kJ>J-;
/tt1Ef
/s.
LEASING MENURUT El(ONOMI ISLAM
(Pada PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk)
Oleh:
ROHAYATI
KONSENTRASI PERBANKAN SYAR][' AH
PROGRAM STUD! MUAMALAT (EKONOJVII ISLAM)
FAKULTAS SY ARI' AH DAN HUKUM
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
Sl(RIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh:
Rohayati
NIM. 102 4612 5250
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
セセMMMMMMMセᄋM
Kamarusdiana, S.Ag. M.H NIP: 150 285 972
KONSENTRASI PERBANKAN SY ARl' AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN P ANITIA UJIAN
Shipsi yang berjudul LEASING MENURUT EKONOMI ISLAM Pada PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk , telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Nopember 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar s。セェ。ョ。@ Program Strata 1 (S 1) pada
Ke tu a
Sehetaris
Program Studi Muamalat
Jakarta, 27 Desember 2006
Panitia Ujian Munaqasyah
: Dr. Mujar Ibnu Syarif, MA NIP. 150 275 509
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag NIP. 150 318 308
セHIセセ@
(
...
セZNセ@
... )-- ;;:?/,, セlMMセMMM
---Pembimbing : Kamarusdiana, S.Ag, M.H NIP. 150 285 972
H\ZZO_セ@
)
/?',r
MMBHNセ@
...
,
... )Penguji I
Penguji II
fe:!U-n1
:
セセZN「
Q
セセ@ セ[Qセ[
T
a「、オャ@
MuhaiminLe,
MA( ... : ...セ
Q@
....
セ@
... )
. .
</Pt(h_
: H. Azharudm Lath1f, M.Ag ( ...
./r.-1. ... )
NIP. 150 318 308 /
Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan ke hadirat Allah S. W. T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepacla penulis sehingga penulis clapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam sama-sama kita sampaikan untuk pemimpin umat sepanjang zaman Nabi Muhamad SAW.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan clan kesulitan yang penulis hadapi alhamdullilah dengan rahmat dan pertolongan-Nya skripsi ini dapat terselesaikan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepacla:
I. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Prof., Dr., H. Muhamacl Amin Suma, SH., MA., M.M.
2. Ketua Jurusan Muamalat Bapak Euis Amalia, M.Ag., M.Hum dan Sekretaris Jurusan Muamalat bapak Ah. Azharuclclin Lathif, M. Ag
3. Bapak Kamaruscliana, S.Ag., M.H., selaku closen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya clan memberikan pengarahan serta bimbingan kepada penulis clalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada PT Aclira Dinamika Multi Finance Tbk, terutama bapak Jefry selaku Kepala Departemen Bisnis Repo1i dan Analis atas segala bantuan dan kesempatan untuk meluangkan waktu dari awal hingga akhir penelitian kepada penulis.
6. Bapak dan !bu dosen segenap Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Yang lstimewa dan yang sangat penulis Cintai dan Sayangi Ayahanda (Asid Kosid) dan lbunda (Mu'minah), yang telah merikan motivasi moril dan materil serta mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, atas pe1juangan dan kerja kerasnya maka kebahagian ini penulis persembahkan untuk keduanya, karena jasa besar keduanyalah hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk Teteh Elies dan keluarga, Teteh City dan keluarga, Ayie adiku satn-satunya serta ketiga ponakan ku yang lucu (Tio, Yasmin, dan Adit) kalian telah mewarnai rumah dengan keceriaan.
9. Anak-airnk PS-D angkatan 2002. untuk Patimah, Lisa dan Dewi kapan kita
ketemu lagi. Untuk seluruh anak-anak Babusalam pe1juangan bersama kalian menagajari arti pahit manisnya kehidupan terbukti pada saat musim kemarau. I 0. Special untuk "Mas Dian" yang tidak henti meluangkan waktu, perhatian dan
semangat agar penulis dapat menyelesaikan tanggungjawab kepada orang tua. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimakasih untuk seluruh pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Jakarta, 2 7 Desember 2006
DAFT AR ISi... m
BABI
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ... ..
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 9
D. Metode Penulisan .... ... .. .. ... ... .... ... .. ... .... .. .... .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. 1 0 E. Sistimatika Penulisan ... ... 12
TINJAUAN UMUM TENTANG LEASING A. Pengertian Leasing... 14
B. Sejarah Perkembangan Leasing... 17
C. Ketentuan-ketentuan tentang Leasing... 21
D. Tehnik-tehnik Pembiayaan Leasing... 24
I. Financial Lease... 24
2. Operating Lease... 27
E. Mekanisme Leasing... 29
F. Perjanjian Leasing... 31
KEDUDUKAN LEASING })ALAM EKONOMI ISLAM A. Sejarah dan Pengertian Leasing ... 34
BAB IV
BABV
I. Landasan Hukum... ... . .. . ... ... ... . . ... . .. . . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . 3 8
2. Peraturan Tentang Ijarah ... :... 40
C. Prinsip, Rukuu dan Syarat ljarah... 41
I. Prinsip Sewa Beli ... 41
2. Rukun dan Syarat Ijarah ... 42
D. Sistem Transaksi ljarah ... 44
E. Berakhirnya Akad... .. . .. . .. . ... .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . 48
TINJAUAN EKONOMI ISLAM TENT ANG LEASING DI PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE A. Sejarah dan Berkembangnya PT Adira Dinamika Multi Finanace . .. . .. . .. . .. . . .. .. . . .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . 5 2 1. Sejarah Berdirinya... 52
2. Sejarah Berkembangnya... 55
3. Maksud dan Tujuan... 57
B. Struktur Organisasi ... 58
C. Pelaksanaan Leasing pada PT Adira Dinamika Multi Finance 59 D. Analisa Ekonomi Islam Tentang Leasing di PT Adira Dinamika Multi Finance ... 61
PENUTUP A. Kesimpulan ... ... . .. .... ... ... . .. . .. . . .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . .. . . .. . . .. .. . . .. . . 66
B. Saran... 67
DAFTARPUSTAKA ... 69
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang komprehensif, yang merangkum seluruh aspek kehidupan baik (ritual) rnaupun sosial (muarnalah) dan universal. Hal demikian
berarti juga dapat diterapkan dalam waktu dan ternpat sarnpai akhir nanti karena
semua sesuai dengan fitrah manusia (human nature) dikarenakan ia merupakan jalan
hidup yang utuh dan terpadu didalamnya terdapat panduan dinamis dan lugas
terhadap aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya masalah bisnis dan
transaksi perekonomian.
Muamalah tidak membeclakan seorang muslim clengan non muslim, inilah
salah satu hal yang menunjukan sifat universalitas ajaran Islam. Hal inilah
dimungkinkan karena Islam mengenal hal yang cliistilahkan sebagai tsabit wa
muthayyirat (principles and variables). Hal ini seticlaknya tercantum clalam ajaran
Islam, yang secara substantif mengajarkan pada prinsip kemaslahatan, keaclilan.
Kegiatan akan clikatakan ilegal atau inclisipliner apabila menyalahi prinsip-prinsip
yang melanclasinya yang secara tersurat clan tersirat tercantum clalam clua sumber
hukum utama ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Hadits.1
1 Eko Suprayitno, Eko1101ni /s/(1111 (Pendekatan Ekonon1i Makro ls/can dan Konvesiona/),
2
Al-Qur'an Al Maidah ayat 2:
Hadis Riwayat Imam Muslim
... ,- :;l :;) ... ) ;;-, ,,
, , , ,_ t'< UI 0 , , , , '< ' .. , .. ,, . . . I I , ,,,---
'fo,''
"I ", ,, . ,,_,,,,I 1 "..::..; • セ@ 4.J ...\.;:, w\ '-'L::.) cJ " w <.::..• • i..::-i _. "' .. .._.
RNセi@
Perkembangan dalam suatu masyarakat ditandai de:ngan perkembangan
lembaga-lembaga yang terdapat pada masyarakat, baik di bidang ekonomi sosial
budaya, dan politik. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan
nasional, dengan sendirinya peran serta pihak swasta dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut akan semakin meningkat pula. Keadaan tersebut baik secara
langsuJ!g ataupun tidak akan menuntut lebih aktifnya kegiatan dalam bidang
pembiayaan.
Lembaga pembiayaan (leasing) di Indonesia dapat dikatakan masih dalam
tahap berkembang. Hal ini berkait dengan tehnik pembiayaan, dan usaha leasing dari
tahun ke tahun yang telah memainkan peranan yang sangat penting dalan1
perekonomian Indonesia.
Seperti diketahui leasing merupakan suatu bentuk usaha di bidang
pembiayaan. Di lain pihak, bank melakukan usahanya dalam bidang pembiayaan
juga. Sepintas lalu leasing ini seolah-olah dilaksanakan oleh dua instansi yang
berbeda. Dalam kenyataanya memang pembiayaan yang dilakukan oleh leasing tidak
sama dengan pembiayaan yang dilakukan oleh bank, leasing business sebagai suatu
4
bentuk usaha di bidang pembiayaan, dianggap penting peranannya dalam peningkatan
pembangunan perekonomian nasional. Usaha leasing dalam perwujudannya adalah
membiayai penyediaan barang-barang modal, yang akan dipergunakan oleh suatu
pemsahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran
berkala, yang disertai hak pilih (optie) bagi perusabaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjangjangka waktu leasing.3
Pada saat ini leasing, sebagai lembaga pembiayaan alternatif, telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Aktivitas perusahaan leasing adalah memenuhi
pembiayaan sewa menyewa terutama untuk bidang otomotif. mesin industri, mesin
kontruksi mobil dan alat-alat perkantoran. Usaha leasing ini juga memungkinkan
perusahaan-perusahan pemakai modal yang disewa untuk memiliki barang modal
tersebut pada akhir masa kontrak berdasarkan pada nilai sisa yang telah disepakati
bersama.
Industri leasing di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1974, namun dari awal berdirinya sampai tahun 1980 pertumbuhan bisnis leasing ini masih sangat lambat. Hal ini dikarenakan kurang minatnya para pemodal untuk rnembuka usaha leasing. Akan tetapi dari tahun 1981 pertumbuhan inclustri leasing mengalami kemajuan yang sangat pesat clan rnencapai puncaknya pada tahun 1985. Hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah inclustri leasing dari 8 perusahaan pada tahun 1981 menjacli 72 perusahaan dalam tahun 1985.4
3 Ahmad Anwari,
leasing di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), cet ke- I. h. 5
4
M. Arsad A1nvar, Dkk (editor), Ekono111i Indonesia: /vlasa/ah dan Prospek 19881 1989 (Jakarta: UL
Di antara faktor yang menjadikan bisnis leasing tumbuh begitu cepat adalah
karena leasing merupakan suatu sistem yang sesuai dengan arah perkembangan
ekonomi dewasa ini, yang sangat menguntungkan menurut pandangan dari segi
manajemen. Kalan ditinjau dari segi perekonomian nasional, malrn leasing telah
memperkenalkan suatu metode baru untuk mendapatkan capital equipment dan
menambah modal kerja.5
Namun sampai saat ini belum ada undang-undang khusus yang mengatur
tentang kegiatan leasing tersebut. Ketentuan yang mengatur masalah ini masih dalam
bentuk putusan Menteri Keuangan dan peraturan-peraturan lainnya. Kehadiran
industri pembiayaan (multi .finance) di Indonesia, sebenarnya belumlah terlalu lama,
terutama bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Dari beberapa sumber,
diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada 1974. Kelahirannya didasarkan
pada surat keputusan bersama (SKB) tiga Menteri, yaitu Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.
Setahun setelah clikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT
Pembangunan Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut
mengganti namanya menjacli PT (Persero) P ANN Multi Finance. Kemuclian, melalui
Keputusan Presiden (Keppres) No.61/1988, yang ditinclaklanjuti dengan SK Menteri
Keuangan No. 1251/KMI<..0!3/1988, pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis
5 Achmad An\vari,
6
pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance,
modal ventura dan kartu !credit.
Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif
te1tinggal dibandingkan yang lain, seperti perbankan. Terlebih lagi bila dibandingkan
dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul dan menjamur
bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan telah
membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala gurem. Tetapi banyak
kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi biang keladi suramnya industri
perbankan di kemudian hari. Puncaknya, te1:jadi pada 1996 ketika pemerintah
melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti dengan dimasukkannya
beberapa bank lain dalam perawatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup
mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam
pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terns meningkat. Jika
sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada
keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan
multi finance kian dikenal pelaku usaha nasional.6
Di samping pertumbuhan leasing yang pesat, di sisi lain perkembangan
ekonomi Islam di Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukan pertumbuhan yang
signifikan. Dalam produk ekonomi Islam terdapat ijarah yaitu semua barang yang
6
mungkin diambil manfaatnya dengan tetap zatnya, dan sah untuk disewakan. Apabila
kemanfaatnya itu dapat ditentukan dengan salah satu dari dua perkara, yaitu clengan
masa dan perbuatan. Sedangkan sewa-menyewa mutlak (ticlak memakai syarat) itu
menetapkan pembayaran sewa tunai, kecuali kalau dijanjikan pembayaran dengan clitangguhkan. 7
Begitu pula clengan perbankan Syariah sampai saat ini produk pembiayaan
Bank syariah masih terfokus pada produk-produk murabahah (prinsip jual beli)
pembiayaan murabahah sebenarnya memiliki kesamaan dengan ijarah. Keduanya
termasuk dalam kategori natural certainty contracs clan pada dasarnya kontrak jual
beli. Letak perbedaan keduanya hanyalah objek transaksi yang diperjualbelikan.
Dalam murabahah barang yang menjadi objek transaksinya seclangkan dalam
pembiayaan ijarah yang menjadi objek transaksinya aclalah jasa baik manfaat barang
maupun manfaat tenaga ke1ja . 8
Sebagaimana diketahui bahwa berclasar UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, pengaturan terhadap kegiatan usaha bank Syariah sangat terbatas,
sehingga tidak dapat menunjang pengembangan bank syariah secara optimal. Dengan
berlakunya UU No. 10 Tahun 1998, malrn telah clilakukan penyempurnaan dengan
memberi lanclasan hukum yang lebih luas kepacla pengembangan bank Syariah.
Dengan memperhatikan bahwa sebagian masyarakat muslim Indonesia pada saat ini
7
Moh Rifai, F'ikih !slan1 Lengkap, (Kuala lun1pur: Pustaka Ji\va sdn. Bhd, 1996), cet. Ke- I, h, 428
8 Adiwannan Karim, Bank /sla111 Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Graflndo Pcrsada,
8
menantikan suatu sistem perbankan Syariah yang sehat dan terpercaya untuk
mengakomodasikan mereka akan jasa perbankan yang sejalan dengan prinsip
Al-Qur'an dan Hadits.
Te1tarik dengan ha! ini, penulis bermaksud untuk mengkaji lebih jauh
tentang sewa guna usaha yang berlaku pada perusahaan finansial yang lazimnya
menggunakan akad leasing. Sedangkan dalam ekonomi Islam menggunakan akad
ijarah yaitu mengambil manfaat dari suatu barang ataupun jasa. Dengan latar
belakang tersebut, penulis te1tarik untuk mengakaji lebih jm1h tentang Leasing
Menurut Ekonomi Islam (Study Pada PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam karya tulis ini, agar pembahasan tidak meluas, maka penulis hanya
membatasi pada praktek leasing yang te1jadi di PT Adira Dinamika Multi Finance
Jakarta. Dari pembatasan masalah di atas, menmmskan sebagai berikut:
!. Bagaimana konsep leasing dalam perspektif ekonomi konvesional dan Islam? 2. Bagaimana leasing di PT Adira Dinamika Multi finance?
3. Apakah praktek leasing di PT Adira Dinamika Multi Finance sesuai dengan
a. Untuk mengetahui apakah praktek dan konsepsional leasing terakomodasi
dalam ekonomi Islam.
b. Untuk memperoleh data clan inforrnasi mengenai konsep serta praktek
leasing pada PT Adira dinamika multi Finance.
c. Untuk mengetahui apakah leasing yang ada pada PT Adira Multi
Dinamika Finance sejalan clengan konsep ijarah yang terdapat di ekonomi Islam.
2. Manfaat Penulisan a. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan clan pengetahuan clalam masalah 1111 yang
telah didapat di bangku kuliah.
b. Bagi PT Adira Multi Dinamika Finance
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat dalam menentukan langkah selanjutnya berkait dengan
pengembangan dan penelitian (research and development).
c. Bagi dunia pustaka
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumbangan yang
berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya
JO
D. Metocle Penelitian
l. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
menggunakan metode deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran tentang
sesuatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang
suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.
2. Penclekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini penulis
menggunakan pendekatan survei sosial yaitu penelitian pengamatan yang
bersakala besar yang dilakukan pada kelompok-kelompok manusia. Dan tidak
terbatas dengan pengamatan dengan penglihatan tetapi, bahwa data yang
dikumpulkan tidak sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Data yang dikumpulkan
dalam survey adalah data yang ada clan terdapat dalam kehidupan yang
berjalan secara wajar.
3. Jenis data
Untuk memperoleh hasil pernbahasan clan bentuk penulisan yang ilmiah clan dapat di pe1tanggungj awabkan, maka diperlukan data clan fakta yang benar-benar objektif, yaitu:
b. Data Sekunder, yaitu data yang cliclapat penulis clari sumber yang telah disediakan oleh perusahaan. Diperoleh melalui Japoran tahunan PT Aclira Dinamika Multi Finance dan prospektus PT Adira Dinarnika Multi Finance.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalarn skripsi ini penulis menggunakan
penelitian kepusatakaan (library research) dan penelitian lapangan(field
reseaech)
a. Penelitian Kepustakaan (librmy Research), yaitu penulis melakukan riset
dengan melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan untuk
mengumpulkan surnber-surnber tertulis seperti buku-buku, rnajalah, dan
sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi yang sedang
dibahas.
b. Penelitian Lapangan (field research) dilakukan dengan survey langsung ke
objek penelitian, yaitu PT Adira Multi Dinamika Finance dengan tujuan
dapat memperoleh data-data dan informasi la11gsung dari pihak
perusahaan dan tehnik yang digunakan yaitu dengan cara wawancara
(interview) langsung, E-mail ataupun melualui Telpone antara peneliti
dengan pihak yang dianggap berkompeten dalam rangka mendapatkan
12
5. Telmik Analisis
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rrtetode kualitatif yaitu ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang teroservasi
E. Sitematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, adapun secara sistematis bab-bab tersebut adalah:
Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang berisi uraian secara garis besar mengenai materi yang sedang dibahas. Di dalamnya terdiri dari latar belakang penulisan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode pengumpulan data analisis data, serta sistematika penulisan.
Bab Kedua, Tinjauan Teoritis Tentang Leasing yang berisi di dalamnya
pengertian leasing, sejarah perkembangan leasing, ketentuan tentang leasing,
pembiayaan leasing clan mekanisme leasing.
Bab Ketiga, kedudukan leasing dalam Ekonomi Islam memuat di dalamnya
mengenai sejarah dan pengertian leasing dalam konsep ekonomi Islan1, landasan
hukum dan peraturan tentang ijarah, prinsip rukun dan syarat-syarat ijarah, prinsip
sewa dan sewa-beli, sistem transaksi ijarah dan berakhirnya akad
Bab Keempat, Tinjauan Ekonomi Islam tentang leasing di PT Adira Dinamika
Multi Finance yang mencakup mengenai sejarah dan perkembangan PJ Adira
Dinamika Multi Finance, Struktur organisasi yang terdapat di PT Adira Dinamika
pelaksanaan leasing di PT Adira Dinamika Multi Finance, serta Analisis penuiis
tentang leasing di PT Adira Dinamika Multi Finance menurut ekononii Islam
Bab Kelima, merupakan akhir dari pembahasan skripsi ini, berisikan kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah di jelaskan di atas dan saran-saran yang
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG LEASING
A. Pengertian Leasing
Secara etimologi istilah leasing berasal dari bahasa Inggris, yakni dari kata
"lease" yang berarti sewa-menyewa.1 Namun demikian, istilah leasing mempunyai
perbedaan maksud dengan istilah rent (rental), walaupun keduanya rnemiliki arti yang
sama.2 Karena dasar leasing adalah sewa-meyewa, maka leasing merupakan suatu
bentuk derivatif dari sewa-rnenyewa. Tetapi kemudian dalam dunia bisnis
berkembanglah sewa-menyewa dalam bentuk khusus yang disebut dengan leasing.
Dalam istilah Indonesia leasing sering diistilahkan dengan "sewa guna usaha".
Adapun pengertian leasing secara terminologi terdapat beberapa rumusan, di
antaranya sebagai berikut:
1. Menurut pasal I Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, yaitu Menteri
94
Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan:
"setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan tertentu. Berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala, disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau mempe1panjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. "3
1
Achmad Anwari, leasing Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 200 I), Ce!. Ke-I, h. 9
2 Suhardi K. Lubis, Hukum Ekonomi !ndionesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), Cet. Ke-2, h.
' Soerjono Soekanto, lnvestasi Perundang-Undangan Mengenai leasing, (Jakaita: INDHILL
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/ KMK.01/ 1991 Tanggal 21 November 1991 Tentang Kegiatan sewa guna (leasing). Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara leasing dengan hak opsi (finanace lease) maupun leasing tanpa hak opsi atau sewa guna usaha biasa (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Adapun
finance lessee adalah kegiatan leasing dim:ma leasee pada akhir kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan yang dimaksud dengan operating lease adalah kegiatan
•
leasing dimana lessee pada akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing.4
3. The Equipment Leasing Association (ELA-UK)
Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan
suatu jenis barang atau aset tertentu, langsung dari pabrik atau agen penjual oleh lessee. 1-Iak kepemilikan barang itu tetap berada pada lessor. Lessee
memiliki hak pakai atas barang tersebut clengan membayar sewa clengan
jumlah clan jangka waktu yang telah clitetapkan.5
4. Sri Suyatmi clan J Sadiarto mendefinisikan leasing adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,
4
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakm1a:
Salemba Empat, 2006), Ed 2, h. 190
5
16
baik secara finance lease maupun operating lease yang digunakan oleh
penyewa guna usaha dengan jangka waktu tertentu berdasm:kan pembayaran
secara berkala."6
5. Notaris Komar Andasasmita mengartikan leasing:
Menyangkut perjanjian-perjanjian yang da/am mengadakan kontrak bertitik
pangkal dari hubungan tertentu di antara lamanya suatu kontrak dengan
lamanya pemakaian (ekonomi;,) dari barang yang merupakan objek kontrak
clan disepakati bahwa pihak yang satu (less01) tanpa melepaskan hak
miliknya menurut hukum berkewajiban menyerahkan hak nikmat dari barang
itu, dari barang pihak lainnya (lessee). Sedangkan lessee berkewajiban
membayar ganti rugi yang memadai untuk menikmati barang tersebut tanpa
bertujuan untuk memi!ikinya Uuridchie eigendom) alas barang itu. "
Dari beberapa pengertian rumusan leasing di atas,. dapat disimpulkan
bahwa dalam pe1janjian leasing terdapat dua pihak yang saling mengikatkan diri,
yaitu:
I. Lessor, merupakan perusahan pembiayaan atau perusahaan sewa guna yang
telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangm1 dan melakukan kegiatan
sewa guna usaha.
2. Lessee, merupakan perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaan dari lessor.
6
B. Sejarah Perkembangan Leasing
Leasing adalah suatu bangunan hukum yang tidak lain merupakan
improvisasi dari pranata hukum konvensional yang disebut dengan "sewa-menyewa".
Hal ini merupakan bangunan tua dan sudah lama sekali ada dalam sejarah peradaban
manusia. Pranata hukum sewa-menyewa yang dikembangkan sebagai suatu ilmu
pengetahuan, telah terekam dalam sejarah, kurang lebih 4500 tahun SM. Yaitu
sewa-menyewa yang dikembangkan oleh bangsa Sumeria. 7
Dokumen leasing orang Sumeria yang dibuat dari tanah Iiat, mencatat
transaksi leasing mulai dari peralatan pertanian, hak-hak penggunaan tanah dan air,
sampai dengan lembu dan binatang-binatang lainnya. Temuan terakhir tahun 1984
menunjukan bahwa pendeta dari satu kuil pada masa itu telah melakukan transaksi
leasing (sebagai lessor) dengan para petani di wilayahnya (sebagai lessee).8
T.M. Tom Clark, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rodoni, mengatakan dalam bukunya yang be1judul "Leasing" menyebutkan bahwa dengan diciptakannya
kereta api maka ha! ini merupakan daya dorong yang kuat atas berkembangnya
leasing secara modern. Dimana pada tahun 1850 dicatat adanya perusahaan leasing
yang pertama yang menyewakan kereta.
Meskipun pada kenyataanya perusahaan tersebut tidak bisa bertahan cukup lama, namun ha! ini memberikan sumbangan serta dampak yang sangat berarti
7
Ibid, h. I I
18
kepada perkembangan pengangkutan barang-barang melalui kereta api. Di samping ha! tersebut, peristiwa ini merupakan suatu contoh terhadap sisiem pembayaran
. ·1 9
secara c1c1 an.
Berabad-abad lamanya leasing untuk barang pribadi tidak clikenal dalam undang-undang (common law) di lnggris sampai tahun 1284. Namun sejak awal tahun 1980-an mulai te1jadi peningkatan jenis barang yang dapat dijadikan objek leasing di lnggris. Di bidang industri pertanian, manufaktur dan transportasi membawa banyak jenis peralatan yang memungkinkan untuk clibiayai clengan cara leasing.
Di Amerika, transaksi leasing pribacli pertama clilakukan pada tahun 1970-an berupa kucla kereta. Kemucli1970-an jenis bar1970-ang y1970-ang dapat dl/easek1970-an bertarnbah
sejalan clengan bertambahnya jenis kebutuhan. Perkembangan leasing di USA tumbuh pesat dengan dilakukannya pembangunan jaringan rel kereta api di sebagian besar wilayah. Pembiayaan inclustri rel kereta api dilakukan dengan cara leasing mulai menawarkan kontrak leasing jangka pendek dan diakhir kontrak, objek leasing tersebut dikembalikan kepacla perusahaan leasing yang bersangkutan. Bentuk transaksi leasing tersebut merupakan awal climulainya istilah operating lease. 10
Perkembangan usaha leasing di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam . " b . b "J 11
t1ga iase se agai en mt:
9
Eddy P Soekadi, Mekanisme leasing, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), cet , ke-1, h. 18
"Ahmad Rodoni, Bank dan lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: Center for Social and
Economics Studies (CSES) Ed. Leet. I h. 74
11
1. Fase Pertama
Fase pertama merupakan fase pengenalan dari bisnis leasing di Indonesia
yang terjadi antara tahun 1971 sampai dengan tahun 1983. Fase ini ditandai
dengan dikeluarkannya beberapa peraturan yang khusus mengatur tentang
pranata hukum leasing tersebut.
2. Fase Kedua
Fase kedua merupakan fase pengembangan yang te1jac\i antara tahun 1984
sampai c\engan tahun 1990. Dalam fase ini, bisnis leasing cukup pesat
perkembangannya berbarengan dengan pesatnya pertumbuhan bisnis secara
keseluruhan di Indonesia
3. Fase Ketiga
Fase ketiga merupakan fase konsolidasi dari perkembangan leasing di
Indonesia, yang terjadi sejak tahun 1991 sampai sekarang. Pada periode ini
izin-izin pendirian perusahaan leasing yang sebelumnya agak diperketat
kemudian dibuka kembali
Kegiatan leasing (sewa guna usaha) diperkenalkan untuk pertama kalinya di
Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB)
Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep.
122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 clan No.30/Kpb/l/1974 tanggal 7 Februari
1974 tentang "Perijinan Usaha leasing". Sejak saat itu (klmsusnya tahun 1980)
jumlah perusahaan sewa guna usaha dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan
20
Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK No 650/MK/IV /5/1974 tanggal 6
Mei 197 4 ten tang penegasan ketentuan P'\i ak penj ualan dan besa!'nya bea meterai
terhadap usaha leasing.
Selanjutnya, dengan kebijakan deregulasi tanggal 20 Desember 1988 perusahaan pembiayaan di antaranya usaha leasing diatur dalam paket tersebut
dengan berlakunya paket kebijakan tersebut juga diperkenalkan istilah lembaga
pembiayaan yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat.
Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang
•
pembiayaan untuk keperluan I:iarang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah.
Pembiayaan disini dimaksud, jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang
modal seperti peralatan-peralatan kantor atau mobil dengan cara sewa atau dibeli
secara kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.
Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh suatu badan usaha yang berdiri
sendiri. Meski demikian, keterbatasan usaha leasing adalah tidak boleh melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam
memberikan atau memilih sasarannya jangan sampai bertentangan dengan jasa yang
diberikan oleh lembaga keuangan bank. 12
Dengan demikaian kegiatan usaha pembiayaan leasing bergerak dibidang
pembiayaan yang menyediakan keperluan barang-barang yang diinginkan oleh
nasabah/ masyarakat dengan cara menyewa barang tersebut atau dapat membeli
barang tersebut berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati. Dan nasabah tetap dapat
memiliki barang yang diinginkan.
C. Ketentuan -ketentuan Tentang Leasing
Dengan beberapa Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri yaitu,
Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Pengumuman dan
Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter Dalam Negeri, telah diatur kegiatan usaha
leasing di Indonesia agar tercipta adanya keseragaman pelaksanaan. Di samping
tujuan-tujuan lain yang tidak kalah pentingnya.
Beberapa ketentuan dimaksud antara lain sebagi berikut:
1. Perusahaan yang dapat melakukan usaha adalah:
a. Lembaga keuangan (non-bank) dapat melakukan kegiatan usaha leasing,
yang dapat dilakukan olehnya sendiri atau mendirikan anak perusahaan
(subsidiary).
b. Perusahaan asing yang akan berusaha di bidang leasing harus berbentuk
joint venture dengan pengusaha/ perusahaan nasional.
12
Kasmir, Bank dan lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
22
c. perusahaan ュ・Qセェ。ャ。ョォ。ョ@ kegiatan leasing dilarang memberi kredit/
pinjaman uang, mengeluarkanjaminan bagi pihak ketiga.dan usaha-usaha
perbankan lainnya, kecuali keuangan non bank yang telah diatur secara
tersendiri.
2. Barang-barang yang dapat dilease adalah:
a. Barang-barang yang dapat di/ease pada pnns1pnya harus dimiliki
perusahaan leasing di Indonesia dan diambil clari produksi clalam negeri.
Pengecualian hanya clapat clilakukan clengan persetujuan Menteri
Keuangan setelah menclengar pertimbangan clepartemen teknis yang
bersangkutan.
b. Dalam ha! barang-barang yang dilease tersebut clidatangkan clari luar
negeri, apabila clianggap perlu, maka barang tersebut oleh perusahaan
leasing yang bersangkutan clapat diekspor kembali 8etelah jangka waktu
leasing berakhir dengan syarat-syarat tersencliri.
3. Bidang usaha leasing
Biclang usaha leasing yang dapat dijalankan adalah
a. Perhubungan
b. lnclustri (manufacturing)
c. Pegusahaan hutan
d. Pertanian
f. Lain-lain yang ditetapkan kemudian dengan mendengar pendapat/
pertimbangan dari departemen teknis yang berkepentingm1.
4. Pengguna tenaga warga negara asing.
Pengusaha leasing dilarang memperke1jakm1 tenaga warga negara asing tanpa
persetujuan Menteri Keuangan. Perpanjangan penggunaan tenaga negara
asing
5. Harga lease
Yang dapat diperhitungakan sebagai komponen harga lease adalah:
a. Penyusutan dari barang modal yang dilease,
b. Bunga dari yang ditanam dalam modal yang dilease.
6. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga yang dapat diperhitungkan setinggi-tingginya 8%
setahun, di atas preme rate Bank Indonesia (yaitu suku bunga tertinggi kredit
likuiditas bank Indonesia yang pada waktu ini sebesar I 0% ).
7. Pembukuan
25-29
Pengusaha leasing cliharuskan mempunyai pembukuan yang baik serta
lengkap dan baru sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. 13
13
24
D. Telmik-Tehnik Pcmbiayaan Leasing
Dilihat dari jenis transaksi leasing, tehnik pembiayaan le<ising secara garis
besar dapat dibagi dalam dua kategori, yaitujinance lease clan operating lease.
1. Financial Lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik
barang modal tersebut melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan
barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa
guna usaha, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara
berkala dengan jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa atau nilai
residu (residual value) yang akan mencakup pengambilan harga perolehan barang
modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha. Tehnik finance lease biasanya juga disebut fill pay out leasing, yaitu
suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee, dengan
catatan bahwa:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atau objek leasing yang berupa
barang bergerak atau tidak bergerak yang memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut.
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesum
dengan jumlah jangka waktu ym1g disetujui jumlah yang dibayar tersebut
barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang clikeluarkan lessor dan
tingkat keuntungan (spraed) yang cliinginkan lessor.
c. Lessor clalam jangka waktu pe1janjian yang clisetujui ticlak clapat secara
sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebqt. Resiko
ekonomis tennasuk biaya pemeliharaan clan biaya lainnya yang
berhubungan clengan barang yang disewa tersebut ditanggung oleh lessee.
cl. Lessee pacla akhir kontrak memiliki hak opsi untuk rnembeli barang
tersebut sesuai clengan nilai sisa yang clisepakati atau mengernbalikan pada
lessor atau memperpanj ang rnasa sewa guna usaha sesuai dengan
syarat-syarat yang clisetuj ui bersarna.
e. Pembayaran berkala. pacla masa perpanjangan sewa tersebut biasanya jauh
lebih renclah clari angsuran sebelumnya.
Dalam praktiknya, finance lease clapat clibagi clalam beberapa bentuk
transaksi antara lain sebagai berikut: 14
a. Direct Finance Lease
Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal
atas permintaan clari leesee clan langsung disewagunausahakan kepada
leesee clan laese terlibat clalam proses pembelian barang modal clari
pemasok.
14
26
b. Sales And Lease Back
Pihak leesee menjual barang modalnya kepada lessoor untuk kemudian
dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka
waktu yang disepakati bersama. Metocle ini membantu leesee yang
mengalami kesulitan modal ォ・セェ。N@
c. Leveraged lease
Dalam proses sewa guna usaha ini, pihak yang terlibat adalah lessor,
leesee clan kreditor jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak
kreditor inilah yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam
pembiayaan. Kreclitor jangka panjang, biasanya lembaga keuangan
misalnya bank yang. menyecliakan pembiayaan sebesar 60%- 80% yang
disebut leverange debt wihout recoruse kepada pihak lessor. Apabila
pihak leseee mengalami default clan tidak mampu mengangsur, lessor
tidak ikut bertanggungjawab kepacla bank.
cl. Syndicated lease
Metocle ini te1jadi apabila pembiayaan sewa guna usaha clilakukan oleh
lebih dari satu lessor. Ke1ja sama antar lessor mi didasarkan pada
pertimbangan resiko atau objek leasing yang membutuhkan dana dalam
jumlah besar.
e. Vendor program
Vendor program aclalah suatu metode penjualan yang clilakukan oleh
akan membayar objek leasing kepada/ vendor dealer dan selanjutnya lesee
akan membayar angsuran secara preodik langsung kepada lessor atau
melalui dealer.
2. Operating Lease
Dalam tehnik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau lessor
membeli barang modal dan disewagunakan kepada lessee. Pembayaran periodik yang
dilakukan oleh lessee tidak mencakup biaya yang dikeluarka.n oleh lessor untuk
mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor mengharapkan
keuntungan dari per\iualan barang modal yang di sewa guna usahakan. Lessor dapat
juga memperoleh sumber penghasilan dari pe1:janjian sewa guna usaha yang lain.
Karena harapan keuntungan operating lease ini tergantung pada penjualan barang
yang sudah selesai disewagunakan, malrn lessor harus memiliki keahlian khusus
untuk mamasarkan kembali barang modal terse but. Selain itu lessor , biasanya
be1ianggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi,
pajak, maupun pemeliharaan barang modal yang bersanglrntan. Apabila dalam
finance lease, lessor tidak dapat melakukan pembatalan kontrak masa sewa guna
usaha selama jangka waktu leasing (cancellable ). Operating lease dapat juga disebut
leasing biasa yaitu suatu pe1:janjian kontrak antar lessor dengan lease, clengan catatan
bahwa:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lesee
untuk digunakan jangka waktu relatif lebih pendek clari umur ekonomis
28
b. Lessee alas penggunaan barang modal tersebut, mernbayar sejumlah sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak ineliputi jumlah
keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini disebut non fi11/ pay out lease.
c. Lessor menaggung segala resiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harns mengembalikan objek leasing pada lessor e. Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
(cancellable). 15
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam proses pemberian fasilitas leasing aclalah sebagai berikut:
a. Lessor, merupakan perusahan leasing mernbiayai keinginan para nasabahnya merupakan untuk memperoleh barang-barang modal.
b. Lessee, adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
c. Supplier, yaitu peclagang yang menyediakan barang yang akan dileasingkan sesuai pe1janjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.
d. Asurausi, merupakan perusahaan yang menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi clan
apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan pe1janjian terhadap barang yang dileasingkan. 16
E. Mekanisme Leasing
Telah diuraikan sebelumnya bahwa pihak-pihak yang tersangkut clalam
kontrak leasing adalah: lessee, lessor, supplier, perusahaan asuransi. Adapun prosedur
dari mekanisme leasing yang menyangkut pihak-pihak tersebut di atas, secara garis
besarnya dapat diuraikan sebagi berikut: Lessor
Lesse Supplier
Keterangan gambar
1. Lesee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang
spesifikasi harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang
yang akan disewa.
2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Dalam ha! ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak
mengikat dari lessor. Dalam quotation terclapat 'yarat-syarat pokok
pembiayaan leasing, antara lain: keterangan barang, l1arga barang, cash
16
I<as1nir, Bank dan le1nbaga Keuangan lainnya, (Jakarta: P1' Raja Grafindo Persada,
30
security deposit, residual value, asuransi biaya administrasi, jarninan uang
sewa (lease rental), dan persyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor rnengirimkan letter of offer atau comittment letter kepada lessee yang
bersifat syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang
modal yang dibutuhkan lessee menanclatangani clan mengembalikannya
kepada lessor.
4. Penanclatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan clipenuhi lessee
climana kontrak tersebut mencakup hal-hal: hak milik, jangka waktu, jasa
leasing, opsi bagi lesse, penutupan asuransi, tanggung jawab alas objek
leasing, perpajakan, jaclwal pembayaran angsuran sewa clan sebagainya.
5. Pengirirnan order beli kepacla pernasok clisertai intruksi pengirirnan barang
kepacla lessee sesuai clenagan tipe clan spesifikasi barang yang telah clisetujui.
6. Pengiriman barang clan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menanclatangani surat tancla terima clan perintah bayaran yang selanjutnya
cliserahkan kepacla pemasok.
7. Penyerahan clokumen oleh pemasok kepacla lessor termasuk faktur clan
bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pernbayaran oleh lessor kepacla pemasok.
Pembayaran oleh sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepacla
lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang
F. Tahap-tahap perjanjian leasing
Pada suatu transaksi leasing minimal terdapat tiga piliak yang terlibat
yaitu lessor, lessee dan supplier. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa lessor
hanyalah pemilik barang secara hukum sedangkan lessee adalah pihak yang
memperoleh manfaat secara ekonomis atas sebuah barang modal yang dipe1janjikan
dalam sebuah kontrak leasing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram berikut:
I)
negosiasi
2)
Supplier 1-lak pemilikan
barang
VIセ@
_,,.,, I-Iarga barang3)
Lessee
Kontrak 8)
leasing
9)
Periode
Nilai sisa I 0)
I. Supplier
Yaitu pabrik penghasil barang, dealer atau distributor dari barang yang
dibutuhkan oleh lessee. Kemudian supplier ini meminta agar lessor membuat
suatu surat pesanan (purchase order) yang mana lessor ini nantinya sebagai
32
2. Lessee
Yaitu pihak yang akan rnernakai barang yang di-lease-kan. Lessee ini adalah
rnerupakan pernilik barang secara ekonomis clan ia pula bertanggungjawab
atas perawatan barangnya, asuransi dan hal-hal yang berkenaan clengan
pengoperasian barang tersebut.
3. Lessor
Adalah pihak yang memiliki barang, yang memiliki obyek pe1janjian leasing.
4. Kontrak leasing
Yaitu kontrak yang clilakukan antara lessor clan lessee yang rnerupakan
landasan hukum atas perjanjian leasing yang telah clisepakati bersarna.
5. Barga barang
Yaitu merupakan harga final yang telah clinegosiasikan antara lessee clan
supplier clan juga merupakan harga yang clibayar oleh lessor kepacla supplier.
6. Hak pemilik barang
Hak ini mulai clilimpahkan kepacla lessor pacla saat pembayaran telah
dilakukan.
7. Pembayaran rental
Pembayaran ini dilakukan berdasarkan bulanan, kuartalan, ataupun lengah
tahunan (semester) atas penggunaan barang selama masa pe1janjian leasing.
Merupakan masa berlangsungnya perjanjian leasing yang telah disetujui
bersama antara lessor dan lessee. Pertimbangan yang dilakukan untuk
menentukan masa periode leasing ini ditentukan berdasarkan hal-hal:
a. Masa manfaat penggunaan barang tersebut sesuai de:ngan umur rata-rata barang tersebut.
b. Lokasi dimana barang tersebut ditempatkan. c. Pertimbangan keadaan cashflow daripada lessee 9. Nilai sisa.
Berdasarkan nilai s1Sa yang telah disetujui bersama (menurut peraturan besarnya nilai sisa nominal adalah I 0% dari harga barang tersebut) maka lesee mempunyai hak untuk rnembeli barang tersebut.
Di dalam pralctek terdapat beberapa cara untuk melalcsanakan kontrak leasing antara lessor dan lessee. Lessee biasa melakukan pesanan barang kepada dealer atau distributor atau juga lessee memberi data-data mengenai barang kepada lessor untuk kemudian lessor melakukan pesanan kepada supplier yang telah clitunjuk oleh lessee. 17
17
BAB III
KEDUDUKAN LEASING DALAM EKONOMI ISLAM
A. Sejarah dan Pengertian Leasing Menurut Ekonomi Islam
Dalam ekonorni Islam leasing clikenal clengan sebutan ijarah. Konsep sewa mulai berkernbang clan clijaclikan sebagai faktor bisnis cliawali ketika masa hayat nabi. Konclisi tersebut kemuclian clikembangkan ketika masa Kholifah Umar bin K.hatab. Konsep sewa climulai ketika aclanya sistem pembagian tanah clan aclanya langkah revolusioner clari Umar bin Khatab yaitu melarang pemberian tanah bagi kaurn rnuslimin di wilayah yang clitaklukan, clan sebagai alternatif aclalah
membucliclayakan tanah berclasarkan pembayaran kharaz clan jizyah. Menurut
Ricardo, sewa aclalah bagian basil tanah yang dibayarkan kepada tuan tanah untuk penggunaan kekayaan tanah asli clan tanah tersebut tidak rusak.
Karena zaman semakin berkembang, maka tidak acla alasan lain untuk menganggap bahwa sewa hanya dipautkan tanah saja. Satuan klrnsus faktor produksi tenaga kerja, modal, clan kewirausahaan dapat memperoleh sewa. Dari suclut pandang hukum Islam, tampaknya pembayaran sewa tidaklah be1ientangan dengan etika clan ekonomi Islam, karena adanya perbeclaan besar antara sewa clan bunga. Sewa adalah atas tanah atau harta benda seclangkan bunga alas modal, yang mempunyai potensi untuk clialihkan rnenjadi harta bencla atau kekayaan apa saja.1
1 Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah Perspektif
Bank syariah dapat mengoperasikan leasing, baik operational lease maupun
financial lease. Akan tetapi, pada umumnya bank-bank syariah lebih banyak
melaksakan financial lease with purchase option atau ijarah rnuntahiyah bittamlik.
Hal ini clisebabkan skema ini lebih sederhana dari sisi pembukuan serta tidak
clirepotkan oleh beban perneliharaan asset. Ditinjau clari ha! tersebut, ijarah lebih
sering clipakai untuk pembiayaan inveslasi dan customer loan. 2
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna) bukan
peminclahan kepemilikan (hak milik). Sehingga pada dasarnya prinsip ijarah sama
saja dengan prinsip jual beli, tapi perbeclaanya terletak pacla objek transaksinya. Bila
pada jual beli objek transaksinya barang, pada ijarah, objek transaksinya adalah
barang clan jasa.
Pada dasarnya ijarah cliclefinisikan hak untuk memanfaatkan barang clan
jasa dengan membayar imbalan tertentu. Menurut ketua Dewan Syariah Nasional
(DSN) ijarah adalah akacl pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa upah tanpa cliikuti' dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sencliri. Dengan demikian clalam akacl ijarah
ticlak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpinclahan hak guna, clari yang
menyewakan kepada penyewa.3
2
Muhamad Syafi'i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta:Gema Insani
Press,200I)h. 174
3
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo
36
!jarah berasal dari kata al- ajru yang berarti (ganti). Menurut penge11ian
syara', al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengarnbil manfaat dengan jalan
penggantian. Jadi al-ijarah adalah akad pemindahaan hak guna atas barang atau jasa
rnelalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownershiplmalikiyyah) atas barang itu sendiri4
Adapula yang mengatakan bahwa ijarah adalah ijarah pure leasing yakni
pemberian kesempatan kepada penyewa untuk mengambil kemanfaatan dari barang
sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati
bersama.5
Beberapa rnazhab rnengartikan ijarah sebagaimana dikutip dari buku Ali
Hasan scbagai bcrikut:6
I. Mazhab Hanafiyah rnendefinisikan sebagai berikut:
Artinya : Akad at as suatu kemanfaatan dengan pengganti _.
2. Menurut Asy-Syafi'iyah mendefinisikan sebagai berikut:
4
Muha1nad Firdaus, dkk., Cara A1udah 1\1/a11u1ha111i Akad··Akad Lセカ。イゥ。OᄋQ@ (Jakarta:
Renaisan, 2005), cet. Ke-I h. 38
5
Karnaen Perwaatmadja dan Muhamad Syafi'i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam
(Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1992), cet. Ke-I, h. 27
6 Ali l-lasan, Berbagai
1\!laca111 Transaksi dalan1 !slan1, (.Jakarta: PT Raja Grafindo
Artinya: Akad atas suatu kamanfaatan yang mengandung maksudtertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
3. Menurut ulama Malikiyah mendefinisikan sebagai berikut:
J'
yu.i
j.\..._.,o.\.,o a_,._
Ly. セ@e \.:_.,
..:.ill
Artinya: Menjadikan miliki suatu kemar!faatan yang mubah dalam ivaktu tertentu dengan pengganti.Menurut jumhur Ulama Fiqh berpendapat bahwa ijarah adalah menjual
manfaat clan yang boleh clisewakan aclalah manfaatnya bukan benclanya. Oleh karena
itu, mereka melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk
diambil susunya, sumur untuk diarnbil airnya, clan lain-lainnya. 1-lal tersebut
clikarenakan rnengambil bukan manfaatnya, tetapi benclanya. 7
Menanggapi pcnclapat cliatas, Wahbah al- Zuhaili mcngutip penclapat lbnu
Qayyim clalam !'lam al-Muwaqi 'in bawa rnanfaat sebagai asal. ijarah sebagaimana
ditetapkan ulama fiqh aclalah asal fas id (rusak), sebab ticlak acla landasannya, baik
clari Al-Quran, As-Sunnah, ijma' maupun qiyas yang shahih. Menurutnya, benda
yang mengeluarkan suatu manfaat sedikit demi seclikit, asalnya tetap acla, misalnya
pohon yang mengeluarkan buah, pohonnya tetap ada clan dapat dihukurni manfaat.
Sebagairnana clibolehkan clalam wakaf untuk mengarnbil rnanfaat clari sesuatu atau
sarna juga dengan barang pinjarnan yang diambil rnanfaatnya. Dengan demikian,
7
Ibn Abidin, Radd Al-Mukhtar, juz IV, h. 110. Sebagima.na dikutip dalarn buku,
38
sama saja antara arti manfaat secara umum dengan benda yang rnengeluarkan suatu
manfaat sedikit demi sedikit, tetapi alasannya tetap ada. 8
Dengan rnernperhatikan bahwa rnasyarakat di Indonesia rnayoritas muslim
dan dengan adanya undang-undang No. I 0 Tahun 1998 malrn Bank Indonesia
mengizinkan Bank Syariah untuk beroprasi secara optimal sejalan dengan prinsip
Al-Qur'an dan Hadis. dalam pemaparan diatas mengenai ijarah bahwa semua benda yang
dapat diambil manfaatnya dengan tetap zatnya sah untuk disewakan. ketiga ulama
ulama Syafi'i, ulama Hanafi clan ulama Maliki bahwa suatu manfaat dengan
pengganti
B. Landasan Hukum dan pcraturan tentang I.iarah
I. Landasan Hukum
Hampir semua ulama ahli fiqh sepakat bahwa ijarab disyariatkan dalam
Islam. Adapun golongan yang tidak menyepakatinya, seperti Abu Bakar al-Asham,
Ismail ibn Aliah, Hasan Bashri, al-Qasyani, Nahrawi, dan Ibn Kaisan. Mereka
beralasan bahwa ijarah adalah jual-beli kemanfaatan, yang tidal< clapat clipegang
(ticlak acla). Sesuatu yang ticlak acla, tidak dapat clikategorikan jual-beli. Dalam
menjawab panclangan ulama yang tidak menyepakati Uarah tersebut, Ibn Rusyd
berpendapat bahwa kemanfaatan walaupun tidak berbentuk, dapat dijadikan alat
8
lbn Qayyim, !'lam al- Muwaqi 'in, juz, h. I 5. Sebagaimana dikutip dalam Rahama!
pembayaran menurut kebiasaan (aclat).9 Jumhur ulama berpenclapat bahwa ijarah
clisyaratkan berclasarkan Al-Qur'an, As-Sunah.
a. Al-Qur'an
Artinya: jika meraka menyusui (anak-anak) untukmu, berikanlah mereka
upahnya_(QS Thalaq: 6)
b. As-Sunnah
.... .-'. } "' c ,.. 0 :»
Zゥセォ」@
J.
セ@
;}
セI@
gᄋセgM
セZゥャャ@
.,V)i
;}
セH[jゥ@
gセgM
J.
liii
セセ@
セ@ セヲ@ セ@
r£f
J.--4j
J.
セ@
Ji
セwZM
8:G-
セLQᄋ@
ii
,,. ,,. .... .... ,.. ,.. ,.. ,.. ,.. ,,.
,, ,.. 'f. ..-o ) t (fi / J,,, :;;:, J,,, .... ,.. ,, ,, ,..
fl
セ[LNゥ@
セ|jゥ@
ifol
fk)
セ@
.\iJi
J.¢
.\iJi
jセセ@
jセ@
jセセ@
, , ",,,, セ@ ,,_o'f.
(A.>.-L.
..:r.i oiJJ)
セ@/'
セ@0i
,
Artinya: Berikan uaphnya sebelum keringatnya mengering_.(HR. Ibn Majah clari Ibn Umar)
.... ,,. ' (. '£ ,, ,, j. .... ;! ,, ,, .... ..- ,.. "f_
セ@
.)c:.;_
セ@
セ@
セ@
.\iJi
セ@
lSGi
jセ@
04'- Lrt.;1
jセ@
セゥN[⦅@
;}J.::.;,,_',,
|ェセゥ@
,:< ,, .... ,:<,..
11
(tsWi oiJJ)·
;;,.f
WS-li1?f
0?.Si
ゥセャ@ jセ@ セセ@
y!f
セ@ セゥ[Nャ@
,;:; ,,. ,, ,, ,,
Artinya: Apabila kamu meminta jasa buruh, beri tahukanlah upahnya. (HR. An-Nasa'i)
9
Ibn Rusyd, Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah a/-Muqtashid, juz II, him. 218
sebagaimana dikutip dalam Rachmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), Cet
Ke-2 h. 123
'°CD Had is al- syarifkutup al-tis 'ah, imam ibn majah, sunan ibn majah, kitap
al-ahkam, bah ajra, No hadis 2434. 11
Ibid, iman1 al-nasai, sunan a!-nasa 'J, kitap al-abnan lva al-nudzur. Bab kitab
40
2. Peraturan-Peraturan tentang I,jarah
Kegiatan penyaluran dana dalarn bentuk pernbayaran berdasarkan
'·
ijarah untuk transaksi sewa rnenyewa berlaku persyaratan paling kurang sebagai
berikut:
a. Bank dapat rnernbiayai pengadaan objek sewa berupa barang yang telah
dimiliki bank atau barang yang diperoleh dengan menyewa dari pihak lain
untuk kepentingan nasabah berdasarkan kesepakatan;
b. Objek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi
secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk pernbayaran sewa
danjangka waktunya;
c. Bank wajib menyediakan barang sewa, menjamin pemenuhan kualitas
rnaupun kuantitas barang sewa serta ketetapan waktu penyediaan barang
sewa sesuai kesepakatan
d. Bank wajib rnenanggung biaya pemeliharaan barang/ asset sewa yang
sifatnya materil dan struktural sesuai kesepakatan;
e. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk mencarikan barang yang
akan disewa oleh nasabah;
f. Nasabah wajib membayar sewa secara tunai. meitjaga keutuhan barang
sewa, dan menanggung biaya pemeliharaan barang sewa sesuai dengan
g. Nasabah tidak bertanggungjawab atas kerusakan barang sewa yang te1jadi
bukan karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian nasabah; 12
C. Prinsip, Rukun dan Syarat Ijarah
1. Prinsip sewa dan sewa beli
Sewa (ijarah) dan sewa-beli (ijarah wa iqtina' ata.u ijarah muntahiyah
bit tamlik) oleh para ulama dianggap model pembiayaan yang clibenarkan oleh para
ulama dan dianggap sebagai model pembiayaan yang dibenarkan oleh Syariah Islam.
Model ini secara konvensional dikenal sebagai operating lease dan financing lease.
Al- ijarah atau sewa adalah kontrak yang melibatkan suatu barang (sebagai harga)
dengan jasa atau manfaat atas barang lainnya. Penyewa dapat juga diberi opsi untuk
memiliki barang yang disewakan tersebut pada saat sewa selesai, dan kontrak ini
disebut ijarah wa iqtina' atau ijarah muntahiyah bit tamlik, di rnana akad sewa yang
terjadi antara bank (sebagai pemilik barang) dengan nasabah (sebagai penyewa)
dengan cicilan sewaan sudah termasuk cicilan pokok harga barang, 13 atau sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan penyewa sifat kepemilikan ini pula
yang membedakan dengan ijarah biasa.14
12 Hin1punan Ketentuan
Perbankan Syari'ah Indonesia
13
Zainul Arifin, Dasar-Dasar ll4anajen1e11 Bank S))ariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2005) Cet. Ke-3, h. 25
14
M. Syafi'i Antonio, Bank Syariah sualu pengenalan un1u111, (Jakarta: ·razkia lntitute,
42
Dilihat dari segi objeknya ijarah dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu ijarah yang bersifat manfaat dan ijarah yang bersifat pekerjaan:
I. ljarah yang bersifat manfaat, seperti sewa menyewa rumah toko,
kendaraan, pakaian (pengantin ), dan perhiasaan.
2. Ijarah yang bersifat peke1jaan, ialah dengan cam mempeke1jakan
seseorang untuk melakukan. Ijarah semacam ini dibolehkan seperti buruh
bangunan, tukang jahit, tukang sepatu, clan lain-lain. Yaitu ijarah yang
bersifat kelompok (serikat). Jjarah yang bersifat pribadi juga dapat
dibenarkan seperti menggaji pembantu rumah, tukang kebun dan satpam.15
2. Rukun dan syarat ijarah
Menurut Ulama Hanafiah, rukun ijarah itu tcrdiri dari ijab (\lngkapan
menyewakan) clan qabul (persetujuan terhaclap sewa-menyewa). Akan tetapi
jumhur ulama mengatakan bahwa rukun ijarah acla empat yaitu:
a. Orang yang berakad
b. Sewa/imbalan
c. Manfaat
cl. Shigat ( ijab-qabul)
Sedangkan syarat-syaratnya:
a. Untuk keclua yang berakacl (al-muta ·aqidain), menurut ulama Syafi'iyah
clan Hanabilah, clisyaratkan telah baligh clan berakal .
15
Ali Hasan, Berbagai 111aca111 Transaksi dalan1 Js/an1, (Jakarta : Pl'.Raja Grafindo
b. Kedua belah pihak yang berakad rnenyatakan kerelaanya untuk melakukan
akad ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa · melakukan akad
itu, maka akadnya tidak sah.
c. Manfaat yang rnenjacli objek ijarah harus cliketahui secara sempurna,
sehingga ticlak muncul perselisihan di kernuclian hari. Apabila manfaat
yang akan rnenjacli objek ijarah itu ticlak jelas, rnaka akaclnya tidak sah.
Kejelasan manfaat itu bisa dilakukan clengan menjelaskan berapa lama
rnanfaat di tangan penyewa. Dalam rnasalah penentuan waktu sewa ini,
ulama Syafi'iyah memberikan syarat yang ketat.
d. Objek ijarah itu boleh cliserahkan clan clipergunakan secara langsung dan
tidak bercacat. Oleh .sebab itu, para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa
ticlak boleh menyewakan sesuatu yang ticlak boleh diserahkan clan
climanfaatkan langsung oleh penyewa.
e. Objek ijarah itu sesuatu yang clihalalkan oleh syara'
f. Yang clisewa itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa
g. Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, seperti rumah,
mobil, dan hewan tunggangan. Karena itu ticlak boleh clilakukan akacl
sewa menyewa terhaclap sebatang pohon yang akan, tertentu clan sesuatu
yang benilai hmia. Ularna Hanafiyyah mengatakan upah/sewa tidak
sejenis dengan manfaat yang disewa. Akan tetapi jumhur ulama ticlak
dimanfaatkan penyewa sebagai penjemur kain cucian, karena akad pohon
44
h. Upah/sewa dalam akad ijarah harus jelas menyetujui syarat ini, karena
menurut mereka antara sewa dengan manfaat yang disewakan boleh
sejenis, seperti yang dikemukakan ulama Hanafiyah.1''
Ijarah dibolehkan oleh ulama karena menyewakan sesuatu dengan tetap
bendanya dan dapat digunakan manfaatnya. Dan bank memberikan pilihan kepada nasabah, apakah nasabah ingin memiliki barang tersebut atau memperpanjang masa
sewa sesuai dengan kesepakatan. Dan objek barns diketahui secara sempurna oleh
nasabah oleh nasabah agar tidak ada penyesalan dikemudian hari. Dan apabila pihak
bank tidak memberitau keberadaan barang kepada nasabah maka akadnya tidak
sah.atau bisa dikatakan sumuanya harus jelas.
D. Sistem Transaksi Ijarah
Dalam sistem transaksi ini yang akan dibahas ialah mengenai tata cara
bagaimana manusia melakukan transaksi sewa menyewa yang dikehendaki, yang
sesuai dengan syariat Islam. Dimana di dalarnnya terdapat berbagai peraturan yang
harus dipatuhi seperti syarat-syarat dan rukunnya. Sebab sebagai suatu transaksi
umum, ijarah baru dianggap sah apabila telah mernenuhi rukun clan syaratnya,
sebagaimana yang berlaku secara umum clalam transaksi lainnya.
Seperti telah clijelaskan pada pengertian ijarah yang lalu, yakni climana sistem transaksi ini aclalah sistem yang menggunakan akacl (kontrak) clahm suatu
16 Nasrun 1-Iaroen, Fiqh li1uan1a/ah, (Jakarta: Gaya Media
Prataira, 2000), Cet. K.e-1, h.
pengertian manfaat, maka agar lebih mudah clifahami bahasanya, alangkah lebih baiknya penulis terangkan clahulu apa yang dinamakan clengan kontrak (akad