ANALISIS PENGARUH KEBERADAAN PASAR MODERN
(MINIMARKET DAN SUPERMARKET) TERHADAP
KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL
( Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)
Oleh
RISNANDA JUNIAWAN Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAN SUPERMARKET) TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)
Oleh
RISNANDA JUNIAWAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh jarak, dan perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan dan wawancara langsung kepada 66 warung responden yang terkena dampak langsung dan tidak langsung masyarakat di Kecamatan Rajabasa, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung serta artikel-artikel yang tekait dengan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitan diperoleh bahwa keberadaan pasar modern
berpengaruh secara signifikan, jarak dan perbedaan produk memiliki pengaruh positif pada keuntungan usaha warung tardisional. jarak dan perbedaan produk memiliki pengaruh positif pada keuntungan usaha warung tardisional. Sedangkan jarak pasar modern yang berdekatan dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap penurunan keuntungan usaha, sedangkan pemilik warung yang memiliki perbedaan produk dengan pasar modernmemiliki pengaruh yang positif terhadap keuntangan usaha warung tradisional karena dapat meningkatkan keuntungan warung apabila warung memiliki perbedaan produk dengan pasar modern. Dan dalam hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan pasar modern berpengaruh negatif terhadap
keuntungan pemilik warung tradisional dengan alasan karena kedekatannya jarak, kelengkapan produk pasar modern, Sehingga bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap warung tradisional.
DAFTAR ISI
D. Kegunaan Penelitian... 10
E. Kerangka Pikir ... 11
F. Hipotesis ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Ekonomi Industri ... 14
1. Faktor Industri ... 15
2. Kinerja Perusahaan ... 16
B. Pengertian Pasar ... 17
C. Pasar Modern dan Pasar Tradisional ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 34
A. Jenis dan Sumber Data ... 34
B. Metode Pengumpulan Data ... 35
C. Metode Analisis ... 35
1. Uji Validitas ... 36
2. Uji Reabilitas ... 36
3. Uji Perbedaan dua rata-rata ... 37
D. Penentuan Jawaban Skor Responden ... 38
E. Objek Penelitian ... 39
F. Variabel Penelitian ... 39
G. Populasi dan Sampel ... 40
H. Gambaran Umum Kecamatan Rajabasa ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Karakteristik Responden ... 46
B. Analisis Data ... 48
1. Uji Validitas ... 48
2. Uji Reabilitas ... 48
3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 49
C. Data Hasil Pernyataan Responden ... 50
D. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja
perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan
mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi pengangguran, mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Menciptakan lapangan kerja
merupakan tujuan dari menyelesaikan permasalahan dalam ekonomi, sehingga
harus diterapkan atau dilakukan agar dapat mensejahterakan kehidupan
masyarakat atau paling tidak mampu menangani permasalahan dalam ekonomi.
Permasalahan ekonomi merupakan permasalah yang tidak lepas dijumpai oleh
masyarakat. Oleh karena itu, penanganan masalah ekonomi harus dilakukan
dengan serius, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilakukan
secara terpadu.
ketika banyaknya industri-industri besar harus mengurangi jumlah tenaga
kerjanya yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Pengurangan jumlah tenaga
kerja tersebut menimbulkan keresahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang
berlebihan, memicu bertambahnya angka pengangguran dikarenakan permintaan
tenaga kerja di pasar tenaga kerja yang semakin terbatas. Berbeda dengan sektor
mampu bertahan. Sektor informal memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh
sektor perekonomian yang lain, yaitu penggunaaan bahan baku domestik dengan
tujuan pasar dalam negeri dan dinilai dapat menjadi penopang perekonomian
Indonesia.
Salah satu contoh sektor perekonomian di bidang informal adalah warung
tradisional atau biasa disebut warung rumah tangga atau warung kelontong. Selain
mudah untuk mendirikan sebuah warung tradisional dengan modal yang tidak
besar, bidang informal ini berpotensi untuk menjadi salah satu bidang usaha yang
menghasilkan keuntungan secara langsung. Usaha warung tradisional secara
umummerupakan bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat
menyerap tenaga kerja.
Seiiring berkembangnya jaman, warung tradisionalsemakin lama semakin
mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena munculnyapasar modern yang
dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel.Industri ritel modern telah
berkembang pada tahun 1960-an tepatnya padatahun 1964 yang ditandai dengan
berdirinya Sarinah building. Industri ini mulaimenampakkan pertumbuhannya
dari tahun 1970-1977 dengan adanya perubahanjenis gerai misalnya supermarket,
department store dan sebagainya. Pada awalnyabisnis ritel modern ini didominasi
oleh peritel dalam negeri seperti Matahari,Ramayana, Hero, dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1998terjadi kesepakatan antara IMF
dengan pemerintah Indonesia mengenai perjanjianperitel asing untuk dapat
berinvestasi atau membuka gerai tanpa harusbekerjasama dengan peritel lokal.
maupun asing karena Indonesia memiliki potensimarket share yang sangat besar
dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat didunia setelah Cina, Amerika dan
India yakni lebih dari 220 juta penduduk,sehingga banyak peritel baik lokal
maupun asing mengincar pasar ritel diIndonesia untuk memperoleh keuntungan
yang sangat besar (Cipto, 2009).
Salah satu ritel modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di Indonesia
saat ini adalah minimarket dan supermarket dengan konsep waralaba atau
franchise.Tumbuh pesatnya minimarket dan supermarket ke wilayah pemukiman,
saat itu lebih menjadi alternatif dari warung tradisional yang identik dengan
kondisi tempat yang kecil, Fasilitas kenyamanan dalam pelayanan yang kurang.
Namun sekarang ini kondisinya sudah banyak berubah, Minimarket dan
Supermarket banyak bermunculan di mana-mana. Kondisi ini muncul sebagai
konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. sebagai konsumen,
masyarakaat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas belanja. Kondisi ini
ditambah dengan semakin meningkatnya tingkat pengetahuan, pendapatan, dan
jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan dengan waktu yang
terbatas.
Konsumen menuntut peritel untuk memberikan “nilai lebih” dari setiap sen uang
yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika
tidak ingin ditinggal pelangganya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa
keberadaan pasar modern dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya
hidup yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi
Supermarket, Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut
menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya.
Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan
bawah mengeluh. Dari beberapa Minimarket dan Supermarket tersebut saling
menawarkan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik dari warung tradisional yang
ada, selain itu mereka juga menawarkan harga yang relatif lebih rendah, variasi
barang yang banyak, tempat belanja yang nyaman. Mereka saling berusaha untuk
menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas menurut persepsinya
sendiri-sendiri. Minimarket dan Supermarket juga berlomba-lomba untuk memberikan
kelengkapan & ketersediaan produk yang dijual, kualitas produk yang di jual,
kesan terdapat produk-produk import, kesan terdapatnya produk-produk yang baru
dipromosikan, kondisi harga dibandingkan dengan Minimarket atau pasar di
sekitarnya, potongan harga (discon) yang diberikan, terdapatnya paket-paket
khusus dengan harga khusus, letak yang strategis, suasana di dalam Swalayan,
kebersihan ruangan, penataan dan pengelompokan produk, program promosi yang
diselenggarakan, promosi di media cetak dan elektronik, hadiah atau undian yang
diberikan, area parkir yang tersedia, keramahan pelayanan (kasir, pelayan toko
dll), dan adanya papan petunjuk harga untuk memudahkan dalam mencari produk
sehingga membuat para konsumen lebih tertarik berbelanja kepasar modern.
Berbeda dengan Minimarket dan Supermarket, Warung-warung tradisional di
Rajabasa yang lebih dulu ada dibandingkan Minimarket dan Supermarket yang
sekarang ada secara tidak langsung merasakan dampak dari kehadiran Minimarket
dan memilih belanja di Minimarket maupun Supermarket dengan alasan lebih
lengkap dan nyaman atau sekedar melihat-lihat, meskipun sebenarnya
produk-produk yang ada di Minimarket atau Supermarket pun tersedia di warung
tradisional. Selain itu ruang bersaing pedagang warung tradisional kini juga mulai
terbatas, kalau selama ini warung tradisional dianggap unggul dalam memberikan
harga relatif rendah untuk banyak komoditas. Dengan fasilitas belanja yang jauh
lebih baik skala ekonomis pengecer modern yang cukup luas dan akses langsung
mereka terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka
sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah.
Sebaliknya pedagang warung tradisional, mereka umumnya mempunyai skala
yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli
barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang tradisional pun
kini mulai terkikis. Keunggulan warung tradisional selama ini didapat dari lokasi,
karena masyarakat lebih senang berbelanja warung atau toko-toko yang lokasinya
lebih dekat. Akan tetapi pusat-pusat perbelanjaan seperti Minimarket dan
supermarket terus berkembang memburu lokasi yang potensial, dengan semakin
marak dan tersebarnya lokasi Minimarket dan supermarket maka keunggulan
lokasi warung-warung tradisional juga akan hilang, kedekatan lokasi kini tidak
dapat lagi dijadikan sumber keunggulan yang berkelanjutan. Di sini diperlukan
peran pemerintah untuk membantu pedagang pasar tradisional agar dapat bersaing
dengan Minimarket dan Supermarket agar keberadaanya tidak tersingkirkan,
seperti yang tertera pada Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 yang
berisi pusat perbelanjaan dan toko modern harus mempertimbangkan kondisi
menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan, memperhatikan jarak antara
Hypermarket dengan pasar tradisional yang ada sebelumnya, menyediakan area
parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1(satu) unit kendaraan roda empat
untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan pusat
perbelanjaan dan atau toko modern yang menyediakan fasilitas yang menjamin
pusat perbelanjaan dan toko modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib
dan ruang publik yang nyaman.
Daerah tujuan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Rajabasa Kota Bandar
Lampung. Dengan luas daerah 1.302 ha, dan jumlah penduduk pada tahun 2011
yaitu 43.727 jiwa (BPS Kota Bandar Lampung, 2011), Kecamatan Rajabasa
adalah daerah yang memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu
perumahan dan pemukiman. Dari keragaman tempat tinggal penduduk yang
dimiliki oleh Kecamtan Rajabasa menjadi faktor pendorong pengusaha pasar
modern untuk mendirikan usahanya di Kecamatan Rajabasa.
Berdasarkan data BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perizinan) dan data
primer yang dikelolah oleh penulis jumlah minimarket dan supermarket per-
Kecamatan di Kota Bandar Lampung tahun 2012 di lampirkan dalam tabel
Tabel 1. Jumlah Minimarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012
NO Nama
Kecakamatan
Nama Minimarket
jumlah Indomart Alfamart Chamart Lokal
1 Tanjung Krang Timur 8 5 2 4 19
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung 2012
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah minimarket di kota Bandar
Lampung adalah sebanyak 162 unit minimarket dan dari data tabel diatas terlihat
bahwa Kecamatan Kedaton menduduki posisi pertama dengan jumlah minimarket
terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 22 gerai dari total 162 gerai
yang ada di kota Bandar Lampung dan Kecamatan Rajabasa memiliki 11 unit
minimarket. Selain minimarket Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi
Lampung juga memiliki supermarket yang tersebar di beberapa Kecamatan.
Banyaknya supermarket yang ada dibeberapa Kota Bandar Lampung dapat kita
Tabel 2. Jumlah supermarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012
Sumber: Data Primer, 2012 (diolah)
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah supermarket di kota Bandar
Lampung adalah sebanyak 13 unit supermarket dan dari data tabel diatas terlihat
bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat menduduki posisi pertama dengan
jumlah supermarket terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 8 gerai
dari total 13 gerai yang ada di kota Bandar Lampung, dan dalam lokasi penelitian
ini yaitu Kecamatan Rajabasa memiliki 1 gerai supermarket.
Jenis atau nama-nama supermarket yang ada di kota Bandar Lampung terdiri dari:
Simpur Center, Chandra Super-Store, Central Plaza Lampung (yang terdiri dari
Hypermart dan Matahari), Gelael, Giant, Mal Kartini (terdiri dari Giant dan
Sesuai latar belakang masalah, dapat diketahui bahwa Kecamatan Rajabasa
memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu perumahan dan pemukiman
yang menjadi salah satu faktor pendorong pengusaha pasar modern untuk
mendirikan usahanya. Sedangkan di lokasi penelitian ini sudah cukup banyak
terdapat warung tradisional. Dengan demikian dari faktor-faktor yang telah
disebutkan diatas mendorong dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Keberadaan Pasar Modern (minimarket dan supermarket) terhadap
keutungan usaha warung tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota
Bandar Lampung)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan dalam penelitian ini,
maka permasalahan yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha
warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?
2. Bagaimanakah pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap
keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?
3. Bagaimanakah pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan
pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha
2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap
keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.
3. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan pasar modernterhadap keuntungan
pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Teoritis
a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai keberadaannya pasar modern terhadap usaha-usaha tradisional.
b. Bagi peneliti lain, bahwa penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah
pengetahuan dan untuk meneliti lebih lanjut dengan menggunakan variabel
lain.
c. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk sarana pengembangan ilmu
penetahuan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dengan
adanya pasar modern yang semakin berkembang terutama diwilayah-wilayah
pemukiman.
b. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan kebijakan atau ijin pendirian pasar modern yang baru
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akanmenganalisis perubahan keuntungan usaha warung tradisional
dengankeberadaan pasar modern (minimarket dan supermarket) di Kota Bandar
Lampung (studi kasus : Kecamatan Raja Basa). Pengaruh tersebutdilihat dari
jarak, dan perbedaan produk yang nantinya mempengaruhi perubahan keuntungan
usaha warung tradisional. Variabel dependen dalam model ini yaitu keuntungan
usaha warung tradisional. Keuntungan terdapat dua jenis, yaitu keuntungan bisnis
dan keuntungan ekonomis. Keuntungan bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan
suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan
ekonomis adalah total penerimaan yang diterima oleh suatu perusahaan setelah
dikurangi biaya-biaya eksplisit dan implisit. Keuntungan merupakan tujuan utama
dari produsen yang didapat dari pendapatan yang mereka terima. Jarak kedekatan
berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional berpengaruh
positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, sehingga
keuntungan yang didapat mengalami perubahan. Karena semakin dekat jarak
berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan
yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara
keduanya. Perbedaan produk yang dimiliki warung tradisional dari minimarket
dan supermarket mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang
diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki
perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka keuntungan yang
diperoleh warung cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan
minimarket dan supermarket tetapi dimiliki oleh warung tradisional inilah yang
dapat meningkatkan keuntungan.
Gambar 1
Skema Kerangka Pemikiran Teoritis
F. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian
yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau
lebih (J. Supranto, 1997).
Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan
studi empiris yang akan dilakukan berkaitan dengan penelitian ini, maka akan
diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat pengaruh jarak terhadap keuntungan usaha pemilik warung
tradisional di Kecamatan Rajabasa.
Perbedaan produk
Keuntungan Usaha Pasar Modern
(minimarket dan supermarket)
Jarak
Persaingan Usaha
2. Diduga terdapat pengaruh perbedaan produk terhadap keuntungan usaha
pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.
3. Diduga Rata-rata keuntungan pemilik warung tradisionalsetelah adanya pasar
modern lebih kecil dari sebelum adanya pasar modern.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi atas :
BAB I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan Penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan pustaka yang berisikan teori-teori yang berhubungan dengan
penulisan ini.
BAB III Metode penelitian yang berisi jenis dan sumber data, tekhnik
pengumpulan data, sampel, analisis, dan gambaran umum Kecamatan
Rajabasa.
BAB IV Pembahasan yang berisi pembahasan penelitian mengenai analisis
keuntungan usaha warung trdisional dengan keberadaan pasar modern
(minimarket dan supermarket) di Kota Bandar Lampung ( studi kasus
Kecamatan Rajabasa).
BAB V Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekonomi Industri
Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu
ekonomi industri membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisasi dan
bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri.
Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relative
menekan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar,
perilaku dan kinerja pasar. Ruang lingkup kajian ekonomi industri adalah
bagaimana industri diorganisir, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku perusahaan dan industri serta hubungannya dengan masyarakat pada
umumnya. Industrilisasi difokuskan dalam perspektif ‘ekonomi industri’ sekaligus
memotret bagaimana dinamika perkembangan industri Indonesia. Transformasi
dan strategi industrilisasi Indonesia terjadi perdebatan antara kelompok pro
efisiensi dan pro nasionalis, teknolog versus ekonom hingga
paradigmteknoekonomi. Metodologi ekonomi industri menggunakan pendekatan
popular yang menjelaskan kinerja organisasi dengan melihat hubungan antara
struktur industri, perilaku organisasi, dan kinerja organisasi, atau dikenal sebagai
1 . Faktor Industri
Analisa kondisi kompetisi pada level industri telah mendominasi upaya peneliti
dalam memahami dan meramalkan kinerja perusahaan selama dua puluh tahun
terakhir (Warren, 2002). Dominasi ini muncul dari pengaruh paradigma
Structure-Conduct-Performance (SCP) dalam ekonomi industri. Paradigma SCP beragumen
bahwa perilaku manajerial dalam strategi perusahaan (entry, differensiasi, pricing,
dll.) lebih banyak ditentukan oleh kondisi industri yang membatasai kemampuan
perusahaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari perusahaan-perusahaan
lain secara signifikan. Kondisi industri terkait dengan barriers yang menghalangi
perusahaan lain yang berniat memasuki atau meninggalkan industri, atau beralih
kepada supplier dan atau produk lain. Hambatan ini dapat berupa financial (seperti
biaya membangun kapasitas, mendapatkan akses pasar, membangun produk yang
kompertitif) atau yang bersifat strategik (memperkirakan tidak-balasan pesaing,
keengganan pelanggan untuk beralih dari supplier yang telah dipercayainya).
Implikasi SCP bagi manajemen strategik cukup berarti. Jika kondisi industri
mendominasi kinerja perusahaan, yang dapat dilakukan hanyalah memilih industri
yang atraktif, dan nasib manajer lebih banyak diukur dari profitabilitas yang
dicapai. Tidak ada peran lebih lanjut bagi manajemen. Pandangan ini didukung
oleh fakta bahwa banyak perusahaan yang gagal untuk menampilkan kinerja yang
lebih baik dari rata-rata industri, meraih profitabilitas yang signifikan dan
menyingkirkan para pesaing. Manajemen memiliki peran untuk berkiprah dalam
menentukan kinerja strategik perusahaan. Pertama, studi bidang strategi mengakui
bahwa kondisi industri masih menjadi salah satu faktor diperolehnya kinerja yang
hanya menjelaskan 15% dari varians dalam profitabilitas di antara sejumlah besar
perusahaan. Suatu hal yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana beberapa
perusahaan berhasil memperoleh untung atau lebih unggul dari lainnya.
Namun demikian, fakta adanya perusahaan yang gagal untuk unggul dalam
industri tidak serta-merta membuktikan bahwa kondisi industri mendominasi.
Kondisi ini juga bukan faktor tunggal yang mengubah melalui perubahan
manajemen. Alasan kedua, karena adanya perbedaan kinerja di antara perusahaan.
artinya unit bisnis juga punya andil dalam mencapai kinerja tertentu. Kegagalan
faktor – faktor industri untuk menjelaskan kinerja perusahaan menimbulkan
pertanyaan terhadap paradigma SCP sebagai basis dalam mengiden-tifikasi
peluang strategik atau memberi saran bagi manajemen bagaimana yang terbaik
untuk mengambil peluang tersebut. Kinerja merupakan fungsi langsung dari
sumberdaya strategik yang dimiliki atau yang dapat dikelola oleh perusahaan.
2 . Kinerja Perusahaan
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan di antaranya faktor
lingkungan bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan
politik, teknologi, sumber daya, pesaing, selera pelanggan dan pengelolaan
perusahaan. Dalam perspektif manajemen strategi, lingkungan merupakan faktor
kontekstual penting yang mempunyai dampak terhadap kinerja perusahaan
(Hamel & Prahalad, 1994). Lingkungan bisnis eksternal merupakan lingkungan
yang berada di luar organisasi, namun dipertim-bangkan dalam pengambilan
keputusan bisnis. Fisher (1998) menemukan faktor-faktor kontekstual lainnya
yang mempengaruhi kinerja yaitu teknologi, ketidak-pastian, strategi dan
mempengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu, lingkungan industri juga berperan
dalam mempercepat perubahan lingkungan yang akhirnya juga berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Lingkungan industri yang dimaksud adalah
bargaining power yang dimiliki oleh pembeli dan pemasok, masuknya pendatang
baru (new entrants) yang potensial, adanya barang substitusi, dan intensitas
persaingan perusahaan dalam industri (Porter, 1996: 22).
Pengukuran kinerja dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu pengukuran kinerja
keuangan (financial performance measurement) dan non keuangan (non-financial
performance measurement). Pada dasarnya aspek keuangan merupakan muara
segala keputusan, tindakan dan aktivitas manajemen. Namun ukuran yang
didasarkan hanya pada kinerje keuangan tidak dapat mengungkapkan kemampuan
organisasi (perusahaan) untuk menciptakan nilai ekonomik masa yang akan
datang (Kaplan, 1996). Walaupun beberapa peneliti memperlihatkan keprihatian
penggunaan tingkat pengembalian akuntansi (Fisher dan McGowan, 1983),
sebagian besar penelitian menganggap ukuran akuntansi dapat diterima.
B. Pengertian Pasar
Pasar merupakan tempat dimana sekelompok perusahaan (penjual) bertemu
dengan sekelompok pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa.
Ada lima fungsi pasar, yaitu :
a. Menetapkan nilai (sets value)
b. Pendistribusi barang
c. Pengorganisir produksi
d. Penyelenggara penjatahan (rationing)
C. Pasar Modern dan Pasar Tradisonal
1. Pasar Modern
menurut Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang
dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan,
sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada
konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern
antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko
mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang
dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan
barangbarang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang
dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian
terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi
persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya
mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar
modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah
dikenakan pajak). Adanya penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan
yang baik kepada konsumen menyebabkan banyak orang mulai beralih ke pasar
modern untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Macam-macam pasar modern
diantaranya (Philip Kotler, 2000) :
a. Minimarket: gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung
kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang
minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200 m2.
b. Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual,
Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200 m2 hingga 450
m2 dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang lebih mahal
dari harga minimarket.
c. Special store: merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga
konsumen tidak perlu pindah toko lain untuk membeli sesuatu harga yang
bervariasi dari yang terjangkau hingga yang mahal.
d. Factory outlet: merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang
menjual produk perusahaan tersebut, menghentikan perdagangan,
membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor satu.
e. Distro (Disribution Store): jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan
aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri.
f. Supermarket: mempunyai luas 300-1100 m2 yang kecil sedang yang besar
1100-2300 m2
g. Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada
pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau pemakaian
bisnis.
h. Super store: adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih
lengkap dan luas yang lebih besar dari supermarket
i. Hipermarket: luas ruangan di atas 5000 m2
j. Pusat belanja yang terdiri dua macam yaitu mall dan trade center.
2. Pasar tradisional
Pasar Tradisional adalah pasar yang dikelola dengan manajemen yang lebih
tradisional dan simpel daripada pasar modern, umumnya pasar tradisional tersebut
tradisional diantaranya yaitu warung rumah tangga, kios, toko kecil/toko
kelontong, padagang kaki lima dan sebagainya. Barang yang dijual disini hampir
sama seperti barang-barang yang dijual di pasar modern dengan variasi jenis yang
beragam. Tetapi pasar tradisional cenderung menjual barang-barang lokal saja dan
jarang ditemui barang impor. Karena barang yang dijual dalam pasar tradisional
cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang dijual pun mempunyai
kualitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-barang di pasar modern.
Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya mempunyai persediaan barang yang
jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan
dari konsumen. Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang
pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh
setiap pemilik usaha sendiri-sendiri. Selain itu, harga pasar selalu berubah-ubah,
sehingga bila menggunakan label harga lebih repot karena harus mengganti-ganti
label harga sesuai dengan perubahan harga yang ada dipasar.
D. Struktur Pasar
Struktur pasar ialah karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi sifat
kompetisi dan harga di dalam pasar (Bain, 1952). Struktur pasar juga dapat
didefinisikan lingkungan khusus dari suatu perusahaan, dengan karakteristik yang
berpengaruh terhadap penentuan harga dan output perusahaan. Unsur-unsur
struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, ukuran perusahaan,
hambatan masuk, dan integrasi vertikal serta diversifikasi. Dalam teori ekonomi
1. Pasar Persaingan Sempurna
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena struktur
pasar ini akan dapat menjamin berlangsungnya aktivitas produksi dengan tingkat
efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu dalam analisis ekonomi sering digunakan
asumsi bahwa perekonomian merupakan pasar persaingan sempurna. Tetapi
dalam praktek tidak mudah untuk menentukan suatu industri yang dapat
digolongkan ke dalam pasar persaingan sempurna yang sesungguhnya (sesuai
teori). Umumnya, yang ada adalah yang mendekati ciri-ciri struktur pasar tersebut.
Namun, sebagai landasan teori untuk analisis ekonomi, mempelajari ciriciri pasar
persaingan sempurna adalah sangat penting. Pasar persaingan sempurna ditandai
oleh hal-hal berikut ini (William A. McEachern, 2001) :
1) Ada banyak pembeli dan penjual
2) Perusahaan menjual produk yang standar dan homogen
3) Penjual dan pembeli memperoleh informasi secara sempurna
4) Perusahaan bebas keluar masuk industri
5) Perusahaan sebagai price taker (penerima harga)
2. Pasar Monopoli
Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual, tidak ada
substitusi produk yang mirip (close substitute), dan terdapat hambatan masuk
(barriers to entry) ke pasar. Ciri-ciri pasar monopoli dapat dijelaskan sebagai
berikut (Ari Sudarman, 2002) :
1) Hanya ada satu penjual.
2) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat menggantikan (close
3) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan lain untuk
memasuki pasar.
Hal-hal yang memungkinkan untuk timbulnya pasar monopoli pada umumnya
adalah:
1) Produsen memiliki salah satu (beberapa) sumber daya yang penting dan
kemudian ia merahasiakannya.
2) Perusahaan mempunyai hak paten untuk output yang ia hasilkan atau proses
produksi yang ia selenggarakan.
3) Penetapan Pemerintah (tarif) yang maksudnya untuk menghalang-halangi
masuknya barang-barang sejenis dari luar negeri.
4) Ukuran pasar begitu kecil untuk dilayani lebih dari satu perusahaan yang
mengoperasikan skala perusahaan optimum.
5) Produsen melakukan kebijaksanaan limitasi harga yaitu penetapan harga
sampai pada satu tingkat yang serendah mungkin dimaksudkan agar
perusahaan perusahaan baru tidak ikut memasuki pasar.
3. Pasar Monopolistik
Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis
bentuk pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena
itu sifat-sifat bentuk pasar ini mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli dan
sifat pasar persaingan sempurna. Secara umum, pasar persaingan monopolistik
dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak produsen/penjual
yang menghasilkan dan menjual produk yang berbeda coraknya (differentiated
product). Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik selengkapnya adalah sebagai
1) Terdapat banyak penjual.
2) Produknya tidak homogen (berbeda corak).
3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuatan mempengaruhi harga.
4) Masuk ke dalam industri/pasar relatif mudah.
5) Persaingan promosi penjualan sangat aktif.
Pasar persaingan monopolistik merupakan peralihan dari pasar persaingan
sempurna dan pasar monopoli. Analisis keseimbangan pada pasar persaingan
monopolistik sama dengan analisis pada pasar monopoli. Bedanya, permintaan
yang dihadapi pasar monopoli adalah seluruh permintaan pasar, sedangkan yang
dihadapi pasar persaingan monopolistik adalah sebagian dari permintaan pasar.
4. Pasar Oligopoli
Pada dasarnya terdapat dua teori pokok dalam analisis pasar oligopoli, yaitu :
1) Antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya di dalam melakukan
kegiatannya tidak terdapat suatu ikatan tertentu (independent action).
2) Antara pengusaha-pengusaha yang ada dalam pasar oligopoli menjalin suatu
ikatan (collusion) tertentu. Ikatan ini ada yang sempurna (perfect collusion) dan
ada yang tidak sempurna (imperfect collusion). Penentuan harga dalam pasar
oligopoli harga yang ditetapkan oleh perusahaan pesaing adalah variabel yang
konstan. Penentuan harga tersebut biasa disebut dengan kepemimpinan harga
yang merupakan bentuk kerjasama secara diam-diam (tanpa kesepakatan resmi)
dimana beberapa perusahaaan memutuskan untuk menetapkan harga yang sama
dengan pemimpin harga (price leader) dalam industri tersebut. Jika suatu
perusahaan mengubah harga yang ditetapkannya maka perusahaan lainnya akan
suatu pasar oligopoli akan sangat menguntungkan jika beberapa perusahaan
bersatu dan menentukan harga sehingga bisa memaksimalkan laba industri secara
keseluruhan.
Jenis-jenis pasar oligopoli :
1. Pasar oligopoli murni.
2. Pasar oligopoli dengan pembedaan.
Kebaikan pasar oligopoli :
1. Adanya efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi.
2. Persaingan diantara perusahaan akan memberikan keuntungan bagi konsumen
dalam hal harga dan kualitas barang.
Kelemahan pasar oligopoli :
1. Dibutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar karena
adanya skala ekonomis yang telah diciptakan perusahan sehingga sulit bagi
pesaing baru untuk masuk ke pasar.
2. Apabila terhadap perusahaan yang memiliki hak paten atas sebuah produk,
maka tidak memungkinkan bagi perusahaan lain untuk memproduksi barang
sejenis.
3. Perusahaan yang memiliki pelanggan setia akan menyulitkan perusahaan lain
untuk menyainginya.
4. Adanya hambatan jangka panjang seperti pemberian hak waralaba oleh
pemerintah sehingga perusahaan lain tidak bisa memasuki pasar.
5. Adanya kemungkinan terjadinya kolusi antara perusahaan di pasar yang dapat
membentuk monopoli atau kartel yang merugikan masyarakat. Usaha warung
cenderung bersifat monopolistik. Hal ini dikarenakan jumlah penjual yang banyak
dan barang yang dijual adalah sejenis tetapi berbeda corak (bervariasi). Warung
tradisional merupakan salah satu bentuk industri kecil/usaha keluarga karena
jumlah pekerjanya sedikit, yaitu sekitar 1-5 orang yang biasanya merupakan
anggota keluarga sendiri. Dengan modal yang relatif kecil, jenis usaha warung
tradisional tersebut relatif mudah masuk ke dalam industri/pasar untuk
mendirikannya. Dari segi harga, warung hanya mempunyai sedikit kekuatan untuk
mempengaruhi harga. Harga yang diberlakukan disesuaikan dengan besarnya
keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik warung sendiri-sendiri.
E. Keuntungan
Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda
pada setiap jenis industri, baik perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, baja,
farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain-lain. Terdapat beberapa teori yang
menerangkan perbedaan ini sebagai berikut (Arifin Sitio, 2001:77-79) :
a. Teori Laba Menanggung Resiko (Risk-Bearing Theory of Profit).
Menurut teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh perusahaan
dengan resiko di atas rata-rata.
b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit).
Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu hasil dari friksi
keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium).
c. Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory of Profit).
Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli
dapat membatasi output dan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada bila
perusahaan menikmati keuntungan. Kekuatan monopoli ini dapat diperoleh
melalui :
Penguasaan penuh atas supply bahan baku tertentu
Skala ekonomi
Kepemilikan hak paten, atau
Pembatasan daerah Pemerintah
d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit).
Menurut teori ini, laba diperoleh karena keberhasilan perusahaan dalam
melakukan inovasi.
e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Managerial Efficiency Theory of Profit).
Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan
memperoleh laba diatas rata-rata laba normal.Keuntungan yang tinggi merupakan
insentif bagi perusahaan untukmeningkatkan outputnya dalam jangka panjang.
Sebaliknya, laba yang rendahatau rugi adalah pertanda bahwa konsumen
menginginkan kurang dariproduk/komoditi yang ditangani dan metode
produksinya tidak efisien.Keuntungan yangdiperoleh seorang pemilik usaha
setiap hari, minggu, bulan bahkan tahun selalumengalami perubahan. Perubahan
pada keuntungan tersebut bisa perubahankeuntungan yang meningkat atau
perubahan keuntungan yang menurun. Padapenelitian ini perubahan keuntungan
yang terjadi di warung tradisional adalahperubahan keuntungan yang menurun
F. Jarak
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi
melalui suatu lintasan tertentu. Jarak antar pedagang dapat menimbulkan
persaingan antar pedagang, sehingga peluang pendapatan pedagang akan
terpengaruh (Alfred Marshall dalam Iskandar, 2007:3). Menurut Peter E. Lloyd,
lokasi apabila dilihat dari sisi perbedaan harga, maka akan dipengaruhi oleh faktor
jarak. Apabila antara satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak
dimana untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya, maka salah satu
pedagang dapat menaikkan sedikit harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya.
Pelanggan yang terjauh darinya akan beralih ke pedagang lain yang tidak
menaikkan harga, tetapi pelanggan yang dekat dengannya tidak akan beralih
karena waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut masih lebih besar
daripada perbedaan harga jual diantara pedagang. Pada penelitian ini, Pasar
modern (minimarket dan supermarket) yang merupakan pesaing warung
tradisional memberikan dampak negatif pada perubahan keuntungan usaha karena
jarak yang dekat diantara keduanya. Kedekatan jarak diantara keduanya diukur
dengan satuan meter. Dimana semakin dekatnya jarak antara warung tradisional
dengan minimarket dan supermarket membuat tingkat persaingan diantara
keduanya semakin besar, sehingga terjadi perubahan keuntungan usaha warung
tradisional. Mudrajad Kuncoro, anggota Tim Ekonomi Kadin (Kamar Dagang dan
Industri) Indonesia dalam Bisnis Indonesia (2008), mengemukakan bahwa
turunnya omset penjualan pedagang kecil secara dahsyat dan makin signifikan,
jika jarak kios atau warungnya dengan toko modern di bawah satu kilometer. Dari
dengan pasar modern (minimarket dan supermarket), kedekatan lokasi antara
keduannya berpengaruh negatif terhadap perubahan keuntungan usaha warung
tradisional. Apalagi dengan kondisi yang sekarang ini, dimana pertumbuhan
sangat pesat sampai memasuki wilayah pemukiman terutama minimarket. Bila
lokasi minimarket lebih jauh dari warung, maka keuntungan yang diperoleh lebih
besar daripada warung yang lokasinya lebih dekat dari minimarket. Hal ini
disebabkan karena adanya persaingan usaha yang diukur dengan meter pada jarak
antara keduanya.
G. Pengertian Produk
Pengertian Produk Menurut Manajemen Pemasaran
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang
ditawarkan tersebut meliputi barang fisik (seperti sepeda motor, komputer, TV,
buku teks), jasa (restoran, penginapan, transportasi), orang atau pribadi (Madonna,
Tom Hanks, Michael Jordan), tempat (Pantai Kuta, Danau Toba), organisasi
(Ikatan Akuntan Indonesia, Pramuka, PBB), dan ide (Keluarga Berencana).
Jadi, produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat
memuaskan pelanggan.
Konsep, Level, dan Hirarki Produk
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas
sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu, produk dapat
pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen
melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi
barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan jaminan.Dalam merencanakan
penawaran atau produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan pengertian
produk, yaitu:
Produk Utama atau Produk Inti – Core Benefit
Produk inti memiliki manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi
oleh pelanggan dari setiap produk. Dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang
dibeli para tamu adalah ‘istirahat dan tidur’. Untuk bioskop, para penonton
sesungguhnya membeli ‘hiburan’.
Produk Generik
Produk generik merupakan produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk
yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). Contohnya,
hotel merupakan suatu bangunan yang memiliki banyak ruangan untuk
disewakan.
Produk Harapan – Expected Product
Produk harapan merupakan produk formal yang ditawarkan dengan berbagai
atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk
dibeli. Sebagai contoh, tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2000: 55). Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya,
seperti mengutip dari buku-buku, literatur, bacaan ilmiah, dan sebagainya yang
mempunyai relevansi dengan tema penulisan (Sutrisno Hadi, 2000).
Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dalam suatu
penelitian ilmiah. Jenis data yang tersedia seharusnya sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Karena penelitian ini bersifat studi kasus, maka lokasi penelitian telah
ditentukan yaitu Kecamatan Rajabasa di Kota Bandar Lampung. Data primer
dalam penelitian ini berasal dari wawancara terhadap pemilik warung tradisional
(warung kelontong) yang menjadi responden. Sehingga dapat mengetahui
pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan uasaha warung
tradisional. Data sekunder yang digunakan berasal dari Badan Penanaman Modal
dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
B. Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis
Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yaitu :
1. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh koresponden terhadap responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam. Wawancara dilakukan kepada pemilik warung
tradisional untuk memperoleh keterangan tentang tujuan penelitian.
2. Metode Angket
Metode angket adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Dalam penelitian ini angket nantinya akan diberikan kepada pemilik
warung tradisional. Mereka diminta mengisi daftar pertanyaan yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3. Metode Study Pustaka
Di dalam pengumpulan data studi pustaka penulis memperoleh data-data dari buku.
Serta bacaan-bacaan lain yang berhubungan dengan judul penelitian ini.
C. Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang saling
berhubungan dengan penelitian ini yang bersumber dari berbagai litelatur yang
untuk mengetahui keterkaitan hasil perhitungan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan alat analisis yaitu, metode Statistical Product and Service Solutions
(SPSS) 16.0 for Windows. Selain itu, dalam membahas permasalahan dalam
penelitian ini digunakan rumus uji validitas, uji realibilitas, dan uji perbedaan dua
rata-rata.
1. Uji Validitas
Validitas berarti suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2004:109). Untuk mengukur tingkat validitas soal,
digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
∑ {∑ } {∑ }
√{ ∑ {∑ } }{ ∑ {∑ } }
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang diuji
Σx = Jumlah skor butir (X)
Σy = Jumlah skor butir (Y)
Σ = Jumlah skor butir (X) kuadrat
Σ = Jumlah skor butir (Y) kuadrat
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sebuah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1995;140).
Uji reliabilitas merupakan suatu cara untuk melihat, apakah alat ukur berupa
kuisioner yang digunakan konsisten atau tidak. Apabila suatu alat ukur dipakai
disebut reliabel. Uji reliabilitas konsumen dapat diuji dengan menggunakan
rumus koefisien cronbach’s alpha (α), yang dapat digunakan untuk mencari
reliabilitas instrumen, skornya bukan 0 dan 1 (Suharsimi, 2002;171). Rumus yang
digunakan untuk koefisien cronbach’s alpha adalah sebagai berikut:
Keterangan :
r1 = validitas variabel internal seluruh instrumen
k = jumlah item instrumen
= jumlah varians item 2 i S
= varians total item 2 t S
3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji
perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ1 : Rata-rata keuntungan warung tradisional lebih besar dari
pada rata-rata keuntungan sebelum adanya minimarket dan
supermarket di sekitar warung.
H1 : µ1> µ1: Rata-rata keuntungan warung tradisional lebih kecildari pada
rata-rata keuntungan setelah adanya minimarket dan
supermarket disekitar warung.
̅
√
̅ ∑
⁄
∑ ̅ √
̅ √
Keterangan :
=
Perbedaan dua rata – rata
n = Banyaknya elemen sampel α = 5% (0,05)
Dengan cara pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.
1. Apabila nilai Z0 < -Z tabel maka dapat dikatakan bahwa nilai Z berada
dalam daerah signifikan untuk menolak H0. Artinya kita dapat menerima
H1.
2. Apabila nilai Z0≥ -Z tabel maka dapat dikatakan bahwa nilai Z berada
dalam daerah penerimaan H0. (J. Supranto, 2009 ; 142 )
D. Penentuan Skor Jawaban Responden
Penentuan skor yang digunakan atas jawaban responden terhadap daftar
pertanyaan yang diajukan adalah dengan menggunakan skala Likert, yakni dengan
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kriteria umum
penilainya adalah sebagi berikut:
1. Untuk jawaban (a) diberi nilai 5
2. Untuk jawaban (b) diberi nilai 4
3. Untuk jawaban (c) diberi nilai 3
4. Untuk jawaban (d) diberi nilai 2
5. Untuk jawaban (e) diberi nilai 1
E.Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memperkecil ruang lingkup penelitian yaitu di
wilayah Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung. Objek penelitian dalam
penelitian ini adalah warung tradisional (warung kelontong) yang berada di sekitar
Minimarket dan Supermarket di Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung.
F. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya,
maka peneliti menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terpengaruh) adalah variabel yang nilainya
bergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan
yang terjadi pada variabel bebas. (Marzuki, 2005). Variabel dependen pada
2. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang nilainya berpengaruh terhadap variabel
lain. Yang menjadi variabel independen adalah:
A.) Variabel Jarak.
B.) Variabel Perbedaan Produk.
G. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 89). Populasi
yang ditentukan peneliti merupakan populasi jumlah warung tradisional (warung
kelontong) yang berada disekitar minimarket dan supermarket di Kecamatan
Rajabasa kota Bandar Lampung sebanyak 195 warung tradisional (Data Primer,
2012. Diolah).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Jumlah populasi yang terlalu besar tidak memungkinkan peneliti meneliti
seluruhnya karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Untuk mendapatkan
responden yang dapat mewakili populasi maka dalam penelitian ini ditentukan
jumlah sampel melalui rumus berikut ini:
( )
,
dimanaD =
B = bound of error pada tingkat kepercayaansebesar 90%, jadi B = 0,1
n = besarnya sampel
N = besarnya populasi
P = rasio dari unsur-unsur sampel yang memenuhi
D =
=
=
0,0025( kesalahan umum yang dapat diterima)( Moh.Nazir, 1988:344)
maka didapatkan jumlah sampel untuk warung tradisional di Kecamatan Rajabasa
kota Bandar Lampung terdapat :
= 66,3 atau 66 warung
Berdasarkan perhitungan tersebutmaka jumlah sampel yang diperlukan sebanyak
66 warung.
H. Gambaran Umum Kecamatan Rajabasa 1. Kondisi Umum Kecamatan Rajabasa
Kecamatan Rajabasa merupakan pemekaran dari Kecamatan induk yaitu
kecamatan kedaton, berdasarkan peraturan daerah nomor. 4 tahun 2001 tanggal 3
oktober 2001 tentang pembangunan, pemnghapusan dan pemekaran wilayah dan
kecamatan dalam Kota Bandar Lampung. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan
Rajabasa adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Lampung Selatan.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tanjung Karang Barat dan
3. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Kedaton dan Tanjung Karang
Barat.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Natar Lampung Selatan.
2. Topografi
Secara greografis Kecamatan Rajabasa merupakan daerah dataran dengan luas
daerah 1.302 ha, yang merupakan lahan pertanian tadah hujan dan sebagian besar
digunakan sebagai pemukiman penduduk.
Gambar 2. Peta Kecamatan Rajabasa
Keteranagan :
Kelurahan Rajabasa Raya
Kelurahan Rajabasa Jaya
Kelurahan Gedung Meneng
3. Administrasi Pemerintahan
Kecamatan Rajabasa terbentuk pada tanggal 9 febuari 2002, berdasarkan surat
keputusan Wali Kota Bandar Lampung No: 821.22/08/02.7/2001 tanggal 29
desember 2001dan berdasarkan peraturan daerah nomor. 4 tahun 2001 tanggal 23
oktober 2001 tentang pemekaran wilayah Kecamatan dan kelurahan dalam
Wilayah Kota Bandar Lampung, secara Administratif Kecamatan Rajabasa dibagi
menjadi 4 Kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Rajabasa
2. Kelurahan Rajabasa Jaya
3. Kelurahan Rajabasa Raya
4. Kelurahan Gedung Meneng
Kondisi Demografi
Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis KelaminTahun 2011 menurut
Kecamatan Rajabasa Dalam Angka (BPS, 2011) tercatat jumlah penduduk
Kecamatan Rajabasa sebesar 43.727 jiwa. Dengan rincian, antara jumlah
penduduk perempuan 21.360 dan jumlah penduduk laki-laki 22.367.
Tabel.3 Banyaknya Penduduk di Kecamatan Rajabasa Menurut Umur, Jenis Kelamin , dan sex ratio, Tahun 2011 (Jiwa)
Nama Kelurahan Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Sex Ratio
Gedung Meneng 4.940 5.024 98,33
Rajabasa 10.274 9.609 106,92
Rajabasa Raya 3.892 3.682 105,70
Rajabasa Jaya 3.261 3.045 107,09
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011
2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Tabel.4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Rajabasa per Kelurahan, Tahun 2011 (Jiwa)
Nama Kelurahan Luas Daerah (Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Per Km2
Gedung Meneng 2,27 9.964 4.389
Rajabasa 3,59 19.883 5.538
Rajabasa Raya 3,58 7.574 2.116
Rajabasa Jaya 3,58 6.306 1.761
Jumlah 13,02 43.727 3.358
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011
Dalam Tabel diatas bisa kita ketahui bahwa daerah yang kepadatannya terbesar
adalah di kelurahan Rajabasa dan yang terendah kepadatannya adalah kelurahan
Rajabasa Jaya.
I. Visi, Misi Minimarket Dan Supermarket
Penulis mengambil salah satu Visi dan Misi minimarket yaitu Alfamart sebagai
Minimarket Lokal Terbaik Indonesia.
Visi
Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas
berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan
Misi
1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus pada
layanan produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.
2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yangdilakukan dan selalu
menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.
3. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan
menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.
4. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat, dan terus
bertumbuh serta bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan,
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dalam Bab
4 dan sesuai dengan permasalahan serta teori dalam penelitian ini, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Dari hasil penelitian jarak kedekatan berdirinya minimarket dan supermarket
dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang
diperoleh pemilik warung tradisional, Karena semakin dekat jarak berdirinya
minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang
diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya.
2. Dari hasil penelitian perbedaan produk yang dimiliki oleh warung tradisional
mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung
tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk
dengan minimarket dan supermarket maka warung akan memperoleh keuntungan
yang cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan
minimarket dan supermarket.
3. Dan dalam hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan pasar modern
berpengaruh negatif terhadap keuntungan pemilik warung tradisional dengan
alasan karena kedekatannya jarak, kelengkapan produk pasar modern. Sehingga
bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan
saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah sebaiknya lebih tegas lagi dalam memberlakukan Peraturan
Pemerintah (PP) No 112/ 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern; serta Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 53/M-Dag/Per/12/ 2008 yang merupakan petunjuk
pelaksanaan dari PP No 112/ 2007. Hal ini agar tidak terjadi perkembangan pasar
modern yang semakin banyak di lingkungan pemukiman dan tidak sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tersebut.
2. Bagi pengusaha sebaiknya sebelum mendirikan pasar modern hendaknya
memperhatikan jarak lokasi untuk berdirinya usaha terhadap para pedagang
warung tradisional dan apakah lokasi layak untuk didirikannya pasar modern agar
nantinya tidak terlalu meresahkan para pedagang warung tradisional.
3. Bagi pedagang hendaknya berusaha senantiasa diperbanyak perbedaannya
terutama pada ketersediaan produk secara lengkap dan berkualitas, serta
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Dan lebih perduli
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Bandar Lampung. Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk per Kelurahan
di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung 2011(Jiwa).
Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung. Jumlah Minimarket
per Kecamatan Kota Bandar Lampung 2012.
Kecamatan Rajabasa. 2011. Monografi kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Kantor
kecamatan Rajabasa. Kota Bandar Lampung.
Moh. Nazir, Ph.D. 1983. Metode Penelitian. Galia Indonesia. Darussalam
Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa
Pasar. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung
Supranto, J. 2009. Staistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.
Suharsimi, Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.
Wijayanti, Pardiana. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Widiandra, Damasus Ottis. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Jurnal Penelitian Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Website :
http://Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan