• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL PADA MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA ABAD 16-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL PADA MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA ABAD 16-19"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL PADA MATA KULIAH

SEJARAH INDONESIA ABAD 16-19

Oleh

APRILIA TRI ARISTINA

Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan media pembelajaran berbasis audio visual pada mata kuliah Sejarah Indonesia Abad 16-19, dan untuk mengetahui efektifitas penggunaan media pembelajaran berbasis audio visual terhadap hasil belajar mahasiswa semester dua/ genap di program studi pendidikan sejarah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional di program studi tersebut. Metode yang digunakan adalah quasi experimental dengan desain pretest and posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester dua. Teknik untuk menentukan sampel adalah simple random sampling dan diperoleh kelas genap sebagai kelas eksperimen dan kelas ganjil sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk mengetahui hasil belajar setelah diterapkan penggunaan media pembelajaran berbasis audio visual dan data hasil tes dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran sejarah terdiri dari langkah (1) persiapan, (2) penyajian, dan (3) tindak lanjut. Efektivitas media pembelajaran berbasis audio visual masuk ke dalam kriteria sedang yaitu indeks normalized gain sebesar 0.54, sedangkan efektivitas media pembelajaran konvensional ada pada kriteria sedang sebesar 0.30. Peningkatan hasil belajar dengan media pembelajaran (video) lebih baik dibanding dengan menggunakan media pembelajaran konvensional untuk materi masuknya Islam di Indonesia pada mahasiswa semester dua/genap. Berdasarkan uji t dari nilai rata-rata hasil belajar diperoleh nilai Sig. 0,570 > taraf nyata 0,05 sehingga ragam data homogen. Uji beda rata-rata antara pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai Sig. 0,000 < 0,05, maka dinyatakan berbeda secara signifikan dengan beda rata-rata 6,975. Ini membuktikan bahwa media pembelajaran berbasis audio visual efektif untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada materi masuknya Islam di Indonesia semester dua/genap.

(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION BASED LEARNING MEDIA AUDIO VISUAL ON COURSEHISTORY

OF INDONESIA CENTURY 16-19 by

APRILIA TRI ARISTINA

This research aims to implement the audio-visual media-based learning on the course History of Indonesia Ages 16-19, and to determine the effectiveness of the use of audio-visual media-based learning on learning outcomes of a two-semester students / even in the course of history education in comparison with conventional learning in courses the. The method used is a quasi-experimental design with pretest and posttest control group. The population in this study were students of the second semester. Techniques for determining the sample is a simple random sampling and grade obtained even as an experimental class and odd class as the control class. Data collection techniques using the test to determine learning outcomes after application of the use of audio-visual media based learning, test data were analyzed using t-test. Based on the research results can be concluded that the implementation of the teaching of history consists of step (1) preparation, (2) presentation, and (3) follow-up. The effectiveness of audio-visual media-based learning into the criteria being that the index normalized gain of 0:54, while the effectiveness of conventional teaching media included in the criteria being that the index normalized gain of 0.30. Improved learning outcomes with learning media (video) better than using conventional learning media for material entry of Islam in Indonesia in the second semester students / even. Based on t test of the average value of learning outcomes obtained by the Sig. 0.570> 0.05 significance level so that the data variance homogeneous. Test average difference between pretest experimental classes and control classes obtained by the Sig. 0.000 <0.05, significantly different from the stated average difference 6.975. This proves that the audio-visual media based learning effectively to improve student learning outcomes at the material entry of Islam in Indonesia two semesters / even.

(3)

IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL PADA MATA KULIAH

SEJARAH INDONESIA ABAD 16-19

Oleh

APRILIA TRI ARISTINA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 26 April 1988. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Saikunadi (alm) dan Ibu Wiwik Suharti.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh :

1. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Bulukarto Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2000.

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Pringsewu Kabupaten Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2003.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2006.

4. Pendidikan S1 di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Sejarah yang diselesaikan pada tahun 2011.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan ridha-Nya

jualah aku dapat mempersembahkan karya kecilku ini kepada

orang-orang tercinta

Kedua orang tuaku tercinta,

Bapak Saikunadi dan Ibu Wiwik Suharti yang selalu mendoakan aku, dan memberikan

dukungan baik moril maupun spiritual. Limpahan kasih sayang kalian menjadi kekuatan aku

dalam menjalani kehidupan untuk meraih harapan dan cita-cita ku.

Suamiku tercinta Amarulloh yang selalu memberikan dukungan baik moril dan spiritual.,

memotivasiku, agar menjadi wanita yang kuat dan jangan pernah menyerah dalam menjalani

kehidupan untuk meraih cita-cita

Anakku tersayang Adzkia Zulfa Almira yang menjadi semangat aku dalam menjalani

kehidupan dan telah memberikan kekuatan untuk aku mewujudkan impian dan cita-cita.

Para pendidikku yang kuhormati, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan serta

dukungannya selama ini.

(9)

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka

apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada

Tuhanlah hendaknya kamu berharap “

(10)

SANWANCANA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia yang tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis

dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual Pada

Mata Kuliah Sejarah Indonesia Abad 16-19 )” ini penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan motivasi dan saran yang diberikan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, Rektor Universitas lampung

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Pargito, M. Pd, Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung.

(11)

6. Bapak Pof. Dr. Sudjarwo, M.S selaku pembimbing 1, terima kasih atas dukungan dan bimbingan yang telah bapak berikan.

7. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd. selaku pembimbing 2, terima kasih atas segala motivasi serta dukungan yang ibu berikan selama ini.

8. Bapak Drs. Maskun, M.H, selaku dosen Pengampu Mata Kuliah Sejarah Indonesia Abad 16-19, terima kasih atas kerjasama dan motivasi dan bimbingan yang telah bapak berikan.

9. Kakak Cery Saputra, S.Pd, M.Pd, selaku tim dalam penelitian, terimakasih kak atas masukan dan bantuannya selama melakukan penelitian.

10. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengampu pada Program Studi Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung

11. Tim Eduspot FKIP Unila terimakasih atas bantuannya 12. Ayah dan ibuku tercinta Saikunadi dan Wiwik Suharti.

13. Suamiku tercinta Amarulloh, yang selalu memotivasiku dan memberikan dukungan baik moril maupun spiritual.

14. Anakku tersayang Adzkia Zulfa Almira yang telah menjadi semangat hidup Umi, tanpamu Umi bukan siapa-siapa.

15. Kakakku tersayang Siswanto dan Sistiana Rahayu.

16. Keluarga besar suamiku yang terkasih, terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini..

17. Sahabatku-sahabatku, Apriyanti S.Pd, Mba Desi Susanti, S.Pd, Mba S. Yoswinda Floren, S.Pd, , Titi Tri Asmini, S. Pd, Defti Arlen, S.Pd,

(12)

Mimi, Dwi Febriani, Restia Nilandari, Astri Mareta, Fatma Rosa, Degen, Lilian, Iceu, Meri, i, Bunda Maryani, Bunda Retno, Bunda Siti, Ibu Hurus, Ibu sofia, Ibu Iin, Ibu April, Ibu Rita, Ibu Fatmah, Ibu Sumarti, Dheboks, Heri, Into, Putut, Sidik, Fajar, Febra, Dani, Hardian, Adi, Bpk Waluyo, Bpk Wardaya, Bpk. Wartoyo, Bpk Dadang, Bpk. Eko, Mamak Asrin, Bpk Ignatius, Bpk Samsi , Bpk Wahyudin, Bpk Hambali, Bpk Budi, Bpk Padri (Alm). 19. Teman-teman Mahasiswa Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas

Lampung.

20. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian semoga karya ini bermanfaat bagi semua, akhir kata dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung 12 Maret 2015

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Kondisi Sarana dan Prasarana... 12

1.2Dosen-Dosen Yang Menggunakan Media Konvensional... 12

2.1Model Matrik Pemilihan Media Menurut Tujuan Pembelajaran 90 2.2Struktur Kurikulum Program Studi... 127

2.3Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar... 128

2.4Standar Kompetensi Mata Kuliah... 129

3.1Rencana Desain Penelitian Secara Umum... 140

3.2Validitas Butir Soal... 154

3.3Tingkat Reliabilitas... 156

3.4Reliability Statistic... 157

3.5Klasifikasi Tingkat Kesukaran... 157

3.6Indeks Kesukaran Butir Soal... 158

3.7Klasifikasi Daya Pembeda... 159

3.8Daya Pembeda... 160

3.9Klasifikasi Nilai Gain... 165

4.1Data Mahasiswa Semester Genap... 167

4.2Data Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah... 168

4.3Klasifikasi Nilai Pretest dan Posttest... 170

4.4Rata-Rata Skor Tes Hasil Belajar... 171

4.5Statistik Deskriptif Data Pretest... 171

4.6Hasil Uji Normalitas Data Pretest... 174

4.7Hasil Uji Homogenitas Data Pretest... 175

4.8Hasil Uji T-Test Pretest... 176

4.9Statistik Deskriptif Hasil Posttest... 176

4.10 Hasil Uji Normalitas Data Posttest... 179

4.11 Uji Homogenitas Data Posttest... 180

4.12 Hasil Uji T- Test Posttest... 181

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Format Observasi Pembelajaran... 249

2. Hubungan Profil Lulusan yang Berbasis Pada Landasan Kepribadian 252 3. Korelasi Uraian Kompetensi dengan Elemen Kompetensi... 254

4. Silabus... 256

5. Analisis Pemetaan... 259

6. Satuan Acara Perkuliahan... 262

7. Lembar Instrumen Hasil Belajar... 268

8. Surat Keterangan Validasi Instrumen... 274

9. Data HasilUji Coba... 276

10.Data Kelas Eksperimen... 277

11.Data Kelas Kontrol... 278

12.Soal Pretest... 279

13.Soal Posttest... 283

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Komponen Sistem Pembelajaran... 36

2.2Keterkaitan Konsep-Konsep Sejarah dengan Ilmu Lain... 63

2.3Kerucut Pengalaman Edgar Dele... 81

2.4Pemilihan Media Menurut Modus Belajar... 89

2.5Hubungan Tujuan Belajar Intruksional... 107

2.6Kerangka Pikir... 137

4.1Rata-Rata Nilai Pretest... 172

4.2Rata-Rata Nilai Posttest... 177

(16)

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional sebagai dasar hukum penyelenggaraan sistem pendidikan nasional antara lain memuat tujuan pendidikan nasional. Dalam Bab II, pasal 2 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(17)

2 paradigma pembelajaran. Paradigma pengajaran yang lebih menitik beratkan peran pendidik dalam mentransformasikan pengetahuan kepada peserta didiknya, bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas dirinya.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta menyiapkan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.

(18)

3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ke depan akan berkembang, sejalan dengan keinginan pemerintah untuk mencetak lulusan yang profesional sesuai dengan keahliannya. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan termasuk jenis pendidikan formal yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang bermartabat dan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan dan taraf hidup masyarakat. Begitu pula dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, diharapkan dapat mendidik dan membina mahasiswa sehingga menghasilkan lulusan yang terampil, professional dan siap kerja.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung mempunyai empat (4) jurusan yaitu Ilmu Pendidikan, Pendidikan IPS, Pendidikan MIPA, dan Pendidikan Bahasa dan Seni. Dari masing-masing jurusan itu dibagi lagi menjadi Program Studi. Yang menjadi fokus penelitian adalah Jurusan Pendidikan IPS, khususnya pada Program Studi Pendidikan Sejarah di Universitas Lampung. Sebagai lembaga LPTK program studi pendidikan sejarah memiliki tujuan lulusan : (1) menghasilkan lulusan sarjana pendidikan sejarah yang memiliki bekal untuk menjadi guru profesional sebagai kompetensi utama serta (2) memiliki kemampuan menjadi pemandu wisata (tour guide) mengenai objek-objek sejarah sebagai kompetensi pendukung.

(19)

4 Universitas Lampung yaitu (1) menyelenggarakan pendidikan lulusan- lulusan sarjana pendidikan sejarah dan pemandu obyek sejarah yang profesional dan berkualitas serta mempunyai bekal yang kuat untuk menjadi guru mata pelajaran sejarah yang handal dan mampu berkompetensi di pasar global. Karena banyak dari lulusan sejarah yang bekerja menyebar, tidak hanya menjadi seorang pendidik tetapi mereka bekerja di luar profesi sebagai seorang pendidik seperti menjadi sejarawan, anggota dewan, wartawan, dan pegawai bank. Komunikasi yang baik antara alumni dan adik tinggat masih terus terjalin di program studi pendidikan sejarah, mereka sering mengadakan FOKMA yaitu Forum Komunikasi Mahasiswa Sejarah. (2) Menghasilkan lulusan yang mampu mendukung pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat.

Tujuan dari Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung terutama yaitu (1) Menghasilkan lulusan sarjana pendidikan sejarah dan pemandu wisata objek sejarah yang profesional dan berkomitmen tinggi. Contohnya saja di Indonesia banyak sekali objek wisata sejarah, jadi lulusan sarjana pendidikan sejarah harus bisa menjadi pemandu wisata yang profesional karena sudah dibekali ilmu yang cukup pada saat menempuh pendidikan. (2) Meningkatkan kerjasama antar civitas akademika dilingkungan program studi dan jurusan. Karena di Universitas Lampung jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya pendidikan sejarah, maka harus terjalin komunikasi yang baik antara program studi yang lain. (3) Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. (4) Meningkatkan proses pembelajaran yang berbasis ICT. Hal ini perlu dianalisis dan ditingkatkan, karena pembelajaran berbasis ICT masih belum digunakan maksimal oleh para pendidik khususnya di program studi pendidikan sejarah, karena minimnya fasilitas yang ada dan para pendidik juga harus mempunyai bekal ilmu tentang ICT yang matang untuk disampaikan kepada mahasiswanya. (5) Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan. (Kurikulum Berbasis Kompetensi Universitas Lampung 2013).

(20)

5 mampu mendidik mahasiswa agar akurat dalam memahami dan menyampaikan berbagai peristiwa. Sejarah meningkatkan kemampuan intelektual dan memperluas cakrawala mental mahasiswa, outcome yang diharapkan dari proses pembelajaran. Alasan pemilihan Program Studi Pendidikan Sejarah sebagai tempat penelitian karena peneliti ingin meningkatkan pembelajaran Sejarah yang selama ini dosen masih menggunakan cara yang konvensional dalam menyampaikan pembelajaran.

Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam usaha mengembangkan dan membina seoptimal mungkin potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi atau pembaharuan dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Untuk menilai kualitas sebuah perguruan tinggi dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik, cara-cara pembelajaran yang digunakan serta mutu lulusan dari perguruan tersebut.

(21)

6 Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan mempunyai peranan penting dalam usaha peningkatannya. Peningkatan kualitas merupakan suatu proses integritas dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah dan swasta senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan kurikulum, pengembangkan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan materi ajar, serta peningkatan skill bagi guru dan tenaga kependidikan.

Masalah pendidikan dan pembelajaran merupakan masalah yang cukup kompleks, dimana banyak faktor yang mempengaruhi. Dosen merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam pendidikan. Dengan kualitas dosen yang baik, maka diharapakan proses belajar mengajar dapat berjalan maksimal. Seorang dosen harus memenuhi beberapa kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni kompetensi pedagogis, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Adanya standar kompetensi yang harus dikuasai oleh dosen menuntut dosen untuk mumpuni dalam segala bidang dan harus senantiasa mengikuti perkembangan teknologi. Sudah bukan jamannya lagi bagi dosen menyampaiakn materi perkuliahan menggunakan metode ceramah dan media yang digunakan hanya sekedar papan tulis ataupun gambar mati.

(22)

7 proses belajar. Seorang dosen dituntut dapat menggunakan alat-alat yang murah efisien yang dapat disediakan oleh Universitas, yang meskipun sederhana dan bersahaja, akan tetapi dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Secara esensial tugas dosen adalah menyampaiakan materi kepada mahasiswa melalui interaksi dalam proses belajar yang dilakukannhya. Keberhasilan dosen dalam menyampaiakn materi sangat bergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Komunikasi yang tidak lancar mengakibatkan pesan yang disampaikan dosesn tidak diserap oleh secara maksimal. Oleh karena itu, perlu adanaya sebuah media pembelajaran untuk mempermudah mahasiswa dalam memahami perkuliahan.

Kehadiran media pembelajaran mempunyai arti dan makna yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang dosen ucapkan melalui kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

(23)

8 menukar pesan atau informasi oleh setiap dosen dan mahasiswa. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman dan sebagainya. Melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Tetapi kenyataan dilapangan menunjukan bahwa proses komunikasi dalam pembelajaran sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang disebabkan oleh kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan mahasiswa, kurang menarik perhatian dan sebagainya. Agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses yang disebut media.

(24)

9 digunakan, dan kenyamanan dalam belajar baik suasana lingkungan maupun perasaan peserta didik, juga metode yang dapat mengaktifkan belajar mahasiswa.

Daya serap setiap mahasiswa terhadap kalimat yang dosen sampaikan relatif kecil, karena mahasiswa hanya dapat menggunakan indera pendengar (audio), bukan penglihatan (visual). Sebuah penelitian menemukan bahwa pengetahuan sesorang melalui penglihatan 83% lebih besar dari pada 11% melalui pendengaran. Sedangkan kemampuan daya ingat sebesar 50% dari penglihatan dan 20% dari pendengaran.

Hasil temuan di lapangan berkaitan dengan pembelajaran di program studi pendidikan sejarah mahasiswa semester dua/genap,diketahui bahwa pembelajaran sejarah masih berpusat pada dosen, dengan menggunakan metode ceramah. Saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara mahasiswa dengan dosen atau mahasiswa dengan mahasiswa jarang terjadi. Mahasiswa yang aktif bertanya rata-rata hanya beberapa orang saja. Kebanyakan mahasiswa malu dan malas bertanya dengan dosen walaupun belum memahami, begitu juga mahasiswa malas bertanya dengan temannya sendiri yang sudah mengerti. Terlihat bahwa para mahasiswa senang bercanda, coret-coret buku, dan mengobrol, sehingga suasana pembelajaran kurang menyenangkan.

(25)

10 gagasan, keterampilan nilai-nilai, cara berpikir, dan makna atau cara mengekspresikan diri mereka, juga membekali mereka cara belajar yang bermakna. Dosen-dosen yang sukses bukanlah sekedar penyaji yang kharismatik dan persuasif. Peran utama dalam pembelajaran adalah menciptakan pembelajaran yang berdaya guna (powerfull learnes). Media-media pembelajaran dipersiapkan oleh para tokoh pendidikan sebagai contoh dan alternatif yang lebih konkret yang diperkirakan sesuai hakikat pembelajaran bidang studi tertentu dan tingkat perkembangan intelektual mahasiswa.

Meningkatkan prestasi belajar mahasiswa maka dosen dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi inovatif mendorong mahasiswa belajar secara optimal baik di dalam belajar mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas. Inovasi-inovasi media pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan media pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar yang baik. Agar pembelajaran optimal maka dosen diharapkan mampu menerapkan media-media pembelajaran yang variatif, efektif, dan selektif sesuai dengan kebutuhan saat ini.

(26)

11 permasalahan tersebut diperlukan rancangan pembelajaran inovatif yang bisa membangkitkan gairah belajar mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah sejarah serta meningkatkan interaksi antar mahasiswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah sejarah.

Peneliti merupakan alumni dari Program Studi Pendidikan Sejarah, setelah melakukan observasi awal, peneliti melihat masih ada dosen-dosen dari Program Studi Pendidikan Sejarah yang menyampaikan materi perkuliahan menggunakan cara-cara yang konvensional. Melihat kondisi seperti ini peneliti merasa tertarik dan ingin memberikan sumbangsih berupa ilmu pengetahuan kepada mahasiswa Sejarah. Karena semakin berkembangnya teknologi, ilmu pengetahuan, dan cara-cara menyampaikan pembelajaran semakin bervariatif dengan metode-metode yang menarik. Peneliti ingin mengajak bekerjasama dengan dosen program Studi Pendidikan Sejarah untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan mengimplementasikan media pembelajaran berbasis audio visual sebagai media pembelajaran.

(27)

12 mahasiswa semua kelas yaitu kelas genap dan kelas ganjil. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di Program studi Pendidikan Sejarah dapat diketahui masih terdapat sarana dan prasarana yang kurang memadai. Dari keadaan tersebut dapat diperoleh informasi kondisi sebenarnya sebagai berikut:

Tabel 1.1. Kondisi Sarana dan Prasarana Program Studi Pendidikan Sejarah

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Ruang Belajar 3

Berdasarkan data dari Tabel 1.1 di atas, diketahui bahwa sarana dan prasarana di Program Studi Pendidikan Sejarah belum maksimal karena masih ada sarana dan prasarana yang belum mendukung. Keadaan ini mungkin disebabkan karena kondisi lingkungan yang ada di Program Studi Pendidikan Sejarah, khususnya dosen-dosen yang masih menggunakan metode konvensional.

Tabel 1.2 Dosen-dosen Yang Masih Menggunakan Metode Konvensional

No Keahlian Yang Menggunakan

Metode Konvensinal

5. Hukum Administrasi Adat Sejarah 1 1

6. Antropologi 0 1

7. Antropologi Budaya 0 1

Jumlah 8 12

(28)

13 Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui banyaknya dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Sejarah, Jumlah semua dosen ada 12 ( dua belas) orang dan yang mengajar menggunakan metode konvensional ada 8 (delapan) orang. Di lihat dari tabel di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa banyak dosen yang mengajar masih menggunakan metode konvensional.

Banyak Dosen yang menggunakan metode ceramah, dan media bantu yang digunakan oleh dosen selama pembelajaran hanya berbatas pada modul. Mahasiswa hanya mendengar dan mencatat hal yang penting dari penjelasan dosen. Akibatnya Pembelajaran sejarah menjadi kurang diminati. Lebih jauh lagi akan menempatkan sejarah sebagai mata pelajaran yang membosankan, tidak menarik, sehingga semakin memperburuk image terhadap pembelajaran sejarah, sebagai mata pelajaran yang mengungkap rentetan fakta-fakta sejarah, prasasti, angka tahun, raja-raja peperangan, hafalan yang berat dan menjenuhkan.

(29)

14 Dosen dalam proses belajar, untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa seharusnya tidak hanya memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih pada memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi mahasiswa. Untuk mencapai tujuan di atas, dosen harus mengembangkan pola pembelajaran inovatif, efektif, sehingga penguasaan konsep materi dan hasil belajar mahasiswa meningkat. Dosen harus mengenal dan menguasai dengan baik media yang pantas untuk digunakan dan teknik penyajian, sehingga dosen mampu mengkombinasikan penggunaan media tersebut sekaligus. Cara dosen menyampaikan materi dengan menggunakan modul apabila menyampaikan informasi tentang suatu pokok bahasan atau persoalan tertentu, terlalu lama membuat mahasiswa pasif dan membosankan, dan kurang merangsang perkembangan kreatifitas dan keterampilan mengemukakan pendapat serta kerjasama mahasiswa.

(30)

15 Karakteristik pembelajaran dengan menggunakan media berbasis audio visual yang dikembangkan dalam usaha mengoptimalkan pemahaman dan penguasaan materi dan hasil belajar mahasiswa. Pembelajaran menggunakan media berbasis audio visual dapat memudahkan dosen dalam menyampaikan materi dan lebih mudah dipahami oleh mahasiswa sehingga terjadi interaksi belajar mahasiswa dengan lingkungannya. Media ini digunakan untuk mata kuliah sejarah Indonesia abad 16-19 dengan waktu yang dipergunakan untuk me-review lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan menggunakan media konvensional menggunkan modul.

Menurut Purwanto (1997:89), bahwa kegiatan pembelajaran akan berhasil jika seseorang yang belajar merasa senang dan tertarik. Untuk menimbulkan rasasenang belajar dapat dilakukan sambil bermain dalam arti tidak terjadi ketegangan antara yang belajar dengan mengajar. Belajar dan bermain itu dua hal yang berbeda tetapi bisa merupakan satu kesatuan untuk mencapai tujuan.

(31)

16 yang relevan sehingga pemahaman pembelajaran sejarah menjadi utuh, komperehensif, sebab diperkaya dengan pandangan atau pendapat dari berbagai sisi.

Upaya membangun rasa ingin tahu mahasiswa merupakan peristiwa langka. Apalagi menggali makna dari suatu peristiwa sejarah, serta mengkaji dan menemukan nilai-nilai yang memiliki nilai korelasinya dengan kehidupan masa kini. Model pembelajaran sejarah yang digunakan dalam pembelajaran masih jauh dari harapan untuk meningkatkan mahasiswa untuk melihat relevansinya dengan masa kini dan masa depan. Belajar sejarah akan menjadi lebih mudah dengan munggunakan bantuan audio visual sebagai media pembelajaran. Bahan-bahan sejarah bisa direkayasa untuk menghasilkan tampilan menjadi lebih hidup dengan menggabungkan konsep gambar, animasi dan lain sebagainya. Peserta didik juga bisa melihat video yang sebenarnya tanpa perlu bergerak atau berkunjung ke lokasi yang sebenarnya yang mungkin memerlukan pemikiran yang lebih tinggi. Ini secara tidak langsung memungkinkan seseorang peserta didik meletakan diri mereka dalam situasi yang lebih mudah untuk memahami suatu masalah atau perkara yang telah terjadi lama.

(32)

17 Sejarah Indonesia Abad 16 sampai 19 merupakan mata kuliah yang membutuhkan media yang menunjang dalam tercapainya proses pembelajaran pada mata kuliah itu. Oleh karena itu, video pembelajaran merupakan salah satu media yang sesuai untuk menampilkan sekitar peristiwa yang terjadi pada abad ke- 16 sampai 19.

Media Video pembelajaran adalah media atau alat bantu yang berisi pesan-pesan pembelajaran. Video sebagai media audio visual dan mempunyai unsur gerak akan mampu menarik perhatian dan motivasi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada peswat televisi. Video mampu merangkum banyak kejadian dalam waktu yang lama menjadi lebih singkat dan jelas dengan disertai gambar dan suara yang dapat diulang-ulang dalam proses penggunaannya. Video memiliki kelebihan yaitu mampu membantu memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna tanpa terikat oleh bahan ajar lainnya. Dengan unsur gerak dan animasi yang dimiliki video, video mampu menarik perhatian mahasiswa lebih lama bila dibandingkan dengan media pembelajaran lain.

(33)

18

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Kurangnya perhatian, konsentrasi, dan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar pada mata kuliah Sejarah Indonesia Abad 16 sampai 19.

2. Penggunaan media pembelajaran yang masih terbatas pada modul, sehingga peserta didik kurang aktif. Kurang aktifnya peserta didik ini dikarenakan modul dan power point tidak mampu menampilkan gambar yang dapat memperjelas sebuah peristiwa yang terjadi pada abad ke- 16 sampai 19. Maka dibutuhkan media pembelajaran berupa audio visual.

3. Program Studi Pendidikan Sejarah belum terdapat media pembelajaran yang menarik perhatian mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Sejarah Indonesia Pada Abad ke-16 sampai 19. Media pembelajaran berupa video dapat memvisualisasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada abad ke- 16 sampai 19 sehingga baik apabila menggunakan audio visual dalam pembelajaran.

1.3 Pembatasan Masalah

(34)

19

1.4 Rumusan Masalah dan Permasalahan

Perkembangan kurikulum saat ini memberikan bahwa hal-hal yang diharapkan peluang bagi dosen untuk berkreasi dalam pembelajaran di perguruan tinggi. Kesempatan luas bagi dosen untuk berkreatif dan inovatif, dalam mengelola proses pembelajaran sejarah di kelas. Namun masih ada sebagian yang cenderung kurang memanfaatkan. Dengan demikian dapat di rumuskan masalah yang ada yaitu, media pembelajaran di program studi pendidikan sejarah cenderung konvensional. Secara khusus permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Implementasi Pembelajaran Sejarah Indonesia Abad 16-19 dengan menggunakan media pembelajaran berbasis audiovisual di Program Studi Pendidikan Sejarah mahasiswa semester dua/genap tahun pelajaran 2014-2015?

2. Bagaimanakah Efektivitas penggunaan media pembelajaran berbasis audiovisual pada mata kuliah Sejarah Indonesia Abad 16-19 terhadap hasil belajar mahasiswa semester dua/genap tahun pelajaran 2014-2015?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

(35)

20 2. Untuk Mengetahui Efektivitas Pembelajaran Sejarah Indonesia Abad 16-19 di

Program Studi Pendidikan Sejarah mahasiswa semester dua/genap tahun pelajaran 2014-2015.

1.6Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1.6.1 Untuk Mahasiswa

1. Meningkatkan motivasi dan minat belajar mahasiswa belajar sejarah.

2. Meningkatkan aktivitas dan kompetensi mahasiswa dalam pembelajaran sejarah.

1.6.2 Untuk Dosen

1. Memperbaiki kinerja dosen dalam menggunakan pembelajaran berbasis audio visual.

2. Sebagai salah satu alternatif pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di Program Studi Pendidikan Sejarah.

1.7Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahan atau kekeliruan penafsiran, maka perlu adanya penjelasan terhadap istilah yang terdapat pada judul.

1. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

(36)

21 peserta didik. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya pendidik mampu menyediakan dan menyiapkan media pembelajaran untuk membantu mempermudah proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

3. Pembelajaran berbasis audio visual adalah audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.

4. Mata kuliah sejarah ini difokuskan kepada mahasiswa semester dua/genap program studi pendidikan sejarah dengan pokok bahasan masuknya islam di Indonesia.

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan pada ruang lingkup penelitian ini akan difokuskan pada pembahasan ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup ilmu. Untuk memberikan kejelasan keilmuan dalam cakupan pendidikan IPS, rincian selengkapnya sebagai berikut.

1.8.1 Ruang Lingkup Penelitian

Fokus ruang lingkup penelitian yaitu media pembelajaran berbasis audio visual

(37)

22

1.8.2 Ruang Lingkup Bidang Kajian IPS

Ruang lingkup ilmu/kajian keilmuan penelitian ini adalah pada pendidikan IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences educatiaon). Menurut Woolever dan Scoot (1988:10-13) dalam pendidikan IPS terdapat 5 tradisi atau 5 perspektif. Lima perspektif tersebut, tidak saling menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling melengkapi. Seorang pendidik mungkin mempertahankan satu, beberapa, atau semua pandangan ini. Mereka yang setuju dengan beberapa tujuan dapat memegang satu pandangan lebih kuat dari pandangan yang lain. Adapun lima perspektif pada tujuan inti pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah sebagai berikut.

1. Ilmu pengetahuan sosial sebagai transmisi kewarganegaraan. 2. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengembangan pribadi. 3. Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inquiry

4. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial.

5. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengambilan keputusan yang rasional dan aksi sosial.

(38)

23 social sciences education). Pendidikan ilmu pengetahuan sosial diharapkan mahasiswa akan memperoleh pemahaman dan penghargaan dari cara bagaimana pengetahuan diperoleh melalui metode ilmiah, mengembangkan sikap ilmiah, memiliki sebuah struktur ilmiah mengenai sikap kebiasan manusia. Pendidikan ilmu pengetahuan sosial bukan hanya mengajarkan bagaimana ilmu pengetahuan kepada mahasiswa, tetapi harus juga mengajarkan makna dan nilai-nilai atas pengetahuan itu untuk kepentingan mahasiswa kearah yang lebih baik. Sebagaimana dipahami bersama, bahwa kajian ilmu pengetahuan sosial (social studies) lebih di fokuskan pada tema-tema yang mencakup sepuluh tema ilmu pengetahuan sosial.

Ada sepuluh tema social studies dari National Council for the Social Studies (NCSS, 2001:10) yang membentuk kerangka standar penelitian sosial, yaitu: (1) culture, (2) time continuity andchange, (3) people, places and environments (4) individual development and identity, (5) individuals group, and institutions, (6) power, authority and govermance, (7) production, distribution and consumption, (8) science, technology and society, (9) global connections, dan (10) civic ideals and practices.

(39)

24 disiplin ilmu. Dari kesepuluh tema di atas, pembahasan yang berkaitan dengan sejarah adalah tema waktu, berkelanjutan, dan perubahan bisa juga sejarah sebagai ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat.

Menurut Ali (1992:5) sejarah adalah (1) ilmu yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadian-kejadian di masa lampau, (2)kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan manusia, yakni menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupan manusia, dan (3) cerita yang tersusun secara sistematis (teratur dan rapi).

Pendidikan sejarah bagian dari pendidikan ilmu pengetahuan sosial. Ilmu sejarah adalah ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya, dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres masa depan. Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi; pertama penglihatan ke masa silam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dalam penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidak dapat kita melepaskan diri dari perspektif masa depan.

(40)

25 Sejarah Indonesia abad 16-19 harus secara kronologis atau berurutan waktu, berkelanjutan dan selalu ada perubahan. Juga pada tema ilmu pengetahuan teknologi dan masyarakat, sejarah sebagai ilmu sangat diperlukan dalam penyampaian kronologi peristiwa yang terjadi, dengan menggunakan teknologi informasi yang baik untuk keperluan masyarakat pemakai informasi dalam sejarah.

Kompetensi tersebut dapat dikaitkan dengan semua peristiwa sejarah, pada kronologi sejarah harus memperhatikan kapan peristiwa terjadi, siapa saja yang ada dalam peristiwa tersebut, dimana peristiwa tersebut terjadi, mengapa peristiwa tersebut terjadi, dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Karena selama masih berjalan maka sejarah akan terus ditelusuri secara berkelanjutan dan mengalami perubahan.

Ilmu pengetahuan sejarah bagian dari pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat. Seperangkat pengetahuan tersebut merupakan kronologi dari peristiwa sejarah yang terjadi guna menghasilkan historiografi. Historiografi merupakan langkah terakhir dalam urutan penulisan sejarah dan menjelaskan bahawa peristiwa tersebut adalah benar-benar terjadi. Nilai-nilai dari pendidikan ilmu pengetahuan sosial menjadikan mahasiswa dapat menilai peristiwa sejarah dengan jujur, benar dan bertanggung jawab.

(41)
(42)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1Kajian Pustaka

Pada bagian awal akan dibahas tentang teori belajar dan pembelajaran, kemudian pembelajaran berbasis audio visual.

2.1Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar

(43)

28 Belajar juga akan lebih baik, jika si subyek belajar mengalami atau melakukannya sehingga tidak bersifat verbalistik.

(44)

29 bermakna/berarti, lebih mudah dan j) Informasi tentangkelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serrta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar. k) Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

2.1.1.1TujuanBelajar

Tujuan belajar sangat bervariasi menurut Sardiman (2011:92) tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, lazim disebut dengan intruktional effects, yang bisa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan, lazim disebut nurturant effects. Berdasarkan uraian diatas, jika ditinjau secara umum tujuan belajar meliputi 3 jenis yaitu:

1. Untuk mendapat pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengatahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran dosen sebagai pengeajar lebih menonjol

2. Penanaman konsep dan keterampilan

(45)

30 diamati,sehinggaakan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh yang sedang belajar.

3.Pembentukan sikap

Dosen harus lebih bijak dan berhati-hati dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi dosen sendiri sebagai contoh atau model. Dalam interaksi belajar mengajar dosen akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para mahasiswanya. Dari proses observasi mahasiswa mungkin juga menirukan perilaku dosennya, sehingga diharapkan terjadi proses internalisasi yang dapat menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri mahasiswa untuk kemudian diamalkan.

Disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Adapun hasil belajar itu meliputi: (1) Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) (2) Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif). (3) Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).

2.1.1.2Beberapa Teori Tentang Belajar

(46)

31 dengan cara trial and error. Faktor penting yang sangat berpengarsuh semua pelajar adalah reward atau pernyataan kepuasan dari suatu kejadian.

Menurut Theory Law of Exercise, prinsip belajar yang kedua adalah hubungan antara S (Stimulus)danR(Respons) yang akan semakin kuat makin dengan seringnya R dilakukan terhadap S. Dengan melakukan latihan berkali-kali hubungan S dan R semakin kuat, karena hubungan neural pada syaraf otak semakin kuat di mana memori akan tersimpan dengan baik pada long term memory syaraf otak. Menurut teori Kognitif, Gagne salah satu penganut teori kognitif berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari sederhana ke kompleks, dari hal umum ke hal-hal yang terperinci, oleh karenanya belajar melalui tanda (signal) kemudian melalui rangsangan reaksi (Stimulus and Respon) belajarberantai (Chaining), belajarsecara verbal,belajar membedakan (discrimination) belajar konsep, sampai kepada cara belajar prinsip dan belajar pemecahan masalah.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

(47)

32 pemerolehanilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, dosen mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu obyektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor), seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan suatu pihak, yaitu pekerjaan dosen saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara dosen dengan peserta didik. Intructional atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar mahasiswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar mahasiswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3) “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran hamalik (2008:75).

Pembelajaranadalahprosesinteraksipesertadidikdenganpendidikdansumber belajar padasuatu lingkungan belajar.(UU No. 20/2003, BabIPasal Ayat20 Istiah

“pembelajaran”sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran

(48)

33 Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh mahasiswa) dan mengajar (oleh dosen). Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari dosen untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri mahasiswa yang belajar, di mana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.

Demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen:

1. Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaranyangdibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Seseorangyangbertindaksebagaipengelola,fasilitator,danperanlainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang

diinginkan terjadi pada mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Segalainformasiberupafakta,prinsip,dankonsepyangdiperlukanuntuk mencapai tujuan.

(49)

34 6. Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk

menyajikan informasi kepada mahasiswa.

7. Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatuproses dan hasilnya.

Menurut Sanjaya (2008:213), dalam istilah pembelajaran lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil teknologi yang dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, mahasiswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar mahasiswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.

Pembelajaran menurut Corey (1986:195) dalam Sagala (2003:61), adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Burton dalam Sagala (2003:61) pembelajaran adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan dan dorongan kepada mahasiswa agar terjadi proses belajar. Menurut Garret dalam Sagala (2003:13) berpendapat, belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

(50)

35 dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba.Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar seperti ini disebut rote learning. Kemudian, jika yang dipelajarinya itu mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, akan disebut overlearning. Menurut Sagala (2003:43) mengatakan, seseorang anak belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka dosen memberikan penghargaan pada anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi.

(51)

36

Gambar 2.1 Komponen sistem proses pembelajaran Sanjaya (2008 : 204) Gambar 2.1 tersebut terlihat bahwa sebagai suatu sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi perkuliahan, metode, atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Tujuan merupakan komponen terpenting yang diibaratkan tujuan sama dengan jantung sistem tubuh manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa memiliki jantung. Komponen tujuan akanm menentukan kemana mahasiswa akan dibawa dan apa yang harus dimiliki mahasiswa. Tujuan merupakan komponen yang pertama dan utama untuk memahami suatu kompetensi yang telah dipelajari.

S

PROSES

S

Tujuan

Isi/Materi

Metode

Media

Evaluasi

(52)

37 Isi atau materi perkuliahan merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi perkuliahan merupakan inti dalam proses pembelajaran.Artinya sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi.Hal ini dapat dibenarkan jika tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi perkuliahan (subject centered teaching). Kondisi seperti ini, maka penguasan perkuliahan oleh dosen mutlak diperlukan. Dosen perlu memahami secara detail isi materi perkuliahan harus dikuasai oleh mahasiswa, sebab peran dan tugas dosen adalah sebagai sumber belajar. Materi tersebut biasanya tergambar dalam buku teks, sehingga sering terjadi proses pembelajaran adalah penyampaian materi yang ada dalam buku. Namun demikian pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas dan tanggung jawab dosen bukanlah sebagai sumber belajar, karena materi perkuliahan sebenarnya dapat diambil dari berbagai sumber (Sanjaya, 2008:206).

Strategi dan metode adalah komponen penting yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu, dosen perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam proses pelaksanaan prose pembelajaran.

(53)

38 hasil-hasil teknologi. Oleh karena itu peran dosen dan tugas dosen bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi sebagai pengelola sumber belajar.

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi berfungsi untuk melihat keberhasilan mahasiswa dalam proses pembelajaran, juga berfungsi sebagai umpan balik bagi dosen atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran.

(54)

39 1. Prinsip motivasi, di mana dosen berperan sebagai motivator yang merangsang

dan membangkitkan motif-motif yang positif dari mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan apa yang diperoleh oleh mahasiswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada inilah mahasiswa dapat memproses bahan baru.

3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-hubungkan seluruh aspek pengajaran.

4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual.

5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa ada perbedaan-perbedaan tertentu yang diantara setiap mahasiswa,sehingga mereka tidak diperlukan secara klasikal.

6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri mahasiswa menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari dosen.

7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan mahasiswa untuk peka pada masalah dan mempunyai keterampilan untuk mampu menyelesaikannya.

(55)

40 diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir mahasiswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri (Sagala, 2003:63).

2.1.2.1Teori Pembelajaran 1) Teori Sibernetik

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah ada, seperti teori belajarbehavioristik, konstruktivistik, humanistik, maupun teori belajar kognitif.Seolah-olah teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yaitumementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memangpenting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sisteminformasi yang diproses yang akan dipelajari mahasiswa. Bagaimana proses belajarakan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.

Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata ’Cybernetic’ yakni sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Kata

cybernetic’ yang selanjutnya kita tulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa

yunani yang berarti pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958. Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet,

kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Istilah ’sibernetik’ pertama kali

(56)

41 Technology (MIT), untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial intellidence). Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi.Sejalan dengan pengertian tersebut, Abror (1998:45)

mendefinisikan:”Cybernetik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang

mempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkan dalam fungsi organisme atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disinonimkan dengan umpan balik”.

Teori ini berkembang dengan sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua mahasiswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi (penyampaian materi). Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang mahasiswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari mahasiswa lain melalui proses belajar yang berbeda. Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gagne (1989:53) konsepsi landa dalam model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik juga termasuk teori sibernetik.

(57)

42 memperbaiki kecakapan untuk menguasai informasi. Selanjutnya digunakan acuan oleh seorang pengajar dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dalam penyampaian informasi kepada mahasiswa lebih efektif. Pemrosesan informasi mengacu kepada cara-cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan lambang/simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal.

Pemrosesan informasi dalam pembelajaran tidak terlepas dari komunikasi. Oleh sebab itu untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, ada baiknya di

sini dikemukakan definisi komunikasi. Menurut Miller (1985:56) ”komunikasi

terjadi dari suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan

niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima”. Sedangkan menurut

Davis (2003:60) ”komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian

seseorang ke orang lain”. Melalui komunikasi dosen sebagai sumber

menyampaikan informasi, yang dalam konteks belajar dan pembelajaran adalah materi pelajaran, kepada penerima yaitu siswa dengan menggunakan simbol-simbol baik lisan, tulisan, dan bahasa non-verbal. Sebaliknya siswa akan menyampaikan beberapa pesan sebagai respon kepada guru (feedback) sehingga terjadi komunikasi dua arah.

(58)

43 merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capabilities) yang terdiri atas:

1. Invormasi Verbal

Ialah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau secara lisan. Informasi verbal bisa berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan berbagai hal dalam bentuk verbal.

2. Kecakapan Intelektual

Ialah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol. Kecakapan intelektual ini mencangkup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi), konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum. Kecakapan ini sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.

3. Strategi Kognitif

Ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola (management) keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini mengarah pada kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir agar terjadi yang efektif.

4. Sikap

(59)

44 5. Kecakapan motorik

Ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan gerakan yang dikontrol oleh otot. Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencangkup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa pembelajaran (the events ofinstruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Dalam teori Gagne dan Briggs mempreskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran. Dalam pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) menentukan tujuan pembelajaran, b) menentukan materi pembelajaran, c) mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran, d) menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut, e) menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistemi informasi, f) manyajikan materi dan membimbing mahasiswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi perkuliahan.

(60)

45 Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Landa. Ia membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu proses berpikir algoritmik dan proses berpikir heuristik:

1. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu. Contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan menjalankan mesin mobil, dalam menjalankan mesin mobil kegiatan yang dilakukan dijalankan secar berurutan. 2. Proses berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen, menuju ke beberapa

target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan caraberpikir heuristik. Contoh proses berpikir heuristik misalnya penemuan cara memecahkan masalah, dalam pembelajaran biasa dikenal dengan metode problem solving (pemecahan masalah sosial dari sebuah materi pembelajaran).

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Materipelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier,sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila

disajikan dalam bentuk ”terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk

(61)

46 kelas. Hal tersebut tentunya dengan arah berpikir yang terkontrol oleh dosen pengajar, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik atau linier.

Model pembelajaran sibernetik yang sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks pendidikan umpan balik ini sangat penting artinya bagi keberhasilan belajar dan pembelajaran. Dengan adanya umpan balik dari mahasiswa, dosen akan mengetahui apakah materi yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan mahasiswa dalam memahami, jika ada selanjutnya tindakan remedial apa yang perlu dilakukan. Sebaliknya, umpan balik dari dosen misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja mahasiswa akan mengingatkan kepada mahasiswa sampai sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan umpan balik tersebut siswa dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan.

(62)

47 Dalam kaitannya pembelajaran di ruang kelas, Gagne (1989:34) mengemukakan ada sembilan langkah pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh dosen. Langkah-langkah tersebut adalah: 1) melakukan tindakan untuk menarik perhatian mahasiswa, 2) memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai tujuan pengajaran dan topik-topik yang akan dibahas, 3) merangsang mahasiswa untuk memulai aktivitas pembelajaran, 4) menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan, 5) memberikan bimbingan bagi aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, 6) memberikan peneguhan kepada prilaku pembelajaran mahasiswa, 7) memberikan umpan balik terhadap prilaku yang ditunjukkan mahasiswa, 8) melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, 9) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.

2) Teori Belajar Kontruktivisme

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda

dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang

bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme

lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan

pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan

pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari dosen kepada orang lain,

karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.

(63)

48

asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk

suatu skema yang baru.

Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih

menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai

penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai

penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan

mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai

upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, mahasiswa ”mengkonstruksi”

atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan

menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

Belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi

proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah

hasil ”pemberian” dari orang lain seperti dosen, akan tetapi hasil dari proses

mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari

”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui

proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan

makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam

setiap individu. Tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut: a) Adanya motivasi

untuk mahasiswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. b)

Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk mengejukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya. c) Membantu mahasiswa untuk mengembangkan

Gambar

Tabel
Tabel 1.1.  Kondisi Sarana dan Prasarana Program Studi
Gambar 2.1 Komponen sistem proses pembelajaran Sanjaya (2008 : 204)
Gambar 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal Notaris berhenti dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b, ahli warisnya wajib menyerahkan Protokol kepada Notaris penampung protokol di

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara Kepribadian Model Lima Faktor dan perilaku berolahraga pada tim basket di Universitas Kristen

a. Penyelenggaraan Bimbingan Belajar.. KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN.. No. Subbidang, Program, dan Kegiatan Frek &amp;

Jika siswa sudah bisa membandingkan dan mengurutkan berbagai pecahan uang, maka guru dapat memberikan penugasan untuk pecahan uang yang lain. Jika siswa bisa menghitung pecahan

BidWin merupakan bagian dari PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA Rent) yang bergerak dalam bisnis rental kendaraan dengan asset lebih dari Rp. Kendaraan yang dilelang

Asumsi yang digunakan menyatakan bahwa pola permintaan ayam pedaging untuk wilayah Kabupaten Kuantan Singingi sama dengan pola permintaan Propinsi Riau, se-

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Dalam Memilih Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Di Kota Semarang.. Tesis Magister, tidak diterbitkan,

Berdasarkan permasalahan dalam pembelajaran di sekolah dan adanya peran e-learning serta kemampuan belajar matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning