampingan, fair

moderate visualporositas.no oil show.

Batugamping kalkarenit, merupakan sisipan serpih pada bagian bawah Formasi

Equivalent Baturaja, berwarna putih kotor, abu-abu kehijauan, bersifat mudah

rapuh (brittle) dan umumnya chalky, klastik, mikrokristalin sampai calcarenit,

mineral glauconitic cukup melimpah, porositas intergranular, sedikit foram, no

(19)

10 2.2.2.4 Formasi Talangakar (TAF)

Formasi Talangakar (TAF) berkembang baik dalam sistem delta mencapai

ketebalan lebih dari 570 m yang menumpang secara tidak selaras di atas Formasi

Lahat. Formasi Talangakar terdiri dari dua unit. Pada bagian atas terdiri dari

selang-seling batupasir dan serpih yang bersifat gampingan dengan sisipan napal

dan batugamping dan secara berangsur semakin ke atas menjadi lebih bersifat

marine disebut sebagai Transitional Member (TRM). Sedangkan pada bagian

bawah secara umum terdiri dari batupasir kasar-sangat kasar berselang-seling

dengan lapisan tipis serpih dan batubara disebut sebagai Gritsand Member

(GRM).

2.2.2.4.1 Formasi Talangakar Atas (TAF-TRM)

Formasi Talangakar Atas (TAF-TRM) dicirikan dengan dominasi serpih yang

sangat gampingan berselingan batulanau dengan sisipan batupasir, napal dan

sedikit batugamping.

Serpih berwarna abu-abu kecoklatan, kadang-kadang abu-abu kehijauan,

kekerasan firm, sedang sampai keras, kadang-kadang bersifat brittle, berbentuk

subblocky sampai blocky, subplaty, sub fissile, bersifat tufaan, setempat terdapat

perselingan vitric tuff, kadang-kadang dijumpai mineral pyrite, sebagian lanauan,

bersifat sangat karbonatan.

Batupasir, berwarna bening, translucent, putih kotor, abu-abu terang, bersifat

lepas-lepas, sebagian kekerasan friable sampai terkonsolidasi sedang, berukuran

butir sangat halus sampai sedang, membulat tanggung hingga menyudut

(20)

dan umumnya mengandung mineral glauconite, dijumpai fragmen vitric tuff,

foram, sementasi bersifat karbonatan, porositas visual buruk sampai fair, terdapat

indikasi hidrokarbon.

Indikasi hidrokarbon tersebut pada Formasi Talangakar Atas (TAF-TRM) terdapat

pada lapisan batupasir, yaitu pada interval kedalaman 1131 – 1136 m dan 1148 –

1151 m dengan trace pale yellows flourecent, very slow weak white yellows

streaming cut, nil vis cut, trace oil stain, no odor, trace oil show. Di interval

kedalaman 1238 – 1242 m dan 1480 – 1482 m, dengan < 10 % bright yellows

flourecent, slow weak bluish white yellows streaming cut with/ Chlthene, trace

stain, no odor poor oil show.

2.2.2.4.2 Formasi Talangakar Bawah (TAF - GRM)

Berdasarkan pengamatan serbuk bor Formasi Talangakar Bawah (Lower TAF)

dicirikan dengan munculnya struktur mikro laminasi dengan karbon dan sudah

tidak bersifat karbonatan. Umumnya merupakan perselingan serpih dan batulanau

dengan sisipan batupasir. Diendapkan pada lingkungan delta plain sebagai

endapan synrift, berumur Oligosen Akhir – Eosen. Hubungan antara Formasi

Talangakar dengan Formasi Lahat di bagian bawahnya terletak tidak selaras.

Serpih berwarna abu-abu sampai abu-abu terang, kekerasan firm, sedang sampai

keras, kadang-kadang bersifat brittle, berbentuksubplaty sampaiplaty, sub fissile

kadang-kadang subblocky, terdapat bintik-bintik karbon (carbonaceous speck),

kadang dijumpai juga mineralpyrite,sebagian lanauan, tidak bersifat karbonatan

(21)

12 sedang, sebagian berukuran pasir kasar, membulat tanggung hingga menyudut

tanggung, pemilahan baik, mineral penyusun terdiri dari kuarsa dan umumnya

mengandung mineral glauconite, dijumpai bintik-bintik karbon, semen silikaan,

porositas visual sedang sampai baik, terdapat indikasi hidrokarbon.

Indikasi hidrokarbon pada Formasi Talangakar Bawah (TAF-GRM) terdapat pada

lapisan batupasir, yaitu pada interval kedalaman 1552–1556 mblb, dengan /trace

pale–dull yellows flourecent, no cut, no stain, no odor, trace oil show.

Di interval kedalaman 1565-1566 mblb, dengan/trace pale dull yellows

flourecent, v slo wk bluish wh yell strm cut, nil vis cut, no stain, no odor, trace oil

show. Di interval kedalaman 1596-1598 mblb, dengan trace pale yellows

flourecent, no visual cut,no stain, trace oil show.

2.2.2.5 Formasi Lahat(LAF)

Formasi Lahat (LAF) diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar pada

kala Oligosen ditandai dengan meningkatnya litologi yang bersifat tufaan.

Formasi Lahat selain sebagai batuan induk juga merupakan salah satu obyektif

pada prospek SBS-01, terbukti sumur Mangos-2 ditemukan indikasi hidrokarbon.

Berdasarkan deskripsi megaskopis Formasi Lahat tersusun dari perselingan

serpih, batulanau dan tufa dengan sisipan batupasir secara berulang juga terdapat

lapisan tipis batubara. Formasi Lahat tersebut makin ke bawah dominan tufa

semakin meningkat sedangkan lapisan serpih hanya merupakan sisipan tipis.

Serpih, berwarna abu-abu gelap, abu-abu gelap kecoklatan, masif, keras dan getas

(22)

lanauan dengan struktur laminasi, kadangkala kilap lilin/waxy lustre, tidak

karbonatan

Tufa berwarna abu-abu cerah kehijauan, putih kotor, translucent, kekerasan

sedang sampai sangat keras, kadangkala getas (brittle) dan masif, tersusun dari :

dominan vitric tuff, sebagian lithic tuff, kuarsa sekunder, umumnya terdapat

mineralcalsite, mineral lempung (smectite, kaolin), mineral silika, sedikit mineral

pyrite dan chlorite bersifat tidak gampingan, porositas secara visual umumnya

tidak tampak dan tidak ada indikasi.

Batupasir berwarna bening, translucent, abu-abu cerah, umumnya bersifat

lepas-lepas (loose), berbutir halus sampai sedang, setempat berbutir pasir kasar, terdapat

urat-urat silica, berbentuk butir sub angular dengan sortasi sedang, mineral

kuarsa, inklusi material karbon, sementasi silikaan, porositas sedang – fair,

dengan indikasioil show.

Indikasi hidrokarbon pada Formasi Lahat (LAF) terdapat pada lapisan batupasir,

yaitu pada kedalaman (1688 – 1692 m) dengan trace bright yellowish streaming

cut with Chlform, nil vis cut, no stain, no odor, trace oil show.

2.2.2.6 Batuan Dasar (Basement)

Rekahan batuan dasar merupakan salah satu obyektif pada prospek SBS-01.

Batuan dasar pada prospek SBS diprediksi berupa batuan granit berdasarkan

sumur bor yang berjarak 10 km arah timurlaut “SBS-01”, tetapi mulai di

kedalaman 2206 mblb/2170 mbpl masih didapatkan batusabak (slate) dengan

(23)

14 depth) masih belum ditemukan. Batusabak (slate) berwarna abu - abu gelap

dengan struktur slaty cleavage dan sebagian getas (brittle), kekerasan sangat

keras, berstruktur foliasi dan kadangkala splintery, mineral mica mulai tampak

jelas, sesekali terdapat penjajaran mineral, pada umumnya berkilap shiny,

kadangkala terdapat sedikit mineral kwarsa sekunder dan kwarsite sebagai

fragmen batuan, tidak gampingan.

2.2.3 Petroleum System

2.2.3.1 Perangkap

Prospek SBS memiliki perangkap struktur antiklin untuk semua formasi yang ada

di prospek tersebut. Pemetaan struktur dari semua dari Formasi memperlihatkan

sumbu pendek antiklin yang berarah timurlaut –baratdaya. Hasil interpretasi data

seismik 2D tampak bahwa struktur “SBS” terpisah dengan Lapangan Mambang

Sebasa di sebelah barat oleh sesar normal minor berarah timurlaut - baratdaya .

2.2.3.2 Evaluasi Reservoar

Batuan reservoar obyektif utama pada Lapangan “SBS” adalah lapisan batupasir

Formasi Talangakar sedangkan obyektif sekunder berupa lapisan batupasir

Formasi Lahat, sertaBasement fracture.

Batuan yang berperan sebagai batuan penyekat bersifat regional, dijumpai sebagai

shale yang tebal dari Formasi Gumai (GUF). Penyekat internal dijumpai berupa

batuserpih (shale) terdapat pada intra-formasi (interkalasi) di dalam tiap-tiap zona

(24)

2.2.3.3 Batuan Reservoar

Sebagai reservoar utama di sumur “SBS-01”adalah batupasir Formasi Talangakar

Bawah TAF & GRM yang terbukti menghasilkan gas di sumur MGS-1 dan 2.

Pada program pemboran diharapkan mendapatkan batuan reservoar pada Formasi

Talangakar (TRM & GRM) serta Formasi Lahat (LAF). Sebagai

pembanding/korelasi di sumur MGS-2 pada interval Formasi Lahat (LAF)

ditemukan indikasi hidrokarbon.

Zona obyektif sumur SBS-01 yang berkembang cukup baik adalah : lapisan

batupasir Formasi Talangakar Bawah (TAF-GRM) di interval kedalaman 1553 –

1558.5 mblb dan 1595-1606 mblb. Pada lapisan batupasir Formasi Lahat (LAF) di

interval kedalaman 1690 –1696 m, 1720 m –1724.5 m, 1852.5 –1855.5 m, 1950

–1956.5 m, 1959 m – 1963 m, 1984– 1990.5 m, 2150.5 m - 2156 m dan 2164–

2166 m sedangkan pada basement sampai kedalaman 2240 mblb masih batuan

slate dan tidak didapatkan zona rekahan (fracture).

2.2.3.4 Batuan Induk

Batuan induk diperkirakan berasal dari batuan serpih Formasi Lahat dan

Talangakar di bagian dapur (kitchen) dari Dalaman Pigi yang terletak di sebelah

selatan atau Dalaman Karangringin di sebelah utara prospek SBS.

2.2.3.5 Migrasi dan Mekanisme Pemerangkapan

Dengan mengasumsikan dapur hidrokarbon berada di bagian selatan dan utara

prospek, dan prospek SBS pada kala eosen – miosen akhir tetap berupa dalaman,

(25)

16 pemerangkapan hidrokarbon terjadi sejak terbentuknya struktur antiklin SBS,

yaitu sejak terjadinya pelipatan akibat tektonik pleistosen. Migrasi mencapai

puncaknya diperkirakan sekitar 5 juta tahun yang lalu, yaitu saat pematangan

batuan induk sudah mencapai maksimum.

2.2.3.6 Batuan Penyekat (Seal Rock)

Batuan penyekat regional dari Cekungan Sumatera Selatan adalah serpih Formasi

Gumai, namun pada prospek SBS yang berperan sebagai penyekat efektif adalah

perselingan antara serpih dan pasir dari masing-masing formasi. Pada Formasi

Lahat, perselingan batupasir dan serpih tufaan merupakan kombinasi yang baik

antara reservoar dan penyekat intraformasi. Demikian pula pada Formasi

Talangakar, perselingan serpih dan batupasir intra-formasi berperan sebagai

(26)

3.1. Konsep Reflek

Prinsip dasar metode

getaran pada lokasi pe

dinamit atau suatu pem

yang dihasilkan oleh sum

sebagai fungsi wakt

permukaan yang sebe

oleh receiver akan m

permukaan dalam be

variasi fasa.

BAB III

TEORI DASAR

eksi Gelombang Seismik

ode seismik, yaitu menempatkan geophone se

si penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulka

pemberat yang dijatuhkan ke tanah(Weight Drop

h sumber menyebar ke segala arah dan direkam

aktu yang dapat memperkirakan bentuk

benarnya (Gambar 3). Hasil gelombang seism

n membawa informasi mengenai litologi dan

bentuk waktu rambat (travel time), amplitudo

sebagai penerima

bulkan oleh ledakan

rop).Gelombang

kam oleh geophone

uk lapisan bawah

smik yang terekam

dan fluida bawah

(27)

18 3.2. TraceSeismik

Setiap trace merupakan hasil konvolusi sederhana dari reflektivitas bumi dengan

fungsi sumber seismik ditambah dengannoise(Russel, 1996).

S(t) = w(t) * r(t) + n(t)... (1)

dimana, S(t) = trace seismik

w(t) = wavelet seismik

r(t) = reflektivitas bumi, dan

n(t) =noise

3.3. Impedansi Akustik (IA)

Impedansi Akustik (IA) dapat didefinisikan sebagai sifat fisis batuan yang

nilainya dipengaruhi oleh jenis litologi, porositas, kandungan fluida, kedalaman,

tekanan dan temperatur. Berdasarkan pengertian tersebut, maka IA dapat

digunakan sebagai indikator jenis litologi, nilai porositas, jenis hidrokarbon dan

pemetaan litologi dari suatu zona reservoar.

IA secara matematis dapat dirumuskan sebagai :

V IA  ρ.

... (2)

dengan

ρ : densitas

V :kecepatan gelombang seismik

Pemantulan gelombang seismik akan terjadi jika ada perubahan atau kontras IA

antara lapisan yang berbatasan. Perbandingan antara energi yang dipantulkan

(28)

(

akustik seismik mem

dengan resolusi vertika

resolusi vertikal yang

Gambar 4. Hubunga

3.6. Seismik Atribu

Seismik Atribut adal

2 ) tan

(da gKR ...

...

i IA1 : Impedansi akustik l

sien Refleksi IA2 : Impedansi akustik l

dapat diperkirakan dari harga amplitudo r

plitudo refleksi, maka semakin besar kontras IA

emberikan resolusi lateral yang bagus (12,5

rtikal yang buruk (5-10 m) sedangkan IA sum

ng sangat baik (s/d 0,15 m), tetapi resolusi later

gan antara amplitudo, reflektivitas, dan kontras 1999)

but

dalah segala informasi yang diperoleh dari da

(29)

20 diperlukan untuk memperjelas anomali yang tidak terlihat secara kasat mata

pada data seismik konvensional. Analisis seismik biasanya digunakan untuk

memprediksi sifat reservoar seperti porositas, vshale, water saturation, dll,

berdasarkan masukan data atribut seismik. Algoritma di dalam multiatribut

analisis cukup beragam.

Atribut seismik merupakan pengolahan data seismik yang cukup baik untuk

menggambarkan citra seismik yang lebih baik dan pengukuran zona-zona yang

menarik serta untuk menentukan struktur atau lingkungan pengendapan (Chopra

dan Marfurt, 2005). Seismik Atribut merupakan sifat kuantitatif dan deskriptif

dari data seismik yang dapat didisplai pada skala yang sama dengan data seismik

konvensional (Barnes, 1999). Seismik merupakan derivatif suatu pengukuran

seismik dasar (Brown, 2000).

Untuk menampilkan zona-zona yang menarik secara langsung dari citra seismik,

diperlukan keahlian untuk memilih dan atribut menentukan atribut yang tepat.

Anomali brightspot merupakan contoh atribut seismik yang secara langsung

berhubungan dengan parameter yang menarik, karena biasanya terdapat

kandungan gas di dalamnya.

Salah satu sinyal seismik yang umummya digunakan untuk mendapatkan

informasi reservoar adalah amplitudo. Pendekatan interpretatif untuk

mengevaluasi reservoar dari atribut amplitudo menggunakan asumsi yang

sederhana, yaitu brightspot pada peta seismik yang didasarkan pada besar

kecilnya amplitudo yang akan lebih tinggi bila saturasi hidrokarbon tinggi,

(30)

komplikasi tuning effect). Secara umum bahwa semakin terang brightspot

(semakin nyata kontras amplitudo) semakin bagus prospeknya.

3.6.1. AtributStructural Smoothing

Atribut ini mengoperasikan smoothing dari sinyal input yang dipandu oleh

struktur lokal dan berguna untuk meningkatkan kemenerusan reflektor seismik.

Perhitungan utamanya, yaitu komponen dip dan azimut yang digunakan untuk

menentukan struktur lokal. Gaussian smoothing lalu diaplikasikan sejajar dengan

orientasi struktur ini (Randen, 2002). Structural smoothing lebih baik dalam

menampilkan reflektor seismik dibandingkan dengan penampang seismik

konvensional. Atribut ini juga dapat digunakan untuk membantu dalam penarikan

horizon target karena tampilan seismik yang dihasilkan oleh atribut ini dapat

memperjelas kemenerusan reflektor seismik.

3.6.2 AtributVariance

Atribut varian merupakan kebalikan dari koherensi. Atribut ini dihitung dalam 3D

yang mewakili trace ke trace untuk melacak variabilitas pada interval sampel

tertentu. Oleh karena itu menghasilkan perubahan lateral yang ditafsirkan dalam

impedansi akustik. Jejak yang sama menghasilkan koefisien variansi yang rendah,

sedangkan diskontinuitas memiliki koefisien tinggi. Karena kesalahan dan

channeldapat menyebabkan diskontinuitas dalam satuan batuan sekitar.

Dikutip dari artikel Waluyo pada tahun 2006 bahwa variance (S) secara bebas

dapat diartikan sebagai ragam nilai suatu data. Ide atribut variance berasal dari

(31)

22 ... (5)

Sebenarnya variance hanya menyoroti variasi vertikal pada impedansi akustik.

Atribut ini membandingkan jejak samping satu sama lain pada setiap posisi

sampel. Jika ada perbedaan itu mungkin karena kesalahan atau adanya ataranoise.

Penggunaan atribut ini harus diaplikasikan dengan structural smooth attribute

untuk menguranginoise.

3.6.3. AtributIsochron Thickness

Atribut ini diartikan sebagai perbedaan waktu antara dua horizon. Biasanya

diukur dalam unit horizon input (milisecond dalam domain waktu dan feet/meter

dalam domain kedalaman). Menurut metode permukaan, atribut ini menggunakan

model permukaan atas dan bawah dari lapisan bawah tanah yang numerik, diinput

dalam volume data seismik dengan tepi permukaan planar yang menghubungkan

peristiwa refleksi dari berbagai arah pada 3D jejak seismik. Atribut isochron

menghitung jumlah isochron penebalan atau penipisan suatu layer ke arah dip

dan azimut perubahan ketebalan maksimum.

3.6.4. Atribut Intensitas Refleksi (Reflection Intensity)

Intensitas refleksi adalah rata-rata amplitudo sebuahwindowyang ditentukan yang

dikalikan dengan interval sampel. Atribut ini berguna untuk delinasi sifat atribut

ketika mempertahankan tampilan frekuensi dari data seismik aslinya.

(32)

3.6.5. Atribut Selub

Atribut selubung (env

yaitu nilai amplitudon

seismik. Bila amplitudony

bermanfaat untuk m

,akumulasi gas, bat

perubahan lingkungan p

ubung (Envelope)

nvelope) merepresentasikan total energi sesaat (

udonya bervariasi antara nol sampai amplitudo

tudonya tinggi, maka energi juga akan demikia

Env = ² + ² ...

iner

andingan antara tras seismik danenvelope(Sukm

hubungan langsung dengan kontras impedansi a

uk melihat kontras impedansi akustik, anom

batas sekuen, ketidakselarasan lapisan, perub

an pengendapan.

at (instantaneous),

udo maksimum tras

(33)

24

Amplitudo rms merupakan akar dari jumlah energi dalam domain waktu

(amplitudo dikuadratkan). Karena nilai amplitudo diakarkan sebelum

dirata-ratakan, maka amplitudo RMS sangat sensitif terhadap nilai amplitudo yang

ekstrem. Juga berguna untuk melacak perubahan litologi yang ekstrim seperti

pada kasus pasir gas danchanel deltaic. Dengan persamaan,

...………...……(7) dimana : N = jumlah sampel amplitudo pada jendela analisis

a = besar amplitudo

Gambar 6. Ilustrasi penghitungan amplitudo RMS (Sukmono, 2007.)

3.6.7. Atribut Frekuensi Sesaat (Instantaneous Frequency)

Fekuensi Sesaat merepresentasikan besarnya perubahan Fasa Sesaat terhadap

waktu atau sebagaislopejejak Fasa yang diperoleh dari turunan pertama dari Fasa

(34)

dengan : ω (t) = frekuensi sesaat ( )= jejak seismik imajiner ( ) = jejak seismik riil

Gambar 7. Perubahan dari puncak ke palung pada jejak seismik dengan

perhitungan frekuensinyquist(Sukmono, 2007)

Frekuensi sesaat memiliki rentang frekuensi dari (–) Frekuensi Nyquistsampai (+)

Frekuensi Nyquist, tetapi sebagian besar Frekuensi Sesaat bernilai positif.

Frekuensi sesaat memberikan informasi tentang perilaku gelombang seismik yang

mempengaruhi perubahan frekuensi seperti efek absorbsi, rekahan, dan ketebalan

sistem pengendapan. Atenuasi gelombang seismik ketika melewati reservoir gas

dapat dideteksi sebagai penurunan frekuensi, fenomena ini lebih dikenal dengan

low frequency shadow”(Barnes, 1999). Hilangnya frekuensi tinggi menunjukkan

daerahoverpressure.

3.6.8 Atribut Fase Sesaat (Instantaneous Phase)

Fasa Sesaat merupakan sudut di antara fasor (rotasi vektor yang dibentuk oleh

komponen riil dan komponen imajiner dalam deret waktu) dan sumbu riil sebagai

fungsi dari waktu dan selalu mempunyai nilai antara -1800 s.d. + 1800. Dalam

(35)

26 fasa sesaat berubah da

tajam dari +180oke 180

Gambar 8. Perubaha mengha real be

Secara matematis, pe

sebagai berikut :

ahan dari puncak ke palung pada jejak seismik m nghasilkan Fasa Sesaat antara 0–180 derajat. Pa

berfasa–180 derajat s/d 180 derajat (Sukmono, 200

persamaan untuk Instantaneous Phase (fasa se

θ (t) = tan-1 [ ( )

( ) ] ...

= fasa sesaat ( )= jejak seismik imajine

( ) = jejak seismik riil

seismik, Instantaneous Phase (fasa sesaat) di

s lapisan secara lateral, ketidakmenerusan,

san, dan digunakan untuk menghitung kecepata

26 at “terlipat tajam”

ik memiliki (a) . Palung seismik ono, 2007).

sesaat) dituliskan

(36)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Pertamina EP Asset 2 dengan studi kasus pada Lapangan ”SBS” yang terletak pada jalur Sesar Lematang yang membentuk

antiklinorium dan yang memanjang dari Pendopo hingga Mambang Sebasa.

Struktur daerah studi berada pada Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatera

Basin)yang secara geografis dibatasi oleh Selat Malaka di bagian timur, Tinggian

Tigapuluh di bagian utara dan bentangan Bukit Barisan di bagian baratnya.

Penelitian dimulai pada tanggal 14 Januari 2013 dan berakhir pada tanggal 5 April

2013 . Pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian sepenuhnya dilakukan di

PT. Pertamina EP Asset 2.

Tabel 1. Tabel waktu dan kegiatan penelitian

No

Bulan&

Minggu Januari Februari Maret April

Kegiatan 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1 Studi Literatur

2 Pengolahan Data

3 Pembahasan dan Analisis

(37)

28

4.2 Alat dan Data

Alat yang digunakan,

yang digunakan merupa

sonic, densitydangam

4.3 Metode Penelit

Langkah-langkah ker

data, pengikatan data

untuk kemudian dila

besar dapat dilihat pada

28

a

n, yaituWorkstationdansoftware Petrel 2009.1

rupakan data seismik 3D PSTM dan data sumur

gamma ray).

litian

kerja yang dilakukan dalam penelitian ini me

ta sumur (well seismic tie), penelusuran horizon,

dilakukan interpretasi. Langkah-langkah tersebut

pada diagram alir Gambar 9.

Gambar 9. Diagram alir penelitian

28

2009.1.Data seismik

ur SBS-01 (VSP,

meliputi persiapan

zon, dan pemetaan

(38)

4.3.1 Proses Pengikatan Data Sumur (Well Seismic Tie)

Pengikatan data sumur ke data seismik dilakukan untuk mengikatkan data sumur

yang terdapat dalam skala kedalaman terhadap data seismik yang terdapat dalam

skala waktu. Proses pengikatan data sumur terhadap data seismik dilakukan agar

horizon seismik dapat diletakkan pada posisi kedalaman yang sebenarnya. Proses

ini dilakukan dengan membuat suatu seismogram sintetik yang dihasilkan dari

konvolusiwaveletdengan deret koefisien refleksi.

Langkah selanjutnya adalah mendapatkan koefisien refleksi berdasarkan log

acoustic impedance, yang merupakan perkalian antara log sonic (kecepatan) dan

log density. Koefisien refleksi kemudian dikonvolusikan dengan wavelet untuk

mendapatkan trace seismogram sintetik. Trace seismogram sintetik yang didapat

dikorelasikan dengan trace seismik sampai mendapatkan kecocokan atau kemiripan.

Pada proses ini juga perlu diperhatikan adalah wiggle antara seismik dan seismogram

sintetiknya baik dari pola maupun besarnyawiggletersebut.

Gambar 4.2 Proseswell seismic tie

Log P-wave

Seismogram Sintetik Log Density

Log Acoustic Impedance

Wavelet Koefisien Refleksi Konvolusi

Well Seismic Tie Korelas

i

baik Ya

(39)

30

membatasi zona inte

akan mengontrol prose

menentukan kualitas

didapatkan bahwa Pi

crossingdiwigleseism

Gambar 11. P

4.3.3. Proses Atribut

Pemilihan beberapa a

menentukan hasil ak

30

usuran Horizon (Picking Horizon)

sintetik dan data sumur diikat dengan data se

melakukanpicking horizon yang dipandu oleh

lakukan pada batas horizon 1190.03 m (Top T

1556.40 m (Bottom TAF). Penentuan batas ini di

nterpretasi pada formasi talangakar. Horizon

proses interpretasi secara lateral. Dalam hal ini

tas hasil akhir interpretasi. Berdasarkan ha

Picking Top dan Bottom layer TAF jatuh pa

ismik seperti yang terlihat pada Gambar 11.

11. Posisi picking topdan bottom TAFpadainline

ut Seismik

a atribut yang digunakan memegang peranan

akhir interpretasi data. Dalam penelitian ini,

30

seismik, langkah

eh data sumur well

TAF) dan batas

ni dilakukan untuk

on yang diperoleh

l ini horizon akan

n hasil well-tie ,

pada peak dan

z-neseismik

nan penting dalam

(40)

yang structural smoothing, variance, isochron thickness, reflection intensity,

envelope, RMS, instantaneous phase dan instantaneous frequency. Pemilihan

atribut structural smoothing dan variance digunakan agar dapat memperjelas

bentuk sesar. Atribut isochron thickness digunakan untuk melihat ketebalan

lapisan dan analisis arah pengendapan. Atribut reflection intensity, envelope,

RMS, instantaneous phase dan instantaneous frequency berguna untuk analisis

pengendapan dan zona prospek hidrokarbon berdasarkan parameter nilai

amplitudo dan frekuensi.

4.3.4. Proses Pemetaan

Setelah proses ekstrak atribut dilakukan, langkah selanjutnya adalah analisis

pemetaan pada kedalaman tertentu untuk melihat penyebaran lapisan secara

lateral. Sehingga dari hasil pemetaan tersebut dapat dilakukan interpretasi zona

(41)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Prospek SBS memiliki perangkap struktur berupa antiklin danfault.

2. Berdasarkan peta atribut analisis pengendapan, proses pengendapan yang

terjadi pada prospek SBS mengacu pada teori kenaikan muka air laut relatif

berarah tenggara - baratlaut .

3. Berdasarkan peta atribut frekuensi sesaat didapatkan 3 zona prospek

hidrokarbon yang memiliki nilai frekuensi rendah yaitu 15-30 Hz.

4. Berdasarkan peta atribut envelope didapatkan 3 zona prospek hidrokarbon

yang memiliki nilai envelope (amplitudo sesaat) yang tinggi yaitu 25.000 –

50.000 .

5. Berdasarkan peta atribut RMS didapatkan 2 zona prospek hidrokarbon yang

memiliki nilai amplitudo rata - rata yaitu 15.000–25.000 .

6. Berdasarkan peta atribut reflection intensity didapatkan 3 zona prospek

hidrokarbon yang memiliki nilai intensitas refleksi yaitu 30 - 50.

7. Seluruh zona – zona prospek yang didapatkan dari masing – masing peta

(42)

8. Berdasarkan peta struktur waktu bottom TAF, zona prospek hidrokarbon

berada pada kedalaman 1500–1800 m.

6.2 Saran

Perlu dilakukannya inversi seismik untuk memperkuat dugaan zona prospek dari

beberapa peta atribut seismik yang digunakan pada penelitian ini. Inversi yang

dilakukan akan membantu untuk analisis sifat batuan pada prospek SBS seperti

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, A. E., 1999, Seismic Attributes : past, present and future, SEG 1999

Expanded Abstracts.

Brown, A.R., 2000, Interpretation of Three-Dimensional Seismic Data, AAPG

Memoir 42.

Chopra, Satinder dan Marfurt, K.J., 2005, Atribut Seismik for Seismic

Interpretation in the X Field, Jurnal SBGF sociedade Brasileira de

Geofisica.

Kurniawan, Aan., 2012,Study Pencitraan Bawah Permukaan Bumi Menggunakan

Metode Pre Stack Depth Migration (PSDM) pada Lintasan AK-213 di

Daerah Jawa Timur Bagian Utara, Skripsi Jurusan Teknik Geofisika

Unila, Lampung.

Madanya dan Katerina., 2011, Pemetaan Horizon N3 dan P7 Formasi TAF

Lapangan “BINGS” dengan Data 3D Seismik, Laporan KP Mahasiswa

ITB, Bandung.

Randen, 2002,Help Menu in Petrel, Schlumberger.

Russel, B., 1996.Introduction to Seismic Inversion Methods. SEG: USA

Sukmono, S., 1999, Interpretasi Seismik Refleksi,Lab. Teknik Geofisika, Institut

(44)

Sukmono, S., 2007, Diktat KuliahSeismik Atribut untuk Karakterisasi Reservoar,

Laboratorium Geofisika Reservoar, Jurusan Teknik Geofisika, Institut

Teknologi Bandung, Bandung.

Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990. Applied Geophysics, New

York: Cambridge University Press.

Waluyo, 2006, Analisa Atribut Seismik dan Inversi pada Lapangan Indah,

Universitas Indonesia, Jakarta.

Wibowo, N.C., Triwerdhana, A., Putra, D.H., Mizani, Y.A., Syamsudin, I.F.,

2006, Laporan Pasca Pengeboran Sumur Eksplorasi, PT Pertamina EP,

Jakarta.

Wibowo, Rahmat C., 2011, Karakteristik Reservoir Layer BRF dan Layer A

(BRF) dengan Menggunakan Metode Inversi Impedansi Akustik dan

Neural Network pada Lapangan “ICL”, Skripsi Jurusan Teknik Geofisika

(45)

GLOSARIUM

Mblb : Satuan ukuran kedalaman (meter bawah lantai bor) yang diukur

berdasarkan kedalaman pemboran.

Mbpl : Satuan ukuran kedalaman (meter bawah permukaan laut) yang diukur

berdasarkanmean sea level.

MD : Measure Depth (kedalaman pengukuran) yang diukur berdasarkan

elevasi DF bukan KB.

TVD : True Vertical Deph (kedalaman vertikal sebenarnya) yang diukur

berdasarkan muka air laut (mean sea level).

TVD SS : True Vertical Depth (kedalaman vertikal sebenarnya) maksimum,

artinya kedalaman maksimal/kedalaman paling dalam yang dapat

Gambar

Gambar 1. Lokasi Laapangan “SBS” pada Cekungan Sumsel (Laporporan Pengeboran
Gambar 2. Kololom Lithostratigraphy Cekungan Palembangng dan zona
Gambar 3. Skeketsa partisi refleksi gelombang seismik (Russeussel, 1996)
Gambar 4. Hubungagan antara amplitudo, reflektivitas, dan kontras 1999)as IA (Sukmono,
+7

Referensi

Dokumen terkait