• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PENDIDIKAN MEDIA PENDIDIKAN Di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEKNOLOGI PENDIDIKAN MEDIA PENDIDIKAN Di"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Salverius Jagom NIM:1201057029

TEKNOLOGI PENDIDIKAN: MEDIA PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi Ujian MID Semester pada mata kulaih Pengembangan Media Pendidikan di Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Fisika

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat, rahmat, dan hidayatNya sehingga penyusunan buku, sebagai tugas tambahan mata kuliah Pengembangan Media Pembelajaran dengan di beri judul :Teknologi Pendidikan: Media Pembelajarandapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penyusun menyampaikan terima kasih kepada Bapak Marsi Bani, S,PD, M.Si, selaku pengampu mata kuliah karena member kesempatan kepada penulis untuk menyusun buku ini sebagai tugas tambahan dikarenakan penyusun tidak mengikuti ujian MID pada mata kuliah pengembangan media pembelajaran. Pada kesempatan yang dibeikan ini penyusun secara pribadi menyampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

Kami menyadari atas segala kekurangan dalam penuliasan materi ini, karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……… ii

Daftar Isi……… iii

BAB I: AZAS–AZAS MEDIA PENDIDIKAN……… 1

BAB II: POLA MEDIA PENDIDIKAN……….. 6

BAB III: JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA………10

BAB IV: PEMILIHAN MEDIA……… .. 24

BAB V: PENGEMBANGAN MEDIA PENDIDIKAN………...26

BAB VI: STUDI MASYARAKAT SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN………...39

BAB VII: PEMANFAATAN MEDIA PENDIDIKAN………50

BAB VIII: EVALUASI DAN ADMINISTRASI MEDIA PENDIDIKAN………54

(4)

BAB I

AZAS–AZAS MEDIA PENDIDIKAN

1. Pendidikan, Media Pendidikan, dan Proses Pembelajaran

Dahulu, pada zaman Socrates ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswanya adalah hasil penemuan atau daya pikir Socrates sendiri. Perkembangan selanjutnya membuktikan bahwa situasi semacam itu tak mungkin untuk dipertahankan.

Penemuan–penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Akibat dari pengaruh – pengaruh itu maka pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan, sehingga mendorong berbagai usaha pembaharuan.

Kemajuan teknologi modern adalah salah satu faktor yang turut menunjang usaha pembaharuan. Peranan teknologi sudah sedemikian menonjolnya, terutama pada masyarakat dari negara – negara yang telah berkembang. Pemerintah dan masyarakatnya memberikan perhatikan secara maksimal, karena mereka telah menyadari peranan dan fungsi teknologi itu bagi kehidupan mereka. Mereka telah sampai pada taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakannya dalam dunia pendidikan di sekolah. Mereka telah yakin, bahwa untuk hidup dalam masyarakat yang modern harus dimulai dari pendidikan di sekolah. Karena itu kegiatan–kegiatan di sekolah berjalan seimbang dan serasi dengan kebutuhan, aspirasi, dan norma – norma masyarakat.

Di lain pihak, telah disadari benar akan pentingnya alat – alat dan perlengkapan pendidikan. Alat – alat itu meliputi alat bantu mengajar atau alat peraga pendidikan dan juga perlengkapan sekolah, seperti papan tulis, bangku-kursi, dan meja serta perlengkapan lainnya. Semua peralatan dan perlengkapan tersebut disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan tingkat kemampuab dan kematangan peserta didik.

Tentu saja kepada guru–guru diisyaratkan agar menggunakan alat–alat yang murah, efisien, dan mampu dimiliki/diperoleh oleh sekolah, dengan tidak menolak kemungkinan atas penggunaan alat–alat modern yang sesuai dengan tuntutan teknologi modern.

Pada sekolah–sekolah yang telah maju sudah mulai digunakan berbagai jenis media pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman, untuk semua mata – mata pelajaran dan segi – segi pendidikan. Bahkan dewasa ini telah mulai pula di gunakan media online.

(5)

didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.

Setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, serta memiliki kemampuan memilih dan menggunakan media tersebut dengan baik. Bila diperlukan, guru harus memiliki keterampilan membuat media pendidikan untuk suatu pelajaran tertentu.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen– komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.

Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol – simbol komunikasi baik simbol verbal maupun simbol non-verbal atau visual. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan simbol–simbol komunikasi tersebut sehingga pesannya diperoleh.

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi berbagai permasalah yang di temukan di runga kelas.

2. Arti, Ciri–Ciri Umum, dan Nilai Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafia berarti perantara atau pengantar. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gage (dalam Sadiman, 1998:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs (dalam Sadiman, 1989:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Asosiasi Pendidikan Nasional mendefinisikan media adalah bentuk – bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksinya pada siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Cirri–cirri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui pancaindera kita.

(6)

c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dan siswa.

d. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas.

e. Pada dasarnya media pendidikan merupakan perantara dan digunakan dalam rangka pendidikan.

f. Media pendidikan mengandung aspek – aspek: sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.

Menurut Encyclopedia of Education Research, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut:

 Meletakan dasar – dasar yang kongkrit untuk berpikir dan oleh karena itu mengurangi verbalisme.

 Memperbesar perhatian siswa.

 Meletakan dasar – dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu membuat pelajaran lebih menetap.

 Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

 Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama terdapat dalam gambaran hidup.

 Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa.

 Memberikan pengalaman – pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih banyak dalam belajar.

Selain dari itu juga terdapat sejumlah nilai praktis dari media pendidikan, sebagai berikut:

1. Media pendidikan melampau batas pengalaman pribadi siswa. Biasanya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dibatasi oleh faktor – faktor perorangan dan kondisi– kondisi yang ada dalam masyarakat. Siswa yang berasal dari keluarga yang tergolong mampu tentu saja memiliki cukup banyak kesempatan untuk memperoleh pengalaman. Berbeda halnya dengan siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dengan menggunakan media pendidikan maka guru dapat mengatasi jurang perbedaan tersebut dalam batas – batas tertentu.

2. Media pendidikan melampaui batas – batas ruangan kelas. Banyak hal yang tak mungkin dialami dalam kelas, disebabkan berbagai faktor:

a. Terlalu besar, benda yang terlampau besar tentu tak mungkin dibawa kedalam ruangan kelas dan tak mungkin dialami secara langsung. Akan tetapi dengan media pendidikan, maka hal tersebut akan dapat dipelajari dalam ruangan kelas.

b. Bebrapa objek yang terlampau kecil, tak mungkin diamati tanpa media tertentu.

(7)

d. Benda – benda dan hal – hal yang proses terjadinya terlalu cepat, sukar diamati. Dengan menggunakan media pendidikan maka akan dapat diperlambat.

e. Hal–hal yang terlalu kompleks dapat disederhanakan.

f. Bunyi suara yang terlalu halus yang tak mungkin didengar, dengan media pendidikan dapat didengar.

3. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dan lingkungan.

4. Media pendidikan memberikan kesamaan dalam pengamatan untuk semua siswa. 5. Media pendidikan akan memberikan pengertian/konsep yang sebenarnya secara

realistis dan teliti.

6. Media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat – minat baru. Melalui alat/media para siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas dan lebih kaya. Dengan demikian presepsinya akan menjadi lebih tajam dan pengertiannya lebih tepat. Dan akan menimbulkan keinginan–keinginan serta minat belajar yang baru. 7. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar. 8. Media pendidikan akan memberikan pengalaman yang menyeluruh.

3. Tujuan Pendidikan dan Media Pendidikan.

Tujuan pendidikan mengarahkan semua proses pendidikan. Berdasarkan tujuan pendidikan itu secara perencanaan pendidikan, perencanaan pengajaran, kegiatan pendidikan dapat diarahkan kepada pembentukan manusia yang diharapkan oleh masyarakat. Secara praktis proses pencapaian tujuan itu melalui suatu proses pengajaran yang direncanakan oleh sekolah. Atau dengan kata lain, sekolah menyediakan suatu lingkungan pendidikan yang serasi dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan.

Ditinjau secara stuktural, maka tujuan pendidikan dapat kita bagi tingkatannya sebagai berikut:

a) Tujuan pendidikan nasional, b) Tujuan sekolah,

c) Tujuan kurikulum, d) Tujuan mata pelajaran, e) Tujuan pengajaran.

Ditinjau dari segi horizontal, tujuan dapat kita bagi menjadi: a) Tujuan umum.

b) Tujuan khusus. c) Tujuan guru. d) Tujuan siswa.

Media pendidikan sebagai suatu media komunikasi guru dan siswa dalam pengajaran, sudah tentu sangat erat pertaliannya dengan kegiatan dan proses belajar – mengajar. Oleh karena itu jelas bahwa tujuan mengajar-belajar sangat penting bagi media pendidikan, dalam hal:

1) Tujuan pengajaran menentukan arah yang hendak dicapai oleh media pendidikan.

(8)

3) Tujuan pengajaran menentukan metode media pendidikan apa yang akan digunakan oleh guru dalam membimbing kegiatan belajar siswa. 4) Tujuan pengajaran menentukan proses kegiatan komunikasi pendidikan

disekolah.

5) Tujuan pengajaran menentukan teknik penilaian terhadap penggunaakn media pendidikan.

(9)

BAB II

POLA MEDIA PENDIDIKAN

Dari pengertian yang telah diutarakan diatas kita mentafsirkan media pendidikan dari suatu pandangan yang lebih luas, dalam arti tidak hanya terbatas pada alat – alat audio/ audiovisual yang dapat dilihat dan didengar – melainkan sampai pada kondisi dimana para siswa dapat melakukan sendiri. Dalam pola demikian itu, maka tercakup pula didalamnya pribadi dan tingkah laku guru.

Secara keseluruhan pola media pendidikan itu terdiri dari:

1) Bahan – bahan cetakan atau bacaan. Berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, majalah, bulletin, folder, periodical, pamphlet, dan lain – lain. bahan – bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol–simbol kata dan visual.

2) Alat – alat audiovisual. Alat – alat yang tergolong kedalam kategori ini, terdiri dari:

a) Media pendidikan tanpa proyeksi, seperti: papan tulis, papan temple, papan planel, diagram, grafik, poster, kartoon, komik, gambar.

b) Media pendidikan tiga dimensi. Alat – alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri dari: model, benda asli, contoh, benda tiruan, diorama, boneka, topeng, ritatoon, rotation, standar lembar balik, peta, globe, pameran, museum sekolah.

c) Media pendidikan yang menggunakan teknik atau asinal. Alat – alat yang tergolong kategori ini, meliputi antara lain: slide, dan film strip, film, rekaman, radio, televise, laboratorium elektronika, computer.

3) Sumber – sumber masyarakat. Berupa objek – objek, peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan – bahan, masalah – masalah, dan sebagainya dari berbagai bidang, yang meliputi: daerah, penduduk, sejarah, jenis–jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, kebudayaan dan politik, dan lain – lain. untuk mempelajari hal – hal tersebut diperlukan berbagai metode, yakni: karyawisata, manusia sumber, survey, berkemah, pengabdian sosial, kerja pengalaman, dan lain–lain.

4) Kumpulan benda–benda. Berupa benda–benda atau barang–barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari.

(10)

Kerucut pengalaman

Kerucut pengalaman adalah sebuah teori pola media pendidikan yang dikemukakanoleh seorang ahli audio-visual materialis yang bernama Edgar Dale. Ia menggambarkan tentang tingkat–tingkat pengalaman dan alat–alat yang diperlukan untuk memperoleh pengalaman itu dalam bukunya yang berjudul “Audio-Visual Methods in Teaching.

Pengalaman berlangsung dari tingkat yang konkrit namun menuju ketingkat yang abstrak. Pada tingkat yang konkrit seseorang belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung yang bertujuan dalam kehidupan kita. Kemudian meningkat ketingkatan yang lebih atas menuju puncak kerucut, dalam tingkat yang abstrak dalam bentuk simbol–simbol. Semakin keatas semakin abstrak, tetapi tidak berarti semakin sulit. Pembagian tingkat – tingkat ini semata – mata untuk membantu kita melihat pengalaman belajar.

Kerucut pengalaman Edgar Dale adalah sebagai berikut dari yang paling bawah:

a) Pengalaman langsung dan bertujuan.

Pengalaman langsung diperoleh dengan jalan berhubungan langsung dengan benda, kejadian dan keadaan sebenarnya, dimana siswa aktif bekerja sendiri, memecahkan masalah sendiri; semuanya didasarkan atas tujuan tertentu yang telah dirancang sebelumnya.

b) Pengalaman tiruan.

Pengalaman ini diperoleh melalui benda – benda atau kejadian – kejadian tiruan dari yang sebenarnya – suatu proses penciptaan kembali, berhubungan dnegan benda atau kejadian itu mungkin sulit di dapat, atau terlalu kecil, terlalu besar, terlalu jauh dan sebagainya. Faedahnya: memberikan kesan yang mendalam, memberikan arti yang sebenarnya, menambah pengertian dan menghilangkan variabelisme. c) Dramatisasi.

Penyajian dalam bentuk drama, dari berbagai gerakan sampai ke permainan yang lengkap dengan pakaian dan dekorasi. Manfaatnya: bahannya menarik perhatian, para pelaku menyelami watak yang diperankan, mempunyai nilai penyembuh, melatih bekerja sama, melatih penguasaan bahasa,suara, mimic, sikap dan gaya. Meliputi:

a. The play: dilakukan dipanggung atau seolah – olah dipanggung.

b. The pageant: pertunjukan sejarah berdasarkan sejarah setempat, dilakukan di alam terbuka.

c. Pantomime: sandiwara bisu, hasilnya tergantung gaya sang pelaku.

d. Tableau: permainan yang merupakan skene yang terdiri dari orang –orang beserta dekornya, tidak ada gerakan ataupun suara.

(11)

f. Psychodrama: suatu bentuk drama mengenai hal– hal yang bersifat perorangan dan ketegangan – ketegangan yang terdapat dalam dirinya.

g. Sosiodrama: suatu drama tanpa persiapan lebih dulu. h. Role playing: salah satu segi dari psychodrama. d) Demonstrasi.

Adalah percontohan atau pertunjukan tentang cara membuat atau cara melayani sesuatu proses.

e) Karyawisata.

Membawa kelas ke objek diluar sekolah dalam rangka pengajaran di kelas itu dengan maksud memperkaya dan memperluas pengalaman siswa.

f) Pameran.

Tujuannya ialah untuk mempertunjukkan hasil pekerjaan para siswa, perkembangan dan kemajuan sekolah, kepada warga sekolah dan masyarakat umumnya.

g) Televisi.

Merupakan suatu media untuk menyampaikan pendidikan kepada anak–anak dan masyarakat.

h) Gambar hidup atau film.

Merupakan rangkaian gambar – gambar yang diproyeksikan kelayar dengan kecepatan teratur, bergerak secara kontinu sehingga benar – benar mewujudkan pergerakan normal dari pada orang – orang atau benda–benda.

i) Radio.

Melalui siaran radio dapat disampaikan pengajaran secara efektif, menambah pengalaman dan pengetahuan dan menimbulkan motivasi belajar.

j) Gambar.

Adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran.

k) Lambang visual.

Adalah gambar yang secara keseluruhan dari sesuatu yang dijelaskan kedalam suatu bentuk yang dapat divisualisasikan. Lambing visual antara lain:

a. Sketsa: hasil lukisan yang bentuknya lengkap atau tidak lengkap.

b. Bagan: kombinasi garis atau tulisan dengan gambar yang dijelmakan secara logis dan tersusun untuk meragakan antara fakta dengan ide.

c. Grafik: gambar yang memberi keterangan tentang angka – angka dan hubungan – hubungan yang penting dari keterangan tadi.

d. Poster: gambar yang ditujukan sebagai pemberitahuan atau peringatan atau penggugah.

e. Komik: gambar atau lukisan bersambung yang merupakan cerita.

(12)

g. Diagram: suatu kombinasi antara garis dan gambar yang menunjukkan hubungan interen, bersifat abstrak.

h. Peta: gambar yang melukiskan lambing dari keadaan yang sebenarnya.

l) Lambang kata.

(13)

BAB III

JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA

1. Taksonomi

Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional disamping pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Pengertian media ini masih sering dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak berisis pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung dalam media tersebut (AECT dalam Sadiman, 1984:19)

Dari sini usaha–usaha penataan timbul, yaitu pengelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan cirri atau karakteristiknya, diantaranya sebagai berikut:

1) Taksonomi menurut Rudy Bretz.

Bretz mengidentifikasi cirri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis, dan simbol yang merupakan suatu kontinu dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar dan media rekam sehingga terdapat delapan klasifikasi media, yakni:

a) Media audio visual gerak. b) Media audio visual diam. c) Media audio semi-gerak. d) Media visual gerak. e) Media visual diam. f) Media semi gerak. g) Media audio. h) Media cetak.

2) Hierarki media menurut Duncan.

Dalam menyusun taksonomi media menurut hierarki pemanfaatan untuk pendidikan, Duncan ingin menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki. Dengan bahasa awam hal tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaanya lebih khusus, dan lingkup sasaran terbatas. Pada dasarnya, hierarki Duncandisusun menurut tingkat kerumitan perangkat dan media yang dipergunakan.

(14)

Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu antara lain:

a) Objek. b) Model.

c) Suara langsung. d) Rekaman audio. e) Media cetak.

f) Pembelajaran terprogram. g) Papan tulis.

h) Media transparansi. i) Film rangkai. j) Film bingkai. k) Film.

l) Televisi. m) Gambar

.

4) Taksonomi menurut Gagne.

Tanpa menyebut jenis dari masing – masing medianya, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu:

a) Benda untuk didemonstrasikan. b) Komunikasi lisan.

c) Media cetak. d) Gambar diam. e) Gambar gerak. f) Film bersuara. g) Mesin belajar.

Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkannya yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, member kondisi eksternal, menuntun cara piker, memasukkan alih-ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.

5) Taksonomi menurut Edling

(15)

diperlukan, pengalaman, subjektif, objektif, dan langsung tersebut menurut Edling, hal tersebut merupakan suatu kontinum atau kesinambungan pengalaman belajar yang dapat disejajarkan dengan kerucut pengalamannya Edgar Dale.

Berbagai contoh di atas menggambarkan usaha – usaha menyusun suatu taksonomi media yang berlaku umum dan telah dilakukan sekitar seperempat abad belakangan ini. Di samping itu, dari segi kerumitan media dan besarnya biaya, Schramm membedakan media rumit dan mahal dan media sederhana dan murah. Big media and little media. Scramm juga mengelompokkan media menurut daya liputnya menjadi media missal, media kelompok, dan media individual. Selain itu, ia juga membuat pengelompokan lain menurut control pemakaiannya dalam pengertian portabilitas, kesesuaiannya untuk di rumah, kesiapan setiap saat diperlukan, dapat tidaknya laju penyampaiannya dikontrol, kesesuaiannya untuk belajar mandiri, dan kemampuannya untuk member umpan-balik.

Pengelompokan lain ialah pengelompokan yang dikembangkan oleh Allen. Ia berusaha menghubungkan fungsi media dengan tujuan belajar yang hendak dicapai. Dari beberapa pengelompokan media yang dikemukakan diatas dapat dilihat bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk suatu sistem instruksional.

Bagaimanapun, suatu pengelompokan, apa pun bentuk dan tujuannya dapat memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya.

2. Karakteristik

Usaha pengklasifikasian di atas mengungkapkan karakteristik atau cirri –cirri khas suatu media berbeda menurut tujuan atau maksud pengelompokannya. Dari contoh pengelompokan yang diadakan oleh Schramm, kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan control pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera pengelihatan, pendengaran, peraba, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar seperti yang digarap Gagne, dan sebagainya. Karakteristik media ini sebagaimana dikemukakan oleh Kemp merupakan dasar pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran.

1. Media grafis

Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaiakn dituangkan kedalam simbol – simbol komunikasi visual.

(16)

Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relative murah ditinjau dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis, beberapa di antaranya akan kita bicarakan dalam bahasan di bawah ini.

a) Gambar/foto.

Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana–mana.

Beberapa kelebihan media gambar/foto yang lain dijelaskan di bawah ini.

 Sifatnya konkret; gambar/foto lebih realistic menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.  Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

 Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

 Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

 Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan – kelebihan tersebut, gambar/foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

 Gambar/foto hanya menekan persepsi indera mata;

 Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran;

 Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Bagaimana gambar/foto yang baik sebagai media pendidikan? Tentu saja adalah gambar/foto yang cocok dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan.

 Autentik. Gambar tersebut harus jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

 Sederhana. Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin–poin pokok dalam gambar.

 Ukuran relative. Gambar/foto dapat membesar atau memperkecil objek/benda sebenarnya. Apabila gambar/foto tersebut tentang benda/objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka akan sulitlah membayangkan berapa besar benda itu.

 Gambar/foto sebaliknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.  Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai

(17)

 Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut pandang seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b) Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draf kasar yang melukiskan bagian – bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar menggambar, setiap guru yang baik haruslah dapat menuangkan ide – idenya ke dalam bentuk sketsa. Sketsa selain dapat menarik minat siswa, menghindari verbalisme dan dapat menjelaskan penyampaian pesan, harganya pun tak perlu dipersoalkan sebab media ini dibuat langsung oleh guru.

Seorang guru bisa saja menerangkan proses perkembangbiakan kupu–kupu secara lisan/verbal.

c) Diagram.

Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis – garis dan simbol–simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antara komponennya atau sifat – sifat proses yang ada di situ. Diagram umumnya berisi petunjuk–petunjuk.

Diagram yang baik sebagai media pendidikan adalah yang:

• Benar, digambar rapi, diberi title, label dan penjelasan – penjelasan yang perlu;

• Cukup besar dan ditempatkan secara strategis; dan

• Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Beberapa cirri diagram yang perlu diketahui adalah:

• Diagram bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang – kadang sulit dimengerti;

• Untuk dapat membaca diagram seseorang harus mempunyai latar belakang tentang apa yang didiagramkan;

• Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat, diagram dapat memperjelas arti.

d) Bagan/chart

Fungsi pokok adalah menyajikan ide – ide atau konsep – konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir – butir penting dari suatu presentasi.

Sebagai media yang baik, bagan haruslah:  Dapat dimengerti siswa;

 Sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit–belit;  Diganti pada waktu – waktu tertentu agar selain tetap

(18)

Beberapa jenis bagan/chart secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua yaitu chart yang menyajikan pesan secara bertahap danchartyang menyajikan pesannya sekaligus.

Bagan/chart yang dapat menyajikan pesan sekaligus ada beberapa macam, antara lain bagan pohon (tree chart), bagan arus (flow chart), bagan garis waktu (time line chart) danstrem chart.

e) Grafik.

Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik – titik, garis, atau gambar. Untuk melengkapinya sering kali simbol – simbol verbal digunakan pula.

Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip – prinsip matematik dan menggunakan data–data komparatif.

Beberapa manfaat/kelebihan grafik sebagai media:

i. Grafik bermanfaat sekali untuk mempelajari dan mengingat data–data kuantitatif dan hubungan–hubungannya.

ii. Grafik dengan cepat memungkinkan kita mengadakan analisis, interpretasi dan perbandingan antara data–data yang disajikan baik dalam ukuran, jumlah, pertumbuhan, dan arah.

iii. Penyajian data grafik: jelas, cepat, menarik, ringkas, logis. Sebagai media pendidikan grafik dapat dikatakan baik kalau memenuhi ketentuan sebagai berikut:

 Jelas untuk dilihat oleh seluruh kelas;  Hanya menyajikan satu ide setiap grafik;

 Ada jarak/ruang kosong antara kolom–kolom bagiannya;  Warna yang digunakan kontras dan harmonis;

 Berjudul dan ringkas;  Sederhana;

 Mudah dibaca;  Praktis;

 Mudah diatur;

 Menggambarkan kenyataan;  Menarik;

 Jelas dan tak memerlukan informasi tambahan;  Teliti.

Ada beberapa macam grafik yang dapat digunakan diantaranya adalah: grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik gambar.

(19)

Kartun merupakan salah satu bentuk komunikasi grafis yang menyampaikan suatu pesan dengan menggunakan gambar. Kemampuan kartun besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap maupun tingkah laku.

g) Poster.

Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan – kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.

Poster berfungsi untuk mempengaruhi orang untuk melakukan suatu perbuatan yang disampaikannya. Poster yang baik hendaknya:

i. Sederhana;

ii. Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok; iii. Berwarna;

iv. Slogannya ringkas dan jitu; v. Tulisannya jelas;

vi. Motif dan desain bervariasi. h) Peta dan globe.

Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data – data lokasi. Secara khusus peta dan globe tersebut memberikan informasi tentang:

i. Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai – sungai, gunung – gunung dan bentuk – bentuk daratan serta perairan lainnya;

ii. Tempat – tempat serta arah dan jarak dengan tempat yang lain;

iii. Data – data budaya dan kemasyarakatan seperti populasi atau pola bahasa/adat istiadat; dan

iv. Data – data ekonomi, seperti hasil pertanian, industry atau perdagangan internasional.

i) Papan flannel.

Papan flannel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan–pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. j) Papan bulletin

Berbeda dengan papan flannel, papan bulletin ini tidak dilapisi kain flannel tetapi langsung ditempel gambar – gambar atau tulisan – tulisan. Fungsinya selain menerangkan sesuatu, papan buletin dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.

2. Media audio.

(20)

– lambing auditif, baik verbal maupun non verbal. Ada beberapa jenis media dapat kita kelompokkan dalam media audio, antara lain:

a. Radio.

Radio mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan media yang lain, yaitu:

 Harganya relatif murah dan variasi programnya lebih banyak.

 Sifatnya mudah dipindahkan.

 Jika digunakan bersama – sama dengan alat perekam radio bisa mengatasi problem jadwal karena program dapat direkam dan diputar kembali sesuka kita.

 Radio dapat mengembangkan daya imajinasi siswa.  Dapat merangsang partisipasi aktif pendengar.

 Radio dapat memusatkan perhatian siswa pada kata – kata yang digunakan, pada bunyi dan artinya.

 Siaran lewat suara terbukti amat tepat/cocok untuk mengajarkan music, dan bahasa.

 Radio dapat mengerjakan hal –hal tertentu secara lebih baik. Dia dapat menyajikan pengalaman – pengalaman dunia di luar kelas.

 Radio dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; jangkauannya luas.

Selain kelebihan – kelebihan tersebut, sebagai media pendidikan radio mempunyai kelemahan – kelemahan pula, antara lain:

 Sifat komunikasinya hanya satu arah;

 Biasanya siaran disentralisasikan sehigga guru tak dapat mengontrolnya, dan

 Penjadwalan pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah. Integrasi siaran radio ke dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sering kali sulit.

b. Alat perekam pita magnetik.

Alat perekam pita magnetic (tape recorder) adalah salah satu media pendidikan yang tak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena mudah menggunakannya. Beberapa kelebihan alat perekam sebagai media pendidikan adalah:

 Alat perekam pita magnetic mempunyai fungsi ganda yang efektif sekali, untuk merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya.

 Pita rekaman dapat diputar berulang – ulang tanpa mempengaruhi volume.

 Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya bisa dipakai lagi.

(21)

 Program kaset dapat menyajikan kegiatan–kegiatan/hal –hal diluar sekolah.

 Program kaset bisa menimbulkan berbagai kegiatan seperti diskusi.

 Program kaset memberikan efisiensi dalam pengajaran bahasa.

Dibandingkan dengan program radio, program kaset mempunyai kelemahan sebagai berikut:

 Daya jangkauannya terbatas.

 Dari segi biaya pengadaan bila untuk sasaran yang banyak biayanya jauh lebih mahal

c. Laboratorium bahasa

Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan cara menyajikan materi pelajaran yang disampaikan sebelumnya. Media yang dipakai adalah alat perekam.

Dalam laboratorium bahasa, murid duduk sendiri – sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar suara guru yang duduk di ruang control lewatheadphone. Pada saat dia meniru ucapan guru dia juga mendengar suaranya sendiri lewatheadphonenya, sehingga dia bisa membandingkan ucapannya dengan ucapan guru. Dengan denikian dia bisa memperbaiki kesalahan–kesalahan yang dibuatnya.

3. Media proyeksi diam.

Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan – rangsangan visual. Perbedaan yang jelas di antara mereka adalah pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran; terlebih dahulu. Adakalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tetapi ada pula hanya visual saja.

Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain: a. Film bingkai.

Film bingkai adalah suati film berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari karton, atau plastik. Sebagai suatu program, film bingkai sangat bervariasi. Panjang pendek film bingkai, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dan materi yang ingin disajikan.

Beberapa keuntungan penggunaan film bingkai sebagai media pendidikan antara lain:

(22)

 Perhatian anak – anak dapat dipusatkan pada satu butir tertentu sehingga dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.

 Fungsi berpikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas.

 Film bingkai berada dibawah control guru.

 Film bingkai baik untuk menyajikan berbagai bidang studi tertentu, dapat digunakan baik secara kelompok maupun individual, tidak pandang usia.

 Penyimpanan film bingkai sangat mudah.

 Film bingkai dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.

 Program film bingkai bersuara mudah diperbaiki, baik visual maupun audionya.

 Media yang relative sederhana, baik cara membuatnya maupun cara menerangkannya, dibandingkan dengan media TV atau film.

 Program dibuat dalam waktu singkat.

Selain kelebihan dan keuntungan tersebut di atas, film bingkai juga mempunyai keterbatasan dan kelemahan diantaranya:

 Seri program film bingkai yang terdiri dari gambar – gambar lepas merupakan kelebihan sekalugus merupakan titik kelemahan. Karena lepas gambar – gambar tersebut dengan mudah dapat hilang atau tertukar apabila penyimpanannya kuarng baik.

 Dibandingkan dengan media audio visual yang lain, film bingkai hanya mampu menyajikan objek – objek diam.

 Memerlukan ruangan yang gelap untuk memutarkannya.

 Pembuatannya membutuhkan biaya yang mahal. b. Film rangkai.

Berbeda dengan film bangkai, gambar pada film rangkai berurutan merupakan satu kesatuan. Film rangkai bisa tanpa suara bisa pula dengan suara. Suara yang dimaksudkan adalah suara untuk menjelaskan isi film.

Sebagai media pendidikan, film rangkai memiliki kelebihan sebagai berikut:

 Kecepatan penyajian film rangkai bisa diatur, dapat ditambah narasi dengan control oleh guru;

 Film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam satu rangkai.

(23)

 Urutan gambar sudah pasti karena film rangaki merupakan satu kesatuan;

 Penyimpananya mudah, cukup digulung dan dimasukkan ke dalam tempat khusus;

 Reproduksinya dalam jumlah besar relative lebih mudah pergambarnya dibandingkan film bingkai. Film rangkai tak memerlukan bingkai; dan

 Dapat untuk belajar kelompok maupun individual. Kelemahan pokok film rangkai dibandingkan dengan film bingkai adalah sulit diedit karena sudah merupakan satu rangkaian, sukar dibuat sendiri dan memerlukan peralatan laboratorium yang dapat mengubah film bingkai menjadi film rangaki.

c. Media transparansi.

Media transparansi (OHP), merupakan media visual proyeksi yang dibuat di atas bahan transparan. Sebagai media pendidikan, media transparansi mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan media transparansi antara lain:

 Gambar yang diproyeksikan lebih jelas disbanding gambar dipapan. Ruangan tak perlu kegelapan, sehingga siswa dapat melihat sambil mencatat;

 Guru sambil mengajar dapat berhadapan demgan siswa;  Benda– benda kecil dapat diproyeksikan hanya dengan

meletakannya di atas OHP, walaupun hasilnya berupa baying–baying;

 Memungkinkan penyajian diskriminasi warna dan menarik minat–minat siswa;

 Praktis dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas ruangan;

 Sepenuhnya di bawah control guru.

 Menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang–ulang;

 Lebih sehat daripada papan tulis.

Sekalipun ada kelebihan, media transparansi, memiliki kelemahan antara lain: transparansi memerlukan peralatan khusus untuk memproyeksikannya, transparansi memerlukan waktu, usaha dan persiapan yang baik, lebih – lebih kalau menggunakan teknik penyajian yang kompleks; karena lepas, transparansi menuntut cara kerja yang sistematis dalam penyimpanannya. Bila tiak penyajian bisa kacau; jika teknik pemanfaatan serta potensinya kurang dikuasai ada kecenderungan OHP dipakai sebagai pengganti papan tulis dan siswa cenderung bersikap pasif.

d. Proyektor tak tembus pandang

(24)

tidak tembus pandang. Benda – benda tersebut adalah benda datar, tiga dimensi, model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan.

Kelebihan proyektor tak tembus pandang sebagai media pendidikan ialah bahan cetakan pada buku, majalah, foto grafis, bagan, diagram, atau peta dapat diproyeksikan secara langsung tanpa dipindahkan kedalam transparan terlebih dahulu. Jadi benda tersebut sangat memudahkan kita. Selain itu, kelebihan proyektor tak tembus pandang ialah:

 Dapat digunakan untuk hampir semua bidang studi yang ada di kurikulu; dan

 Dapat memperbesar benda kecil menjadi sebesar papan, sehingga bahan yang semula hanya untuk individu jadi untuk seluruh kelas.

e. Mikrofis.

Mikrofis adalah lembaran film transparan terdiri dari lambang– lambang visual yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tak dapat dibaca dengan mata telanjang. Secara umum, mikrofis termasuk kelompok media bentuk kecil.

Keuntungan terbesar dari alat ini ialah dapat menghemat ruangan.

f. Film.

Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Sebagai satu media, film memiliki keunggulan–keunggulan sebagai berikut:

 Film merupakan suatudenominatorbelajar yang umum. Baik anak yang cerdas maupun anak yang lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang, bisa diatasi dengan menggunakan film.

 Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan – gerakan lambat dan pengulangan – pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi.  Film dapat menampilkan kembali massa lalu dan

menyajikan kembali kejadian – kejadian sejarah yang lampau.

 Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu Negara ke Negara yang lain, dari dunia luar dibawa masuk ke kelas.

 Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya.

(25)

 Film dapat menggunakan teknik– teknik seperti warna, gerak, animasi, dan sebagainya untuk menampilkan butir–butir tertentu.

 Film memikat perhatian anak.

 Film lebih realistis, dapat diulang – ulang, dihentikan, dan sebagainya, sesuai kebutuhan. Hal – hal yang abstrak menjadi jelas.

 Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera penglihatan.

 Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak –anak.

Sekalipun banyak kelabihannya, film memiliki kelemahan antara lain harga/biaya yang mahal, film tidak mencapai semua tujuan pembelajaran.

g. Televisi (TV).

Televisi adalah media yang menyampaikan pesan – pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak. Sebagai media pendidikan, televisi mempunyai kelebihan – kelebihan sebagai berikut:

 TV menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi semua bentuk media yang lain, menyesuaikannya dengan tujuan – tujuan yang akan dicapai;

 TV merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak – anak karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka;

 TV dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton. Seperti halnya film, TV menyajikan informasi visual dan lisan secara simultan;

 TV mempunyai realistas dari film tapi juga mempunyai kelebihan yang lain yaitu objek yang baru saja ditangkap kamera dapat segera dipertontonkan;

 Sifatnya langsung, dan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar. Selain memiliki kelebihan di atas, TV memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya:

 Harganya relative mahal;  Program diluar control guru;

 Sifat komunikasinya hanya satu arah;

(26)

h. Video.

Video, sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa berupa cerita informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing – masing mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. Kelebihan video antara lain:

 Dapat menarik perhatian untuk periode – periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya;

 Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli–ahli;  Demonstrasi yang sulit bisa diperjelaskan dan direkam

sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya;

 Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang kali;

 Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau objek yang berbahaya;

 Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisip komentar yang akan didengar;

 Gambar proyeksi bisa dibekukan untuk diamati dengan saksama. Guru bisa bisa mengatur di mana dia dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut; control sepenuhnya di tangan guru; dan

 Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya. Hal – hal negatif yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan alat perekam pita video dalam proses belajar – mengajar adalah:

 Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang diperhatikan;

 Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik;

 Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna; dan

(27)

BAB IV

PEMILIHAN MEDIA

1. Media Jadi dan Media Rancangan

Sebagaimana yang telah diketahui, media adalah perangkat lunak yang berisi pesan pendidikan yang lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatan. Dikatakan lazimnya karena ada beberapa jenis media yang bersifat swasaji, seperti halnya gambar dan objek yang berupa benda – benda yang sebenarnya maupun benda – benda tiruan.

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalan dua jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai, dan media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu.

Masing – masing jenis media ini mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya pengadaannya. Sebaliknya, mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validitas prototipnya. Kekurangan dari media jadi ialah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat. Mungkin, factor waktu, tenaga dan biaya ini dikaitkan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang menyebabkan banyak negara berkembang memilih media jadi baik untuk diangkat secara utuh dengan modifikasi seperlunya, maupun diadaptasikan dengan keadaan setempat.

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah a) bermaksud mendemonstrasikannya;

b) merasa sudah akrab dengan media tersebut;

c) ingin member gambaran atau penjelasan yang lebih konkrit; dan d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya. Jadi dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangat sederhana, yakni; dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Beberapa factor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah:

a) tujuan instruksional yang ingin dicapai; b) karakteristik siswa atau sasaran;

c) jenis rangsangan belajar yang diinginkan; d) keadaan latar atau lingkungan;

e) kondisi setempat; dan

(28)

3. Kriteria Pemilihan

Di atas telah disinggung bahwa kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik media yang bersangkutan.

Ely (1982), menyatakan bahwa pemilihan seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, factor – factor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar – mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis, Ely menyarankan untuk mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya dan format apa yang memenuhi selera pemakai (guru dan siswa).

Dalam hubungan ini Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat factor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.

1) ketersediaan sumber setempat. Artinya, bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber–sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri.

2) apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya.

3) faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan dalam waktu yang lama.

4) efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang. 4. Model/Prosedur Pemilihan Media

(29)

BAB V

PENGEMBANGAN MEDIA PENDIDIKAN

1. Penyusunan Rancangan A. Pengertian

Bila hendak membuat program media pembelajaran, diharapkan terlebih dahulu melakukan persiapan dan perencanaan yang teliti. Dalam membuat perencanaan itu ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab terlebih dahulu sebelum membuat program media pembelajaran, antara lain:

a) mengapa saya ingin membuat program media itu?

b) apakah program media itu ada kaitannya dengan proses belajar mengajar tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula?

c) untuk siapakah program media itu saya buat? d) bagaimana karakteristik sasaran saya?

e) apakah sasaran akan mengalami kerugian tertentu secara intelektual jikamereka tidak menggunakan media itu?

Bila pertanyaan – pertanyaan diatas disusun secara sistematis maka urutan dalam mengembangkan media itu dapat diutarakan sebagai berikut:

a) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa;

b) merumuskan tujuan instruksional dengan operasional dan khas;

c) merumuskan butir – butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan;

d) mengembangkan alat pengukur keberhasilan; e) menulis naskah media;

f) mengadakan tes dan revisi. B. Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa

Dalam proses belajar – mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Bila yang kita inginkan, misalnya, siswa dapat menguasai 1000 kosa kata bahasa inggris, sedangkan saat ini mereka hanya menguasai 200 kata, ada kesenjangan 800 kata. Dalam hal ini terdapat kebutuhan untuk mengajar 800 kata bahasa inggris kepada siswa itu.

(30)

Sebagai perancang program media kita harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan siswa sebelum ia mengikuti kegiatan instruksional. Agar program yang akan dilakukan nanti tepat sasaran, dan apa yang ingin kita dapatkan dari perubahan sikap siswa benar–benar diperoleh sesuai harapan.

Suatu program media akan dianggap terlalu mudah bagi siswa bila siswa tersebut memiliki sebagian besar pengetahuan/keterampilan yang disajikan oleh media itu. sebaliknya program media akan dipandang terlalu sulit bagi siswa bila siswa tersebut belum memiliki pengetahuan/keterampilan yang disajikan oleh media itu.

Program yang terlalu mudah akan membosankan siswa. Hal tersebut sedikit sekali manfaatnya karena siswa tidak memperoleh tambahan kemampuan atau keterampilan. Pada diri siswa tidak akan terjadi perubahan perilaku. Tujuan instruksional yang ingin dicapai telah dikuasai sebelum siswa belajar dari program media itu.

Sebaliknya, program media yang terlalu sulit akan menimbulkan frustrasi siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa tidak dapat diserap dengan baik karena mereka belum memiliki bekal keterampilan intelektual yang cukup untuk menerima pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa yang menjadi sasaran program kita. Penelitian ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tes. Bila tes ini tidak dapat dilakukan karena persoalan biaya, waktu, maupun alas an lainnya pengembangan program sedikitnya harus dapat membuat asumsi – asumsi mengenai pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang harus dimiliki siswa serta pengetahuan awal yang diduga telah dimiliki siswa.

C. Perumusan tujuan.

Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat member arah tindakan yang kita lakukan. Tujuan ini juga dapat dijadikan acuan ketika kita mengukur apakah tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal.

Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan factor yang sangat penting. Tujuan dapat member arah ke mana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi ke sana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukan perilaku yang harus dapat di lakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu.

Dengan tujuan seperti itu, baik guru maupun siswa dapat mengetahui dengan pasti perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah proses instruksional selesai. Dengan tujuan itu pula guru dapat menentukan alat pengukur yang tepat untuk menilai apakah siswa telah berhasil mencapai tujuan atau belum.

Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik ada beberapa ketentuan yang perlu diingat.

(31)

melainkan perilaku siswa. Jadi, bukan proses mencapai tujuan itu yang penting melainkan hasil akhirnya.

b) Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional. Artinya kata kerja itu menunjukan perbuatan yang dapat diamati atau yang hasilnya dapat diukur.

Perumusan tujuan memiliki dua jenis tujuan instruksional, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum adalah tujuan akhir dari suatu kegiatan instruksional. Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum. Satu tujuan umum biasanya mempunyai beberapa tujuan instruksional khusus. Sebelum kita mencapai tujuan instruksional umum kita harus dapat mencapai seluruh tujuan instruksional khusus itu. karena itu tujuan instruksional khusus ini sering kali disebut juga tujuan perantara, yaitu tujuan yang menjadi perantara untuk tercapainya tujuan instruksional umum.

Ketika kita merumuskan tujuan instruksional khusus, kita harus mengusahakan supaya tujuan khusus itu lengkap. Artinya semua kemampuan atau keterampilan yang ada dalam lingkup tujuan instruksional umu harus ada tujuan khususnya. Rumusan tujuan instruksional khusus harus diusahakan supaya tujuan tersebut jelas dan spesifik. Karena itu biasanya tujuan khusus itu lingkupnya kecil dan hanya mempunyai satu kata kerja saja. Sebuah tujuan instruksional yang lengkap mempunyai empat unsure, yaitu:

a) Audience: dalam sebuah tujuan instruksional harus jelas siapa sasaran didik kita.

b) Behavior: sebuah tujuan harus menyatakan dengan jelas perilaku apa yang di harapkan dapat dilakukan siswa pada akhir kegiatan pembelajaran,

c) Condition: tujuan harus secara jelas menyebutkan dalam kondisi yang bagaimana siswa diharapkan dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya.

d) Degree: tujuan harus secara jelas menyebutkan tingkat keberhasilan yang diharapkan dapat dicapai siswa.

D. Pengembangan media pembelajaran

Ibaratkan orang mau bepergian, setelah tempat yang akan dituju jelas, langkah berikutnya yang perlu dipikirkan ialah bagaimana caranya supaya sampai ketempat yang akan dituju itu? Dalam proses belajar mengajar ini hal serupa itu harus dilakukan pula. Setelah tujuan instruksional jelas, setelah kita mengetahui kemampuan dan keterampilan apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, kita harus memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki kemampuan dan keterampilan tersebut. Bahan pelajaran apa yang harus dipelajari atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan siswa supaya tujuan instruksional itu tercapai?

(32)

dituntut oleh tujuan umum itu, demikian pulalah yang harus kita lakukan dalam kita mengembangkan bahan yang harus dipelajari siswa. Setiap tujuan instruksional khusus harus kita analisis. Kepada setiap tujuan itu pertanyaan yang sama harus kita ajukan: kemampuan apa yang harus dimiliki siswa sebelum siswa memiliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan khusus ini? Dengan cara ini kita akan mendapatkan sub kemampuan dan sub keterampilan, serta sub – sub kemampuan dan sub – sub keterampilan. Bila semua sub tersebut telah diidentifikasi kita akan memperoleh bahan instruksional terpenting yang mendukung tercapainya tujuan itu.

E. Perumusan alat pengukur keberhasilan

Dalam setiap kegiatan instruksional, kita perlu mengkaji apakah tujuan instruksional dapat dicapai atau tidak pada akhir kegiatan instruksional itu. untuk keperluan tersebut kita perlu mempunyai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.

Alat pengukur keberhasilan siswa ini perlu dirancang dengan seksama dan seyogyanya dikembangkan sebelum naskah program media ditulis atau sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugasan, ataupun daftar cek perilaku.

Alat pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan pokok –pokok materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Hal yang diukur atau dievaluasi ialah kemampuan, keterampilan atau sikap siswa yang dinyatakan dalam tujuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan instruksional itu.

Sebaiknya setiap kemampuan dan keterampilan yang mendukung tercapainya tujuan instruksional khusus dijadikan bahan tes, atau daftar cek perilaku. Hubungan antara tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, materi instruksional, dan tes dapat digambarkan sebagai berikut: bahwa tujuan instruksional khusus harus sesuai dan menunjang tercapai tujuan instruksional umum. Materi instruksional harus sesuai dan mendukung tercapainya tujuan instruksional khusus. Tes harus mengukur tujuan dan materi instruksional. Hal – hal yang tidak sesuai dengan tujuan dan tidak sesuai dengan materi instruksional jangan diujikan.

Tujuan instruksional harus cukup, artinya semua aspek yang ada dalam ruang lingkup tujuan instruksional umum harus mempunyai tujuan khusus. Materi instruksional harus cukup, artinya semua kemampuan dan keterampilan yang terjabarkan di dalam materi instruksional. Tes harus cukup, artinya semua kemampuan dan keterampilan yang terangkum dalam tujuan instruksional khusus dan dalam materi instruksional seyogyanya ada alat pengukurnya.

2. Penulisan Naskah A. Pengertian

(33)

melalui media itu, materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan dan atau gambar yang kita sebut naskah program media.

Naskah program media bermacam – macam. Tiap – tiap jenis mempunyai bentuk naskah yang berbeda– beda. Tetapi pada dasarnya, maksud dalam naskah tersebut sama yaitu sebagai penuntun ketika kita memproduksi program media itu. artinya, naskah tersebut menjadi penuntun kita dalam mengambil gambar dan merekam suara, naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.

Pada naskah film bingkai, film, dan video/tv lembaran naskah itu dibagi dua sama lebar. Kolom sebelah kiri di cantumkan urutan gambar yang harus diambil kamera serta penjelasan tentang sudut pengambilan gambar itu. Pada kolom sebelah kiri itu akan dapat dibacakan apakah gambar harus diambil dalam close up, medium, shot, long shot, dan sebagainya. Kalau gambar harus diambil dari kiri bergerak ke kanan, atau dari bawah ke atas, atau dari jauh mendekat, dan sebaliknya, hal – hal seperti itu dijelaskan juga di kolom sebelah kiri. Di kolom sebelah kanan dituliskan narasi atau percakapan yang harus dibacakan para pelaku, serta music dan suara–suara yang harus direkam.

Dalam menuliskan naskah semua informasi yang tidak akan disuarakan oleh pelaku harus ditulis dengan huruf besar sementara itu, narasi dan percakapan yang akan dibacakan oleh pelaku ditulis dengan huruf kecil.

B. Treatment

Sebelum naskah ditulis, kita harus menuliskan treatmentnya dulu. Treatment adalah uraian berbentuk esai yang menggambarkan alur penyajian program kita. Dengan membaca treatment ini kita akan dapat mempunyai gambaran tentang urutan visual yang akan Nampak pada media serta narasi atau percakapan yang akan menyertai gambar itu. bila music dan efek suara akan digunakan, hal tersebut tergambar juga dalam treatment ini.

Sebuah treatment yang baik selain memberikan gambaran tentang urutan adegan juga memberikan gambaran suasana dari program media itu. Treatment ini biasanya digunakan olen pemesan naskah dan penulis naskah dalam mencari kesesuaian pendapat mengenai alur penyajian program media yang akan diproduksi. Setelah treatment disetujui, treatment tersebut digunakan sebagai pedomaan dalam pengembangan naskah selanjutnya.

C. Penulisan naskah audio

Media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan menarik karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarnya. Karena itu, suatu program audio akan sangat efektif bila dengan menggunakan bunyi daya imajinasinya sehingga ia dapat memvisualkan pesan – pesan yang ingin kita sampaikan. Media audio ini meliputi radio, kaset audio, dan laboratorium bahasa.

(34)

a) Bahasa. Bahasa yang dugunakan dalam media audio adalah bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Kalimat – kalimat yang digunakan sedapat mungkin kalimat tunggal. Gunakanlah kaliamt – kalimat yang pendek. Kalimat – kalimat yang panjng sulit ditangkap oleh telinga – telinga kita. Sedapat mungkin kita harus menghindarkan istilah – istilah yang sulit. Bila kita terpaksa menggunakan istilah – istilah yang sulit, istilah itu perlu diberi penjelasan. Siswa mendengar kata yang tidak diketahui artinya ia cenderung untuk memikirkan terus istilah tersebut, akibatnya ia kehilangan konsentrasi dalam mendengarkan. Sering kali kita dianjurkan untuk menggunakan bahasa sesuai bahasa sehari – hari pendengar kita. Bahasa seperti ini mungkin akan menarik karena mudah ditangkap. Namun bahasa lingkungan tersebut belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.

b) Musik dalam program audio. Sesuai penjelasan sebelumnya, program audio hanya mengandalkan kepada bunyi dan suara saja. Agar pendengar tidak bosan mendengar program kit dan program kita tidak terasa kering, kita perlu menggunakan musik dalam program kita. Fungsi musik yang utama dalam hal ini ialah menciptakan suasana. Beberapa jenis musik yang digunakan dalam program audio:

i. Musik tema, musik yang menggambarkan watak atau situasi sesuatu program. Musik tema sering kali diulang – ulang dalam suatu program. Setiap kali watak atau situasi yang diinginkan itu ingin ditonjolkan, musik tema itu diperdengarkan.

ii. Musik transisi, musik ini digunakan sebagai penghubung dua adegan. Music ini tidak perlu panjang. Musik transisi ini harus sesuai dengan suasana rata– rata dari program kita. Seringkali ada pembuat program yang menggunakan music tema sebagai music transisi.

iii. Musik jembatan, music ini merupakan bentuk khusus dari music transisi yaitu berfungsi menjembatani dua buah adegan.

iv. Musik smash, adalah musik yang digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan.

c) Keterbatasa daya konsentrasi. Berdasarkan penelitian yang pernah di adakan, daya konsentrasi orang dewasa untuk mendengarkan berkisar 25-45 menit, sedangkan anak –anak hanya 15-25 menit. Karena itu, tidaklah bijaksana untuk membuat program media audio terlalu panjang. Karena terbatasnya daya ingat pendengar sebaiknya suatu penegrtian tidak hanya disajikan atau dibicarakan sekali saja, tetapi perlu duberikan secara berulang.

D. Penulisan naskah film dan video.

Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap – tahap perencanaan dan desain, pengembangan, serta evaluasi.

(35)

instruksional atau pembelajaran. Konsep gagasan, topic, maupun tujuan yang khusus kemudian dikembangkan menjadi naskah dan diproduksi menjadi program film/video. Dalam praktit, rangkaian kegiatan untuk mewujudkan gagasan menjadi program film atau video ini secara bertahap dilakukan melalui pembuatan synopsis, treatment, storyboard atau perangkat gambar cerita, skrip atau naskah program dan scenario atau naskah produksi. Naskah merupakan persyaratan yang harus ada untuk suatu program yang terkontrol isi dan bentuk sajiannya.

1. Sinopsis, dalam praktik sinopsis diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah mempermudah pemesan menangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapainya, dan menetukan persetujuannya.

2. Treatment, agak berbeda dengan sinopsis, treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara deskriptif tentang bagaimana suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa instruksional nantinya akan digarap sebagai ilsutrasi pembanding.

3. Storyboard, rangkaian kejadian seperti dilukiskan dalam treatment tersebut kemudian divisualisasikan dalam perangkat gambar atau sketsa sederhana pada kartu yang berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. Tujuan pembuatan storyboard antara lain untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang akan divisualisasikan telah sesuai dengan garis cerita, maupun sekuens belajarnya. Di samping itu juga untuk melihat apakah kesinambungan arus ceritanya sudah lancer. Storyboard juga dapat dipergunakan sebagai momen – momen pengambilan menggantikan yang lazim disebut “shooting breakdown”.

4. Skrip atau naskah program, keterangan – keterangan yang didapat dari hasil eksperimen coba – coba dengan storyboard tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk skrip atau naskah program menurut tata urutan yang dianggap sudah benar. Dalam pembuatan program film maupun video, skrip atau naskah program merupakan daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan perilaku belajar yang ingin dicapai. Format penulisan skrip untuk proram film dan program video pada prinsipnya sama, yaitu dalam bentuk skontro atau halaman kolom dua; sebelah kiri untuk menampilkan bentuk visualnya dan sebelah kanan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan suara termasuk dialog, narasi, music maupun efek suara. Tujuan utama suatu skrip atau naskah program adalah sebagai peta atau bahan pedomaan bagi sutradara dalam mengendalikan penggarapan substansi materi ke dalam suatu program. Karena itu skrip yang baik akan dilengkapi dengan tujuan, sasaran, synopsis, treatment dan bila berperan yang terlibat di dalamnya.

(36)

3. Produksi Media. A. Pengertian.

Sebelumnya sudah disinggung bahwa naskah itu berguna untuk dijadikan penuntun dalam produksi. Naskah adalah rancangan produksi. Dengan naskah kita dipandu harus mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar dan suara, memasukan music dan FX, serta menyunting gambar dan suara itu supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan mudah diterima oleh sasaran. Semua kegiatan itu disebut kegiatan produksi.

Kegiatan produksi ini memiliki tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil ini mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju satu tujuan yaitu menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis yang baik.

Program produksi memiliki tingkat kerumitan yang berbeda antara media yang satu dengan media yang lainnya. Produksi audio dapat dilakukan oleh seorang sutradara dengan dibantu dua orang teknisi dan beberapa orang pemain. Dalam produksi film bingkai jumlah kerabat kerja yang diperlukan sudah lebih banyak, kecuali kerabat kerja untuk merekam audionya sutradara perlu dibantu pula oleh juru kamera, dan grafik artis. Pada produksi TV/video dan film jumlah kerabat kerja tersebut sudah menjadi lebih kompleks. Selain itu, juru audio dan grafik artis diperlukan juga juru kamera lebih dari seorang juru lampu, juru rias, pengatur setting, juru perlengkapan dan juru catat. Karena kompleksnya pekerjaan, sutradara perlu dibantu oleh pembantu sutradara.

B. Produksi audio. 1. Studio produksi.

Program audio direkam di dalam suatu studio produksi atau sering juga disebut studio rekaman. Studio ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruang control dan studionya, yang keduanya dibatasi dinding berjendela kaca sehingga orang yang ada di dalam kedua ruangan itu dapat saling melihat. Ruang control dilengkapi alat rekaman. Ruangan ini biasanya terdiri dari alat rekaman audio, alat pemutar audio, alat pemadu suara, dan tombol pengatur suara. Di samping itu, ruangan tersebut memiliki alat untuk penyunting suara.

Ruang studio adalah sebuah ruangan yang kedap suara. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai mikropon, tempat untuk duduk pemain, alat music, perlengkapan untuk membuat FX, dan pengeras suara. Kedua ruangan tersebut dihubungkan dengan intercom, yang memudahkan orang di ruang control berkomunikasi dengan orang–orang di dalam studio.

2. Pembagian tugas dalam produksi.

Gambar

gambar itu

Referensi

Dokumen terkait

Usaha sarana pariwisata alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) diselenggarakan dengan persyaratan sebagai berikut: (a) Luas kawasan yang dimanfaatkan

Kajian yang diteliti termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan dan keselamatan kerja yang membahas mengenai hubungan usia, sikap kerja, dan masa kerja

Sedangkan hasil terendah yaitu 6,54 diperoleh pada kombinasi perlakuan M1K0 campuran media tanam dari tanah : pupuk kandang yang disemprot dengan pupuk daun

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa 21 genotipe uji menunjukkan respon yang berbeda terhadap serangan penyakit blas daun, hal ini

Fungsi penting sebuah transistor adalah kemampuannya untuk menggunakan sinyal yang sangat kecil yang masuk dari satu terminal transistor tersebut untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa, untuk mengetahui respon penggunaan model kooperatif STAD pada siswa kelas X MAN

Pertumbuhan ekonomi yang semakin berimbang, NPI yang surplus dan posisi cadangan devisa yang cukup baik yang mencapai $56,9 miliar (setara 5,7 bulan impor dan pembayaran utang