• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII MTS Miftahul Umam Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013 / 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII MTS Miftahul Umam Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013 / 2014"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

SOFIYAH NIM 1811013000011

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “ Analisis Kalimat Efektif dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII MTs. Miftahul Umam, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Dalam menyusun karangan/tulisan sering penulis kurang memperhatikan penggunaan kalimat yang ditulisnya apakah sudah efektif atau belum. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat siswa kelas VIII MTs. Miftahul Umam Pondok Labu dalam membuat karangan deskripsi ditinjau dari aspek keefektifan kalimat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII MTs. Miftahul Umam, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014?”

Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu menyampaikan pikiran atau gagasan penulisnya sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Kalimat efektif mampu membuat pendengar/pembaca memahami dan memaknai apa yang dimaksud penulis dalam menyampaikan informasinya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan karangan siswa lalu menganalisis bentuk-bentuk kesalahannya. Data penelitian ini yaitu karangan deskripsi sebanyak 25 karangan. Bentuk penyajian data yang dilakukan adalah dalam bentuk tabel dan pengkodean nama siswa dengan menggunakan huruf abjad dan kesalahannya menggunakan angka.

Hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi belum mengarah pada keefektifan kalimat, karena ketujuh syarat untuk mencapai kalimat yang efektif tidak terpenuhi. Dari 25 karangan deskripsi siswa, ditemukan banyak kesalahan. Yaitu ditemukan 31 kesalahan pada aspek kepaduan, 22 kesalahan pada aspek

kehematan, 19 kesalahan pada aspek kesepadanan struktur, 12 kesalahan pada aspek kelogisan, 9 kesalahan pada aspek kecermatan, 2 kesalahan pada aspek

keparalelan, dan 1 kesalahan pada aspek ketegasan.

(6)

ii

Program, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Thesis title “Analysis of Effective Sentences in Essay Description of Student MTS. Miftahul Umam grade VIII, Pondok Labu, Cilandak, South Jakarta academic year 2013/2014”.

In writing essay/article the writer often pay less attention to the use of written sentences whether it is already effective or not. In general this study is purposed to describe the error forms of the use of sentences student MTS. Miftahul Umam Pondok Labu grade VIII in writing essay description in review to the effectiveness of the sentences aspects.

The problem formulation in this research is “How is the error forms of effective sentence in essay description of Student MTS. Miftahul Umam grade VIII, Pondok Labu, Cilandak, South Jakarta academic year 2013/2014”

Effective sentence is a sentence that able to express the writer ideas/ thoughts so it can be understand by the reader. Effective sentence can make the listener/reader understand and interpret what the writer means in communicate the information. The method that is used in this research is qualitative descriptive method. Data collection technique is performed by collecting student essays then analyzed the essay error forms. The data research is essay description as many as 25 essays. The form of data presentation is performed in the form of tables and encoding student’s name by using alphabet and the errors using numbers.

By the results of the research that is conducted, the writer concludes that the use of effective sentences in the essay description has not led to the effectiveness of the sentences, because the seven requirements to achieve the effective sentences largely not fulfilled. From the 25 students essay description, found many errors, it is found 31 errors in cohesion aspect, 22 errors in effectiveness aspect, 19 errors in equivalence structure, 12 errors in logicality aspect, 9 errors in the accuracy aspect, 2 errors in parallelism aspects, and 1 error in firmness aspect.

Keywords: effective sentences and essay description.

(7)

iii

SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kalimat Efektif dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII MTs. Miftahul Umam, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa berbagai kesulitan penulis alami. Namun, berkat adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil, kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurlena Rifai, M.A, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Didin Syafruddin, M.A., Ph. D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dindin Ridwanuddin, Ketua Pengelola Program Dual Mode Sistem UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

iv

9. H. M. Nurkholily, S.Pd.I, kepala Madrasah Tsanawiyah Miftahul Umam beserta segenap guru dan karyawan serta siswa-siswi yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya pada saat penelitian.

10.Suami dan anak-anakku tercinta yang tiada henti memberikan dukungan, semangat, doa, kasih sayang, dan cintanya.

11.Sahabat-sahabatku yang senantiasa bersama dalam suka maupun duka: Bu Supriyatin, Bu Titin Nuryatin, Bu Sulastri, Bu Maryati, Bu Devi, dan semua angkatan 2011 khususnya kelas DMS PBSI.

12.Baba, Emak, Kakak, dan adikku yang selalu mendukung dan memberikan semangat dan doa yang tulus kepada penulis dalam menuntut ilmu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT meridhoi dan mencatat sebagai ibadah di sisi-Nya. Amin.

Jakarta, 29 November 2014 Penulis

Sofiyah

(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pengertian Kalimat Efektif ... 7

1. Pengertian Kalimat ... 7

2. Kalimat Efektif ... 8

3. Ciri-ciri Kalimat Efektif ... 9

B. Pengertian Mengarang ... 16

1. Fungsi Mengarang ... 17

2. Tujuan Mengarang ... 18

3. Jenis-jenis Karangan ... 18

C. Karangan Deskripsi ... 20

(10)

vi

C. Metode Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Teknik Pengolahan Data ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Sumber Data ... 29

H. Penyajian Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 31

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 35

C. Pembahasan ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90 UJI REFERENSI

(11)

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat. Tidak ada masyarakat di mana pun mereka tinggal yang tidak memiliki bahasa. Bagaimanapun wujudnya setiap masyarakat memiliki bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan maksud, tujuan, maupun ide-ide yang terdapat dalam pikiran dan persaannya kepada orang lain dengan cara lisan maupun tulisan

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa yang baik dan benar, diperlukan dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa. Pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Oleh karena itu, pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan kepada siswa pada setiap jenjang pendidikan, yakni dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi membantu peserta didik untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif.

Menciptakan efek berkomunikasi yang baik diperlukan empat ranah keterampilan berbahasa yaitu: keterampilan menyimak (listening skills),

keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills),

dan keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan membaca diperlukan dalam membuka cakrawala wawasan dan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan berbicara dan menyimak sangat diperlukan dalam membina komunikasi lisan dengan orang lain, sedangkan keterampilan menulis diperlukan dalam mengungkapkan dan mempublikasikan gagasan-gagasan serta ide pikiran dalam bentuk tulisan.

(12)

Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dipelajari adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis berbeda dengan keterampilan berbahasa yang lain, karena menulis merupakan bentuk komunikasi yang satu arah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang besar pengaruhnya dalam meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik, karena dengan menulis peserta didik akan mampu mmengungkapkan gagasan dan pemikirannya dalam suatu kerangka berpikir yang logis dan sistematis serta membantu peserta didik untuk berpikir sacara kritis.

Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilankhusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.1

Dalam kehidupan modern ini, ketrampilan menulis sangat dibutuhkan karena tidak menutup kemungkinan menulis bisa memberikan keuntungan bagi para pelakunya. Dengan menghasilkan sebuah tulisan yang menarik maka siswa dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri kelak jika ia sudah menyelesaikan jenjang pendidikannya, terlebih lagi jika tulisannya tersebut dapat menguntungkan banyak pihak. Namun pelatihan menulis yang kurang diberikan oleh guru dan kebiasaan mencatat bahan pelajaran dari papan tulis yang tidak ditambahkan parafrase mengakibatkan siswa sulit untuk mengembangkan tulisannya. Salah satu yang sering kita temukan adalah susahnya memulai untuk menulis, mereka pun susah untuk menentukan topik tulisan karena selama ini hanya melihat contoh tanpa diberi kesempatan untuk melahirkan sebuah tulisan yang berkualitas.

Perkembangan teknologi juga ikut berperan terhadap kendala siswa menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Banyak siswa menggunakan bahasa yang tidak baku, menuliskan kata yang tidak hemat, mereka pun sering menggunakan bahasa dalam penulisan pesan singkat yang beredar dikalangan remaja. Kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan adalah pilihan kata atau

(13)

diksi, kosa kata, dan kata depan. Kemalasan juga menjadi kendala yang besar saat seseorang mencoba untuk menulis. Siswa malas untuk berpikir dan mencari ide-ide baru yang dapat mereka tuangkan dalam tulisan.

Salah satu bentuk keterampilan menulis yang penting dimiliki oleh peserta didik adalah keterampilan menulis kalimat efektif dalam karangan deskripsi. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Kalimat yang benar haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Artinya kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat); memperhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memiliki kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.

Dalam penggunaan bahasa tulis, kalimat efektif menjadi unsur pengungkap gagasan yang penting dan strategis. Kalimat efektif menjadi unsur yang berguna untuk menghindari kesalahan pemahaman pembaca. Sebab kesalahan pemahaman itu tidak dapat dikendalikan, karena pembaca tidak berhadapan dengan penulis, pembaca hanya dihadapkan dengan teks tulis. Hal ini dapat mengakibatkan apa yang ingin disampaikan oleh seseorang berbeda dengan apa yang diterima oleh pembaca atau pendengar. Berdasarkan hal tersebut sangatlah penting penggunaan kalimat efektif dalam karangan atau tulisan.

(14)

efektif dapat menunjang sebuah paragraf dalam karangan menjadi karangan yang baik, terutama dalam membuat karangan deskripsi.

Deskripsi merupakan bentuk karangan yang hidup. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindra seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Karangan deskripsi bukanlah karangan yang asing lagi untuk siswa MTs, siswa sering mendengar, menjelaskan, atau diminta menggambarkan perasaan, wujud, rupa, rasa, bau, atau suara sesuatu hal secara hidup dan meyakinkan dalam bentuk tulisan. Namun ketidakpahaman dalam membuat kalimat yang efektif menjadi kendala dalam membuat karangan yang baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan penelitian dengan judul Analisis Kalimat Efektif dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII MTs. Miftahul Umam, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

1. Rendahnya pemahaman siswa mengenai kalimat efektif.

2. Rendahnya pemahaman siswa mengenai ciri-ciri kalimat efektif. 3. Kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa. 4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis deskripsi.

5. Guru tidak variatif dalam mengajarkan paragraf deskriptif.

C. Pembatasan Masalah

(15)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan menjadi “Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII di MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk:

Mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII di MTs. Miftahul, Umam Pondok Labu, Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Manfaat teoretis

a. Untuk pengayaan keilmuwan bahasa terkait dengan kalimat efektif. b. Untuk menambah pengetahuan guru dalam ilmu menulis deskripsi.

c. Untuk menambah khasanah tentang penyebab kesalahan kalimat efektif dalam karangan deskripsi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru

(16)

b. Bagi siswa

Dapat memperdalam pemahaman penggunaan kalimat efektif sehingga dapat meminimalisasi kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi yang pada akhirnya siswa akan terbiasa berpikir logis dan sistematis.

c. Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui kemampuan menulis siswa.

d. Bagi peneliti

(17)

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat. Tidak ada masyarakat di mana pun mereka tinggal yang tidak memiliki bahasa. Bagaimanapun wujudnya setiap masyarakat memiliki bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan maksud, tujuan, maupun ide-ide yang terdapat dalam pikiran dan persaannya kepada orang lain dengan cara lisan maupun tulisan

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa yang baik dan benar, diperlukan dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa. Pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Oleh karena itu, pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan kepada siswa pada setiap jenjang pendidikan, yakni dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi membantu peserta didik untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif.

Menciptakan efek berkomunikasi yang baik diperlukan empat ranah keterampilan berbahasa yaitu: keterampilan menyimak (listening skills),

keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills),

dan keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan membaca diperlukan dalam membuka cakrawala wawasan dan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan berbicara dan menyimak sangat diperlukan dalam membina komunikasi lisan dengan orang lain, sedangkan keterampilan menulis diperlukan dalam mengungkapkan dan mempublikasikan gagasan-gagasan serta ide pikiran dalam bentuk tulisan.

(18)

Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dipelajari adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis berbeda dengan keterampilan berbahasa yang lain, karena menulis merupakan bentuk komunikasi yang satu arah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang besar pengaruhnya dalam meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik, karena dengan menulis peserta didik akan mampu mmengungkapkan gagasan dan pemikirannya dalam suatu kerangka berpikir yang logis dan sistematis serta membantu peserta didik untuk berpikir sacara kritis.

Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilankhusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.1

Dalam kehidupan modern ini, ketrampilan menulis sangat dibutuhkan karena tidak menutup kemungkinan menulis bisa memberikan keuntungan bagi para pelakunya. Dengan menghasilkan sebuah tulisan yang menarik maka siswa dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri kelak jika ia sudah menyelesaikan jenjang pendidikannya, terlebih lagi jika tulisannya tersebut dapat menguntungkan banyak pihak. Namun pelatihan menulis yang kurang diberikan oleh guru dan kebiasaan mencatat bahan pelajaran dari papan tulis yang tidak ditambahkan parafrase mengakibatkan siswa sulit untuk mengembangkan tulisannya. Salah satu yang sering kita temukan adalah susahnya memulai untuk menulis, mereka pun susah untuk menentukan topik tulisan karena selama ini hanya melihat contoh tanpa diberi kesempatan untuk melahirkan sebuah tulisan yang berkualitas.

Perkembangan teknologi juga ikut berperan terhadap kendala siswa menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Banyak siswa menggunakan bahasa yang tidak baku, menuliskan kata yang tidak hemat, mereka pun sering menggunakan bahasa dalam penulisan pesan singkat yang beredar dikalangan remaja. Kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan adalah pilihan kata atau

(19)

diksi, kosa kata, dan kata depan. Kemalasan juga menjadi kendala yang besar saat seseorang mencoba untuk menulis. Siswa malas untuk berpikir dan mencari ide-ide baru yang dapat mereka tuangkan dalam tulisan.

Salah satu bentuk keterampilan menulis yang penting dimiliki oleh peserta didik adalah keterampilan menulis kalimat efektif dalam karangan deskripsi. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Kalimat yang benar haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Artinya kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat); memperhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memiliki kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.

Dalam penggunaan bahasa tulis, kalimat efektif menjadi unsur pengungkap gagasan yang penting dan strategis. Kalimat efektif menjadi unsur yang berguna untuk menghindari kesalahan pemahaman pembaca. Sebab kesalahan pemahaman itu tidak dapat dikendalikan, karena pembaca tidak berhadapan dengan penulis, pembaca hanya dihadapkan dengan teks tulis. Hal ini dapat mengakibatkan apa yang ingin disampaikan oleh seseorang berbeda dengan apa yang diterima oleh pembaca atau pendengar. Berdasarkan hal tersebut sangatlah penting penggunaan kalimat efektif dalam karangan atau tulisan.

(20)

efektif dapat menunjang sebuah paragraf dalam karangan menjadi karangan yang baik, terutama dalam membuat karangan deskripsi.

Deskripsi merupakan bentuk karangan yang hidup. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindra seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Karangan deskripsi bukanlah karangan yang asing lagi untuk siswa MTs, siswa sering mendengar, menjelaskan, atau diminta menggambarkan perasaan, wujud, rupa, rasa, bau, atau suara sesuatu hal secara hidup dan meyakinkan dalam bentuk tulisan. Namun ketidakpahaman dalam membuat kalimat yang efektif menjadi kendala dalam membuat karangan yang baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan penelitian dengan judul Analisis Kalimat Efektif dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII MTs. Miftahul Umam, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

1. Rendahnya pemahaman siswa mengenai kalimat efektif.

2. Rendahnya pemahaman siswa mengenai ciri-ciri kalimat efektif. 3. Kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa. 4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis deskripsi.

5. Guru tidak variatif dalam mengajarkan paragraf deskriptif.

C. Pembatasan Masalah

(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan menjadi “Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII di MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk:

Mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII di MTs. Miftahul, Umam Pondok Labu, Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Manfaat teoretis

a. Untuk pengayaan keilmuwan bahasa terkait dengan kalimat efektif. b. Untuk menambah pengetahuan guru dalam ilmu menulis deskripsi.

c. Untuk menambah khasanah tentang penyebab kesalahan kalimat efektif dalam karangan deskripsi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru

Guru dapat lebih mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif yang paling sering dilakukan siswa, yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap penggunaan kalimat yang efektif dalam karangan deskripsi.

(22)

Dapat memperdalam pemahaman penggunaan kalimat efektif sehingga dapat meminimalisasi kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi yang pada akhirnya siswa akan terbiasa berpikir logis dan sistematis.

c. Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui kemampuan menulis siswa.

d. Bagi peneliti

Sebagai sumber informasi pengetahuan dalam bidang linguistik dan melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang bahasa.

BAB II

(23)

1. Pengertian Kalimat

Berbicara tentang kalimat efektif sudah dapat dipastikan bahwa kita akan membahas tentang kalimat. Setiap orang mampu membuat kalimat, baik secara lisan maupun tulisan, terlepas dari pemahaman mereka mengenai makna kalimat itu sendiri. Namun, belum tentu kalimat yang mereka buat dapat dikatakan kalimat yang baik dan benar.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.2 Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan.3 Kalimat ialah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; atau satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.4Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan yang menyatakan makna lengkap. Dalam bahasa tulis biasanya diawali huruf besar (kapital) dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; dalam bahasa lisan, kalimat dituturkan dengan pola lagu kalimat atau intonasi tertentu.5Kalimat disebut juga susunan kata-kata yang teratur yang dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik.6 Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?)

2

Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2008), hlm. 66.

3

R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakrta: Erlangga, 2010), hlm. 76.

4

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 434.

5

Effendi, S, Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1999), hlm. 19.

6

Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 14.

(24)

untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah.

2. Kalimat Efektif

Kalimat efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar secara tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis dan pembaca atau pendengar tidak akan menghadapi keraguan atau salah komunikasi.

Kalimat efektif adalah kalimat yang berisi gagasan yang dapat dipahami sama antara penulis dan pembacanya.7Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi dan pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar apa yang dibicarakan.8

Dalam buku yang sama Gorys Keraf menyatakan pengertian kalimat efektif adalah:

a. Kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.

b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.9

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.10 Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili ide pembicara/penulis dan sanggup menimbulkan ide yang sama tepatnya dengan pikiran pendengar/pembaca.11 Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau penulis

7

R. Kunjana, op. Cit., hlm. 99.

8

Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, (Ende Flores: Nusa Indah, 1994), hlm. 35.

9

Ibid ., hlm. 36.

10

Dewi Kusumaningsih, dkk, Terampil Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta: Andi, 2013), hlm. 57.

(25)

secara singkat, jelas dan tepat. Jelas berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca, singkat berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata, dan tepat berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.12 Dari keseluruhan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa ketepatan informasi sebagai syarat mutlak sebuah kalimat efektif. Agar pembaca tertarik pada apa yang disampaikan, maka sebuah kalimat efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang dapat menyampaikan gagasan atau pikiran secara tepat. Sebagai sarana komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Kalimat dikatakan efektif jika mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna.

Pengertian-pengertian yang telah diungkapkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengkomunikasikan pikiran penulis dan pendengar. Ada dua pihak yang terlibat dalam pembicaraan ini: pertama adalah penulis dan yang kedua adalah pembaca, maka maksud dari pembicaraan yang ingin kita sampaikan harus disusun sedemikian rupa agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penulis dengan pembaca. Selain itu, fungsi kalimat sebagai alat komunikasi dapat terwujud.

3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Membicarakan tentang kalimat efektif tidak lepas dari ciri-ciri yang terdapat di dalamnya. Mengenai ciri-ciri kalimat efektif banyak batasan yang diberikan para ahli tentang ciri-ciri tersebut walau berbeda dalam perumusan namun secara prinsip tampak sejalan.

R. Kunjana Rahardi menuliskan ciri-ciri kalimat efektif yaitu adanya kesepadanan struktur, kepararelan bentuk, ketegasan makna, dan kehematan kata.

Prinsip kesepadananstruktur itu di antaranya terlihat dari (1) adanya kejelasan subjek, (2) tidak adanya subjek ganda, (3) tidak adanya kesalahan dalam pemanfaatan konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat, dan (4) adanya

12

(26)

kejelasan predikat kalimat.13Keparalelan bentuk adalah kesejajaran atau kesamaan bentuk atau jenis kata yang digunakan di dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama dalam konstruksi beruntun menggunakan verba, maka bentuk yang kedua dan ketiga juga harus menggunakan verba. Ciri yang ketiga adalah adanya

ketegasan makna. Kalimat efektif harus mengemban makna yang tegas supaya menjadi jelas. Dapat dilihat dari fakta perulangan bentuk kebahasaan yang dilakukan secara proporsional. Ciri yang keempat adalah kehematan kata. Kalimat efektif adalah kalimat yang hemat, kalimat yang tidak berbelit-belit, kalimat yang tidak rumit dan sulit untuk memahaminya.14

Sementara menurut Zaenal Arifin dan Amran Tasai, sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.15Dari kedua pendapat tersebut, ada persamaan pendapat tentang kalimat efektif yaitu: adanya kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, dan kehematan kata. Jadi dalam menyusun kalimat efektif harus memenuhi ciri-ciri atau prinsip-prinsip efektivitas kalimat.

Berikut penjelasan masing-masing ciri kalimat efektif.

a. Kesepadanan

Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.16 Kesepadanan artinya hubungan timbal balik antara subjek dengan predikat, antara predikat dengan objek serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tadi. Kesepadanan artinya antara pikiran/perasaan (ide) sama dengan kalimat yang diucapkan atau ditulis.17

Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:

1). Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan

13

R Kunjana Rahardi, op. Cit., hlm. 93.

14

Ibid, hlm. 94-95.

15

Arifin dan Amran Tasai, op. Cit., hlm. 97.

(27)

dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut , dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

a. Di dalam pertemuan itu membicarakan kenakalan remaja. (salah) b. Pertemuan itu membicarakan kenakalan remaja. (benar)

2). Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh:

Hasil rapat itu dia kurang memahami

Untuk mengefektifkannya dibuat pola berikut a. Hasil rapat itu kurang dia pahami.

b. Saya kurang memahami hasil rapat itu.

3). Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal. Contoh:

a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha. Sedangkan dia membeli sepeda motor Honda.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.

a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

Atau

Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha, sedangkan dia membeli sepeda motor Honda.

(28)

Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Honda.

4). Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. Kalimat di atas dapat diubah menjadi:

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

b. Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.18Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan unsur-unsur yang digunakan secara konsisten dalam satu kalimat.19 Jika verba yang digunakan, unsur yang lain juga harus verba. Jika aktif yang digunakan, yang lain juga harus aktif.

Kesejajaran membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.20 Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi, tetapi sekedar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya.

Contoh:

a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b. Tahap terakhir penyeleaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan

tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan

pengaturan tataruang.

Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari dua bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan

kenaikan.Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan

18

Arifin dan Amran Tasai, op. Cit., hlm. 99.

(29)

pengaturan. Kalimat itu akan baik jika diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut.

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan

tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan

pengaturan tata ruang.

c. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalmat.21 Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan.22 Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Penekanan juga dapat dimunculkan dari bagian yang terpenting dalam kalimat dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

Penekanannya ialah harapan presiden.

2. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim.

3. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh:

Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mreka.

21

Arifin dan Amran Tasai, op. Cit., hlm. 100.

22

(30)

4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:

Anak itu tidak bodoh dan malas, tetapi pintar dan rajin.

5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh:

Saudaralah yang harus bertanggung jawab. d. Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.23 Kalimat efektif harus memperhatikan kehematan kata yang digunakan, sehingga tidak ada kata yang mubajir atau tidak terpakai. Ada beberpa kriteria yang perlu diperhatikan.

1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. Contoh:

Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat. Seharusnya:

Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.

2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata. Contoh:

Ia memakai baju warna merah.

Di mana engkau menangkap burung pipit itu? Kalimat itu dapat diubah menjadi:

Ia memakai baju merah.

Di mana engkau menangkap pipit itu?

3. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Kata naik bersinonim dengan ke atas.

Contoh:

Mereka naik ke atas menggunakan tangga. Seharusnya:

Mereka naik menggunakan tangga.

(31)

Contoh:

Para tamu-tamu itu sudah berdatangan.

Seharusnya: Para tamu itu sudah berdatangan. e. Kecermatan

Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi.24 Kecermatan sangat diperlukan dalam membuat suatu kalimat, dengan cara menyusun kalimat dengan penuh kehati-hatian, sehingga hasilnya ttidak akan menimbulkan tafsir ganda.

Contoh:

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atauperguruan tinggi.

b. Yang diceritakan menceritakan tentang putri-putri raja, para hulubalang, danpara menteri.

Kalimat b) salah pilihan katanya karena kedua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi:

Yang diceritakan ialah putri-putri raja, para hulubalang, dan perdana menteri.

f. Kepaduan

Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.25 Kepaduan (koherensi) adalah hubungan yang padu (koheren) antar unsur kalimat.26 Kepaduan antarunsur kalimat jelas sekali akan sangat berpengaruh terhadap makna atau maksud sebuah kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat efektif itu salah satunya harus memenuhi kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Sebuah kalimat akan dikatakan padu apabila tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.

Contoh:

24

Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), hlm.144.

25

Arifin dan Amran Tasai, op. Cit., hlm. 103.

26

(32)

Pembangunan desa daripada kita bertujuan untuk memakmurkan rakyat daripada desa, bukan untuk segelintir orang tersebut.

Seharusnya:

Pembangunan desa kita bertujuan untuk kemakmuran rakyat desa, bukan untuk segelintir orang.

g. Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.27 Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu sesuai dengan logika.28 Kelogisan kalimat berhubungan dengan penalaran. Kalimat yang logis itu berarti kalimat yang bernalar.

Contoh:

a. Waktu dan tempat kami persilahkan.

b. Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini. c. Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia terbuka.

Kalimat di atas tidak logis, yang logis adalah sebagai berikut. a. Bapak Menteri kami persilakan.

b. Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

c. Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia terbuka.

Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif merupakan sarana komunikasi yang baik dan benar sehingga dapat diterima oleh pendengar yang disampaikan melalui informasi, gagasan dan ide secara sempurna.

B. Pengertian Mengarang

Kata mengarang sudah tidak asing lagi bagi siswa, ketika diminta untuk mengarang, pastilah mereka mulai berimajinasi untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Namun terkadang, siswa sudah memiliki rasa antipati untuk menulis sebuah karangan, karena mengarang adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Mengarang memerlukan waktu berpikir dan daya khayal yang luas.

(33)

Mengarang berasal dari kata dasar karang yang diberi imbuhan Me + Karang = Mengarang, artinya perbuatan atau pekerjaan mengarang (tulis menulis dsb); perihal mengarang.29 Mengarang atau menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.30Banyak orang menyamakan antara menulis dengan mengarang, namun demikian mengarang dengan menulis jelas mempunyai sudut pandang yang berbeda satu sama lain.

Kata mengarang sangat melekat dengan sebuah tulisan yang berkaitan dengan fiksi dan bukan non fiksi, sementara menulis sendiri artinya lebih netral. Menulis merupakan suatu proses. Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.31 Artinya segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis dituangkan dalam bentuk tulisan. Mengarang sebenarnya juga menulis. Kalau tidak menulis apa yang dituangkan dalam kertas atau diketik di layar monitor komputer? Jadi seseorang yang sedang menulis cerita fiksi yang biasanya dikatakan mengarang juga melakukan kegiatan menulis, apalagi mereka yang sedang menulis karya ilmiah atau artikel.

1. Fungsi Mengarang

Pada prinsipnya, fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.32 Mengingat fungsi di atas maka seseorang penulis dituntut mampu berpikir secara kritis, merasakan dan menikmati hubungan-hubungan kalimat, memperdalam persepsi, membuat susunan dan gaya bahasa yang menarik sesuai dengan alur yang dikehendaki.

Selanjutnya D’ Angelo33

menyatakan bahwa penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang harus

29

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op. Cit., hlm. 445.

30

Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1982), hlm. 22.

31

Nuruddin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm. 4.

32

Guntur Tarigan, loc. Cit.

33Ibid

(34)

diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah: 1) maksud dan tujuan sang penulis ( perubahan yang diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca); 2) pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan, atau teman sang penulis); 3) waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban, dan sebagainya).

2. Tujuan Mengarang

Dalam melakukan suatu pekerjaan apapun, pasti harus memiliki tujuan, begitu juga dengan mengarang. Tujuan mengarang sekurang-kurangnya ada tiga tujuan mengarang, yakni: untuk tujuan komunikasi, tujuan ilmiah, dan untuk tujuan kesenangan. Mengarang untuk tujuan komunikasi misalnya: Surat menyurat, baik surat dinas (resmi) maupun surat kekeluargaan (tidak resmi). Mengarang untuk tujuan ilmiah seperti: membuat makalah, resume, menyusun laporan, skripsi, menyusun karangan yang bersifat menceritakan (narasi), menyusun karangan yang bersifat melukiskan (deskripsi), membuat karangan yang bersifat memaparkan (eksposisi), dan membuat karangan yang bersifat meyakinkan atau mempengaruhi sikap pembaca (argumentasi). Mengarang untuk tujuan kesenangan misalnya: mengubah syair, pantun, dan membuat dongeng.

3. Jenis-jenis Karangan

(35)

Deskripsi adalah bentuk tulisan yang melukiskan objek yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan pembaca.34 Deskripsi juga merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan.35 Jadi, deskripsi adalah karangan yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.

b. Narasi

Karangan narasi merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu agar pembaca terkesan. Contoh karangan narasi terdapat dalam cerita fiksi, misalnya cerita pendek atau novel. Jadi, narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.

c. Eksposisi (paparan)

Eksposisi (pemaparan) adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut.36 Jadi, karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Dikemukakan data dan fakta untuk memperjelas pemaparan.

d. Argumentasi

Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis.

Jadi,argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Karangan argumentasi hampir sama dengan karangan eksposisi, namun karangan argumentasi diperkuat

34

Niknik M. Kuntarto, op. Cit., hlm. 231.

35

Gorys Keraf, Eksposisi dan Deskripsi, (Ende Flores: Nusa Indah, 1982), hlm. 93.

36 Ibid

(36)

dengan alasan dan bukti yang kuat untuk meyakinkan pembaca agar nenerima atau mengambil satu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.

e. Persuasi

Persuasi adalah bentuk penyajian karangan yang bertujuan mengajak pembaca agar mau melakukan sesuatu yang disampaikan penulis setelah sebelumnya memberikan penjelasan yang meyakinkan. Jadi, persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca Melalui persuasi, seorang penulis mencoba mengubah pandangan pembaca tetntang sebuah permasalahan tertentu dengan didukung data-data sebagai penunjang.

C. Karangan Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari kata latin discribere yang berarti menulis tentang, atau membeberakan sesuatu hal. Sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti ‘melukiskan sesuatu hal’.37

Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah agar pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri objek tersebut. Hal yang menonjol pada karangan deskripsi adalah aspek pelukis objek yang sebenarnya tentang ciri, sifat, atau hakikat sehingga pembaca dapat mengenal objek yang dimaksud oleh penulis.

(37)

Ciri-ciri atau karakteristik karangan deskripsi adalah: a. Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu.

b. Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar sendiri suatu objek yang dideskripsikan.

c. Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan.

d. Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis.

Jadi, deskripsi adalah suatu karangan yang menggambarkan, melukiskan, atau memerikan benda, manusia, tempat atau suasana sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan atau mengalaminya sendiri. Sesuatu yang dideskripsikan itu berasal dari pengamatan dan kesan yang diperolehnya mengenai sifat, ciri, atau wujudnya, dan dituangkan ke dalam kata-kata. Untuk mencapai tujuan itu, penulis hendaknya memperhatikan penggunaan diksi dan nuansa yang dimilikinya, serta detail pendeskripsiannya.

Semua daya upaya dipergunakan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan sebuah deskripsi. Upaya yang pertama-tama dapat digunakan adalah cara penyusunan detail-detail dari objek itu, kemudian pendekatan yang digunakan. Pendekatan deskripsi dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionis.

a. Pendekatan yang realistis

Dalam pendekatan yang realistis penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya terhadap objek yang diamatinya itu harus dapat dilukiskan seobjektif-objektifnya, sesuai dengan keadaan yang nyata yang dapat dilihatnya.38Pendekatan yang realistis dapat disamakan dengan kerjanya sebuah alat kamera yang mampu membuat detail-detail, rincian-rincian secara orisinil, tidak dibuat-buat dan dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar.

38 Ibid,

(38)

Contoh:

Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write Your Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku, “Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”

D sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah cermin yang bertuliskan “Anda Manis, Nona.” Di bawahnya merapat sebuah meja belajar yang diberi alas kertas berbunga merah jambu, dan dilapisi lagi dengan plstik bening. Di atas meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik, jam beker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan, dan buku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.

b. Pendekatan yang Impresionis

Pendekatan secara impresionis yaitu semacam pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif.39 Pendekatan secara impresionis dapat diumpamakan atau bandingkan dengan gambar yang dibuat oleh para artis-pelukis yang bebas menginterpretasi bagian-bagian yang dilihatnya. Tulisan dsekriptif impresionis ini biasa digunakan dalam bentuk tulisan narasi yang menggambarkan sebuah keadaan dengan objek-objek di sekitarnya. Tujuannya, agar pembaca bisa ikut merasakan apa yang dirasakan penulisnya.

Contoh:

Jam dinding kamar menunjukkan pukul delapan lewat sembilan belas menit. Di luar hujan masih saja turun dengan derasnya. Angin yang menerobos masuk melalui kisi-kisi terasa dingin menusuk kulit. Piama yang melekat di tubuhku tidak banyak membantu menahan dingin, sehingga agar lebih hangat kupakai lagi jaket tebal. Agak menolong, memang. Namun, kantuk hebat datang, padahal besok ada ujian.

Akhirnya, daripada melamun tidak menentu, kuputuskan akan melanjutkan membaca. Aku kembali ke meja belajar, kunyalakan kembali lampu belajar dan mulai membaca sambil duduk bersandar di kursi.

(39)

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian Rifanti yang berjudul Penggunaan kalimat efektif siswa SMEA PGRI V Jakarta dalam mengarang Tahun Pelajaran 1986.40Penelitian yang dilakukan oleh Rifanti terbukti bahwa siswa yang dapat membuat atau mengguanakan kalimat efektif hanya 8,33 persen dan yang tidak dapat membuat atau menggunakan kalimat efektif sebanyak 91,67 persen. Berarti siswa SMEA PGRI V Jakarta masih banyak yang belum dapat membuat klimat efektif. Perbedaan penelitian Rifanti dengan penulis adalah subjek penelitian dan data yang ditelitinya. Subjek penelitian Rifanti adalah siswa SMEA PGRI V Jakarta dan data yang ditelitinya berupa hasil karangan siswa. Sedangkan subjek penelitian penulis adalah siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah dan data yang diteliti adalah karangan deskripsi siswa.

Berikutnya penelitian yang dilakukan Yulis Widiarti yang berjudul

Analisis Kesalahan Kalimat Efektif dalam Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gamping Sleman, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2006/2007. Dalam skripsinya ini, Yulis Widiarti menganalisis ketidakefektifan kalimat pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gamping, Sleman, Yogyakarta. Tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan kesalahan kalimat tidak efektif pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gamping, Sleman, Yogyakarta. Perbedaan penelitian Yulis Widiarti dengan penulis terletak pada luas analisisnya. Yulis menganalisis semua jenis karangan siswa kelas VIII, sedangkan penulis hanya menganalisis karangan deskripsi siswa kelas VIII MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan. Hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan kalimat efektif dalam karangan deskripsi belum mengarah pada keefektifan kalimat, karena ketujuh syarat untuk mencapai kalimat yang efektif sebagian besar tidak terpenuhi.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nova Susanti Harahap, yang berjudul Analisis Kalimat Efektif Naskah Berita Siaran RRI Sibolga Pada Tahun 2008. Metode penelitian ini adalah metode simak dengan menggunakan teknik

40

Rifanti, Abstrak Skripsi: Penggunaan Kalimat Efektif Siswa SMEA PGRI V Jakarta

(40)
(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2014. Tempat Penelitian dilaksanakan di kelas VIII MTs. Miftahul Umam, Jl. H. Kamang No. 25 Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.41 Populasi adalah keseluruhan objek dari suatu penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII MTs. Miftahul Umam Pndok Labu Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.42 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.1 MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian deskriptif kualitatif, peneliti dilibatkan dalam situasi dan fenomena yang sedang dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti berusaha menginterpretasikan fakta yang relevan secara menyeluruh. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif merupakan langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting sosial terjewantah dalam suatu tulisan yang bersifat naratif.43 Oleh karena itu, analisis kualitatif fokusnya pada penunjukkan

41

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 53.

42 Ibid.

43

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 28.

(42)

makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan seringkali melukiskannya dalam bentuk kata-kata daripada dalam bentuk angka-angka.44

Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat dalam karangan deskripsi yang dibuat siswa kelas VIII MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan dengan mengacu pada syarat untuk mencapai keefektifan kalimat. Metode ini berusaha mendeskripsikan kesalahan penggunaan kalimat yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Dengan metode ini, pada akhirnya peneliti dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data untuk menjawab permasalahan-permasalahan atau hipotesis penelitian.45Dalam penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitataif, yaitu: 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi. Namun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes tertulis.

1. Teknik Wawancara

Wawancara atau Interview adalah cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah).46Dalam penelitian ini data yang diambil adalah hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti , notulen rapat,

44

Mahsum, Metode Penelitian Bahasa: Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 257.

45

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT . Rineka Cipta, 2010), hlm. 265.

(43)

lengger, agenda, dan sebagainya.47 Dalam penelitian ini data yang dipakai untuk dokumentasi adalah teks karangan deskripsi siswa dan foto prmbelajaran menulis di kelas.

3. Teknik Observasi

Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu objek yang akan diteliti.48 Dalam penelitian ini data yang dipakai untuk observasi adalah profil sekolah, menentukan kelas.

4. Tes Tertulis

Tes tertulis, yakni jenis tes di mana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.49 Teknik tes di sini yaitu peneliti didampingi guru bahasa Indonesia masuk ke kelas yang dituju yaitu kelas VIII.1. Di dalam kelas peneliti memberikan pengarahan dan penjelasan singkat tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian. Setelah siswa paham, peneliti memberikan kertas HVS dan meminta kepada siswa kelas VIII.1 MTs. Miftahul Umam untuk menulis karangan deskripsi dengan tema gedung sekolahku, lalu karangan tersebut peneliti kumpulkan untuk dianalisis.

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data berdasarkan pengamatan dari data yang ada. Setelah data penelitian terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data penelitian diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut:

47

Arikunto, op. Cit., hlm. 274.

48

Keraf, op. Cit., hlm.162.

49

(44)

1. Pengkodean karangan siswa.

2. Mentranskripsi data bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif pada karangan deskripsi yang ditulis siswa kelas VIII.1 MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan.

3. Membaca secara berulang setiap karangan yang ditulis oleh siswa kelas VIII.1 MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan untuk menemukan penggunaan kalimat efektif dalam karangan tersebut.

4. Menemukan jenis kesalahan pada karangan siswa dengan cara menggarisbawahi dan memberi nomor pada kalimat yang salah.

5. Menyalin ketidakefektifan kalimat ke dalam tabel.

6. Data yang di dalam tabel, kemudian dijelaskan ketidakefektifan kalimat atau kesalahan penggunaan kalimat tersebut ke dalam ciri-ciri kalimat efektif dengan cara mendeskripsikannya.

7. Menginterpretasi data. 8. Menarik kesimpulan.

F. Instrumen Penelitian

Karena metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, jadi instrumen penelitian ini adalah manusia, yaitu peneliti.

G. Sumber Data

Data diperoleh dari karangan deskripsi siswa kelas VIII.1 MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan yang berjumlah 42 siswa terdiri dari laki-laki = 20 dan perempuan = 20.

H. Penyajian Data

[image:44.595.89.515.116.539.2]
(45)

Kesepadanan Struktur

Kode Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Siswa

Keparalelan

Kode Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Siswa

Ketegasan

Kode Kalimat yang salah Kalimat yang Benar

Siswa

Kehematan

Kode Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Siswa

Kecermatan

Kode Kalimat yang salah Kalimat yang Benar

Siswa

Kepaduan

(46)

Kelogisan

(47)

31 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil MTs. Miftahul Umam

Madrasah Tsanawiyah Miftahul Umam berdiri di bawah yayasan dengan

nama yang sama di Jalan RS. Fatmawati Gg. H. Kamang No. 25 Pndok Labu,

Cilandak, Jakarta Selatan. Yayasan ini menyelenggarakan kegiatan dibidang

pendidikan dan soaial. Bidang pendidikan mengelola lembaga Madrasah

Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Bidang sosial

menyelenggarakan kegiatan santunan bagi anak yatim dan fakir miskin.

Yayasan Miftahul Umam berdiri pada tanggal 5 Januari 1976 di atas

tanah yang diwakafkan oleh Almarhum H. Mansyur. Para pendiri yayasan ini ialah

putra-putra dari Almarhum yang merupakan tokoh masyarakat di Pondok Labu dan

sekitarnya, mereka adalah Drs. H.M. Thoyyib Mansyur, H. Abdullah Mansyur, H.

A. Zaidi Malik dan K.H. Abdul Hakim, serta H. Syamsudin, B.A.

Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga yang pertama kali didirikan,

bukan saja dilingkungan yayasan tapi juga di wilayah Pondok Labu. Hal ini

mendapat respon yang positif dari masyarakat, sehingga mereka tidak perlu lagi

mencari sekolah yang sebelumnya berada pada jarak yang cukup jauh. Berdirinya

Madrasah Tsanawiyah Miftahul Umam sangat membantu masyarakat yang

menginginkan putra putrinya mempelajari pelajaran agama sekaligus pelajaran

umum.

Dalam sejarah kepemimpinan MTs. Miftahul Umam telah terjadi

beberapa pergantian kepemimpinan, seabagai berikut:

1. Tahun 1976 – 1990 oleh Bapak K.H. Abdul Hakim. 2. Tahun 1990 – 2002 0leh Bapak Drs. H. Marzuki Dasuki. 3. Tahun 2002 – 2010 oleh Ibu Dra. Hj. Mastanah AS. 4. Tahun 2010 – 2013 oleh Ibu Dra Hj. Siti Nurbaiti, S. Pd. 5. Tahun 2013 – Sekarang oleh Bapak H. Nurkholily, S. Pd.I.

2. Visi dan Misi MTs. Miftahul Umam

Visi

Beriman yang kuat, berilmu manfaat sehingga terwujudnya Madrasah Tsanawiyah

(48)

Misi

1. Mewujudkan sistem pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan.

2. Mendorong dan membantu siswa mengenali dan menggali potensi yang ada pada

dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

3. Memberi motivasi dan menumbuh kembangkan semangat penghayatan dan

pengamalan ajaran Islam.

4. Meningkatkan strategi belajar mengajar sehingga diperoleh NEM yang tinggi.

5. Mendorong siswa untuk menguasai IPTEK dan IMTAQ.

3. Fasilitas Sekolah

1. Ruang Kelas

2. Perpustakaan

3. Laboratorium IPA

4. Laboratorium Komputer

5. Laboratorium Bahasa

6. Akses Internet

7. Ruang Pimpinan, Tata Usaha, dan Ruang guru

8. Ruang Konseling, UKS, dan Ruang OSIS

9. Musholla

10. Kantin

11. Lapangan Olah raga

4. Ekstrakulikuler sekolah

1. Kegiatan OSIS

2. Pramuka

3. Kelompok Ilmiah remaja (K.I.R)

4. Tari saman

5. Marawis

6. Futsal

7. Bola Volley

8. Paskibra

9. BIQ

(49)

5. Daftar Kepala sekolah, Guru, dan Siswa MTs. Miftahul Umam

a. Kepala sekolah

Kepala Sekolah MTs. Miftahul Umam adalah H. M. Nurkholily, S. Pd.I,

[image:49.595.87.521.159.756.2]

yang memimpin sekolah dari tahun 2013 sampai sekarang.

Tabel 1

Kepala sekolah

MTS MIFTAHUL UMAM

No Nama Kepala Sekolah Ijazah

tertinggi

Jurusan

1 H. M. Nurkholily, S. Pd.I S1 PAI

b. Daftar Nama Guru

Tenaga pengajar (guru) di MTs. Miftahul Umam Pondok Labu, Jakarta

Selatan berjumlah 34 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 2

Daftar guru

MTS MIFTAHUL UMAM

No Nama Guru Ijazah

Tertinggi

Mata Pelajaran

yang diampu

1 H. M. Nurkholily, S. Pd.I S1 PAI Bahasa Inggris

2 Dra. Hj. Siti Nurbaiti, S.

Pd

S1 Matematika Matematika

3 Drs. H. Marzuki Dasuki S1 PKN PKN

4 Dra. Hj. Mastanah AS S1 Sastra Arab Bahasa Arab

5 Hj. Fatimah Bisyri, BA D3 Ushuludin Fiqih

6 Hj. Maronih, S. Ag S1 Sastra Arab Bahasa Arab

7 Hj. Asmanih, BA D3 Tarbiyah Fiqih

8 H. Tarmidzi Madrasah Aliyah Aqidah Akhlak

9 Wahab Abdi, S. Pd S1 BK Penjaskes

10 Dra. Masiti S1 Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia

11 Drs. Subhan S1 PAI Aqidah Akhlak

(50)

13 Dra. Hj. Muhibah S1 Sospol IPS

14 Mu’min, S. Pd S1 Bahasa Indonesia TIK

15 Yose Rusdiana, S. Pd S1 Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia

16 Sofiyah Madrasah Aliyah SKI

17 Hasan Asy’ari, S. Ag S

Gambar

tabel dan mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penggunaan kalimat dalam
Tabel 1 Kepala sekolah
Tabel  3 Daftar Jumlah Siswa
Tabel  4 Kesepadanan Struktur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun terdapat kelemahan yaitu pemilik tidak membedakan prosedur pengeluaran kas antara satu bidang usaha dengan bidang usaha yang lain, sehingga sulit untuk

biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan. keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi

[r]

Ubah bentuk pertaksamaan yang diketahui ke dalam bentuk pertaksamaan tanpa nilai mutlak dengan menggunakan sifat-sifat nilai mutlak yang ada.. Tentukan himpunan jawab

Karena kedua kelas berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji t ( polled varians ); (g) Menghitung effect size untuk mengetahui besarnya pengaruh dari

[r]

Dan dari 12 (dua belas) perusahaan yang mendaftar tersebut terdapat 8 (delapan) perusahaan yang mengupload tabel Kualifikasi, yaitu sebagai berikut :.. Cipta

Manajemen Dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah.. Manajemen Perpustakaan Sekolah :