ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN
INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS
AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Oleh: NOVRIZAH 106082002649
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI AKUNTANSI AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN
INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS
AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: NOVRIZAH 106082002649
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI AKUNTANSI AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Novrizah
NIM : 106082002649
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris Pada
Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila teryata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus menerima sangsi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
ada unsur paksaan.
Jakarta, Nopemeber 2010
ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR
AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Novrizah NIM: 106082002649
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE., Ak., MSi Drs. M.A. Bintoro Dibyoseputro, Ak., MBM NIP: 197306150 200501 1 009 NIP:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pada hari Jumat Tanggal Tiga September Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Novrizah NIM: 106082002649 dengan judul skripsi
“ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 September 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA Fitri Damayanti, SE., M.Si Penguji II Penguji III
Pada hari Jumat Tanggal Sepuluh Nopember Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Novrizah NIM: 106082002649 dengan judul skripsi
“ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Nopember 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Drs. M.A. Bintoro Dibyoseputro, Ak., MBM
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Novrizah
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Nopember 1988
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Swadharma Raya Gg. H. Rohimin
RT 017/003 No. 26A, Ulujami –
Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12250.
6. Telepon : 021-94519463 / 085692648146
7. E-Mail : - novrizah_UIN@yahoo.com
- riza.ika08@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Al Athfal - Jakarta 1993 - 1994
2. SDN 04 Pagi Pesanggrahan - Jakarta 1994 - 2000
3. SMP Negeri 267 Jakarta 2000 - 2003
4. SMU Negeri 32 Jakarta 2003 - 2006
III. PENDIDIKAN INFORMAL
1. Pelatihan Brevet Pajak A&B Artha Bhakti Nagara Jakarta 2010
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Staff Incharge input data pada Karim Business Consulting 2009
2. Magang/ KKS-BT BTM Berkah Mentari Pamulang 2009
3. Auditor Incharge pada KAP Nunuk Saryadi 2010
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Paskibra SMP Negeri 267 Jakarta 2001 – 2002
2. Basket SMA Negeri 32 Jakarta 2003 – 2004
3. Anggota Divisi Sosial dan Agama BEM Jur. Akuntansi 2007 – 2008
4. Koordinator Div. Litbang BEM Jur. Akuntansi 2008 – 2009
Hormat Saya,
THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF COMPETENCY AND
INDEPENDECY TO THE AUDIT QUALITY AND AUDIT FIRM SIZE AS A MODERATING VARIABLE
(An Empirical Study At Audit Firm In DKI Jakarta)
ABSTRACT
This research aimed to evaluate the relation of competency and independency to the quality of audit and also want to know the impact of moderating variable (audit firm size) to competency, audit quality and independency, considering some years lately frequent auditor profession related to various scandal befalling big companies. In this study, used primary data by dissemination of the questionnaires conducted audit firm in Jakarta with auditor who working in audit firm as a respondent.
Questionnaire in this research were distributed and collected from September 20th, 2010 until November 4th, 2010 done to 21 audit firm in Jakarta. 132 questionnaires were distributed, total questionnaires that return and could be statistic as 120 questionnaires (91%). The result of this research indicates that competency and independency effected audit quality significantly. This research found evidence that interaction between audit firm size and competency do not have significantly effect to the audit qualtity. And that interaction between audit firm size and independency do not have significantly effect to the audit quality. Future research expected can extend survey area coverage, categorize research object, and include behavioral and conditional variable as moderating variable, influencing independency and competency and also the quality of audit
ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR
AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah DKI Jakarta)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dan juga ingin mengetahui dampak dari variabel moderating (ukuran kantor akuntan publik) dengan kompetensi, kualitas audit dan independensi, mengingat beberapa tahun belakangan ini profesi auditor sering terkait dengan berbagai skandal menimpa perusahaan besar. Dalam studi ini, digunakan data primer dengan penyebaran kuesioner yang dilakukan pada kantor akuntan publik di Jakarta dengan auditor yang bekerja di kantor akuntan publik sebagai responden.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini. Pada
kesempatan kali ini penulis mengangkat bahasan tentang “Analisis Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai Variabel Moderating”.
Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi sebagaian syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari
orang-orang terdekat, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Orang tua, yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada
henti-hentinya.
2. Keluargaku yang telah menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Amilin, Ak., M.Si. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. M.A. Bintoro Dibyoseputro, Ak., MBM. selaku dosen
Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktunya,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
8. Zulaika Hajar Sukmarani, SE. yang telah memberikan semangat dan doa
tiada henti untuk penulis sampai skripsi ini selesai.
9. Muhammad Firdaus, Murniasari, Siti Nur Aisyah, dan sahabat-sahabat
yang lain, terima kasih atas doa kalian.
10.Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberi bantuan kepada penulis.
11.Seluruh teman-teman jurusan akuntansi tahun 2006 dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah bersedia menjadi tempat
berkeluh kesah selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang dapat
membangun guna memperbaiki kekurangan tersebut.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan
disetujui.
Jakarta, 28 Nopember 2010
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Skripsi ... i
Lember Pengesahan Uji Komprehensif……… ... ii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Abstract ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
1. Tujuan Penelitan ... 11
2. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
1. Pengertian Auditing ... 13
2. Standar Auditing ... 14
a. Standar Umum ... 14
b. Standar Pekerjaan Lapangan ... 15
c. Standar Pelaporan ... 15
B. Teori Keagenan ... 16
C. Kompetensi ... 17
D. Independensi ... 20
E. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 25
F. Kualitas Audit ... 29
G. Penelitian Terdahulu ... 30
H. Keterkaitan Antar Variabel ... 33
1. Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit ... 33
2. Independensi dengan Kualitas Audit ... 34
3. Ukuran KAP dengan Kualitas Audit ... 36
4. Kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi dan ukuran KAP, dan interaksi independensi dan ukuran KAP dengan kualitas audit ... 36
I. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 36
1. Kerangka Pemikiran ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
C. Metode Pengumpulan Data ... 39
D. Metode Analisis ... 40
1. Statistik Deskriptif ... 40
2. Uji Kualitas Data ... 40
a. Uji Validitas ... 41
b. Uji Reliabilitas ... 41
3. Uji Asumsi Klasik ... 42
a. Uji Multikolinieritas ... 42
b. Uji Heteroskedastisitas ... 42
c. Uji Normalitas Data ... 43
4. Uji Hipotesis ... 43
a. Koefisien Determinasi ... 45
b. Uji Signifikansi Simultan ... 45
c. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 46
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 46
1. Variabel Bebas (Independent Variable) ... 46
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 47
3. Variabel Moderating (Moderating Variable) ... 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55
2. Karakteristik Profil Responden ... 56
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 57
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 58
d. Deskripsi Responden Berdasarkan pengalaman Kerja .... 59
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 59
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 59
2. Hasil Uji Kualitas Data ... 60
a. Hasil Uji Validitas ... 60
b. Uji Reliabilitas ... 64
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 65
a. Hasil Uji Multikolinieritas ... 65
b. Hasil Uji Normalitas ... 67
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 68
4. Hasil Uji Hipotesis ... 69
a. Uji Koefisien Determinasi ... 69
b. Hasil Uji Statistik t ... 70
c. Hasil Uji Statistik F ... 73
C. Pembahasan ... 74
1. Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit ... 74
2. Pengaruh interaksi kompetensi dan ukuran KAP terhadap kualitas audit 75 3. Pengaruh independensi terhadap kualitas audit ... 76
4. Pengaruh interaksi independensi dan ukuran KAP terhadap kualitas audit ... 77
6. Pengaruh kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi
dan ukuran KAP, dan interaksi independensi dan ukuran KAP terhadap
kualitas audit ... 78
BAB V PENUTUP ... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Keterbatasan ... 81
C. Implikasi dan Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 52
Lampiran-lampiran
Daftar Tabel
Tabel Keterangan Hal
2.1 Peringkat Auditor Internasional ... 28
2.2 Penelitian Terdahulu ... 31
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 48
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 55
4.2 Data Sampel Penelitian ... 56
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 57 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan 57 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan .... 58
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman 59 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60
4.8 Hasil Uji Validitas Sebelum Penghapusan Item ... 61
4.9 Hasil Uji Validitas Setelah Penghapusan Item ... 63
4.10 Hasil Uji Reliabilitas Sebelum Penghapusan Item ... 64
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Setelah Penghapusan Item ... 65
4.12 Hasil Uji Multikolinieritas ... 66
4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 70
4.14 Hasil Uji Statistik t ... 71
Daftar Gambar
Gambar Keterangan Hal
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 37
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot ... 67
Daftar Lampiran
Lampiran Keterangan Hal
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 87
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 89
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari KAP ... 99
Lampiran 4 Daftar Skor Jawaban Responden ... 105
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berawal dari mega skandal antara KAP Arthur Andersen yang notabene
merupakan anggota dari KAP “The Big Five” yang melakukan konspirasi
dengan Enron yang merupakan salah satu perusahaan energi terbesar di dunia
dalam kejahatan keuangan yaitu manipulasi keuangan. Arthur Andersen
melakukan pemusnahan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan hasil
auditnya pada laporan keuangan Enron. Selanjutnya timbul kasus-kasus baru
seperti WorldCom, Tyco, dan Global Crossing. Di Indonesia timbul juga
kasus seperti ini, yaitu kasus Telkom. Eddy Pianto yang saat itu mangaudit
Telkom untuk keperluan Telkom Listing di New York tidak diakui hasil
auditnya oleh SEC karena KAP Eddy Pianto tidak terdaftar sebagai KAP
yang diakui oleh SEC. Mungkin SEC masih meragukan kompetensi dan
independensi dari KAP tersebut. Karena kompetensi dan independensi
merupakan dua hal yang harus dijunjung tinggi dalam profesi audit.
Ernst&Young (EY) dianggap berperan dalam jatuhnya Lehman
Brothers. Ernst&Young dianggap memberikan laporan audit “palsu” soal
keuangan Lehman Brothers. Menurut laporan, Lehman menggunakan
rekayasa laporan keuangan atas utangnya yang mencapai US$ 50 miliar.
kesekian kalinya atas profesi akuntan. Publik merasa dibohongi kembali atas
tindakan para akuntan kotor ini dan mungkin sebenarnya masih banyak lagi
kasus-kasus audit yang masih belum terungkap.
Tahun 2009 lalu Menteri Keuangan telah membekukan izin operasi
beberapa kantor akuntan publik dan akuntan publiknya. Diantaranya adalah
akuntan publik Drs. Basyiruddin Nur, Drs. Hans Burhanuddin Makarao dan
Drs. Dadi Muchidin. Serta beberapa KAP yang dikenakan sanksi dibekukan
izin usahanya selama tiga bulan sampai enam bulan. Diantaranya adalah
Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Dadi Muchidin, KAP Matias Zakaria,
KAP Drs. Soejono, KAP Drs. Abdul Azis B., dan KAP Drs. M. Isjwara.
(sumber:http://putra-1388.blogspot.com/2009/10/8-kap-kantor-akuntan-publik-yang_10.html).
Sebagai profesi kepercayaan akuntan harus selalu menyadari bahwa
fungsinya adalah tempat bersandingnya kepercayaan masyarakat yang harus
selalu dijaga. Kelangsungan profesinya akan tetap terjaga apabila seorang
akuntan dapat menjaga amanah ini yaitu kepercayaan masyarakat yang
disandingkan kepadanya, dengan cara mempertaruhkan nama baik serta
kredibilitasnya sebagai seorang akuntan dan auditor. Dalam akuntabilitas
manajemen publik harus dibarengi profesionalisme yang tinggi, dan itu saja
tidak menjamin akan membawa manfaat yang lebih besar jika tidak didukung
moral dan etika yang baik (Darmoko (2004: 128)).
Dalam era globalisasi ini perusahaan dituntut harus selalu siap untuk
sudah tidak lagi menjadi penghalang suatu organisasi/entitas untuk
melebarkan sayap bisnisnya. Hal ini menyebabkan persaingan menjadi
semakin ketat di berbagai lini dan sektor industri, baik sektor industri barang
maupun jasa. Kantor Akuntan Publik (KAP), yang juga termasuk dalam
kategori industri jasa akan mengalami persaingan yang ketat pula. Dengan era
globalisasi ini, maka KAP di berbagai belahan dunia pun dapat masuk ke
berbagai negara, termasuk pula ke Indonesia. Persaingan yang ketat ini, baik
antar KAP dalam negeri maupun persaingan dengan KAP luar negeri,
semakin menuntut KAP untuk terus meningkatkan pelayanannya secara
optimal kepada klien demi mempertahankan keberlangsungan usahanya.
Kualitas audit menurut penelitian DeAngelo (1981) adalah suatu
kemungkinan dimana seorang auditor dapat memperoleh temuan-temuan di
dalam laporan keuangan dan sistem akuntansi klien, dan kemungkinan untuk
menyampaikan atau melaporkan temuan tersebut berdasarkan kepada
independensinya. Hal tersebut akan dapat mudah ditemukan apabila seorang
auditor dapat melaksanakan auditnya sesuai dengan prosedur dan sesuai
dengan SPAP. Hingga saat ini, sudah banyak penelitian yangng tujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Deis dan Giroux
(1992: 462) melakukan penelitian tentang empat hal yang dianggap
mempunyai hubungan yang kuat dengan kualitas audit, yaitu (1) lama waktu
auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure),
semakin lama dan sering seorang auditor telah melaksanakan tugas audit pada
jumlah klien, semakin banyak jumlah klien yang diaudit maka kualitas
auditnya akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak
akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin
sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut
untuk memberi tekanan kepada auditor agar tidak mengikuti standar dan
prosedur, (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika
auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan di-review oleh
pihak ketiga.
Mukhlasin (2004: 41) melakukan penelitian tentang faktor atau
atribut-atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh
terhadap kepuasan klien. Terdapat 14 atribut yang digunakan dalam
penelitian ini, diantaranya yaitu (1) pengalaman melakukan audit, (2)
memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, (4) taat terhadap
standar umum, (5) independensi, (6) bersikap hati-hati (exercised due care),
(7) komitmen terhadap kualitas audit, (8) melibatkan pimpinan/rekan KAP
dalam penugasan audit, (9) melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat dan
layak, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi, (12)
bersikap skeptis/tidak mudah percaya dalam penugasan audit, (13) portofolio
jasa audit, (14) reputasi kantor akuntan publik.
Berdasarkan uraian diatas, hasil penelitian menunjukkan yang memiliki
hubungan signifikan terhadap kualitas audit dan kepuasan klien ada 11
(sebelas), diantaranya adalah pengalaman melakukan audit, memahami
berlaku umum, independensi, sikap hati-hati (due care), komitmen terhadap
kualitas, melakukan pekerjaan lapangan yang tepat, keterlibatan komite audit,
standar etika yang tinggi, reputasi kantor akuntan publik. sedangkan 3 (tiga)
atribut lainnya yaitu, keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan, sikap
tidak mudah percaya (Skepticism), dan portofolio jasa audit tidak berpengaruh
terhadap kepuasan kliennya (Mukhlasin, 2004: 41). Dalam penelitian ini
hanya mengambil 6 (enam) atribut saja, diantaranya adalah pengalaman
melakukan audit, independensi, komitmen terhadap kualitas audit, standar
etika yang tinggi, dan reputasi/ukuran kantor akuntan publik.
Selain 14 (empat belas) atribut diatas, sebelumnya penelitian dari
DeAngelo (1981) telah menyatakan bahwa KAP dengan ukuran besar lebih
cenderung mempertahankan kliennya dengan kualitas auditnya. Hal ini
dikarenakan KAP dengan ukuran besar memiliki lebih banyak sumber daya
manusia dibandingkan dengan KAP dengan ukuran kecil dan sedang
disamping itu KAP juga memiliki lebih banyak klien, sehingga KAP besar
tidak tergantung dengan satu klien saja. Oleh karena KAP besar sudah
dipandang memiliki kualitas audit yang baik oleh masyarakat maka KAP
besar akan terus berusaha untuk menjaga reputasinya. Sehingga dengan kata
lain KAP kecil memiliki kualitas audit yang lebih rendah dibanding dengan
KAP ukuran besar. Serta KAP ukuran besar juga lebih komitmen untuk selalu
menjaga reputasinya.
Pengukuran besarnya KAP juga dapat dilihat dari reputasinya. Menurut
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) KAP bertaraf internasional,
termasuk dalam kategori ini adalah KAP dengan kriteria: a) brand name the
big four (Belver et all, 1988), b) Audit Firm Grouping Based On Size (Beatty,
1989); dan 2) KAP bertaraf lokal yang belum jelas reputasinya. Penggunaan
kriteria ini didasarkan dari penelitian DeAngelo (1981). Penilaian reputasi di
atas didukung oleh penelitian Beatty (1989) yang menunjukkan bukti bahwa
penilaian pasar terhadap perusahaan klien berhubungan positif dengan nama
atau reputasi auditornya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pasar menganggap
KAP big four memiliki kualitas audit yang lebih baik akibat dari reputasi.
KAP dengan reputasi baik menurut Meutia (2004: 347) akan memiliki
kemampuan lebih untuk menemukan salah saji dalam laporan keuangan dan
punya pengaruh yang melebihi kliennya. Selanjutnya, KAP dengan ukuran
kecil, yang menurut DeAngelo (1981) memiliki ketergantungan terhadap
klien, dibuktikan dengan hasil penelitian dari Meutia (2004: 347), dimana
KAP kecil sering gagal dalam menemukan salah saji dalam laporan keuangan
karena KAP kecil mempunyai auditor yang kurang pengalaman dan kurang
berkualitas.
Christiawan (2002: 83) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan
oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Auditor dalam
melaksanakan penugasan audit harus bertindak sebagai seorang yang ahli
dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian atau kompetensi
ini dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman
pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan
umum.
Penelitian mengenai independensi sebelumnya sudah banyak dilakukan,
diantaranya Murtini (2003: 6) yang menerangkan hasilnya bahwa KAP yang
beroperasi di lingkungan yang sangat kompetitif sekalipun, lama ikatan
dengan klien, tekanan dari klien dan telaah dari rekan auditor tidak
berpengaruh terhadap independensi auditor. Selanjutnya adalah Ishak (2003:
68) yang menghasilkan sebuah pendapat bahwa independensi yang dituntut
tersebut, adalah dikarenakan adanya kebutuhan keobjektifan dan
keintegritasan dalam setiap pelaksanaan tugas audit. Kemudian Lavin (1976)
dalam Alim (2007: 8) menerangkan hasil penelitiannya secara lebih
mendalam mengenai konsep independensi dalam hal hubungan antara klien
dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Telah banyaknya penelitian
mengenai independensi ini menunjukkan bahwa atribut/faktor independensi
ini merupakan faktor yang penting untuk auditor dalam menjalankan
profesinya.
Oleh karena banyaknya penelitian mengenai independensi sebelumnya
maka itu menunjukkan bahwa independensi merupakan salah satu
komponen/faktor yang sangat penting dan harus selalu dijaga dan dijunjung
tinggi oleh para auditor dalam menjalankan profesinya. Independen berarti
auditor tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk
kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk selalu jujur kepada semua
juga harus jujur kepada semua pihak lain yang menaruh kepercayaan atas
profesi akuntan publik. Sikap independen ini harus dilaksanakan oleh auditor
dalam fakta (in fact) maupun dalam pelaksanaan (in appearance). Fenomena
mengenai independensi ini sering terjadi dalam pelaksanaan audit (in
appearance). Sekurang-kurangnya ada dua hal yang sering mengakibatkan
auditor kehilangan independensinya, yaitu (1) Kantor Akuntan Publik (KAP)
sering melakukan multi service kepada klien yang sama dan periode lebih
dari satu tahun dan (2) kurangnya pengawasan terhadap KAP yang
memberikan jasa selain jasa non-audit yang terkadang juga melakukan jasa
audit kepada klien yang sama, walaupun ada peraturan yang mengatur
lamanya KAP dalam melakukan audit kepada klien yang sama tetapi
terkadang praktek tersebut hanya pergantian tanda tangan rekan saja
(Christiawan, 2002: 88).
Christiawan (2002: 84) menyatakan bahwa kompetensi berkaitan
dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik
dalam bidang akuntansi dan auditing. Keahlian tersebut dimulai dengan
pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas dengan pengalaman kerja
dalam praktek audit. Selain itu, akuntan publik juga harus memiliki keahlian
teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.
Akuntan junior/akuntan pemula dalam penugasan audit harus dan wajib
mendapat supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya dari
atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik juga harus selalu
Dengan mempelajari dan memahami ketentuan-ketentuan baru yang nantinya
akan diterapkan ke dalam penugasan auditnya agar kualitas auditnya dapat
terus terjaga (Christiawan, 2002: 83).
Berdasarkan fenomena dan isu di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini karena sangat penting untuk mengetahui apakah Kantor
Akuntan Publik (KAP), khususnya para auditornya telah menerapkan standar
Auditing secara tepat dan layak serta menguji komitmen untuk selalu
menjaga reputasi dan kualitas auditnya. Karena berdasarkan kasus-kasus di
atas dan yang telah terjadi selama ini yang menimpa Kantor Akuntan Publik
(KAP) berukuran besar maka menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa
Kantor Akuntan Publik (KAP) besar bisa melakukan dan terjerumus hal
tersebut. Karena akan menjadi sebuah ironi yang besar apabila kita
bandingkan dengan hasil penelitian yang dilakuan oleh DeAngelo (1981)
yang menyatakan bahwa ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh
positif terhadap kualitas audit yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini penulis beri judul “Analisis
Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan
ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai Variabel Moderating” (Studi
Empiris pada KAP di Jakarta). Penelitian ini merupakan kompilasi atas
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh M. Nizarul Alim, et al.
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian sebelumnya yang menjadi Variabel Moderating adalah
Etika Auditor. Sedangkan penelitian ini menggunakan ukuran KAP
sebagai Variabel Moderating. Alasan memakai ukuran KAP adalah karena
ingin melihat apakah variabel ukuran KAP sebagai variabel moderating
dapat mempengaruhi variabel kompetensi dan independensi terhadap
variabel kualitas audit.
2. Periode Penelitian
Tahun penelitian berbeda dengan tahun yang dilakukan penelitian
sebelumnya yaitu adalah tahun 2007. Sedangkan penelitian ini akan
dilaksanakan pada tahun 2010.
3. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta, sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan sampel auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik di wilayah Jawa Timur.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ruumusan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
3. Apakah ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh terhadap
kualitas auditnya?
4. Apakah ukuran kantor akuntan publik (KAP) memoderasi hubungan antara
kompetensi dan independensi terhadao kualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit.
2. Untuk menganalsis pengaruh interaksi antara kompetensi dan ukuran
KAP terhadap kualitas audit.
3. Untuk menganalisis pengaruh independensi terhadap kualitas audit.
4. Untuk menganalisis pengaruh interaksi antara independensi dan
ukuran KAP terhadap kualitas audit.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, diantaranya:
a. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik
meningkatkan kualitas audit melalui peningkatan kualitas informasi
yang disajikan.
b. Auditor
Bagi Akuntan Publik (auditor) sebagai tinjauan yang diharapkan dapat
dijadikan sumber informasi untuk tetap meningkatkan kualitas
auditnya.
c. Pemakai Laporan Keuangan Auditan (klien)
Bagi perusahaan atau user diharapkan sebagai informasi dalam
menilai kualitas audit sebuah KAP.
d. Penulis
Bagi penulis, dapat menjadi sebuah sumber ilmu dalam menambah
wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
e. Dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai kualitas audit
mungkin penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi
penelitiannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Audit 1. Pengertian Auditing
Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009:4) adalah
sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut Halim (2008:1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC
(A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Berdasarkan definisi di atas, pengertian auditing adalah suatu proses
sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk
dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
2. Standar Auditing
Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu
pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan
kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi,
persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Standar auditing terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAI,
2001:150.1).
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Standar audit diatas harus dijalankan auditor dalam menjalankan
kewajiban profesionalnya. Standar audit ini merupakan suatu kriteria
untuk mempertahankan kualitas audit. Audit dikatakan berkualitas apabila
auditor telah melaksanakan standar profesi yang ada.
B. Teori Keagenan
Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut
berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori
organisasi. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas
kepentingan mereka sendiri. Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa
manajemen dalam mengelolah perusahaan cenderung lebih mementingkan
kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan.
Manajemen dan pemegang saham mengalami asimetri informasi.
Manajemen lebih diuntungkan karena memiliki informasi lebih banyak dari
pemegang saham sehingga manajemen akan berbuat apapun untuk memenuhi
percaya dengan laporan pertanggung jawaban manajemen dalam bentuk
laporan keuangan perusahaan. Pemegang saham membutuhkan pihak ketiga
untuk memeriksa laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen, yaitu
auditor atau akuntan publik.
Auditor selaku pihak ketiga yang diberi kepercayaan oleh pemegang
saham (principal) untuk memeriksa laporan keuangan yang telah dibuat oleh
manajemen dianggap ahli dalam bidang akuntansi, auditing dan perpajakan.
Dari kepercayaan yang diberikan ini maka auditor dituntut untuk dapat
menjaga independensinya sehingga pekerjaan yang dilakukannya pun akan
dianggap berkualitas.
Apabila auditor tersebut dapat menjaga independensinya maka audit
yang dilakukannya dapat dianggap berkualitas walaupun ukuran kualitas
audit bukan hanya sikap mental independen saja. Audit yang berkualitas akan
membuat pemegang saham (principal) puas sehingga hubungan auditor dan
pemegang saham pun akan baik. Berawal dari kepuasan tersebut pemegang
saham akan tetap mempercayakan penugasan audit selanjutnya kepada kantor
akuntan tersebut sehingga audit tenure yang panjang dapat teradi.
C. Kompetensi
Menurut penelitian dari Ida Suraida (2005) dalam Senjani (2009: 8)
mengenai Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit, Risiko Audit dan
Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini
auditor memiliki hubungan positif yang signifikan sehingga atribut tersebut
menentukan kualitas auditor.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002)
dalam Alim (2007: 6) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi
dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja
superior. Sedangkan menurut Syafei (2007) kompetensi adalah
keterampilan-keterampilan individu yang mencerminkan kemampuan potensial untuk
melakukan sesuatu hal. Sedangkan dalam Susanto (2000) dalam Alim (2007:
6) definisi mengenai kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang
mendasari individu untuk melakukan suatu pekerjaan superior.
Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi merupakan suatu karakteristik dan keterampilan individu yang
mencerminkan kemampuan potensialnya dalam melakukan suatu pekerjaan
superior. Karakteristik dan keterampilan individu dapat dimiliki sebagai hasil
dari menempuh jalur pendidikan formal maupun non-formal, serta ujian,
sertifikasi maupun keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, lokakarya, dan
lain-lain. Berarti kompetensi dalam audit berarti seorang auditor setelah
menempuh pendidikan formalnya serta mengikuti pelatihan-pelatihan dan
akan semakin terasah keahliannya tersebut dengan melakukan praktek audit.
Kompetensi auditor juga dapat diukur melalui banyaknya sertifikat
atau ijazah yang dimiliki serta banyak/seringnya keikutsertaan dalam
pelatihan/seminar yang berkaitan dengan profesinya. Semakin sering seorang
auditor yang bersangkutan diharapkan dan seharusnya akan lebih cakap dan
lebih lihai dalam melaksanakan tugas auditnya (Senjani, 2009: 8).
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. dalam
melaksanakan tugasnya, seorang auditor harus bertindak sebagai seorang
yang ahli dalam bidangnya, yakni auditing dan akuntansi. Akuntan publik
harus terus bersikap dinamis dalam menanggapi perubahan dan
perkembangan dari suatu standar. Auditor sebagai seorang yang ahli harus
selalu mempelajari dan memahami semua perkembangan ketentuan maupun
ketentuan baru yang diterapkan dalam bisnis maupun organisasi profesi.
Selain itu juga dapat diketahui bahwa kualitas auditor juga dapat diukur dari
tingkat kompetensi dan independensinya (Christiawan, 2002: 89).
Anis (2008: 10) mengenai Pengaruh Kompetensi Dan Independensi
Terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) bahwa
terdapat pengaruh yang kuat dalam kelangsungan usaha KAP. Secara parsial,
kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kelangsungan usaha KAP
karena klien akan menilai kompetensi dari suatu KAP dalam menggunakan
jasanya. Sedangkan independensi tidak berpengaruh secara signifikan dalam
kelangsungan usaha suatu KAP karena klien sebelum menggunakan jasa
suatu KAP tidak memperhitungkan apakah KAP tersebut akan berlaku
independen atau tidak.
Penelitian Choo dan Trotman (1991: 470) menyatakan bahwa
auditor yang memiliki pengalaman yang banyak akan menemukan lebih
banyak kesalahan yang tidak umum dibandingkan dengan auditor dengan
pengalaman yang sedikit namun tidak ada perbedaan yang besar dalam
menemukan kesalahan yang umum baik bagi auditor yang berpengalaman
banyak maupun yang berpengalaman sedikit. Bahwa pengalaman akan
tampak lebih jelas pengaruhnya apabila yang menjadi pertimbangan adalah
tingkat kompleksitas suatu pekerjaan.
Dari hasil penelitian-penelitian di atas maka dapat kita simpulkan
bahwa kompetensi seorang auditor itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman
audit yang pernah dilakukan. Tingkat pendidikan serta pelatihan yang pernah
diikuti juga berpengaruh terhadap kompetensi seorang auditor. Kantor
Akuntan Publik yang memiliki auditor dengan kompetensi yang baik akan
mendapat reputasi yang baik pula, sehingga klien akan lebih sering
menggunakan jasa KAP tersebut.
D. Independensi
Definisi independensi dalam The CPA Handbook dalam Alim (2007:
8) adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini
akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen. Apabila seorang auditor tidak dapat menjaga
independensinya maka opini yang diberikan atas audit keuangan klien tidak
akan memberikan apapun, tidak menambah kredibilitas atas laporan keuangan
adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas.
Menurut Mulyadi et al (1988: 82) dan Susiana (2007: 6), ada dua
aspek independensi, yaitu:
1. Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental
attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan
publik untuk bertindak dan bersikap independen.
2. Independensi penampilan (image projected to the public/appearance of
independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan
masyarakat terhadap independensi akuntan publik.
Definisi independensi menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP, 2001: seksi 220) adalah suatu keadaan dimana auditor tidak mudah
dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Dengan demikian auditor eksternal diharapkan dan tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya
keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang
justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Sikap
mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun
dalam penampilan (in appearance).
Dalam Mukhlasin (2004: 31) menyebutkan bahwa setiap auditor harus
memelihara integritas dan keobyektifan dalam tugas profesional dan setiap
pengaruh yang tidak layak. Setiap auditor harus dapat menghindar dari
keadaan yang dapat membuat opini masyarakat/pihak ketiga bahwa auditor
tidak lagi dapat menjaga independensinya bahwa auditor sudah terlibat dalam
suatu konflik/pertentangan kepentingan sehingga auditor sudah tidak lagi
bersikap obyektif.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi dalam profesi audit
sangatlah penting bagi perkembangan profesi akuntan publik itu sendiri.
Masyarakat tidak akan lagi percaya jika terdapat bukti bahwa auditor sudah
kehilangan independensinya. Untuk bertindak independen, auditor harus
menjaga sikap mentalnya yaitu sikap mental intelektual jujur. Auditor harus
mengelola praktiknya dalam semangat independensi dan aturan yang
ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan
pekerjaannya (SPAP, 2001: seksi 220).
Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu
independensi akuntan publik, yaitu : (1) Akuntan publik memiliki mutual atau
conflictinginterest dengan klien, (2) Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu
sendiri, (3) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4)
Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan
terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan
manajemen atau karyawan dengan kliennya (Elfarini, 2007: 34).
Mulyono (1988) dalam Alim (2007: 9) telah melakukan penelitian
mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian tersebut mempelajari
keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar
KAP; (3) permberian jasa lain selain jasa audit; (4) lama penugasan audit; (5)
besar kantor akuntan; (6) besarnya audit fee. Responden dalam penelitian
tersebut adalah direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner
KAP, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non-bank, dan Bapepam.
Penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas
laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang
dibayarkan klien kepada auditor. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi,
maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini
yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan di lain sisi juga
dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah
pada KAP atau auditor lain (Susiana, 2007: 7).
Deis dan Giroux (1992: 465) mengatakan bahwa dalam konflik
kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional
dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat
digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara mengancam akan
melakukan pergantian auditor. Hal tersebut akan membuat auditor tidak
nyaman sehingga dapat menyebabkan auditor kehilangan independensinya.
Posisi auditor dalam keadaan ini sangatlah dilematis karena auditor mendapat
tekanan untuk memenuhi keinginan klien yang apabila dipenuhi maka auditor
akan melanggar standar profesionalnya.
Selain disebabkan oleh konflik kepentingan dan hubungan khusus
budaya setempat. Penelitian yang dilakukan pada beberapa auditor di satu
kantor akuntan publik yang berlatar belakang budaya Jawa, menyatakan
bahwa nilai-nilai budaya Jawa bukanlah ancaman terhadap independensi, atau
dapat memperlemah independensi, tetapi justru memperkuatnya dengan cara
yang khas (Christiawan, 2002: 87).
Hasil penelitian Anis (2008: 10) menyatakan bahwa independensi
tidak memiliki pengaruh terhadap kelangsungan bisnis KAP tetapi variabel
kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan usaha
KAP. Dengan kata lain dalam pemilihan atau penggunaan jasa KAP, klien
tidak memperhatikan atribut independensi, apakah KAP tersebut independen
atau tidak, melainkan mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman KAP
tersebut.
Dari penelitian di atas dapat dilihat bahwa independensi auditor
sangatlah penting. Auditor akan kehilangan nilainya apabila dia tidak dapat
menjaga independensinya. Independensi auditor inilah yang terkadang
membuat auditor berada dalam keadaan yang dilematis. Apabila kita
mendasarinya dengan teori keagenan, maka audit fee yang diterima auditor
akan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Auditor
selaku penerima penugasan (agen) akan mendapatkan kontra prestasi dalam
E. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Skandal akuntansi yang terjadi pada kasus Enron, WorldCom, Tyco,
Telkom, dan lainnya, merupakan skandal akuntansi antara klien dan KAP
yang mengauditnya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memberikan jasa
audit kepada mereka merupakan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berukuran besar dan bertaraf internasional serta memiliki reputasi di bidang
keuangan. Namun hal tersebut tidak memberikan jaminan bahwa KAP
tersebut dapat memberikan jasa yang berkualitas yang mencerminkan nilai
dan taraf perusahaan mereka yang sebenarnya. (Riyatno, 2007: 148).
Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan proksi kualitas
audit dengan acuan ukuran dan reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) sudah
banyak dilakukan. Diantaranya DeAngelo (1981), Mayangsari (2004), dan
Riyatno (2007), memberikan hasil bahwa kualitas audit akan meningkat
sejalan dengan besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut. Kualitas
audit dapat dilihat dari besarnya ukuran KAP yang melakukan audit. Kantor
Akuntan Publik (KAP) besar (big four accounting firms) dipersepsikan akan
melakukan audit dengan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP kecil
(non-big four accounting firms), dikarenakan KAP besar lebih
mempertimbangkan reputasinya dibandingkan dengan KAP kecil.
Namun dengan terjadinya kasus skandal-skandal keuangan yang
melibatkan KAP besar yang bertaraf internasional dengan
perusahaan-perusahaan besar dengan motif untuk memperindah tampilan keuangan dalam
sehingga para investor akan membeli saham mereka di pasar modal semakin
membuat masyarakat dan investor semakin mempertanyakan kualitas audit
yang telah dilakukan KAP, terutama KAP besar dengan taraf internasional
yang memiliki reputasi baik. Sehingga telah terciptanya pandangan
masyarakat bahwa KAP besar pun tidak menjamin laporan keuangan yang
diauditnya tidak mengandung salah saji yang material (Riyatno, 2007: 149).
Penelitian-penelitian yang menggunakan ukuran KAP sebagai proksi
dari kualitas audit berhasil membuktikan secara empiris bahwa terdapat
perbedaan kualitas antara KAP berukuran besar (big four accounting firms)
dengan KAP berukuran kecil (non-big four accounting firms). Lennox (1999)
dalam Senjani (2009: 13) melihat pada dua penjelasan mengenai hubungan
yang positif antara ukuran KAP dan kualitas audit, yaitu alasan reputasi dan
deep pocket yang dimiliki oleh KAP besar. Penelitiannya membuktikan
kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen bahwa KAP besar
mempunyai insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka
memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika
mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu karena KAP besar
memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan KAP kecil,
sehingga mereka memiliki resiko terancam (exposed) oleh tuntutan hukum
pihak ketiga yang lebih besar bila menghasilkan laporan audit yang tidak
akurat atau keliru.
Saat ini KAP dengan label the big five telah berubah menjadi KAP
yang melibatkan Enron dengan KAP yang mengauditnya yaitu Arthur
Andersen yang merupakan saat itu salah satu dari KAP the big five dicabut
izin usahanya. Berdasarkan sumber dari directory KAP IAPI (Institut
Akuntan Publik Indonesia), di Indonesia ada empat KAP besar yang
berafiliasi dengan KAP the big four, berdasarkan sumber dari IAPI
diantaranya adalah:
1. KAP Osman Bing Satrio & Rekan afiliasi dari Deloitte & Touche.
2. KAP Purwanto, Sarwoko & Sandjaja afiliasi dari Ernst & Young.
3. KAP Haryanto Sahari & Rekan afiliasi dari Pricewaterhouse & Cooper.
4. KAP Sidharta Sidharta & Harsono afiliasi dari KPMG.
Keempat KAP the big four diatas dianggap memiliki kualitas audit
yang diberikan lebih baik dibandingkan dengan KAP-KAP lain di Indonesia
(KAP non-big four). Sehingga keempat KAP tersebut diatas diberi label KAP
the big four. Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP
tersebut dalam memberikan jasa audit.
Wikipedia (2008) menjelaskan Auditor Empat Besar (The Big Four
Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi
internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk
perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Auditor Empat Besar adalah
Tabel 2.1
Peringkat Auditor Internasional
Firma Pendapatan Karyawan
Tahun Fiskal
PriceWaterhouseCoopers $ 28.2 miliar 146.700 2008
Deloitte Touche Tohmatsu $ 27.4 miliar 165.000 2008
Ernst & Young $ 24.5 miliar 130.000 2008
KPMG $ 19.8 miliar 123.000 2008
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/The_Big_Four_auditors.html
Pada penelitian ini, penulis mengacu pada indikator yang digunakan
oleh Riyatno (2007: 151) yaitu Ukuran KAP sebagai proksi kualitas
membedakan KAP menjadi KAP besar (Big four accounting firms) dan KAP
kecil (Non big four accounting firms). Pembedaan tersebut dilakukan
berdasarkan jumlah klien yang dilayani oleh suatu KAP, jumlah
rekan/anggota yang bergabung, serta total pendapatan yang diperoleh dalam
satu periode yaitu tahun 2008-2009. Namun karena keterbatasan sumber daya
yang dimiliki, penulis hanya menggunakan data jumlah rekanan/anggota yang
bergabung sebagai ukuran KAP. Kantor Akuntan Publik (KAP) dikatakan
besar menurut Majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 16/tahun III/April 2009
apabila memiliki minimal 10 (sepuluh) akuntan publik, sedangkan KAP
dikatakan sedang apabila memiliki 3 (tiga) – 10 (sepuluh) akuntan publik, dan
F. Kualitas Audit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-2 (1994), kualitas
adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Sedangkan pengertian audit adalah
pemeriksaan tentang keuangan atau pengujian efektivitas keluar masuknya
uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkan.
Menurut Rahayu (2010: 1), auditing adalah suatu proses yang
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai informasi tingkat kesesuaian tindakan atau peristiwa ekonomi
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada
pihak yang berkepentingan, auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
adalah tingkat baik buruknya suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif atas suatu informasi untuk
menentukan apakah suatu informasi disajikan secara wajar dan sesuai dengan
kriteria yang sudah ditetapkan dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai suatu
probabilitas dimana seorang auditor dapat menemukan serta melaporkan
tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien serta hasil
penelitiannya tersebut juga menyimpulkan bahwa KAP yang besar akan
berusaha untuk menyajikan kualitas yang lebih besar dibandingkan dengan
Deis dan Giroux (1992: 462) melakukan penelitian tentang empat hal
dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu
auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan, semakin
lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien,
semakin banyak jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga
reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan
klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit
akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya
akan di-review oleh pihak ketiga.
Dari beberapa definisi dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor dalam memperoleh
dan mengevaluasi bukti untuk menemukan apakah terjadi misstatement dan
pelanggaran serta auditor mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas dalam audit
adalah auditor yang mampu menemukan salah saji dan pelanggaran serta juga
mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kualitas audit serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti kompetensi, independensi, audit fee, kepuasan
oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak
memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi auditor untuk
mendeteksi dan mengatasi terjadinya audit yang tidak berkualitas. Tabel 2.2
menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai kualitas audit.
Tabel 2.2
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti
3. Etika Auditor (X3)
4. Kualitas Audit (Y)
Sampel: auditor yang bekerja di KAP di Jawa
Interactions.
1. Kompetensi dan Etika Auditor (X3) tidak dapat dianalisis karena dan Etika Auditor (X3) berpengaruh
1.Atribut Kualitas Audit
Sampel: Manajer Akuntansi pada perusahaan Go Public, Auditor
Big Five Accounting Firm, dan
Tabel 2.2 (Lanjutan)
1. Kualitas Audit (X1)
2. Portofolio Jasa Audit (X2) 3. Reputasi KAP
(X3) dan Reputasi KAP (X3) berpengaruh
1. Audit Tenure
(X1)
2. Tekanan dari Klien (X2) 3. Review Rekan Auditor (X3) 3. Hirarki Jabatan
(X3)
3. Hirarki Jabatan (X3) menentukan
1. Kualitas Audit (X1)
2. Pergantian
Sampel: Internal Auditor pada perusahaan
Tabel 2.2 (Lanjutan)
3. Kualitas Audit (Y)
Sumber: Diolah dari berbagai refrensi
H. Keterkaitan Antar Variabel
1. KompetensiAuditor denganKualitas Audit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alim, et al. (2007: 18),
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kualitas audit
dapat tercapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana
kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan
pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa audit yang berkualitas dapat
tercapai apabila auditor yang ditugaskan dalam penugasan audit memiliki
kompetensi yaitu dari segi pengalaman dan pengetahuan yang sudah
memadai. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002),
pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui
kekeliruan yang ada di perusahaan yang menjadi kliennya dan pelatihan
yang dilakukan akan meningkatkan keahlian akuntan publik dalam
melaksanakan audit. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi yang dapat
diukur dari pengalaman dan pengetahuan akan mempengaruhi kualitas
audit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003)
dan Christiawan (2002), dapat disimpulkan bahwa kompetensi berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit.
Ha1 : Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
Selanjutnya, Senjani (2009) meneliti mengenai pengaruh kualitas
auditor yang dimoderasi oleh variabel ukuran KAP membuktikan bahwa
kualitas auditor yang salah satu tolak ukurnya adalah kompetensi memiliki
pengaruh terhadap kualitas audit. Seperti penelitian Redithe (2009)
membuktikan bahwa ukuran KAP belum tentu membuktikan kualitas audit
mereka.
Ha2 : Interaksi kompetensi dan ukuran KAP berpengaruh terhadap
kualitas audit.
2. Independensi dengan Kualitas Audit
Menurut penelitian Alim et al. (2007), independensi berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Shockley (1981), DeAngelo (1981), Knapp (1985), Deis
dapat dilihat bahwa sikap independen merupakan suatu hal yang sangat
diperlukan dalam penugasan audit. Seorang auditor harus selalu menjaga
independensinya karena profesi auditor merupakan suatu profesi yang
menjadi tempat bersandarnya kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu,
apabila seorang auditor tidak dapat menjaga independensinya maka laporan
keuangan yang diauditnya tidak dapat diakui kredibilitasnya. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa independensi berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit.
Ha3 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
Selanjutnya, Redithe (2009) menemukan bahwa ukuran KAP yang
besar belum tentu membuktikan audit yang dilakukannya juga berkualitas
karena banyaknya tuntutan hukum setelah perusahaan klien diaudit oleh
KAP besar. Menurut penelitian yang dilakukan Mukhlasin (2004), ia
meneliti 14 kriteria kualitas audit yang salah satunya adalah sikap mental
yang independen. Sikap mental independen ini sangat penting yang
dibuktikan dengan banyaknya penelitian mengenai independensi auditor.
Hasil kerja auditor tidak akan dianggap apabila auditor tersebut kehilangan
independensinya.
Ha4 : Interaksi independensi dan ukuran KAP berpengaruh terhadap
3. Ukuran KAP dengan Kualitas Audit
Salah satu yang diduga mempengaruhi kepuasan klien adalah
reputasi dan ukuran KAP. Reputasi dan ukuran KAP terbentuk sejalan
dengan perkembangan keahlitan spesifik industri. Klien biasanya
mempersepsikan bahwa auditor yang bekerja pada KAP sedang akan
memberikan audit yang berkualitas dibandingkan dengan auditor yang
bekerja pada KAP kecil. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
ukuran KAP dapat berpengaruh terhadap kualitas audit.
Ha5 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.
4. Kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi dan
ukuran KAP, dan interaksi independensi dan ukuran KAP dengan kualitas audit
Ha6 : kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi
dan ukuran KAP, dan interaksi independensi daun ukuran KAP
secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.
I. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh mengenai model
penelitian ini dapat ditunjukkan dengan kerangka pemikiran teoritis yang
Model (a)
Ukuran Kantor Akuntan Publik
(KAP)
Kualitas Audit Kompetensi
Model (b)
Kualitas Audit Independensi
Ukuran Kantor Akuntan Publik
(KAP)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas merupakan tipe
penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara
dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002: 27). Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan
cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali
faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel, yaitu variabel independen
(Kompetensi dan Independensi), variabel dependen (Kualitas Audit), dan
variabel moderating (Ukuran KAP).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor kantor akuntan publik
(KAP) di Jakarta. Teknik penentuan sampel yang peneliti gunakan adalah
metode Convenience Sampling dengan pertimbangan kesediaan auditor untuk
berpartisipasi dalam penelitian sehingga data mudah diperoleh (Indriantoro
dan Supomo, 2002: 130). Berdasarkan data KAP dalam directory KAP dan
akuntan publik tahun 2009 diketahui jumlah auditor di Jakarta sebanyak 665
Jakarta dengan asumsi terdapat minimal 4 (empat) akuntan publik di setiap
Jakarta dengan asumsi terdapat minimal 4 (empat) akuntan publik di setiap
KAP.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengiriman kuesioner
kepada responden. Pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dalam
kuesioner, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah mengenai data diri
auditor KAP yang menjadi responden yang akan diukur dengan skala
nominal, sedangkan bagian kedua adalah pilihan jawaban atas pertanyaan
mengenai Kompetensi, Independensi, dan Kualitas Audit.
Penulis menyusun elemen kuesioner penelitian dengan mengacu pada
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan indikator-indikator lain yang
diambil dari buku, literatur, dan teori lainnya yang penulis dapatkan
mengenai kualitas audit. Kemudian elemen kuesioner penelitian ini
dikirimkan secara langsung kepada auditor dengan mengunjungi KAP yang
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga
mengirimkan kuesioner melalui e-mail (pesan elektronik).
Peneliti juga menggunakan data sekunder yang berupa data daftar
KAP di Jakarta yang diperoleh dari directory database KAP yang disusun
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Agar penelitian ini dapat
berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan harapan, peneliti