• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gagasan pemanfaatan aksara lontara Suku Bugis dalam bentuk website

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gagasan pemanfaatan aksara lontara Suku Bugis dalam bentuk website"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Riza Fauziah

Tempat, Tanggal lahir : Pinrang, 11 Februari 1991 Agama : Islam

Hobi : Membaca,menulis

Bahasa Yang Dikuasai : Indonesia, Makassar, Sunda dan Inggris

Alamat : Komp. Bumi Langgeng Cinunuk Blok 32 No 21 RT 002 RW 022 Cileunyi, Kab.Bandung 40393

Email : Ichafauziah1102@gmail.com

HP : 08572900481

PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri Leuwipanjang V Bandungs SMP Negeri 11 Bandung (2003 - 2006) SMA Negeri 11 Bandung (2006 - 2009)

(5)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

GAGASAN PEMANFAATAN AKSARA LONTARA SUKU BUGIS DALAM BENTUK

WEBSITE

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2012/2013

Oleh:

Riza Fauziah 51909162

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

i KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak, rahmat, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Laporan tugas akhir ini merupakan rangkuman dari kegiatan penelitian yang dilakukan sepanjang semester delapan ini. Laporan yang berjudul “Aksara

Lontara Suku Bugis” ini menjelaskan tentang permasalahan mengenai aksara

lontara yang terjadi di masyarakat suku bugis.

Aksara merupakan aksara warisan turun – temurun yang semestinya dilestarikan agar tidak pudar akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Aksara lontara merupakan aset kekayaan budaya, tentu saja, perlu diketahui mengapa dinamai aksara lontara dari mana asal usulnya lontara tersebut. Untuk itu, makalah ini berusaha mengungkapkan hal tersebut.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Tugas Akhir di Universitas Komputer Indonesia, fakultas Desain dan Seni, jurusan Desain Komunikasi Visual.

Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak menemukan kesulitan dalam pencarian data maupun dalam proses penulisannya. Namun, berkat tekad dan doa yang kuat serta dorongan dari orang – orang sekitar dan kehendak Allah SWT makalah ini bisa selesei tepat pada waktunya. Penulis juga sangat bersyukur atas pengalaman dan ilmu tentang aksara lontara yang sebelumnya tidak begitu penulis pahami yang didapatkan dalam pembuatan makalah tugas akhir ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam membuat laporan tugas akhir ini, untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sehingga makalah ini menjadi lebih baik. Besar harapan dari penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi para pihak yang memerlukan.

2013

(7)

iv

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 3

2.1.3.2 Perubahan Aksara Lontara dari Lontara Jangang-Jangan ke Belah Ketupat 10 2.1.3.3 Sistem Penulisan Aksara Lontara ... 12

2.2 Suku Bangsa ... 12

2.3 Suku Bugis ... 12

2.3.1 Kebudayaan Suku Bugis ... 14

2.3.2 Program Pemerintah dan Peraturan Pemerintah ... 15

2.3.3 Aksara Lontara dalam Unicode ... 17

2.4 Teori Perkembangan Remaja ... 18

(8)

v

BAB III : STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 20

3.1 Target Audience ... 20

3.2 Strategi Perancangan ... 20

3.2.1 Strategi Komunikasi ... 21

3.2.2 Strategi Media ... 21

3.2.3 Strategi Kreatif ... 23

3.3 Konsep Visual ... 26

3.3.1 Format Desain ... 26

3.3.2 Tata Letak (Layout) ... 26

3.3.3 Tipografi ... 28

3.3.4 Illustrasi ... 29

3.3.5 Warna ... 36

BAB IV : MEDIA DAN TEKNIK PRODUKSI ... 37

4.1 Material Produksi ... 37

4.1.1 Perangkat Keras ... 37

4.1.2 Perangkat Lunak ... 37

4.2 Teknis Produksi ... 38

4.3 Teknis Produksi Media Pendukung ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(9)

53 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alam, Rimba A. Pangerang. (2009). Sejarah Singkat Kerajaan di Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan: Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan.

Arif, Muhammad BA. Abbas (2001). PINISI Perahu Khas Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah Purbakala dan Permuseuman.

Daeng, Syarifuddin Kulle. Tika, Zainuddin. (2008). Aksara Lontara Makassar 1. Makassar: Pustaka Refleksi

Hamid, Abu. (2012). Kebudayaan Bugis. Sulawesi Selatan: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan.

Hamonic, Gilbert. (2008). Nenek Moyang Orang Bugis. Makassar: Pustaka Refleksi.

Kadir, Abd Assegaf. (2008). Kitab Lontara Syek Yusuf. Makassar: Pustaka Refleksi.

Kusrianto, Adi. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI

Rahim, Abdul. Anwar, Ibrahim. (2004). Nilai Demokrasi dalam Budaya Bugis Makassar. Sulawesi Selatan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi

Selatan.

(10)

54

Sarwono, Jonathan. Hary, Lubis. (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI.

Makalah akademis

Amar, Muh Umar. (2008). Perancangan Tipografi Dengan Karakter Aksara Lontara Bugis. Makalah Akadenis – Universitas Komputer Indonesia.

Situs Web

Catur, Himawan Yoga. 2012 (4 Oktober). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Tersedia di: http://himcyoo.wordpress.com/2012/10/04/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-2/ [4 Oktober 2012]

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepualauan yang memiliki banyak suku bangsa yang berbeda – beda budayanya. Mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat kebudayaan yang beraneka ragam dan tentunya memiliki kekhasan yang beragam pula. Sebut saja tarian, makanan, adat istiadat, bahasa, aksara dan masih banyak lagi. Produk budaya tersebut kini semakin terlupakan. Hal ini dikarenakan drastisnya perkembangan ilmu dan teknologi serta banyaknya produk budaya asing yang mulai dikenali dan bahkan digemari oleh masyarakat. Aksara adalah salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang kini mulai dilupakan oleh generasi muda. Adanya aksara latin yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari dimasyarakat membuat aksara lokal mulai dilupakan bahkan ada yang tidak mengetahui adanya aksara lokal tersebut.

Salah satu aksara yang menjadi warisan kebudayaan Indonesia itu adalah Aksara Lontara yang berasal dari Suku Bugis Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah salah satu suku di Indonesia yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu - Deutero. Suku ini masuk ke nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia yaitu Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Menurut Razak seorang budayawan Bugis, “orang – orang dari Suku Bugis itu adalah orang – orang yang tak pernah habis akalnya dan pemberani”. Selain itu orang – orang disuku Bugis kebanyakan mempunyai pandangan yang berbeda dan menyimpang dari pandangan orang lain.

Bahasa yang digunakan dalam keseharian suku Bugis ini adalah bahasa Bugis yang tersebar di Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Parepare, Kabupaten Pinrang, sebagian kabupaten Enrekang, sebagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng. Menurut Syarifuddin (2008, h.14)

(12)

2

dianut oleh masyarakat Mangkasara. Makna Sulapa’ Appa’ ini sebenarnya kembali kepada jati diri unsur kejadian manusia yang terbentuk dari empat unsur

yakni tanah, air, api, dan angin”. Selain itu nama lontara sendiri diambil dari alas

tempat menuliskan aksara tersebut, yaitu daun lontar yang berasal dari pohon lontar atau talak yang termasuk tanaman yang multiguna karena hampir setiap bagian dari pohon ini berguna bagi manusia. Selain itu daun lontara ini juga cukup praktis untuk digunakan serta tahan lama dibandingkan dengan daun lainnya. Oleh karena itu masyarakat Bugis menamakannya Aksara Lontara yang berarti aksara yang ditulis di dalam daun Lontara (Syarifuddin,2008). Selain itu digunakan pula sebuah sembilu untuk menuliskan naskah – naskah di atas daun lontara ini.

Dalam hal pelestarian, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan sudah mempunyai banyak program dan anggaran untuk melestarikan aksara lontara ini. Program – program tersebut juga sudah berjalan diantaranya adalah pemasangan running text, lomba membaca dan menuliskan aksara lontara, workshop dan lain

sebagainya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya aksara lontara adalah salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya agar tidak terlupakan.

 Aksara lontara telah dipelajari di tingkat SD dan SMP sedangkan pada tingkat SMA tidak dipelajari lagi, sehingga masyarakat tidak menggunakannya lagi di bidang pendidikan

 Masyarakat tidak mengetahui adanya program pemerintah tentang pelestarian aksara lontara

(13)

3 1.3 Rumusan Masalah

 Bagaimana agar siswa tingkat SMA dapat menggunakan aksara lontara dalam kehidupan sehari – harinya baik dalam bentuk verbal dan non verbal?

 Bagaimana agar siswa tingkat SMA dapat menggunakan aksara lontara dalam kehidupan sehari – harinya sebagai atribut visual?

 Bagaimana agar aksara lontara dapat digunakan sebagai atribut visual dalam kehidupan bermasyarakat suku Bugis?

1.4 Batasan Masalah

Karena aksara lontara terbagi menjadi dua yaitu aksara lontara Makassar dan aksara lontara Bugis maka penelitian ini difokuskan hanya kepada aksara lontara suku Bugis saja.

1.5 Tujuan Perancangan

 Ingin mengetahui apakah siswa SMA dapat menggukan aksara lontara dalam kehidupan sehari – harinya dalam bentuk atribut visual

(14)

4 BAB II

AKSARA LONTARA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUKU BUGIS

2.1 Aksara

2.1.1 Pengertian Aksara

Aksara adalah suatu sistem simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya (batu, kayu, kain, dan lain - lain) untuk mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu bahasa. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah sistem tulisan.Alfabet dan abjad merupakan istilah yang berbeda karena merupakan tipe aksara berdasarkan klasifikasi fungsional. Unsur-unsur yang lebih kecil yang terkandung dalam suatu aksara antara lain grafem, huruf, diakritik, tanda baca, dan sebagainya.

Istilah lain untuk menyebut aksara adalah huruf atau abjad (bahasa Arab) yang dimengerti sebagai lambang bunyi (fonem) sedangkan bunyi itu sendiri adalah lambang pengertian yang menurut catatan sejarah secara garis besar terdiri dari kategori (Kartakusuma 2003):

 Piktografik antara lain aksara hieroglif Mesir, Tiongkok Purba.  Ideografik antara lain aksara Tiongkok masa kemudian yang hasil

goresannya tidak lagi dilihat melukiskan benda konkrit

 Silabik antara lain menggambarkan suku – suku kata seperti tampak pada aksara Dewanagari (Prenagari), Pallawa Jawa, Arab, Katakana dan Hiragana Jepang

 Fonetik antara lain aksara Latin, Yunani, Cyrilic atau Rusia dan Gothik atau Jerman.

2.1.2Aksara Nusantara

(15)

5

seringkali dikaitkan dengan aksara hasil inkulturisasi kebudayaan India sebelum berkembangnya Agama Islam di Nusantara dan sebelum kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa di Nusantara. Berbagai macam media tulis dan alat tulis digunakan untuk menuliskan Aksara Nusantara. Media tulis untuk prasasti antara lain meliputi batu, kayu, tanduk hewan, lempengan emas, lempengan perak, tempengan tembaga, dan lempengan perunggu.

Tulisan dibuat dengan alat tulis berupa pahat. Media tulis untuk naskah antara lain meliputi daun lontar, daun nipah, janur kelapa, bilah bambu, kulit kayu, kertas lokal, kertas impor, dan kain; tulisan dibuat dengan alat tulis berupa pisau atau pena dan tinta.

Gambar II.1 Silsilah Aksara Nusantara

(16)

6

Gambar II.2 Aksara Kaganga

Sumber :http://grahmat.blogspot.com/2012/04/aksara-rejang-ka-ga-nga.html (1 April 2012)

Gambar II.3 Aksara Bali

Sumber :http://dwigunauncp.blogspot.com/2012/10/mengenal-aksara-bali-yang-melegenda-di.html (Oktober 2012)

2.1.3 Aksara Lontara

Gambar II.4 Sulapa Eppa Sumber: dok. Pribadi (2012)

(17)

7

dari "sulapa eppa wala suji". Wala suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Huruf lontara ini pada umumnya dipakai untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar (sembilu).

Gambar II.5 Daun Lontara dan Aksara Lontara

Sumber: http://wacananusantara.org/lontaraq-dan-aksara-lontara-aksara-bugis/ (24 September 2011)

Gambar II.6 Aksara Lontara pada Daun Lontara Sumber:

(18)

8

2.1.3.1 Asal Mula Aksara Lontara

Menurut Andri Yusuf dalam tulisannya yang berjudul Aksara Lontara yang Terabaikan Jaman asal mula aksara lontara dari berbagai studi pustaka yang dilakukan terbagi atas beberapa pendapat yaitu:

H. Kern (1882) berpendapat bahwa aksara lontara bersumber dan huruf Sanskrit yang disebut Dewanagari.  Dalam Kamus Linguistik susunan Kridalaksana (1982, xx)

ditunjukkan silsilah aksara yang penting, seperti berikut:

Gambar II.7 Susunan Krida Laksana

Sumber: http://sewank09.blogspot.com/2012/12/aksara-lontara-yang-terabaikan-zaman.html (28 Desember 2012)

 Pendapat Matthes dan Raffles.

Holle (1882) mengutip bentuk aksara yang dikemukakan oleh Matthes dan' Raffles, sebagai berikut:

Gambar II.8 Aksara Lontara versi Matthes

(19)

9

Gambar II.9 Aksara lontara versi Raffles

Sumber: http://sewank09.blogspot.com/2012/12/aksara-lontara-yang-terabaikan-zaman.html (28 Desember 2012)

Bentuk aksara yang dikemukakan, baik Matthes maupun Raffles biasa juga disebut lontarak kuno atau het oude Makassaarche letterschrift (Mangemba dan Tenribali (Ed.),

1966, 49). Bentuk lontarak kuno dan lontarak baru dapat dikatakan jauh berbeda sehingga perlu dipertanyakan apakah lontarak kuno yang mengalami proses perubahan menjadi lontarak yang digunakan sekarang.

 Pendapat Ahli Kebudayaan Bugis

(20)

10

2.1.3.2Perubahan Aksara Lontara dari Lontara Jangang – jangang ke Belah Ketupat

Aksara Lontara yang pertama sebagaimana disebutkan diatas adalah Lontara Toa atau Lontara Jangang - Jangang. Lontara Jangang-Jangan ini digunakan untuk menulis naskah perjanjian Bungaya.

Gambar II.10 Naskah Perjanjian Bungaya

Sumber: http://adhiehr.blogspot.com/2010/07/aksara-lontara-makassar.html (5 Juli 2010)

(21)

11

Gambar II.11 Aksara Lontara Bilang – Bilang Sumber :

http://adhiehr.blogspot.com/2010/06/daeng-pamatte_20.html (20 Juni 2010)

Menurut HD Mangemba, tidak diketahui siapakah yang menemukan penyederhanaan Aksara Lontara ini, akan tetapi berdasarkan jumlah aksara yang semula 18 huruf dan kini menjadi 19 huruf, dapat dinyatakan bahwa penyederhanaan itu dilakukan setelah masuknya Islam. Huruf tambahan akibat pengaruh Islam dari bahasa arab tersebut, huruf "Ha".

(22)

12

2.1.3.3Sistem Penulisan Aksara Lontara

Gambar II.12 Huruf konsonan dan huruf vokal mandiri Aksara Lontara

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Lontara#Konsonan (14 Maret 2012)

Aksara Lontara terdiri dari 23 konsonan dan 6 huruf vokal mandiri. Sebenarnya aksara lontara memiliki sistem penulisan angka, hanya saja karena informasi dan data yang kurang sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahuinya.

2.2Suku Bangsa

Suku bangsa adalah unit sosial masyarakat adat tertinggi, yang terdiri dari satu atau lebih marga. Setiap marga terdiri dari minimal satu nama keluarga. Suku bangsa memiliki struktur sosial yang jelas dan tertata baik sejak dahulu kala.

Di Indonesia terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa beragamnya kebudayaan – kebudayaan yang terdapat Indonesia.

2.3Suku Bugis

(23)

13

Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama

kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton. Suku Bugis banyak tersebar di daerah Sulawesi Selatan terutama daerah Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Parepare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten Soppeng,Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng.

(24)

14

Gambar II.13 Aksara Batak

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/02/mengenal-aksara-batak/ (2 Januari 2010)

2.3.1 Kebudayaan Suku Bugis

Menurut Abdul Rahim (2012, h.3) “Kebudayaan di daerah Sulawesi Selatan secara makro dikenal dengan kebudayaan Bugis, Makassar dan Toraja dengan ke-khasannya masing – masing. Kebudayaan tersebut tersimpan baik dalam kelompok – kelompok etnik dengan segala sistem – sistem sosial yang dimilikinya, disamping nilai – nilai gagasan yang terbentuk atas pengaruh kesejarahan dan ekosistem lingkungannya.”

Suku Bugis sendiri adalah suku terbesar di Sulawesi Selatan yang menempati sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan ini memiliki ragam budaya yang yang memiliki norma, nilai dan fungsi yang perlu dilestarikan agar tidak mengalami kepunahan.

Dalam pelaksannaanya sendiri kebudayaan suku Bugis dapat tercermin dari berbagai macam hal, seperti bentuk rumah, mata pencaharian, letak arah rumah, hingga sistem pengetahuaannya.

(25)

15

Masyarakat bahkan menyangka pemerintah tidak memperhatikan tentang kebudayaan asli suku Bugis tersebut.

Oleh sebab itu hal yang dirasa perlu adalah adanya sebuah kampanye sosial tentang aksara suku Bugis. Kampanye sosial adalah suatu kegiatan berkampanye yang mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan juga bersifat komersil.

Kampanye sosial ini bertujuan untuk menyampaikan sebuah pesan dan merubah perilaku target audience yang dalam hal ini masyarakat suku Bugis dalam jangka waktu tertentu melalui strategi media yang akan dilakukan. Biasanya kampanye sosial berlandaskan kepada program pemerintah.

2.3.2 Program Pemerintah dan Peraturan Pemerintah

Pemerintah Sulawesi Selatan sendiri mempunyai berbagai macam program untuk melestarikan aksara lontara ini yang secara keseluruhan bertujuan agar aksara lontara tidak terlupakan dan dapat dilestarikan oleh orang – orang Sulawesi selatan itu sendiri. Beberapa program pemerintah yang dibuat diantaranya adalah:

 Mengadakan seminar – seminar yang berkaitan dengan aksara lontara

 Tersedianya media pembelajaran (TV)

Pada masa kini, masyarakat umumnya memiliki televisi sebagai alat komunikasi dan hiburan. Televisi digunakan bertujuan agar masyarakat tidak kesulitan mendapatkan informasi mengenai aksara lontara.

 Menjadikan aksara lontara sebagai salah satu mata pelajaran wajib (muatan lokal) ditingkat SD dan SMP

(26)

16

 Diterbitkannya buku pelajaran sebagai bahan ajar di tingkat SD dan SMP

 Menerbitkan buku – buku berbasis aksara lontara seperti buku pengobatan

Penerbitan buku ini bertujuan agar masyarakat lebih merasa dekat dengan kebudayaan yang dimilikinya.

 Pemasangan pesan running text sebagai media promosi  Mengadakan kongres bahasa pada tahun 2007 dan 2012

 Mengadakan lomba massure’ dan membaca lontara dari tingkat SD hingga umum

 Mengadakan workshop bahasa lontara yang bertujuan untuk menanamkan pemahaman mengenai nilai – nilai luhur pada naskah kuno yang terdapat pada naskah aksara lontara.

Adapun dasar – dasar pemerintah Sulawesi Selatan dalam menjalankan programnya ini berdasarkan pada:

 Undang – Undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya

 Peraturan Menteri Dalam Negeri 52 tahun 2007 tentang pedoman pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat

 Pasal 1 ayat 2

“Pemerintahan daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah”

 Pasal 1 ayat 3

(27)

17

“Pengembangan adalah upaya yang terencana, terpadu, dan terarah

agar adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat dapat berkembng mengikuti perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang sedang berlangsung

 Program kerja Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013

 Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No:19/1/2013 tgl 2 januari 2013 tentang pengesahan pelaksanaan anggaran (DPA) satuan kerja perangkat daerah Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013

2.3.3 Aksara Lontara dalam Unicode

Masyarakat bugis patut berbangga karena aksara lontara kini sudah terdaftar di Unicode. Menurut Wikipedia.com Unicode adalah suatu standar industri yang dirancang untuk mengizinkan teks dan simbol dari semua sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan dan dimanipulasi secara konsisten oleh komputer. Sedangkan menurut SmitDev.com Unicode adalah standar agar komputer dapat melambangkan dan mengolah teks secara konsisten, dengan tersajikan dalam sistem penulisan paling umum di dunia. Jika ASCII terdiri dari 128 karakter, Unicode terdiri dari 100.000 karakter. Unicode Dikembangkan secara tandem dengan standar Universal Character Set dan dipublikasikan dalam bentuk buku The Unicode Standard, Unicode mengandung suatu kumpulan karakter, suatu metodologi pengkodean dan kumpulan standar penyandian karakter, suatu kumpulan bagan kode untuk referensi visual, deskripsi sifat karakter seperti huruf besar dan huruf kecil, suatu kumpulan data referensi berkas komputer, serta aturan normalisasi, dekomposisi, pembandingan (collation), serta penggambaran (rendering).

Selain aksara Lontara, ada beberapa Aksara Nusantara lainnya yang masuk dalam bakuan Unicode, yaitu:

 Aksara Bali

(28)

18  Rejang

 Aksara Jawa  Aksara Batak

2.4Teori Perkembangan Remaja

Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. masa remaja ini merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Para ahli mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat disebut sebagai the best of time and the worst of time.

Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 tahun. Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu:

remaja awal pada usia 11-13 tahun sampai dengan 14-15 tahun. remaja akhir pada usia 14-16 tahun sampai dengan18-20 tahun.

2.4.1 Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja

Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut:

 Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak

 Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah

(29)

19

 Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis

 Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja

 Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi  Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama,

(30)

20 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Target Audience

Dalam proses perencanaan strategi komunikasi dibutuhkan target audience yang berhubungan dengan strategi komunikasi yang akan digunakan dalam berkampanye nantinya.

Target audience dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:  Demografis

Jenis kelamin : Laki – laki dan perempuan

Perbedeaan gender tidak dipermasalahkan dalam kampanye aksara lontara ini, hanya saja pada strategi perancangannya nanti perbedaan gender mungkin akan berpengaruh.

Usia : 15 – 19 tahun (usia SMA)

Saat SD sampai SMP masyarakat suku Bugis telah dibekali pelajaran aksara lontara dari mulai cara menuliskannya hingga cara membacakannya sedangkan saat tingkat SMA atau sederajat mereka tidak lagi mereka. Gaya hidup mereka yang selalu menghabiskan waktu selain untuk bersekolah juga untuk berjalan – jalan dan bermain bersama teman – temannya.

3.2 Strategi Perancangan

(31)

21

audience yang telah ditentukan. Dalam hal ini dibutuhkan solusi berkampanye

dengan strategi perancangan dengan pendekatan komunikasi sebagai berikut:

3.2.1 Strategi Komunikasi

Sebuah produk (dalam hal ini program pemerintah) dikatakan berhasil apabila mereka mengetahui bagaimana cara menyampaikan pesan dengan baik dan dapat diterima oleh penerima pesan atau target audience. Untuk itu, diperlukan adanya sebuah strategi khusus untuk menganalisa setiap permasalahan agar dapat dimengerti oleh target audience.

Sesuai dengan unsur demografis, geografis dan psikografis target audience sebuah infografis dinilai akan mempengaruhi pola pikir siswa SMA

sehingga dapat mebuat mereka bukan tidak hanya mengerti dan dapat membaca aksara lontara karena hal itu telah mereka pelajari pada tingkat SD dan SMP, tetapi juga membangun rasa memiliki dan menjadi bagian dari aksara lontara itu sendiri sehingga aksara ini dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari - hari. Maka kampanye ini akan dirancang menjadi sebuah website yang berisikan tentang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan aksara lontara yang dapat mereka temukan dalam kehidupan sehari - hari dengan sebuah konsep yang dapat menyampaikan pesan untuk ikut serta dalam melestarikan aksara lontara.

3.2.2 Strategi Media

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini semakin pesat. Dengan adanya internet masyarakat kini tak lagi bersusah payah untuk mendapatkan sebuah informasi yang mereka inginkan. Sosial media (internet) menjadi salah satu media yang dipilih untuk digunakan dalam merancang kampanye sosial aksara lontara ini. Perancangan kampanye ini dikemas dengan membuat sebuah website. Hal ini dilakukan berdasarkan unsur – unsur demografis, geografis dan psikografis target audience. Selain itu digunakan pula media pendukung lainnya seperti infografis, poster, leaflet, spanduk, baligo, sticker, kaos atau T-shirt, dan totebag. Hal ini disesuaikan dengan kebiasaan

(32)

22

Gambar III.1 contoh website

Tujuan Komunikasi

Dengan menempatkan aksara lontara dan gambar – gambar yang mewakili pada setiap kampanye diharapkan masyarakat tidak lagi merasa asing karena dapat merasa dekat dan merasa memiliki kebudayaan tersebut sehingga dapat mengubah cara pikir masyarakat serta memotivasi masyarakat untuk bisa menggunakan aksara lontara dalam kehidupannya sehari - hari.

Pesan Utama Komunikasi

Target audience dapat mengetahui adanya program pemerintah dan

(33)

23  Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam kampanye ini adalah gaya bahasa verbal yaitu proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan media baik berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain. Selain itu digunakan pula gaya bahasa bercerita juga beberapa majas seperti majas alusio. Majas alusio adalah majas yang menggunakan gaya bahasa pribahasa atau ungkapan

3.2.3 Strategi Kreatif

Kreativitas dalam menyampaikan pesan sangat diperlukan agar target audience dapat menerima pesan apa yang ingin disampaikan melalui kampanye

aksara lontara ini.

Media Utama

Media utama dalam kampanye aksara lontara suku bugis ini adalah pembuatan website yang terdapat pada sosial media yang biasa diakses oleh target audience. Website sendiri adalah sekumpulan folder dan file yang mengandung banyak perintah dan fungsi - fungsi tertentu, seperti fungsi tampilan, fungsi menangani penyimpanan data, dan sebagainya. Hal ini dilakukan sebab kebuasaan target audience yang kini selalu mengakses internet khususnya sosial media.

 Konsep website :

- Nama domain : taulolonasawitto.info

- Nama Fanpage Facebook : Tau Lolona Sawitto - Nama Twitter : @OfficialLontara

(34)

24  Media Pendukung

Media pendukung diperlukan untuk menunjang media utama, media pendukung ini terdiri dari :

1. Poster

Poster mempunyai jangkauan yang cukup luas, selain itu dapat ditempatkan di tempat – tempat yang strategis yang sesuai dengan lingkungan target audience.

Poster akan ditempatkan di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kantor pemerintahan, museum, dan sekolah – sekolah yang terdapat di Sulawesi Selatan.

2. Katu Pos

Pada masa kini telah jarang ditemukan sebuah kartu pos yang biasanya terdapat di tempat – tempat dengan ciri khas yang berbeda pula. Untuk itu kartu pos dirasa perlu untuk dijadikan media pendukung pada kampanye ini.

Kartu pos ini sendiri akan dijual di website yang telah dibuat dengan cara pembelian online.

3. Topi

Banyak anak muda yang gemar menggunakan topi sehingga topi dianggap perlu untuk dijadikan media pendukung. Selain itu desain tulisan aksara lontara pada topi tersebut ditempatkan ditengah – tengah sehingga membuat target tertarik.

4. Pin

Pin dapat dijual dengan gambar atau tulisan sesuai dengan pesanan yang ada yang dipasarkan melalui website.

(35)

25

Gambar tempel digunakan dalam kampanye aksara lontara suku bugis ini ditempel pada angkutan umum dan ditempat umum. Selain itu gambar tempel juga dapat dibagikan kepada target audience secara khusus seperti di sekolah – sekolah. Media ini dapat langsung digunakan dan ditempatkan dimana saja saat kampanye aksara lontara ini dimulai.

6. Kaos / T-shirt

Pada program pemerintah, ada acara – acara seperti lomba dan seminar. Kaos/T-shirt dapat diberikan kepada peserta yang adalah target audience sebagai bentuk remainding. Selain itu t-shirt ini

dapat di dapatkan di website yang telah dibuat.

7. Gantungan kunci

Seperti halnya dengan pin, gantungan kunci ini dapat dipesan dengan menggunakan aksara lontara yang diinginkan.

8. Gelang

Selain kaos/t-shirt dibuat pula sebuah gelang yang bertuliskan aksara lontara. Gelang ini akan dibuat dari material kulit dengan huruf yang bisa dipesan konsumen atau target audience.

9. Notebook

Usia target audience adalah usia sekolah. Notebook ini dibuat dengan tujuan reminder dan bisa berguna bagi target audience

10. Mini x-banner

(36)

26 11. Pembatas buku

Selain notebook yang bisa berguna bagi target audience, pembatas buku ini juga bisa bermanfaat selain itu disisipkan pula kata – kata bijak (Pappaseng) pada desain pembatas buku ini.

3.3 Konsep Visual

3.3.1 Format Desain

Format desain dari konsep visual yang digunakan dalam kampanye aksara lontara ini adalah dengan memanfaatkan kebiasaan target audience yang sering menggunakan sosial media dalam kehidupannya

sehari – hari.

Dengan media ini mereka dapat melihat dengan langsung pesan – pesan yang ingin disampaikan yang berkaitan dengan aksara lontara ini. sehingga dapat membuat target audience mengerti. Selain itu, media pendukung lainnya telah disiapkan untuk menunjang kampanye aksara lontara ini.

3.3.2 Tata Letak (layout)

Layout yang digunakan dalam kampanye aksara lontara suku Bugis ini menggunakan istilah single page yaitu, sebuah website yang semua halamannya dijadikan satu halaman dimana tiap tiap halamannya berisikan tentang informasi mengenai aksara lontara suku bugis seperti sejarah awal mula terciptanya aksara tersebut, siapa yang membuatnya, dan informasi lainnya yang beehubungan dengan aksara lontara. Desain lauout website ini di adaptasi dari bentuk pelaminan suku Bugis. Berikut

(37)

27

(38)

28

Gambar III.3 pelaminan suku Bugis Sumber : dok. pribadi

Gambar III.4 asesoris pelaminan Sumber : dok. pribadi

(39)

29

Layout yang digunakan dalam media pendukung disesuaikan dengan tema dan konsep dari masing – masing media.

3.3.3 Tipografi

Tipografi yang digunakan dalam kampanye aksara lontara suku bugis ini ada berbagai macam dan dibuat agar dapat mewakili pesan apa yang ingin disampaikan kepada target audience. Tipografi yang digunakan tersebut terdiri dari:

Dalam kampanye sosial ini terdapat ilutrasi yang mencerminkan kata – kata bijak dari suku Bugis. Illustrasi tersebut dibuat agar target audience merasa adanya kedekatan. Selain itu ilustrasi dari kampanye ini

diseduaikan dengan usia target audience.

(40)

30

Gambar III.6 referensi kapal pinisi Sumber:

http://i25.photobucket.com/albums/c57/tyka82/pinisi_silolona_watercolor-1.jpg (11 september 2011)

Gambar III.7 referensi kapal pinisi

(41)

31

Gambar III.8 referensi penggambaran laut

Sumber : http://depositphotos.com/10090235/stock-illustration-Seamless-ocean-wave-pattern.html

Dari referensi tersebut, juga dengan ketentuan – ketentuan penggambaran khas Sulawesi Selatan maka berikut adalah illustrasi yang dibuat.

Gambar III.9 penggambaran kapal pinisi Sumber : dok. pribadi

(42)

32

keluarga dalam rangka memberikan serta melanjutkan norma – norma dan nilai budaya kepada anggota keluarga.

Rumah tradisional bugis ini terdiri dari tiga bagian yaitu tingkat atas yang disebut rakkeang (loteng), tingkat kedua disebut ale bola (badan rumah), tingkat ketiga disebut awa-sao (bawah rumah). Selain rumah yang khas, kantor – kantor pemerintahan juga mempunyai ciri khas yang hamper sama dengan rumah adatnya hanya saja kantor – kantor pemerintahan ini tidak dibuat khusus dari kayu melainkan seperti bangunan biasanya.

(43)

33

Gambar III.11 rumah khas Sulawesi Selatan (atap)

Sumber : http://www.flickr.com/photos/armintoputiri/2395932835/ (5 februari 2005)

Gambar III.12 Perbatasan Kota Maros Sumber

(44)

34

Gambar III.13 kantor gubernur Sulawesi Selatan

Sumber : http://www.sulsel.go.id/content/kantor-gubernur-provinsi-sulawesi-selatan (20 april 2011)

(45)

35

Dari referensi tersebut maka rumah khas dan kantor pemerintahan Sulawesi Selatan digambarkan sebagai berikut:

Gambar III.15 sketsa rumah khas Bugis Sumber : dok. pribadi

(46)

36 3.3.5 Warna

Warna – warna yang terdapat di media yang digunakan dalam kampanye aksara lontara ini disesuaikan dengan materi kampanye dan juga target audience. Hal ini digunakan agar target audience tertarik namun, tidak merusak pesan apa yang ingin disampaikan dalam kampanye aksara lontara suku Bugis itu sendiri.

(47)

37 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Material Produksi

Dalam pembuatan website (media utama) dan media pendukung lainnya dibutuhkan spesifikasi komputer dengan kemampuan mengolah data yang baik agar hasil yang dikerjakan sesuai dengan yang diharapkan. Berikut adalah spesifikasi yang digunakan dalam pembuatan media:

4.1.1 Perangkat Keras

Dalam pengerjaan website dan media pendukung lainnya sebuah perangkat lunak atau software tentu sangatlah dibutuhkan. Berikut adalah software yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini:

Adobe Dreamweaver CS5, software ini digunakan untuk membuat coding html, css, dan java script untuk membuat sebuah website.  Adobe Illustrator CS5, software ini digunakan untuk membuat vector

yang diperlukan untuk website serta media pendukung lainnya.

Adobe Photoshop CS5 (64 Bit), software ini digunakan untuk

(48)

38

Adobe Indesign CS5, digunakan untuk menyusun laporan manual book dan tata layout lainnya yang diperlukan.

Microsoft Office Word 2010, digunakan untuk menbuat laporan

pengantar tugas akhir.

4.2 Teknis Produksi

Dalam pembuatan sebuah website ada beberapa tahap yang dilakukan. Berikuta adalah tahapan tahapannya:

 Mendesain Website

Dalam membuat sebuah website dibutuhkan sebuah desain agar website tersebut dapat terkonsepkan sehingga dalam proses codingnya nanti akan terasa mudah. Berikut adalah desain website yang dibuat di Adobe Illustrator CS5.

Gambar IV.I Desain home page Sumber: Dok.Pribadi (2013)

(49)

39

Gambar IV.3 Desain shop page Sumber: Dok.Pribadi (2013)

Gambar IV.4 Desain contact page Sumber: Dok.Pribadi (2013)

Slicing

(50)

40

Gambar IV.5 Hasil slicing Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Coding

Setelah slicing dilakukan selanjutnya adalah membuat coding pada software Adobe Dreamweaver CS5. Tahap ini merupakan tahap yang

rumit.

(51)

41

Gambar IV.7 coding CSS Sumber: Dok.Pribadi (2013)

(52)

42

(53)

43

Gambar IV.9 tampilan Facebook dan Twitter Sumber: Dok.Pribadi (2013)

4.3 Teknis Produksi Media Pendukung  Poster

Material : Akasia Ukuran : A3 Teknis : Cetak

(54)

44

Gambar IV.10 poster Sumber: Dok.Pribadi (2013)  Kartu Pos

Material : Art Paper Ukuran : 4” x 6” Teknis : Cetak

(55)

45

(56)

46

Gambar IV.12 Postcard tampak belakang Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Topi

Teknis : Bordir

(57)

47

Gambar IV.13 Topi Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Pin

Ukuran : 4cm x 4cm Teknik : cetak

Desain : Menggunakan desain tipografi yaitu kata “ewako” yang dituliskan dengan aksara lontara yang terdapat pada bagian tengah pin.

Gambar IV.14 Pin Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Gambar Tempel Teknik : cetak

(58)

48

menggambarkan ilustrasi anak muda dari suku Bugis disertai dengan tulisan “Tau lolona sawitto” dan “taro ada taro gau”.

(59)

49

Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Kaos

Material : Combad 20s Ukuran : S, M, L, XL Teknik : Sablon

Desain : Menggunakan desain tipografi yaitu kata “ewako” yang dituliskan dengan aksara lontara dan aksara latin yang terdapat pada bagian depan Kaos. Selain itu dituliskan pula kata bijak yang mewakili kata “ewako” tersebut.

Gambar IV.16 kaos Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Gantungan kunci Ukuran : 4cm x 4cm Teknik : Cetak

(60)

50

Gambar IV.17 gantungan kunci Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Gelang

Material : Kulit

Ukuran : 23cm x 1cm 23cm x 2cm 38cm x 1,5cm Teknik : Grafir

Desain : Desain dalam pembuatan gelang ini dibuat sesuai permintaan target audience tentunya dengan menggunakan tipografi aksara lontara.

(61)

51

Sumber: Dok.Pribadi (2013)  Notebook

Ukuran : 11cm x 16.5 cm Teknik : Cetak

Desain : Menggunakan desain ilustrasi dan kata bijak khas suku Bugis.

Gambar IV.19 sampul notebook Sumber: Dok.Pribadi (2013)  Mini x-banner

Ukuran : 25cm x 40cm

Material : Art paper laminasi dove Teknik : Cetak

(62)

52

Gambar IV.20 desain x-banner Sumber: Dok.Pribadi (2013)

 Pembatas buku Material : Akasia

Ukuran : 17,5 cm x 3 cm

Desain : Dibuat seperti salah satu desain gambar tempel yaitu tipografi aksara lontara dengan menggunakan kata bijak “taro ada taro gau” dan “tau lolona sawitto”

Gambar

Gambar III.1 contoh website
Gambar III.2 contoh website single page
Gambar III.5 layout website
Gambar III.7 referensi kapal pinisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini juga bisa menjadi referensi tambahan dan untuk memperkuat hasil dari penelitian-penelitian yang berhubungan dengan variabel inovasi produk pada

Begitu juga dengan Upaya kerja sama yang dilakukan, dalam tugas kader desa siaga terkesan tercampur dan tumpang tindih dengan tugas kader pemberdayaan kelurahan

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan pengujian terhadap latihan aerobik menggunakan sepeda statis dan efeknya terhadap sistem pernapasan individu

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penulis dapat membandingkan teori yang berhubungan dengan Strategi Humas Rumah Sakit dalam meningkatkan citra positif Rumah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat determinasi konsep diri yang signifikan terhadap kreativitas mahasiswa jurusan S1 Pendidikan Matematika dan konsep diri

Terjadinya selisih antara total cost perusahaan dengan total cost hasil perhitungan dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal disebabkan dalam menentukan

Bima Finance Palembang pembinaan debitur yaitu melakukan penggunaan kredit yang telah diberikan dengan cara menganalisis dan mempelajari informasi atau data-data

Menurut teori sinyal dimana perusahaan akan memberi sinyal positif kepada para investor berupa reputasi perusahaan yang baik, salah satunya jika suatu perusahaan