POLA STRATEGI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU DAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI
(Studi Deskriptif Tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dartemen Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
IRNA SYAFITRI
080904052
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Irna Syafitri
Nim : 080904052
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Studi Deskriptif tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan).
Medan, Februari 2012
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
(Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si)
NIP. 196609031990031004 NIP. 196208281987012001
(Dra. Fatma Wardy Lubis, MA)
Dekan FISIP USU
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Studi Deskriptif Tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan). Anak usia dini merupakan periode dimana anak sedang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional dan moral. Masa usia dini adalah merupakan masa keemasan atau golden age, dengan karakteristik memiliki tingkat kecerdasan yang optimal, sehingga anak mampu menyerap apapun yang diajarkan oleh lingkungannya. Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Mereka membutuhkan pendidikan yang berguna bagi kelanjutan pendidikan pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jalur pendidikan anak dari usia 0-6 tahun yang diselengarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat mengembangkan segala daya guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Salah satu pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran mengenai keterampilan sosial dengan tujuan agar anak dapat mengenal lingkungannya. Hal ini dapat berperan sebagai pondasi yang kemudian akan membentuk sikap serta kepercayaan diri anak. Guru sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai orang terdekat anak ketika anak berada disekolah harus mampu mengembangkan keterampilan sosial ini pada anak. Guru dituntut agar dapat memberikan pembelajaran yang berguna untuk membentuk keterampilan sosial pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola strategi komunikasi yang digunakan oleh guru dalam membentuk keterampilan sosial pada anak usia dini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolis dan teori belajar sosial.
Penelitian ini dilakukan di TK Sabila Amanda Medan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan penelitian kepustakaan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan yang berjumlah 7 orang dan objek penelitian adalah keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan. Teknik analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan, selanjutnya pemeriksaan keabsahan data dan terakhir tahap penafsiran data.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan.” Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, kiranya tidak tercipta begitu saja. Melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga
dari data yang didapatkan selama penelitian melalui hasil riset dari perpustakaan, internet dan buku-buku literatur lainnya.
Penulis banyak menjumpai hambatan ataupun halangan dalam penyelesaian skripsi ini, baik dalam mencari data ataupun dalam proses penulisannya. Disamping itu, penulis juga
banyak mendapat saran, bimbingan dan arahan baik bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, Papa Ir. Irwansyah Panjaitan, Mama Nurhayati, Adik Ika, Iki,
Ary, Anggi yang telah banyak memberikan dukungan yang tak terhingga nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi atas
segala bantuan dan dukungan yang sangat bermanfaaat bagi penulis.
3. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing penulis selama penulisan skripsi ini dan telah banyak memberikan
masukan dan arahan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah membekali ilmu pengetahuan selama
penulis mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU.
5. Staf Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Maya, Kak Icut dan Kak Ros
yang telah banyak membantu selama penulis kuliah di Ilmu Komunikasi Fisip USU. 6. Kepala Sekolah TK Sabila Amanda Dra. Mariani Ammar yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah memberikan banyak bantuan selama penelitian.
7. Guru-guru di TK Sabila Amanda yang telah memberikan banyak bantuan kepada
peneliti selama penelitian.
8. Nenek tersayang Hj. Rosni Siregar yang senantiasa mengiringi setiap langkah penulis
dengan doa dan restunya.
9. Fredy Aulia Siregar untuk semangat dan dukungannya yang luar biasa.
10. Sahabat-sahabat tercinta Ummu dan Astri atas dorongan dan semangat yang tiada
henti.
11. Teman-teman terbaik Devi, Imah, Adhe, Famita, Ayu, Ucha, Cut, Suci, Nana, Karina,
Aisyah atas semua dukungan dan bantuannya selama menjalani masa perkuliahan. 12. Teman-teman Ilmu Komunikasi Stambuk 2008.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya. semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Februari 2012
DAFTAR ISI
BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi .………..……… 9
II.1.1 Prinsip Komunikasi ……… 10
II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ………... 13
II.1.3 Sifat Komunikasi ………... 13
II.1.4 Tatanan Komunikasi ……….. 13
II.1.5 Tujuan Komunikasi ……… 14
II.1.6 Komunikasi di TK Sabila Amanda ……… 14
II.2 Komunikasi Antarpribadi ……….. 15
II.2.1 Jenis Komunikasi Antarpribadi ………... 17
II.2.2 Ciri Komunikasi Antarpribadi ……….….. 17
II.2.3 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ……… 18
II.2.4 Komunikasi Antarpribadi di TK Sabila Amanda ……….. 18
II.3 Pola Strategi Komunikasi ……….……. 19
II.3.1 Pola Strategi Komunikasi di TK Sabila Amanda ……….……. 21
II.4 Taman Kanak-kanak (TK) ………...….. 21
II.5 Guru TK ……… 23
II.5.1 Guru di TK Sabila Amanda ……….………. 24
II.6 Anak Usia Dini ……….… 25
II.6.1 Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda ……….………… 26
II.7 Keterampilan Sosial ……….. 26
II.7.1 Keterampilan Sosial di TK Sabila Amanda ……….. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………..……….……… 31
III.1.1 Alasan dan Latar Belakang Berdiri ……….…….. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Observasi dan Wawancara ……….. 37
IV.2 Pembahasan ………..…. 66
IV.2.1 Komunikasi Antarpribadi ……….. 68
IV.2.2 Pola Strategi Komunikasi ………..……… 70
IV.2.3 Keterampilan Sosial ……….. 71
IV.2.4 Teori Interaksionisme Simbolis ……… 74
IV.2.5 Teori Belajar Sosial ……….………. 77
IV.3 Hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema penelitian …...… 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ………..……….… 85
V.2 Saran ……….…..….. 87
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Studi Deskriptif Tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan). Anak usia dini merupakan periode dimana anak sedang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional dan moral. Masa usia dini adalah merupakan masa keemasan atau golden age, dengan karakteristik memiliki tingkat kecerdasan yang optimal, sehingga anak mampu menyerap apapun yang diajarkan oleh lingkungannya. Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Mereka membutuhkan pendidikan yang berguna bagi kelanjutan pendidikan pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jalur pendidikan anak dari usia 0-6 tahun yang diselengarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat mengembangkan segala daya guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Salah satu pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran mengenai keterampilan sosial dengan tujuan agar anak dapat mengenal lingkungannya. Hal ini dapat berperan sebagai pondasi yang kemudian akan membentuk sikap serta kepercayaan diri anak. Guru sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai orang terdekat anak ketika anak berada disekolah harus mampu mengembangkan keterampilan sosial ini pada anak. Guru dituntut agar dapat memberikan pembelajaran yang berguna untuk membentuk keterampilan sosial pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola strategi komunikasi yang digunakan oleh guru dalam membentuk keterampilan sosial pada anak usia dini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolis dan teori belajar sosial.
Penelitian ini dilakukan di TK Sabila Amanda Medan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan penelitian kepustakaan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan yang berjumlah 7 orang dan objek penelitian adalah keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan. Teknik analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan, selanjutnya pemeriksaan keabsahan data dan terakhir tahap penafsiran data.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama.
Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup
manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.
Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah
mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Bonner (Gerungan, 1986: 57) merumuskan interaksi sosial
sebagai hubungan antara dua orang atau lebih dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Pada awal manusia dilahirkan manusia itu belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di
lingkungannya. Pada dasarnya anak-anak mempunyai kebutuhan yang besar untuk berinteraksi dengan teman seusianya. Namun, tidak selalu mereka mendapatkan situasi yang
orang yang berada disekitar anak harus menjadi motor yang positif bagi anak sehingga dapat membantu perkembangan keterampilan sosial anak dan sekaligus membantu perkembangan
psikologis anak menjadi lebih optimal. Keterampilan sosial pada anak merupakan salah satu hal penting dalam membantu anak untuk bisa mempunyai teman dan berinteraksi dengan
orang lain. Keterampilan sosial ini membantu perkembangan anak dalam menjalani tugas perkembangannya.
Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak anak masih berada pada
rentangan usia dini yakni pada usia 0-6 tahun. Pengembangan keterampilan sosial pada anak dapat dilakukan misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak untuk bermain
atau bercanda dengan teman sebayanya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan perkembangan anak dan berbagai upaya lainnya yang dapat merangsang tumbuhnya keterampilan sosial dalam diri anak. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak
dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat saat ia remaja atau dewasa.
Lingkungan pertama tempat anak melatih keterampilan sosial selain di lingkungan keluarga adalah lingkungan sekolah dan pihak yang cukup berkompeten dalam mengenalkan bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan adalah guru di Taman Kanak-kanak (TK).
TK adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan
belajar di TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.
Kemampuan berkomunikasi sejak anak usia dini harus mendapat perhatian baik dari
dalam hubungan sosial mereka. Keterampilan berkomunikasi bukan sekedar kemampuan berbicara, melainkan kemampuan dalam menyampaikan kata-kata atau kalimat dengan baik
kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan merespon atau mampu menjalin komunikasi yang baik dan efektif. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi ini menjadi
inti dari sosialisasi. TK mempersiapkan anak secara fisik dan psikis sehingga anak siap dan mampu menapak ke dunia baru dengan lebih nyaman. TK juga dijadikan sebagai tempat menyenangkan bagi anak untuk bermain dan belajar serta mengembangkan diri sebagai
makhluk sosial, sehingga keterampilan sosial perlu dipelajari oleh anak di TK.
Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini
harus mampu memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memiliki sikap berpetualang dan minat yang kuat
untuk mengobservasi lingkungan. Mereka selalu ingin tahu tentang segala apa yang mereka temui di lingkungannya, akan timbul pertanyaan-pertanyaan jika mereka menemui sesuatu
yang baru baginya. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan minat keilmuan anak usia dini. Maka dari itu seorang guru harus peka terhadap kebutuhan ingin tahu dari anak usia dini ini dan juga seorang guru
harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa.
Membangun pengetahuan pada anak khususnya anak usia dini haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu
untuk membina hubungan yang dekat diantara anak atau antara anak dengan orang tua, guru, maupun dengan orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
Pada usia anak di TK, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri anak kelak, baik yang bersifat kurikuler maupun
ekstrakurikuler. Selain itu, seorang anak akan menghadapi berbagai tugas perkembangan, seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, proses terbentuknya konsep diri yang baik, mulai mengembangkan peran sosial sesuai gender-nya serta mengembangkan hati
nurani, akhlak dan tata nilai pengertian. Pada masa itu pula seorang anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orang tua, tetapi juga guru, tokoh-tokoh masyarakat lainnya
dan juga teman-teman. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar juga memegang peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita, dimana pengalaman belajar tersebut dilakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di sekitar lingkungan
terdekatnya.
Salah satu cara agar proses belajar anak memperoleh pengetahuan adalah melalui
kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Belajar dan bermain bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya.
Dengan adanya kegiatan belajar dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya
seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Hal ini sangat berguna bagi tumbuh kembang anak yang masih berada pada rentangan usia dini.
Khusus mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak
disekolah harus pula dirubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan pembimbing yang hanya mengatur dan menjalankan kurikulum disekolah. Guru adalah orang dewasa yang
menjadikan anak senang datang ke sekolah dan akan menjadikan setiap proses belajar menjadi bermaknadan menyenangkan bagi anak. Inilah yang akan selalu dituntut oleh
masyarakat di era sekarang ini dimana guru menjadi seorang profesional. Ia juga akan dituntut kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual
maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti ini harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.
Penelitian ini akan dilakukan pada guru kelas di Taman Kanak-kanak (TK) Sabila
Amanda Medan. TK Sabila Amanda adalah merupakan salah satu TK Al-Qur’an di kota Medan yang memiliki metode pengajaran dengan mendekatkan para anak kepada pengajar
atau guru kelasnya. Hal ini dapat dilihat dengan panggilan “Bunda” oleh setiap anak kepada para guru kelas. Panggilan ini dimaksudkan untuk mendekatkan anak secara emosional dengan para pengajar. Mereka akan merasa seperti memanggil ibu kandung mereka sendiri
dirumah. Selain itu suasana belajar yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak juga menjadi
pendukung terbentuknya interaksi yang intesif antara guru dengan anak maupun antara sesama anak. Tidak hanya dalam suasana belajar, dalam suasana bermain juga mereka dituntut untuk menjalin interaksi dengan sesamanya. Beberapa permainan sengaja dirancang
untuk membangun keterampilan sosial mereka.
Metode pengajaran dengan persentase 70% belajar dan 30% bermain juga merupakan
suatu keunggulan tersendiri dari TK Sabila Amanda. TK ini membuat metode pengajaran dimana lebih banyak persentase belajar dengan maksud agar anak didik lebih siap dari segi akademik untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yaitu sekolah dasar (SD). Hal ini
juga dikarenakan tuntutan zaman, dimana saat sekarang ini kebanyakan SD membuat persyaratan untuk anak yang akan masuk SD harus sudah lulus dari TK. Metode pengajaran
menyisipkan metode bermain sambil belajar sehingga tanpa disadari anak telah memperoleh pelajaran saat mereka bermain. TK Sabila Amanda juga telah banyak mencetak prestasi,
diantaranya memperoleh juara dalam berbagai perlombaan, diantaranya perlombaan mewarnai, peragaan busana daerah, menyanyi, menari dan hapalan surah-surah Al-Qur’an.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda
Medan?”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun
pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau
peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
2. Penelitian ini terbatas pada pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan
keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.
3. Subjek penelitian adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan dan objek
4. Lokasi penelitian adalah TK Sabila Amanda Jln. Raya Menteng Gg. Benteng No.
1 Medan.
5. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011, dengan lama penelitian yang
akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
I.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pola strategi komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dalam membentuk keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.
I.5 Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau menambah
khasanah penelitian komunikasi khususnya penelitian mengenai komunikasi antarpribadi di lingkungan FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan kontribusi kepada siapa saja yang tertarik terhadap pengetahuan yang
I.6 Kerangka Acuan Berpikir Kerangka Acuan Berpikir Peneliti
Sumber : Peneliti 2011
Taman Kanak-kanak
(TK)
Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru TK
Keterampilan Sosial Anak
Usia Dini
BAB II
URAIAN TEORITIS
Penjelasan mengenai pemikiran teoritis dan fakta empiris dari penelitian ini yang telah dilakukan berguna sebagai acuan untuk menjawab permasalahan penelitian yang
diungkapkan diatas.
II.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi
hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial.
Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi (Effendy, 2004: 3).
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga
berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).
Kemudian menurut Shannon dan Weaver (dalam buku Hafied Cangara, 2006:18) komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan
makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan
perkataan lain, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.
II.1.1 Prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi
mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh
dari definisi dan hakekat komunikasi (dalam buku Deddy Mulyana, 2007:91) yaitu : 1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada
suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
3. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan.
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita
bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan
(apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan
mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai). 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa
pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang
menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi. 7. Komunikasi itu bersifat sistemik.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang
keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial.
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan
respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi
diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. 11. Komunikasi bersifat irreversible.
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian
rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali.
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi
antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh
adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
II.1.3 Sifat Komunikasi
a. Komunikasi verbal
1. Komunikasi lisan 2. Komunikasi tulisan
b. Komunikasi non verbal 1. Komunikasi kial (gesture) 2. Komunikasi gambar
c. Komunikasi tatap muka d. Komunikasi bermedia
II.1.4 Tatanan Komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari
jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :
a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication) 1. Komunikasi intrapribadi
3. Komunikasi transendental (komunikasi dengan Tuhan)
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication) 1. Komunikasi kelompok kecil
2. Komunikasi kelompok besar
c. Komunikasi Massa (Mass Communication) 1. Komunikasi media massa cetak/pers
2. Komunikasi media massa elektronik.
d. Komunikasi Bermedia (Medio Communication)
II.1.5 Tujuan Komunikasi
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior) d. Mengubah masyarakat (to change the society).
II.1.6 Komunikasi Di TK Sabila Amanda
Komunikasi yang terjalin dalam sistem pengajaran di TK Sabila Amanda adalah komunikasi yang bersifat verbal, baik itu komunikasi lisan maupun tulisan dan juga
komunikasi non verbal, seperti komunikasi kial (gesture) dan komunikasi gambar. Guru memberikan materi pembelajaran lewat tulisan dan kemudian mereka akan menjelaskannya secara lisan agar anak atau santri lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan.
Pemanfaatan gambar-gambar yang mendukung dapat memudahkan anak dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan. Ditambah dengan gerakan tubuh ataupun ekspresi wajah
berlangsung dengan komunikasi tatap muka. Komunikasi ini memudahkan para guru untuk melihat umpan balik yang diberikan oleh anak terhadap pesan yang disampaikan, apakah
umpan balik yang positif ataupun negatif.
II.2 Komunikasi Antarpribadi
Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi atau tingkatan komunikasi antarpribadi. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat
ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok maupun organisasi (Cahyana, 1996: 195).
Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi
antarpribadi seorang individu dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan yang lebih bermakna serta dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain.
dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam hal mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to
face), oleh karena itu maka terjadilah kontak pribadi.
Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung.
Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya
seluas-luasnya (Wiryanto, 2004:36).
Pengertian komunikasi antarpribadi dari beberapa ahli, diantaranya pendapat dari
verbal yang ditanggapi oleh orang lain. De Vito (dalam buku Sugiyo, 2005: 3) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang berlangsung.
Joseph A. Devito dalam bukunya Human Communication (1994) menjelaskan definisi
komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif : 1. Perspektif Konvensional
Perspektif ini mendefinisikan komunikasi antarpribadi berdasarkan pada unsur-unsur atau komponennya, yaitu merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang ataupun sekelompok kecil orang, dengan berbagai
efek dan umpan balik. 2. Perspektif Relasional
Menurut perspektif ini, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan jelas di antara mereka. Definisi relasional acapkali disebut definisi pasangan (diadik)
karena melibatkan hubungan antara dua orang yang berinteraksi. 3. Perspektif Pengembangan
Pada perspektif pengembangan, komunikasi antarpribadi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari komunikasi yang bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya ada peningkatan
hubungan di antara para peserta komunikasi (Cahyana, 1996: 196).
Dari ketiga perspektif tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi antarpribadi adalah
II.2.1 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi
Secara teoritis, komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut
sifatnya (Effendy, 2003:62) : a. Komunikasi diadik
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena pelaku
komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. b. Komunikasi triadik
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.
II.2.2 Ciri Komunikasi Antarpribadi
Menurut Everett M. Rogers (dalam buku Wiryanto, 2004:35) ciri-ciri komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :
a. Arus pesan cenderung dua arah.
b. Konteks komunikasinya dua arah.
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.
d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan
tinggi.
e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat.
II.2.3 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Menurut Kumar (dalam buku Wiryanto, 2004:36) efektivitas komunikasi
antarpribadi mempunyai lima ciri, yaitu : a. Keterbukaan (openess)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.
b. Empati (empathy)
Merasakan apa yang dirasakan orang lain. c. Dukungan (supportiveness)
Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. d. Rasa positif (positiveness)
Seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya, mendorong orang lain
lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality)
Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
II.2.4 Komunikasi Antarpribadi Di TK Sabila Amanda
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi utama yang dipakai oleh para
pengajar di TK Sabila Amanda. Jenis komunikasi ini digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak dan juga dalam menciptakan hubungan yang dekat dengan anak.
temannya. Bila ada yang aneh dengan sikap atau wajah dari anak didiknya maka guru akan bertanya kepada anak tersebut secara pribadi. Dari komunikasi antarpribadi ini guru-guru di
TK Sabila Amanda dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh anak dan guru juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak tersebut, karena biasanya seorang anak
yang masih dalam rentangan masa usia dini akan lebih terbuka bila diajak berbicara secara pribadi.
II.3 Pola Strategi Komunikasi
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan pola strategi komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi yang berlangsung.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” (1981: 84) menyatakan bahwa : “Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.
Menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ (1984 :10) menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.
Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, disamping memahami hal-hal
yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Dalam proses pendidikan sering kita jumpai
kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi yang dipakai. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses
antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara pendidik dengan peserta didik. Ada tiga pola
komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:
a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi
satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.
b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Disini sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dan
pelajar secara individual. Antara pelajar dan pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dangan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling
memberi dan menerima.
c. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara guru
dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah
kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini. Dalam kegiatan mengajar, siswa memerlukan sesuatu
yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdapat dua hal
pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai ketergantungan untuk menciptakan situasi komunikasi yang baik yang memungkinkan siswa untuk belajar
II.3.1 Pola Strategi Komunikasi Di TK Sabila Amanda
Pola strategi komunikasi yang dipakai di TK Sabila Amanda adalah komunikasi interaksi atau komunikasi dua arah. Jenis komunikasi ini diharapkan dapat menumbuhkan
keaktifan anak, baik dalam kegiatan belajar mengajar ataupun dalam kegiatan bermain. Pola strategi komunikasi ini diterapkan di TK Sabila Amanda dengan memberi pertanyaan kepada anak setelah guru selesai memberikan materi, jika anak dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan berarti anak sudah terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya. Hal ini selain dapat mendorong anak
untuk aktif di kelas juga dapat mendorong anak agar berani berbicara, mengemukakan pendapat didepan teman-temannya.
Komunikasi banyak arah juga digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di TK
Sabila Amanda. Jenis strategi komunikasi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara anak dengan teman-temannya, misalnya melalui tugas kelompok yang
diberikan guru. Anak akan saling membantu dalam menyelesaikan tugas tersebut. Anak yang lebih pintar akan membantu anak yang kurang cepat tanggap, sehingga terjadi proses transaksi diantara mereka.
II.4 Taman Kanak-kanak (TK)
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang
murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari
Umur rata-rata minimal anak-anak mulai dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar antara 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK ata
sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu
Di TK, siswa diberi kesempatan unt yang sesuai dengan usia pada tiap-tiap tingkatannya, seperti :
• Agama,
• Budi bahasa,
• Berhitung,
• Membaca (mengenal aksara dan ejaan),
• Bernyanyi,
• Bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan teman-teman
sepermainannya
• dan berbagai macam keterampilan lainnya.
Tujuan TK adalah meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar
mengenal berbagai macam sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua dirancang
II.4.1 TK Sabila Amanda
TK Sabila Amanda merupakan TK yang berlandaskan pada pendidikan Al-Qur’an. Tujuan utama dari TK ini adalah untuk mendidik agar para anak didik atau santri dapat
membaca Al-Qur’an. Sistem pembelajaran yang digunakan di TK Sabila Amanda lebih banyak memprioritaskan pada kegiatan belajar daripada bermain. Hal ini dimaksudkan agar nantinya para anak atau santri lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan yang lebih
lanjut yaitu SD. Agar kegiatan belajar mengajar tidak berlangsung dengan kaku dan membosankan, guru-guru di TK Sabila Amanda terkadang menyelipkan sedikit permainan ke
dalam proses penyampaian materi pelajaran karena hal ini dinilai mampu membuat anak cepat dan mudah dalam memahami pelajaran.
II.5 Guru TK
Guru TK adalah pendidik dan pengajar pada atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang
yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru
Menjadi guru TK untuk anak usia dini tidak seperti menjadi guru untuk anak remaja atau bahkan orang dewasa, perlu kesabaran, ketulusan dan kelembutan hati yang ekstra. Segala tutur kata dan perbuatan yang dilakukan oleh sang guru akan ditiru oleh mereka, oleh
• Dapat Mengerti apa yang anak ucapkan dan anak lakukan sehingga dapat
memberikan respon atau komentar yang positif pada anak.
• Dapat memperkaya belajar anak.
• Dapat memberikan feedback yang positif, bukan komentar umum.
• Dapat menjadi model bagi anak, semua nilai luhur yang akan dibangun pada anak
dapat dimodelkan oleh guru utama.
• Guru dapat mendemonstrasikan cara yang benar dalam melakukan sesuatu.
• Guru dapat memberikan pertanyaan yang dapat mempengaruhi anak untuk maju.
• Guru yang dapat memberikan pijakan kepada anak agar mereka dapat belajar. Ada
4 Macam pijakan yaitu Pijakan penataan lingkungan, pijakan awal main, pijakan saat main, dan pijakan setelah main.
• Guru yang dapat membuat rencana kurikulum yang membuat anak berhasil
mencapai tujuan pembelajaran.
• Dapat membangun kerjasama yang erat antara guru dan orang tua.
II.5.1 Guru Di TK Sabila Amanda
Guru di TK Sabila Amanda berjumlah 7 orang perempuan yang terdiri dari berbagai
tingkatan pendidikan seperti, SMA, Aliyah dan Sarjana. Guru-guru ini dipanggil dengan sebutan Bunda oleh para santri. Panggilan ini bertujuan untuk mengakrabkan para santri
dengan guru secara emosional. Bunda di TK Sabila Amanda dituntut untuk dapat menjadi orang tua pengganti selama anak berada di sekolah. Mereka harus dapat memahami sifat dan karakter setiap anak agar para bunda dapat mengetahui cara menghadapi anak tersebut. Untuk
orang tuanya sehingga orang tua dan bunda dapat bekerja sama dalam mendidik anak tersebut.
II.6 Anak Usia Dini
Batasan pengertian anak usia dini adalah 0-6 tahun. Usia dini pada anak kadang-kadang disebut sebagai usia emas atau golden age. Masa-masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai
kematangan yang sempurna (Pratisti 2008: 56).
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Sujiono, 2009:7). Perkembangan anak usia dini merupakan fase yang sangat mendasar bagi perkembangan individu. Mengingat karakteristik yang khas, maka pembelajaran anak usia
dini harus dirancang sedemikian rupa sehingga menyenangkan dan menarik bagi anak. Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13)
sebagai berikut :
a. Anak bersifat unik.
b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. c. Anak bersifat aktif dan enerjik.
d. Anak itu egosentris.
e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. f. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
h. Anak masih mudah frustrasi.
i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
II.6.1 Anak Usia Dini Di TK Sabila Amanda
Anak usia dini yang ada di TK Sabila Amanda terdiri dari anak usia 4-6 tahun. Mereka berjumlah 61 orang dan kesemuanya berada di kelas 0 (nol) besar yang terbagi atas
kelas regular dan kelas plus. Siswa-siswi di TK Sabila Amanda disebut sebagai santri.
II.7 Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial anak merupakan cara anak dalam melakukan interaksi, baik
dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi dengan orang lain
Keterampilan sosial merupakan bekal untuk menjalin hubungan yang seimbang
dengan sebayanya. Hubungan pertemanan yang seimbang dapat diperoleh jika anak memiliki rasa percaya diri dan bisa menghadapi berbagai masalah serta mencari solusinya. Keterampilan sosial juga membuatnya mudah diterima oleh anak lain karena mampu
berperilaku sesuai harapan lingkungannya secara tepat. Begitu pula, anak-anak yang diberi banyak kesempatan untuk bermain dan bergaul cenderung akan memiliki keterampilan sosial
sekolah IQ-nya akan bertambah 10-15 poin. Artinya, keterampilan sosial juga membantu perkembangan kognitif anak.
Peranan guru sangat penting dalam membangun keterampilan sosial seorang anak. Perlunya Pemahaman mendalam bagi guru Taman Kanak-kanak dalam membangun
pengetahuan pada anak. Guru terlebih dahulu harus memahami inti dari setiap pengetahuan yang akan dibangun pada anak. Karena pengetahuan di dapat dari interaksi terhadap lingkungan sekitar. Dalam membangun pengetahuan pada anak, guru juga harus
memperhatikan tahap perkembangan kognitif anak yang sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam berpikir. Guru harus memiliki keterampilan dalam membangun pengetahuan
sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
Keterampilan sosial anak usia dini berkembang dengan pesat setelah adanya rangsangan dari lingkungan dimana anak berada yaitu dirumah, di sekolah dan di lingkungan
sekitar. Maka dari itu, harus ada kerjasama antara guru dan orang tua sehingga perkembangan sosialisasi anak dapat berkembang seoptimal mungkin.
Keterampilan sosial yang harus dimiliki seorang anak antara lain : 1. Kenal Diri
Ini merupakan bagian dari kecerdasan diri/intrapersonal yang diperlukan anak
untuk bisa menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Keterampilan kenal diri akan membantu anak untuk bisa memilih sendiri kegiatan yang ingin dilakukan,
dengan teman/orang seperti apa dia akan bermain, serta bagaimana ia bisa bersikap menghadapi situasi sosial yang ditemuinya dan bisa mencari alternatif lain.
2. Kenal Emosi
Anak yang mengenal emosinya dengan baik akan belajar mengatur dan mengendalikan emosinya sehingga bisa bersikap dan berperilaku sesuai tuntutan
dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Ia bisa dijauhi teman-temannya lantaran sikapnya yang tidak disukai, selain juga bisa timbul konflik dalam
berinteraksi. 3. Empati
Anak harus memiliki keterampilan untuk mengerti dan merasakan emosi orang lain serta mampu untuk merasakan dan membayangkan dirinya berada di posisi orang tersebut. Keterampilan sosial ini diperlukan dalam melakukan hubungan sosial untuk
menumbuhkan rasa saling menghargai, menghindari dari kesalahpahaman, juga melatih kepedulian dan kepekaan sosial anak.
4. Simpati
Yaitu keterampilan untuk mengerti perasaan dan emosi orang lain, biasanya dipengaruhi oleh emosi iba atau belas kasihan dan ada suatu tindakan yang ingin
dilakukan. Dengan memiliki simpati, anak dapat menghayati perasaan orang lain, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, tak bersikap semena-mena pada orang lain,
memunculkan sikap pemurah. Semua nilai ini amat dibutuhkan dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
5. Berbagi
Keterampilan sosial ini diperlukan anak untuk memperoleh persetujuan sosial dengan membagi apa yang jadi miliknya. Anak dituntut untuk merasakan
kebersamaan dengan berbagi kepunyaannya. Keterampilan sosial ini mengajarkan pada anak untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, bisa menghargai milik dirinya maupun orang lain, juga menimbulkan sifat pemurah.
6. Negosiasi
Bernegosiasi membantu anak mengungkapkan pendapat dan keinginannya
dihadapi, dan bagaimana anak bersikap dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang ada dan mungkin tak menyenangkan. Selain juga dapat menghindari timbulnya
konflik.
7. Menolong
Menolong menumbuhkan kesadaran diri pada anak untuk membantu orang lain, dapat mengembangkan sikap kepedulian sosial anak sehingga anak pun bisa diterima dalam lingkungan kelompok pertemanan maupun lingkungan sosial lain
yang lebih luas. 8. Kerja Sama
Keterampilan bekerja sama dibutuhkan untuk anak belajar saling menghargai dan menghormati, tidak mementingkan diri sendiri, merasakan kebersamaan dengan lingkungan sosialnya.
9. Bersaing
Keterampilan untuk mengungguli dan mengalahkan anak lain ini, akan
membantu anak untuk mengetahui kelemahan maupun kelebihan dirinya, bersikap fleksibel dalam menghadapi tantangan, kemenangan maupun kekalahan yang akan ditemui nantinya dalam kehidupa
II.7.1 Keterampilan Sosial Di TK Sabila Amanda
Pembentukan keterampilan sosial yang diterapkan di TK Sabila Amanda kepada anak didik tidak hanya berlangsung pada saat suasana belajar mengajar namun juga dalam
suasana bermain. Guru di TK Sabila Amanda selalu menerapkan agar setiap anak memiliki keterampilan sosial yang baik. Keterampilan sosial yang dibentuk diantaranya dengan
membawa alat tulis maka anak yang lain diajarkan untuk meminjamkan alat tulisnya kepada temannya tersebut. Guru melatih agar diantara mereka timbul rasa peka terhadap sesamanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Keseluruhan pemaparan deskripsi lokasi penelitian diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah TK Sabila Amanda pada bulan Nopember 2011. Berikut adalah pemaparannya.
TK Sabila Amanda yang beralamat di Jalan. Raya Menteng Gg. Benteng No. 1 Medan adalah merupakan TK Al-Qur’an. Metode pengajaran yang digunakan dalam lembaga
pendidikan prasekolah ini adalah dengan mendekatkan para anak dengan pengajar atau yang disebut sebagai guru kelasnya. Hal ini dapat dilihat dengan panggilan “Bunda” oleh setiap anak kepada para guru kelas. Keseluruhan jumlah murid di TK Sabila Amanda berjumlah 61
orang yang berumur antara 4-6 tahun dengan rincian 50 anak di kelas regular dan 11 anak di kelas plus. Keseluruhan guru kelas berjumlah 7 orang, dimana setiap kelas yang terdiri dari
10 anak dibimbing oleh 1 orang guru kelas, kecuali untuk kelas plus terdapat 2 orang guru kelas. Kegiatan belajar mengajar di TK ini berlangsung dari hari Senin sampai dengan Sabtu, dimulai dari pukul 8 pagi sampai dengan 11 pagi kecuali untuk kelas plus sampai pukul
setengah 12 siang.
III.1.1 Alasan dan Latar Belakang Berdiri A. Dasar Pemikiran
1. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengangkat harkat dan martabat
2. Atas dasar pemikiran diatas kami
terpanggil untuk mendidik anak usia 4-5 tahun dengan menyelenggarakan
pendidikan prasekolah di Taman Kanak-kanak Sabila Amanda untuk membantu Pemerintah dan orang tua mendidik anak-anaknya menjadi generasi
muda yang Qur’ani yang mencintai ajaran Islam.
3. Perlunya pendidikan yang didasari
nilai-nilai agama bagi para siswa yang diawali sejak kecil sehingga kelak
mampu untuk dijadikan benteng bagi dirinya kelak ia dewasa atau dimasa yang akan datang.
4. Pendidikan agama adalah modal
dasar bagi generasi muda sehingga kelak mampu menjadi pemimpin yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dapat menjadi
contoh dan tauladan bagi yang lainnya.
5. Tujuan pendidikan nasional yaitu
membentuk manusia Indonesia yang berbudi pekerti, jujur bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Tujuan
1. Ikut serta membantu Pemerintah dalam rangka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepada anak usia dini.
2. Membantu program Pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan menyelenggarakan pendidikan prasekolah Taman Kanak-kanak Sabila
3. Untuk meningkatkan kualitas diri manusia dalam bidang keagamaan
sehingga dapat menjadi manusia yang berguna dan terampil ditengah
masyarakatnya.
C. Target dan Sasaran
1. Mewujudkan insan cinta Al-Qur’an yang selalu berusaha untuk memahami
dan melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. 2. Terbentuk dan terwujudnya manusia berkepribadian, yang cerdas dan
berakhlak mulia, patuh pada orang tua dan selalu taat beribadah.
3. Membentuk insan cendekia yang Islami dan takwa, yang mampu membangun dirinya dengan dasar nilai-nilai Islam, mengerti dan paham akan agamanya
dan dapat menerapkannya dalam kehidupan ditengah masyarakat.
4. Terbentuknya generasi berkemampuan intelektual yang Qur’ani yang
mampu menjadi dasar pembentukan mental pribadi yang muslim untuk kebaikan dunia akhirat.
III.1.2 Visi dan Misi Visi
Terbentuknya insan bermoral, taqwa pada Allah, berilmu pengetahuan dan terampil.
Misi
insan cendikia dan mampu bersaing ditengah masyarakat, sebagai kawah candra dimuka untuk generasi islam.
III.1.3 Target
Murid-murid TK Sabila Amanda dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta berbudi pekerti yang luhur, cerdas dan berwawasan keilmuan yang luas dan mendalam.
III.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Peneliti bertindak
hanya sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasinya (Rakhmat, 2004: 4).
Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif.
Metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,
1999: 3).
III.3 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan yang berjumlah 7 orang. Keseluruhan dari guru kelas ini akan dijadikan sebagai informan dalam
sebagai objek penelitian. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Dalam wawancara
mendalam peran informan tetap menjadi sentral, walaupun kadang informan berganti-ganti (Bungin, 2007: 108). Penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu menggunakan
subjek penelitian yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Penelitian Lapangan (Field Research)
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2007: 108).
Dalam metode wawancara mendalam (in-depth interview) peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan
wawancara berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian.
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Observasi
yang digunakan adalah observasi nonpartisipan. Observasi nonpartisipan merupakan metode observasi tanpa ikut peran serta dalam melakukan akivitas
seperti yang dilakukan subjek penelitian, baik kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2008:108-110).
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan
data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mencari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
III.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh
suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu (Moleong, 1994:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan tentang proses pengumpulan data di lapangan dan membahas hasil observasi dan wawancara yang telah didapatkan dari setiap
informan.
IV.1 Hasil Observasi dan Wawancara
Guru di TK Sabila Amanda berjumlah tujuh orang dan semuanya berjenis kelamin
wanita. Keseluruhan dari guru tersebut dijadikan sebagai informan dalam penelitian. Penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu menggunakan subjek penelitian yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. Proses wawancara dimulai pada tanggal 21
Desember 2011 mengingat pada tanggal 8 Desember sampai dengan 15 Desember 2011 TK Sabila Amanda sedang melaksanakan ujian semester dan pada tanggal 16 Desember sampai
dengan tanggal 19 Desember 2011 diadakan remedial bagi siswa yang tidak lulus ujian semester. Sehingga peneliti harus menunggu sampai ujian semester dan remedial selesai. Namun sejak awal bulan Desember peneliti telah melakukan proses pra observasi untuk
melihat proses belajar mengajar di TK Sabila Amanda, ditambah juga dengan proses pra observasi yang dilakukan peneliti setelah judul penelitian ini disetujui oleh Departemen. Hal
ini membuat peneliti tidak menemukan kesulitan yang berarti untuk melakukan wawancara dan observasi di TK Sabila Amanda dalam upaya pengumpulan data penelitian.
Setiap ruang kelas di TK Sabila Amanda dirancang dengan sangat menarik. Dinding
ruangan dicat dengan warna-warna yang terang begitu juga dengan kursi dan meja yang dicat dengan berbagai macam warna. Terdapat banyak tulisan dan hiasan juga gambar-gambar
kelas anak harus membuka sepatunya dan hanya menggunakan kaos kaki begitu juga dengan gurunya. Penggunaan keramik pada lantai membuat anak merasa nyaman untuk berjalan
ataupun berlari. Setiap kelas terdiri dari sepuluh orang anak yang dibimbing oleh satu orang guru kelas atau yang biasa dipanggil dengan sebutan “Bunda”. Untuk kelas regular berada
pada satu ruangan kelas yang besar tanpa ada pembatas antara kelas Bunda yang satu dengan Bunda yang lain, hanya susunan kursi dan meja saja yang dibuat agak sedikit berjarak. Hal ini dimaksudkan agar anak merasa leluasa dalam proses belajar dan juga bermain, anak dapat
berbaur antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan untuk ruangan kelas plus berjumlah sebelas orang anak yang dibimbing oleh dua orang Bunda, berada agak terpisah. Ruangan
kelas plus dilengkapi dengan AC dan juga terdapat perpustakaan kecil didalamnya yang berisi buku-buku cerita.
Setiap pagi sebelum masuk kedalam kelas, anak-anak berbaris dihalaman sekolah
untuk melakukan kegiatan klasikal. Dalam kegiatan klasikal ini anak dibimbing oleh seorang Bunda untuk bernyanyi, membaca doa dan membaca surah Al-Qur’an secara bersama-sama.
Kegiatan klasikal berlangsung selama setengah jam dan setelah itu anak masuk kedalam kelas. Didalam kelas juga dilakukan kegiatan klasikal sebelum memulai pelajaran. Klasikal didalam kelas dibimbing oleh setiap Bunda yang berlangsung sekitar sepuluh menit.
Jadwal pelajaran berbeda setiap harinya. Pada hari Senin pelajaran matematika, Selasa pelajaran bahasa Indonesia, Rabu pelajaran mewarnai, Kamis pelajaran arab melayu, Jumat
pelajaran bahasa Inggris, dan Sabtu pelajaran menggambar. Setiap hari juga ada pelajaran membaca iqra’. Setiap anak akan diajari membaca iqra’ dengan dibimbing satu-persatu oleh guru kelasnya. Sehingga ketika anak lulus dari TK, anak sudah khatam iqra’.
Pelajaran berlangsung sampai pukul 10.15 dan setelah itu anak istirahat selama setengah jam. Sebelum keluar untuk bermain dihalaman sekolah, anak harus makan terlebih
disuapin oleh Bundanya atau orang tua mereka datang untuk menyuapi anaknya. Untuk anak yang tidak membawa bekal, mereka diperbolehkan membeli makanan di kantin sekolah. Di
halaman sekolah tersedia beberapa jenis sarana permainan yang dapat digunakan anak untuk bermain.
Saat bermain anak terlihat kompak, baik itu anak perempuan maupun anak laki-laki. Mereka membeli jajan bersama, main perosotan bersama, main ayunan bersama, berlari-larian, atau hanya sekedar duduk dan mengobrol sambil tertawa-tawa. Setelah jam istirahat
selesai, anak-anak kembali masuk kedalam kelas. Waktu 15 menit yang tersisa dimanfaatkan untuk kegiatan klasikal, seperti bernyanyi dan membaca doa lalu dilanjutkan dengan tanya
jawab. Anak yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Bunda diperbolehkan pulang lebih dulu. Biasanya pertanyaan yang diberikan terkait dengan pelajaran yang hari ini dipelajari untuk mengingatkan anak agar mereka tidak cepat lupa.
Proses wawancara dilakukan di ruang kelas TK Sabila Amanda setelah jam pulang sekolah. Hal ini dimaksudkan agar keadaan lebih kondusif dan proses wawancara juga dapat
berjalan dengan efektif. Peneliti tidak merasa terlalu sulit dalam mewawancarai para guru di TK Sabila Amanda karena sebelumnya peneliti sudah sering berbincang-bincang dengan mereka saat melakukan proses pra observasi dan proses observasi yang membuat peneliti
sering datang ke TK Sabila Amanda untuk melihat proses belajar-mengajar yang berlangsung disana. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan guru
Informan 1
Nama : Bunda Siti
Umur : 39 tahun
Pendidikan terakhir : SMA Lama mengajar : 4 tahun
Bunda Siti adalah informan pertama yang peneliti wawancarai. Proses wawancara berlangsung setelah selesai jam pelajaran sekolah bertempat didalam kelas Bunda Siti.
Kondisi ruangan kelas yang telah sepi membuat peneliti dapat dengan leluasa dan fokus untuk mewawancarai informan.
Bunda Siti sudah cukup lama mengajar di TK Sabila Amanda. Pengalaman Bunda Siti
sudah cukup banyak dalam hal mendidik anak-anak usia dini. Berdasarkan pengalamannya ini Bunda Siti tidak mengalami banyak kesulitan lagi dalam mendidik anak-anak tersebut.
Jika menemui kesulitan maka Bunda Siti dapat segera mengatasinya. Perawakan Bunda Siti yang keibuan dikarenakan Bunda Siti sudah menikah dan mempunyai anak, membuat anak didiknya yang berjumlah sepuluh orang sangat dekat dengannya. Bahkan mereka terkadang
suka bermanja-manja dengan Bunda Siti, mereka sudah menganggap Bunda Siti seperti ibu mereka sendiri.
Bagi Bunda Siti keterampilan sosial untuk anak usia dini sangat penting maka dari itu Bunda Siti selalu membiasakan anak didiknya untuk saling menyayangi satu sama lain. Kalau
ada anak yang berkelahi maka Bunda Siti tidak segan-segan untuk memarahi anak tersebut dan kemudian menasehatinya agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi.