• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Laporan Tahunan

Dalam keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor Kep/431/BL/2012 menyatakan bahwa emiten wajib menyampaikan laporan keuangan yang terangkum pada laporan tahunan yang harus diserahkan kepada Bapepam dan LK paling lama 4 bulan setelah tahun buku berakhir. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses atau kegiatan akuntansi dalam satu kesatuan dimana proses akuntansi dimulai dari pengumpulan bukti-bukti transaksi yang terjadi sampai pada penyusunan laporan keuangan. Proses akuntansi tersebut harus dilaksanakan menurut cara tertentu yang lazim dan berterima umum serta sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

(2)

2.1.1 Ketentuan Umum Laporan Tahunan

Dalam keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor Kep/431/BL/2012 juga menyatakan bahwa setiap emiten wajib menyampaikan laporan tahunan dengan mengikuti ketentuan umum sebagai berikut:

1. Laporan tahunan wajib disajikan dalam bahasa Indonesia. Dalam hal laporan tahunan juga dibuat selain dalam bahasa Indonesia, baik dalam dokumen yang sama maupun terpisah, maka laporan tahunan dimaksud harus memuat informasi yang sama. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran akibat penerjemahan bahasa, maka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan tahunan dalam bahasa Indonesia.

2. Laporan tahunan wajib dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibaca. Gambar, grafik, tabel, dan diagram disajikan dengan mencantumkan judul dan/atau keterangan yang jelas.

3. Laporan tahunan wajib dicetak pada kertas berwarna terang yang berkualitas baik, berukuran A4, dijilid, dan dimungkinkan untuk direproduksi dengan fotokopi.

2.1.2 Komponen Laporan Tahunan

Sebagaimana yang tercantum dalam keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor Kep/431/BL/2012, laporan tahunan wajib memuat komponen-komponen sebagai berikut:

(3)

1. Ikhtisar Data Keuangan Penting

Ikhtisar data keuangan penting disajikan dalam bentuk perbandingan selama 3 (tiga) tahun buku atau sejak memulai usahanya jika perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya selama kurang dari 3 (tiga) tahun, yang memuat paling kurang :

a) Pendapatan b) Laba bruto c) Laba (rugi)

d) Jumlah laba (rugi) yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali

e) Total laba (rugi) komprehensif

f) Jumlah laba (rugi) komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali g) Laba (rugi) per saham

h) Jumlah aset i) Jumlah liabilitas j) Jumlah ekuitas

k) Rasio laba (rugi) terhadap jumlah aset l) Rasio laba (rugi) terhadap ekuitas m) Rasio laba (rugi) terhadap pendapatan n) Rasio lancar

(4)

p) Rasio liabilitas terhadap jumlah aset; dan

q) Informasi dan rasio keuangan lainnya yang relevan dengan perusahaan dan jenis industrinya.

Laporan tahunan wajib memuat informasi mengenai saham yang diterbitkan untuk setiap masa triwulan dalam 2 (dua) tahun buku terakhir (jika ada), paling kurang meliputi jumlah saham yang beredar, kapitalisasi pasar, harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan dan volume perdagangan.

2. Laporan dewan komisaris

Laporan Dewan Komisaris paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:

a) Penilaian terhadap kinerja Direksi mengenai pengelolaan perusahaan

b) Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi

c) Perubahan komposisi anggota Dewan Komisaris dan alasan perubahannya (jika ada).

3. Laporan direksi

Laporan direksi paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: a) Kinerja perusahaan

b) Gambaran tentang prospek usaha c) Penerapan tata kelola perusahaan

(5)

d) Perubahan komposisi anggota direksi 4. Profil perusahaan

Profil perusahaan paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Nama, alamat, nomor telepon, nomor faksimile, alamat surat

eletronik (e-mail), dan laman (website) perusahaan dan/atau kantor cabang atau kantor perwakilan, yang memungkinkan masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai perusahaan

2) Riwayat singkat perusahaan

3) Kegiatan usaha perusahaan menurut Anggaran Dasar terakhir, serta jenis produk dan/atau jasa yang dihasilkan

4) Struktur organisasi perusahaan dalam bentuk bagan,paling kurang sampai dengan struktur satu tingkat di bawah direksi, disertai dengan nama dan jabatan

5) Visi dan misi perusahaan 6) Profil dewan komisaris 7) Profil direksi

8) Perubahan susunan dewan komisaris dan/atau direksi yang teradi setelah tahun buku berakhir

9) Jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensi 10) Uraian nama pemegang saham dan persentase

(6)

11) Informasi mengenai pemegang saham utama dan pengendali Emiten dan Perusahaan Publik

12) Nama entitas anak, perusahaan asosiasi, dan perusahaan ventura

13) Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham 14) Kronologis pencatatan efek lainnya (jika ada)

15) Nama dan alamat perusahaan pemeringkat efek (jika ada) 16) Nama dan alamat lembaga dan/atau proesi penunjang pasar

modal

17) Penghargaan dan sertifikasi yang diterima perusahaan 5. Analisis dan pembahasan manajemen

Laporan tahunan wajib memuat uraian yang membahas dan menganalisis laporan keuangan dan informasi penting lainnya dengan penekanan pada perubahan material yang terjadi dalam tahun buku. 6. Tata kelola perusahaan

Tata kelola perusahaan memuat uraian singkat yang setidaknya meliputi uraian mengenai dewan komisaris, direksi, komite audit, komite lain yang dimiliki emiten, uraian tugas dan fungsi sekretaris perusahaan, uraian audit internal, sistem pengendalian internal, sistem manajemen risiko, perkara penting yang dih\adapi emiten, informasi tentang sanksi administrasi, informasi kode etik dan budaya perusahaan, uraian

(7)

kepemilikan saham oleh karyawan dan/atau manajemen, dan sistem pelaporan keuangan yang ada di perusahaan.

7. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab perusahaan meliputi kebijakan, jenis program, dan biaya yang dikeluarkan terkait aspek lingkungan hidup, praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja, pengembangan sosial dan kemasyarakatan, dan tanggung jawab produk.

8. Laporan keuangan yang telah diaudit

9. Tanda tangan dewan komisaris dan direksi yang sedang menjabat

2.1.3 Tujuan dan Manfaat Laporan Tahunan

Adapun tujuan dari laporan keuangan yang disajikan dalam laporan tahunan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumberdaya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut Soemarso (2003), pengungkapan laporan tahunan oleh perusahaan bermanfaat untuk:

1. Kepentingan perusahaan

Dapat diperolehnya biaya modal yang lebih rendah yang berkaitan dengan berkurangnya resiko informasi bagi informasi bagi investor dan

(8)

kreditur yang menyebabkan investor dan kreditur bersedia membeli sekuritas dengan harga tinggi.

2. Kepentingan investor

Dapat mengurangi resiko kesalahan pembuatan keputusan investasi sehingga investor menjadi lebih percaya kepada perusahaan yang berakibat pada naiknya harga sekuritas perusahaan.

3. Kepentingan nasional

Dengan diperolehnya biaya modal yang lebih rendah oleh perusahaan, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan kesempatan kerja akan meluas, sehingga pada akhirnya standar kehidupan secara nasional akan meningkat juga. Likuiditas pasar modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena dapat membantu alokasi modal secara efektif.

2.1.4 Pengguna Laporan Tahunan

Adapun pengguna laporan tahunan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) PSAK (2009) ialah sebagai berikut:

1. Investor

Investor membutuhkan informasi sebagai dasar keputusan terbaik yang akan mereka ambil terhadap investasi pada suatu perusahaan. Keputusan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan segala macam resiko yang mungkin akan timbul. Berbagai informasi yang diungkapkan perusahaan

(9)

juga akan membantu investor dalam hal ini pemegang saham untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar deviden.

2. Karyawan

Informasi utama yang dibutuhkan perusahaan adalah mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Informasi tersebut penting karena terkait dengan kelangsungan kinerja perusahaan dan sistem remunerasi yang akan diberikan perusahaan kepada semua karyawan dalam berbagai bentuk.

3. Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman memiliki kepentingan terhadap informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangannya terkait dengan keputusan pinjaman yang diberikannya. Informasi tersebut juga berguna dalam membayar pokok pinjamannya dalam waktu dan jumlah yang telah ditentukan

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Informasi seputar perusahaan sangat dibutuhkan oleh pemasok dan kreditor lainnya terkait dnegan keputusan pembatasan transaksi kredit dan tenggang waktu pelunasanutang. Selain iru, informasi tersebut juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi utang. 5. Pelanggan

(10)

Informasi dalam laporan keuangan penting bagi pelanggan terkait dengan pinjaman jangka panjang dengan perusahaan atau memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah memiliki kepentingan terhadap perusahaan terkait alokasi sumber daya yang digunakan perusahaan. Selain itu, pemerintah berkepentingan dalam pembuatan berbagai kebijakan terutama kebijakan yang terkait dengan aktivitas yang dijalankan perusahaan. 7. Masyarakat

Informasi yang diungkapkan perusahaan sangat penting bagi masyarakat untuk melihat tingkat kemakmuran perusahaan dan aktivitas perusahaan terkait kontribusi terhadap masyarakat di sekitarnya.

2.2 Luas Pengungkapan Laporan Tahunan

Menurut Subramanyam dan Wild (2010), terdapat dua jenis pengungkapan laporan tahunan, yakni pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).

2.2.1 Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang harus dipenuhi oleh pihak emiten karena diatur oleh pihak regulator. Dengan adanya peraturan pengungkapan wajib, perusahaan diharuskan untuk

(11)

menyampaikan pengungkapan minimum yang diisyaratkan. Adapun faktor yang mempengaruhi pengungkapan wajib menurut Subramanyam dan Wild (2010) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), motivasi manajer, mekanisme pengawasan dan pelaksanaan, badan pengatur, sifat industri, dan sumber informasi lain.

2.2.2 Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan dimana pengungkapan tersebut tidak diatur oleh regulator diklasifikasikan sebagai pengungkapan sukarela. Menurut Subramanyam dan Wild (2010), pengungkapan sukarela oleh manajemen merupakan sumber informasi yang semakin penting diungkapkan.

2.3 Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan sukarela merupakan penambahan informasi yang dibuat oleh perusahaan meskipun tidak diwajibkan oleh standar atau badan pengatur lainnya. Informasi yang diungkapkan secara sukarela dalam laporan tahunan tergantung dari kesediaan pihak manajemen dalam memberikan informasi tersebut. Pengungkapan sukarela merupakan penambahan informasi yang dibuat oleh perusahaan meskipun tidak diwajibkan oleh standar atau badan pengatur lainnya. Informasi yang diungkapkan secara sukarela dalam laporan tahunan

(12)

tergantung dari kesediaan pihak manajemen dalam memberikan informasi tersebut.

Menurut Healy dan Palepu (1993), meskipun semua perusahaan publik hanya diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka secara substantial berbeda dalam hal jumlah tambahan informasi yang dipublikasikan ke publik. Menurut penelitian tersebut, pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan dan membantu investor untuk memahami lebih jauh strategi bisnis yang dilakukan manajemen.

Indeks pengungkapan sukarela di dapat dengan membagi jumlah butir informasi yang diungkapkan dengan semua butir informasi sukarela yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang digunakan oleh Botosan (1997) mengenai indikator pengungkapan sukarela. Jika perusahaan mengungkapkan item ini maka diberikan skor 1 dan diberi skor 0 jika tidak mengungkapkan item tersebut. Jumlah indikator maksimal yang tercantum adalah 42 item. Skor pengungkapan maksimum adalah skor yang didapatkan apabila seluruh elemen pengungkapan sukarela diungkap oleh perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan.

Semakin banyak skor pengungkapan sukarela yang diungkapkan maka semakin besar pula indeks pengungkapan sukarela yang diperoleh perusahaan Perusahaan dengan angka indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan melakukan praktek pengungkapan sukarela secara lebih komprehensif dibanding perusahaan lainnya. Seiring berjalannya waktu, luas pengungkapan sukarela mengalami banyak perkembangan yang dipengaruhi oleh perkembangan

(13)

ekonomi, sosial dan budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan, dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

2.3.1 Motif Pengungkapan Sukarela

Menurut Healy dan Palepu (1993), terdapat beberapa motif yang mendasari perusahaan mengungkapkan pengungkapan yang bersifat sukarela dalam laporan keuangan, yakni:

1. Capital market transaction hypothesis

Motif pertama yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela adalah rencana perusahaan untuk menerbitkan sekuritas, public debt, ataupun instrumen modal lainnya. Untuk melaksanakan rencana tersebut, sebelum perusahaan harus menciptakan persepsi yang baik akan kondisi perusahaan. Ketika asimetri informasi terjadi di dalam suatu perusahaan, dimana manajer lebih mengetahui informasi yang dibutuhkan dan tidak mengungkapkannya, maka perusahaan akan dinilai lebih beresiko oleh para investor. Penilaian yang tidak tepat oleh investor atas perusahaan inilah yang akan menyebabkan cost of equity yang meningkat. Hal tersebut memotivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela diharapkan dapat meminimalkan asimetri informasi yang pada akhirnya dapat menurunkan biaya atas pendanaan eksternal.

(14)

2. Corporate control contest hypothesis

Adapun motif yang kedua adalah persaingan dalam pengelolaan perusahaan. Dewan komisaris dan para pemilik modal menyerahkan tanggung jawab atas kinerja saham perusahaan kepada manajer. Harga saham yang rendah juga berhubungan dengan kemungkinan pengambilalihan pengelolaan perusahaan ini menjadi pemicu manajemen dalam melakukan pengungkapan sukarela. Dengan adanya pengungkapan tersebut diharapkan mampu menjelaskan mengenai kinerja saham yang memburuk kepada investor dan mengurangi penilaian yang buruk terhadap investor.

3. Stock compensation hypothesis

Pada kenyataannya, perusahaan tidak hanya memberi kompensasi kepada manajer dalam bentuk uang, namun perusahaan juga memberi kompensasi kepada jajaran manajer dan karyawan berupa hak pembelian saham pada harga tertentu. Tentunya dari sudut pandang sebagai pemegang saham, manajer juga memiliki niat untuk melakukan kegiatan jual beli saham yang diperolehnya. Dari hal tersebut, mendorong manajer untuk memberikan pengungkapan sukarela. kompensasi saham merupakan salah satu alternatif kompensasi yang menarik bagi manajer dan karyawan ketika harga saham yang ditentukan benar-benar mencerminkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, pengungkapan sukarela tersebut dalam mencegah penilaian yang salah terhadap saham perusahaan, sehingga pada

(15)

akhirnya biaya kontrak atas pemberian kompensasi saham tersebut dapat ditekan.

4. Litigation cost hypothesis

Aspek hukum merupakan aspek yang turut berpengaruh dalam keputusan manajer dalam pengungkapan sukarela. terdapat dua hal yang mempengaruhi keputusan manajemen dalam melakukan pengungkapan dari aspek hukum. Pengaruh pertama adalah ketika hukum atau peraturan yang berlaku menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan pada tingkat dan waktu yang tepat. Pengaruh kedua adalah keputusan pembatasan pengungkapan informasi tertentu oleh manajer. Hal ini timbul ketika perusahaan yakin bahwa perusahaan tidak melakukan kesalahan yang disengaja dan perusahaan yakin bahwa sistem hukum dapat membedakan amtara kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja.

5. Management talent signaling hypothesis

Truman dalam Angga (1986) menyatakan bahwa manajer dengan kemampuan yang baik memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan peramalan pendapatan perusahaan dengan sukarela. Hal tersebut didasarkan bahwa nilai perusahaan sangat tergantung kepada persepsi investor atas kemampuan manajer dalam mengelola perusahaan terutama dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi. Ketika manajer melakukan pengungkapan sukarela terutama peramalan pendapatan di

(16)

masa datang, maka investor akan menginterpretasikan bahwa manajer memiliki strategi dalam menghadapi perubahan di masa mendatang yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

6. Proprientary cost hypothesis

Perusahaan memiliki insentif untuk tidak mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dianggap hanya akan membahayakan posisi persaingannya. Dalam membuat keputusan pengungkapan sukarela, manajer akan mengidentifikasi sifat dari persaingan antarperusahaan dalam industri yang sama.

2.3.2 Teori Terkait Pengungkapan Sukarela 1. Agency theory

Pada tahun 1976, Jensen dan Meckling memperkenalkan agency theory yang menjelaskan hubungan antara pemegang saham (principal) dan manajemen (agent). Menurut teori ini, agen tidak selalu bertindak untuk mendahulukan kepentingan pemegang saham sebagai prinsipal, karena manajemen tidak secara langsung menanggung risiko atas kerugian atau kesalahan dalam pengambilan keputusan, melainkan prinsipal yang akan menanggung kesuluruhan kerugian yang terjadi, kejadian inilah yang disebut sebagai agency problem. Untuk mengatasi hal

(17)

tersebut, prinsipal dapat membatasi perbedaan kepentingan itu melalui suatu insentif bagi manajemen dengan membuat biaya pengawasan yang dirancang untuk mengawasi dan membatasi tindakan menyimpang oleh manajemen.

Asimetri informasi adalah sebuah situasi dimana terjadi kesenjangan informasi yang dikarenakan terdapat perbedaan kepentingan prinsipal dan agen. Pemegang saham umumnya tidak mempunyai akses langsung terhadap sumber informasi sehingga mengandalkan pengungkapan laporan keuangan yang transparan dan mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Informasi yang disajikan secara transparan dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi di perusahaan dapat mengurangi asimetris informasi antara pihak manajemen dengan pihak

Menurut teori keagenan (agency theory) asimetri informasi dapat timbul antara manajer sebagai agen dan pemilik yakni pemegang saham sebagai principal (Jensen & Meckling, 1976). Hal ini timbul karena adanya konflik kepentingan antara principal dan agen. Konflik kepentingan ini membuat adanya kesenjangan informasi antara keduanya, dimana manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham (Nandya, 2012). Hal ini sering diartikan sebagai tidak sebandingnya informasi di dalam dan diluar perusahaan.

(18)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) jika kedua pihak, yakni agen dan prinsipal tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan kepentingannya masing-masing, maka agen tidak akan selalu bertindak semaksimal mungkin untuk kepentingan prinsipal. Namun disisi lain, prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. Didasarkan pada adanya asimetris informasi yang terdapat antara pihak manajemen dan pihak pemegang saham, maka pihak manajemen berusaha untuk mengurangi kesenjangan informasi tersebut. Pengungkapan perusahaan adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi kesenjangan informasi.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa ketika perusahaan yang kepemilikannya tunggal dikelola oleh pemilik, maka pemilik akan membuat keputusan-keputusan yang akann memaksimalkan kepentingannya. Akan tetapi, apabila pemilik merangkap sebagai manajer menjual sebagian sahamnya kepada pihak luar, maka akan muncul biaya agensi karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

(19)

Teori sinyal menyatakan pengungkapan informasi secara sukarela dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan sinyal kepada para calon investor mengenai kondisi perusahaan tersebut. Teori sinyal menyatakan apabila perusahaan memiliki kinerja yang bagus, salah satunya dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan cenderung memberikan sinyal melalui pengungkapan yang lebih luas untuk memperlihatkan kualitas perusahaan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya (Murcia dan Santos, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Blaccionaire dan Patten pada tahun 1994 mendukung teori signaling. Penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan kimia yang melakukan pengungkapan mengenai aspek lingkungan mengalami penurunan harga saham yang relatif lebih kecil dibanding dengan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan informasi aspek lingkungan. Ketika suatu perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih sedikit maka pasar menginterpretasikan hal tersebut sebagai bad news signal. Penelitian ini membuktikan bahwa pengungkapan informasi yang cukup menjadi sinyal positif bagi pasar.

(20)

Teori ini menyatakan bahwa setiap stakeholder memiliki kepentingannya masing-masing dan hal tersebut mempengaruhi pelaporan yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan harus memahami keinginan dari stakeholder dimana perusahaan harus mengelola kepentingan, kebutuhan, dan sudut pandang stakeholder.

Di dalam teori stakeholder, terdapat dua perspektif, yakni perspektif yang berberpusat pada perusahaan dan perspektif yang berpusat pada prinsip-prinsip akuntabilitas. Perspektif yang berpusat pada perusahaan muncul sebagai akibat dari perbedaan kepentingan dari setiap stakeolder dan beda tingkat kepentingan setiap stakeholder terhadap perusahaan. Hal tersebut akan membuat perusahaan sulit untuk memberi perlakuan yang sama terhadap setiap stakeholder maka perusahaan harus mampu menjaga hubungan yang baik dengan para stakeolder, salah satunya dengan cara memberi informasi secara sukarela.

Perspektif yang kedua adalah perspektif yang didasarkan pada prinsip-prinsip akuntabilitas dalam perspekti ini, perusahaan diwajibkan untuk memperhatikan hak seluruh stakeolder yang dianggap memiliki peranan penting bagi perusahaan. Dalam perspektif ini, sebagai bentuk pertanggungawaban perusahaan

(21)

kepada stakeholder perusahaan dapat memberikan pengungkapan informasi secara sukarela.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang mengukur faktor-faktor pengungkapan sukarela adalah sebagai berikut:

1. Sweiti dan Attayah (2013) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Palestina Exchange (PEX). Adapun faktor-faktor yang ditemukan mempengaruhi tingkat sukarela suatu perusahaan menurut Sweiti dan Attayah adalah komite audit, banyaknya pemegang saham, ukuran perusahaan.

2. Meridee dan Bruce (2002) juga melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengarui pengungkapan sukarela pada perusahaan-perusahaan yang sudah go public di Kanada yang terdaftar di Bursa Efek Toronto, yakni bursa efek yang berada di Kanada. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa luas pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh besarnya ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan pendapatan yang diperoleh perusahaaan.

3. Ahmet dan Serife (2007) juga melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela pada

(22)

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Istanbul (Istanbul Stock Exchange). Dalam penelitian ini diteliti tingkat pengungkapan kelompok sektoral, yaitu kelompok perusahaan makanan, perusahaan penerbitan, perusahaan elektronik, perusahaan logistik, dan perusahaan transportasi. Dan meneliti dampak ukuran perusahaan, tingkat leverage perusahaan, tipe auditor, struktur kepemilikan, dan profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela. Sebagai hasil dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa sektor perusahaan makanan memiliki tingkat pengungkapan informasi keuangan sukarela yang paling tinggi diantara perusahaan pada sektor lainnya. Hasil lainnya juga ditemukan bahwa ukuran perusahaan, tingkat leverage perusahaan, tipe auditor, struktur kepemilikan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.

4. Boesso (2005) dari University of Padua, Italia dan Kumar dari University of Michigan-Dearborn pada tahun 2005 pada 72 perusahaan yang ada di Amerika Serikat dan Italia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor mendorong praktik pengungkapan sukarela perusahaan yang ada di Italia dan Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan sektor perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela yang disediakan oleh perusahaan.

(23)

5. Ginting (2012) telah melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas perusahaan dengan menggunakan proksi return on equity (ROE) dan ukuran perusahaan (size) dengan menggunakan proksi logaritma dari total asset mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur secara positif dan signifikan. Sedangkan leverage perusahaan dengan menggunakan proksi ratio of total long term liability to total asset dan nilai perusahaan dengan menggunakan proksi price to book value ratio ditemukan tidak mempengaruhi pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur.

6. Wardani (2012) juga melakukan penelitian dengan menggunakan 79 sampel perusahaan sektor rill yang terdaftar di BEI tahun 2009. Penelitian ini menganalisis apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, porsi kepemilikan saham, umur perusahaan, dan likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh teradap luas pengungkapan sukarela, namun umur perusahaan, leverage, porsi kepemilikan saham, dan likuiditas berpengaruh secara

(24)

negatif teradap luas pengungkapan sukarela, sedangkan leverage, porsi kepemilikan saham, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Sweiti dan Attayah (2013) Critical Factors Influencing Voluntary Disclosure: The Palestine Exchange “PEX” Variabel Independen : Komite audit Pemegang saham Ukuran perusahaan Variabel Dependen : Tingkat pengungkapan sukarela Penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit, banyaknya jumlah pemegang saham, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan

(25)

sukarela. 2. Meridee dan Bruce (2002) Corporate Governance; Factors Influencing Voluntary Disclosure by Publicly Traded Canadian Firms Variabel Independen : Ukuran perusahaan Leverage Pendapatan perusahaan Variabel Dependen: Tingkat pengungkapan sukarela Besarnya ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan pendapatan yang diperoleh perusahaaan berpengaruh postif terhadap luas pengungkapan sukarela. 3. Ahmet dan Serife (2007) Voluntary Disclosure in Turkey: A Study on Firms Listed in Istanbul Stock Exchange (ISE) Variabel Independen : Ukuran perusahaan Leverage Tipe auditor Struktur kepemilikan Profitabilitas Variabel Dependen: Tingkat Ukuran perusahaan, tingkat leverage perusahaan, tipe auditor, struktur kepemilikan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.

(26)

pengungkapan sukarela 4. Boesso dan Kumar (2005) Drivers of Corporate Voluntary Disclosure Variabel Independen : Ukuran perusahaan Sektor Perusahaan Variabel Dependen: Tingkat pengungkapan sukarela Ukuran perusahaan dan sektor perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela yang disediakan oleh perusahaan. 5. Ginting (2012) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Variabel Independen : Profitabilitas Leverage Ukuran perusahaan Nilai perusahaan Variabel Dependen: Tingkat pengungkapan sukarela Profitabilitas dan ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur secara positif dan signifikan. Sedangkan leverage

(27)

Indonesia dan nilai perusahaan ditemukan tidak mempengaruhi pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur. 6. Wardani (2012) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Variabel Independen : Profitabilitas Leverage Ukuran perusahaan Likuiditas Variabel Dependen: Tingkat pengungkapan sukarela Ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara positif teradap luas pengungkapan sukarela sedangkan leverage, dan likuiditas tidak berpengaruh teradap luas pengungkapan sukarela. 2.5 Kerangka Konseptual

(28)

Pada bagian ini akan djielaskan kerangka konseptual penelitian yang menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan telah dilakukan, baik dalam Indonesia maupun di luar negeri.

Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela. Adapun faktor-faktor yang akan diteliti terdiri dari 7 faktor, yakni nilai perusahaan yang dihitung dengan price to book value (PBV), leverage, ukuran perusahaan yang dihitung dengan logaritma total aset perusahaan, profitabilitas dengan menggunakan return on equity (ROE), persentase kepemilikan publik, likuiditas yang diukur dengan membagi total aset terhadap total equity, dan tipe auditor perusahaan.

Variabel nilai perusahaan yang diukur menggunakan proksi price to book value (PBV) memiliki korelasi positif terhadap indeks pengungkapan sukarela. Menurut teori sinyal dimana perusahaan akan memberi sinyal positif kepada para investor berupa reputasi perusahaan yang baik, salah satunya jika suatu perusahaan memiliki tingkat harga saham yang rendah, maka perusahaan tersebut akan berusaha menjaga reputasinya dengan cara mengungkapkan informasi sukarela sehingga perusahaan dapat memberikan sinyal pada pasar mengenai ketidakakuratan pasar dalam menilai perusahaan tersebut.

(29)

Variabel leverage memiiki korelasi positif terhadap indeks pengungkapan sukarela. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat hutang maka semakin tinggi tingkat informasi yang diungkapkan pihak perusahaan guna meningkatkan kepercayaan kreditor dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan tersebut. Variabel ukuran perusahaan memiliki korelasi positif dengan indeks pengungkapan sukarela dikarenakan semakin besar perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela. Perusahaan besar cenderung lebih luas memberikan informasi yang ada di perusahaan tersebut kepada para pemangku kepentingan.

Variabel profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan tersebut dalam memperoleh keuntungan. Ketika perusahaan memiliki kinerja yang baik, maka perusahaan akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi indeks pengungkapan sukarela. Varibel kepemilikan saham oleh publik memberikan arti bahwa publik ikut ambil bagian dalam memiliki perusahaan tersebut. Semakin banyak kepemilikan saham yang dimiliki publik, maka perusahaan kemungkinan akan melakukan pengungkapan yang lebih luas untuk menjaga kepercayaan masyarakat akan perusahaan tersebut. Maka dari itu, kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.

(30)

Perusahaan dengan kinerja yang baik akan cenderung untuk menambah informasi mengenai perusahaan tersebut untuk diketahui oleh pemangku kepentingan. Salah satu indicator kinerja perusahaan yang baik adalah dilihat dari likuditas perusahaan tersebut. Perusahaan dengan kinerja yang baik akan lebih luas mengungkapkan informasi perusahaannya sehingga dengan demikian likuditas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Auditor ekstenal adalah bagian yang penting dalam menjaga laporan keuangan agar tetap memenuhi prinsip transparansi. Audit eksternal dalam hal ini dibagi menjadi kelompok KAP big four dan KAP nonbig four. KAP yang termasuk dalam big four dianggap memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih daripada non-big four sehingga akan mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela laporan keuangan perusahaaan.

Maka kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(31)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

: Nilai perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, persentase kepemilikan publik, likuiditas, dan tipe auditor berpengaruh secara positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela perusah

Nilai perusahaan (X1)

Pengungkapan Sukarela (Y) Ukuran perusahaan (X3)

Profitabilitas (X4)

Persentase saham publik (X5)

Likuiditas (X6)

Tipe Auditor (X7) Leverage (X2)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

1. Manajemen perusahaan sebaiknya meningkatkan laba perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan memberikan informasi yang menjadi sinyal positif bagi para investor

Pengaruh IOS terhadap nilai perusahaan didasarkan pada signaling theory di mana perusahaan akan memberikan sinyal positif terhadap investor, sehingga investor akan

Peraturan mengenai rotasi auditor dibuat bertujuan untuk meningkatkan kualitas audit serta mencegah kemungkinan terjadinya kecurangan karena ketika suatu KAP terus

Hasil dari penelitian adalah 5 dari 30 ekor sapi perah di kawasan usaha peternakan Cibungbulang Bogor yang menunjukkan indeks kesehatan normal. 12 dari 30 ekor

Penyusunan anggaran penjualan dengan cara ini bukan merupakan cara yang benar, karena tanpa adanya informasi unit terjual, maka perusahaan tidak dapat membuat anggaran produksi,

Hasil ini sesuai dengan teori sinyal yaitu kinerja perusahaan yang tercermin dalam rasio keuangan akan memberikan sinyal positif kepada investor untuk memberikan

Semakin besar ukuran perusahaan, maka investor akan banyak menaruh perhatian pada perusahaan tersebut sehingga memberikan sinyal yang positif, karena perusahaan besar

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah keingintahuan mengenai apakah informasi utama yang diberikan oleh akuntansi biaya pada entitas besar yang terdaftar