• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

RATU UMMU HANI

NIM: 1110104000015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

Undergraduate Thesis, July 2014

Ratu Ummu Hani, NIM: 1110104000015

The Relationship of Husband’s Support towards The Success of Exclusive Breastfeeding of Primiparous Mothers in the Work Area of Pisangan Health Center

xviii + 70 pages + 15 tables + 3 charts + 8 appendixes

ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is the best nutrition for infants during the first six months of life for healthy growth and development. Many factors believed can affect the success of exclusive breastfeeding. This study aims to find the relationship of husband’s support towards the success of exclusive breastfeeding of primiparous mothers.

This study is conducted in the work area of Pisangan health center. The sample used are 34 primiparous mothers who has been through a period of exclusive breastfeedings. The sampling method used in this study is accidental sampling method. This study is a quantitative research with cross sectional approach. In this study, questionnaire research instruments are used as collecting data method. This study uses chi square with statistical application program in its processing as data analysis technique.

The results of this study showed that mothers got good support were 91,2%, quite good support were 8,8%, and no mother got less support from her husband, and also mothers succeeded to provide exclusive breastfeeding were 23,5% and did not succeed to do so were 76,5%. Statistical test results showed that there was no relationship between the husband's support towards the success of exclusive breastfeeding in primiparous mothers with a p value of 1.00 or Sig> 0.05.

The researcher suggests health workers to improve health promotion to mothers and their husband on exclusive breastfeeding by involving volunteer and society.

(4)

Skripsi, Juli 2014

Ratu Ummu Hani, NIM: 1110104000015

Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

xviii + 70 halaman + 15 tabel + 3 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK

ASI eksklusif merupakan nutrisi terbaik untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Banyak faktor yang dipercaya dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Sampel penelitian yang digunakan adalah ibu primipara yang telah melewati masa pemberian ASI eksklusif sebanyak 34 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik

accidental sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah chi square dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami yang baik sebanyak 91,2%, dukungan suami yang cukup 8,8%, dan tidak ada ibu yang kurang mendapatkan dukungan suami, serta ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif sebanyak 23,5% dan tidak berhasil memberikan ASI eksklusif sebanyak 76,5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara dengan p value sebesar 1,00 atau Sig>0,05.

Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan promosi kesehatan kepada ibu dan suami mengenai ASI eksklusif dengan mengikutsertakan para kader dan masyarakat.

(5)
(6)
(7)
(8)

Nama : RATU UMMU HANI

Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 10 Juli 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Parang Tritis Raya no. 135 Kecamatan Rawalumbu Kelurahan Sepanjang Jaya Bekasi

HP : 085691596814

Email : ratuummuhani@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri Sepanjang Jaya VIII Bekasi 1998 - 2004

2. SMP Negeri 2 Bekasi 2004 - 2007

3. SMA Negeri 2 Bekasi 2007 – 2010

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 – sekarang

ORGANISASI

1. IKREMA 2007 - 2009

2. PMR 2007 - 2009

(9)

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepadaNabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan.

Banyak pihak yang telah memberi bantuan, dorongan, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Ibunda Maesaroh dan Ayahanda Tubagus Ilham, yang selalu memeberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada kakak-kakak tersayang, dan seluruh keluarga besar, yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Dr. dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(10)

meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama di bangku perkuliahan.

6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

7. Seluruh Staf dan Karyawan Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Staf Puskesmas Pisangan dan Puskesmas Ciputat yang selalu bersedia membantu dan memberi masukan dalam proses pengambilan data penelitian.

9. Seluruh warga Kelurahan Pisangan dan Cirendeu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Kepada seluruh Keluarga besar PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, KOMDA FKIK, BEM Ilmu Keperawatan, dan khususnya teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, yang telah membantu dan memotivasi dalam mencapai cita-cita.

(11)

هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلاو

Ciputat, Juli 2014

(12)

Halaman

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstract ... iii

Abstrak... iv

Pernyataan Persetujuan... v

Lembar Pengesahan... vi

Daftar Riwayat Hidup... viii

Kata Pengantar... ix

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif... 9

1. Definisi ASI Eksklusif... 9

2. Jenis-jenis ASI... 10

3. Fisiologi Laktasi... 11

4. Manfaat ASI Eksklusif... 13

5. Kendala Pemberian ASI Eksklusif... 15

6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif... 20 B. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother... 23

C. Dukungan Sosial ... 26

1. Pengertian Dukungan Sosial... 26

2. Faktor Pendukung Dukungan Sosial... 27

3. Sumber-sumber Dukungan Sosial... 28

4. Dukungan Sosial Suami... 28

D. Primipara... 30

E. Kerangka Teori... 31

(13)

A. Desain Penelitian... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 36

C. Populasi dan Sampel... 36

D. Instrumen Penelitian... 37

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 40

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data... 42

G. Etika Penelitian... 44

H. Pengolahan Data... 44

I. Analisis Data... 45

BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil Puskesmas Pisangan... 47

B. Hasil Analisis Univariat... 48

C. Hasil Analisis Bivariat... 55

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat... 57

B. Analisis Bivariat... 68

C. Keterbatasan Penelitian... 69

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

Daftar Pustaka

(14)

WHO : World Health Organization

AKB : Angka Kematian Bayi

MDG : Millenium Development Goals

ASI : Air Susu Ibu

PP : Peraturan Pemerintah Depkes : Departemen Kesehatan Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

ANC : Antenatal Care

UIN : Universitas Islam Negeri

UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund

PASI : Pengganti ASI

MPASI : Makanan Pendamping ASI

PKM : Puskesmas

DKI : Daerah Istimewa Jakarta

SD : Sekolah Dasar

(15)

Halaman

3.1 Definisi Operasional 33

4.1 Kisi-kisi Instrumen Variable Penelitian 38

4.2 Bobot Nilai 39

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

48

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

49

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

49

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

50

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

51

5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

52

5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

53

5.8 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

53

5.9 Distribusi Frekuensi Dukungan Fisik yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

54

5.10 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

(16)

Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 5.12 Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI

(17)
(18)

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 berada pada angka 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum memenuhi target AKB dalam Millenium Development Goals (MDGs), yang mana target AKB sendiri yaitu 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Menkokesra, 2013). Beberapa faktor dapat menyebabkan kematian bayi, seperti diare, penyakit infeksi, dan pneumonia. Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dan tepat dapat menekan kematian yang disebabkan penyakit ini. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan guna menghindari bayi dari berbagai penyakit ini adalah dengan pemberian air susu ibu (ASI) (Gizikia, 2011).

(20)

Data menyusui eksklusif dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010menunjukkan bahwa pada usia 0 bulan, presentasi pemberian ASI sebesar 82,5%, usia 1 bulan 75,1%, usia 2 bulan 74%, usia 3 bulan 66,9, usia 4 bulan 66,8%, dan usia 5 bulan 54,8%. Dari data tersebut terlihat bahwa pemberian ASI pada umur 0-5 bulan semakin lama semakin rendah presentasinya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2013 menyatakan bahwa dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi memiliki banyak kendala, seperti ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu bekerja, dan produksi ASI yang kurang. Beberapa faktor diduga menyebabkan berkurangnya produksi ASI, yaitu faktor menyusui, faktor psikologis ibu, faktor fisik ibu, dan faktor bayi. Faktor psikologis seperti stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif (IDAI, 2013).

(21)

Fas taking hold terjadi pada 2-4 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu mulai memperhatikan kemampuannya menjadi orang tua. Pada fase inilah, ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam merawat bayinya, seperti kemampuannya dalam menyusui bayi. Fase terakhir yaitu fase letting go. Fase ini terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga (Rubin, 1977 dalam Bahiyatun, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2011) di RSUD kota Surakarta didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Ibu memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat bayi, termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat memberikannya dukungan adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami atau keluarga/kerabat terdekat (Bahiyatun, 2009).

(22)

dalam pemberian ASI eksklusif bisa disebabkan karena suami yang sibuk bekerja sehingga menyarankan ibu untuk memberikan susu formula pada bayi 0-6 bulan. Destriatania (2010) juga mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah urban Jakarta Selatan bahwa praktik pemberian ASI eksklusif cenderung 1,4 kali lebih tinggi pada ayah yang memiliki pengetahuan postnatal tinggi dibandingkan ayah yang memiliki pengetahuan postnatal rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sudarmiati (2012) adalah sebanyak 63,33% ibu primipara mengetahui bahwa faktor psikologis dapat mempengaruhi produksi ASI. Pada penelitian lainnya disebutkan bahwa terdapat beberapa studi observasional yang menyatakan bahwa ayah merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi produksi ASI (Bar-Yam, 1997 dan Bentley, 1999 dalam Februhartanty, et al, 2007). Arora S, et al (2000) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa adanya pengaruh persepsi ibu terhadap sikap ayah terhadap keberlangsungan ASI eksklusif.

(23)

ASI eksklusif, sedangkan tiga lainnya tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena berbagai faktor, seperti ibu mulai bekerja dan rasa tidak percaya diri dalam memberikan ASI. 1 dari 2 ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif mengaku suami selalu memberikan perhatian dan membantu ibu dalam merawat bayi, sedangkan ibu lainnya mengaku bahwa suami jarang memberikan bantuan dikarenakan suami yang sibuk bekerja. Pada tiga ibu yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif didapatkan data bahwa 2 dari 3 ibu mengaku mendapatkan bentuk dukungan yang baik dari suami. Hal ini ditunjukkan dengan motivasi yang diberikan suami ketika ibu menyusui dan sering menemani ibu ketika menyusui bayi pada tengah malam.

Penelitian-penelitian mengenai ASI eksklusif telah banyak dilakukan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Akan tetapi, penelitian mengenai dukungan suami terhadap ASI eksklusif pada ibu primipara masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

B. Rumusan Masalah

(24)

pertama dapat mengalami berbagai masalah dalam merawat bayinya, termasuk dalam hal menyusui.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mira, et al (2012) di wilayah kerja Puskesmas Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu adalah terdapatnya hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Penelitian mengenai ASI eksklusif sudah banyak dilakukan tetapi penelitian mengenai dukungan suami terhadap keberhasilan ASI eksklusif pada ibu primipara belum peneliti temukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

b. Diketahuinya bentuk dukungan yang diberikan suami pada ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

(25)

d. Diketahuinya hubungan dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evidence-based

dalam perkembangan ilmu keperawatan. 2. Secara praktis

a. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi profesi kesehatan, khususnya perawat dalam memberikan promosi kesehatan pada ibu primipara dan keluarganya dalam pemberian ASI eksklusif.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan serta menjadi dasar instrumen dalam keperawatan Maternitas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(26)
(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

1. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun 2012). United Nations International Children's Emergency Fund

(UNICEF) tahun 2013 dan WHO tahun 2013 menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan cara yang sempurna untuk memberikan makanan terbaik untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Pemberian ASI secara eksklusif ini diberikan pada bayi sejak lahir hingga bayi berumur enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun (Depkes, 2004).

(28)

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu yang diberikan selama enam bulan pertama kehidupan bayi tanpa diberikan makanan atau minuman lain. Dalam hal ini, bayi tidak diperkenankan untuk diberi makanan apapun selain ASI, baik itu air putih maupun makanan lainnya.

2. Jenis-jenis ASI

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang pertama kali yang disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai ke-3. Kolostrum ini merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning daripada susu yang matur. Komposisi kolostrum ini akan selalu berubah dari hari ke harinya. Kolostrum memiliki protein yang lebih banyak dan berbeda dari ASI yang matur dan mengandung lebih banyak antibodi daripada ASI yang matur. Selain itu, kolostrum juga memiliki mineral dan vitamin yang larut lemak lebih tinggi daripada ASI matur. Akan tetapi, kolostrum ini memiliki kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah daripada ASI matur (Bahiyatun, 2009).

b. Air Susu Masa Peralihan

(29)

lemak serta volume juga meningkat dibandingkan kolostrum (Bahiyatun, 2009).

c. Air Susu Matur

Air susu matur merupakan jenis ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. ASI jenis ini merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. Air susu matur ini tidak menggumpal jika dipanaskan dan dalam ASI jenis ini terdapat beberapa faktor antimikrobial (Bahiyatun, 2009).

3. Fisiologi Laktasi

Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin dan

human chorionic somatomammotropin juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamalia dengan menginduksi enzim-enzim yang dibutuhkan (Sherwood, 2009).

(30)

dan progesteron akan turun secara drastis ketika plasenta keluar sehingga memicu terjadinya laktasi (Sherwood, 2009).

Setelah produksi susu dimulai setelah persalinan, hormon prolaktin dan oksitosin berperan penting dalam mempertahankan laktasi. Prolaktin berguna untuk meningkatkan sekresi susu, sedangkan oksitosin berperan dalam peyemprotan (ejeksi) susu. Pelepasan kedua hormon ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh penghisapan puting payudara oleh bayi (Sherwood, 2009 dan Bobak, 2005).

Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui adalah sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let-down. Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang berfungsi untuk memulai dan mempertahankan susu. Prolaktin dilepaskan oleh hipofisis anterior yang dipicu oleh hipotalamus. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi menghisap (Bobak, 2005).

(31)

mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu (refleks let-down). Refleks letdown ini berlanjut selama bayi terus menyusui (Sherwood, 2009 dan Bobak, 2005). Ibu dapat merasakan sensasi refleks let-down

dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan. Tanda-tanda lain let-down

adalah tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang dihisap oleh bayi (Bobak, 2005).

4. Manfaat ASI

ASI eksklusif ini banyak memberikan manfaat pada beberapa pihak, seperti pada bayi, ibu, dan lingkungan.

a. Manfaat bagi bayi

Roesli (2000) menyatakan manfaat terpenting pemberian ASI eksklusif yang diperoleh bayi, diantaranya:

1) ASI sebagai nutrisi untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia enam bulan

(32)

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin dari ibunya melalui plasenta. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak berusia sekitar sembilan sampai dua belas bulan.

3) ASI meningkatkan kecerdasan, daya penglihatan, dan kepandaian bicara

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua yang tidak dapat direkayasa, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal yang dapat direkayasa. Secara garis besar, terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak, kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual, dan kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi.

4) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang

(33)

akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik. b. Manfaat bagi ibu

Pemberian ASI dapat membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan. Pemberian ASI juga merupakan cara yang penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman (Bahiyatun, 2009).

c. Manfaat bagi semua orang

ASI selalu bersih dan bebas dari hama yang menyebabkan infeksi. Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus dan selalu tersedia sehingga dapat memudahkan orang-orang di sekitar (Bahiyatun, 2009).

5. Kendala Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif sering mengalami kendala yang sering membuat ibu pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memberikan ASI eksklusif. Berikut adalah beberapa alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif:

a. Rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup dan/atau memiliki mutu yang jelek.

(34)

komposisi ASI akan terjadi ketika bayinya mulai menghisap puting ibu. Ibu juga harus memahami bahwa jumlah ASI dapat dipertahankan melalui isapan puting (suckling) yang sering. IDAI (2013) mengungkapkan bahwa keyakinan ibu terhadap ketidakmampuannya memberikan ASI secara eksklusif dapat berdampak pada produksi ASI yang kurang. Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Beberapa faktor yang perlu diidentifikasi sebagai penyebab berkurangnya ASI, seperti:

1) Faktor menyusui

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusu dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, dan tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui.

2) Faktor psikologis ibu

Persiapan psikologis ibu sangat mennetukan keberhasilan menyusui. Perasaan ibu pada periode ini sangat mempengaruhi dalam keberhasilan ASI eksklusif.

3) Faktor fisik ibu

(35)

alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.

b. Teknik pemberian ASI yang salah

Pemberian ASI merupakan kiat yang harus dipelajari. Baik ibu maupun bayi perlu belajar bagaimana cara pemberian ASI yang berhasil. Ibu yang kurang memahami teknik laktasi yang benar dapat menyebabkan nyeri pada payudara ibu, lecet pada puting susu ibu, dan pembengkakan payudara karena bayi tidak mampu meminum ASI secara efektif dari dalam payudara tersebut (Arab., et al, 2005).

c. Kepercayaan yang keliru bahwa bayi mereka haus dan memerlukan cairan tambahan.

Kepercayaan ini berdampak kepada perilaku ibu maupun anggota keluarga lain untuk memberikan minuman selain ASI. Hal ini berakibat pada sedikitnya jumlah ASI yang dihisap oleh bayi dan periode menyusu juga relatif lebih singkat (Arab., et al, 2005). d. Pemasaran susu formula pengganti ASI

Pemasaran formula pengganti ASI (PASI) telah menimbulkan anggapan bahwa PASI lebih unggul daripada ASI sehingga menghalangi praktik pemberian ASI. WHO Assembly

(36)

tersebut bertujuan untuk turut memberikan kontribusi kepada pengadaan nutrisi yang aman dan memadai bagi bayi melalui proteksi dan promosi ASI, dan untuk memastikan pemakaian PASI yang tepat (Arab., et al, 2005).

e. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran)

Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih,air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, dikhawatirkan akan menyebabkan reaksi alergi (IDAI, 2013).

f. Kelainan ibu; puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,

engorgement, mastitis, dan abses.

(37)

Kendala lainnya yaitu payudara penuh dan bengkak. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak. Payudara penuh terjadi beberapa hari setelah persalinan dan ditandai dengan payudara terasa nyeri berat, keras tetapi ASI masih bisa keluar, serta ibu tidak mengalami demam. Payudara bengkak atau

engorgement ditandai dengan payudara yang nampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri. Payudara bengkak ini disebabkan karena adanya bendungan pada pembuluh darah dan limfe dan pengeluaran ASI yang tidak sempurna. Cara menangani kedua kendala ini adalah dengan menyusui bayi sesuai kebutuhan bayi. Ajarkan ibu cara perlekatan dengan bayi secara benar (IDAI, 2013).

g. Ibu hamil ketika masih menyusui

IDAI (2013) mengungkapkan hal-hal yang harus diperhatikan pada ibu hamil yang masih menyusui, di antaranya: 1) Bila bayi belum berusia enam bulan, ibu dianjurkan untuk terus

menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal. 2) Bila bayi berusia 6-12 bulan, ibu dianjurkan untuk terus

menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama.

3) Bila bayi sudah berusia lebih dari dua belas bulan, ibu boleh menyapih anak tersebut.

4) Volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil.

(38)

6) Ibu akan mengalami keletihan. 7) Rasa ASI berubah ke arah kolostrum.

8) Terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil. h. Ibu bekerja

Kembalinya ibu bekerja dapat mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif. Ketika ibu kembali bekerja, tingkat stres akan meningkat sehingga akan berpengaruh kepada produksi ASI sendiri.

i. Kelainan bayi; bayi sakit, abnormalitas bayi.

6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI

Eksklusif

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan agar keberhasilan ASI eksklusif dapat tercapai.

a. Faktor sosiodemografik

(39)

Status pekerjaan ibu juga memiliki hubungan negatif terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja meningkatkan frekuensi kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang bekerja akan mengalami kendala dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, seperti alokasi waktu, kualitas kebersamaan dengan bayi, beban kerja, stres, dan keyakinan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif akan terpengaruh. Ida (2012), dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa paritas merupakan faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan Ida ini adalah ibu yang memiliki paritas lebih dari satu kali berpeluang 2,333 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI eksklusif enam bulan dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas satu kali.

b. Faktor prenatal dan postnatal

(40)

c. Faktor psikososial

Kurniawan (2013) menyatakan bahwa keinginan dan keyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif didapatkan pada sebagian besar ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Keyakinan ibu yang kuat merupakan faktor determinan yang penting terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Blyth, et al., dan Dennis dalam Kurniawan, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Forster, et al., (2006 dalam Kurniawan, 2013) menyatakan bahwa pada ibu yang memiliki keyakinan yang kuat lebih sedikit mengalami permasalahan dalam menyusui.

Kurniawan (2013) menyatakan bahwa social support system

termasuk dukungan suami dan orang tua ibu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif. Pada penelitian yang dilakukan Binns, et al., (2007, dalam Kurniawan 2013) menunjukkan bahwa dukungan suami dan orang tua ibu adalah support system yang mendorong ibu menginisiasi dan mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai laktasi.

(41)

suaminya berpeluang 3,737 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI Eksklusif enam bulan dibandingkan dengan ibu yang dukungan suaminya kurang.

B. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother

Teori Maternal Role Attainment – Becoming a Mother (pencapaian peran Ibu-menjadi seorang ibu) dikemukakan oleh Mercer pada tahun 1991. Tomey dan Alligood (2006) mengemukakan bahwa Mercer menempatkan teori ini pada lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979) yang di dalamnya terdapat aspek mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem yang digambarkan pada bagan 2.1

1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu terjadi. Faktor-faktor yang termasuk dalam mikrosistem adalah fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status ekonomi, nilai-nilai keluarga, dan stressor. Variabel yang terkandung dalam lingkungan terdekat ini berinteraksi dengan satu atau lebih variabel lain dalam mempengaruhi transisi yang terjadi pada ibu.

(42)

3. Makrosistem mengacu pada bentuk asli yang ada dalam budaya tertentu atau konsistensi budaya yang sudah ditransmisikan. Makrosistem meliputi pengaruh sosial, politik, dan budaya. Misalnya adanya beberapa pantangan makanan yang harus dihindari selama pemberian ASI eksklusif.

Terdapat empat tahap yang dilalui dalam pencapaian peran ibu ini, di antaranya:

1. Anticipatory

Tahap anticipatory ini dimulai selama kehamilan dan termasuk di dalamnya penyesuaian sosial dan psikologis awal terhadap kehamilan. Pada tahap ini ibu belajar mengenai peran yang diharapkan dan mulai membayangkan peran tersebut.

2. Formal

Tahap formal dimulai ketika bayi lahir, termasuk ketika ibu belajar dan mulai menjalankan peran seorang ibu dalam mengasuh bayinya.

3. Informal

(43)

4. Personal

Tahap personal terjadi ketika ibu sudah menginternalisasi perannya ke dalam kehidupannya. Ibu merasakan harmoni, kepercayaan, dan kemampuan pada cara ibu menjalankan perannya dan pencapaian perannya.

Empati/ peka pada isyarat bayi harga diri/konsep diri

(44)

sikap orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan dan fleksibilitas, sifat, kehamilan dan pengalaman melahirkan, kesehatan, depresi, dan konflik peran. Respon perkembangan bayi yang berhubungan dengan perkembangan identitas peran ibu berupa kontak mata bayi dengan ibu, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan sikap tenang ibu dalam menjalankan perawatan, perilaku interaktif bayi dengan ibu. Adapun sifat bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu berupa temperamen, kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan, karakteristik umum, tanggung jawab, dan kesehatan (Mercer, 1991 dalam Alligood dan Tomey, 2006).

C. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

(45)

sebagai bantuan yang diberikan oleh pasangan (suami/istri), orang tua, dan teman-teman.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai dukungan sosial, penulis menyimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan yang diberikan kepada seseorang yang dapat membuat individu merasa nyaman, dihargai, dan merasa dicintai.

2. Faktor Pendukung Dukungan Sosial

Mercer (1986), dalam teorinya, mengemukakan bahwa terdapat empat faktor pendukung pada variabel dukungan sosial , di antaranya:

a. Dukungan emosional adalah perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya, dan mengerti.

b. Dukungan informasi adalah membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberi informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah atau situasi.

c. Dukungan fisik adalah pertolongan yang langsung, seperti merawat bayi. Misalnya, suami membantu ibu dalam mengganti popok bayi.

(46)

3. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Kahn dan Antonucci (dalam Nurmadina, 2010) menyatakan bahwa seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu mendukung atau menyerttai individu tersebut sepanjang masa hidupnya, dimana anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan berjalannya waktu. Kahn dan Antonucci membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya, yaitu yang selalu ada sepanjang hidupnya yang menyertai dan mendukung individu tersebut, seperti keluarga dekat, pasangan (suami/istri) atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai sepanjang waktu, seperti teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan teman sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan emmiliki peran yang sangat cepat berubah. Sumber dukungan ini misalnya tenaga ahli/profesional dan keluarga jauh dan sesama pekerja.

4. Dukungan Sosial Suami

(47)

adanya keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit, yaitu antara ayah, ibu, dan bayi.

Keberhasilan menyusui sangat ditentukan oleh peran ayah karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam membantu ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dengan memberikan dukungan-dukungan emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok, menyendawakan bayi, menggendong, dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan bayi, memberikan ASI perah, membawa bayi jalan-jalan di taman, dan memijat bayi. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif (Roesli, 2001).

Seorang ayah punya peran penting dalam keberhasilan ibu menyusui. Perasaan dan semangat ibu untuk menyusui dan untuk terus memberikan yang terbaik bagi anaknya sangat bergantung pada peran ayah untuk terus menjaga suasana kondusif. Proses menyusui menjadi terhambat bila kondisi ayah dan ibu tidak harmonis, ibu tidak mendapat dukungan dari suami, tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan perasaan ibu yang tidak aman dan nyaman (Hartono, 2009 dalam Sari, 2011).

(48)

emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Hal ini berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan sensasi yang dapat memperlancar produksi ASI (Roesli, 2000). Suami merupakan orang terdekat bagi ibu menyusui yang diharapkan selalu ada di sisi ibu dan selalu siap memberi bantuan. Keberhasilan ibu dalam menyusui tidak terlepas dari dukungan yang terus-menerus dari suami. Jika ibu mendapatkan kepercayaan diri dan mendapat dukungan penuh dari suami, motivasi ibu untuk menyusui akan meningkat (Swasono, 2008 dalam Sari, 2011).

D. Primipara

Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir (Forte dan Oxorn, 2010).

(49)

F. Kerangka Teori mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga

a. Faktor sosiodemografik, yaitu usia ibu, status ibu dan paritas b. Faktor pre/postnatal, yaitu

inisiasi menyusu dini dan rawat gabung

c. Faktor psikososial, yaitu dukungan suami, dukungan sarana dan tenaga kesehatan, dukungan teman, dan dukungan keluarga (ibu dan ibu mertua).

(50)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel bebas (independen) yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah dukungan suami mengenai pemberian ASI eksklusif, sedangkan variabel terikat (dependen) yang akan diteliti adalah keberhasilan ASI eksklusif pada ibu primipara. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat digambarkan dalam bentuk bagan seperti pada bagan 3.1 di bawah ini.

Dukungan Suami: 1.Dukungan Emosional 2.Dukungan Fisik 3.Dukungan Informasi 4.Dukungan Penilaian

Keberhasilan ASI Eksklusif

Bagan 3.1. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

Faktor perancu:

(51)

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur

(52)
(53)

pertama (PP No. 33 Tahun 2012)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(54)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini merupakan studi analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Metode cross sectional adalah rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Hidayat, 2007). Penelitian analitik cross sectional dapat dilakukan di rumah sakit atau di lapangan. Penelitian ini menggunakana pendekatan cross sectional

dengan tujuan untuk mencari adanya hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan ASI Eksklusif (Budiarto, 2003).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2014 di Puskesmas Pisangan yang beralamat di Perumahan Pondok Hijau Kel. Pisangan Kec. Ciputat Timur Tangerang Selatan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(55)

Pisangan dan posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan cara-cara tertentu (Budiarto, 2003). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling atau sampling aksidental yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang telah melewati masa pemberian ASI Eksklusif yang datang ke Puskesmas Pisangan maupun ke posyandu yang berada di wilayah kerja Pisangan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 34 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti (Budiarto, 2008). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang mana jawaban dari kuesioner tersebut telah disediakan (Budiarto, 2008). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

(56)

2. Kuesioner B berisi pertanyaan mengenai dukungan suami yang didapat oleh ibu yang menyusui. Kuesioner ini menyangkut empat aspek dukungan sosial yang terdapat dalam teori Mercer, yaitu mengenai aspek dukungan emosional terdapat pada nomor P1 – P7, aspek dukungan informasi terdapat pada nomor P8 – P14, aspek dukungan fisik pada nomor P15 – P22, dan aspek dukungan penilaian berada pada nomor P23 – P29. Total pertanyaan pada kuesioner B ini sebanyak 29 pertanyaan. Kuesioner ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan dengan teori Mercer mengenai pencapaian peran ibu. Kisi-kisi instrumen dari variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1

Variabel Komponen Nomor Item Jumlah

Favorable Unfavorable

Dukungan Suami

Emosional 1, 5, 6, 7 2, 3, 4 7 Informasi 8, 9, 10, 11,

13 12,14 7

Fisik 15, 16, 19,

20, 21, 22 17, 18 8 Penilaian 23, 24, 25,

27, 28 26, 29 7

Jumlah 20 9 29

Pernyataan-pernyataan yang dibuat untuk memperoleh data tentang dukungan suami yang didapat ibu primipara selama masa pemberian ASI eksklusif ini dalam bentuk skala Likert dengan memberi bobot pada setiap jawaban. Instrumen dukungan suami ini menggunakan skala 1-5, dengan kategori:

a. Selalu (SL) yang berarti sangat sesuai/sangat memadai/sangat tinggi.

(57)

b. Sering (SR) yang berarti sesuai/memadai/tinggi.

c. Kadang-kadang (KD) yang berarti cukup sesuai/cukup memadai. d. Jarang (JR) yang berarti kurang sesuai/kurang memadai.

e. Tidak pernah (TP) yang berarti tidak sesuai/tidak memadai.

Perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yaitu favorable dan

unfavorable. Skor yang dipilih dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Dukungan suami ini akan dikategorikan menjadi: a. Baik = jika skor jawaban x ≥ (μ+1.0σ)

b. Cukup = jika skor jawaban (μ-1.0σ) ≤ x < (μ+1.0σ) c. Kurang = jika skor jawaban x < (μ-1.0σ) (Azwar, 2012)

dimana:

μ = 1/2 (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan σ = 1/6 (Imaks - Imin)

Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pernyataan Xmin = skor terendah pada 1 item pernyataan Imaks = jumlah total skor tertinggi

Imin = jumlah total skor terendah

(58)

nominal dengan dua kategori, yaitu 1 = jawaban selain ASI (tidak berhasil ASI eksklusif) dan 2 = hanya ASI saja (berhasil ASI eksklusif).

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas Instrumen

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2007). Validitas merupakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrumen menggunakan rumus Pearson Product Moment. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Pertanyaan valid apabila r hitung > r tabel, sedangkan pertanyaan dianggap tidak valid jika r hitung < r tabel.

(59)

Saat diuji validitas secara konstruk, nilai batas validitas untuk responden sebanyak 15 orang (n = 15) pada signifikan 5% adalah 0,514. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan masing-masing nilai r tabel sehingga terdapat 14 pertanyaan yang tidak valid karena nilai korelasinya < 0,514. Pertanyaan yang tidak valid ini kemudian peneliti modifikasi pertanyaannya. Setelah peneliti modifikasi, dilakukanlah uji validitas isi terhadap kuesioner ini dengan mengajukan kuesioner ini kepada orang yang ahli dalam bidang ini. Hasil dari validitas isi ini adalah 3 dari 14 pertanyaan yang tidak valid dalam kuesioner ini dihilangkan. Jadi, peneliti menggunakan 29 pertanyaan dalam kuesioner ini untuk dijadikan instrumen penelitian.

Peneliti menggunakan validitas isi untuk menguji validitas variabel keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Pertanyaan variabel ini hanya berupa satu pertanyaan. Pertanyaan ini berupa pertanyaan semi-terbuka yang mana pilihan jawaban pertanyaan ini sudah peneliti siapkan, tetapi responden bisa memilih jawaban lebih dari satu ataupun jawaban di luar pilihan itu.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(60)

Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2007). Hasil uji reliabilitas pada variabel dukungan suami dalam kuesioner ini adalah α = 0,882. Berdasarkan nilai tersebut, pertanyaan mengenai variabel dukungan suami dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan karena nilai Alpha Cronbach > 0,60.

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan sebagai surat pengantar untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pisangan dan surat pengantar untuk melakukan uji validitas di Puskesmas Ciputat

3. Setelah surat ijin penelitian dan surat ijin uji validitas disetujui oleh pihak Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, peneliti diberikan surat pengantar oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan untuk diberikan kepada Kepala Puskesmas Ciputat dan Puskesmas Pisangan.

(61)

5. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti mulai mengumpulkan data di Puskesmas Pisangan.

6. Peneliti menggunakan teknik accidental sampling atau sampling aksidental dalam mengumpulkan sampel sehingga semua ibu primipara yang datang ke puskesmas dan posyandu dijadikan sampel dalam penelitian ini.

7. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. 8. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden

selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.

9. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden, sedangkan proses pengambilan data dilakukan sebelas hari disesuaikan dengan kondisi di Puskesmas Pisangan.

10. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam kuesioner. Setelah responden selesai, lembar kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

(62)

G. Etika Penelitian

Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami oleh peneliti (Hidayat, 2007):

1. Prinsip manfaat

Segala bentuk penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.

2. Prinsip menghormati manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus dihormati. Manusia berhak menentukan pilihan antara bersedia atau tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. 3. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia seperti dengan menghargai hak menjaga privasi manusia.

H. Pengolahan Data

Terdapat beberapa langkah-langkah dalam proses pengolahan data yang harus dilakukan, yaitu:

1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

(63)

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan teknik analisis. Pada tahap ini, analisis dilakukan dengan menggunakan ilmu statistik terapan terhadap data penelitian yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini bersifat analisis analitik sehingga menggunakan statistika inferensial. Statistika inferensial adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistika (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.

I. Analisis Data

Analisa data sebagai tahapam pengolahan data untuk melihat hubungan antara dua variabel. Teknik analisa yang digunakan adalah: 1. Analisis univariat

(64)

dependen (keberhasilan ASI Eksklusif) yang disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen, yaitu hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan ASI Eksklusif. Teknik analisis dilakukan dengan uji Chi Square. Uji chi square (X2) digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya asosiasi antar dua variabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5% sehingga jika nilai P (p value) < 0,05

(65)

A. Profil Puskesmas Pisangan

Puskesmas Pisangan adalah puskesmas yang ada di Kecamatan Ciputat Timur, yang terletak di sebelah tenggara Tangerang, dengan luas wilayah 1.685 Ha. Puskesmas Pisangan ini meliputi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu. Puskesmas Pisangan ini beralamat di Perumahan Pondok Hijau, Kelurahan Pisangan Ciputat Timur. Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Barat : Wilayah Kerja PKM Ciputat (Kecamatan Ciputat)

2. Sebelah Timur : DKI Jakarta

3. Sebelah Utara : Wilayah kerja PKM Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Aren)

4. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja PKM Pamulang (Kel. Pondok Cabe Hilir)

Puskesmas Pisangan ini memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi:

Dengan iman dan taqwa mewujudkan masyarakat Pisangan setia, amanah, siaga, mandiri, hidup sehat melalui akselerasi, upaya kesehatan guna mewujudkan Tangerang Selatan sehat 2015.

Misi:

(66)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

2. Mengupayakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata, dan terjangkau.

3. Menjalin kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral, dan swasta untuk mendukung pembangunan berwawasan kesehatan

B. Hasil Analisa Univariat

1. Karakteristik Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas

Pisangan

a. Usia Ibu

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5.1

Rentang Usia Frekuensi Persentase (%)

(67)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34) b. Tingkat Pendidikan Suami

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan suami dapat dilihat pada Tabel 5.2

Pada Tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan suami ibu primipara tersebut adalah SMA sebanyak 15 orang (44,1 %).

c. Tingkat Pendidikan Ibu

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu primipara dapat dilihat pada Tabel 5.3

D a

Tingkat Pendidikan Suami Frekuensi

(n) Persentase (%)

Rentang Usia Frekuensi Persentase

(68)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

(n=34)

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan ibu primipara adalah SMA yang berjumlah 18 orang (52,9%).

d. Pekerjaan Suami

Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan suami ibu primipara dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa sebagian besar status pekerjaan suami dari para ibu primipara adalah pegawai swasta yang berjumlah 19 orang (55,9%).

e. Pekerjaan Ibu

Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan ibu primipara dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Rentang Usia Frekuensi Persentase

(69)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa dari 34 ibu primipara, 27 ibu (79,4%) di antaranya tidak memiliki pekerjaan, sedangkan ibu primipara lainnya memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, pegawai swasta, dan lain – lain.

2. Gambaran Dukungan Suami

Sebelum peneliti melakukan analisis univariat terhadap variabel dukungan suami, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan uji Shapiro-Wilk dalam melakukan uji normalitas data karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah < 50 responden, yaitu 34 orang. Data dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai kemaknaan (p) pada uji Shapiro-Wilk ini > 0,05 dan begitu juga sebaliknya (Dahlan, 2008). Hasil uji normalitas dari variabel dukungan suami ini adalah 0,019 sehingga distribusi dari variabel ini tidak normal.

Gambaran distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel dukungan suami dapat dilihat pada Tabel 5.6

Rentang Usia Frekuensi Persentase

(70)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 31 ibu primipara (91,2%) mendapatkan dukungan suami dengan baik, sedangkan 3 ibu primipara lainnya (8,8%) mendapatkan dukungan suami yang cukup.

Pernyataan kuesioner mengenai variabel dukungan suami ini terdapat 29 pertanyaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek dukungan emosional, aspek dukungan informasi, aspek dukungan fisik, dan aspek dukungan penilaian. Berikut ini akan peneliti gambarkan distribusi masing-masing aspek dari variabel dukungan suami.

a. Aspek Dukungan Emosional

Gambaran distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel dukungan suami pada aspek dukungan emosional dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Dukungan Emosional Frekuensi Presentase

(%)

Dukungan Suami Frekuensi Presentase

(71)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

Data yang ada pada Tabel 5.6 di atas terlihat bahwa 30 ibu primipara (88,2%) mendapatkan dukungan emosional yang baik dari suaminya, 4 ibu primipara lainnya (11,8%) mendapatkan dukungan emosional yang cukup, dan tidak ada ibu primipara yang mendapatkan dukungan emosional yang kurang.

b. Aspek Dukungan Informasi

Gambaran distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel dukungan suami pada aspek dukungan informasi dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 di atas memperlihatkan bahwa 24 ibu primipara (70,6%) mendapatkan dukungan informasi yang baik dari suaminya, 7 ibu primipara (20,6%) mendapatkan dukungan informasi yang cukup, dan 3 ibu primipara lainnya (8,8%) mendapatkan dukungan informasi yang kurang.

Dukungan Informasi Frekuensi Presentase

(%)

Baik Cukup Kurang

24 7 3

70,6 20,6 8,8

(72)

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Dukungan penilaian yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Dukungan Fisik yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Pisangan Tahun 2014 (n=34)

c. Aspek Dukungan Fisik

Gambaran distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel dukungan suami pada aspek dukungan fisik dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 di atas memperlihatkan bahwa semua ibu primipara (100%) mendapatkan dukungan fisik yang baik dari suaminya.

d. Aspek Dukungan Penilaian

Gambaran distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel dukungan suami pada aspek dukungan penilaian dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa 28 ibu primipara (70,6%) mendapatkan dukungan penilaian yang baik dari

Dukungan Fisik Frekuensi Presentase

(%)

Dukungan Penilaian Frekuensi Presentase

(73)

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014

(n=34)

suaminya, 4 ibu primipara (11,8%) mendapatkan dukungan penilaian yang cukup, dan 2 ibu primipara lainnya (5,9%) mendapatkan dukungan informasi yang kurang.

3. Keberhasilan ASI Eksklusif

Keberhasilan ASI Eksklusif dikategorikan menjadi dua, yaitu berhasil dan tidak berhasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 26 responden (76,5%) tidak berhasil dalam memberikan ASI eksklusif, sedangkan 8 responden lainnya (23,5%) berhasil memberikan ASI eksklusif. Gambaran distribusi keberhasilan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 5.11.

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Teknik analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi square (x2).

ASI Eksklusif Frekuensi Presentase

(%)

Berhasil Tidak Berhasil

8 26

23,5 76,5

(74)

Tabel 5.12 Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)

1. Hubungan antara Dukungan Suami terhadap Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan

(75)

PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif, keberhasilan pemberian ASI eksklusif oleh ibu primipara, serta hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara.

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Karakteristik Ibu Primipara di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan

a. Usia Ibu

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu primipara yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 34 orang. Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan ini berada di rentang usia 20 tahun-24 tahun dan 25 tahun-29 tahun.

(76)

peluang yang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Roesli, 2000).

b. Tingkat Pendidikan Suami

Hasil penelitian di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar pendidikan suami ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan adalah SMA. Data yang peneliti dapatkan berupa ibu primipara dengan suami yang memiliki tingkat pendidikan SMA sejumlah 15 orang atau 44,1% dan hanya dua di antaranya yang berhasil memberikan ASI eksklusif, sedangkan ibu primipara dengan suami yang berada pada pendidikan tinggi berjumlah lima orang dan tiga di antaranya berhasil memberikan ASI eksklusif.

Notoatmodjo (2003, dalam Zakiyah 2012) mengungkapkan bahwa pendidikan berdampak pada peningkatan wawasan atau pengetahuan seseorang. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang pendidikannya lebih rendah.

c. Tingkat Pendidikan Ibu

(77)

terdapat empat dari lima ibu primipara yang berpendidikan tinggi yang berhasil memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (2012) di Kelurahan Semanan, Jakarta Barat didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara status pendidikan ibu dengan keberhasilan ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) di Rumah Sakit Lamongan. Pada penelitian tersebut didapatkan data bahwa mayoritas ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (diploma/sarjana). Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

d. Status Pekerjaan Ibu

Hasil penelitian di atas menunjukkan data bahwa mayoritas ibu primipara sebanyak 27 orang (79,4%) tidak memiliki pekerjaan dan lima di antaranya berhasil memberikan ASI eksklusif, sedangkan terdapat tiga ibu primipara yang memiliki pekerjaan yang berhasil memberikan ASI eksklusif.

(78)

melahirkan bagi ibu-ibu bekerja menyebabkan masa pemberian ASI eksklusif tidak dapat berlangsung lama karena ibu harus kembali bekerja. Hal ini mengakibatkan terhambatnya upaya untuk memberikan ASI secara eksklusif. Kurniawan (2013) juga mengungkapkan bahwa presentase keberhasilan ASI eksklusif pada ibu yang bekerja lebih rendah daripada ibu yang tidak bekerja, yaitu sebesar 16,6%.

2. Gambaran Dukungan Suami terhadap Keberhasilan ASI

Eksklusif

Suami merupakan orang terdekat bagi ibu menyusui yang kehadirannya selalu diharapkan ada di sisi ibu dan selalu siap memberi bantuan. Dukungan yang suami berikan secara terus-menerus dapat mempengaruhi keberhasilan ibu dalam menyusui (Swasono, 2008 dalam Sari, 2011). Dykes (2003 dalam Zakiyah, 2012) menyatakan bahwa ibu membutuhkan dukungan emosional, informasi, dan bantuan dari suami. Dukungan ini akan efektif jika terjadi hubungan saling mendukung antara ibu dan suami. Roesli (2000) juga mengungkapkan bahwa keterlibatan dan dukungan suami sangat dibutuhkan untuk memotivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian
Tabel 4.2 Bobot Nilai
tabel sehingga terdapat 14 pertanyaan yang tidak valid karena nilai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif, serta menganalisis faktor yang

Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah chi square dengan menggunakan program SPSS.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami baik

Penelitian lain yang dilakukan oleh Prayogo (2013) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p=0,002) dengan sampel sebanyak 48

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.. Jenis

Berdasarkan hasil penelitian dan yang telah dilakukan terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu

Dalam pasal 128 ayat 2 dan 3 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga,

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 117 ibu yang mempunyai bayi lebih dari 6 bulan yang diberikan ASI eksklusif.Sampel dalam penelitian sejumlah 91

Sebagian besar ibu primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Jebed hanya memberikan ASI nya sampai bayi berusia 3-4 bulan, setelah itu bayi mulai diberikan makanan