FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI
JAKARTA
TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
QURRATUAENI
105104003477
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI
JAKARTA
TAHUN 2009
OLEH:
QURRATUAENI
105104003477
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
(RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Desember 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Ernawati, S.Kp. Mkep Ns. Sri Mulyani,
S.Kep. MKM
NIP: 150 68771 NIP: 19701102
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 23 Desember 2009
Penguji I
TIEN GARTINAH, MN
Penguji II
ITA YUANITA, S.Kp, M.Kep NIP: 150408677
Penguji III
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 23 Desember 2009
Mengetahui;
Ketua program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
(RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Desember 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Ernawati, S.Kp. Mkep Ns. Sri Mulyani,
S.Kep. MKM
NIP: 150 68771 NIP: 19701102
BAB I PENDAHULUAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
! "
# $ %# $
#
!
&
"
!
'
&
'
(
)
*
)
"
)
*
(
'
&
(((((((
*-SURAT PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini, saya:
Nama : Qurratuaeni NIM : 105104003477 Program studi : Ilmu Keperawatan Tahun akademik : 2005
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2009
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Desember 2009
Qurratuaeni, NIM : 105104003477
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta tahun 2009
xxiv + 86 Halaman, 17 tabel, 2 Diagram, 2 Skema
Kata kunci : Terkendalinya kadar gula darah, Diabetes melitus ABSTRAK
Penyakit kronis adalah kondisi penyakit atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar dapat mengendalikan kadar gula darah dalam keadaan normal dan stabil serta mencegah terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. Di dalamnya akan di bahas mengenai pengetahuan pasien, pendidikan pasien, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan pasien, aktivitas fisik pasien, asupan obat pasien, serta komplikasi penyakit lain, yang di duga mempengaruhi pengendalian kadar gula darah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan data adalah consecutive sampling. Analisis data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat. Tempat penelitian di poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat Fatmawati. Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner. Total populasi tidak diketahui. Adapun sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang dilakukan pemeriksaan HbA1C (hemoglobin terglikasi) sebanyak 75 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 orang terdapat 54 (72,0%) pasien diabetes yang kadar gula darahnya terkontrol, sedangkan 21 (28,0%) pasien diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Dengan demikian, proporsi pasien yang kadar gula darahnya terkontrol lebih banyak dari pada pasien yang kadar gula daranya tidak terkontrol.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan keluarga untuk lebih memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang menderita diabetes untuk melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya. Untuk petugas kesehatan agar lebih meningkatkan sosialisasi, penyuluhan serta pelayanan dalam penatalaksanaan diabetes melitus agar kadar gula darah pasien dapat terkendali, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING PROGRAM STUDY
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate thesis, December 2009
Qurratuaeni, NIM: 105104003477
Factors which correlate with rate of blood sugar controled to patient of Diabetes Mellitus in the internal disease polyclinic room Fatmawati Jakarta of general central hospital (RSUP) year 2009
xxiv + 86 Pages, 17 tables, 2 Diagrams, 2 Scheme
Keyword: rate of blood sugar controlled, diabetes mellitus ABSTRACT
Chronic disease is a disease condition or health problem related to symptoms or disabilities who need long-term management. Diabetes mellitus is a chronic disease that requires proper management in order to control blood sugar levels in normal, stable and prevent complications. This study aims to identify the factors that affect blood sugar control in Diabetes Mellitus patients in the internal medicine clinic in the central general hospital (RSUP) Fatmawati in 2009. In it will be discussed regarding patient knowledge, patient education, the proximity and exposure to sources of information, the patient's intake of food, physical activity the patient, the patient's drug intake, as well as other disease complications, which affect the expected control blood sugar levels.
This research is quantitative research. This study using cross-sectional design with data retrieval techniques are consecutive sampling. Analysis of data in use are univariate and bivariate. Place of research on diseases clinic in a general hospital Fatmawati center. This study uses a questionnaire instrument. The total population is unknown. The sample in this study were patients with diabetes mellitus who had blood the examination HbA1C (hemoglobin terglikasi) as many as 75 people.
The results showed that there were 75 people from 54 (72.0%) patients with diabetes who control their blood sugar levels, while 21 (28.0%) patients with diabetes who are not their blood sugar levels under control. Thus, the proportion of patients with uncontrolled blood sugar levels more than in patients who do not blood sugar levels under control.
In addition, based on data analysis using chi square analysis, correlation and logistic regression obtained results indicate that there is no relationship between knowledge, education, proximity and exposure to sources of information, food intake, physical activity patient, the patient's drug intake, as well as other disease complications (P value = 0.622; 0.612; 0.743; 0.903; 0.564; 0.503; 0.649) with control of blood sugar levels.
counseling and services in the management of diabetes mellitus to patients' blood sugar levels can be controlled, so as to improve health status.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan beberapa rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas segala nikamat dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2009.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Tien Gartinah, MN dan ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ernawati. Skep. Mkep.Sp.Mb dan Ibu Ns. Sri Mulyani S.Kep.MKM, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas hati meluangkan waktu, tenaga, serta fikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk di bangku perkuliahan.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
mengarahkan peneliti dalam proses pengambilan data sebagai bahan rujukan skripsi.
7. Kedua orang tua peneliti, Sujud hormat ananda atas semua pengorbanan ayahanda Drs. H. Nurdin M. Ali dan Ibunda Hj. Hanah Hasan yang senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a yang tulus dan ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
8. Kakak-kakakku tersayang Nurrahmawati, Maskurrizal, Dwi Nursyamsi; abang iparku Akhmad Fakhri; bibi Siti Rukaya; serta nenek-nenekku Hj. Zaenab dan Hj. Aminah yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. K’qu Asyari yang selalu memberikan perhatian, dukungan, motivasi, serta semangat untuk terus berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesal dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10.Kakak-kakakku di HMI Cab.Ciputat yang selalu memberikan pelajaran dan pengalaman yang berharga bagi peneliti, teman-teman seperjuanganku di KOMFAKDIK dan LKMI (k’sari, k’mala, nunung, erma, kiki, udoh, dan teman-teman semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang selalu memberi dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman-teman baikku di Back Community (dewi, zahro, nandang, husni, balqis, risma, dita, leli, itoh, otul, ayu, aish, cut) yang selalu mendukung dan memberikan semangat peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Kawan-kawanku di kostan RedLine (Neneng, Lita, Tika, Intan, Herna, Fauziah) yang selalu memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 14.Teman-temanku di kostan Wida salon ( Iis, Ela, Neng, Omi, Yunda, dan
semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang selalu memberi dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
15.Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05 yang tidak dapat peniliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan, inspirasi-inspirasi yang telah diberikan dan kebersamaan yang indah selama ini yang engga akan terlupakan. Semangat semua..!
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya, terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, Desember 2009
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Surat Pernyataan ……….. i
Abstrak ...……….. ii
Abstract ……… iv
Pernyataan Persetujuan Pembimbing ……….. vi
Pengesahan Penguji …...……….... vii
Daftar Riwayat Hidup ………... ix
Lembar Persembahan ………. x
Kata Pengantar ………... xi
Daftar Isi ……….… xv
Daftar Tabel ………..…... xix
Daftar Diagram ……….... xxii
Daftar Skema ………... xxiii
Daftar Singkatan ………... xiv
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang ……….….… 1
B. Rumusan Masalah ……….….... 7
C. Tujuan Penelitian ………... 8
1. Tujuan Umum ………... 8
2. Tujuan Khusus ……….……. 8
D. Manfaat Penelitian ……… 9
1. Bagi Profesi Keperawatan ………. 9
2. Bagi Rumah Sakit ………..……. 10
3. Bagi Pasien dan Keluarga ……….…….. 10
4. Bagi Peneliti ……….... 10
E. Ruang Lingkup Penelitian ………... 11
A. Diabetes Melitus ... 12
1. Definisi ...12
2. Klasifikasi ... 13
3. Etiologi ... 14
4. Patofisiologi Diabetes Melitus ... 15
5. Manifestasi Klinis ... 18
6. Pemeriksaan Laboratorium ... 20
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus ... 26
B. Pengendalian Kadar Gula Darah ... 29
1. Kadar Gula Darah ... 29
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah ... 31
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar Gula Darah ... 34
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasien Melakukan Pengendalian Kadar Gula Darah ... 35
C. Penelitian Terkait ………....… 37
D. Kerangka Teori ……….….. 39
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ……… 40
A. Kerangka Konsep ………... 40
B. Definisi Operasional ………... 41
C. Hipotesis Penelitian ……… 43
BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 45
A. Desain Penelitian ………...…. 45
B. Variabel Penelitian ………...… 46
C. Tempat dan Waktu ………...… 46
D. Populasi Penelitian ………...… 46
1. Sampel ………...………..…… 47
2. Teknik Pengambilan Sampel ………..…. 49
F. Etika Penelitian ………...………..…… 50
G. Pengumpulan Data ………..….. 51
H. Pengolahan Data ………..……. 51
I. Analisa Data ………..…… 52
BAB V HASIL PENELITIAN……… 54
A. Gambaran Lokasi Penelitian dan Sampel………... 54
B. Analisa Univariat…… ………... 55
1. Pengendalia Kadar Gula Darah ……….………. 55
2. Pengetahuan ……….…...… 56
3. Pendidikan ………... 56
4. Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi... 57
5. Asupan Makan ………..……..… 58
6. Aktivitas Fisik ………. 59
7. Asupan Obat ……… 60
8. Komplikasi Penyakit lain ………..….….… 60
C. Analisa Bivariat …….……… 61
1. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 61
2. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 62
3. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 63
4. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 65
6. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus ... 67
7. Hubungan antara Komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 68
BAB VI PEMBAHASAN..……… 69
A. Keterbatasan Penelitian …..………... 69
B. Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien DM ...………. 70
C. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 71
D. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 74
E. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 76
F. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 77
G. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 79
H. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 80
I. Hubungan antara Komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 82
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN …..……… 84
A. Kesimpulan ……….………... 84
Berdasarkan hasil analisa Univariat ………...…… 84
Berdasarkan hasil analisa Bivariat ………..…...… 84
DAFTAR PUSTAKA ………...………..… LAMPIRAN ……… DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Korelasi Antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah.. 26 Tabel 2.1. Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Malitus …...……..… 30 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 55 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pasien
diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati tahun 2009 ... 56 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 57 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kedekatan dan
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 59 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan obat pasien
diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 60 Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden dengan komplikasi penyakit lain pada
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR SKEMA
DAFTAR SINGKATAN
ACTH = Adreno Corticotropin Hormone ADA = American Diabetes Association CRF = Corticotropin Releasing Factor
CRIPE = Continous, Rhytmical, Interval, Progresive DM = Diabetes Melitus
GD = Glukosa Darah GDP = Glukosa Darah Puasa
GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu GDS = Glukosa Darah Sewaktu
HbA1C = Hemoglobin Glikat HDL = Hight Density Lipid HLA = Human Leococyte Antigen ICA = Islet Cel Antibody
IDDM = Insulin Dependent Diabetes Melitus IMT = Indeks Masa Tubuh
LDL = Low Density Lipid
NIDDM = Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus OHO = Obat Hipoglikemi Oral
RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat TB = Tinggi Badan
A. atar Belakang
Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Perubahan gaya hidup yang pasif, mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stres yang tinggi, dilaporkan meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2002). Salah satu penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit kronis adalah Diabetes Melitus (DM).
Diabetes Melitus dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (WHO, 2002 dalam penatalaksanaan diabetes terpadu), sedangkan menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau karena keduanya.
pemeriksaan gula darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus. Hasil pemeriksaan HbA1C 8 % juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis Diabetes Melitus (PERKENI, 2002).
Berdasarkan data dari salah satu rumah sakit umum pemerintah di Jakarta jumlah pasien Diabetes Melitus sejak tahun 2007 hingga Mei 2009 terdapat 1.504 kasus Diabetes Melitus dengan perincian sebagai berikut: pada tahun 2007 terdapat 631 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 32 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 599 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan pada tahun 2008 meningkat, yakni terdapat 699 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 17 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 682 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2009 tercatat 229 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 6 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 223 orang pasien Diabetes Melitus type-2. Dari data diatas dapatdisimpulkan bahwa keadaan karena kasus diabetes melitus mengalami peningkatan (Asdie, 2009).
jika dirata-ratakan jumlah pasien Diabetes Melitus yang dirawat pada tahun 2008 terdapat 35 orang/bln, dan meningkat menjadi 37 orang / bln sampai dengan september 2009.
Percepatan meningkatnya penderita Diabetes Melitus di Indonesia, terutama diakibatkan oleh perkembangan pola makan yang salah. Pada saat ini masih banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan berserat. santapan menu makanan yang kaya kolestrol, lemak, natrium (dalam garam penyedap rasa) muncul sebagai kecenderungan menu sehari-hari yang juga diperparah dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang kaya akan gula (Tara, 2002). Begitu pula menurut WHO,(1994) dari penelitian laboratorium dan epidemiologi pada berbagai masyarakat telah membuktikan bahwa peningkatan masukan makanan berlemak jenuh serta penurunan masukan makanan berserat dapat berakibat menurunnya kesensitifan insulin dan ketidaknormalan toleransi glukosa.
Apabila tidak dilakukan intervensi yang efektif, prevalensi Diabetes Melitus khususnya DM type-2 akan meningkat yang disebabkan oleh berbagai hal seperti bertambahnya umur, meningkatnya kematian akibat infeksi serta meningkatnya faktor resiko seperti kegemukan, kurang gerak/ kegiatan fisik dan pola makan yang tidak baik (Suyono,1993; Darmono, 2002).
pengetahuan, tingkat pendidikan, perilaku, kebiasaan makan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi. Salah satu hal yang terpenting bagi penderita Diabetes Melitus adalah pengendalian kadar gula darah, untuk itu pasien perlu memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang dengan Diabetes Melitus menunjukan bahwa: 3 orang awalnya tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit Diabetes Melitus, gula darahnya terkontrol karena dalam proses pengobatannya pasien melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti melakukan aktifitas fisik/olahraga teratur, minum obat teratur, namun tidak melakukan anjuran diet DM dengan baik. Sementara pada 2 orang pasien, kadar gula darahnya tidak terkontrol karena pasien tidak melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti tidak melakukan olahraga secara teratur, tidak minum obat sesuai jadwal atau instruksi dari dokter, serta tidak melakukan diet sesuai dengan anjuran diet untuk pasien DM
dinding pembuluh nadi dengan timbunan zat lemak, dan kemerosotan fungsi syaraf.
Selain itu, gaya hidup antara lain aktivitas fisik seperti latihan jasmani yang teratur, memegang peranan penting pada pengendalian gula darah atau pengelolaan pada Diabetes Melitus. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada pasien Diabetes Melitus antara lain menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, menurunkan berat badan, mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler (Syahbudin, 2001). Aktivitas fisik bukan hanya olahraga tetapi juga gaya hidup sehari-hari. Kadar glukosa darah maupun berat badan normal pasien Diabetes Melitus dapat dipertahankan dalam batas normal melalui perencanaan makan, tetapi lebih dari 50% tidak melaksanakannya (Sarwono, 2002).
Dalam upaya melakukan pengendalian kadar gula darah yang tepat, pasien Diabetes Melitus juga perlu memiliki pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus sehingga tahu cara yang tepat untuk mengatasi Diabetes Melitus (PERKENI,1998), pengetahuan pasien Diabetes Melitus adalah pengetahuan tentang diabetes, dapat terlihat dalam sikap dan keterampilannya seperti dalam upaya pengendalian atau pengontrolan kadar gula darah. Pengetahuan pada pasien Diabetes Melitus dipengaruhi pada latar belakang sosial, etnik, ekonomi, gaya hidup, pola makan, kepercayaan dan tingkat pendidikan (Noer,1998; Enri Ningsih, 2006).
Melitus, tanda dan gejala hiperglikemia atau hipoglikemia, tahu komplikasi dari DM, tahu cara pengobatan Diabetes Melitus, pemakaian obat-obatan Diabetes Melitus, paham akan manfaat latihan fisik dan dapat melakukan latihan fisik dengan benar dalam upaya pengendalian kadar gula darah.
Perilaku pasien untuk taat dalam upaya pengendalian kadar gula darah salah satunya berhubungan dengan keterpaparannya terhadap sumber informasi yakni sejauh mana penyuluhan kesehatan yang di berikan oleh perawat atau tenaga medis mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien Diabetes Melitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam peningkatan pemahaman tentang pengendalian kadar gula darah, salah satunya seperti pemahaman tentang pengaturan makan dan atau aktivitas fisik pada pasien Diabetes Melitus sehingga komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul akibat Diabetes dapat dicegah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta Tahun 2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas peneliti menyimpulkan, bahwa angka kejadian Diabetes Melitus terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada pasien Diabetes Melitus perlu melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya, sehingga komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul dapat dicegah. Maka pada penelitian ini peneliti ingin meneliti faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di ruang Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, dan pekerjaan pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, aktifitas fisik, asupan obat, asupan makan, dan komplikasi penyakit lain terhadap terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
c. Mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
d. Mengidentifikasi hubungan faktor pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
e. Mengidentifikasi hubungan faktor kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
g. Mengidentifikasi hubungan asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
h. Mengidentifikasi hubungan asupan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
i. Mengidentifikasi hubungan komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi profesi keperawatan
dan meminimalkan komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati khususnya mengenai penanganan pasien Diabetes Melitus, dalam hal memberikan asuhan keperawatan serta penyuluhan kesehatan dalam upaya melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien dalam melakukan pengendalian kadar gula darah serta memberikan informasi kepada keluarga sehingga dapat memberikan motivasi kepada anggota keluarganya yang menderita Diabetes Melitus untuk melakukan pengendaian kadar gula darah secara optimal.
4. Bagi Peneliti
E. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang memerlukan penatalaksanaan jangka panjang. Kondisi-kondisi pada penyakit kronis menuntut klien untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut agar tidak terjadi komplikasi.
1. Definisi
Berikut ini adalah berbagai definisi tentang Diabetes Melitus yang dikemukakan oleh para pakar, antara lain :
a. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Erik Topan, 2005).
c. Diabetes Melitus merupakan kelompok kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemik kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun absolut. Keberadaan diabetes dalam klinik dapat berupa komponen metabolik dan komponen vaskuler atau angiopati. Kedua komponen ini dapat tampak bersama, atau yang satu mendahului yang lain, yang satu memperberat yang lain (Asdie, 2000). 2. Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui dua bentuk Diabetes Melitus, yaitu Diabetes Melitus tipe-1, dan diabetes melitus tipe-2.
a. Diabetes Melitus tipe-1
Diabetes Melitus tipe 1 atau yang disebut insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin),
dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
b. Diabetes Melitus tipe-2
Diabetes Melitus tipe 2, atau yang disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, diabetes yang tidak
dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya defek respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
3. Etiologi
a. Diabetes Melitus tipe-1
Diabetes Melitus tipe-1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan dapat pula lingkungan (misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta (Potter & Perry, 2006).
1) Faktor Genetik
Pasien diabetes tidak mewarisi Diabetes Melitus tipe-1 itu sendiri; tetapi, mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus tipe-1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu.. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor Imunologi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor Lingkungan
Faktor-faktor ekstetrnal juga dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Melitus tipe-2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe-2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe-2. Faktor-faktor ini adalah: Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga, Kelompok etnik (Potter & Perry, 2006).
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
regulasi glukosa darah. Salah satu komponen utama yang memberikan rangsangan pada sel beta untuk memproduksi insulin karena adanya peningkatan kadar glukosa darah (Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006).
a. Diabetes Melitus tipe-1
Terjadi defisiensi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, karena adanya reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cel Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkan dapat menyebabakan hancurnya sel beta. Insulitis dapat disebabakan oleh beberapa hal, diantaranya: virus, seperti virus rubella, herpes dan lain-lain.
b. Diabetes Melitus tipe-2
Secara lengkap dapat digambarkan pada bagan di bawah ini : Defisiensi Insulin
glukagon penurunan pemakaian glukosa oleh sel glukoneogenesis hiperglikemia
lemak protein glycosuria ketogenesis BUN Osmotic Diuresis ketonemia Nitrogen urine Dehidrasi pH Hemokonsentrasi
Asidosis Trombosis
Aterosklerosis
Diagram 2.1 :
Pathoflow Diabetes Melitus
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Mual muntah
Resti Ggn Nutrisi Kurang dari kebutuhan
Koma Kematian
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Miokard Infark Stroke Gangren
Retinopati diabetik
Ggn. Penglihatan Gagal Ginjal
Resiko Injury
Nefropati
Ggn Integritas Kulit
( Asdie, 2000 ) 5. Manifestasi klinis
Adanya penyakit Diabetes Melitus pada awalnya sering tidak dirasakan dan tidak disadari oleh pasien. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian bagi pasien Diabetes Melitus adalah (Slamet Suyono, 2002):
a. Keluhan klasik 1).Poliuri
Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang belebih maka klien sering berkemih dalam jumlah yang banyak.
2). Polidipsi
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui air kemih. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut klien banyak minum.
3). Penurunan berat badan dan rasa lemah
sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
4). Polifagi
Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, serta akibat dari sejumlah besar kalori telah hilang kedalam air kemih. Untuk mengkompensasikan hal ini, pasien banyak makan.
b. Gejala/keluhan lain
1).gangguan saraf tepi / kesemutan
Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
2).Ganguan penglihatan
Gangguan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus sering dijumpai pada fase awal.
3).Gatal atau bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.
6).Pusing
7).Mual dan berkurangnya ketahanan tubuh 6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dalam perannya untuk mendukung pengelolaan Diabetes Melitus dapat berfungsi sebagai penyaring penyakit (screening), diagnostik dan pemantauan pengendalian.
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring untuk Diabetes Melitus dianjurkan dilakukan kepada klien bersamaan dengan pemeriksaan penyaring penyakit lain. Pemeriksaan penyaring ini berguna untuk menjaring pasien Diabetes Melitus, TGT (toleransi glukosa terganggu) dan GDPT (glukosa darah puasa terganggu).
Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah. Untuk kelompok dengan faktor risiko yang hasil pemeriksaan penyaring negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan setiap tahun. Sedangkan bagi pasien yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dilakukan setiap tiga bulan (Yullizar Darwis, 2005).
b. Pemeriksaan diagnostik
Melitus dapat ditegakkan pada pasien dengan hasil positif pemeriksaan glukosa darah puasa (konsentrasi glukosa darah 126 mg/ dL) atau glukosa darah sewaktu (konsentrasi glukosa darah 200 mg/ dL).
KELUHAN KLINIS DIABETES
Keluhan Klasik (+) Keluhan Klasik (-)
s
GDP = Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) GDS = Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL) GDPT = Glukosa darah Puasa Terganggu
TGT = Toleransi Glukosa Terganggu
Diagram 2.2 :
TGT D I A B E T E S M E L I T U S
110-125
110-199
Ulang GDS atau GDP
T T G O GD jam ke-2 < 126 < 200 < 140 140-199 ≥ ≥ ≥ ≥ 200
GDPT Normal
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit DM; (Yullizar Darwis, 2005)
c. Pemeriksaan Pemantauan Pengendalian
Pemeriksaan ini ditujukan untuk memantau keberhasilan pengobatan dalam upaya mencegah terjadinya penyulit kronis. Penyebab terjadinya penyulit kronis bukan secara langsung oleh glukosa darah yang tinggi, melainkan karena zat-zat metabolit lain yang terbentuk akibat sel tidak dapat menggunakan glukosa. Dengan demikian Diabetes Melitus yang terkendali dengan baik tidak berarti hanya glukosa darahnya saja yang baik, tetapi harus secara menyeluruh menyangkut antara lain konsentrasi glukosa dalam darah, HbA1c (Hemoglobin Glikat), kolesterol, trigliserida, dtatus gizi, dan tekanan darah.
Sasaran pengobatan atau pengendalian untuk pasien Diabetes Melitus yang berumur > 60 tahun cukup sampai kriteria sedang, hal ini mengingat keterbatasan fisik pada pasien usia lanjut (Yulizar Darwis, 2005).
d. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu
Dilakukan setiap waktu pada pasien dalam keadaan tanpa puasa. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah kapilar. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu plasma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring dan memastikan diagnosis DM, sedangkan periksaan gula darah yang berasal dari darah kapilar hanya untuk pemeriksaan penyaring. Tes ini mengukur glukosa darah yang diambil kapan saja tanpa memperhatikan waktu makan. Kriteria KGDS dari alat Accu-Chek Active dikategorikan baik bila berkisar 110 -< 145 mg/dL, sedang 145-179 mg/dL, dan buruk =180 mg/dL . 2) Pemeriksaan glukosa darah puasa
Pada pemeriksaan ini, pasien harus puasa 10-12 jam sebelum pemeriksaan. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah kapilar. Pemeriksaan glukosa darah puasa plasma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring, memastikan diagnosis, dan memantau pengendalian, sedangkan pemeriksaan yang berasal dari darah kapilar hanya untuk pemeriksaan penyaring dan memantau pengendalian. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) bila pada pemeriksaan didapat nilai sebesar 110-125 mg/dL.
Standarisasi pemeriksaan ini sulit dilakukan karena makanan yang di konsumsi baik jenis maupun jumlahnya tidak dapat dibakukan dan sulit mengawasi pasien dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau pengendalian Diabetes Melitus.
4) Pemeriksaan glukosa jam ke-2 pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)
Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif dari pada tes toloransi glukosa intravena. Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana.
5) Periksaan glukosa kurva harian
Pemeriksaan konsentrasi glukosa kurva harian dilakukan pada pemantauan pengendalian Diabetes Melitus yang berkaitan dengan obat-obat hipoglikemi yang diberikan. Biasanya pemeriksaan dilakukan 3-4 kali dalam sehari, sebelum makan sore dan sebelum makan malam. Kekerapan melakukan pemeriksaan ini tergantung berat dan sifat diabetes serta jenis obat (Yulizar Darwis, 2005). 6) Pemeriksaan HbA1C
gula darah selama periode waktu 6-12 minggu, dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan penyesuian terhadap pengobatan Diabetes Melitus yang dijalani. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan. sebelum pemeriksaan (Indodiabetes, 2009).
Tabel 1.1:
Korelasi antara Kadar HbA1C dan Rata-rata Kadar Gula Darah
HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dL)
6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310
12 345
(pemeriksaan gula darah, www.indodiabetes.com)
Pemeriksaan glukosa darah lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa urin karena pemeriksaannya bersifat langsung (Soewondo dalam Soegono, 2007). Tujuan pemeriksaan glukosa darah untuk mendeteksi keadaan hipoglikemik atau hiperglikemik.
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
utama dalam pengelolaan diabetes mellitus menurut Konsensus Nasional 1998 (PERKENI, 1998) adalah: perencanaan makan, latihan jasmani, penyuluhan, dan obat berkhasiat hipoglikemik.
a. Perencanaan makan
Prinsip perencanan makan adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi Diabetes Melitus dan melakukan modifikasi diet dengan memperhatikan gaya hidup, pola kebiasaan makan, status ekonomi dan lingkungan. Diabetesi harus dapat melakukan perubahan pola makan secara konsisten. Salah satu manfaat pengaturan makan adalah untuk meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo, 2006).
b. Latihan jasmani
Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur (3-5 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, rhythmical, interval, progressive, endurancetraining).
Tahap-tahap dalam melakukan latihan jasmani: 1). Peregangan (stretching)
Dilakukan peregangan pada semua otot tubuh selama lebih kurang 5 menit, untuk mencegah cedera otot.
2). Pemanasan (warming up)
Dilakukan dalam gerakan lambat selama 5-10 menit, sehingga kecepatan jantung meningkat secara bertahap.
3). Latihan inti dengan kecepatan penuh (full speed)
Dilakukan dengan irama lebih cepat selama 20-30 menit, bertujuan untuk meningkatkan kerja jantungdan paru-paru.
4). Pendinginan (cooling down)
Dilakukan dalam tempo lambat selama 5-10 menit, untuk mencegah nyeri atau cedera.
c. Penyuluhan (edukasi diabetes)
penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup klien diabetes melitus (Soewondo P, 2002).
d. Obat berkhasiat hipoglikemik
Pada dasarnya pengelolaan Diabetes Melitus tanpa dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan, disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu. Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, pasien diberikan obat hipoglikemi oral (OHO) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi (PERKENI, 1998). Obat anti hipoglikemi umumnya hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu dengan Diabetes Melitus tipe-2. Obat-obatan ini menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta pankreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer (Soewondo P, 2002).
B. Pengendalian Kadar Glukosa Darah
saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid maupun HbA1C (Soewondo, 2002).
1. Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah (Soeryodibroto, 1998). Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik
Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon (Soeryodibroto, 1998).
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu, bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati, sebaliknya bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glukogen otot (Suyono, 1995; dalam Mira Musaira, 2003).
menjaga keseimbangan diantara jumlah glukosa yang masuk dan glukosa yang hilang (Leslie, 1991).
[image:60.612.131.552.87.581.2]Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi kronik, maka untuk dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang timbul tersebut diperlukan pengendalian kadar gula darah yang baik. Diabetes Melitus terkendali dapat dilihat dari glukosa darah, kadar lipid, tekanan darah dan HbA1C seperti tercantum:
Tabel 2.1:
Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa *
(plasma vena , mg /dL) 80-109 110-125 126 Glukosa darah 2 jam pp *
(plasma vena , mg /dL) 80-144 145-179 180 HbA1c < 6,5 6,5 - 8 > 8 Kolesterol total (mg / dL ) < 200 200 - 239 240 Kolesterol LDL (mg / dL
)
< 100 100 - 129 130 Kolesterol HDL (mg/ dL ) > 45
Trigliserida (mg/ dL ) > 150 150 - 199 200 IMT (kg / m2 ) 18,5 – 22,9 23 - 25 > 25 Tekanan darah (mmHg) < 130/ 80 130/ 80 - 140/
90
> 140/ 90
( Yullizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit
Diabetes Melitus ; 2005 )
a. Faktor Internal 1) Penyakit dan Stres
Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra, 2008). Adapun menurut Leslie (1999), kadar gula darah dipengaruhi oleh stress seseorang (Leslie, 1999 dalam Iswanto, 2004).
Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stres muncul ketika ada ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki, (Selye, dalam Potter & Perry, 2005). Diabetesi yang mengalami stres dapat merubah pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi diabetesi dan hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002). Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan stress ditandai dengan peningkatan kadar gula darah, yang secara umum sebanding dengan beratnya stress (Souba dan Wilmore, 1996 dalam Hariani, 2002).
simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan norepinefrin untuk meningkatkan frekuensi jantung. Peningkatan frekuensi jantung bertujuan untuk memperoleh perfusi yang baik. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi (Guyton, 1996; Smeltzer & Barwe, 2002).
Bila stres menetap, respon stres akan melibatkan hipotalamus pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing factor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk
memproduksi adrenocorticotropic hormone (ACTH). Kemudian ACTH menstimulasi pituitari antrior untuk memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Seltzer & Bare, 2002). Selain itu kortisol juga dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories, 2008).
2) Obesitas
80% diantaranya adalah obesitas. Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan (Ilyas dalam Soegondo, 2007).
3) Makanan/Asupan makan
Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam pembentukan ATP. Selama pencernaan, banyak zat gizi yang diabsorpsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai makanan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi, terkandung karbohidrat, lemak, dan protein (Tandra, 2008). Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya keseimbangan diet. Mempertahankaan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Sukardji, 2002).
Makanan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kadar gula darah. Faktor-faktor penting dalam diet karbohidrat terhadap kenaikan kadar gula darah (Rimbawan,2004) adalah sebagai berikut:
a) Kandungan serat dalam makanan b) Proses pencernaan
d) Ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan makanan sebagai zat anti nutrient
e) Waktu makan dengan kecepatan lambat atau cepat f) Pengaruh intoleransi glukosa
g) Pekat atau tidaknya makanan
Pasein Diabetes Melitus memiliki kemampuan tubuh yang terbatas mengatur metabolisme hidrat arang dan jika toleransi hidrat arang dilampaui, pasien akan mengalami glikosuria dan ketonuria yang pada akhirnya dapat menjadi ketoasidosis, maka pembatasan kandungan hidrat arang dalam diet pasein Diabetes Melitus harus dilakukan (PERKENI, 1998).
4) Jumlah latihan fisik/ Olahraga yang dilakukan
Cara kerja obat hipoglikemik oral pada umumnya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin atau mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Perencanaan makan masih merupakan pengobatan utama, tetapi bila hal ini bersama latihan jasmani ternyata gagal, maka diperlukan penambahan obat oral. Obat hipoglikemik oral diberikan agar Diabetes Melitus dapat terkontrol dengan baik (Soegondo,1995).
a. Faktor Eksternal 1) Pendidikan
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan penampakan dari hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo, 2002: 121).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (Rogers 1994).
Jadi, pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam domain kognitif. Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah laku, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu (Noto Atmojo, 1993). Pasien Diabetes Melitus akan mampu melakukan pengendalian kadar glukosa darah dengan baik jika didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus, baik tanda dan gejala maupun penanganannya.
maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Notoadmodjo, 2003).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang dalam meningkatkan kwalitas kesehatannya adalah terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi terkair dengan tindakan yangn akan diambil oleh seseorang. Pada pasien Diabetes Melitus, dengan adanya kemudahan untuk memperoleh informasi mengenai pengendalian kadar gula darah dapat memfasilitasi terjadinya tindakan untuk melakukaan pengendalian kadar gula darah mereka.
C. Penelitian Terkait
untuk pasien dengan kadar glukosa darah yang terkontrol mempunyai nilai lebih besar.
D. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka teori
(Berdasarkan teori Notoatmodjo, 2003 dan PERKENI, 1998) Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terkendalinya kadar glukosa darah:
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Pengetahuan
• Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi
• Asupan makan
• Jumlah latihan/aktivitas fisik
• Asupan obat
• Penyakit atau Stress
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsep Varibel Independen
Variabel Dependen
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan
terkendalinya kadar gula darah Pendidikan
Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber
informasi
Kebiasaan makan
Aktivitas fisik
Asupan obat
Kerangka konsep pada penelitian ini akan menghubungkan antara variabel dependen dan variabel independen yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus yang meliputi faktor pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi (misalnya memiliki keluarga dengan latar belakang medis atau memiliki tempat tinggal yang berdekatan dengan tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau balai kesehatan), kebiasaan makan, aktivitas atau latihan fisik, asupan obat serta komplikasi dengan penyakit lain. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus.
B. Definisi Operasional
Varibel Definisi
Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur Independent
Pengetahuan Hal-hal yang diketahui atau dipahami responden dalam mengendalikan kadar gula darah. Menanyakan pd pasien Diabetes Melitus mengenai pengetahuannya dalam mengendalikan kadar gula darah
Kuesioner C 1-6
0 = kurang (bila nilai yang didapat 55%)
1 = cukup (bila nilai yang didapat 56-75%)
2 = baik (bila nilai yang didapat 76-100%) (Arikunto, 1998) Ordinal
Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti responden Menanyakan pada pasien Diabetes Melitus mengenai tingkat Kuesioner A3
0 = tidak sekolah 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4 = Perguruan
pendidikan mereka Tinggi Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi. Responden memiliki akses yang mudah dan cepat untuk mendapatkan Informasi kesehatan (terutama untuk mengendalikan kadar gula darah pada pasien DM ) yang akurat. Menanyakan pada pasien Diabetes Melitus mengenai kedekatan dan keterpaparan mereka terhadap sumber informasi kesehatan. Kuesioner C 1-5
0 = tidak mudah (jika skor yang diperoleh < nilai median) 1 = mudah (jika skor yang diperoleh nilai median) Ordinal Aktivitas fisik/latihan jasmani Jumlah, lama dan jenis aktivitas atau kegiatan fisik yang dilakukan oleh responden Menanyakan kepada responden jumlah, lama dan jenis aktivitas atau kegiatan fisik yang dilakukan oleh responden. Kuesioner D 1-5
0 = tidak sesuai anjuran (jika skor yang diperoleh < nilai median)
1 = sesuai anjuran (jika skor yang diperoleh nilai median)
Ordinal
Asupan obat Asupan obat tablet atau insulin yang dikonsumsi oleh responden dalam upaya mengendalikan kadar glukosa darah Menanyakan kepada responden mengenai obat tablet atau insulin yang mereka konsumsi Kuesioner E 1-4
0 = tidak sesuai
instruksi (jika skor yang diperoleh < nilai median) 1 = sesuai instruksi (jika skor yang diperoleh nilai median) Ordinal Asupan/ kebiasaan makan Asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh seseorang sesuai dengan batasan/anjuran diet DM Menanyakan pada pasien Diabetes Melitus mengenai makanan yang dikonsumsi atau mengenai diet mereka Kuesioner F 1-5
0 = tidak sesuai anjuran (jika skor yang diperoleh < nilai median) 1 = sesuai anjuran (jika skor yang diperoleh
nilai median) Komplikasi penyakit lain Penyakit lain yang diderita responden selain diabetes melitus Dilihat dari medical record pasien Kuesioner B-1
0 = jika ada komplikasi penyakit lain 1 = jika tidak komplikasi dengan penyakit lain Ordinal Dependent Terkendalinya kadar gula darah Kondisi dimana kadar gula darah responden dapat terkendali/ terkontrol dengan melihat hasil pemeriksaan HbA1C pada rekam medis pasien/ responden. Dilihat dari medical record pasien Kuesioner B-2
0 = tidak terkontrol (jika nilai HbA1C < 6,5 dan > 8) 1 = terkontrol (jika nilai HbA1C 6,5-8)
Ordinal
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009.
4. Ada hubungan antara jumlah aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009.
5. Ada hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009.
6. Ada hubungan antara asupan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian ( Burn & Grove,1991; Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini menggunakan desain studi
cross sectional untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Studi cross sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat. Tidak ada follow-up pada studi ini ( Setiadi, 2007).
Alasan digunakan desain studi ini karena kelebihan yang dimilikinya, diantaranya:
1. Keuntungan yang utama dari desain cross sectional adalah memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai
2. Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh 3. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel
4. Tidak terancam loss to follow-up (drop out)
B. Variabel Penelitian
Menurut Setiadi (2007), variabel penelitian adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di RSUP Fatmawati tahun 2009.
C. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Instalasi rawat jalan, Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati karena memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap, pasien diabetes melitus yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dilakukan pemeriksaan HbA1C, pasien Diabetes Melitus tiap tahun semakin meningkat dengan masalah pengendalian kadar gula yang masih tinggi, serta mudah untuk mendapatkan responden yang akan diteliti. Waktu penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November tahun 2009.
D. Populasi Penelitian
adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti.
Populasi atau subyek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Melitus yang melakukan pemeriksaan atau pengobatan di ruang Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
E. Sampel dan teknik pengambilan sampel 1. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993:75; Setiadi, 2007). Sedangkan menurut Aziz Alimul Hidayat (2008) sampel penelitian adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi
a. Kriteria Inklusi: 1) Kesadaran baik
2) Pasien Diabetes Melitus yang sedang menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati.
1) Pasien Diabetes Melitus yang tidak bersedia menjadi responden atau menolak berpartisipasi
2) Pasien Diabetes Melitus yang tidak melakukan pemeriksaan HbA1C
3) Tidak mampu mendengar dan berkomunikasi verbal / non verbal dengan baik.
Pada penelitian ini jumlah sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus Uji hipotesis beda proporsi:
n =
(
)
(
)
(
)
(
)
2 2 1 2 2 1 1 11 /2 2 1 1 1
Ρ − Ρ Ρ − Ρ + Ρ − Ρ − + Ρ − Ρ
−a Z β
Z
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Z1. /2 = derajat kepercayaan (95%) = 1,96 (derajat kemaknaan) = 5%
Z1- = (kekuatan uji 80%) = 0,84
P1 = Proporsi distribusi kadar gula darah puasa tinggi pada pasien DM yang tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto (2004).
P2 = P1-20 % (Proporsi distribusi kadar gula darah puasa tinggi pada pasien DM yang tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto, 2004 dengan perbedaan selisih 20% dari proporsi awal.
Pembahasan:
n =
(
)
(
)
(
)
(
)
2 2 1 2 2 1 1 11 /2 2 1 1 1
Ρ − Ρ Ρ − Ρ + Ρ − Ρ − + Ρ − Ρ
−a Z