(Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Sharfina Putri Kartika 1111046100065
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Pada Sektor Perbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi (Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014).
Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan dari bank umum syariah dan juga memprediksi potensi kebangkrutan dari bank umum syariah itu sendiri. Semakin awal potensi kebangkrutan diketahui, maka semakin baik untuk melakukan tidakan korektif dan antisipatif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan target penelitian adalah 10 bank umum syariah di Indonesia yang telah berdiri dari tahun 2010-2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Datanya ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank umum syariah yang telah dipublikasikan antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode RGEC dan model analisis Altman Z-Score modifikasi. Metode RGEC pengukurannya diwakili oleh rasio NPF, LR, ROA, NCOM, dan CAR. Model Altman pengukurannya akan diwakili oleh rasio net working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before interest and tax to total asset, book value of equity to book value of debt.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesehatan bank umum syariah menggunakan
ii
Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Adapun penyusunan skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mumalat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan
moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh
karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terimakasih
kepada:
1. Ayah dan Mama tercinta, Bapak Mochamad Sayuti dan Ibu Foppy Kartika yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, kerja keras, dan pengorbanan yang tulus.
Semoga kelulusan ini dan hasil skripsi ini bisa menjadi kebanggaan dan kado
terindah untuk kalian yang pernah aku berikan.
2. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
iii
4. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Dr. Hasanudin, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik.
6. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, S.E, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan waktu, ilmu, pengarahan, masukan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Noryamin Aini, M.A dan Ibu RR. Tini Anggraeni S.T., M.Si., selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan penilaian untuk skripsi ini dan saran agar
skripsi ini menjadi lebih baik.
8. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama
proses perkuliahaan.
9. Adikku Emir Valdianto yang selalu memberikan doa, semangat, dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Yoki Herma Septa yang menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan
iv semangat, bantuan, kasih sayang dan perhatian.
13. Sahabat terbaikku Bella dan Mitha yang selalu mendukung, dan selalu tersenyum
untukku dari masa sekolah dahulu.
14. Teman-Teman PSB 2011 senang bisa menjadi bagian dari kalian, semoga
pertemanan selalu terjalin dimasa depan dan kita semua dapat terus saling
mendukung.
15. Teman-Teman KKN Pendekar yang selalu ada saat aku butuh, selalu memberikan
canda dan tawa, memberika semangat, memberi doa, memberikan motivasi, saran,
kritik.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan
keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis
menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak yang
membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 27 Oktober 2015
v
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ………... i
KATA PENGANTAR ………... ii
DAFTAR ISI ………... v
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR GRAFIK ………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………..... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Identifikasi Masalah ……….. 6
C. Batasan dan Rumusan Masalah ………. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 9
E. Sistematika Penulisan ………... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan Syariah ……….. 13
B. Kebangkrutan ………. 19
C. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ………... 22
D. Analisis Diskriminan ………. 29
E. Model Altman Z-Score ……….. 30
F. Penelitian Terdahulu ……….. 35
vi
B. Jenis Penelitian dan Metode Pengumpulan Data …………... 42
C. Metode Analisis Data ……… 42
D. Operasional Variabel Penelitian ……… 43
BAB IV PEMBAHASAN A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah ………... 53
B. Penilaian Potensi Kebangkrutan Bank Umum syariah ……….. 63
C. Hasil Altman Z-Score Modifikasi ………. 75
D. Interpretasi Hasil Penelitian ……… 83
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 91
B. Saran ………... 92
DAFTAR PUSTAKA ………. 93
vii
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ……… 3
Tabel 1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah ………... 3
Tabel 2.1 Matrik Penilaian Profil Resiko ………... 24
Tabel.2.2 Peringkat Komposit Penilaian Faktor GCG ……… 25
Tabel 2.3 Penilaian Untuk Peringkat Rentabilitas (Earning) ……….. 26
Tabel 2.4 Penilaiaian Modal (Capital) ... 27
Tabel 2.5 Peringkat Komposit Penilaian Metode RGEC ……… 28
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu ……… 38
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah ………. 41
Tabel 3.2 Kriteria Nilai NPF ……… 44
Tabel 3.3 Kriteria Nilai LR ………... 45
Tabel 3.4 Kriteria Nilai GCG ………... 45
Tabel 3.5 Kriteria Nilai ROA ………... 46
Tabel 3.6 Kriteria Nilai NCOM ………... 47
Tabel 3.7 Kriteria Nilai CAR ………... 48
Tabel 4.1 Hasil NPF BUS Tahun 2010-2014 ………. 54
Tabel 4.2 Hasil Liqudity Risk BUS Tahun 2010-2014 ………... 55
Tabel 4.3 Peringkat Seluruh Komponen Profil ……… 56
Resiko BUS Tahun 2010-2014 Tabel 4.4 Hasil dan Peringkat GCG Bank Umum Syariah ………. 58
Tabel 4.5 Hasil ROA Bank Umum Syariah ………... 59
viii Metode RGEC Tahun 2010-2014
Tabel 4.9 Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) ………. 64
Tabel 4.10 Total Aktiva (Total Assets) ………... 65
Tabel 4.11 Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1) ……….. 66
Tabel 4.12 Laba Ditahan (Retained Earning) ……… 67
Tabel 4.13 Hasil Retained Earning to Total Asset (X2) ……… 68
Tabel 4.14 EBT (Laba Sebelum Pajak) ……… 70
Tabel 4.15 Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Asset ……… 71
Tabel 4.16 Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity) ……… 72
Tabel 4.17 Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt) ………... 73
Tabel 4.18 Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4) …... 74
Tabel 4.19 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010 ……….. 76
Tabel 4.20 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2011 ……….. 77
Tabel 4.21 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012 ……….. 78
Tabel 4.22 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013 ……….. 79
Tabel 4.23 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014 ……….. 80
ix
Grafik 4.1 Rata-Rata Nilai Z-Score BUS Tahun 2010-2014 ……… 81
x
Lampiran 2 Angka-Angka Dalam Variabel Z-Score Bank Umum Syariah
2010-2014
Lampiran 3 Hasil Hitung Nilai Rasio Dari Variabel Z-Score X1, X2, X3, dan X4
Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 4 Hasil Hitung Nilai Z-Score Masing-Masing Bank Umum Syariah
2010-2014
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global.
Termasuk pula imbas dari krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang
menerpa negara-negara lainnya dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi secara
global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. International Monetary
Fund (IMF) memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari
3.9% pada 2008 menjadi 2.2% pada tahun 2009. Perlambatan ini tentu saja pada
gilirannya akan mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada akhirnya
berdampak kepada laju pertumbuhan ekonomi nasional.1
Krisis ekonomi yang berakibat pada guncangan sistem keuangan global ini sangat
mempunyai dampak pada sektor perbankan di Indonesia, terutama untuk bank
konvensional. Perbankan konvensional sangat mengalami dampak negatif dari krisis
ekonomi global yang terjadi, dikarenakan bank konvensional Indonesia memiliki
tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global. Selain itu, bank
konvensional sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga.
Bunga yang telah ditentukan ini jumlahnya lebih besar daripada jumlah bunga yang
1Dikutip dari Maikel Jefria do, Me keu Ba a g: Ba k “yariah Le ih Taha Me ghadapi
Krisis”, artikel diakses pada Okto er dari
diterima dari kredit, sehingga menimbulkan negative spread. Hal-hal tersebut
mengakibatkan banyak bank konvensional yang mengalami kesulitan keuangan.
Dapat dilihat pada Oktober 2008 Bank Mandiri Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk,
dan Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari pemerintah.
Berbeda dengan bank konvensional, perbankan syariah tidak terlalu mengalami
dampak negatif dari krisis ekonomi global yang terjadi. Ini karena bank syariah tidak
rentan dengan fluktuasi tingkat suku bunga, karena bank syariah beroperasi tidak
berdasarkan sistem bunga. Eksposure pembiayaan perbankan syariah lebih diarahkan
kepada akivitas perekonomian domestik sehingga belum memiliki tingkat integrasi
yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat resiko
transaksi yang tinggi.2 Hal tersebut membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank
syariah mulai meningkat. Ditandai dengan mulai bertambahnya jumlah bank umum
syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah
(BPRS) di Indonesia.
2 Dikutip dari Pertu uha Ba k “yariah di I do esia ”, artikel diakses ta ggal
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah, Nov-14
Data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah bank umum
syariah di Indonesia mengalami peningkatan dimana pada tahun 2008 bank syariah
hanya ada 5 unit namun sekarang, sampai bulan November 2014 bank syariah yang
ada di Indonesia sudah sebanyak 12 unit. Untuk unit usaha syariah memang
mengalami penurunan, ini dikarenakan ada beberapa unit usaha syariah yang telah
berubah menjadi bank umum syariah dan untuk jumlah bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS) sama seperti bank umum syariah juga terus mengalami peningkatan.
Tabel 1.2 Pembiayaan 38.199 46.886 68.181 102.655 147.505 184.122 198.376 FDR 103,65 89,70 89,67 88,94 100,00 100,32 94,62
%
NPF 1,42 4,01 3,02 2.52 2,22 2,62 4,86
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah, Nov-2014 (www.ojk.go.id)
Data Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikator-indikator umum
kinerja perbankan syariah. Perkembangan aset perbankan syariah meningkat sangat
signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan November 2014 sebesar lebih dari
428.56%. Penghimpunan dana (DPK) dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar
468.88% dan 419.32%. Perkembangan ini menunjukkan hal yang sangat baik, karena
dalam waktu kurang dari 10 tahun kinerja perbankan syariah menunjukkan hasil yang
positif.
Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak
ketiga (DPK) yang dinyatakan dalam nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka
bank syariah memiliki rata-rata FDR sebesar 95.27%. Bila dilihat FDR perbankan
syariah tahun 2008, 2012 dan 2013 nilainya menunjukkan lebih dari 100%.
Tingginya nilai FDR ini karena pembiayaan yang disalurkan pada tahun tersebut
nilainya lebih besar dari dana pihak ketiga yang dihimpun. Hal yang perlu dicatat
disini meskipun pembiayaan yang disalurkan pada tahun 2008, 2012 dan 2013
nilainya lebih besar dari DPK, tapi tingkat kegagalan bayar yang dinyatakan dalam
rasio Non Performing Finance (NPF) pada tahun tersebut ternyata lebih rendah
daripada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2014. Meskipun demikian nilai NPF dari tahun
2008 sampai November 2014 masih dikatakan aman karena nilainya masih di bawah
batas mimimal 5%.
Meski pada masa krisis keuangan tersebut perbankan syariah dapat bertahan dan
dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan usahanya, namun bank
syariah sebagai lembaga keuangan yang profit oriented tentu akan tetap menghadapi
yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan
tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan, demikian
pula dengan perbankan syariah.Oleh karena itu untuk mengantisipasi berbagai resiko
yang mungkin terjadi, diperlukan suatu tindakan sedini mungkin untuk mengukur
kondisi serta tingkat kesehatan perbankan syariah itu sendiri. Sistem peringatan dini
(early warning system) untuk memprediksi adanya keadaan kesulitan keuangan
(financial distress) yang menuju ke arah kebangkrutan ada beberapa model analisis
yang sering digunakan, salah satunya yang terkenal adalah model Altman Z-Score
yang dikemukakan oleh Edward I. Altman pada tahun 1968.
Model analisis ini menggunakan rasio-rasio tertentu sebagai model prediksi
dengan menggunakan teknik Multiple Discriminant Analysis (MDA). Rasio-rasio
yang digunakan mencerminkan rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas
perusahaan. Dengan adanya kombinasi dari rasio-rasio tersebut, maka model analisis
ini akan sangat membantu untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan dapat
membantu juga dalam memprediksi potensi kebangkrutan yang mungkin dialami oleh
sebuah perusahaan. Penilaian potensi kebangkrutan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan perbankan dalam perekonomian Indonesia, dalam industri perbankan
sendiri, mengukur tingkat kesehatan dari bank itu sendiri dalam menjaga fungsi
intermediasi, serta untuk peringatan dini dalam mengahadapi perubahan di
Berdasarkan uraian di atas, maka analisis untuk mengetahui keadaan perbankan
syariah yang mempunyai fungsi strategis dan menjadi urat nadi bagi perekonomian
Indonesia sangat penting dan dibutuhkan. Mengetahui kondisi perbankan syariah
apakah dalam keadaan sehat atau dalam keadaan yang berpotensi mengalami
kebangkrutan menjadi hal yang utama. Karena bila keadaan buruk suatu bank dapat
diketahui sejak awal, maka akan lebih mudah bagi pihak internal bank dan
pemerintah menyelamatkan kondisi bank tersebut dari hal yang paling buruk yaitu
kebangkrutan. Maka, dari latar belakang masalah yang telah diungkapakan penulis
memberi judul penelitian
“POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH
UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z SCORE MODIFIKASI” (Studi Bank
Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
B.Identifikasi Masalah
Masalah kebangkrutan pada suatu perusahaan termasuk bagi bank umum syariah
merupakan sebuah resiko yang tidak dapat dihindarkan, namun resiko ini dapat
diminimalisasi atau dicegah. Kebangkrutan sendiri merupakan akibat dari hasil
kinerja negatif yang dilakukan oleh bank umum syariah. Untuk mengetahui kinerja
bank umum syariah baik atau tidak dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank umum
syariah tersebut. Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dapat menggunakan
Peraturan Bank Indonesia No 13/PBI/2011 serta, Surat Edaran Bank Indonesia (SBI)
No. 13/24/DPNP tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum.
Setelah melakukan pengukuran tingkat kesehatan bank, maka kemudian penulis
melakukan analisis untuk memprediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah
tersebut. Model analisis yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis
(MDA) atau yang lebih dikenal dengan nama model Altman z-score. Dalam
penelitian ini model Altman z-score yang digunakan adalah model Altman z-score
modifikasi. Menurut Ramadhani dan Lukviarman model Altman modifikasi ini dapat
digunakan pada semua perusahaan seperti manufaktur, non manufaktur, dan
perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market).3 Ini karena
dalam model Altman modifikasi variabel X5 (sales to total assets) dihilangkan,
karena perusahaan non manufaktur tidak mempunyai akun sales (penjualan) dan
mengganti X4 (market value of equity to book value of debt) menjadi book value of
equity to book value of debt (nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban),
dikarenakan banyak industri yang belum listing di bursa saham sehingga belum
mempunyai nilai pasar saham.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti potensi kebangkrutan dari bank
umum syariah di Indonesia menggunakan model Altman Z-Score modifikasi. Karena
3 Ayu “u i Ra adha i da Niki Lukviar a , Per a di ga A alisis Prediksi Ke a gkruta
menurut penjelasan sebelumnya model Altman modifikasi ini dapat digunakan untuk
perusahaan non manufaktur. Serta melengkapi penelitian ini dengan penilaian tingkat
kesehatan bank umum syariah di Indonesia menggunakan metode RGEC yang
merupakan model analisis yang memang diterapkan dalam mengukur tingkat
kesehatan bank di Indonesia.
C.Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penilaian kondisi keuangan bank umum syariah dengan
mengacu pada laporan keuangan dan laporan GCG bank umum syariah yang telah
berdiri dari tahun 2010-2014. Untuk menilai tingkat kesehatan bank umum syariah
dengan menggunakan metode RGEC, pada metode RGEC ini yang menjadi faktor
penelitian ada empat yaitu, risk profile, good corporate governance, earning dan
capital.
Selain menilai tingkat kesehatan bank umum syariah, penelitian ini juga
memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan model Altman Z-Score modifikasi.
Rasio yang digunakan dalam model analisis Z-Score ini ada empat macam yaitu net
working capital to total assets (modal kerja bersih terhadap aktiva), retained earnings
to total assets (laba ditahan terhadap aktiva), earning before interest and tax to total
assets (laba sebelum bunga dan pajak terhadap aktiva) dan book value of equity to
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini agar dapat
dijawab adalah:
a. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia selama periode
2010-2014 menggunakan metode RGEC?
b. Bagaimana prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia selama
periode 2010-2014 menggunakan model Altman Z-score modifikasi?
D.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
a. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi tingkat kesehatan bank
umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014 menggunakan metode
RGEC.
b. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi prediksi potensi
kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014
menggunakan model Altman Z-Score modifikasi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis,
a. Manfaat Teoritis:
1) Untuk mengetahui secara lebih lengkap dan jelas hal-hal apa saja yang
mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebangkrutan pada bank umum syariah
dan dapat pula mempraktekkan dan membuktikan secara langsung teori-teori
yang didapat semasa perkuliahan.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan dan bahan
pembelajaran bagi para akademisi, khususnya yang berhubungan langsung
dengan masalah prediksi kebangkrutan.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi bank umum
syariah dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dalam
masalah keuangan.
2) Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan
kinerja keuangan bank umum syariah, agar dapat terus bertahan dan bersaing
dalam industri perbankan nasional.
3) Hasil penelitian memberikan informasi kondisi bank umum syariah di
Indonesia khususnya bagi pihak ketiga karena dapat dijadikan masukan dalam
pengambilan keputusan ketika akan melakukan investasi, sehingga kerugian
dari kesalahan investasi dapat diketahui sejak dini.
E.Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi”
2012. Penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi
dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan landasan teori dalam penelitian yang didasarkan
pada teori-teori yang relevan, lalu membahas review studi terdahulu
yang fokus penelitiannya mirip dengan penelitian yang sedang
dilakukan dan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian, sampel penelitian, jenis dan sumber data, serta metode
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan
interpretasi hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan saran yang
yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian bagi pihak-pihak
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Perbankan Syariah
1. Pengertian dan Fungsi Bank Syariah
Pengertian bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 pasal 1
butir 7 bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah.1 Perbankan syariah di Indonesia menurut kelembagaannya dapat
dibagi tiga kelompok yaitu bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan
bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).
Perkembangan landasan hukum yang mengatur segala tentang perbankan syariah
di Indonesia secara singkat diawali oleh:2
a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan
Secara substansi undang-undang ini lebih banyak membahas tentang bank
konvensional daripada bank syariah. Undang-undang ini hanya menyatakan dalam
pasal 1 butir 12 bahwa bank boleh beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil.3
1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
2Dikutip dari artikel A dul Rasyid, Huku Per a ka “yariah di I do esia”, diakses pada 20
Oktober 2015 dari http://business-law.binus.ac.id/2015/06/02/hukum-perbankan-syariah-di-indonesia.
3 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 7 Tahun 1992, Tentang Perbankan, diakses pada 20
b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari UU No.7 Tahun 1992. Dalam
undang-undang ini diatur secara jelas bahwa baik bank umum maupun BPR dapat
menjalankan operasionalnya dan melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).4
c. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Aspek baru yang diatur dalam undang-undang ini adalah terkait dengan tata kelola
(corporate governance), prinsip kehati-hatian (prudential principles), menajemen
resiko (risk menagement), penyelesaian sengketa, otoritas fatwa dan komite
perbankan syariah serta pembinaan dan pengawasan perbankan syariah.5
4 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada
20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-perbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah,
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Dalam UU No. 21 Tahun
2008 pasal 3, tujuan perbankan syariah adalah “menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat”.6
Fungsi bank selama ini dikenal sebagai intermediary (penghubung) antara pihak
yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Selain menjalankan
fungsi jasa keuangan seperti yang disebutkan tersebut, maka dalam bank syariah
memiliki fungsi yang sedikit berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah bukan
hanya berperan sebagai sebuah lembaga usaha, tapi juga berperan sebagai lembaga
sosial.7 Menurut Sofyan Harahap fungsi bank syariah yaitu manajer investasi,
investor, jasa keuangan, dan fungsi sosial:8
a. Manajer Investasi
Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana dimana dana
yang dikumpulkan tersebut disalurkan pada pembiayaan produktif, sehingga dana
yang disalurkan tersebut memperoleh keuantungan yang dapat dibagihasilkan
antara pihak bank syariah dengan pemilik dana.
6 Undang-U da g Repu lik I do esia No. Tahu 8, Te ta g Per a ka “yariah”,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
7 Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontenporer, (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), h. 54.
8 Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Edisi Revisi (Jakarta: Lembaga
b. Investor
Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana
pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi
yang sesuai dengan syariah.
c. Jasa Keuangan
Bank syariah memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, dan
lain sebagainya, hanya saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah
yang tidak boleh dilanggar.
d. Fungsi Sosial
Bank syariah memberikan pelayanan sosial melalui dana Qardh (pinjaman
kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. 9
Fungsi ini juga yang membedakan atara fungsi bank konvensional dengan fungsi
bank syariah.
2. Laporan Keuangan Perbankan Syariah
Menurut Kasmir, laporan keuangan secara sederhana adalah “laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode
tertentu”.10 Dalam pernyataan standar akuntansi (PSAK) No 101 laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan
9 Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Per ankan Syariah”,h., 7-8
penggunaan dana zakat, Infaq dan shadaqah (ZIS), laporan sumber dan penggunaan
dana qardhul hasan, dan catatan atas laporan keuangan11.
Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Selain itu, tujuan lainnya yang diungkapkan oleh Sri Nurhayati dan Wasilah adalah
sebagai berikut:12
a. Meningkatkan kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah.
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi harta,
kewajiban, pendapatan, dan beban.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanaman
modal dan pemilik dana syirkah temporer serta informasi mengenai pemenuhan
kewajiban fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran
zakat, infak, sedekah dan wakaf.
11 Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No 101 Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: IAI,
2007), h. 101.3.
12 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
3. Pengguna Laporan Keuangan Bank Syariah
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat
diperbandingkan. Maka dari itu, laporan keuangan dibuat untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi setiap pengguna dari laporan keuangan tersebut sehingga pengguna
laporan keuangan tersebut dapat mengambil keputusan dalam investasi dan
pendanaan.13
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan bank syariah yaitu:
Shahibul maal (pemilik dana), kreditur, pembayar zakat, infak dan shadaqah,
pemegang saham, otoritas pengawas syariah, pemerintah, lembaga penjamin
simpanan dan masyarakat.14
4. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penilaian terhadap kondisi
keuangan perusahaan yang dilakukan secara cermat dan tepat untuk membantu
mengetahui posisi keuangan perusahaan dan memberikan informasi tentang
kelemahan dan kekuatan perusahaan.15 Sofyan S. Harahap mendefinisikan analisis
laporan keuangan adalah “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.16
Alat yang digunakan dalam analisis laporan keuangan yang biasa digunakan
adalah rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas,
analisis laba kotor, break even point dan rasio lainnya.17 Teknik analisis laporan
keuangan ada dua jenis, yaitu teknik analisis horizontal dan teknik analisis vertikal.
Teknik analisis horizontal adalah teknik analisis dengan membandingkan laporan
keuangan untuk beberapa periode sehingga akan diketahui perkembangannya,
sedangkan teknik analisis vertikal adalah analisis laporan keuangan yang hanya
meliputi satu periode atau satu saat saja dengan membandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut.18
B.Kebangkrutan (Bankruptcy)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2004 pasal 1 butir
1 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, kepailitan adalah
sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur
dalam undang-undang. Menurut Sentosa Sembiring bangkrut mengacu pada “hukum
kepailitan negara Anglo Saxon yang menyebutnya Bankruptcy yang berarti
16 Sofyan S. Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, h. 333. 17 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan,h.5.
ketidakmampuan membayar utang”19. Kata Bankruptcy kemudian bila diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi bangkrut.
Menurut Munawir secara garis besar penyebab kebangkrutan biasa dibagi menjadi
dua faktor, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor eksternal, baik yang bersifat
khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan atau yang bersifat umum. 20
1. Faktor Internal adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri,
yang meliputi sebab finansial dan non finansial:21
a. Sebab yang meliputi bidang finansial, yaitu:
1) Utang yang terlalu besar, menimbulkan beban tetap yang berat bagi
perusahaan.
2) Adanya “current liabilities” yang lebih besar daripada “current assets”.
3) Banyaknya piutang yang tidak tertagih.
4) Kesalahan dalam kebijakan pemberian deviden.
5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.
b. Sebab yang meliputi bidang non finansial, yaitu:
1) Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan.
2) Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan.
3) Kesalahan dalam memilih pimpinan perusahaan.
4) Adanya “managerial incompetency”.
19 Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang Terkait
dengan Kepailitan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), h.11.
2. Faktor eksternal adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan
dan yang berada di luar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau
badan usaha, contohnya:22
a. Adanya persaingan yang hebat.
b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan.
c. Turunnya harga-harga dan lain sebagainya.
Informasi mengenai kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:23
1) Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang
akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang
ada.
2) Investor
Mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan
tersebut.
3) Pihak pemerintah
Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan
lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
22 Ibid., h. 290.
23 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
4) Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan usaha karena
akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
5) Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif
sehingga biaya kebangkrutan dapat dihindari atau diminimalisasi.
C.Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pasal 29 tentang Perbankan,
bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.24 Selanjutnya menurut Peraturan Bank
Indonesia No 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal
2 ayat 3 “bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan
pendekatan resiko (Risk Based Bank Rating) baik secara individual maupun
konsolidasi”.25 Peraturan BI ini berlaku bagi seluruh bank umum, baik bank
konvensional ataupun bank syariah. Hal ini diperkuat dengan penerbitan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 13/24/DPNP perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
24 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada
20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-perbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
25 Bank Indonesia, PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 diakses dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24
yang juga mengatakan bahwa Bank diwajibkan untuk menilai tingkat kesehatannya
menggunakan metode pendekatan Resiko (Risk Based Bank Rating) atau yang
dikenal juga dengan metode RGEC.
Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital) untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank.26
Dalam perhitungan menggunakan model RGEC cakupan yang menjadi bahan
penilaian tingkat kesehatan bank adalah Profil Resiko (Risk Profile), Good Corporate
Governance, Rentabilitas (Earning), dan Modal (Capital).
a. Profil resiko (Risk Profile)
Penilaian profil resiko ini adalah “penilaian terhadap resiko inheren (melekat) dan
kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional bank yang dilakukan
terhadap delapan resiko”.27 Resiko-resiko yang dapat dikuantifikasi (ukur) tersebut
adalah resiko kredit, pasar, likuiditas, opersional, hukum, stratejik, kepatuhan, dan
reputasi. Penilaian terhadap resiko-resiko tersebut kemudian dimasukkan kedalam
matrik penilaian, matrik penilaian profil resiko diberi peringkat 1 sampai 5. Berikut
26 Bank Indonesia, Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia
-nomor-13-24-dpnp
27 Pernyataan dikutip dari Mahmudah, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (Studi
merupakan tabel yang menggambarkan matrik penilaian profil resiko menurut SEBI
Strong Satisfactory Fair Marginal Unsatisfactory
Low 1 1 2 3 4
b. Good Coorporate Governance (GCG)
Pengertian good corporate governance (GCG) menurut PBI No.8/4/PBI/2006
adalah “suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
independensi (independency), dan kewajaran (fairness).”29 Bank dapat menilai GCG
dengan self assessment. Kegiatan self assessment dalam pelaksanaan GCG dapat
dilakukan sebagai evaluasi pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Hasil peringkat
28Ba k I do esia, “urat Edara Ba k I do esia No. / /DPNP Perihal Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum”, diakses pada Maret dari www.ojk.go.id/surat-edaran- bank-indonesia-nomor-13-24-dpnp
29Ba k I do esia, PBI No. 8/ /PBI/ Te ta g Pelaksa aa GCG Bagi Ba k U u ”,
penilaian GCG dengan penetapan klasifikasi peringkat komposit berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP ditunjukkan pada tabel di bawah ini:30
Tabel.2.2
Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aktivitas
bisnis bank, selain itu aspek rentabilitas ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.31 Bank yang sehat
adalah bank yang nilai rentabilitasnya terus meningkat. Di bawah ini adalah tabel
yang menunjukkan penilaian terhadap peringkat rentabiliatas (earning) untuk sebuah
bank berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011.32
30 Ba k I do esia, “urat Edara BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank
U u ”, diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia
-nomor-9-12-dpnp
31 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.196.
32Ba k I do esia, PBI No. / /PBI/ Te ta g Pe ilaia Ti gkat Kesehata Ba k
Tabel 2.3
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 menjelaskan penetapan peringkat
penilaian faktor permodalan bank dilakukan berdasarkan analisis secara
komprehensif terhadap parameter atau indikator permodalan dengan memperhatikan
signifikansi masing-masing parameter atau indikator serta mempertimbangkan
masalah lain yang mempengaruhi permodalan bank.33 Komponen penilaian
permodalan menurut PBI No.9/1/PBI/2007 diklasifikasikan menjadi rasio utama,
rasio penunjang dan rasio observed. Dari rasio-rasio tersebut rasio utama yang
dijadikan penilaian adalah nilai CAR atau kewajiban penyediaan modal minimum
(KPMM). Bank Indonesia lewat PBI No.15/12/PBI/2013 telah menetapkan bahwa
batas KPMM atau CAR yang wajib dimiliki oleh bank adalah minimal 8%.
Berikut ini adalah kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan
permodalan bank syariah menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/Dpbs tahun
2007 adalah34
Tabel 2.4
Penilaiaian Modal (Capital)
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011 melalui
aspek kualitatif dan kuantitatif terhadap masing-masing faktor dan memberi penilaian
akhir berupa penilaian komposit berdasarkan analisis secara komprehensif dan
terstruktur dengan memperhatikan signifikansi masing-masing faktor.35 Berikut ini
merupakan peringkat komposit penilaian tingkat kesehatan bank dengan
34 Bank Indonesia, “urat Edara BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdarakan Prinsip Syariah", diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407
35 Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011
mempertimbangkan penilaian dari seluruh aspek di dalam empat faktor yang ada pada
Mencerminkan kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan.
PK-2
Mencerminkan kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.
PK-3
Mencerminkan kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan bila tidak diatasi dengan baik akan mengganggu kelangsungan usaha bank.
PK-4
Mencerminkan kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik sehigga mengganggu kelangsungan usaha bank.
PK-5
D.Analisis Diskriminan
Menurut Agus Widarjono analisis diskriminan adalah “metode teknik dependen di
mana variabel dependennya bersifat non metrik”.36 Menurutnya analisis diskriminan
“…kombinasi linear dari dua atau lebih variabel independen yang akan membedakan
atau mendiskriminasikan dua objek atau lebih di dalam sebuah kelompok atau grup
…”37.
Model dasar analisis diskriminan mirip seperti regresi berganda, perbedaanya
terletak pada bila variabel dependen regresi berganda dilambangkan dengan Y, maka
analisis diskriminan dilambangkan dengan D.38 Perbedaan yang lebih mendasar
antara regresi berganda dengan analisis diskriminan adalah bila regresi berganda
variabel dependennya harus metrik (interval dan rasio), sedangkan dalam analisis
diskriminan variabel dependennya kategoris.39 Formula untuk analisis diskriman
dapat ditulis dalam bentuk fungsi diskrimanan sebagai berikut:40
Di mana:
D = skor diskriminan
36 Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2010),h. 167.
37Ibid., h. 167
38 Bilson Simamora, Analisis Multivariat Pemasaran, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2005), h. 144.
39Ibid., h. 144 40Ibid., h. 144
b = koefisien diskriminan atau bobot
X = prediktor atau variabel independen
Bilson Simamora menjelaskan dalam fungsi diskriminan tersebut hal yang
diestimasi adalah “koefisien ‘b’, sehingga nilai ‘D’ setiap grup dapat berbeda. Ini
terjadi pada saat rasio jumlah kuadrat antar grup dengan rasio jumlah kuadrat dalam
grup mencapai nilai maksimum. Berdasarkan nilai D itulah keanggotaan objek
diprediksi”.41 Metode analisis diskriminan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu
metode diskriminan dengan dua kategori (Two-Group Discriminant Analysis)dan
metode diskriminan dengan lebih dari dua kategori (Multiple Discriminant
Analysis)42.
E. Model Altman Z-Score
Altman menggunakan fungsi dari analisis diskriminan yang telah dijelaskan di atas
untuk memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan, model prediksi
kebangkrutan yang digunakan adalah MDA (Multiple Discriminant Analysis) atau
lebih dikenal dengan z-score. Analisis z-score ini dibuat untuk mengatasi
keterbatasan dari analisis rasio keuangan karena dilakukan secara terpisah.43
41Ibid., h. 144
42 Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, h. 168.
43Nur Hasa ah, A alisis Rasio Keua ga Model Alt a Da Model “pri gate se agai Early
Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”, “kripsi “ Fakultas
MDA (Multiple Discriminant Analysis) adalah sebuah bentuk analisis diskriminan
berganda atau dengan kata lain grup yang dimiliki sebagai variabel dependen bukan
lagi dua, melainkan tiga, empat atau lebih. Dalam membangun modelnya Altman
menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada popularitasnya dalam
literatur dan relevansi terhadap penelitian, rasio yang digunakan juga memiliki lima
kriteria yaitu rasio yang dapat mencerminkan likuiditas, profitabilitas, leverage,
solvency, dan rasio aktifitas.44
1. Model Altman Z-Score Original
Awalnya Altman menguji 22 rasio keuangan dari 33 perusahaan manufaktur yang
bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun 1960 sampai 1965 dan
pada akhirnya didapatkan lima rasio keuangan yang dikombinasikan dan dinilai
paling berpengaruh untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan”.45 Formula
MDA pertama yang ditemukan oleh Altman ditulis sebagai berikut:46
44Kosasih, A alisis Ti gkat Ke a gkruta Model Alt a da Foster Pada Perusahaa Te tile
Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007-2009, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 54, t.d.
45 Mutiara Wahyu i, A alisis Rasio Keua ga Terhadap Metode Alt a )-Score, Zmijewski
Dan Springate Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Sektor-Sektor Yang Terdaftar di BEI Perode 2009- ”, “kripsi “ , Fakultas Eko o i da Bis is, U iversitas Isla Negeri “yarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 28, t.d.
46Ed ard I. Alt a , Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate
Bankruptcy”, The Journal of Finan e, Vol 23 no. 4, (September 1968): h. 594.
Di mana:
X1 = net working capital to total assets X3 = earning before interest to total assets
X2 = retained earning to total assets X4 = market value of equity to total assets
X5 = sales to total assets Z = overall index
Nilai Z yang merupakan indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis.
Dibagi kedalam tiga kategori keadaan, yaitu:
a. Nilai Z < 1,81 maka tergolong perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,81 < Z < 2,99 maka perusahaan masuk dalam grey area atau perusahaan
tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,99 maka perusahaan dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut.
2. Model Altman Z-Score Revisi
Tahun 1984 Altman melakukan pengembangan model diskriminan alternatif
z-score yang sebelumnya. Pada penelitian kali ini Altman melakukan penyesuaian agar
model prediksi kebangkrutan ini dapat dipakai untuk perusahaan yang tidak
mempunyai nilai pasar ekuitas atau perusahaan non publik.47 Perubahan atau revisi
dilakukan pada variabel X4 dimana variabel sebelumnya merupakan nilai pasar
ekuitas terhadap total kewajiban (market value of equity to book value of total debt)
menjadi nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban (book value of equity to book
47“T.I rah Musfa Ka al, A alisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go
value of total debt).48 Hasil revisi dari model z-score awal ini tidak hanya pada
variabel rasio X4 saja tetapi juga pada nilai koefisien pada setiap variabel. Nilai Z
untuk model ini juga berbeda dari nilai Z pada model sebelumnya. Bentuk formula
MDA atau z-score hasil pengembangan Altman adalah49
Kriteria nilai Z pada model ini lebih rendah dari nilai sebelumnya yaitu:
a. Nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 maka perusahaan masuk dalam grey area,karena perusahaan
tersebut tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,90 maka perusahaan tersebut dikategorikan dalam keadaan sehat dan
memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah.
3. Model Altman Z-Score Modifikasi
Altman terus mengembangkan model analisis diskriminan alternatifnya, agar
model prediksi kebangkrutannya dapat digunakan untuk semua jenis perusahaan,
seperti perusahaan manufaktur, non manufaktur dan perusahaan penerbit obligasi di
negara berkembang.50 Dalam z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel
48 Ibid., h. 30.
49Ed ard I. Alt a , Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The Z-Score and
ZETA® Models”,The Journal of Finance,(Juli 2000): h. 20.
X5 (sales/total assets) karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran
aset yang berbeda-beda. Maka, formula persamaan z-score yang telah di modifikasi
oleh Altman dkk menunjukkan fungsi diskriminan sebagai berikut:51
Di mana:
X1 = net working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and tax tototal assets
X4 = book value of equity to book value of debt
Z = overall index
Klasifikasi perusahaan yang bangkrut, grey area dan tidak bangkrut didasarkan pada nilai z-score modifikasi adalah:
a. Nilai Z < 1,23 dikategorikan perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 dikategorikan dalam grey area, perusahaan tersebut tidak
dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,90 dikategorikan perusahaan yang tidak bangkrut.
50Ayu “u i Ra adha i da Niki Lukviar a , Per a di ga A alisis Prediksi Ke a gkruta
Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai variable Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.13, no.1, (2009), h.18.
51 Ibid, h. 22.
B. Penelitian Terdahulu
Sejumlah studi telah banyak dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
bank dengan menggunakan analisis rasio keuangan dalam memprediksi potensi
kebangkrutan usaha, salah satu model yang digunakan untuk memprediksi potensi
kebangkrutan usaha adalah multiple discriminant analysis (MDA) atau disebut juga
model z-score. Studi yang membahas tentang model analisis diskriminan alternatif ini
antara lain dilakukan oleh:
Altman pada tahun 1968 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan
66 perusahaan manufaktur, Altaman menguji 22 rasio keuangan dengan model
Multiple Discriminant Analysis (MDA).52 Akhirnya diperoleh lima rasio keuangan
yang paling berkontribusi pada model prediksi ini yaitu net working capital to total
assets, retained earning to total assets, EBIT to total assets, market value equity to
total Liabilities, dan sales to total assets. Dalam penelitiannya, Altman menerapkan
bahwa ambang batas perusahaan yang sehat adalah apabila nilai Z berada antara 2.99
dan 1.81, artinya jika Z-sore perusahaan di atas 2.99 maka perusahaan dinyatakan
sehat dan jika berada di bawah 1.81 maka perusahaan potensial bangkrut. Hasil studi
Altman hanya mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu
tahun sebelum kebangkrutan, 72% untuk dua tahun sebelum kebangkrutan, 48%
untuk tiga tahun sebelum kebangkrutan, 29% untuk empat tahun sebelum
kebangkrutan dan 26% untuk lima tahun sebelum kebangkrutan
52 Edward I. Altman, Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction of Corporate
Endri tahun 2008 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan pada
tiga bank syariah di Indonesia yaitu, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia.53 Periode penelitian dari tahun
2005-2007, dengan menggunakan model analisis Altman z-score. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan semua bank syariah yang diteliti menghasilkan nilai Z-score
yang ≤ 1,81 sehingga dapat dikatakan akan mengalami kemungkinan kebangkrutan.
Hal ini disebabkan nilai variabel X1 (net working capital to total assets) dari ketiga
bank syariah bernilai negatif.
Agustin dan Iman tahun 2010 melakukan penelitian prediksi kebangkrutan
terhadap Bank Century menggunakan model analisis Altman z-score dan CAMEL
untuk periode 2000-2008.54 Hasil penelitian dengan menggunakan model analisis
z-score menunjukkan bahwa Bank Century dari tahun 2000-2008 dinyatakan dalam
kategori bangkrut, ini karena nilai z-score yang dihasilkan di bawah 1.81. Sedangkan
hasil penelitian menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio CAR, NIM,
BOPO, ROA, dan ROE menghasilkan nilai yang dikategorikan kurang sehat, hanya
rasio LDR yang dikategorikan dalam keadaan yang cukup sehat.
Nurhasanah tahun 2010 melakukan penelitian menggunakan model analisis
Altman dan Springate untuk memprediksi kondisi bermasalah pada bank yang telah
53E dri. Prediksi Ke a gkruta Ba k U tuk Me ghadapi da Me gelola Peru aha
Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-“ ore”. PerbanasQuarterly Review, Vol.2, (2008).
54 Agustin Andria Rosa da I a Murto o “oe hadji. Analysis of Altman Z (Zeta)-Score
go pubic.55 Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa model analisis Altman dan
Springate mempunyai tingkat akurasi atau ketepatan yang sama dalam memprediksi
kondisi bermasalah bank sebesar 94,8%. Bila dalam model Altman variabel yang
mempunyai discriminating power adalah net working capital to total asset dan
market value of equity to book value of debt, untuk model Springate adalah variabel
net working capital to total asset.
Nadratuzzaman dan Shofaun Nada tahun 2013 melakukan penelitian untuk
mengukur tingkat kesehatan dan gejala financial distress bank umum syariah di
Indonesia.56 Penelitian menggunakan tiga bank umum syariah sebagai objek
penelitian, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah
Mega Indonesia dengan tahun data penelitian yaitu 2007-2010. Penelitian ini
menggunakan model analisis Altman z-score revisi dan CAMEL. Hasil penelitian
menunjukkan ketiga bank umum syariah menggunakan model z-score berada pada
kategori bangkrut ini karena nilai z-score dari bank syariah tersebut dibawah 1.81 dan
ketika menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio KPMM, ECR, KAP,
NPF, NOM, ROA, ROE, REO, STM dan STMP menunjukkan bahwa dari rasio-rasio
tersebut bank umum syariah berada pada kategori yang sehat.
55Nurhasa ah. A alisis Rasio Keua ga Model Alt a da Model “pri gate “e agai Early Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Pu li ”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
56 Muhamad Nadratuzzaman Hosen da “hofau Nada. Pe gukura Ti gkat Kesehata da
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu
Tahun Nama Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Dengan Penulis
1968 Altman
Altman menggunakan perusahaan manufaktur dalam penelitiannya dan menggunakan model z-score original sebagai model analisisnya. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan perusahaan bank umum syariah untuk mengetahui prediksi potensi kebangkrutan.
Penelitian Endri menggunakan tiga bank umum syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2005-2007, Model analisis yang digunakan model z-score revisi. Sedangkan penulis menggunakan seluruh bank umum syariah yang telah berdiri selama periode 2010-2014 dan model analisis yang digunakan model z-score modifikasi.
2010 Agustin dan dengan model analisis yang digunakan model analisis z-score revisi. Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti bank umum syariah dengan menggunakan model analisis z-score modifikasi.
Penelitian Nurhasanah menggunakan bank konvensional yang bermasalah dan tidak bermasalah dengan menggunakan model analisis z-score revisi dan Springate. Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti adalah seluruh bank umum syariah dan model analisis yang digunakan hanya Altman z-score modifikasi.
2012
Penelitian Nadratuzzaman dan Shofaun Nada menggunakan tiga bank umum syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2007-2010, Model analisis yang digunakan model z-score revisi. Sedangkan penulis menggunakan seluruh bank umum syariah yang telah berdiri selama periode 2010-2014 dan model analisis yang digunakan model z-score modifikasi.
C.Kerangka Berpikir
Setiap perusahaan pasti akan memiliki resiko kebangkrutan yang selalu melekat
pada setiap jenis usaha yang dilakukan, begitupun dengan perusahaan perbankan
syariah. Meskipun perusahaan perbankan syariah selama ini belum pernah mengalami
masalah keuangan yang menyebabkan kebangkrutan atau dilikuidasinya bank syariah,
tetap saja bank syariah harus waspada dan melakukan berbagai tindakan pencegahan
sejak dini agar potensi dari kebangkrutan tersebut dapat terus dicegah.
Salah satu caranya adalah melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank
umum syariah, kemudian melakukan analisis potensi kebangkrutan untuk menilai
bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan
mereka nantinya. Untuk itu maka digunakanlah model analisis penilaian terhadap
tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC dan model pendekatan analisis
diskriminan yang dikembangkan oleh Altman yaitu multiple discriminant analysis
(MDA) atau dikenal dengan nama z-score. Hasil dari menggunakan kedua model
analisis ini dijadikan suatu alat atau bahan untuk manajemen perusahaan perbankan
agar dapat lebih awal mengetahui bagaimana keadaaan keuangan mereka.
Berdasarkan pada kajian teori, hasil penelitian terdahulu mengenai prediksi
kebangkrutan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Bank Umum Syariah
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Laporan Keuangan
Rasio Keuangan Metode RGEC
1. Risk Profile :
a. Non Performing Financing (NPF)
b. Liquidity Risk (LR)
2. Earning :
a. Net Core Operation Margin
(NCOM)
b. Return on Assets (ROA)
3. Capital :
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio Keuangan Model Altman Z-Score Modifikasi
Z = 6.65X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
1. Net Working Capital to Total Assets
2. Retained Earning to Total Assets
3. Earning Before Interest and Tax to Total
Assets
4. Book Value of Equity to Book Value of Debt
Prediksi
Hasil
41 BAB III
METODE PENELITIAN A.Lingkup Penelitian
Bank umum syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar dalam Bank Indonesia dan