ANTARA !BU BEKERJA DAN BAYI
Disusun Oleh :
Zilfanny
103070029123
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA
(C) Zilfanny
(A) Fakultas Psikologi (B) September 2007
(D) Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan Attachment Antara Jbu Bekerja dan Bayi
(E) hal i-97
(F) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap kelekatan dan hubungan emosional yang terjalin antara seorang ibu bekerja dan bayinya melalui pemberian ASI eksklusif. Yang di maksud dengan ASI (air susu ibu) eksklusif adalah pemberian air susu ibu selama empat sampai enam bulan tanpa cairan tambahan apapun. Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur Jain pengganti ibu. Kelekatan sendiri memiliki empat fase penting sesuai dengan perkembangan anak, yaitu Preattachment (fase yang dimulai dengan variasi sinyal-sinyal, seperti
menggenggam, tersenyum atau menangis), Attachment is Making (fase dimana bayi mulai berespon lain, mulai mengalami distres, dan mulai dapat membedakan orang Jain), Specific, clear-cut attachment (fase dimana bayi mulai menunjukkan kekesalan bila ditinggalkan oleh orang yang dipercaya), Goal-coordinated partnership (anak mulai melakukan negosisai dengan pengasuh).
Responden penelitian ini adalah empat orang ibu yang bekerja diluar rumah dengan waktu kerja selama delapan jam sehari, lima hari dalam seminggu. Pengambilan responden dilakukan dengan dengan metode purposive sampling, dimana responden yang dipilih hanyalan yang memenuhi kriteria yang dibuat peneliti. Keempat responden ini memiliki bidang pekerjaan yang berbeda-beda dengan latar belakang sosial ekonomi yang juga berbeda. Alasan bekerja yang mereka kemukakan juga bervariasi.
Penelitian ini dilakukan melalui proses wawancara dan observasi yang
dilakukan paling sedikit tiga kali. Wawancara dilakukan dengan metode deep intervieuw yang bertujuan untuk mengungkap segala hal yang sedang diteliti. Pertanyaan dibuat sejumlah lima puluh dengan teknik probbing atau
menciptakan, membangun dan memelihara kelekatan antara ibu yang bekerja di luar rumah dengan bayinya. Selain itu juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, kecerdasan baik fisik maupun emosi.
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu disarankan agar pada penelitian selanjutnya waktu yang digunakan lebih lama dan pertanyaan yang diajukan lebih mendalam.
lni adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik
yang keluar dari kedalaman hati.
Doa dan ridho orangtua adalah lagu hati yang membimbing
ke arah singgasana Tuhan meskipun ditingkah oleh suara
ribuan orang yang sedang meratap. (Khalil Gibran)
Untuk mama, papa, ade, yang dira .. &
Skipsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh: ZILFANNY
NIM: 103070029123
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF KAITANNYA DENGAN
ATTACHMENT ANTARA IBU BEKERJA DAN BAYI telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 19 September 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 19 September 2007
Sidang Munaqasyah Ketua M rangkap Anggota, ;
Ora. Nett
p・ッァBェャエセN@
Neneng Tati Sumiati, M.Si.Psi NIP. 150300679
Pembimbing I
M.Si
Anggota:
Sekert,,;e
mセァォー@Aoggote
#
セq、@
Ora. Zahrotun
セ[セ。ィL@
M.Si NIP. 150238773"Penguji II
(
Ora.
z。ィイセQョ@
M.Si NIP. 15023877Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat, berkah dan ridho-Nya yang selalu menyertai rangkaian proses penulisan skripsi ini. Salawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW.
Terselesaikannya skripsi ini juga tak lepas dari dorongan serta bantuan
berbagai pihak, yang telah membentu kelancaran selama psoses penulisan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut.
Untuk mama, papa, ade, yang dira terimakasih atas segala pengorbanannya baik moril maupun materi. Terimakasih untuk kehangatan, canda dan tawa dalam keluarga ini. (special for my /uvly mom, /love u so much, kekuatanmu
inspirasiku). Tak lupa untuk almh. Jidah, terima kasih karena telah
meninggalkan sesuatu yang sangat berharga yaitu, kebersamaan, cinta dan kasih sayang.
Seluruh dosen, dekan, Ora. Netty Harttati, M.Si , staf akademik, dan perpustakaan. Terimakasih atas kesempatan dan bantuan yang diberikan
lbu S, ibu H, ibu L, ibu D, empat orang ibu luar biasa yang telah bersedia meluangkan waklunya dan berbagi ilmu serta pengalaman kepada penelili.
Sahabat-sahabalku "Power Rangers", Nia, Ina, Wulan, Lita. Terima kasih lelah menjadi sahabat tempat berbagi suka dan duka. I love u all.
Teman-leman seperjuangan, kelas C angkalan 2003 , Ajeng, Zora, Andin, Yoga, Ira, juga Fira. Terima kasih alas dorongan semangal dan do'anya.
Alfi Indra, seseorang yang menjadi tempal mencurahkan isi hati. Terima kasih alas kasih sayang, dukungan, doa, serta keikhlasannya. Semoga semuanya letap ada dan kita bisa membangun impian bersama.
tujuan pembuatan.
Jakarta, September 2007
Halaman ABSTRAK ... .
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
LEM BAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFT AR ISi .. .. . ... . ... . . ... . ... ... . . .. . . . .. . . . .. .. ... . . .. . . ... . .. .. . . ... .. .. . ... ... ... ... ... ... ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. ldentifikasi Masalah ... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Sistematika Penulisan ... 1 O BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori ... 12
2.1.2.1. Ciri Khas, Jenis dan Tahapan Attachment ... 20
2.1.2.2. Faktor-faktor dalam Attachment ... 28
2.1.3. Bayi ... 31
2.1.4. lbu Bekerja ... 36
2.1.4.1. lbu Bekerja dalam Pandangan Islam ... 39
2.2 Kerangka Berpikir ... 42
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 45
3.2. Subjek Penelitian ... 46
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 47
3.4. lnstrumen Pengumpulan Data ... 47
3.5. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 48
3.6. Anal is is Data . .. .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. ... 48
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA 4.1. Gamba ran Um um Subjek ... 49
4.2. Analisis Intra Subjek ... 50
4.3. Perbandingan Antar Subjek ... 83 4.4. Analisis Perbandingan Antar Subjek ... 89
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1.
Kesirnpulan ... 93 5.2. Diskusi ... 93 5.3. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA1.1. Latar Belakang Masalah
Bagi bayi, ibulah sumber kehidupan yang menghubungkannya dengan dunia luar. Selama empat bulan pertama hidupnya, hanya Air Susu lbulah (ASI) yang dibutuhkannya. ASI merangsang pertumbuhan emosi dan fisiknya. Saat ibu memberikan ASI, ibu telah memberinya kasih sayang yang terbesar, imunisasi terbaik, gizi terlengkap, minuman tersehat dan air kehidupan.
ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada buah hatinya. Dalam Alqur'an Allah Swr berfirman: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya se/ama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempumakan
penyusuan ... " (QS, Al Baqarah, 2:233)
Seiring perkembangan zaman, banyak sekali terjadi pergeseran-pergeseran dalam masyarakat. Kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sedikit demi sedikit menghilangkan budaya lama dan hal-hal penting dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga dengan pemberian ASI eksklusif seorang ibu kepada bayinya.
Kualitas hidup balita di Indonesia belakangan ini terpantau menurun drastis.
Kondisi tersebut ditengarai erat kaitannya dengan penurunan tingkat pemberian ASL Berdasarkan Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 angka pemberian ASI eksklusif hanya 5!5, 1 persen. Angka itu cenderung menurun menjadi 40 persen selama enam bulan (Koran Tempo, 2005).
Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lainnya, seperti air putih maupun obat-obatan. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama empat bulan, tetapi bila mungkin sampai enam bulan dan setelah itu dapat diberikan makanan tambahan lainnya (Utami Rusli, 2000).
lagi dan sebagainya. Padahal terdapat hasil penelitian bahwa menyusui adalah salah satu cara diet alami. Dr. Partiwi (Nakita, 2006) mengatakan bahwa ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu. Dengan rnemberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang bertambah selama hamil akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon oksitosin selama menyusui, menyebabkan kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot rahim. Jika ini terjadi terus menerus, nilainya kurang lebih sama dengan senam perut.
Alasan lain yang sering dikemukakan adalah pekerjaan. lbu yang bekerja di luar rumah cenderung tidak menyusui bayinya dan menjadikan pekerjaan sebagai alasannya. Padahal sesungguhnya, hal tersebut dapat dengan mudah diatasi. Seorang ibu, baik yang bekerja maupun tidak bekerja
sejatinya memiliki beberapa tu gas utama, diantaranya rnerawat janin dalam kandungan, melahirkan, menyusui, memperhatikan, mengelola dan
mengurus anak (Semiawan, 1996). Bagi ibu yang bekerja di luar rumah pemberian ASI eksklusif dapat tetap dilakukan, dengan cara memberikan ASI perah atau pompa pada bayi saat ibu bekerja. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemerahan ASI di antaranya adalah agar bayi tetap
Hal lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana hubungan batin yang
terjadi antara ibu dan bayi saat proses menyusui. Proses menyusui sendiri, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang berkualitas, tetapi juga
menyusui merupakan proses yang melibatkan dua belah pihak, bahkan tiga belah pihak:suami-istri dan anak. Saat disusui, bayi beracla clalam dekapan ibu clan ini akan merangsang terbentuknya emosi antara kecluanya Kegiatan menyusui merupakan moment yang sangat ideal untuk membangun kontak batin yang erat, melalui kelekatan fisik clan kontak mata yang intensif. Proses ini membutuhkan "hati" yang tenang clan penuh kasih, karena procluksi ASI akan terpengaruh oleh faktor fisik clan emosional
(http://www.e-psikologi.com).
Penelitian juga membuktikan bahwa kedekatan emosional ibu dan bayinya sangatlah penting. Adanya gangguan dalam hubungan ernosional ibu dan bayi dapat mempengaruhi perkembangan si anak kelak (Sinar Tani, 1997).
Attachment atau kelekatan sendiri berarti adanya perasaan cinta dan kasih sayang yang terjadi antara ibu dan bayi
(http://wwww.wikipedia.com/attachment). Kelekatan dan keterikatan yang terjadi saat menyusui merupakan kejadian yang mengagumkan. Bagaimana bayi yang sejatinya belum mengerti apa-apa akan bisa merasakan
kelembutan dan kehangatan seorang ibu.
Pada aspek asuh, kecerdasan sangat berhubungan dengan pertumbuhan otak. Untuk pertumbuhan ini yang terpenting adalah kecukupan nutrisi dan ASI eksklusif merupakan nutrisi terbaik secara kualitas dan kuantitas saat
masa lompatan pertumbuhan otak bayi, yaitu usia 0-6 bulan.
Penelitian yang dilakukan di New Zeland pad a tahun 1998 terhadap 1000 anak selama 18 tahun menunjukkan hasil bahwa anak yang diberi ASI mempunyai IQ dan mencapai tingkat akademik yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan orang yang disusui kurang dari satu bulan mempunyai IQ lima pain lebih rendah daripada yang disusui setidaknya tujuh sampai sembilan bulan (Republika, 2005).
Dalam hal perkembangan emosi, pemberian ASI eksklusif tidak kalah
memegang peran. Seperti yang telah diungkapkan di alas bahwa pemberian ASI dapat meningkatkan kepekaan emosi pada bayi. Dalam proses
menyusui terdapat ungkapan cinta antara ibu dan bayi. Saling menatap dan belaian yang ibu berikan akan memberikan rasa aman dan menumbuhkan kecintaan. Sentuhan antara kulit ibu dan bayi, yang juga dapat membuat bayi merasakan detak jantung ibu akan memberikan pengalaman tersendiri pada anak. Semua kejadian menyenangkan ini tidak akan dialami oleh bayi bila ia hanya menerima asupan susu yang berasal dari botol. Karena untuk
meningkatkan perkembangan kognitif dan emosional bayi dibutuhkan
perasaan nyaman. Sebaliknya fenomena yang terjadi saat ini bayi duduk di kursi bayi dengan botol susu tersedia dan bayi akan memegang sendiri botol susunya tersebut. Akibat dari tindakan itu sangat tidak memungkinkan
adanya kegiatan menyusui antara ibu dan bayi, sementara kegiatan tersebut harus ada kontak fisik agar terbentuk apa yang dinamal<an dengan
attachment.
Jadi jelaslah disini bahwa pada saat menyusui, di ウ。ューゥョセQ@ bayi memperoleh kenikmatan dari air susu itu sendiri, ia pun merasakan kehangatan kasih sayang yang diperoleh dari belaian ataupun sentuhan ibu. Sebaliknya dari pihak bayi pun respon-respon yang diberikan sebagai balasan terhadap rangsang yang diterima bagi si ibu dirasakan sebagai suatu kesenangan. Reaksi emosi secara timbal balik ini merupakan suatu dasar yang baik bagi perkembangan emosi anak. Lebih mengagumkannya lagi adalah ternyata ibu bekerja pun dapat tetap melakukan pemberian ASI eksklusif untuk bayinya. Fenomena inilah yang sangat menarik bagi penulis untuk melihat lebih jauh "Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan Attachment antara lbu
1.2. ldentifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana pengetahuan para ibu mengenai ASI eksklusif? 2. Sejauh mana pengetahuan para ibu mengenai attachment?
3. Apa saja manfaat yang diperoleh dari pemberian ASI ekskusif, bail< untuk ibu maupun bayi ?
4. Apakah pemberian ASI eksklusif dapat menciptakan kelekatan emosi antara ibu dan bayi ?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah1.3.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
bagaimana peran pemberian ASI eksklusif terhadap terciptanya kelekatan antara ibu bekerja dan bayi
?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kaitan pemberian ASI eksklusif terhadap attachment antara ibu bekerja dan bayi.
Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki
manfaat teoritis dan praktis.
Manfaat Teoritis
Manfaat praktis
1. Bila pemberian ASI eksklusif dan kaitannya dengan kelekatan antara ibu dan bayi dapat ditemukan, maka akan bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kelekatan emosi diantara keduanya.
2. Bila ibu bekerja dapat tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya maka akan membuka pandangan bagi para ibu lainnya yang juga bekerja di luar rumah.
3. Bila pemberian ASI eksklusif dan kaitannya dengan kelekatan antara ibu dan bayi ditemukan, maka dapat bermanfaat untuk mengajak para ibu lainnya agar menyusui bayinya.
1.5. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab, yang masing-masing bab berisi beberapa hal, yaitu:
Bab 1 : Pendahuluan, yang membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab 2 : Kajian pustaka, yang membahas ASI, teori-teori kelakatan, ibu bekerja,dan pemberian ASI dari perspektif Islam serta kerangka berpikir.
penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.
Bab 4 : Hasil penelitian, yang menguraikan analisis antar subjek dan intra subjek.
2.1. Deskripsi Teoritik
2.1.1. Air Susu lbu (ASI)
Air susu ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda
(http://www. harunyahya .com/indo/artikel/082 .htm).
Bayi membutuhkan nutrisi yang tepat, perasaan cinta, pendorong dan sistem kekebalan tubuh. ASI memenuhi semuanya. Pemberian ASI merupakan awal yang sangat baik dalam hidup bayi. ASI sangat alami dan merupakan dasar dalam proses kehidupan (World Health Organization, 1979).
Namun perlu dipahami, pada dasarnya bayi tipis kemungkinan sakit bila em pat atau enam bu Ian pertama dalam kehidupannya mendapat ASI eksklusif secara benar. Sebab zat antibodi yang terkandung dalam ASI
sedemikian sempurna sehingga bisa membentengi bayi dari penyakit apapun (Partiwi, 2006).
Kolostrum atau ASI yang dihasilkan pada beberapa hari pertama setelah kelahiran sangat penting bagi kekebalan tubuh bayi. la tidak dapat digantikan oleh susu formula manapun. Menurut Krisnatuti dan Yenrina, ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi karena memiliki nilai gizi paling tinggi
dibanding dengan makanan yang berasal dari hewan, seperti susu sapi atau kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia atau susu formula yang dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi seperti yang diperoleh dari kolostrum. Kolostrum ini berwarna kekuning-kuningan, sangat baik dikonsumsi oleh bayi karena mengandung zat-zat yang berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi ( Alfiah K.A & M. Ridwan,2004).
llmu biologi sendiri menganggap bahwa ASI sangat di butuhkan bayi dalam perkembangan otak dan tubuhnya. Sebab, akan memperbaiki dan
akan menghancurkan plasma sel. Selain itu, kadar 3,5 - 4,5 persen lemak menjadi sumber utama ASI dalam kandungan nutrien. Kemudian karbohidrat, yang kandungan utamanya adalah laktose, kadarnya paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7%). Protein, dengan kadar 0,9 persen. ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. ASI cukup banyak mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Yaitu, vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah, dengan jumlah yang cukup, dan mudah diserap, juga mengandung vitamin Edan D. Selanjutnya, ASI juga mengandung zat protektif. Yaitu flora normal akibat bakteri
Laktobacilus sp. yang berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat. Keduanya bersifat asam dalam pencernaan, yang mampu menghambat pertumbuhan mikro organisme, seperti bakteri E.Coli. juga laktoferin, yaitu protein yang berkaitan dengan zat besi. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu. Kemudian ASI juga mengandung enzim yang dapat memecah dinding bakteri (Lizozim). Antistreptokokus, yang melindungi bayi dari infeksi kuman tertentu. Antibodi, yang dapat mencegah bakteri patogen dan
2.1.1.1. Komposisi ASI
ASI memiliki perbedaan komposisi dari menit ke menit. ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremik. Foremik mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Utami ャセッ・ウャゥL@ 2000).
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, arachidonic acid) suatu asam lemak esensial yang merupakan komponen penting untuk myelinisasi (Bonnie Worthington, 1993). Myelinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Lemak ini sedikit atau tdak ada pada susu sapi, padahal amat penting untuk pertumbuhan otak.
Komponen lemak berikutnya yang penting adalah kolesterol. Kolesterol juga meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kandungan kolesterol ASI tergolong tinggi, sedangkan dalam susu sapi hanya sedikit. Penelitian menunjuukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif akan mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi. Pada saat pertumbuhan otak yang cepat maka diperlukan l<adar kolesterol yang tinggi. Selain itu, kolesterol juga berfungsi dalam
pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga dapat mencegah serangan
jantung dan penebalan pembuluh darah (arteriosclerosis) pda usia muda.
meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik, yaitu Lactobaci/us blifidus. Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Danya
asam laktat ini memberikan suasana di dalam usus bayi dan suasanan asam ini berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh. Kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi. Susu sapi dan ASI mengandung dua macam proten utama, yaitu whey dan casein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Casein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein ASI yang utama adalah whey, sedangkan protein susu sapi yang utama adalah casein. Rasia whey dan casein pada ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi adalal 20:80.
2.1.1.2. ASI dalam Pandangan Islam
"Para ibu hendak/ah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempumakan penyusuan ... " (QS, Al
Baqarah, 2:233)
Ayat ini menyerukan kepada para ibu agar menyusui bayinya. Firman Allah ini telah ada ribuan tahun yang lalu sebelum kampanye pemberian ASI eksklusif yang baru-baru digalakkan.
Perintah Allah ini diserukan karena Allah SWT telah menyiapkan banyak manfaat yang dapat diambil dari ASI itu sendiri dan proses pemberiannya. Fakta tentang peran penting yang dimainkan ASI terhadap kesehatan bayi berubah seiring dengan tahapan-tahapan yang dilalui bayi dan jenis zat-zat makanan yang dibutuhkan pada tahapan tertentu. Kandungan ASI berubah guna memenuhi kebutuhan yang sangat khusus ini. ASI, yang selalu siap setiap saat dan selalu berada pada suhu yang paling sesuai, memainkan peran utama dalam perkembangan otak karena gula dan lemak yang dikandungnya. Di samping itu, unsur-unsur seperti kalsium yang dimilikinya berperan besar dalam perkembangan tulang-tulang bayi.
Meskipun disebut sebagai susu, cairan ajaib ini sebenarnya sebagian
bayi juga membutuhkan cairan dalam bentuk air. Keadaan yang benar-benar bersih dan sehat mungkin tidak bisa dimunculkan pada air atau bahan
makanan, selain pada ASI. Namun ASI - sedikitnya 90% adalah air - ,
memenuhi kebutuhan bayi akan air dalam cara yang paling bersih dan sehat.
Sebenarnya sang ibu bukanlah yang memutuskan untuk membuat ASI, sumber zat makanan terbaik bagi bayi yang lemah yang rnemerlukan makanan di dalam tubuhnya. Sang ibu bukan pula yang menentukan beragam kadar gizi yang dikandung ASI. Allah Yang Mahakuasa-lah, Yang mengetahui kebutuhan setiap makhluk hidup dan memperlihatkan kasih sayang kepadanya, Yang menciptakan ASI untuk bayi cli dalam tubuh sang ibu.
Betapa mulia seorang ibu yang memberikan ASI kepacla bayinya dan ayah yang mendorong di belakangnya, sehingga Allah menurunkan ayat :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
2.1.2. Attachment (Kelekatan)
Dalam kehidupan seorang anak, orang tua mempunyai arti yang sangat penting pada awal kehidupan, hubungan antara anak dan ibu sangat menentukan perkembangan selanjutnya, terutama untuk kesehatan mental anak kecil atau bagi hubungan yang berkesinambungan hangat dan erat dengan ibu ( atau orang lain pengganti ibu permanen ), akan menimbulkan kepuasan atau kebahagian bagi kedua bela pihak. Hubungan yang demikian merupakan bentuk kelekatan pada awal - awal kehidupan individu.
lstilah attachment atau kelekatan untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari lnggris bernama John Bowlby. Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui
interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam
kehidupannya, biasanya orang tua. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu (John Bowlby, 1953).
2.1.2.1. Ciri Khas , Jenis dan Tahapan Attachment (Kelekatan)
Bowlby menyebutkan terdapat empat ciri khas dari kelekatan, yaitu :
Pemeliharaan kelekatan ini biasanya diikuti oleh keinginan untuk selalu dekat dengan orang-orang terdekat dalam keluarga.
2. Tempat berlindung
Untuk menciptakan kelekatan dibutuhkan tempat berlindung yang nyaman bagi anak.
3. Keamanan
Dalam proses membangun kelekatan dibutuhkan juga kemanan agar anak dapat mengemmbangkan kretivitasnya di bawah lingkungan yang aman.
4. Jauh dari hal-hal yang dapat menimbulkan sires.
Agar dapat tercipta sebuah kelekatan emosional yang baik, anak-anak sedapat mungkin harus dijauhkan dari hal-hal atau keadaan yang dapat menimbulkan
stres(http://www.psychology.about.com/od/loveandatraction/ss/attachmen tstyle_ 1.htm).
Menurut Ainsworth pada dasamya ada dua jenis kelekatan yang
tidak aman. Dalam kategori jenis attachment tidak aman dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis attachment aman menghindar dan jenis attachment cemas. Karakteristik yang dimiliki masing - masing jenis attachment akan mengarahkan pada kemampuan berinteraksi dari setiap individu. Adapun jenis attachment yang dimaksud oleh Ainsworth, adalah :
a. Attachment aman. Karakteristik dari jenis attachment ini, individu
mengembangkan model mental mengenai orang lain sebagai orang yang bersahabat, dapat dipercaya, responsif dan penuh kasih sayang dan memandang diri sendiri sebagai orang yang berharga. Model mental semacam ini akan memberikan pengaruh yang positif terhadap bentuk -bentuk hubungan dengan lingkungan.
b. Attachment menghindar. Karakteristik dari attachment jenis ini, individu mengembangkan model mental dirinya sebagai orang skeptis, curiga dan memandang orang lain sebagai orang yang tidak dipercaya. Model
mental seperti ini membuat individu dalam hubungan dengan orang lain bersikap sukar mempercayai orang lain dan menutup cliri. lndividu dengan model mental demikian, merasa cemas bila ada orang lain yang berusaha semakin dekat kepadanya, mereka tidak percaya pada
c. Attachment cemas. Karakteristik dari jenis attachment ini, individu mengembangkan model mental dirinya sebagai orang yang kurang pengertian, kurang percaya din dan merasa kurang berharga dan menganggap orang lain, ti.dak mempunyai rasa menolong dan sulit dimengerti. Dalam berhubungan dengan orang lain individu mempunyai ketakutan untuk ditinggalkan atau tidak dicintai oranglain
(http://www.psychology.about.com/od/loveandatraction/ss/attachmentstyl e_2.htm).
Selama ini orang seringkali menyamakan attachment dengan
ketergantungan (dependency), padahal sesungguhnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena tidak adanya rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi jika tidak mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan
menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu (Faw dalam Ervika, 2000). Adapun ciri kelekatan adalah memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan.
Para ahli psikologi perkembangan dewasa ini makin menilai secara kritis pentingnya attachment (positif) antara anak dengan orangtua. Attachment adalah sebuah proses berkembangnya ikatan emosional secara resiprokal (timbal balik) antara bayi atau anak dengan pengasuh (orangtua).
sayang yang stabil dari kehadiran orangtua yang konsisten; sehingga bayi
atau anak dapat merasakan sentuhan hangat, gerakan lernbut, kontak mata yang penuh kasih dan senyuman orangtua
(http://www.e-psikolog i. com/anak).
Bayi sangat memerlukan attachment atau kedekatan dengan orang-orang terdekat di sekitarnya. Menurut penelitian, bayi yang tidak mendapatkan perhatian dan jarang diberikan stimulus yang dapat melatih rangsang dan responnya akan mengalami keterlambatan dalam proses berpikir, berbicara dan hubungan sosialnya (Jo Douglas, 1993).
Hubungan bayi dan orangtua dimulai dengan satu set sinyal-sinyal bawaan yang membawa orangtua terutama ibu ke sisi bayi. Seiring berjalannya waktu, hubungan afeksi antara ibu dan bayi berkembang melalui dukungan dari kapasitas emosional dan kognitif bayi dan pengasuhan ibu yang
responsif dan sensitif. Tahap perkembangan attachment dibagi menjadi empat tahap( Bowlby dalam Berk, 1994), yaitu :
1. Preattachment phase (0-6 minggu)
rnernbujuknya untuk tetap berada di dekatnya. Bayi rnerasa nyarnan ketika diangkat, dibelai dan berbicara dengan halus. Bayi dapat
rnengenali suara dan bau ibu tetapi beleurn terbentuk kedekatan dengan ibunya. Hal ini dapat dibuktikan, ketika bayi ditinggal dengan orang asing, bayi tidak protes.
2. The "attachment in making" phase (6 rninggu sarnpai 6-8 bulan)
Dalarn tahap ini, bayi rnulai berespon berbeda terhadap pengasuh yang dikenal dan orang asiang. Ketika bayi berinteraksi dengan orang tuanya dan rnengalarni kelegaan dari distress, bayi belajar bahwa perilaku
rnereka rnernpengaruhi perilaku orang lain yang berada di sekitar rnereka. Akibatnya bayi rnengernbangkan keinginan bahwa pengasuh akan
rnerespon keika dipanggil. Pada fase ini bayi tidak akan protes apabila dipisahkan dari orang tua walaupun bayi rnarnpu rnengenali dan
mernbedakan ibu dengan orang yang tidak dikenal.
3. "The clear-cut" attachment phase (6-8 bulan sarnpai 18-24 bulan)
akan secara sengaja melakukan sesuatu untuk mempertahankan kehadiran ibu. Biasanya bayi akan mendekati, mengikuti dan menaiki pundak ibu apabila orang lain hadir. Bayi menggunakan ibu sebagai secure base untuk mengeksplorasi dan bertualang dalam lingkungan sekitarnya dan kembali kepada ibu untuk mendapatkan dukungan emosi yang dibutuhkan bayi.
4. Formation of a reciprocal relationship (18-24 bulan dan seterusnya)
Mendekati usia dua tahun, perkembangan representasi dan bahasa membuat batita dapat mengerti beberapa factor yang mempengaruhi kedatangan, kepergian dan memprediksi kembalinya orang tua yang secara langsung mengurangi prates perpisahan. Pada fase ni, anak akan mulai melakukan negosiasi dengan pengasuh, menggunakan permintaan atau bujukan untuk mengalihkan tujuan ibu dan mengurangi penggunaan merangkak, mendekati atau keinginan dipeluk ibu.
Freud (dalam Anima Media Psikologi Indonesia, 1988-1990) mengemukakan bahwa kehidupan emosi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak harus berlangsung dengan baik agar tidak menimbulkan masalah setelah dewasa.
1. Membangun rasa percaya diri
Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orang tua yang stabil, membuat anak belajar percaya pada orang lain.
2. Kemampuan membina hubungan yang hangat
Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua, menjadi pelajaran baginya untuk kelak diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Attachment yang hangat, menjadi tolok ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang buruk, menjadi pengalaman traumatis baginya sehingga menghalangi kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.
3. Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain
Anak yang tumbuh dalam hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian yang tinggi dan kebutuhan untuk membantu kesusahan orang lain
ᄋセMM ... _..,. K
MMセBBG@ BGBGセGG]GMM ·=-l
Attachmentdengan anak, membuat orang tua dapat memahami anak
sehingga lebih mudah memberikan arahan secara lebih proporsional,
empatik, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Anak juga akan
belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orangtua yang
menghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri
anak dan tidak mendorong kesadaran diri. Anak patuh karena takut
5. Pertumbuhan intelektual dan psikologis
Bentuk attachment yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik,
intelektual dan kognitif serta perkembangan psikologis anak
(http:www.e-psikolog i. com/anak).
2.1.2.2. Faktor-faktor dalam attachment
Pola pengasuhan dalam rangka menciptakan attachment mengajak orangtua
untuk menerima dan memenuhi kebutuhan akan ketergantungan bayi
kepada orang tua. Sears (dalam Brooks, 2001) mendeskripsikan lima hal
utama dalam attachment, yaitu :
1, Membetuk bonding dengan bayi saat baru lahir
Bonding menurut Sears (2001) adalah hubungan emosional yang
berkembang antara ibu dan bayi saat bayi baru lahir. Pada masa ini
kedekatan antara ibu dan bayi. Dengan dibentuknya bonding ibu dapat memberikan kasih sayang kepada bayi luar dan dalam.
2. Breastfeeding
Sentuhan adalah hal yang penting untuk bertahan hiclup dan kelekatan (attachment). Dari berbagai penelitian eksperimen pada bayi manusia dan hewan, baik hewan dan manusia gagal untuk bertahan hidup atau mati tanpa adanya sentuhan dari hewan atau manusia dewasa. Menyusui adalah suatu langkah nyata bagi ibu dan bayi. Kontak fisik dan menyusui dipercaya membentuk attachment aman. Sentuhan membantu
menyeimbangkan suhu tubuh bayi, pernapasan dan membentuk hubungan parenting antara ibu dan anak yang dapat dipelajari satu dengan yang lain (Breazeale, 2001).
Kegiatan menyusui lebih kondusif dalam pengasuhan clan lebih responsif clibandingkan dengan menyusui melalui botol. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan mempunyai memory span Oangka waktu mengingat) kurang dari satu menit. Jika menggunakan botol susu maka ibu membutuhkan waktu untuk mempersiapkan. Akibatnya mereka tidak dapat memenuhi
3. Cos/eeping (tidur bersama)
Pola bayi tidur sendiri adalah salah satu prinsip masyarakat barat. Padahal pada saat tidur bersama, bayi merasakan dirinya sebagai perpanjangan natural dari ibu mereka untuk tahun pertama dan kedua kehidupan. lbu menyediakan waktunya untuk membangunkan dan rnenidurkan bayi (Breazeale, 2001 ).
4. Baby wearing (menggendong bayi)
Baby wearing digunakan sebagai suatu menciptakan bonding antara orangtua dan bayi. selain itu juga sebagai cara untuk meningkatkan
responsivitas orangtua
5. Tangisan bayi sebagai sinyal yang penting
Setiap bayi dilengkapi dengan kemampuan untuk memberi sinyal kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya yang disebut tangisan. Setiap ibu mengembangkan jaringan yang dibutuhkan untuk menerima sinyal-sinyal dari bayi. Tangisan itu sebagai cara komunikasi antara ibu dan bayi. ada tiga tipe tangisan, yaitu :
b. Tangisan marah, dikarakteristikan dengan hubungan kelanjutan sementara dari pola dasar tetapi dapat dibedakan dari perbedaan tiap fase komponen.
c. Tangisan sakit, datang secara mendadak dimulai dengan teriakan kencang dari awal dan dibuat dengan tangisan yang panjang dan diikuti dengan fase diam yang panjang, kemudian diikuti dengan suatu tarikan napas yang cepat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan attachment adalah suatu hubungan
emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.
2.1.3. Bayi
Adapun ciri-ciri masa bayi (Hurlock, 1980) diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Masa bayi adalah periode terbentuknya pola perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi
2. Masa bayi adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat
3. Masa bayi adalah permulaan sosialisasi 4. Masa bayi merupakan permulaan kreativitas
5. Masa bayi adalah permulaan berkembangnya peran seks
Bayi menurut tahap perkembangan psikososial Erikson (Hurlock, 1980) dimulai dari lahir sampai usia 1 tahun . Adapun tahapan perkembangan psikososial tersebut adalah sebagai berikut (Calvin S. Hall, 1993):
1. Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar (oral) ; 0-1 tahun
Erikson menyebut tahap ini sebagai masa pembentukan. Bayi membentuk rasa percaya terhadap orang-orang dan objek-objek yang ada di sekitar diri mereka. Rasa percaya itu membutuhkan perasaan nyaman dan
mengurangi perasaan takut dan cemas terhadap masa yang akan datang.
perasaan negatif seperti ketakutan dan ketidakamanan. Menurut Erikson, ketika kebutuhan bayi dapat dipenuhi secara konsisten dan efektif, anak merasa terpuaskan dan mengangap dunia mereka merupakan tempat yang aman. Bayi lebih mudah mempercayai pengasuh karena konsistensi perhatian dan pemberian perasaan akan kepercayaan dari bayi.
Ketika kebutuhan bayi tidak dapat diidentifikasikan, mungkin dunia sepertinya kacau dan tidak dapat diprediksi. Bayi merasa terganggu dan tidak diperhatikan apabila kebutuhan akan ASI dan pelukan ibu melalui tangisan tidak terpenuhi. Apabila tangisan dibiarkan terlalu lama, maka bayi akan mempersepsikan dan memandang bahwa dunia ini
mengasingkan dirinya.
2. Otonomi versus Perasaan Malu dan Keragu-raguan (anal); 1-3 tahun
Pada tahap ini anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, kewajiban-kewajiban dan hak-haknya disertai pembatasan yang
3. lnisiatif versus Kesalahan (falik); 3-6 tahun
Seiring dengan timbulnya rasa percaya, anak mulai bereksperimen dengan orang-orang baru dalam lingkungannya. lnisiatif atau perasaan ingin tahu (ambisi) dan tanggung jawab anak, berkembang ketika orang
tua mendukungnya. Bahayanya adalah ketika orangtua menuntut kontrol diri yang berlebihan dari si anak, yang malah akan menjadi overcontrol,
dan jika tidak terpenuhi akan menimbulkan perasaan bersalah.
4. Kerajinan versus inferioritas (laten) ; 6-11 tahun
Di sekolah, anak mengembangkan kemampuannya dalam bekerja dan bekerjasama dengan orang lain. Rasa rendah diri berkembang ketika ada pengalaman buruk di rumah, sekolah atau dengan teman sebaya.
5. ldentitas versus Kekacauan identitas (genital) ; remaja
Remaja mencoba untuk mencari jawaban dari pertanyaan siapa aku? dan dimana tempatku dalam lingkungan? Nilai-nilai yang dipilih remaja serta tujuan-tujuan yang akan mereka capai pada akhirnya membawanya pada pencarian jati diri. Tetapi dampak negatifnya yang akan keluar adalah kebingungan akan aturan-aturan masa depan yang menuntut kedewasaan.
Setelah pertanyaan atas identitas terus berlangsung, orang-orang muda (dewasa) akan menjalin sebuah keakraban dengan orang Jain. Karena perjanjian ataupun keputusan yang tergesa-gesa, beberapa orang tidak dapat membentuk hubungan yang dekat dan akan cenderung
mengisolasi diri dengan kegagalannya itu.
7. Generativitas versus Stagnasi (dewasa madya)
Generativitas berarti siap memelihara dan memberikan sesuatu kepada generasi selanjutnya. Orang yang gaga! dalam hal ini akan merasa ada kekosongan dalam sebuah pencapaian.
8. lntegritas versus Keputusasaan (dewasa akhir)
lntergitas adalah suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang dan juga setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan maupun kegagalan-kegagalan dalam hidup. Lawannya adalah keputusasaan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan terhadap kondisi sosial dan historis, ditambah lagi kefanaan hidup menghadapi kematian.
lain dan merupakan perasaan dasar akan kepercayaan mereka melalui persaan bahwa orang lain menerima dirinya dan melelui pengenalan terhadap keinginan mengenali tubuh mereka sendiri (Miller, 1993). Basic trust ini pula yang nantinya sangat menentukan tugas perkembagan sosial individu seseorang.
2.1.4.
lbu BekerjaMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karir adalah ·1. Perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan; 2. Pekerjaan yang
memberikan harapan untuk maju (Tim Penyusun, 1999).
Panji Anoraga mengatakan "Bekerja apa saja asal mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya, itulah karir" (Anoraga, 2001). Sedangkan H. M. Atho Mudzhar (dalam Anoraga, 2001) mengatakan wanita karir adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan karir dan wanita yang
berpendidikan cukup tinggi serta mempunyai status yang c:ukup tinggi dalam pekerjaannya dan cukup berhasil dalam berkarir.
suami dan anak-anaknya menjadi terbatas. Sedangkan Soedarto (dalam Sumargo, 1995) mendefinisikan ibu bekerja sebagai ibu yang memiliki kegiatan secara publik (bekerja di luar pekerjaan domestik) dan mempunyai jadual tertentu untuk mengembangkan hidupnya, baik secara fisik maupun
psikis (Jurnal Psikodinamik, 2005).
Ki Hajar Dewantoro dalam bukunya soal wanita mengatakan bahwa fungsi wanita yang terpenting dalam keluarga adalah sebagai ibu. Wanita sebagai pemangku keturunan pada pertama kalinya berkewajiban menunaikan tugasnya yang paling mulia (Notopuro, 1997).
Dalam kehidupan kaum wanita, ada 3 peredaran masa yang pasti ditempuh, yaitu:
1. Wanita sebagai puteri, yaitu pada waktu masih dalam keadaan anak-anak dan tengah menerima didikan dari ibu dan bapaknya, serta masih berada di bawah perawatan dan pemeliharaan mereka berdua, sehingga ia menjadi seorang remaja putri, gadis, dan pemudi.
3. Wanita sebagai ibu. Pada masa ini wanita apabila ia telah menikah dengan perkawinan yang sah, pada umumnya selalu mempunyai
keturunan, melahirkan anak, dan anak yang dilahirkan akan memanggil ia 'ibu'. lbu si anak, ibu yang selalu menyusui dan memelihara dirinya
sehingga anak itu dewasa sampai menjadi orang.
Menurut Conny Semiawan (1996), wanita sebagai ibu mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
1. Merawat janin dalam kandungan 2. Melahirkan anak
3. Menyusui anak 4. Memperhatikan anak
5. Mengelola dan mengurus anak (Semiawan, 1996)
Kelompok Studi Wanita FISIP UI (1990) berpendapat bahwa seorang ibu bekerja adalah seorang ibu yang baik secara langsung maupun tidak langsung mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan menghabiskan waktu. Pengertian ibu bekerja adalah ibu yang memiliki dua peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus juga bekerja di luar rumah untuk memperoleh pendapatan.
berperan tunggal hanya melakukan tugas tertentu yang mempunyai hubungan dengan rumah tangga.
Seorang ibu yang bekerja sudah pasti tidak dapat lagi rnemberikan seluruh waktunya untuk keluarga terutama dalam pengasuhan anak-anaknya. Pada masa itu diperlukan penyesuaian diri terhadap perubahan peran yang terjadi dan di dalam setiap keluarga penyesuaian berlangsung secara unik.
Alternatif penyesuaian yang dilakukan keluarga dengan ibu bekerja menurut Brooks (1991) ad a I ah sebagai berikut :
1. Mengatur jadwal kerja yang berbeda antara suami dan istri sehingga memungkinkan salah satu pihak berada di rumah.
2. Mengurangi jam bekerja agar masih terdapat banyak waktu untuk mengurus keluarga.
3. Mengatur agar suami bekerja di rumah semantara istri dapat bekerja di luar rumah.
4. Menggunakan bantuan pengasuh lain sementara ibu bekerja. Metode ini paling umum digunakan pada keluarga dengan ibu bekerja.
2.1.4.1. lbu Bekerja dalam Pandangan Islam
pekerjaan yang lazimnya dilakukan oleh kaum laki-laki. Bahkan hampir di setiap sektor kehidupan, kaum wanita turut ambil bagian di dalamnya.
Dengan tegas Islam mengatur bahwa wanita bekerja di dalam rumah, mengurus dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya tanpa menghilangkan haknya untuk bermasyarakat. Kaum laki-laki bekerja di luar rumah,
mengusahakan dan menjamin segala kebutuhan hidup yang diperlukan dalam berumah tangga. Hal ini dimaksudkan agar tercipta keharmonisan dan kebahagiaan wanita (istri) dan pria (suami) itu sendiri secara kaffah.
Islam menegaskan bahwa wanita dan pia adalah sama dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai seorang manusia yang terhormat. Pada saat yang sama Islam bahkan menempatkan wanita pada posisinya yang mampu memberikan motivasi dan dorongan sekaligus menjadi teman yang setia bagi pria (suami) selamanya (lkhwan Hamdani, 2003). Hanya saja Islam dengan
penuh kebijaksanaan dan keadilannya sudah mengatur jenis-jenis pekerjaan yang layak dikerjakan oleh wanita dan pria sesuai dengan penciptaan dan kodratnya masing-masing.
Dalam Islam, bekerja di luar rumah bagi wanita yang telah berkeluarga terdapat aturan-aturan tertentu, diantaranya:
2. Harus berpegang pada adab-adab yang disyariatkan.
Di dalam bekerja, hendaklah berbicara sopan, dan semua gerak-gerik harus berpegangan pada aturan dan adab-adab yang lslami. Selain itu, juga harus menutup aura!, perhiasan dan kehormatannya.
3. Menggunakan busana yang sopan dan menutup aura!. 4. Tidak menelantarkan tugas pokoknya di rumah.
Pekerjaan wanita di rumah, mengurus anak-anak dan melayani suami adalah pekerjaan yang tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Dari berbagai penelitian membuktikan, anak-anak ケ。ョセj@ berhasil adalah mereka yang mendapat curahan kasih sayang ibunya. Anak-anak yang tumbuh dalam pendidikan ibunya, akan menjadi generasi yang tangguh, dibandingkan mereka yang kering kasih sayang. Pola pendidikan dari
seorang ibu terhadap anaknya pada saat dia kecil, akan membentuk karakter anak tersebut, misalnya saja jika seorang ibu senantiasa penuh kasih sayang dan perhatian terhadap anaknya, maka anak akan tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang terhadap orang lain.
5. Mendapat izin dari suami.
memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Sehingga ayat-ayat suci itu langsung menjadi pelajaran bagi si anak.
Bekerja di luar rumah bukan merupakan alasan bagi ibu untuk tidak menyusui bayinya. Agar ASI bisa bertahan lama maka A81 tersebut bisa disimpan dalam termos es yang bisa bertahan selama 24 jam, dalam kondisi di udara luar ASI bisa bertahan enam hingga delapan jam. Bahkan jika disimpan dalam lemari es dapat bertahan 2x24 jam dan di freezer bisa bertahan sampai tiga bulan.
Proses pemberian ASI eksklusif ditambah dengan faktor-faktor lain, seperti bonding, cosleeping, babywearing dan tangisan akan menciptakan sebuah
3.1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus karena ingin menggali informasi lebih dalam masing-masing responden. Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution dalam Sugiyono, 2005).
Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang clidapat akan lebih lengkap. lebih mendalam. kredibel dan bermakna sehingf1a tujuan penelitian dapat dicapai. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan ditemukan melalui metocle kualitatif ini.
1.2. Subjek Penelitian
Subjek diambil secara purpossive karena peneliti telah memiliki pengetahuan khusus mengenai suatu kelompok dalam memilih subjek yang
1. lbu bekerja; dengan jam kerja 7-8 jam per hari, 5 hari dalam seminggu Hal ini erat kaitaanya dengan sejauh mana usaha para ibu yang bekerja di luar rumah dalam memberikan ASI eksklusif dan menciptakan
attachment dengan bayinya.
2. Status pernikahan ; menikah, dengan usia pernikahan maksimal 5 tahun Pada pernikahan di bawah 5 tahun, biasanya para ibu masih memikirkan penampilan pribadi karena usia si ibu sendiri yang juga masih muda. 3. Bayi; berumur 6-12 bulan
Karena bayi pada usia ini, sudah memasuki tahap attachment in making dan the clear-cut attachmment phase dimana proses attachmentnya sudah dapat terlihat dengan jelas.
4. Suami bekerja
Hal ini guna melihat sejauh mana dukungan suami dalam proses
pemberian ASI eksklusif dan terciptanya attachment antara ibu dan bayi. 5. Memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan
Untuk melihat alasan dan manfaat dari pemberian ASI eksklusif yang dirasakan.
Jumlah subjek yang akan dijadikan responden adalah sebanyak empat orang dengan alasan agar peneliti dapat membuat analisis intra subjek dan
3.3. Metode Pengumpulan Data
Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan mengutamakan perspektif emic yang artinya mementingkan pandangan informan atau responden, yakni bagaimana rnereka memandang dan menafsirkan dunia dari kacamatanya sendiri. Peneliti tidak bisa
memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan surnber data dan teknik pengumpulan data adalah seperti berikut ini :
1. Wawancara : Untuk mendapatkan gambaran dan data tentang pengetahuan ibu akan ASI, kandungan serta manfaatnya, sumber datanya adalah ibu itu sendiri.
2. Observasi: Untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang proses kelekatan, dan memperkuat data dari hasil wawancara.
3.4.
lnstrumen Penelitian
observasi. lnstrumen yang digunakan antara lain: pedoman wawancara, lembar observasi, tape recorder, dan buku catatan.
3.5. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap persiapanTahap ini digunakan peneliti untuk membuat pedoman wawancara umum dengan kalimat pertanyaan yang lengkap dan melakukan pendekatan serta janji kepada para responden untuk melakukan wawancara dan observasi. Pada tahap ini juga diikuti dengan pengurusan administratif yang diperlukan dalam proses wawancara dan observasi diantaranya
surat keterangan dari pihak kampus. 2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini sudah dimulai penelitian yang dilakul<an di tempat-tempat yang berbeda sesuai dengan perjanjian dengan masing-masing
responden.
3.6. Analisis Data
Tahap analisis data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Memindahkan hasil rekaman dari tape recorder ke dalam bentuk verbatim 2. Menganalisis masing-masing jawaban responden
4.1. Gambaran Umum Subjek
Karakteristik
1
23
4Subjek
Usia lbu 33 tahun 28 tahun 29tahun 27 tahun Usia suami 30 tahun 37 tahun 29 tahun 35 tahun
Agama Islam Islam Islam Islam
Pendidikan 03 81 8'1 81
terakhir subjek
Pekerjaan subjek 8taf Akunting PN8 Dokter
Akunting
4.2. Analisis Intra Subjek
4.2.1. Analisi Subjek 1
4.2.1.1. Gambaran Kehidupan Subjek
Subjek berinisial ibu S ini memiliki dua orang anak laki-laki. Sehari-hari ibu S bekerja di sebuah perusahaan di daeah Jakarta Utara yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggalnya yaitu di daerah Jakarta Selatan. lbu S bekerja mulai pukul sembilan pagi hing9a pukul empat sore. Hal ini berarti bahwa setiap harinya ibu S meninggalkan anak-anaknya kurang lebih selama delapan jam, lima hari dalam satu minggu ditambah lagi selama lima jam di hari Sabtu. Selama bekerja, ibu S meninggalkan bayinya pada seorang pengasuh yang diawasi langsung oleh nenek si bayi.
4.2.1.2. Alasan lbu Bekerja
lbu S sudah bekerja sejak lama, sebelum ia berumah tanggga. Karena itulah ia sangat mencintai pekerjaannya. Menurut penuturan ibu S sebenarnya alasan utama yang sangat mendasar untuk tetap
mempertahankan pekerjaannya walaupun telah memiliki dua orang anak yang masih kecil yang sedang membutuhkan banyak perhatian adalah karena faktor ekonomi. "Ka/au saya nggak kerja ya dari mana bisa beli susu mba? Ka/au dari ayahnya sendiri masih be/um cukup."
4.2.1.3. Fleksibilitas Waktu dan lama bekerja
lbu S bekerja selama delapan jam per hari lima hari dalam seminggu dan tambahan di hari sabtu selama lima jam. Untuk itu setiap harinya ibu S meninggalkan bayinya kurang lebih sembilan jam 、・ョAセ。ョ@ waktu tempuh perjalanan dari rumah menuju kantor. Dan selama itu ibu S meninggalkan bayinya pada seorang pembantu rumah tangga dan juga nenek si bayi. Menurut penuturan ibu S, perusahaan tempatnya bekerja saat ini memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap kehidupan berumah tangganya.
4.2.1.4. Faktor Komitmen dan Kepuasan Pekerjaan
lbu S memiliki komitmen yang tinggi dengan suami dan pekerjaannya saat ini . Artinya pekerjaannya saat ini tidak akan mengganggu
keluarganya. Jam kerja ibu S sedapat mungkin tidak lebih dari delapan jam sehari. Untuk kegiatan di luar pekerjaan ibu S akan selalu membawa serta bayinya. Sampai saat ini ibu S merasa cukup puas dengan
pekerjaan dan kegiatan sehari-hari lain yang ia kerjakan. Karena kepuasan itulah maka ibu S tidak merasa berat dan terbebani dengan peran gandanya saat ini.
4.2.1.5. Dukungan Suami
Dukungan suami ibu S juga sangat besar pada proses pemberian ASI eksklusif yang dijalani. Cara yang dilakukan adalah dengan
memperhatikan asupan gizi yang diterima oleh ibu S clan dukungan moril dimana suami ibu S senantiasa menjaga perasaan ibu S agar senantiasa gembira.
4.2.1.6. Gambaran Mengenai ASI dan Attachment (Kelekatan)
lbu S memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama enam bulan. Dengan jumlah dan waktu pemberian ASI ticlak dibatasi. Sesering apapun
bayi menginginkan ASI, ibu S akan memberikannya secara langsung. Alasan ibu S memberikan ASI eksklusif adalah untuk ketahanan tubuh bayi karena ASI merupakan yang terbaik dan bayi itu sendiripun belum membutuhkan makanan secara langsung selama enam bulan pertama kehidupannya. Dengan menyusui berat badan ibu S bisa cepat turun seperti sedia kala tanpa harus melakukan diet. Jadi menurut ibu S, salah jika banyak orang yang berpendapat kalau dengan memberikan ASI tubuh si ibu akan bertambah gemuk. lbu S mengatakan "Ngga ada hubungannya gemuk dengan AS/. Justru ka/au ibu tidak memberikan AS/,
Selama ibu S bekerja pemberian ASI dilakukan dengan menggunakan botol. ASI di peras untuk kemudian disimpan dalam botol. Setiap hari ibu S meninggalkan ASlnya sebanyak empat botol untuk bayinya. ASI
sejumlah itu menurut ibu S sudah cukup, karena sebelum ibu S berangkat kerja pukul 9 pagi, bayinya sudah minum ASI langsung dari ibu S sampai kenyang.
lbu S menuturkan bahwa ia senang sekali dapat memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Karena anak merupakan amanah dan anjuran memberikan ASI ada dalam Al-Qur'an. Tidak semua ibu dapat
memberikan ASI pada bayinya. Dari sisi ekonomi, ibu S merasakan manfaat yang besar dari pemberian ASI. Menurutnya jika bayi diberikan susu formula, maka orangtua harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 300.000 - Rp 400.000 per bulan. Pemberian ASI juga sangat praktis. Kapanpun dan dimanapun jika kondisinya memungkinkan, ASI dapat diberikan. Tidak perlu mencuci botol ataupun menyiapkan segala peralatannya.
digambarkan. Pada saat ia menyusui bayinya dan bayinya menatap ataupun meraba-raba dan mengelus-elus wajah ibu S adalah saat-saat yang membahagiakan. Proses pemberian ASI juga dapat menjadi salah satu meia pembelajaran dini bagi bayi. lbu bisa bercerita,
memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ataupun mengenalkan organ-organ disekitar wajahnya. lbu S mengatakan dengan rnemperdengarkan ayat-ayat Al-Our' an kepada bayinya sambil menyusui, bayinya menjadi lebih tenang.
Menurut ibu S kelekatan antara dirinya dan bayi terjadi begitu saja tanpa
ia sadari bagaimana terciptanya. Yang ia sadari paling besar
pengaruhnya terhadap kelekatan itu adalah pemberian ASI eksklusif. Rangkaian proses menyusui itu memberikan rasa aman dan nyaman bagi bayi. Kepercayaan yang sangat besar digantungkan pada ibu S. Karena rasa nyaman itulah, bayi ibu S akan menangis bila ditinggalkan atau paling tidak menampakkan wajah muram. lbu S menuturkan "Ngga tega rasanya kalau udah lihat muka anak memelas kaya' gitu. Jadi merasa
bersalah udah ninggalkan anak''. Walaupun si anak belum mengerti, tetapi ibu S selalu berusaa menjelaskan kepada bayinya kalau ia akan pergi unuk bekerja mencari uang dan akan kembali la(Ji. Hal ini dilkukan semata-mata untuk menanamkan rasa percaya pada anak akan ibunya.
Dari semua pengalaman kelekatan dengan bayi, ibu S merasakan
4.2.1.7. Hubungan Attachment (Kelekatan) dengan lbu Bekerja
Diakui ibu S keputusannya untuk tetap bekerja walaupun memiliki seorang bayi terkandang menjadi sebuah dilema. Bera! rasanya setiap kali harus meninggalkan bayinya seharian. Rasa khawatir acap kali menghantuinya. Tetapi seiring berjalannya waktu ibu S sudah mulai bisa
mengatasi hal tersebut. Menurut pengakuan ibu S sampai saat ini ia tetaplah orang terdekat dan yang pertama kali di cari oleh bayinya. Hal ini tidak lain adalah karena ibu S memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Karena dari pemberian ASI itulah terjalin hubungan batin yang erat antara ibu dan bayi. Walaupun saat ibu S bekerja bayinya mendapatkan ASI melalui botol, tetapi pada saat ibu S berada di rumah bayi ibu S tidak mau lagi meminum ASI dalam botol. Hal seperti ini sangat menggembirakan ibu S karena seolah bayi yang belum lancar berbicara itu mengatakan kalau ia tidak ingin jauh lagi dari ibunya.
4.2.1.8. Hambatan-hambatan yang ditemui
4.2.2. Analisis Subjek 2
4.2.2.1. Gambaran Kehidupan Subjek
lbu H adalah seorang wanita karir dengan satu orang putri berusia 10
bulan. Sehari-harinya ia bekerja di sebuah perusahaan di daerah Jakarta Selatan sebagai akunting. Jarak dari rumah ibu H 、・ョセQ。ョ@ kantor tidak begitu jauh dan ibu H selalu mengendarai sepeda motornya sendiri. Setiap hari ibu H meninggalkan rumah mulai pukul 07.:30- 17.00. Dalam jangka waktu tersebut berarti ia harus meninggalkan bayinya. Dalam pengasuhannya ibu H dibantu oleh ibunya atau nenek dari bayi. Sang nenek tinggal di rumah ibu H bersama suami ibu H. Hanya saja setiap akhir pekan sang nenek pulang ke rumahnya untuk bertemu dengan suaminya atau kakek si bayi. Begitu seterusnya rutinitas yang di jalani keluarga ini sampai si bayi berusia 7 bulan.
ruangan. lbu H dan suami masing-masing memiliki satu buah kendaraan roda dua yang sehari-hari digunakan untuk pergi ke kantor.
4.2.2.2. Alasan lbu Bekerja
Sudah sejak lama ibu menjalani profesi sebagai wanita karir. Di kantor yang sama ini, ia sudah beberapa kali naik jabatan dan terakhrir ia memegang jabatan sebagai seorang akunting. Alasan yang paling mendasar dari ibu H untuk tetap mempertahankan pek.erjaannya
walaupun telah memiliki seorang bayi adalah untuk memanfaatkan ilmu yang didapatkan sewaktu di bangku kuliah. lbu H menuturkan "Sayang mba, udah kuliah cape-cape kuliah masa ilmunya ga o'i pake? Trusjuga kalau punya uang sendiri kan mau beli apa-apa enak, ga usah nunggu
jatah dari suami''.
Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi keluarga, sebenarnya ibu H tidak perlu bekerja. Karena suaminya sudah dapat memenuhi segala
kebutuhan rumah tangganya, walaupun tidak berlebihan. Tetapi disini ibu H hanya menginginkan aktualisasi dirinya sebagai seorang manusia.
4.2.2.3. Fleksibilitas Wak.tu dan Lama Bekerja
penggunaan kendaraan sendiri membuat waktu tempuh yang di gunakan tidaklah lama. Selama bekerja ibu H meninggalkan bayinya dengan sang nenek dan seorang pembantu rumah tangga.
Karena jarak dan waktu tempuh yang pendek antara rumah dan kantor, ibu H dapat pulang ke rum ah saat jam istirahat kantor untuk menemui bayinya dan menyusuinya. Perusahaan tempat ibu H bekerja juga cukup toleran atas keadaan ibu H saat ini. Artinya ibu H akan lebih mudah untuk mendapatkan izin atau semacam dispensasi bila sesuatu terjadi dengan bayinya.
4.2.2.4. Faktor Komitmen dan Kepuasan Kerja
4.2.2.5. Dukungan Suami
Suami ibu H juga seorang pekerja dengan jam kerja yang sama. Sejak awal, suami ibu H mendukung keputusan ibu H untuk tetap bekerja walaupun telah memiliki seorang bayi. Bentuk dukungan suami yang besar salah satunya adalah dengan membelikan ibu H sebuah sepeda motor yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi sehari-hari dari rumah menuju kantor. Hal ini dilakukan guna mengefisiensikan waktu sedimikian rupa agar ibO H tidak meninggalkan bayinya terlalu lama. Bagi suami ibu H, pekerjaan ibu H sebenarnya tidaklah terlalu berdampak besar bagi ekonomi keluarganya. Karena semua kebutuhan dapat dipenuhi oleh suami ibu H. Hanya saja suami ibu H mengerti akan kebutuhan dan kepuasan batin yang dirasakan jika ia rnembiarkan istrinya bekerja.
4.2.2.6. Gambaran Mengenai ASI dan Attachment (Kelekatan)
Selama enam bulan penuh, lbu H memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pemberian ASlnya tidak dibatasi. Selama ibu H berada di rumah, kapanpun bayinya mengingkan ASI, ibu H akan selalu memberikannya. Alasannya adalah karena ASI sangat baik untuk
ia terus menerus memberikan ASlnya. Sampai saat ini pun, di usianya yang sudah sepuluh bulan, bayi ibu H belum mau jika di berikan susu
formula. Jadi sampai saat ini bayi ibu H masih minum ASI di samping makanan tambahan lainnya.
Dengan memberikan ASI eksklusif bayi ibu H tidak pernah sakit yang serius. Sejak lahir sampai sekarang berusia sepuluh bulan, ibu H dan bayinya hanya pergi ke dokter untuk imunisasi. Jika bayinya terserang flu, ibu H tidak memberikan obat apapun, hanya menggunakan uap panas yang dibuat dari air panas yang di campur dengan minyak telon. Hal ini dilakukan sesuai anjuran dokter yang di rasakan manfaatnya dapat melegakan pernapasan si bayi.
Selama ibu H bekerja, pemberian ASI dilakukan dengan menggunakan botol susu. Tetapi karena jarak antara rumah dan kator yang cukup dekat, ibu H selalu menyempatkan diri pulang ke rumah saat jam istirahat
makan siang. Selain itu, ibu H juga menyimpan ASlnya di dalam botol untuk diberikan pada bayinya saat ia bekerja. Pagi hari saat hendak berangkat bekerja, ibu H sudah menyusui bayinya sampai kenyang.
seterusnya. Selama berada di rumah, ibu H akan memberikan ASI sebanyak-bayaknya sampai bayinya puas.
lbu H menuturkan bahwa ia sangat bahagia dan bangga pada dirinya sendiri dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. lbu H juga menambahkan jika program pemberian ASI eksklusif harus digalakkan. Hal ini semata-mata untuk kepentingan si bayi. Pemberian ASI juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Dari sisi ekonomi, ibu H juga merasakan manfaat yang besar. "AS/ itu kan gratis mba,
ekonomis, praktis, higienis lagi. Jadi pengeluaran rumah tangga /ebih
kecil."
Menurut ibu H, pemberian ASI sangat membantu dalam terciptanya kedekatan dengan bayi. Karena ibu H memiliki pengalaman unik dengan bayinya. Terkadang ibu H merasa jika bayinya hanya membutuhl<annya untuk minum ASI saja. Sedangl<an untuk hal-hal lain, bayi ibu H lebih senang mencari bantuan dan perhatian pada neneknya. Kejadian ini berlangsung terutama pada enam bulan pertama usia bayinya. Karena sehari-harinya sang nenek lah yang lebih banyak berinteraksi dengan bayi. lbu H berkomentar "Saya aja yang memberi AS/ sendiri ke bayi saya sering merasa anak saya jauh dari saya. Apalagi ka/au saya ngga
memberi AS/ ya? Bisa-bisa anak saya ngga kena/ ibunya! " Pada saat seperti ini perasaan cemburu acap kali muncul. T etapi sering di abail<an karena ibu H memberikan yang terbaik bagi bayinya. ,lustru perasaan seperti ini dijadikan motivasi untuk ibu H agar ia bisa lebih dekat lagi dengan bayinya.
4.2.2.8. Hambatan-hambatan yang ditemui
Dalam prakteknya sehari-hari, menjalani peran ganda sebagi ibu rumah tangga sekaligus wanita karir, seringkali ditemukan beberapa hambatan. Salah satu yang dirasal<an ibu H adalah bila ia tidal< dapat meninggalkan
pekerjaannya secara profesional, sedangkan di lain pihak ia tidak dapat berhenti memikirkan bayinya. Untuk mengantisipasi harnbatan-hambatan semacam ini, salah satu cara yang digunakan ibu H aclalah dengan memperbanayak persediaan AS! yang sudah diperas bagi sang buah hati.
4.2.3. Analilis Subjek 3
4.2.3.1. Gambaran Kehidupan Subjek
lbu L adalah seorang wanita karir di salah satu instansi pemerintahan di Jakarta. la memiliki seorang putri berusia sebelas bulan. Jam kerja ibu L dimulai pada pukul 08.00-16.00. Jarak antara rumah menuju kantor ibu L cukup jauh dan biasanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 40 menit dengan menggunakan mobil pribadi yang dikendarai sendiri oleh ibu L.
Setiap hari, sampai bayinya berusia enam bulan, ibu L selalu membawa
bekerja. Jadi ibu L tetap dapat memantau anaknya walaupun sedang bekerja dan pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan sempurna.
lbu L beserta suami dan bayinya saat ini masih tinggal bersama orang tua serta adik-adik ibu L yang masih kuliah. Tempat tinggal mereka cukup besar dan nyaman. Semua penghuninya memiliki ruangan pribadi masing-masing. Bayi ibu L pun memiliki ruangan bermain yang cukup. Sebenarnya ibu L dan suaminya telah memiliki rumah pribadi, tetapi mereka memilih untuk tetap tinggal dengan orangtua clengan alasan agar ada yang menemani bayinya jika sewaktu-waktu ibu L harus
meninggalkannya untuk urusan pekerjaan. lbu L sendiri mengakui kalau ia sangat bergantung pada ibunya untuk urusan mengus bayinya.
4.2.3.2. Alasan lbu Bekerja
Sejak beberapa tahun sebelum menikah, ibu L telah bekerja pada instansi pemerintahan ini dan menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil). Karena itulah sampai ia menikah dan memiliki seorang bayi ia pun tetap mempunyai ikatan kerja dengan instansi pemerintahan ini. Alasan utama untuk mempertahankan pekerjaan ini adalah untuk
pekerjaannya saat ini sedikit banyak berpengaruh juga terhadap ekonomi rumah tangganya dan terutama untuk pemenuhan kebutuhan pribadi ibu L sendiri. lbu L berkomentar " Ka/au kita kerja, setidaknya punya u