BAB II TINJAUAN PUSTAKA
6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan agar keberhasilan ASI eksklusif dapat tercapai.
a. Faktor sosiodemografik
Faktor sosiodemografik yang berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif adalah usia ibu, status pekerjaan ibu, dan paritas. Kurniawan (2013) dalam penelitiannya di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan menyatakan bahwa faktor usia ibu dan status pekerjaan ibu memiliki hubungan negatif dengan keberhasilan ibu memberikan ASI Eksklusif. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa semakin bertambah usia ibu, frekuensi kegagalan pemberian ASI Eksklusif akan meningkat.
Status pekerjaan ibu juga memiliki hubungan negatif terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja meningkatkan frekuensi kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang bekerja akan mengalami kendala dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, seperti alokasi waktu, kualitas kebersamaan dengan bayi, beban kerja, stres, dan keyakinan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif akan terpengaruh. Ida (2012), dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa paritas merupakan faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan Ida ini adalah ibu yang memiliki paritas lebih dari satu kali berpeluang 2,333 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI eksklusif enam bulan dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas satu kali.
b. Faktor prenatal dan postnatal
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013), terdapat beberapa faktor pre/postnatal yang berpengaruh terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif, seperti pemberian susu formula selama perawatan postpartum di instansi pelayanan kesehatan, permasalahan menyusui dan kunjungan ke klinik laktasi, pemberian MPASI pada bayi < 6 bulan, dan pemakaian empeng. Selain itu, faktor pemungkin, seperti inisiasi menyusu dini dan rawat gabung berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif (Ida, 2012).
c. Faktor psikososial
Kurniawan (2013) menyatakan bahwa keinginan dan keyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif didapatkan pada sebagian besar ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Keyakinan ibu yang kuat merupakan faktor determinan yang penting terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Blyth, et al., dan Dennis dalam Kurniawan, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Forster, et al., (2006 dalam Kurniawan, 2013) menyatakan bahwa pada ibu yang memiliki keyakinan yang kuat lebih sedikit mengalami permasalahan dalam menyusui.
Kurniawan (2013) menyatakan bahwa social support system
termasuk dukungan suami dan orang tua ibu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif. Pada penelitian yang dilakukan Binns, et al., (2007, dalam Kurniawan 2013) menunjukkan bahwa dukungan suami dan orang tua ibu adalah support system yang mendorong ibu menginisiasi dan mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai laktasi.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida. Ida (2012) mengungkapkan bahwa faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan suami, dukungan sarana dan tenaga kesehatan, dukungan teman, dan dukungan keluarga (ibu dan ibu mertua). Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang didukung baik oleh
suaminya berpeluang 3,737 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI Eksklusif enam bulan dibandingkan dengan ibu yang dukungan suaminya kurang.
B. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother
Teori Maternal Role Attainment – Becoming a Mother (pencapaian peran Ibu-menjadi seorang ibu) dikemukakan oleh Mercer pada tahun 1991. Tomey dan Alligood (2006) mengemukakan bahwa Mercer menempatkan teori ini pada lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979) yang di dalamnya terdapat aspek mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem yang digambarkan pada bagan 2.1
1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu terjadi. Faktor-faktor yang termasuk dalam mikrosistem adalah fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status ekonomi, nilai-nilai keluarga, dan stressor. Variabel yang terkandung dalam lingkungan terdekat ini berinteraksi dengan satu atau lebih variabel lain dalam mempengaruhi transisi yang terjadi pada ibu.
2. Mesosistem meliputi pengaruh dan interaksi dengan orang-orang yang termasuk mikrosistem ini. Interaksi mesosistem ini dapat mempengaruhi apa yang terjadi pada pengembangan peran ibu dan anak. Mesosistem meliputi penitipan anak, sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah. Misalnya bagaimana ibu memanfaatkan fasilitas umum untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
3. Makrosistem mengacu pada bentuk asli yang ada dalam budaya tertentu atau konsistensi budaya yang sudah ditransmisikan. Makrosistem meliputi pengaruh sosial, politik, dan budaya. Misalnya adanya beberapa pantangan makanan yang harus dihindari selama pemberian ASI eksklusif.
Terdapat empat tahap yang dilalui dalam pencapaian peran ibu ini, di antaranya:
1. Anticipatory
Tahap anticipatory ini dimulai selama kehamilan dan termasuk di dalamnya penyesuaian sosial dan psikologis awal terhadap kehamilan. Pada tahap ini ibu belajar mengenai peran yang diharapkan dan mulai membayangkan peran tersebut.
2. Formal
Tahap formal dimulai ketika bayi lahir, termasuk ketika ibu belajar dan mulai menjalankan peran seorang ibu dalam mengasuh bayinya.
3. Informal
Tahap ini dimulai ketika ibu mulai mengembangkan caranya sendiri dalam menjalankan peran seorang ibu tanpa mencontoh peran ibu yang lain. Ibu menjadikan peran barunya sesuai dengan gaya hidupnya sekarang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan masa depannya.
4. Personal
Tahap personal terjadi ketika ibu sudah menginternalisasi perannya ke dalam kehidupannya. Ibu merasakan harmoni, kepercayaan, dan kemampuan pada cara ibu menjalankan perannya dan pencapaian perannya.
Sikap dan perilaku baik ibu maupun bayi dapat mempengaruhi identitas masing-masing. Sikap dan perilaku ibu pada teori Mercer ini
Hubungan ibu ayah
Fungsi keluarga
Konsistensi pengaruh budaya
IBU
Empati/ peka pada isyarat bayi harga diri/konsep diri pengasuhan
kedewasaan dan fleksibilitas sikap
kehamilan dan pengalaman kelahiran
kesehatan secara keseluruhan dan konflik peran/ketegangan
ANAK Temperamen /perangai Kemampuan untuk memberikan isyarat Penampilan Karakteristik Daya tanggap Kesehatan KOMPONEN PERAN IBU Kompetensi dalam perilaku ibu Mengekspresikan kepuasan
Keterikatan pada bayi
HASIL PADA ANAK Kognitif / mental Pengembangan Perilaku Kesehatan Kompetensi Mesosistem Mikrosistem stres Dukungan sosial Makrosistem seko lah perawat an
Pengaturan kerja orang tua
sikap orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan dan fleksibilitas, sifat, kehamilan dan pengalaman melahirkan, kesehatan, depresi, dan konflik peran. Respon perkembangan bayi yang berhubungan dengan perkembangan identitas peran ibu berupa kontak mata bayi dengan ibu, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan sikap tenang ibu dalam menjalankan perawatan, perilaku interaktif bayi dengan ibu. Adapun sifat bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu berupa temperamen, kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan, karakteristik umum, tanggung jawab, dan kesehatan (Mercer, 1991 dalam Alligood dan Tomey, 2006).