LAND USE AND CROP AGES AND CLONES OF CAVENDISH BANANA AFFECT ABUNDANCE OF PLANT PARASITIC NEMATODE IN PT NTF PLANTATION
LAMPUNG By
YANTO
ABSTRACT
Plant parasitic nematodes can be pestiferous to banana. The nematodes attack root and cause disturb of water transportation and nutrient translocation. The aim of this research was to study the effect of land use age, crop age, clones of Cavendish banana and properties of soil on abundance of plant parasitic nematodes. Nematodes survey was conducted in PT NTF banana plantation on February 2014. Soil and root samples are taken from several ranges of land use (3-5 years, 10-12 years, and 17-19 years) and crop ages (1-3 months, 4-6 months and 7-9 month) after planting. Nematodes from 200 cc of soil or 50 g of roots were extracted by modificated Baerman method. The data were analyzed by ANOVA in randomized completely design. Least Significant Different test at 5% level was use to separate the mean of data. The quadratic models were applied to measure the relationship between of soil factors and nematode abundance. The result shows that sixteen genera of plant parasitic and nine genera of free-living nematodes were found associated with Cavendish banana in PT NTF plantation. Six genera of plant parasitic nematodes (Radopholus, Pratylenchus, Meloidogyne, Helicotylenchus, Hoplolaimus, and Scutellonema) showed high prominence values. Among them, Radopholus and Pratylenchus had higher absolute population and frequency. The land use ages and crop ages influence Radopholus and Pratylenchus abundance. The abundance of those two genera were higher on the 3-5 years old than that on the 17-19 years old land. The abundance ofRadopholus and Pratylenchusabundance was also higher on the 4-6 month or 7-9 month than that on 1-3 month old Cavendish banana. ThePratylenchus abundance was higher on clones CJ20 and CJ30 than that on DM2 clones of Cavendish banana. The variation of soil factors has a low contribution to variation of plant parasitic nematodes abundance (soil water content: 0.2-15.9%, soil temperature: 1.5-10.1%, soil organic matter (C-org): 1.7-31.7 %, and pH: 0.0-22.3%).
BERBEDA DI PT NTF LAMPUNG Oleh
YANTO
ABSTRAK
Nematoda parasit tumbuhan dapat menjadi hama yang sangat merugikan pada pertanaman pisang. Nematoda menyerang akar dan dapat menyebabkan gangguan sirkulasi air dan translokasi unsur hara pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh umur lahan, umur tanaman dan klon pisang Cavendish serta faktor lingkungan tanah terhadap kelimpahan nematoda parasit tumbuhan. Survei dilakukan di perkebunan pisang PT NTF Lampung Timur pada bulan Februari 2014. Sampel tanah dan akar diambil dari beberapa kisaran umur penggunaan lahan (3-5 tahun, 10-12 tahun, dan 17-19 tahun), beberapa kisaran umur tanaman (1-3 bulan, 4-6 bulan, dan 7-9 bulan). Nematoda dari 200 cc tanah atau 50 g akar diekstraksi menggunakan metode Bearman yang dimodifikasi. Data dianalisis ragam dalam Rancangan Acak Lengkap dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5%. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan tanah dengan kelimpahan nematoda digunakan analisis regresi kuadratik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16 genus nematoda parasit tumbuhan dan 9 genus nematoda hidup bebas ditemukan berasosiasi dengan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF. Enam genus nematoda parasit tumbuhan (Radopholus, Pratylenchus, Meloidogyne, Helicotylenchus, Hoplolaimus, and Scutellonema) menunjukkan nilai prominence yang tinggi. Di antara ke enam nematoda tersebut,Radopholus danPratylenchusmemiliki populasi absolut dan frekuensi absolut yang tinggi. Umur penggunaan lahan dan umur tanaman mempengaruhi kelimpahan nematoda Radopholus dan Pratylenchus. Kelimpahan kedua nematoda ini lebih tinggi pada lahan berumur 3-5 tahun daripada kelimpahannya pada lahan berumur 17-19 tahun. Kelimpahan nematoda Radopholus dan Pratylenchus juga lebih tinggi pada tanaman pisang Cavendish berumur 4-6 bulan atau 7-9 bulan daripada kelimpahannya pada tanaman berumur 1-3 bulan. Kelimpahan Pratylenchus pada pisang Cavendish klon CJ20 dan CJ30 lebih tinggi daripada kelimpahan nematoda tersebut pada klon DM2. Kontribusi keragaman faktor lingkungan tanah terhadap kelimpahan nematoda parasit tumbuhan rendah (kadar air: 0,2-15,9%, suhu tanah: 1,5-10,1%, bahan organik tanah (C-org): 1,7-31,7%, dan pH tanah: 0,0-22,3%).
KELIMPAHAN NEMATODA PARASIT TUMBUHAN PADA BERBAGAI UMUR LAHAN DENGAN UMUR TANAMAN
DAN KLON PISANG CAVENDISH BERBEDA DI PT NTF LAMPUNG
(Tesis)
Oleh YANTO
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 29 Maret 1961. Penulis merupakan anak kedua dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Ali Berlian (alm) dan Ibu Indrawati (almh).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Sumatera Selatan (Sumsel) Jaya Palembang pada tahun 1974, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sumsel Jaya Palembang pada tahun 1977, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Yos Sudarso Metro pada tahun 1981.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung demi kelancaran penulisan tesis ini. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menganugrahkan kebahagiaan dan kedamaian atas budi baik mereka yang namanya tertulis di bawah ini:
1. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, perhatian, bantuan sarana,
pengarahan, koreksian, saran, dan menuntun pelaksanaan penelitian serta
identifikasi nematoda di laboratorium mulai awal sampai akhir penyusunan tesis ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan saran, pemikiran, dan mengoreksi sejak penyusunan proposal dan penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo, M.Sc. selaku pembahas dan penguji atas segala saran, koreksi, dan kritikan yang membangun dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Ir. Soetjipto dan Bapak Ir. R. A. Wardhana, M.Si. yang telah memberikan izin lokasi penelitian di PT NTF dan membantu kelancaran pengumpulan data. Saudara Linggar Suprayogi, S.P. dan Bapak Ir. Suhartadi, beserta staf karyawan PT NTF yang telah membantu pelaksanaan dan kelancaran penelitian di lapangan. 6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.
8. Istriku yang selalu mendorong, mendukung, dan mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan studi dan penelitian ini, dan anak-anakku atas dukungan dan doanya.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Magister Agronomi angkatan 2012, M. Badri Burhan, Rahmansyah A. Wardhana, Linggar Suprayogi, Saiful Bahri, Mulyanto, Viza Yelisanti P., dan Frestika Dwi M. atas kebersamaan,
persahabatan, saran, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xx
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.3 Kerangka Pemikiran... 7
1.4 Hipotesis ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA... 13
2.1 Tanaman Pisang ... 13
2.1.1 Syarat Tumbuh Tanaman Pisang ... 15
2.1.2 Sentra Produksi Pisang... 15
2.1.3 Pisang Cavendish ... 16
2.2 Nematoda ... 25
2.2.1 Penggolongan Nematoda ... 27
2.2.2 Beberapa Genus Penting Nematoda Parasit pada Tanaman Pisang... 29
2.2.3 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Parasitisme Nematoda pada Tanaman Pisang ... 38
III. METODOLOGI PENELITIAN... 47
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 47
3.2 Bahan dan Alat ... 51
3.3 Metode Penelitian ... 52
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 52
3.4.1 Penentuan Lokasi dan Sampling ... 52
3.4.2 Ekstraksi Nematoda ... 55
3.4.3 Fiksasi Nematoda ... 56
3.4.4 Penghitungan Populasi Nematoda ... 57
3.4.5 Identifikasi Nematoda ... 57
3.5 Pengamatan Faktor Lingkungan di Kebun Pisang Cavendish ... 58
3.6 Analisis Data ... 58
3.6.1 Menghitung Kerapatan Populasi Absolut, Frekuensi Absolut, dan NilaiProminence ... 58
3.6.2 Melakukan Uji F ... 59
3.6.3 Menghitung Koefisien Determinasi Hubungan Antara Faktor Lingkungan dengan Kelimpahan Nematoda Tanaman Pisang Cavendish ... 59
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 61
4.1 Hasil Penelitian ... 61
4.1.1 Genus Nematoda yang Ditemukan ... 61
4.1.2 NilaiProminenceGenus Nematoda ... 64
4.1.3 Pengaruh Umur Lahan ... 64
4.1.4 Pengaruh Umur Tanaman ... 67
4.1.5 Pengaruh Klon Tanaman ... 69
4.1.6 Lingkungan Tanah... 72
xiii
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 86
5.1 Kesimpulan ... 86
5.2 Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA... 88
Halaman Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditi
Pisang dari Januari hingga Juni 2013 ... 3
Tabel 2. Wilayah Andalan Pisang di Indonesia ... 16
Tabel 3. Deskripsi Klon Pisang Cavendish CJ20 ... 20
Tabel 4. Deskripsi Klon Pisang Cavendish CJ30 ... 22
Tabel 5. Deskripsi Klon Pisang Cavendish DM2 ... 24
Tabel 6. Garis Besar Klasifikasi Nematoda Parasit Tumbuhan ... 29
Tabel 7. Curah Hujan Bulanan pada Tahun 2004--2013 (mm) ... 50
Tabel 8. Blok yang Terpilih Dalam Pengambilan Sampel Tanah dan Akar ... 51
Tabel 9. Kombinasi Umur Penggunaan Lahan dengan Umur Tanaman Pisang Cavendish ... 52
Tabel 10. Genus Nematoda yang Ditemukan dan Populasinya dari 200 ml Tanah pada Pertanaman Pisang Cavendish ... 62
Tabel 11. Genus Nematoda yang Ditemukan dan Populasinya dari 50 g Akar pada Pertanaman Pisang Cavendish ... 63
Tabel 12. NilaiProminenceEnam Nematoda Parasit Tumbuhan yang Tertinggi pada Tanah dan Akar Tanaman Pisang Cavendish ... 64
Tabel 13. Kelimpahan EnamNematoda Parasit Tumbuhan dari 200 ml Sampel Tanah pada Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan Pisang Cavendish ... 65
Tabel 14. Kelimpahan Enam Nematoda Parasit Tumbuhan dari 50 g Sampel Akar pada Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan Tanaman Pisang Cavendish ... 66
Tabel 15. Kelimpahan Enam Nematoda Parasit Tumbuhan dari 200 ml Sampel Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman Pisang Cavendish ... 67
xv
Tabel 17. Kelimpahan Enam Nematoda dari 200 ml Sampel Tanah
padaTiga Klon Tanaman Pisang Cavendish ... 70 Tabel 18. Kelimpahan Enam Nematoda dari 50 g Sampel Akar
pada Tiga Klon Tanaman Pisang Cavendish ... 71 Tabel 19. Nilai Faktor Lingkungan Tanah pada Berbagai Umur
Penggunaan Lahan dan Umur Tanaman
Pisang Cavendish ... 72 Tabel 20. Nilai R2dalam % Model Kuadratik Hubungan Faktor
Lingkungan dengan Populasi Enam Nematoda Parasit
Tumbuhan dari Tanah ... 73 Tabel 21. Nilai R2dalam % Model Kuadratik Hubungan Faktor
Lingkungan dengan Populasi Enam Nematoda Parasit
Tumbuhan dari Akar ... 73 Tabel 22. Kelimpahan Nematoda GenusHelicotylenchus
dari 200 ml Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 93 Tabel 23. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda
GenusHelicotylenchusdari 200 ml Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur
Penggunaan Lahan Pisang Cavendish ... 93 Tabel 24. Kelimpahan Nematoda GenusHoplolaimusdari 200 ml
Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 93 Tabel 25. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda
GenusHoplolaimusdari 200 ml Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur
Penggunaan Lahan Pisang Cavendish ... 94 Tabel 26. Kelimpahan Nematoda GenusMeloidogynedari 200 ml
Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 94 Tabel 27. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda
GenusMeloidogynedari 200 ml Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur
Penggunaan Lahan Pisang Cavendish ... 94 Tabel 28. Kelimpahan Nematoda GenusPratylenchusdari 200 ml
Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 95 Tabel 29. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda
GenusPratylenchusdari 200 ml Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur
Tabel 30. Kelimpahan Nematoda GenusRadopholusdari 200 ml Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 95 Tabel 31. Kelimpahan Nematoda GenusRadopholusdari 200 ml
Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan Pisang
Cavendish (transformasi log ( x + 1)) ... 96 Tabel 32. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Radopholusdari 200 Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish (transformasi log (x + 1)) ... 96 Tabel 33. Kelimpahan Nematoda GenusScutellonemadari 200 ml
Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 96 Tabel 34. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Scutellonemadari 200 ml Tanah pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish ... 97 Tabel 35. Kelimpahan Nematoda GenusHelicotylenchus
dari 50 g Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 97 Tabel 36. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Helicotylenchusdari 50 g Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish ... 97 Tabel 37. Kelimpahan Nematoda GenusHoplolaimusdari 50 g
Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 98 Tabel 38. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Hoplolaimusdari 50 g Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish ... 98 Tabel 39. Kelimpahan Nematoda GenusMeloidogynedari 50 g
Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 98 Tabel 40. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Meloidogynedari 50 g Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish ... 99 Tabel 41. Kelimpahan Nematoda GenusPratylenchusdari 50 g
Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
xvii
Tabel 42. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus Pratylenchusdari 50 g Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish ... 99 Tabel 43. Kelimpahan Nematoda GenusRadopholusdari 50 g
Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 100 Tabel 44. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Radopholusdari 50 g Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish ... 100 Tabel 45. Kelimpahan Nematoda GenusScutellonemadari 50 g
Akar pada Tiga Rentang Umur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan
Pisang Cavendish ... 100 Tabel 46. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Scutellonemadari 50 g Akar pada TigaRentangUmur Tanaman dan Tiga Rentang Umur Penggunaan
Lahan Pisang Cavendish ... 101 Tabel 47. Kelimpahan Nematoda GenusHelicotylenchusdari
200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 101 Tabel 48. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Helicotylenchusdari 200 ml Tanah pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 101 Tabel 49. Kelimpahan Nematoda GenusHoplolaimusdari
200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 101 Tabel 50. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Hoplolaimusdari 200 ml Tanah pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 102 Tabel 51. Kelimpahan Nematoda GenusHoplolaimusdari
200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 102 Tabel 52. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Hoplolaimusdari 200 ml Tanah pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 102 Tabel 53. Kelimpahan Nematoda GenusMeloidogynedari
200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 102 Tabel 54. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Meloidogynedari 200 ml Tanah pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 103 Tabel 55. Kelimpahan Nematoda GenusPratylenchusdari
200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Tabel 56. Kelimpahan Nematoda GenusPratylenchusdari 200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman Pisang
Cavendish (Trans log (x+1)) ... 103 Tabel 57. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Pratylenchusdari 200 ml Tanah pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish (Trans log (x+1)) ... 103 Tabel 58. Kelimpahan Nematoda GenusRadopholusdari
200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 104 Tabel 59. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Radopholusdari 200 ml Tanah pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 104 Tabel 60. Kelimpahan Nematoda GenusScutellonemadari
200 ml Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 104 Tabel 61. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Scutellonemadari 200 ml Tanah pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 104 Tabel 62. Kelimpahan Nematoda GenusHelicotylenchus
dari 50 g Akar pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 105 Tabel 63. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Helicotylenchusdari 50 g Akar pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 105 Tabel 64. Kelimpahan Nematoda GenusHoplolaimus
dari 50 g Akar pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 105 Tabel 65. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Hoplolaimusdari 50 g Akar pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 105 Tabel 66. Kelimpahan Nematoda GenusMeloidogyne
dari 50 g Akar pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 106 Tabel 67. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Meloidogynedari 50 g Akar pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 106 Tabel 68. Kelimpahan Nematoda GenusPratylenchus
dari 50 g Akar pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 106 Tabel 69. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda Genus
Pratylenchusdari 50 g Akar pada Tiga Klon
Tanaman Pisang Cavendish ... 106 Tabel 70. Kelimpahan Nematoda GenusRadopholus
dari 50 g Akar pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 107 Tabel 71. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda
GenusRadopholusdari 50 g Akar pada Tiga Klon
xix
Tabel 72. Kelimpahan Nematoda GenusScutellonema dari 50 g Akar pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 107 Tabel 73. Daftar Sidik Ragam Kelimpahan Nematoda
GenusScutellonemadari 50 g Akar pada Tiga Klon
Halaman Gambar 1. Diagram Alur Hubungan Umur Lahan, Umur,
Klon, dan Produksi Tanaman dengan Nematoda
Parasit Tumbuhan ... 11 Gambar 2. Tanaman Pisang Cavendish berumur 1 hingga
11 bulan ... 19 Gambar 3. NematodaRadopholusyang menyerang
tanaman kopi ... 30 Gambar 4. NematodaPratylenchusyang menyerang
tanaman kopi ... 33 Gambar 5. Peta Kabupaten Lampung Timur ... 48 Gambar 6. Peta lokasi Perkebunan Pisang Cavendish PT NTF ... 49 Gambar 7. Pengambilan 5 subsampel tanah dan akar secara
diagonal pada lahan berukuran 50 m x 50 m ... 53 Gambar 8. (a) Jarak lubang 10 cm dan (b) 50 cm dari pohon
pisang, (c) lubang berukuran sekitar
20 cm x 20 cm x 20 cm, dan (d) cangkul yang telah
dimodifikasi seperti sekop ... 54 Gambar 9. Enam titik lubang pengambilan subsampel tanah dan
akar tanaman pisang secara bersilang ... 54 Gambar 10. Corong Baermann yang dimodifikasi, (a) Ujung corong
diikat dengan kantong plastik es, (b) permukaan corong dilandasi saringan kawat yang, (c) dilapisi kertas tisue, dan (d) akar tanaman pisang yang telah dipotong-potong sebanyak 50 g diletakkan di kertas
tisue yang telah dibasahi ... 56 Gambar 11. Kelimpahan NematodaPratylenchusdan
Radopholusdari 200 ml Sampel Tanah pada Tiga Rentang Umur Penggunaan Lahan Tanaman
Pisang Cavendish ... 66 Gambar 12. Kelimpahan NematodaPratylenchusdan
Radopholusdari 200 ml Sampel Tanah pada Tiga
Rentang Umur Tanaman Pisang Cavendish ... 68 Gambar 13. Kelimpahan NematodaPratylenchusdari 200 ml
Sampel Tanah pada Tiga Klon Tanaman
Pisang Cavendish ... 70 Gambar 14. Rata-rata Kelimpahan NematodaHoplolaimus
dari 50 g Sampel Akar pada Tiga Klon Tanaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pisang merupakan salah satu komoditas yang memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan komoditas buah lainnya. Keunggulan tersebut antara lain: dapat diusahakan pada berbagai agroekosistem yang tersebar di seluruh Indonesia,
permintaan pasar yang cukup tinggi, varietas yang beragam dan multi guna, dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun olahan, serta keuntungan yang diperoleh dalam usaha tani pisang cukup besar dan relatif singkat yaitu 1—2 tahun (Kuntarsih, 2012).
Buah pisang dapat dikonsumsi sebagai buah segar atau diolah menjadi makanan ringan atau produk lainnya (Purwoko dan Suryana, 2000). Produk olahan tanaman pisang antara lain: gaplek dan tepung pisang, keripik pisang, dodol pisang, sale pisang, sari buah, sirup pisang, buah pisang dalam sirup, saus sambal pisang, dan jam pisang coklat (Prabawatiet al., 2008). Menurut Ratna (2013), buah pisang dapat dibuat sambel goreng pisang, kremes pisang, dan tepung pisang,kulit pisang dapat dibuat kerupuk pisang dan pangsit kulit pisang, daun pisang dapat dibuat sirup dan es daun pisang, batang pisang dapat dibuat abon, dan bonggol pisang dapat dibuat manisan, kerupuk, dan sirup.
Pisang dapat digunakan sebagai alternatif pangan pokok karena mengandung karbohidrat yang tinggi, sehingga dapat menggantikan sebagian konsumsi beras dan terigu. Untuk keperluan tersebut, digunakan buah pisang mentah yang kemudian diolah menjadi berbagai produk, baik melalui pembuatan gaplek dan tepungnya maupun olahan langsung dari buahnya. Karbohidrat buah pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Dibandingkan dengan gula pasir, sirup, karbohidrat pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat, tetapi lebih cepat dari nasi, biscuit dan sejenis roti (Prabawatiet al., 2008).
3
mencatat bahwa ekspor pisang Indonesia ke Negara Hongkong, China, Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Netherlands, dan Switzerland dari bulan Januari hingga Juni 2013 mencapai 1.358.908 kg dengan nilai 856.201 dolar AS dengan rincian seperti yang tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Pisang dari Januari hingga Juni 2013
Bulan Volume (kg) Nilai (US$)
Januari 273.036 158.016
Pebruari 164.646 101.878
Maret 445.891 293.006
April 463.135 280.225
Mei 6.836 14.339
Juni 5.364 8.737
Total 1.358.908 856.201
Sumber: Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2013)
Salah satu jenis pisang yang memiliki nilai ekonomi tinggi terutama untuk komoditas ekspor adalah pisang Cavendish (Musa cavendishii) (Purwoko dan Juniarti, 1998). Pisang ini merupakan salah satu jenis pisang yang dikonsumsi oleh 80% total konsumen luar negeri. Pisang Cavendish sudah dibudidayakan di Indonesia, walaupun bukan merupakan jenis pisang asli Indonesia. Pisang Cavendish berasal dari Negara Brazil dan masuk ke Indonesia pada tahun 1990 (Wiwaha, 2007).
lahan yang semakin beragam maka pada tahun 2011 kepanjangan NTF yang semula adalah Nusantara Tropical Fruit berubah menjadi Nusantara Tropical Farm.
Produksi dan pengembangan komoditas pisang pada suatu wilayah ditentukan oleh banyak hal (Jumjunidanget al., 2012), diantaranya adalah teknik budidaya, kesuburan tanah, iklim, dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang menyerang tanaman pisang adalah nematoda parasit tumbuhan. Nematoda parasit tumbuhan merupakan OPT penting pada tanaman pisang. Namun demikian peranan OPT ini masih belum disadari baik oleh para pembuat kebijakan maupun oleh petani di Indonesia. Secara umum serangan nematoda menyebabkan kerusakan pada akar, karena nematoda mengisap cairan sel akar, sehingga pembuluh jaringan terganggu, akibatnya translokasi air dan hara terhambat (Mustika, 2005).
Umumnya serangan nematoda pada tanaman dapat menyebabkan penyakit kompleks (complex diseases). Patogen lain seperti jamur, bakteri, dan virus mudah masuk ke dalam jaringan akar melalui luka yang disebabkan oleh nematoda, sehingga gejala serangan nematoda tersebut semakin parah (Webster, 1985 dalam Mustika, 2005). Kehadiran sejumlah jamur pada luka yang disebabkan oleh nematoda parasit tumbuhan mempercepat kerusakan akar dan membantu terjadinya penyakit rebah, karena jamur tersebut membentuk koloni di dalam stele yang tidak dipenetrasi oleh nematoda parasit tumbuhan (Stover, 1972 dalam Gowen dan Queneherve, 1995).
5
saat ini data kerusakan yang ada masih bersifat parsial, hanya berdasarkan hasil-hasil penelitian di rumah kaca dan lapang dalam luasan yang sangat terbatas. Masalah nematoda parasit di Indonesia baru mendapat perhatian serius pada tahun 2003, sejak ditemukannya nematodaGlobodera rostochiensis(nematoda sista kuning atau NSK) yang menyerang tanaman kentang di dusun Sumber Brantas, Kota Baru, Jawa Timur (Mustika, 2005).
Pertanaman pisang berasosiasi dengan banyak jenis nematoda. Menurut Jumjunidang (2009), nematodaRadopholus similismerupakan salah satu spesies yang sangat merugikan bagi tanaman pisang. Nematoda ini penyebarannya sangat luas di Indonesia dan telah dilaporkan menimbulkan kerugian pada beberapa negara penghasil pisang seperti Afrika dan Amerika Latin. Nematoda parasit tumbuhan R. similismerupakan salah satu faktor pembatas dalam meningkatkan produksi pisang. Serangan nematoda ini dapat merusak sistem perakaran yang mengganggu penyerapan air dan nutrisi tanaman, dan juga dapat bersinergi dengan organisme pengganggu tanaman lainnya (Jumjunidang, 2010).
SelainRadopholus similis, diketahui nematoda jenis lain juga menyerang pisang. Srinivasanet al.(2011) melaporkan bahwa pada pertanaman pisang di Kabupaten Thanjavur, Tamilnadu, India ditemukan beberapa jenis nematoda parasit tumbuhan yang dominan selainR. similis, yaitu:Pratylenchus coffeae,Helicotylenchus
multicintus, danMeloidogyne incognita. Hasil survey Wang dan Hooks (2009) pada
Pisang komersial seperti Cavendish dilaporkan rentan terhadap serangan nematoda. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan penanaman kultivar/klon tahan dan toleran (Jumjunidang, 2010), menggunakan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) sebagai agensia hayati (Jumjunidang, 2009), atau menggunakan nematisida kimia, bahan organik, dan kultur teknik (Kloepperet al., 1992 dalam Lingga, 2009).
Serangan nematoda dapat diantisipasi sebelum mengakibatkan kerugian yang lebih besar melalui tindakan pencegahan. Dalam rangka tindakan pencegahan, maka informasi tentang berbagai spesies dan populasi nematoda pada suatu daerah menjadi suatu faktor yang sangat penting (Panggeso, 2010). Lucet al. (1995a) juga
menyatakan bahwa dengan mengetahui adanya genus dan spesies nematoda pada suatu daerah merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam mengantisipasi kerugian karena nematoda.
Tanaman pisang yang ditanam secara terus menerus dalam waktu lama di tempat yang sama dapat menimbulkan masalah. Semakin lama lahan digunakan untuk menanam pisang maka diduga semakin berlimpah nematoda yang ada pada tanah di sekitar perakaran dan akar tanaman pisang.
7
PT NTF memiliki lahan yang umurnya berbeda dan ditanami berbagai jenis klon pisang Cavendish dengan umur tanaman yang berbeda dan belum pernah
dipublikasikan tentang komunitas nematoda parasit tumbuhan yang mungkin ada.
Oleh karena itu, maka dipandang perlu melakukan penelitian guna mengetahui jenis dan kelimpahan nematoda yang hidup dan berasosiasi dengan tanaman pisang Cavendish pada berbagai umur penggunaan lahan dengan umur tanaman dan klon pisang yang berbeda di PT NTF Lampung Timur.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kelimpahan nematoda parasit tumbuhan pada berbagai umur
penggunaan lahan pisang Cavendish dengan umur tanaman dan klon pisang yang berbeda di PT NTF Lampung Timur.
2. Mengetahui beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kelimpahan nematoda parasit tumbuhan.
1.3 Kerangka Pemikiran
Produksi tanaman pisang dipengaruhi oleh keberadaan OPT. Salah satu OPT penting yang menyerang pertanaman pisang adalah nematoda parasit tumbuhan. Pengetahuan yang benar terhadap komunitas nematoda parasit tumbuhan diperlukan untuk
antar jenis nematoda umumnya memerlukan pengelolaan serta penanggulangan yang berbeda satu sama lainnya (Budiman, 2008). Dalam pengelolaan nematoda, selain memperhatikan nematoda parasit tumbuhan penting juga memperhatikan nematoda hidup bebas yang bermanfaat.
Lebih dari satu juta spesies nematoda terdapat di seluruh permukaan bumi. Dari satu juta spesies ini ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Nematoda yang menguntungkan adalah nematoda hidup bebas di antaranya adalah: (a) nematoda patogen serangga yang dapat menekan populasi serangga hama, (b) nematoda
predator terhadap nematoda parasit tumbuhan, dan (c) nematoda pemakan bakteri dan jamur pengurai bahan organik. Nematoda yang merugikan adalah nematoda parasit tumbuhan (Budiman, 2008).
Di Indonesia sudah diidentifikasi sebanyak 26 spesies nematoda parasit tumbuhan yang menyerang tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Diantara nematoda tersebut,Radopholus, Meloidogyne, Pratylenchus,danGloboderamerupakan nematoda parasit yang paling merusak (Mustika, 2005).
Gowen dan Queneherve (1995) menyatakan bahwa jenis nematoda parasit tumbuhan yang diketahui paling merusak terhadap tanaman pisang, yaitu nematoda yang dapat merusak akar primer, sehingga dapat mengganggu batang tanaman pisang untuk dapat berdiri tegak serta dapat mengakibatkan robohnya tanaman pisang. Nematoda yang penting pada tanaman pisang adalahRadopholus similis,beberapa spesies
Pratylenchus,Helicotylenchus multicintus, beberapa nematoda endoparasit yang
9
nematoda tersebut, ada jenis nematoda lain yang dapat menjadi hama penting jika kerapatan populasinya tinggi, yaituHoplolaimus pararobustus, Helicotylenchus microcephalus, H. mucronatus, danCaphalenchus emarginatus.
Menurut Afifahet al. (2013) kerapatan populasi nematoda dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tekstur tanah, kelembaban tanah, bahan organik tanah, keasaman tanah, dan jenis tanaman yang dibudidayakan. Tanah bertekstur lempung berdebu yang membuat kondisi tanah remah dapat memudahkan nematoda untuk bergerak di dalam tanah dan kandungan oksigen yang tinggi mendukung pernapasan nematoda. Sebaliknya pada tanah bertekstur liat sehingga kondisi tanahnya padat dengan pori-pori tanah yang berukuran kecil dan mempunyai kandungan oksigen yang rendah dapat membatasi pergerakan, perkembangan, dan reproduksi nematoda di dalam tanah.
Lucet al. (1995b) menyatakan bahwa kandungan air tanah merupakan faktor ekologi yang utama bagi nematoda parasit tumbuhan, karena nematoda tersebut memerlukan film air meskipun sedikit untuk memudahkan nematoda bergerak di dalam tanah, bahkan nematoda juga mampu menyerang bagian tanaman di atas permukaan tanah yang kelembabannya cukup tinggi sebagai sarana nematoda untuk bergerak.
Keasaman tanah juga dapat berpengaruh terhadap nematoda, tetapi data tentang pengaruh keasaman tanah masih sangat sedikit.
tahan hidup dan dilindungi oleh massa gelatin (Meloidogyne, Tylenchulus,
Rotylenchulus) atau berada di dalam badan nematoda betina yang berbentuk seperti
siste yang menebal (Heterodera, Globodera) (Lucet al., 1995b). Hal tersebut menyebabkan populasi nematoda dapat terakumulasi dalam suatu tempat berbanding lurus dengan waktu jika berada pada tanaman inang yang cocok bila ditanam terus menerus dalam waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan kelimpahan nematoda parasit tumbuhan genus tertentu menjadi tinggi.
Tanaman pisang merupakan tanaman tahunan yang bersifat herbasius yang
mempunyai rizoma pendek di bawah tanah, dari rizoma tersebut tumbuh sistem akar adventif. Kebanyakan akar tumbuh ke arah lateral dari rizoma yang terdapat pada lapisan tanah yang dangkal (Champion & Sioussaram, 1970 dalam Gowen dan Queneherve, 1995). Akar-akar baru selalu terbentuk terus menerus sampai tanaman pisang berbunga, yaitu pada umur tanaman 7--9 bulan setelah tanam. Kebanyakan nematoda parasit tumbuhan yang berpindah-pindah dapat diperoleh dari tanah sekitar akar tumbuhan inang dan sampel akar. Tumbuhan yang mempunyai sistem
perakaran terlalu sedikit menyebabkan sampel yang diambil dari sekitarnya akan memberikan jumlah nematoda hanya sedikit (Hooper, 1995).
predator juga dapat me tanaman pisang mempe pisang akan mempenga akar tanaman pisang ak nematoda parasit tumbuha pada akhirnya juga aka hubungan umur penggun nematoda parasit tumbuha
Gambar 1. Diagram A Tanaman de
Umur penggunaan laha berbeda diduga akan m
empengaruhi nematoda parasit tumbuhan. Um pengaruhi sistem perakaran tanaman, biomassa garuhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sed akan mempengaruhi nematoda parasit tumbuha buhan akan mempengaruhi kerusakan akar tana kan mempengaruhi produksi tanaman pisang. D ggunaan lahan, umur, klon, dan produksi tanam
buhan dapat dilihat pada Gambar 1.
Alur Hubungan Umur Lahan, Umur, Klon, dan P n dengan Nematoda Parasit Tumbuhan
han dan umur serta klon tanaman pisang Cavendi n mempengaruhi kelimpahan nematoda yang hidup di
11
n. Umur dan klon assa akar tanaman h, sedangkan eksudat
buhan. Keberadaan tanaman pisang yang
. Diagram alur man pisang dengan
on, dan Produksi
endish yang
sekitar perakaran dan dalam akar tanaman pisang Cavendish yang akan
mempengaruhi produksinya. Semakin lama umur lahan yang digunakan dan semakin tua umur tanaman pisang hingga berbunga diduga akan semakin berlimpah pula nematoda yang hidup pada tanah di sekitar perakaran dan dalam jaringan akar tanaman pisang.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Kelimpahan nematoda parasit tumbuhan dipengaruhi oleh umur lahan yang digunakan, umur tanaman, dan klon pisang Cavendish.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pisang
Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan Indonesia. Luas panen dan produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Widiandaniet al., 2009). Buah ini sangat memasyarakat karena dapat dikonsumsi kapan saja dan di segala tingkatan usia dari bayi hingga manula. Daerah penyebaran pisang cukup luas, umumnya pisang ditanam di pekarangan maupun ladang dan sebagian sudah ada dalam bentuk
perkebunan. Selain diambil buahnya, tanaman pisang juga dapat dimanfaatkan daun, bunga, batang, dan bonggolnya (Kuntarsih, 2012).
Tanaman pisang berasal dari Asia Tenggara dan pulau-pulau Pasifik Barat, beberapa tanaman pisang liar yang berbiji yaituMusaspp. masih terdapat tumbuh sebagai vegetasi alami. Belum terdapat ketegasan secara botanik untuk membedakan antara berbagai tipe tanaman pisang dan klasifikasi yang terbaik untuk tanaman tersebut yaitu membagi berbagai tipe tanaman tersebut ke dalam rasa manis dan dapat langsung dimakan sebagai buah setelah makan serta hanya dapat dimakan setelah dimasak, atau difermentasikan untuk menghasilkan suatu tipe nutrisi (Gowen & Queneherve, 1995).
menyusunnya, contoh pisang raja AAB, yang menunjukkan bahwa pisang raja terdiri dari dua genom A dan satu genom B. Kebanyakan kultivar pisang yang dimakan sebagai pencuci mulut sehabis makan adalah AA atau AAA. Kultivar triploid AAA merupakan kultivar paling penting dalam perdagangan (Nakasone dan Paull, 2010). Pisang yang dapat dimakan selain kultivar tersebut, ada juga kultivar AB, AAB, dan ABB (Gowen dan Queneherve, 1995)
Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100 g buah pisang terdiri atas 99 kalori, protein 1,2 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 38,2 g, serat 0,7 g, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44 IU, vitamin B 0,88 mg, vitamin C 3 mg, dan air 72 g (Kuntarsih, 2012).
Di Indonesia terdapat lebih kurang 230 jenis pisang, namun tidak semua jenis pisang yang ada dapat diperoleh di pasaran. Dari berbagai jenis pisang, terdapat dua jenis pisang yang dapat dimakan dan dikelompokkan berdasarkan penggunaannya, yaitu pisang meja (banana) yang umumnya disajikan sebagai buah segar dan pisang untuk olahan (plantain) yang hanya enak dimakan setelah diolah terlebih dahulu (Prabawati, et al., 2008).
15
2.1.1 Syarat Tumbuh Tanaman Pisang
Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropika dataran rendah yang curah hujannya lebih dari 1.250 mm tiap tahun dan suhu minimum di atas 15oC (Gowen &
Queneherve, 1995). Menurut Nakasone dan Paull (2010), tanaman pisang akan tumbuh baik pada tanah liat yang gembur, dengan drainase alami, dan tidak ada pemadatan tanah. Kandungan bahan organik dan kesuburan yang tinggi akan
menjamin produksi yang tinggi. Tanaman pisang dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,5—7,5 dengan pH anjuran 5,8—6,5 dan pada tanah bertekstur pasir sampai tanah bertekstur liat yang tebal. Untuk pertumbuhan tanaman pisang terbaik membutuhkan sinar matahari yang penuh meskipun dapat menyebabkan buah menjadisunburn, terutama pada saat suplai air rendah.
Tanaman pisang memerlukan cukup air terutama pada awal penanaman dan pada saat pembentukan buah (Ansyori, 2009). Menurut Trubus (1997), pisang dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian tempat 1.300 m di atas permukaan laut. Tanaman pisang cocok tumbuh di daerah dengan kisaran suhu 21--32oC, pada lahan datar sampai kemiringan 8o, dengan curah hujan 2.000 mm merata sepanjang tahun. Keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman pisang adalah pH 5,5--7,5.
2.1.2 Sentra Produksi Pisang
Tabel 2. Wilayah Andalan Pisang di Indonesia
No Provinsi Kabupaten
1. NAD Aceh Besar, Pidie
2. Sumatera Utara Deli Serdang, Simalungun
3. Sumatera Barat Padang Pariaman, Pasaman Barat 4. Sumatera Selatan OKU Timur
5. Lampung Lampung Selatan, Lampung Barat, Lampung Timur, Pesawaran
6. Banten Lebak, Pandeglang
7. Jawa Barat Cianjur, Sukabumi, Bogor, Ciamis, Tasikmalaya, Subang, Garut, Bandung, Sumedang, Purwakarta, Kuningan 8. Jawa Tengah Brebes, Kendal, Magelang, Cilacap, Banyumas
9. DIY GunungKidul
10. JawaTimur Malang, Pacitan, Jember, Lumajang, Mojokerto, Banyuwangi, Bojonegoro, Pasuruan
11. Bali Bangli
12. Kalimantan Barat Ketapang, Pontianak 13. Kalimantan Timur Pasir, KutaiTimur
14. NTT Manggarai, Ende, Ngada
15. Sulawesi Selatan Soppeng
16. Sulawesi Utara Minahasa Utara
Sumber: Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah (2011) dalam Kuntarsih (2012).
2.1.3 Pisang Cavendish
Pisang Cavendish merupakan komoditas unggulan baik skala ekspor maupun pasaran dalam negeri (Widiandaniet al., 2009). Kultivar pisang yang paling banyak
dikebunkan di berbagai negara adalah pisang Cavendish karena pisang ini mempunyai nilai komersial yang tinggi. Berdasarkan ukuran tanaman, Cavendish dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni Cavendish yang berbatang tinggi (tall/giant), Cavendish yang berbatang sedang (medium), dan Cavendish yang berbatang pendek (small/drawf) (Trubus, 1997).
17
pasar. Ukuran buah termasuk besar, panjang buah antara 17—23 cm dengan diameter 3,5—4,0 cm, berat tiap buah 130—200 g, warna kulit buah kuning merata saat
matang dan daging buah putih kekuningan dan aroma kuat. Susunan buah rapi dan kompak membentuk sisir, sisir yang besar bisa berisi 16—20 buah. Tandan buahnya juga besar berisi 14—20 sisir (Prabawatiet al., 2008).
Tanaman pisang komersil yang dibudidayakan hingga saat ini adalah triploid dan tidak mampu menghasilkan biji atau partenokarpi, walaupun ada juga yang diploid dan tidak berbiji seperti pisang mas (Rainiyatiet al., 2007). Menurut Nakasone dan Paull (2010), pisang Cavendish termasuk kultivar triploid group AAA yang rentan terhadap penyakit panama (Panama disease) ras 4. Di dunia terdapat 36 subgrup pisang Cavendish (Rustiani, 2005). Pisang Cavendish mempunyai dua kultivar penting yaituDwarf CavendishdanGiant Cavendish(Espinoet al., 1992 dalam Juniarti, 1999).
Pisang Cavendish di perkebunan pisang PT NTF dikembangbiakan menggunakan metode kultur jaringan (NTF, 2014 tidak dipublikasikan). Kultur jaringan merupakan cara pembiakan vegetatif yang cepat dan secara genetik sifat-sifat tanaman anak yang dihasilkan akan sama dengan induknya (Rainiyatiet al., 2007). Menurut Nakasone dan Paull (2012), dengan kultur jaringan memungkinkan menyediakan bibit pisang yang banyak dan seragam dalam waktu cepat, bebas dari penyakit, cepat matang, waktu panen seragam, produksi tinggi, paling tidak pada panen pertama.
diekspor ke berbagai negara (NTF, 2014 tidak dipublikasikan). Produksi buah pisang segar dikemas dan dipasarkan pada Supermarket di Bandar Lampung, Jabodetabek, Surabaya, dan Bali, serta ekspor ke Negara Timur Tengah, Hongkong, Singapura, dan Jepang (Ansyori, 2009).
Pada perkebunan pisang Cavendish PT NTF Lampung Timur, bibit pisang Cavendish ditanam setiap hari kerja, sehingga setiap hari selalu terdapat pohon pisang dengan berbagai tingkat umur. Berikut ini gambar tanaman pisang Cavendish dengan berbagai umur tanaman yang ada di PT NTF Lampung Timur yang diambil pada tanggal 14 Oktober 2013 (Gambar 2).
19
Gambar 2. Tanaman Pisang Cavendish berumur 1 hingga 11 bulan Sumber : NTF (2013 tidak dipublikasikan)
7 bulan
11 bulan 10 bulan
9 bulan 8 bulan
6 bulan 5 bulan
4 bulan
2 bulan 3 bulan
Tabel 3. Deskripsi Klon Pisang Cavendish CJ20
Deskripsi CJ20
Asal : PT. Nusantara Tropical Farm,
Lampung, Indonesia
Silsilah : Seleksi massa positif
Golongan varietas : Klon
Tinggi tanaman : 200 - 350 cm
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 21 - 30 cm
Warna batang : Merah dengan flek hitam
Bentuk daun : Jorong
Ukuran daun : Panjang 220 - 310 cm; Lebar 70 - 115 cm
Warna daun permukaan atas : Hijau tua Warna daun permukaan bawah : Hijau
Warna tulang daun : Hijau muda
Warna pelepah daun : Hijau
Warna tepi daun : Hijau kecoklatan Penampang melintang tangkai
daun ke-3
: Simetris, bentuk membulat dengan tepi tulang daun terbuka
Bentuk jantung : Seperti mata tombak (Lurus pada bagian pangkal dan melengkung tajam dari tengah ke ujung)
Ukuran jantung : Panjang 57-77 cm; Diameter 11-18 cm
Warna jantung : Merah semburat hijau
Umur berbunga dari tanaman planlet
: 8 bulan Umur panen dari tanaman planlet : 11 bulan
Bentuk buah : Lurus agak melengkung
Bentuk ujung buah : Tumpul (blunted)
Bentuk penampang buah : Sedikit bersegi (smoothy rounded) Ukuran buah (sisir) : Panjang 14.0 24.0 cm; Diameter 2.9
-4.0 cm Warna kulit buah muda : Hijau Warna kulit buah masak : Kuning Ketebalan kulit buah : 2 - 3 mm
Warna daging buah : Putih
Rasa daging buah : Manis
Tekstur daging buah : Pulen, sedikit benyek
Aroma : Harum
Kadar gula : 21.0-22.0obrix
Berat per buah : 110 - 125 g
Jumlah buah per sisir : 16 - 22 buah
Berat per sisir : 2.5 - 3.0 kg
21
Tabel 3. Lanjutan
Deskripsi : CJ20
Berat tandan : 20 - 35 kg
Persentase daging buah yang dapat dikonsumsi
: 62,3%
Daya simpan buah pada suhu kamar
: 5 - 7 hari setelah panen
Hasil buah : 60 ton/ha (populasi tanam 2200) Identitas populasi induk : Tanaman milik PT. Nusantara Tropical
Farm, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
Nomor populasi induk :
Keterangan : Beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 50 - 80 m dpl
Pengusul : PT. Nusantara Tropical Farm,
Lampung, Indonesia
Peneliti : Ir. Soetjipto; Ir. R.A. Wardhana; Ir. Gatot Pudjiono; K. Joko Hartono,S.P.; Ariyo Nugroho,S.P.; Linggar
Suprayogi,S.P.
Keunggulan : Tahan terhadap FOC race 4
dibandingkan dengan Gross Michel (Pisang Ambon) skor 4
Tanaman lebih pendek dan tidak floating
Produksi lebih tinggi dibandingkan DM2
Tidak floating sehingga tidak mudah roboh dan tidak mudah terserang corm borer
Kelemahan :
Tabel 4. Deskripsi Klon Pisang Cavendish CJ30
Deskripsi CJ30
Asal : PT. Nusantara Tropical Farm,
Lampung, Indonesia
Silsilah : Seleksi massa positif
Golongan varietas : Klon
Tinggi tanaman : 215 - 330 cm
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 22 - 32 cm
Warna batang : Hijau dengan flek kecoklatan
Bentuk daun : Jorong
Ukuran daun : Panjang 180 - 280 cm; Lebar 70 - 110 cm
Warna daun permukaan atas : Hijau tua Warna daun permukaan bawah : Hijau
Warna tulang daun : Hijau muda
Warna pelepah daun : Hijau
Warna tepi daun : Hijau kecoklatan Penampang melintang tangkai
daun ke-3
: Simetris, bentuk membulat dengan tepi tulang daun terbuka
Bentuk jantung : Seperti mata tombak (Lurus pada bagian pangkal dan melengkung tajam dari tengah ke ujung)
Ukuran jantung : Panjang 64-84 cm; Diameter 12-18 cm
Warna jantung : Merah semburat hijau
Umur berbunga dari tanaman planlet
: 8 bulan Umur panen dari tanaman planlet : 11 bulan
Bentuk buah : Lurus agak melengkung
Bentuk ujung buah : Tumpul (blunted)
Bentuk penampang buah : Sedikit bersegi (smoothy rounded) Ukuran buah (sisir) : Panjang 16.0 27.0 cm; Diameter 2.9
-4.0 cm Warna kulit buah muda : Hijau Warna kulit buah masak : Kuning Ketebalan kulit buah : 2 - 3 mm
Warna daging buah : Putih
Rasa daging buah : Manis
Tekstur daging buah : Pulen, sedikit benyek
Aroma : Harum
Kadar gula : 20.0-21.0obrix
Berat per buah : 123 - 128 g
Jumlah buah per sisir : 14 - 32 buah
Berat per sisir : 2.5 - 3.5 kg
23
Tabel 4. Lanjutan
Deskripsi : CJ30
Berat tandan : 20 - 50 kg
Persentase daging buah yang dapat dikonsumsi
: 62,3%
Daya simpan buah pada suhu kamar
: 5 - 7 hari setelah rippening Hasil buah : 70 ton/ha (populasi tanam 2200) Identitas populasi induk : Tanaman milik PT. Nusantara Tropical
Farm, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
Nomor populasi induk :
Keterangan : Beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 50 - 80 m dpl
Pengusul : PT. Nusantara Tropical Farm,
Lampung, Indonesia
Peneliti : Ir. Soetjipto; Ir. R.A. Wardhana; Ir. Gatot Pudjiono; K. Joko Hartono,S.P.; Ariyo Nugroho,S.P.; Linggar
Suprayogi,S.P.
Keunggulan : Produksi lebih tinggi
Tahan terhadap FOC race 4
dibandingkan dengan Gross Michel (Pisang Ambon) skor 2
Kelemahan :
Tabel 5. Deskripsi Klon Pisang Cavendish DM2
Deskripsi DM2
Asal : PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung,
Indonesia
Silsilah : Seleksi massa positif
Golongan varietas : Klon
Tinggi tanaman : 215 - 430 cm
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 19 - 28 cm
Warna batang : Hijau dengan flek hitam
Bentuk daun : Jorong
Ukuran daun : Panjang 220 - 295 cm; Lebar 80 - 120 cm Warna daun permukaan atas : Hijau tua
Warna daun permukaan bawah : Hijau Warna tulang daun : Hijau muda Warna pelepah daun : Hijau
Warna tepi daun : Hijau kecoklatan Penampang melintang tangkai
daun ke-3
: Simetris, bentuk membulat dengan tepi tulang daun terbuka
Bentuk jantung : Seperti mata tombak (Lurus pada bagian pangkal dan melengkung tajam dari tengah ke ujung)
Ukuran jantung : Panjang 52-72 cm; Diameter 10-17 cm Warna jantung : Merah semburat hijau
Umur berbunga dari tanaman planlet
: 9 bulan Umur panen dari tanaman
planlet
: 12 bulan
Bentuk buah : Lurus agak melengkung
Bentuk ujung buah : CenderungNipple and
Bentuk penampang buah : Sedikit bersegi (smoothy rounded)
Ukuran buah (sisir) : Panjang 16.0 - 26.0 cm; Diameter 2.9 - 4.0 cm
Warna kulit buah muda : Hijau
Warna kulit buah masak : Kuning emas Ketebalan kulit buah : 2 - 3 mm Warna daging buah : Putih
Rasa daging buah : Manis
Tekstur daging buah : Pulen dan kesat (tidak benyek)
Aroma : Harum
Kadar gula : 23.0-24.0obrix
Berat per buah : 123 - 128 g
25
Tabel 5. Lanjutan
Deskripsi : DM2
Berat tandan : 18 - 30 kg
Persentase daging buah yang dapat dikonsumsi
: 62,3% Daya simpan buah pada suhu
kamar
: 5 - 7 hari setelah rippening Hasil buah : 50 ton/ha (populasi tanam 2200) Identitas populasi induk : Tanaman milik PT. Nusantara Tropical
Farm, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
Nomor populasi induk : Pi.Cav/LM/1023 s/d 1033/L.Tim/2007 Keterangan : Beradaptasi dengan baik di dataran rendah
dengan altitude 50 - 80 m dpl
Pengusul : BPSBT Provinsi Lampung, PT Nusantara Tropical Farm
Peneliti : Ir. Soetjipto; Ir. R.A. Wardhana; Ir. Gatot Pudjiono; K. Joko Hartono,S.P.; Ariyo Nugroho,S.P.; Linggar Suprayogi,S.P. Keunggulan : Tahan terhadap FOC race 4 dibandingkan
dengan Gross Michel (Pisang Ambon) skor 5
Lebih disukai konsumen, Brix paling tinggi
Warna kulit buah kuning keemasan (golden yellow)
Kelemahan : Produksi rendah
Sumber : NTF (2013, tidak dipublikasikan)
2.2 Nematoda
Kajian nematoda di daerah tropika diawali pada akhir abad ke 19 dan mulai berkembang pada abad ke 20. Di Indonesia, untuk pertama kalinya nematoda Meloidogyne javanicaberhasil diidentifikasi oleh Treub pada tahun 1885 dan
Hirschmanniella oryzaeoleh Van Breda de Haan pada tahun 1902 (Lucet al., 1995a).
50 kali dengan bantuan transmisi cahaya (Hooper, 1995). Nematoda adalah hewan invertebrata kecil berbentuk seperti benang, dengan panjang tubuh 0,15—5,00 mm dan lebar 2—100 µm, dengan bobot 20—60 ng (Goodey, 1963).
Nematoda kebanyakan terdapat di dalam lapisan tanah bagian atas antara 15—30 cm (Semangun, 2001). Nematoda mempunyai koloni besar dengan berbagai habitat yang luas dibandingkan dengan kelompok binatang yang bersel banyak yang lain.
Nematoda dapat dijumpai di semua lautan, dari daerah kutub sampai katulistiwa, dari zone litosol sampai pedalaman abizal, nematoda berkoloni di danau air tawar, sungai, paya-paya, dan di semua tipe tanah dari antartika sampai daerah tropika, memarasit sebagian besar kelompok binatang, termasuk nematoda lain, parasit pada berbagai varietas ganggang, jamur, dan tumbuhan tingkat tinggi (Lucet al., 1995b).
Tubuh nematoda umumnya transparan dan simetris bilateral, ada juga yang simetris radial dan asimertris. Dinding tubuh nematoda terdiri atas tiga lapisan utama yaitu kutikula pada lapisan terluar, di bawah kutikula terdapat jaringan hipodermis yang tipis dan di bawah hipodermis terdapat jaringan otot. Selama perkembangannya menjadi dewasa, larva nematoda mengalami empat kali ganti kulit. Setiap ganti kulit, kutikula lama diganti dengan kutikula baru yang dibentuk oleh hipodermis
(Hirschmann, 1971).
27
pada nematoda terdiri dari komisura yang melingkar pada esofagus yang disebut cincin syaraf dan jaringan syaraf yang dihubungkan dengan organ-organ tubuh serta dengan berbagai alat peraba. Alat peraba tersebut kebanyakan terdapat di kepala, di daerah esofagus, dan di daerah ekor (Lucet al., 1995b).
Di dalam tanah nematoda mempunyai banyak musuh. Bahkan ada jenis-jenis nematoda yang bersifat predator, yang memangsa nematoda lain. Jamur tertentu dapat membunuh nematoda. Beberapa diantaranya mempunyai permukaan yang mengandung zat perekat yang menyebabkan nematoda dapat terekat padanya. Jamur lain mempunyai gelang jerat yang dapat menjerat jika ada nematoda yang melewati jerat tersebut (Semangun, 2001).
2.2.1 Penggolongan Nematoda
Nematoda dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar berdasarkan ada
tidaknya stilet yang berfungsi sebagai alat penghisap pada bagian alat mulutnya, yaitu nematoda parasit memiliki stilet dan nematoda hidup bebas tidak memiliki stilet. Nematoda hidup bebas ada yang berperan sebagai predator, pemakan cendawan, dan pemakan bakteri. Nematoda hidup bebas banyak yang berjasa dalam perombakan bahan organik di dalam tanah (Swibawa, 2001).
Kebanyakan nematoda parasit tumbuhan berbentuk cacing dengan panjang sekitar 1 mm, ada juga yang berukuran 0,3 mm hingga 10 mm. Semua nematoda parasit tumbuhan mempunyai stilet yang dapat menembus sel-sel tanaman (Triharso, 1994). Stilet dapat digerakkan ke belakang maupun ke depan dengan adanya kontraksi otot. Nematoda dengan bantuan stiletnya merusak dinding sel tanaman kemudian
Berdasarkan cara mendapatkan inangnya, terdapat tiga tipe utama parasitisme nematoda parasit tumbuhan (Lucet al., 1995a) yaitu:
a) Ektoparasit, nematoda tidak masuk ke dalam jaringan tumbuhan, tetapi memperoleh makanan dengan menggunakan stilet untuk menusuk jaringan
tumbuhan, makin panjang stilet yang dimiliki makin dalam memperoleh makanan. b) Semi endoparasit, hanya tubuh nematoda bagian anterior yang masuk ke jaringan
akar dan bagian posterior tubuhnya tetap berada di dalam tanah.
c) Endoparasit, nematoda masuk ke dalam jaringan akar. Nematoda endoparasit yang bersifat dapat berpindah tetap aktif dan bergerak di dalam jaringan tempat dia makan. Sebaliknya pada nematoda endoparasit yang bersifat menetap (sedentary) maka nematoda betina akan memperoleh makanannya dari satu tempat tertentu (sel-sel asuh), yang kemudian nematoda tersebut kehilangan mobilitasnya dan tubuhnya menggelembung.
Menurut Semangun (2001) kebanyakan nematoda yang memarasit tumbuhan hidupnya berhubungan dengan akar sebagai endoparasit, ektoparasit, atau endo-ektoparasit. Dewasa ini telah dikenal sekitar 17 ribu jenis nematoda yang memarasit tumbuhan, yang sering disebut fitonematoda.
Menurut Smart dan Nguyen (1988) nematoda dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia
29
Nematoda parasit tumbuhan terbagi menjadi dua ordo besar, yaitu ordo Tylenchida kelas Secernentea dan ordo Dorylaimida kelas Adenophorea (Maggenti, 1971).
[image:49.595.102.550.199.600.2]Garis besar klasifikasi nematoda parasit tumbuhan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Garis Besar Klasifikasi Nematoda Parasit Tumbuhan
Kelas Ordo Sub ordo Famili Genus
Secernentea Tylenchida Tylenchina Anguinidae Anguina Ditylenchus Belonolaimidae Tylenchorhynchus Pratylenchidae Hirschmanniella
Nacobbus Pratylenchus Radopholus Hoplolaimidae Aorolaimus
Helicotylenchus Rotylenchulus Scutellonema Heteroderidae Globodera
Heterodera Meloidogynidae Meloidogyne Criconematidae Criconemella
Hemicriconemoides Hemicycliophora Tylenchulidae Tylenchulus Aphelenchina Aphelenchoididae Aphelenchoides
Rhadinaphelenchus Adenophorea Dorylaimida Dorylaimina Longidoridae Longidorus
Paralongidorus Xiphinema Diphtherophorina Trichodoridae Paratrichodorus
Trichodorus
Sumber : Lucet al. (1995b); Maggenti (1971); Taylor dan Sasser (1978).
2.2.2 Beberapa Genus Penting Nematoda Parasit pada Tanaman Pisang
batang pisang dapat robo Radopholus, Pratylenc
Rotylenchulus. Menur spesies nematoda yang (a)Radopholus similis,
1.2.2.1 GenusRadoph
[image:50.595.110.490.498.724.2]Radopholusyang diken berukuran kurang dari 1 yang mati tubuhnya lur penting ialahRadophol tumbuhan lain (Lucet a tanaman hias, rumput-r dan jagung (Thorne, 196 ditemukan pada pertana
Gambar 3. NematodaR Sumber : Swibawa (2014
roboh. Spesies nematoda parasit tersebut berasa nchus, Meloidogyne, Helicotylenchus, Hoplolai
nurut Suganoet al. (2003, dalam Wang dan Hooks, 200 ng paling dominan menyerang tanaman pisang di lis, (b)Meloidogynespp., dan (c)Rotylenchulus
adopholus
kenal dengan nematoda rongga akar (burrowing ne ri 1 mm, apabila diperlakukan dengan panas m lurus atau sedikit melengkung pada bagian vent adopholus similismenyerang tanaman pisang dan be et al., 1995b). NematodaR. similisdapat meny put-rumputan, teh, kopi, tebu, ubi jalar, buncis, la , 1961 dalam Ekasari, 2001). Bentuk nematoda
anaman kopi dapat dilihat pada Gambar 3.
odaRadopholusyang menyerang tanaman kopi. 2014, tidak dipublikasikan)
rasal dari genus olaimus, dan
ooks, 2009), ada tiga g di Hawaii, yaitu: hulus reniformis.
ing nematodes)
s maka nematoda entral, spesies n berbagai jenis
nyerang jeruk, s, labu-labuan, tomat, odaRadopholusyang
31
NematodaR. similisadalah spesies endoparasit berpindah-pindah yang mampu menyelesaikan daur hidupnya di dalam jaringan korteks akar (Gowen dan
Queneherve, 1995). Nematoda ini menyerang jaringan akar dan umbi, tersebar luas di seluruh dunia, di daerah tropika dan terdapat di negara penghasil pisang (Lucet al., 1995b),seperti di Fiji, Formosa, Philipina, Indonesia, India Selatan, Pulau Hawai, Jamaica, Brazilia, Amerika Tengah, Puerto Rico, Louisina, dan Florida (Christie, 1959 dalam Ekasari, 2001).
Tanaman pisang yang terserang berat olehR. similisakan mengalami penuaan daun secara dini, tumbuhnya merana, daunnya sempit dan sedikit (Ekasari, 2001). Menurut Gowen dan Queneherve (1995), gejala kerusakan yang paling jelas akibat serangan R. similispada pertanaman pisang ialah masa pertumbuhan vegetatifnya makin panjang, rebahnya batang pisang atau mudahnya tanaman dicabut khususnya pada waktu tanaman berbuah, dan berkurangnya berat tandan buah secara drastis.
Penetrasi nematoda ke dalam akar, biasanya terjadi dekat dengan ujung akar, tetapi nematoda dapat melakukan serangan di seluruh panjang akar. Nematoda betina dan larva merupakan stadium yang infektif, sedangkan yang jantan, secara morfologis mengalami degenerasi (tidak mempunyai stilet) dan mungkin tidak bersifat parasit. Setelah masuk ke dalam jaringan akar tanaman pisang, nematoda menempati ruang interseluler di parenkim korteks tempat nematoda tersebut memperoleh makanannya yaitu sitoplasma sel-sel yang berada di dekatnya dan menimbulkan rongga-rongga yang kemudian menjadi satu membentuk saluran-saluran di dalam jaringan tersebut (Gowen dan Queneherve, 1995).
betina berpindah tempat dari luka pada akar untuk mencari jaringan akar sehat. Di dalam jaringan yang terinfeksi nematoda betina meletakkan telur dengan rata-rata 4—5 telur tiap hari selama 2 minggu. Daur hidupnya dari telur ke telur generasi berikutnya membutuhkan waktu 20—25 hari pada suhu berkisar antara 24—32oC, telur tersebut menetas setelah 8—10 hari dan stadium larva menjadi dewasa dalam waktu 10—13 hari (Loos, 1962 dalam Gowen dan Queneherve, 1995).
Sampai sekarangR. similisdiketahui mempunyai 2 ras yaitu 1 ras menyerang tanaman pisang tetapi bukan jeruk dan ras jeruk yang bersifat patogenik terhadap kedua tanaman tersebut. Kedua ras tersebut sekarang disebut sebagai sibling spesies (R. similis sensu stricodanR. citrophilus) berdasarkan genetika, biokimia, perilaku dan sedikit perbedaan morfologi (Huettelet al., 1984 dalam Gowen dan Queneherve, 1995).
Cara hidupR. similisdi dalam tanah pertanaman pisang tergantung pada efektivitas merusaknya dan pembongkaran rumpun pertanaman pisang yang terinfeksi, rizom, dan akar-akar di dalam tanah sebelum diberakan. NematodaR. similistidak dapat hidup di dalam tanah lebih dari 6 bulan tanpa adanya akar-akar inangnya atau bagian dari kormus yang masih hidup. NematodaR. similisdapat hidup pada kormus dan akar-akar tanaman pisang terdahulu dalam waktu yang lama serta di dalam bahan tanaman, yang merupakan sarana utama terjadinya infestasi kembali (Gowen dan Queneherve, 1995).
1.2.2.2 GenusPratylenchus
endoparasit yang berpi korteks inangnya. Popul dengan populasi yang t makanannya pada sel-se nematoda dengan berb Pratylenchusyang dite
Gambar 4. NematodaP Sumber : Swibawa (2014
Menurut Gowen dan Q Pratylenchusyang dila spesies tersebut hanya a hama yang merusak, ya menyebabkan gejala ke tanaman menjadi kerdi
rpindah-pindah dan semua stadiumnya terdapat di opulasi nematoda di dalam tanah yang rendah da g tinggi di dalam akar. Kebanyakan nematoda m l-sel korteks dan membentuk suatu rongga yang rbagai stadium (Lucet al., 1995b). Bentuk nem ditemukan pada pertanaman kopi dapat dilihat pa
odaPratylenchusyang menyerang tanaman kopi 2014, tidak dipublikasikan)
n Queneherve (1995) terdapat delapan spesies ne dilaporkan menyerangMusaspp. di seluruh duni
a ada dua spesies yang relatif tersebar luas dan di k, yaituP. coffeaedanP. goodeyi. Nematoda luka
kerusakan mirip dengan yang disebabkan oleh rdil, stadium vegetatif lebih lama, ukuran dan jum
33
pat di dalam jaringan h dapat berasosiasi oda memperoleh
ang berisi koloni ematoda
t pada Gambar 4.
n kopi.
s nematoda luka akar uh dunia. Diantara
s dan dikenal sebagai luka akar
berkurang, berat tandan menurun serta lama produktivitas kebun berkurang, dan akhirnya batang tanaman pisang dapat tumbang.
Akar yang terserang berat olehP. coffeaeterdapat banyak nekrosis yang berwarna hitam atau lembayung pada epidermis dan jaringan korteks sering diikuti busuk sekunder serta akar menjadi rusak. Nekrosis yang sama dapat dijumpai pada bagian luar kormus (Bridge dan Page, 1984 dalam Gowen dan Queneherve, 1995).
P. coffeaedanP. goodeyi adalah nematoda endoparasit yang berpindah-pindah pada korteks akar dan kormus tanaman pisang. Nematoda parasit tersebut baik yang jantan maupun yang betina dan larvanya, semua invasif. Daur hidupnya berlangsung di dalam jaringan akar. Setelah masuk ke dalam jaringan akar, nematoda tersebut bergerak diantara dan di dalam sel, menempati posisi pararel terhadap stele.
Nematoda tersebut memakan sitoplasma sel dari sel-sel yang berada di dekatnya, dan akhirnya menyebabkan timbulnya rongga-rongga yang menyatu. Daur hidup dari telur ke telur generasi berikutnya kurang lebih selama 27 hari pada suhu berkisar antara 25—30oC (Gowen dan Queneherve, 1995).
1.2.2.3 GenusMeloidogyne
NematodaMeloidogyneyang dikenal dengan nematoda puru akar (root-knot nematodes) jantan berbentuk cacing, hidup bebas di dalam tanah, berukuran 1—2
35
Paling sedikit terdapat empat spesies yang berasosiasi dengan tanaman pisang, yaitu Meloidogyne incognita,M. arenaria, M. javanica, danM. hapla.
Nematoda puru akar (Meloidogynespp.) merupakan nematoda parasit tumbuhan yang penting di dunia, mempunyai kisaran inang yang sangat luas karena mampu
menginfeksi lebih dari 2.000 spesies tanaman, bentuknya bervariasi sesuai dengan stadiumnya, larva instar 2 berbentuk seperti cacing, larva instar 3 dan 4 berbentuk seperti botol, dan dewasa jantan berbentuk cacing serta dewasa betina berbentuk buah pir (Budiman, 2008).
Meloidogynespp. bersifat sedentary endoparasit yaitu nematoda endoparasit yang menetap (tetap tinggal pada inangnya), walaupun inangnya tersebut telah rusak, sehingga pada umumnya nematoda sedentary tinggal pada inangnya sampai mati (Triharso, 1994; Panggeso, 2010).
Gejala kerusakan yang paling jelas ialah timbulnya puru pada akar primer dan sekunder, kadang-kadang menyebabkan bercabang dua atau mengalami distorsi. Pertumbuhan kerdil merupakan gejala yang disebabkan oleh nematoda puru akar (Gowen dan Queneherve, 1995).
Nematoda puru akar mempunyai kisaran inang luas, khususnya tanaman yang
1.2.2.4 GenusHelicotylenchus
NematodaHelicotylenchusyang dikenal dengan nematoda spiral berukuran 0,4—1,2 mm, apabila diperlakukan dengan panas, maka nematoda yang mati akan berbentuk spiral, bersifat sebagai ektoparasit, semi-endoparasit atau endoparasit pada akar inangnya, semua stadiumnya dapat dijumpai di dalam jaringan korteks akar (Lucet al., 1995b). Menurut Gowen dan Queneherve (1995), setelahRadopholus similis,
nematoda spiralHelicotylenchus multicinctusmerupakan nematoda parasit yang tersebar luas dan sangat banyak terdapat pada pertanaman pisang yang merusak perkebunan pisang di lembah Jordan dan di Kuba.
Gejala kerusakan pada pertanaman pisang dan plantain yang disebabkan oleh
H. multicinctussangat mirip dengan yang disebabkan oleh nematoda parasit akar yang lain sepertiR. similisyaitu tanaman menjadi kerdil, stadium pertumbuhan vegetatif bertambah lama, berkurangnya ukuran tanaman dan berat tandan serta berkurangnya umur produktif perkebunan. Tumbangnya batang tanaman pisang dapat juga terjadi apabila ada serangan berat (Gowen dan Queneherve, 1995).
NematodaHelicotylenchusmerusak sel-sel bagian luar korteks akar dan menimbulkan luka nekrosis kecil yang khas. Perkembangan luka akar yang disebabkan olehH. multicinctusrelatif lambat apabila dibandingkan dengan yang disebabkan olehR. similis. Luka pada akar primer sangat dangkal dan hanya pada permukaan seperti
37
H. multicinctusdipandang sebagai spesies nematoda endoparasit yang mampu menyelesaikan daur hidupnya di dalam bagian jaringan korteks akar. Nematoda jantan dan betina serta semua stadium larva termasuk telur terdapat di dalam jaringan akar (Zuckerman dan Strich, 1963 dalam Gowen dan Queneherve, 1995).
Diketahui bahwa empat hari setelah inokulasi akar tanaman pisang, nematoda Helicotylenchusseluruhnya tertambat di dalam korteks, kadang-kadang pada kedalaman 4—6 sel. Nematoda tersebut memakan plasma sel yang berada di sekitarnya di dalam korteks akar. Jaringan akar yang terinfeksi menunjukkan berbagai tipe kerusakan sel seperti plasma sel mengalami pengerutan, dinding sel berubah bentuk atau pecah dan membesarnya inti sel, namun hal tersebut sangat berbeda dengan yang terjadi pada seranganR. similis, perubahan histologi hanya terbatas pada sel-sel parenkhim yang letaknya dekat dengan epidermis. Sel-sel yang rusak sering pudar dan terjadi nekrosis (Gowen dan Queneherve, 1995).
1.2.2.5 GenusHoplolaimus
1.2.2.6 GenusRotylenchulus
NematodaRotylenchulusyang dikenal dengan nematoda bentuk ginjal berukuran 0,23—0,64 mm, apabila mati karena perlakuan panas, maka tubuhnya akan
melengkung ke daerah ventral. Sebagian tubuh nematoda betina dewasa ada dalam akar, bagian tubuh lainnya membengkak berbentuk seperti ginjal, sedangkan nematoda jantan berbentuk cacing (Lucet al., 1995b). NematodaRotylenchulus tergolong parasit yang persisten di dalam tanah, sehingga nematoda ini mampu bertahan hidup pada kondisi tanpa tanaman inang hingga tujuh bulan di dalam tanah (Marwoto, 1996).
Pertama kaliR. reniformisditemukan pada pertanaman pisang di Puerto Riko pada tahun 1963, saat ini nematoda ini ditemukan di berbagai daerah pertanaman pisang (Gowen dan Queneherve, 1995).
NematodaR. reniformisdenganMeloidogynespp.bersifat antagonis. Jenis nematoda yang hadir lebih awal pada sistem perakaran tanaman dapat menghambat
perkembangan jenis nematoda yang hadir kemudian. Bila dua jenis nematoda tersebut menginfeksi akar pada waktu yang sama, maka perkembangan populasiR. reniformis lebih lambat daripada perkembanganMeloidogynespp. Makin tinggi kerapatan populasi salah satu spesies nematoda, makin rendah perkembangan populasi nematoda yang lain (Marwoto, 1996).
2.2.3 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Parasitisme Nematoda Pada Tanaman Pisang
39
pertumbuhan, persaingan dengan spesies nematoda yang lain dan hama yang lain. Di daerah subtropika atau negara-negara dataran tinggi, suhu tanah merupakan faktor tambahan yang mempengaruhi populasi nematoda parasit tumbuhan. Parasitisme pada sistem akar tanaman pisang agak berbeda dengan tanaman tahunan, karena proses pertumbuhan sistem akarnya berbeda (Gowen dan Queneherve, 1995).
1.2.3.1 Pengaruh Tipe Tanah
Pengaruh tipe tanah pada komposisi kelompok nematoda parasit telah diteliti pada tahun 1974, efek kandungan kelengasan tanah terhadap dinamika populasi pada tahun 1986. Kebanyakan informasi tentang nematoda tanaman pisang berkaitan dengan hubungan antara tipe tanah dengan kerapatan populasi spesies nematoda parasit pada tanaman pisang komersial (Stover dan Fielding, 1958 dalam Gowen dan Queneherve, 1995).
Di Pantai Gading pada tanah organik ternyataH. multicinctusdominan baik di dalam tanah maupun dalam akar, sedangkan pada tanah mineralR. similislebih dominan. R. similiskurang terpengaruh oleh variabilitas tanah karena nematoda ini bersifat endoparasit yang sesungguhnya, sementaraH. multicinctuslebih sering terdapat di dalam tanah khususnya pada tanah dengan kandungan lempung, debu, atau bahan organik tinggi, tetapi pHnya rendah. Hoplolaimus pararobustuslebih umum dijumpai di tanah-tanah vulkanik yang bertekstur kasar atau pasiran danM. incognitaterdapat sangat banyak di tanah pasiran (Gowen dan Que