• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KEBERADAAN PASAR MODERN (MINIMARKET DAN SUPERMARKET) TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KEBERADAAN PASAR MODERN (MINIMARKET DAN SUPERMARKET) TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEBERADAAN PASAR MODERN

(MINIMARKET DAN SUPERMARKET) TERHADAP

KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL

( Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

Oleh

RISNANDA JUNIAWAN Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

DAN SUPERMARKET) TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

Oleh

RISNANDA JUNIAWAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh jarak, dan perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan dan wawancara langsung kepada 66 warung responden yang terkena dampak langsung dan tidak langsung masyarakat di Kecamatan Rajabasa, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung serta artikel-artikel yang tekait dengan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitan diperoleh bahwa keberadaan pasar modern

berpengaruh secara signifikan, jarak dan perbedaan produk memiliki pengaruh positif pada keuntungan usaha warung tardisional. jarak dan perbedaan produk memiliki pengaruh positif pada keuntungan usaha warung tardisional. Sedangkan jarak pasar modern yang berdekatan dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap penurunan keuntungan usaha, sedangkan pemilik warung yang memiliki perbedaan produk dengan pasar modernmemiliki pengaruh yang positif terhadap keuntangan usaha warung tradisional karena dapat meningkatkan keuntungan warung apabila warung memiliki perbedaan produk dengan pasar modern. Dan dalam hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan pasar modern berpengaruh negatif terhadap

keuntungan pemilik warung tradisional dengan alasan karena kedekatannya jarak, kelengkapan produk pasar modern, Sehingga bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap warung tradisional.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

D. Kegunaan Penelitian... 10

E. Kerangka Pikir ... 11

F. Hipotesis ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Ekonomi Industri ... 14

1. Faktor Industri ... 15

2. Kinerja Perusahaan ... 16

B. Pengertian Pasar ... 17

C. Pasar Modern dan Pasar Tradisional ... 18

(7)

III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis dan Sumber Data ... 34

B. Metode Pengumpulan Data ... 35

C. Metode Analisis ... 35

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reabilitas ... 36

3. Uji Perbedaan dua rata-rata ... 37

D. Penentuan Jawaban Skor Responden ... 38

E. Objek Penelitian ... 39

F. Variabel Penelitian ... 39

G. Populasi dan Sampel ... 40

H. Gambaran Umum Kecamatan Rajabasa ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Karakteristik Responden ... 46

B. Analisis Data ... 48

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reabilitas ... 48

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 49

C. Data Hasil Pernyataan Responden ... 50

D. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja

perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi pengangguran, mewujudkan

masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Menciptakan lapangan kerja

merupakan tujuan dari menyelesaikan permasalahan dalam ekonomi, sehingga

harus diterapkan atau dilakukan agar dapat mensejahterakan kehidupan

masyarakat atau paling tidak mampu menangani permasalahan dalam ekonomi.

Permasalahan ekonomi merupakan permasalah yang tidak lepas dijumpai oleh

masyarakat. Oleh karena itu, penanganan masalah ekonomi harus dilakukan

dengan serius, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilakukan

secara terpadu.

ketika banyaknya industri-industri besar harus mengurangi jumlah tenaga

kerjanya yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Pengurangan jumlah tenaga

kerja tersebut menimbulkan keresahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk di

Indonesia yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

berlebihan, memicu bertambahnya angka pengangguran dikarenakan permintaan

tenaga kerja di pasar tenaga kerja yang semakin terbatas. Berbeda dengan sektor

(10)

mampu bertahan. Sektor informal memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh

sektor perekonomian yang lain, yaitu penggunaaan bahan baku domestik dengan

tujuan pasar dalam negeri dan dinilai dapat menjadi penopang perekonomian

Indonesia.

Salah satu contoh sektor perekonomian di bidang informal adalah warung

tradisional atau biasa disebut warung rumah tangga atau warung kelontong. Selain

mudah untuk mendirikan sebuah warung tradisional dengan modal yang tidak

besar, bidang informal ini berpotensi untuk menjadi salah satu bidang usaha yang

menghasilkan keuntungan secara langsung. Usaha warung tradisional secara

umummerupakan bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat

menyerap tenaga kerja.

Seiiring berkembangnya jaman, warung tradisionalsemakin lama semakin

mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena munculnyapasar modern yang

dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel.Industri ritel modern telah

berkembang pada tahun 1960-an tepatnya padatahun 1964 yang ditandai dengan

berdirinya Sarinah building. Industri ini mulaimenampakkan pertumbuhannya

dari tahun 1970-1977 dengan adanya perubahanjenis gerai misalnya supermarket,

department store dan sebagainya. Pada awalnyabisnis ritel modern ini didominasi

oleh peritel dalam negeri seperti Matahari,Ramayana, Hero, dan sebagainya.

Dalam perkembangannya, pada tahun 1998terjadi kesepakatan antara IMF

dengan pemerintah Indonesia mengenai perjanjianperitel asing untuk dapat

berinvestasi atau membuka gerai tanpa harusbekerjasama dengan peritel lokal.

(11)

maupun asing karena Indonesia memiliki potensimarket share yang sangat besar

dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat didunia setelah Cina, Amerika dan

India yakni lebih dari 220 juta penduduk,sehingga banyak peritel baik lokal

maupun asing mengincar pasar ritel diIndonesia untuk memperoleh keuntungan

yang sangat besar (Cipto, 2009).

Salah satu ritel modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di Indonesia

saat ini adalah minimarket dan supermarket dengan konsep waralaba atau

franchise.Tumbuh pesatnya minimarket dan supermarket ke wilayah pemukiman,

saat itu lebih menjadi alternatif dari warung tradisional yang identik dengan

kondisi tempat yang kecil, Fasilitas kenyamanan dalam pelayanan yang kurang.

Namun sekarang ini kondisinya sudah banyak berubah, Minimarket dan

Supermarket banyak bermunculan di mana-mana. Kondisi ini muncul sebagai

konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. sebagai konsumen,

masyarakaat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas belanja. Kondisi ini

ditambah dengan semakin meningkatnya tingkat pengetahuan, pendapatan, dan

jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan dengan waktu yang

terbatas.

Konsumen menuntut peritel untuk memberikan “nilai lebih” dari setiap sen uang

yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika

tidak ingin ditinggal pelangganya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa

keberadaan pasar modern dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya

hidup yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi

(12)

Supermarket, Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut

menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya.

Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan

bawah mengeluh. Dari beberapa Minimarket dan Supermarket tersebut saling

menawarkan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik dari warung tradisional yang

ada, selain itu mereka juga menawarkan harga yang relatif lebih rendah, variasi

barang yang banyak, tempat belanja yang nyaman. Mereka saling berusaha untuk

menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas menurut persepsinya

sendiri-sendiri. Minimarket dan Supermarket juga berlomba-lomba untuk memberikan

kelengkapan & ketersediaan produk yang dijual, kualitas produk yang di jual,

kesan terdapat produk-produk import, kesan terdapatnya produk-produk yang baru

dipromosikan, kondisi harga dibandingkan dengan Minimarket atau pasar di

sekitarnya, potongan harga (discon) yang diberikan, terdapatnya paket-paket

khusus dengan harga khusus, letak yang strategis, suasana di dalam Swalayan,

kebersihan ruangan, penataan dan pengelompokan produk, program promosi yang

diselenggarakan, promosi di media cetak dan elektronik, hadiah atau undian yang

diberikan, area parkir yang tersedia, keramahan pelayanan (kasir, pelayan toko

dll), dan adanya papan petunjuk harga untuk memudahkan dalam mencari produk

sehingga membuat para konsumen lebih tertarik berbelanja kepasar modern.

Berbeda dengan Minimarket dan Supermarket, Warung-warung tradisional di

Rajabasa yang lebih dulu ada dibandingkan Minimarket dan Supermarket yang

sekarang ada secara tidak langsung merasakan dampak dari kehadiran Minimarket

(13)

dan memilih belanja di Minimarket maupun Supermarket dengan alasan lebih

lengkap dan nyaman atau sekedar melihat-lihat, meskipun sebenarnya

produk-produk yang ada di Minimarket atau Supermarket pun tersedia di warung

tradisional. Selain itu ruang bersaing pedagang warung tradisional kini juga mulai

terbatas, kalau selama ini warung tradisional dianggap unggul dalam memberikan

harga relatif rendah untuk banyak komoditas. Dengan fasilitas belanja yang jauh

lebih baik skala ekonomis pengecer modern yang cukup luas dan akses langsung

mereka terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka

sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah.

Sebaliknya pedagang warung tradisional, mereka umumnya mempunyai skala

yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli

barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang tradisional pun

kini mulai terkikis. Keunggulan warung tradisional selama ini didapat dari lokasi,

karena masyarakat lebih senang berbelanja warung atau toko-toko yang lokasinya

lebih dekat. Akan tetapi pusat-pusat perbelanjaan seperti Minimarket dan

supermarket terus berkembang memburu lokasi yang potensial, dengan semakin

marak dan tersebarnya lokasi Minimarket dan supermarket maka keunggulan

lokasi warung-warung tradisional juga akan hilang, kedekatan lokasi kini tidak

dapat lagi dijadikan sumber keunggulan yang berkelanjutan. Di sini diperlukan

peran pemerintah untuk membantu pedagang pasar tradisional agar dapat bersaing

dengan Minimarket dan Supermarket agar keberadaanya tidak tersingkirkan,

seperti yang tertera pada Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 yang

berisi pusat perbelanjaan dan toko modern harus mempertimbangkan kondisi

(14)

menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan, memperhatikan jarak antara

Hypermarket dengan pasar tradisional yang ada sebelumnya, menyediakan area

parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1(satu) unit kendaraan roda empat

untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan pusat

perbelanjaan dan atau toko modern yang menyediakan fasilitas yang menjamin

pusat perbelanjaan dan toko modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib

dan ruang publik yang nyaman.

Daerah tujuan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Rajabasa Kota Bandar

Lampung. Dengan luas daerah 1.302 ha, dan jumlah penduduk pada tahun 2011

yaitu 43.727 jiwa (BPS Kota Bandar Lampung, 2011), Kecamatan Rajabasa

adalah daerah yang memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu

perumahan dan pemukiman. Dari keragaman tempat tinggal penduduk yang

dimiliki oleh Kecamtan Rajabasa menjadi faktor pendorong pengusaha pasar

modern untuk mendirikan usahanya di Kecamatan Rajabasa.

Berdasarkan data BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perizinan) dan data

primer yang dikelolah oleh penulis jumlah minimarket dan supermarket per-

Kecamatan di Kota Bandar Lampung tahun 2012 di lampirkan dalam tabel

(15)

Tabel 1. Jumlah Minimarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012

NO Nama

Kecakamatan

Nama Minimarket

jumlah Indomart Alfamart Chamart Lokal

1 Tanjung Krang Timur 8 5 2 4 19

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung 2012

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah minimarket di kota Bandar

Lampung adalah sebanyak 162 unit minimarket dan dari data tabel diatas terlihat

bahwa Kecamatan Kedaton menduduki posisi pertama dengan jumlah minimarket

terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 22 gerai dari total 162 gerai

yang ada di kota Bandar Lampung dan Kecamatan Rajabasa memiliki 11 unit

minimarket. Selain minimarket Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi

Lampung juga memiliki supermarket yang tersebar di beberapa Kecamatan.

Banyaknya supermarket yang ada dibeberapa Kota Bandar Lampung dapat kita

(16)

Tabel 2. Jumlah supermarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012

Sumber: Data Primer, 2012 (diolah)

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah supermarket di kota Bandar

Lampung adalah sebanyak 13 unit supermarket dan dari data tabel diatas terlihat

bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat menduduki posisi pertama dengan

jumlah supermarket terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 8 gerai

dari total 13 gerai yang ada di kota Bandar Lampung, dan dalam lokasi penelitian

ini yaitu Kecamatan Rajabasa memiliki 1 gerai supermarket.

Jenis atau nama-nama supermarket yang ada di kota Bandar Lampung terdiri dari:

Simpur Center, Chandra Super-Store, Central Plaza Lampung (yang terdiri dari

Hypermart dan Matahari), Gelael, Giant, Mal Kartini (terdiri dari Giant dan

(17)

Sesuai latar belakang masalah, dapat diketahui bahwa Kecamatan Rajabasa

memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu perumahan dan pemukiman

yang menjadi salah satu faktor pendorong pengusaha pasar modern untuk

mendirikan usahanya. Sedangkan di lokasi penelitian ini sudah cukup banyak

terdapat warung tradisional. Dengan demikian dari faktor-faktor yang telah

disebutkan diatas mendorong dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis

Pengaruh Keberadaan Pasar Modern (minimarket dan supermarket) terhadap

keutungan usaha warung tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota

Bandar Lampung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan dalam penelitian ini,

maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha

warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?

2. Bagaimanakah pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap

keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?

3. Bagaimanakah pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan

pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha

(18)

2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap

keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

3. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan pasar modernterhadap keuntungan

pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

mengenai keberadaannya pasar modern terhadap usaha-usaha tradisional.

b. Bagi peneliti lain, bahwa penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah

pengetahuan dan untuk meneliti lebih lanjut dengan menggunakan variabel

lain.

c. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk sarana pengembangan ilmu

penetahuan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dengan

adanya pasar modern yang semakin berkembang terutama diwilayah-wilayah

pemukiman.

b. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam

memberikan kebijakan atau ijin pendirian pasar modern yang baru

(19)

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akanmenganalisis perubahan keuntungan usaha warung tradisional

dengankeberadaan pasar modern (minimarket dan supermarket) di Kota Bandar

Lampung (studi kasus : Kecamatan Raja Basa). Pengaruh tersebutdilihat dari

jarak, dan perbedaan produk yang nantinya mempengaruhi perubahan keuntungan

usaha warung tradisional. Variabel dependen dalam model ini yaitu keuntungan

usaha warung tradisional. Keuntungan terdapat dua jenis, yaitu keuntungan bisnis

dan keuntungan ekonomis. Keuntungan bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan

suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan

ekonomis adalah total penerimaan yang diterima oleh suatu perusahaan setelah

dikurangi biaya-biaya eksplisit dan implisit. Keuntungan merupakan tujuan utama

dari produsen yang didapat dari pendapatan yang mereka terima. Jarak kedekatan

berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional berpengaruh

positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, sehingga

keuntungan yang didapat mengalami perubahan. Karena semakin dekat jarak

berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan

yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara

keduanya. Perbedaan produk yang dimiliki warung tradisional dari minimarket

dan supermarket mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang

diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki

perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka keuntungan yang

diperoleh warung cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan

(20)

minimarket dan supermarket tetapi dimiliki oleh warung tradisional inilah yang

dapat meningkatkan keuntungan.

Gambar 1

Skema Kerangka Pemikiran Teoritis

F. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian

yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu

dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau

lebih (J. Supranto, 1997).

Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan

studi empiris yang akan dilakukan berkaitan dengan penelitian ini, maka akan

diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh jarak terhadap keuntungan usaha pemilik warung

tradisional di Kecamatan Rajabasa.

Perbedaan produk

Keuntungan Usaha Pasar Modern

(minimarket dan supermarket)

Jarak

Persaingan Usaha

(21)

2. Diduga terdapat pengaruh perbedaan produk terhadap keuntungan usaha

pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

3. Diduga Rata-rata keuntungan pemilik warung tradisionalsetelah adanya pasar

modern lebih kecil dari sebelum adanya pasar modern.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi atas :

BAB I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan Penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan

sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka yang berisikan teori-teori yang berhubungan dengan

penulisan ini.

BAB III Metode penelitian yang berisi jenis dan sumber data, tekhnik

pengumpulan data, sampel, analisis, dan gambaran umum Kecamatan

Rajabasa.

BAB IV Pembahasan yang berisi pembahasan penelitian mengenai analisis

keuntungan usaha warung trdisional dengan keberadaan pasar modern

(minimarket dan supermarket) di Kota Bandar Lampung ( studi kasus

Kecamatan Rajabasa).

BAB V Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekonomi Industri

Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu

ekonomi industri membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisasi dan

bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri.

Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relative

menekan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar,

perilaku dan kinerja pasar. Ruang lingkup kajian ekonomi industri adalah

bagaimana industri diorganisir, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

perilaku perusahaan dan industri serta hubungannya dengan masyarakat pada

umumnya. Industrilisasi difokuskan dalam perspektif ‘ekonomi industri’ sekaligus

memotret bagaimana dinamika perkembangan industri Indonesia. Transformasi

dan strategi industrilisasi Indonesia terjadi perdebatan antara kelompok pro

efisiensi dan pro nasionalis, teknolog versus ekonom hingga

paradigmteknoekonomi. Metodologi ekonomi industri menggunakan pendekatan

popular yang menjelaskan kinerja organisasi dengan melihat hubungan antara

struktur industri, perilaku organisasi, dan kinerja organisasi, atau dikenal sebagai

(23)

1 . Faktor Industri

Analisa kondisi kompetisi pada level industri telah mendominasi upaya peneliti

dalam memahami dan meramalkan kinerja perusahaan selama dua puluh tahun

terakhir (Warren, 2002). Dominasi ini muncul dari pengaruh paradigma

Structure-Conduct-Performance (SCP) dalam ekonomi industri. Paradigma SCP beragumen

bahwa perilaku manajerial dalam strategi perusahaan (entry, differensiasi, pricing,

dll.) lebih banyak ditentukan oleh kondisi industri yang membatasai kemampuan

perusahaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari perusahaan-perusahaan

lain secara signifikan. Kondisi industri terkait dengan barriers yang menghalangi

perusahaan lain yang berniat memasuki atau meninggalkan industri, atau beralih

kepada supplier dan atau produk lain. Hambatan ini dapat berupa financial (seperti

biaya membangun kapasitas, mendapatkan akses pasar, membangun produk yang

kompertitif) atau yang bersifat strategik (memperkirakan tidak-balasan pesaing,

keengganan pelanggan untuk beralih dari supplier yang telah dipercayainya).

Implikasi SCP bagi manajemen strategik cukup berarti. Jika kondisi industri

mendominasi kinerja perusahaan, yang dapat dilakukan hanyalah memilih industri

yang atraktif, dan nasib manajer lebih banyak diukur dari profitabilitas yang

dicapai. Tidak ada peran lebih lanjut bagi manajemen. Pandangan ini didukung

oleh fakta bahwa banyak perusahaan yang gagal untuk menampilkan kinerja yang

lebih baik dari rata-rata industri, meraih profitabilitas yang signifikan dan

menyingkirkan para pesaing. Manajemen memiliki peran untuk berkiprah dalam

menentukan kinerja strategik perusahaan. Pertama, studi bidang strategi mengakui

bahwa kondisi industri masih menjadi salah satu faktor diperolehnya kinerja yang

(24)

hanya menjelaskan 15% dari varians dalam profitabilitas di antara sejumlah besar

perusahaan. Suatu hal yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana beberapa

perusahaan berhasil memperoleh untung atau lebih unggul dari lainnya.

Namun demikian, fakta adanya perusahaan yang gagal untuk unggul dalam

industri tidak serta-merta membuktikan bahwa kondisi industri mendominasi.

Kondisi ini juga bukan faktor tunggal yang mengubah melalui perubahan

manajemen. Alasan kedua, karena adanya perbedaan kinerja di antara perusahaan.

artinya unit bisnis juga punya andil dalam mencapai kinerja tertentu. Kegagalan

faktor – faktor industri untuk menjelaskan kinerja perusahaan menimbulkan

pertanyaan terhadap paradigma SCP sebagai basis dalam mengiden-tifikasi

peluang strategik atau memberi saran bagi manajemen bagaimana yang terbaik

untuk mengambil peluang tersebut. Kinerja merupakan fungsi langsung dari

sumberdaya strategik yang dimiliki atau yang dapat dikelola oleh perusahaan.

2 . Kinerja Perusahaan

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan di antaranya faktor

lingkungan bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan

politik, teknologi, sumber daya, pesaing, selera pelanggan dan pengelolaan

perusahaan. Dalam perspektif manajemen strategi, lingkungan merupakan faktor

kontekstual penting yang mempunyai dampak terhadap kinerja perusahaan

(Hamel & Prahalad, 1994). Lingkungan bisnis eksternal merupakan lingkungan

yang berada di luar organisasi, namun dipertim-bangkan dalam pengambilan

keputusan bisnis. Fisher (1998) menemukan faktor-faktor kontekstual lainnya

yang mempengaruhi kinerja yaitu teknologi, ketidak-pastian, strategi dan

(25)

mempengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu, lingkungan industri juga berperan

dalam mempercepat perubahan lingkungan yang akhirnya juga berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan. Lingkungan industri yang dimaksud adalah

bargaining power yang dimiliki oleh pembeli dan pemasok, masuknya pendatang

baru (new entrants) yang potensial, adanya barang substitusi, dan intensitas

persaingan perusahaan dalam industri (Porter, 1996: 22).

Pengukuran kinerja dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu pengukuran kinerja

keuangan (financial performance measurement) dan non keuangan (non-financial

performance measurement). Pada dasarnya aspek keuangan merupakan muara

segala keputusan, tindakan dan aktivitas manajemen. Namun ukuran yang

didasarkan hanya pada kinerje keuangan tidak dapat mengungkapkan kemampuan

organisasi (perusahaan) untuk menciptakan nilai ekonomik masa yang akan

datang (Kaplan, 1996). Walaupun beberapa peneliti memperlihatkan keprihatian

penggunaan tingkat pengembalian akuntansi (Fisher dan McGowan, 1983),

sebagian besar penelitian menganggap ukuran akuntansi dapat diterima.

B. Pengertian Pasar

Pasar merupakan tempat dimana sekelompok perusahaan (penjual) bertemu

dengan sekelompok pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa.

Ada lima fungsi pasar, yaitu :

a. Menetapkan nilai (sets value)

b. Pendistribusi barang

c. Pengorganisir produksi

d. Penyelenggara penjatahan (rationing)

(26)

C. Pasar Modern dan Pasar Tradisonal

1. Pasar Modern

menurut Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang

dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan,

sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada

konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern

antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko

mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang

dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan

barangbarang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang

dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian

terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi

persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya

mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar

modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah

dikenakan pajak). Adanya penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan

yang baik kepada konsumen menyebabkan banyak orang mulai beralih ke pasar

modern untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Macam-macam pasar modern

diantaranya (Philip Kotler, 2000) :

a. Minimarket: gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung

kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang

minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200 m2.

b. Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual,

(27)

Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200 m2 hingga 450

m2 dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang lebih mahal

dari harga minimarket.

c. Special store: merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga

konsumen tidak perlu pindah toko lain untuk membeli sesuatu harga yang

bervariasi dari yang terjangkau hingga yang mahal.

d. Factory outlet: merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang

menjual produk perusahaan tersebut, menghentikan perdagangan,

membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor satu.

e. Distro (Disribution Store): jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan

aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri.

f. Supermarket: mempunyai luas 300-1100 m2 yang kecil sedang yang besar

1100-2300 m2

g. Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada

pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau pemakaian

bisnis.

h. Super store: adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih

lengkap dan luas yang lebih besar dari supermarket

i. Hipermarket: luas ruangan di atas 5000 m2

j. Pusat belanja yang terdiri dua macam yaitu mall dan trade center.

2. Pasar tradisional

Pasar Tradisional adalah pasar yang dikelola dengan manajemen yang lebih

tradisional dan simpel daripada pasar modern, umumnya pasar tradisional tersebut

(28)

tradisional diantaranya yaitu warung rumah tangga, kios, toko kecil/toko

kelontong, padagang kaki lima dan sebagainya. Barang yang dijual disini hampir

sama seperti barang-barang yang dijual di pasar modern dengan variasi jenis yang

beragam. Tetapi pasar tradisional cenderung menjual barang-barang lokal saja dan

jarang ditemui barang impor. Karena barang yang dijual dalam pasar tradisional

cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang dijual pun mempunyai

kualitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-barang di pasar modern.

Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya mempunyai persediaan barang yang

jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan

dari konsumen. Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang

pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh

setiap pemilik usaha sendiri-sendiri. Selain itu, harga pasar selalu berubah-ubah,

sehingga bila menggunakan label harga lebih repot karena harus mengganti-ganti

label harga sesuai dengan perubahan harga yang ada dipasar.

D. Struktur Pasar

Struktur pasar ialah karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi sifat

kompetisi dan harga di dalam pasar (Bain, 1952). Struktur pasar juga dapat

didefinisikan lingkungan khusus dari suatu perusahaan, dengan karakteristik yang

berpengaruh terhadap penentuan harga dan output perusahaan. Unsur-unsur

struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, ukuran perusahaan,

hambatan masuk, dan integrasi vertikal serta diversifikasi. Dalam teori ekonomi

(29)

1. Pasar Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena struktur

pasar ini akan dapat menjamin berlangsungnya aktivitas produksi dengan tingkat

efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu dalam analisis ekonomi sering digunakan

asumsi bahwa perekonomian merupakan pasar persaingan sempurna. Tetapi

dalam praktek tidak mudah untuk menentukan suatu industri yang dapat

digolongkan ke dalam pasar persaingan sempurna yang sesungguhnya (sesuai

teori). Umumnya, yang ada adalah yang mendekati ciri-ciri struktur pasar tersebut.

Namun, sebagai landasan teori untuk analisis ekonomi, mempelajari ciriciri pasar

persaingan sempurna adalah sangat penting. Pasar persaingan sempurna ditandai

oleh hal-hal berikut ini (William A. McEachern, 2001) :

1) Ada banyak pembeli dan penjual

2) Perusahaan menjual produk yang standar dan homogen

3) Penjual dan pembeli memperoleh informasi secara sempurna

4) Perusahaan bebas keluar masuk industri

5) Perusahaan sebagai price taker (penerima harga)

2. Pasar Monopoli

Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual, tidak ada

substitusi produk yang mirip (close substitute), dan terdapat hambatan masuk

(barriers to entry) ke pasar. Ciri-ciri pasar monopoli dapat dijelaskan sebagai

berikut (Ari Sudarman, 2002) :

1) Hanya ada satu penjual.

2) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat menggantikan (close

(30)

3) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan lain untuk

memasuki pasar.

Hal-hal yang memungkinkan untuk timbulnya pasar monopoli pada umumnya

adalah:

1) Produsen memiliki salah satu (beberapa) sumber daya yang penting dan

kemudian ia merahasiakannya.

2) Perusahaan mempunyai hak paten untuk output yang ia hasilkan atau proses

produksi yang ia selenggarakan.

3) Penetapan Pemerintah (tarif) yang maksudnya untuk menghalang-halangi

masuknya barang-barang sejenis dari luar negeri.

4) Ukuran pasar begitu kecil untuk dilayani lebih dari satu perusahaan yang

mengoperasikan skala perusahaan optimum.

5) Produsen melakukan kebijaksanaan limitasi harga yaitu penetapan harga

sampai pada satu tingkat yang serendah mungkin dimaksudkan agar

perusahaan perusahaan baru tidak ikut memasuki pasar.

3. Pasar Monopolistik

Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis

bentuk pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena

itu sifat-sifat bentuk pasar ini mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli dan

sifat pasar persaingan sempurna. Secara umum, pasar persaingan monopolistik

dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak produsen/penjual

yang menghasilkan dan menjual produk yang berbeda coraknya (differentiated

product). Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik selengkapnya adalah sebagai

(31)

1) Terdapat banyak penjual.

2) Produknya tidak homogen (berbeda corak).

3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuatan mempengaruhi harga.

4) Masuk ke dalam industri/pasar relatif mudah.

5) Persaingan promosi penjualan sangat aktif.

Pasar persaingan monopolistik merupakan peralihan dari pasar persaingan

sempurna dan pasar monopoli. Analisis keseimbangan pada pasar persaingan

monopolistik sama dengan analisis pada pasar monopoli. Bedanya, permintaan

yang dihadapi pasar monopoli adalah seluruh permintaan pasar, sedangkan yang

dihadapi pasar persaingan monopolistik adalah sebagian dari permintaan pasar.

4. Pasar Oligopoli

Pada dasarnya terdapat dua teori pokok dalam analisis pasar oligopoli, yaitu :

1) Antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya di dalam melakukan

kegiatannya tidak terdapat suatu ikatan tertentu (independent action).

2) Antara pengusaha-pengusaha yang ada dalam pasar oligopoli menjalin suatu

ikatan (collusion) tertentu. Ikatan ini ada yang sempurna (perfect collusion) dan

ada yang tidak sempurna (imperfect collusion). Penentuan harga dalam pasar

oligopoli harga yang ditetapkan oleh perusahaan pesaing adalah variabel yang

konstan. Penentuan harga tersebut biasa disebut dengan kepemimpinan harga

yang merupakan bentuk kerjasama secara diam-diam (tanpa kesepakatan resmi)

dimana beberapa perusahaaan memutuskan untuk menetapkan harga yang sama

dengan pemimpin harga (price leader) dalam industri tersebut. Jika suatu

perusahaan mengubah harga yang ditetapkannya maka perusahaan lainnya akan

(32)

suatu pasar oligopoli akan sangat menguntungkan jika beberapa perusahaan

bersatu dan menentukan harga sehingga bisa memaksimalkan laba industri secara

keseluruhan.

Jenis-jenis pasar oligopoli :

1. Pasar oligopoli murni.

2. Pasar oligopoli dengan pembedaan.

Kebaikan pasar oligopoli :

1. Adanya efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi.

2. Persaingan diantara perusahaan akan memberikan keuntungan bagi konsumen

dalam hal harga dan kualitas barang.

Kelemahan pasar oligopoli :

1. Dibutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar karena

adanya skala ekonomis yang telah diciptakan perusahan sehingga sulit bagi

pesaing baru untuk masuk ke pasar.

2. Apabila terhadap perusahaan yang memiliki hak paten atas sebuah produk,

maka tidak memungkinkan bagi perusahaan lain untuk memproduksi barang

sejenis.

3. Perusahaan yang memiliki pelanggan setia akan menyulitkan perusahaan lain

untuk menyainginya.

4. Adanya hambatan jangka panjang seperti pemberian hak waralaba oleh

pemerintah sehingga perusahaan lain tidak bisa memasuki pasar.

5. Adanya kemungkinan terjadinya kolusi antara perusahaan di pasar yang dapat

membentuk monopoli atau kartel yang merugikan masyarakat. Usaha warung

(33)

cenderung bersifat monopolistik. Hal ini dikarenakan jumlah penjual yang banyak

dan barang yang dijual adalah sejenis tetapi berbeda corak (bervariasi). Warung

tradisional merupakan salah satu bentuk industri kecil/usaha keluarga karena

jumlah pekerjanya sedikit, yaitu sekitar 1-5 orang yang biasanya merupakan

anggota keluarga sendiri. Dengan modal yang relatif kecil, jenis usaha warung

tradisional tersebut relatif mudah masuk ke dalam industri/pasar untuk

mendirikannya. Dari segi harga, warung hanya mempunyai sedikit kekuatan untuk

mempengaruhi harga. Harga yang diberlakukan disesuaikan dengan besarnya

keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik warung sendiri-sendiri.

E. Keuntungan

Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda

pada setiap jenis industri, baik perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, baja,

farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain-lain. Terdapat beberapa teori yang

menerangkan perbedaan ini sebagai berikut (Arifin Sitio, 2001:77-79) :

a. Teori Laba Menanggung Resiko (Risk-Bearing Theory of Profit).

Menurut teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh perusahaan

dengan resiko di atas rata-rata.

b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit).

Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu hasil dari friksi

keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium).

c. Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory of Profit).

Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli

dapat membatasi output dan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada bila

(34)

perusahaan menikmati keuntungan. Kekuatan monopoli ini dapat diperoleh

melalui :

Penguasaan penuh atas supply bahan baku tertentu

Skala ekonomi

Kepemilikan hak paten, atau

Pembatasan daerah Pemerintah

d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit).

Menurut teori ini, laba diperoleh karena keberhasilan perusahaan dalam

melakukan inovasi.

e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Managerial Efficiency Theory of Profit).

Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan

memperoleh laba diatas rata-rata laba normal.Keuntungan yang tinggi merupakan

insentif bagi perusahaan untukmeningkatkan outputnya dalam jangka panjang.

Sebaliknya, laba yang rendahatau rugi adalah pertanda bahwa konsumen

menginginkan kurang dariproduk/komoditi yang ditangani dan metode

produksinya tidak efisien.Keuntungan yangdiperoleh seorang pemilik usaha

setiap hari, minggu, bulan bahkan tahun selalumengalami perubahan. Perubahan

pada keuntungan tersebut bisa perubahankeuntungan yang meningkat atau

perubahan keuntungan yang menurun. Padapenelitian ini perubahan keuntungan

yang terjadi di warung tradisional adalahperubahan keuntungan yang menurun

(35)

F. Jarak

Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi

melalui suatu lintasan tertentu. Jarak antar pedagang dapat menimbulkan

persaingan antar pedagang, sehingga peluang pendapatan pedagang akan

terpengaruh (Alfred Marshall dalam Iskandar, 2007:3). Menurut Peter E. Lloyd,

lokasi apabila dilihat dari sisi perbedaan harga, maka akan dipengaruhi oleh faktor

jarak. Apabila antara satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak

dimana untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya, maka salah satu

pedagang dapat menaikkan sedikit harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya.

Pelanggan yang terjauh darinya akan beralih ke pedagang lain yang tidak

menaikkan harga, tetapi pelanggan yang dekat dengannya tidak akan beralih

karena waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut masih lebih besar

daripada perbedaan harga jual diantara pedagang. Pada penelitian ini, Pasar

modern (minimarket dan supermarket) yang merupakan pesaing warung

tradisional memberikan dampak negatif pada perubahan keuntungan usaha karena

jarak yang dekat diantara keduanya. Kedekatan jarak diantara keduanya diukur

dengan satuan meter. Dimana semakin dekatnya jarak antara warung tradisional

dengan minimarket dan supermarket membuat tingkat persaingan diantara

keduanya semakin besar, sehingga terjadi perubahan keuntungan usaha warung

tradisional. Mudrajad Kuncoro, anggota Tim Ekonomi Kadin (Kamar Dagang dan

Industri) Indonesia dalam Bisnis Indonesia (2008), mengemukakan bahwa

turunnya omset penjualan pedagang kecil secara dahsyat dan makin signifikan,

jika jarak kios atau warungnya dengan toko modern di bawah satu kilometer. Dari

(36)

dengan pasar modern (minimarket dan supermarket), kedekatan lokasi antara

keduannya berpengaruh negatif terhadap perubahan keuntungan usaha warung

tradisional. Apalagi dengan kondisi yang sekarang ini, dimana pertumbuhan

sangat pesat sampai memasuki wilayah pemukiman terutama minimarket. Bila

lokasi minimarket lebih jauh dari warung, maka keuntungan yang diperoleh lebih

besar daripada warung yang lokasinya lebih dekat dari minimarket. Hal ini

disebabkan karena adanya persaingan usaha yang diukur dengan meter pada jarak

antara keduanya.

G. Pengertian Produk

Pengertian Produk Menurut Manajemen Pemasaran

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk

diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai

pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang

ditawarkan tersebut meliputi barang fisik (seperti sepeda motor, komputer, TV,

buku teks), jasa (restoran, penginapan, transportasi), orang atau pribadi (Madonna,

Tom Hanks, Michael Jordan), tempat (Pantai Kuta, Danau Toba), organisasi

(Ikatan Akuntan Indonesia, Pramuka, PBB), dan ide (Keluarga Berencana).

Jadi, produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat

memuaskan pelanggan.

Konsep, Level, dan Hirarki Produk

Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas

sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi

(37)

kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu, produk dapat

pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen

melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi

barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan jaminan.Dalam merencanakan

penawaran atau produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan pengertian

produk, yaitu:

Produk Utama atau Produk Inti – Core Benefit

Produk inti memiliki manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi

oleh pelanggan dari setiap produk. Dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang

dibeli para tamu adalah ‘istirahat dan tidur’. Untuk bioskop, para penonton

sesungguhnya membeli ‘hiburan’.

Produk Generik

Produk generik merupakan produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk

yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). Contohnya,

hotel merupakan suatu bangunan yang memiliki banyak ruangan untuk

disewakan.

Produk Harapan – Expected Product

Produk harapan merupakan produk formal yang ditawarkan dengan berbagai

atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk

dibeli. Sebagai contoh, tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2000: 55). Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya,

seperti mengutip dari buku-buku, literatur, bacaan ilmiah, dan sebagainya yang

mempunyai relevansi dengan tema penulisan (Sutrisno Hadi, 2000).

Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dalam suatu

penelitian ilmiah. Jenis data yang tersedia seharusnya sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Karena penelitian ini bersifat studi kasus, maka lokasi penelitian telah

ditentukan yaitu Kecamatan Rajabasa di Kota Bandar Lampung. Data primer

dalam penelitian ini berasal dari wawancara terhadap pemilik warung tradisional

(warung kelontong) yang menjadi responden. Sehingga dapat mengetahui

pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan uasaha warung

tradisional. Data sekunder yang digunakan berasal dari Badan Penanaman Modal

dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

(39)

B. Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis

Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yaitu :

1. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh koresponden terhadap responden, dan jawaban-jawaban

responden dicatat atau direkam. Wawancara dilakukan kepada pemilik warung

tradisional untuk memperoleh keterangan tentang tujuan penelitian.

2. Metode Angket

Metode angket adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Dalam penelitian ini angket nantinya akan diberikan kepada pemilik

warung tradisional. Mereka diminta mengisi daftar pertanyaan yang berkaitan

dengan penelitian ini.

3. Metode Study Pustaka

Di dalam pengumpulan data studi pustaka penulis memperoleh data-data dari buku.

Serta bacaan-bacaan lain yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

C. Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif

kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang saling

berhubungan dengan penelitian ini yang bersumber dari berbagai litelatur yang

(40)

untuk mengetahui keterkaitan hasil perhitungan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan alat analisis yaitu, metode Statistical Product and Service Solutions

(SPSS) 16.0 for Windows. Selain itu, dalam membahas permasalahan dalam

penelitian ini digunakan rumus uji validitas, uji realibilitas, dan uji perbedaan dua

rata-rata.

1. Uji Validitas

Validitas berarti suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2004:109). Untuk mengukur tingkat validitas soal,

digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

∑ {∑ } {∑ }

√{ ∑ {∑ } }{ ∑ {∑ } }

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang diuji

Σx = Jumlah skor butir (X)

Σy = Jumlah skor butir (Y)

Σ = Jumlah skor butir (X) kuadrat

Σ = Jumlah skor butir (Y) kuadrat

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sebuah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1995;140).

Uji reliabilitas merupakan suatu cara untuk melihat, apakah alat ukur berupa

kuisioner yang digunakan konsisten atau tidak. Apabila suatu alat ukur dipakai

(41)

disebut reliabel. Uji reliabilitas konsumen dapat diuji dengan menggunakan

rumus koefisien cronbach’s alpha (α), yang dapat digunakan untuk mencari

reliabilitas instrumen, skornya bukan 0 dan 1 (Suharsimi, 2002;171). Rumus yang

digunakan untuk koefisien cronbach’s alpha adalah sebagai berikut:

Keterangan :

r1 = validitas variabel internal seluruh instrumen

k = jumlah item instrumen

= jumlah varians item 2 i S

= varians total item 2 t S

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji

perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ1 : Rata-rata keuntungan warung tradisional lebih besar dari

pada rata-rata keuntungan sebelum adanya minimarket dan

supermarket di sekitar warung.

H1 : µ1> µ1: Rata-rata keuntungan warung tradisional lebih kecildari pada

rata-rata keuntungan setelah adanya minimarket dan

supermarket disekitar warung.

(42)

̅

̅ ∑

∑ ̅ √

̅ √

Keterangan :

=

Perbedaan dua rata – rata

n = Banyaknya elemen sampel α = 5% (0,05)

Dengan cara pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

1. Apabila nilai Z0 < -Z tabel maka dapat dikatakan bahwa nilai Z berada

dalam daerah signifikan untuk menolak H0. Artinya kita dapat menerima

H1.

2. Apabila nilai Z0≥ -Z tabel maka dapat dikatakan bahwa nilai Z berada

dalam daerah penerimaan H0. (J. Supranto, 2009 ; 142 )

D. Penentuan Skor Jawaban Responden

Penentuan skor yang digunakan atas jawaban responden terhadap daftar

pertanyaan yang diajukan adalah dengan menggunakan skala Likert, yakni dengan

(43)

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kriteria umum

penilainya adalah sebagi berikut:

1. Untuk jawaban (a) diberi nilai 5

2. Untuk jawaban (b) diberi nilai 4

3. Untuk jawaban (c) diberi nilai 3

4. Untuk jawaban (d) diberi nilai 2

5. Untuk jawaban (e) diberi nilai 1

E.Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memperkecil ruang lingkup penelitian yaitu di

wilayah Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung. Objek penelitian dalam

penelitian ini adalah warung tradisional (warung kelontong) yang berada di sekitar

Minimarket dan Supermarket di Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung.

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya,

maka peneliti menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terpengaruh) adalah variabel yang nilainya

bergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan

yang terjadi pada variabel bebas. (Marzuki, 2005). Variabel dependen pada

(44)

2. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya berpengaruh terhadap variabel

lain. Yang menjadi variabel independen adalah:

A.) Variabel Jarak.

B.) Variabel Perbedaan Produk.

G. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 89). Populasi

yang ditentukan peneliti merupakan populasi jumlah warung tradisional (warung

kelontong) yang berada disekitar minimarket dan supermarket di Kecamatan

Rajabasa kota Bandar Lampung sebanyak 195 warung tradisional (Data Primer,

2012. Diolah).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Jumlah populasi yang terlalu besar tidak memungkinkan peneliti meneliti

seluruhnya karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Untuk mendapatkan

responden yang dapat mewakili populasi maka dalam penelitian ini ditentukan

jumlah sampel melalui rumus berikut ini:

( )

,

dimana

D =

(45)

B = bound of error pada tingkat kepercayaansebesar 90%, jadi B = 0,1

n = besarnya sampel

N = besarnya populasi

P = rasio dari unsur-unsur sampel yang memenuhi

D =

=

=

0,0025( kesalahan umum yang dapat diterima)

( Moh.Nazir, 1988:344)

maka didapatkan jumlah sampel untuk warung tradisional di Kecamatan Rajabasa

kota Bandar Lampung terdapat :

= 66,3 atau 66 warung

Berdasarkan perhitungan tersebutmaka jumlah sampel yang diperlukan sebanyak

66 warung.

H. Gambaran Umum Kecamatan Rajabasa 1. Kondisi Umum Kecamatan Rajabasa

Kecamatan Rajabasa merupakan pemekaran dari Kecamatan induk yaitu

kecamatan kedaton, berdasarkan peraturan daerah nomor. 4 tahun 2001 tanggal 3

oktober 2001 tentang pembangunan, pemnghapusan dan pemekaran wilayah dan

kecamatan dalam Kota Bandar Lampung. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan

Rajabasa adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Lampung Selatan.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tanjung Karang Barat dan

(46)

3. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Kedaton dan Tanjung Karang

Barat.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Natar Lampung Selatan.

2. Topografi

Secara greografis Kecamatan Rajabasa merupakan daerah dataran dengan luas

daerah 1.302 ha, yang merupakan lahan pertanian tadah hujan dan sebagian besar

digunakan sebagai pemukiman penduduk.

Gambar 2. Peta Kecamatan Rajabasa

Keteranagan :

Kelurahan Rajabasa Raya

Kelurahan Rajabasa Jaya

Kelurahan Gedung Meneng

(47)

3. Administrasi Pemerintahan

Kecamatan Rajabasa terbentuk pada tanggal 9 febuari 2002, berdasarkan surat

keputusan Wali Kota Bandar Lampung No: 821.22/08/02.7/2001 tanggal 29

desember 2001dan berdasarkan peraturan daerah nomor. 4 tahun 2001 tanggal 23

oktober 2001 tentang pemekaran wilayah Kecamatan dan kelurahan dalam

Wilayah Kota Bandar Lampung, secara Administratif Kecamatan Rajabasa dibagi

menjadi 4 Kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Rajabasa

2. Kelurahan Rajabasa Jaya

3. Kelurahan Rajabasa Raya

4. Kelurahan Gedung Meneng

Kondisi Demografi

Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis KelaminTahun 2011 menurut

Kecamatan Rajabasa Dalam Angka (BPS, 2011) tercatat jumlah penduduk

Kecamatan Rajabasa sebesar 43.727 jiwa. Dengan rincian, antara jumlah

penduduk perempuan 21.360 dan jumlah penduduk laki-laki 22.367.

Tabel.3 Banyaknya Penduduk di Kecamatan Rajabasa Menurut Umur, Jenis Kelamin , dan sex ratio, Tahun 2011 (Jiwa)

Nama Kelurahan Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Sex Ratio

Gedung Meneng 4.940 5.024 98,33

Rajabasa 10.274 9.609 106,92

Rajabasa Raya 3.892 3.682 105,70

Rajabasa Jaya 3.261 3.045 107,09

(48)

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011

2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Tabel.4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Rajabasa per Kelurahan, Tahun 2011 (Jiwa)

Nama Kelurahan Luas Daerah (Km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Per Km2

Gedung Meneng 2,27 9.964 4.389

Rajabasa 3,59 19.883 5.538

Rajabasa Raya 3,58 7.574 2.116

Rajabasa Jaya 3,58 6.306 1.761

Jumlah 13,02 43.727 3.358

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011

Dalam Tabel diatas bisa kita ketahui bahwa daerah yang kepadatannya terbesar

adalah di kelurahan Rajabasa dan yang terendah kepadatannya adalah kelurahan

Rajabasa Jaya.

I. Visi, Misi Minimarket Dan Supermarket

Penulis mengambil salah satu Visi dan Misi minimarket yaitu Alfamart sebagai

Minimarket Lokal Terbaik Indonesia.

Visi

Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas

berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan

(49)

Misi

1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus pada

layanan produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yangdilakukan dan selalu

menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.

3. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan

menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.

4. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat, dan terus

bertumbuh serta bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan,

(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dalam Bab

4 dan sesuai dengan permasalahan serta teori dalam penelitian ini, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa :

1. Dari hasil penelitian jarak kedekatan berdirinya minimarket dan supermarket

dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang

diperoleh pemilik warung tradisional, Karena semakin dekat jarak berdirinya

minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang

diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya.

2. Dari hasil penelitian perbedaan produk yang dimiliki oleh warung tradisional

mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung

tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk

dengan minimarket dan supermarket maka warung akan memperoleh keuntungan

yang cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan

minimarket dan supermarket.

3. Dan dalam hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan pasar modern

berpengaruh negatif terhadap keuntungan pemilik warung tradisional dengan

alasan karena kedekatannya jarak, kelengkapan produk pasar modern. Sehingga

bisa dikatakan bahwa pasar modern memiliki hubungan kompetitif terhadap

(51)

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan

saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah sebaiknya lebih tegas lagi dalam memberlakukan Peraturan

Pemerintah (PP) No 112/ 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern; serta Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 53/M-Dag/Per/12/ 2008 yang merupakan petunjuk

pelaksanaan dari PP No 112/ 2007. Hal ini agar tidak terjadi perkembangan pasar

modern yang semakin banyak di lingkungan pemukiman dan tidak sesuai dengan

Peraturan Pemerintah tersebut.

2. Bagi pengusaha sebaiknya sebelum mendirikan pasar modern hendaknya

memperhatikan jarak lokasi untuk berdirinya usaha terhadap para pedagang

warung tradisional dan apakah lokasi layak untuk didirikannya pasar modern agar

nantinya tidak terlalu meresahkan para pedagang warung tradisional.

3. Bagi pedagang hendaknya berusaha senantiasa diperbanyak perbedaannya

terutama pada ketersediaan produk secara lengkap dan berkualitas, serta

memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Dan lebih perduli

(52)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Bandar Lampung. Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk per Kelurahan

di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung 2011(Jiwa).

Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung. Jumlah Minimarket

per Kecamatan Kota Bandar Lampung 2012.

Kecamatan Rajabasa. 2011. Monografi kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Kantor

kecamatan Rajabasa. Kota Bandar Lampung.

Moh. Nazir, Ph.D. 1983. Metode Penelitian. Galia Indonesia. Darussalam

Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa

Pasar. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung

Supranto, J. 2009. Staistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Suharsimi, Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.

Wijayanti, Pardiana. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Widiandra, Damasus Ottis. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Jurnal Penelitian Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Website :

http://Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan

Gambar

Tabel 1. Jumlah Minimarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012
Tabel 2. Jumlah supermarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012
Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 2. Peta Kecamatan Rajabasa
+3

Referensi

Dokumen terkait