SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KINERJA BANK DAN EFISIENSI
OPERASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN LABA
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
SERLY PS HAREFA
070502103
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Efisiensi Operasional terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data seri tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja bank (CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang ada diproses dengan menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows. Hasil estimasi menunjukkan adanya pengaruh antara rasio kinerja bank ( CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) dengan pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai 2009.
Hasil penelitian secara simultan, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BO/PO) berpengaruh segnifikan terhadap pertumbuhan laba bank. Hasil penelitian secara parsial, variabel Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.
Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Biaya
ABSTRACT
This search is titled ” Analysis Over the Influence of Bank’s Performance and Operational Efficiency on The Profit Growth of Banking Company Listed in Bursa Efek Indoensia” include from 2006 until 2009. The goal of this search is to have insight about the bank’s performance (CAR, ROA, LDR, LAR) and operational efficiency on profit growth in banking company listed in Bursa Efek Indonesia.
The search method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. Data is procceded by software SPSS 16.00 for windows. The result estimation is that there influence between bank’s performance ratio ( CAR, ROA, LDR, LAR ) and operational efficiency on profit growth in banking company in Bursa Efek Indonesia from 2006 until 2009.
The results show that simultaneously all independent variables, Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), and Operational Efficiency (BO/PO) influence on profit growth in banking company. The result show that parcially Loan to Asset Ratio (LAR) influence on profit growth, but Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), and operational efficiency (BO/PO) hasn’t influence on profit growth.
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan,
penyertaan, dan hikmat pengetahun yang dianugrahkan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul: “ANALISIS PENGARUH
KINERJA BANK DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA’’. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu, memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini, dan
ucapan terimakasih itu penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, M.E selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang
telah membantu memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, M.Si selaku Ketua Program Studi Departemen
Manajemen Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr.Yeni Absah, M.Si selaku dosen wali yang telah banyak memberikan
6. Bapak Drs. Syahyunan M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalm
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik.
9. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian administrasi selama
masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.
10.Orangtua terkasih F. Harefa dan R. Harefa, abang Soniman Harefa, adek
Cornelius Harefa, Priska Harefa, dan Zabdiel Harefa, serta nenek tercinta yang
selalu memberi dukungan sepenuhnya dalam doa dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11.Keluarga bapak talu dan mama talu, serta bapak sakhi dan tante yang telah
banyak mendukung dan membantu serta mengiringi dalam doa sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12.UKM KMK USU khususnya UP-Fakultas Ekonomi yang telah memberi
dukungan untuk tetap setia melayani Tuhan ditengah kesibukan mengerjakan
skripsi.
13.Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Joyful, Bang Gomgom Manurung,
Pratiwina, Ira Wicaca, dan Novita, terimaksih buat semangat dan doanya
14.Adek-adek kelompok kecil, Kharis, Jenni, dan Yolanda, terimakasih buat
doanya serta kesetiaannya dalam Tuhan, dan terus berkarya buat Dia.
15.Teman-teman satu bimbingan, terimakasih buat waktunya untuk belajar
bersama dan tetap semangat untuk meraih yang terbaik.
16.Teman-teman stambuk 2007, yang telah memberi semangat dan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Khususnya teman-teman konsentrasi
manajemen keuangan, Mega, Venny Berenk, Rina, Yanti, Tommy Jansen,
Roby Ketaren, terimakasih atas bantuan dan masukannya, semoga tetap
semangat dan sukses buat masa depannya.
17.Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu, terlebih buat dukungan doanya, terimakasih dan semoga
Tuhan dapat memberi kesuksesan baik dalam pekerjaan dan juga dalam studi.
Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demikesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, April 2011
Hormat Penulis
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Teoritis ………... 8
2.2Penelitian Terdahulu ... 23
2.3Kerangka Konseptual ……….. 24
2.4Hipotesis ……….. 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ……….... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Perusahaan ………... 39
4.2Hasil Penelitian ……….... 61
4.3Pembahasan ………... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 87
5.2 Saran …….……… 88
DAFTAR PUSTAKA ……….. 89
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Rata-Rata dari CAR, ROA, LDR,
LAR, BOPO dan Pertumbuhan Laba
Tahun 2006-2009 (dalam %) ………...… 4
Tabel 2.1 Skala Predikat Capital Adequaci Ratio……… 14
Tabel 2.2 Skala Predikat Return on Assets ……….. 15
Tabel 2.3 Skala Predikat Loan to Deposit Ratio ………. 17
Tabel 2.4 Skala Predikat Beban Operasional / Pendapatan Operasional ……….. 19
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Target Populasi ... 32
Tabel 3.2 Target Populasi Perusahaan Perbankan Yang Diteliti ………. 33
Tabel 4.1 Capital Adequacy Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ………. 61
Tabel 4.2 Return on Assets pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun2006-2009 ……… 63
Tabel 4.3 Loan to Deposit Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ………. 65
Tabel 4.4 Loan to Asset Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ………. 67
Tabel 4.5 Beban Operasional / Pendapatan Operasional pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ……... 69
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 4.7 Hasil Uji Kolmogorv- Sminorv ……….. 76
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 77
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ……… 79
Tabel 4.10 Hasil Uji – F ……… 80
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... .. 27
Gambar 4.1 Histogram ……… 75
Gambar 4.2 Normal P-Plot ………. 75
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Efisiensi Operasional terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data seri tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja bank (CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang ada diproses dengan menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows. Hasil estimasi menunjukkan adanya pengaruh antara rasio kinerja bank ( CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) dengan pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai 2009.
Hasil penelitian secara simultan, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BO/PO) berpengaruh segnifikan terhadap pertumbuhan laba bank. Hasil penelitian secara parsial, variabel Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.
Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Biaya
ABSTRACT
This search is titled ” Analysis Over the Influence of Bank’s Performance and Operational Efficiency on The Profit Growth of Banking Company Listed in Bursa Efek Indoensia” include from 2006 until 2009. The goal of this search is to have insight about the bank’s performance (CAR, ROA, LDR, LAR) and operational efficiency on profit growth in banking company listed in Bursa Efek Indonesia.
The search method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. Data is procceded by software SPSS 16.00 for windows. The result estimation is that there influence between bank’s performance ratio ( CAR, ROA, LDR, LAR ) and operational efficiency on profit growth in banking company in Bursa Efek Indonesia from 2006 until 2009.
The results show that simultaneously all independent variables, Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), and Operational Efficiency (BO/PO) influence on profit growth in banking company. The result show that parcially Loan to Asset Ratio (LAR) influence on profit growth, but Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), and operational efficiency (BO/PO) hasn’t influence on profit growth.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan
dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang
No.7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dalam pasal 1 angka 2, bank adalah suatu badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melalui kegiatan perkreditan dan
berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta
memperlancar sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Menurut
Hermansyah (2005:18), salah satu pilar penting untuk mendukung kesinambungan
pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia yang disesuaikan dengan kebijakan
moneter dengan tujuan yang dititikberatkan pada upaya mencapai dan memelihara
stabilitas nilai rupiah adalah sistem perbankan dan keuangan yang sehat dan
efisien.
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis. Dalam pasal 4
Undang-Undang Perbankan tahun 1992, tujuan perbankan adalah menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional menuju peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Sesuai dengan pasal tersebut, perbankan sangat berperan aktif dalam
dalam bentuk kredit kepada masyarakat telah membantu penyediaan modal usaha
sehingga dapat mengerakkan sektor riil. Pergerakan sektor riil yang semakin baik
akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan nasional.
Di Indonesia, awalnya pada tahun1980-an dan 1990-an terjadi perubahan
di dunia perbankan. Setiap bank telah memiliki kebebasan untuk mencari nasabah
sendiri. Hal ini didukung oleh ketetapan pemerintah dengan mengeluarkan Paket
Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88) dan UU RI No.7 tahun 1992 yang membuat
perbankan berkembang pesat. Kebijakan ini ditandai dengan lahirnya bank-bank
swasta yang baru, dan menawarkan berbagai jenis produk perbankan seperti
deposito, giro, tabungan, dll kepada masyarakat luas. Untuk memenuhi kebutuhan
peminjam dana, bank menawarkan produk dalam bentuk kredit sebagai sumber
pendapatan dari kegiatan operasionalnya.
Melihat peranan bank yang sangat strategis dalam perekonomian negara,
maka perlu pengawasan khusus untuk tetap mempertahankan tingkat kesehatan
dan kestabilan bank. Penilaian dan pengawasan ini diatur dalam pasal 29 ayat 2
Undang-undang Perbankan tahun 1992 dengan beberapa ketentuan bahwa
pengawasan dilakukan oleh bank sentral (Bank Indonesia) dan bank wajib
memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank.
Seiring perkembangan bank yang pesat, tentu saja memunculkan
persaingan yang ketat pula diantara bank, seperti penetapan tingkat suku bunga
bank. Hal ini telah menciptakan kondisi pasar yang dinamis sehingga menuntut
dalam sistem perbankan nasional. Usaha-usaha yang dilakukan bank ini otomatis
merangsang pertumbuhan laba perbankan.
Berdasarkan informasi dari sumber
kondisi keuangan sempat surut akibat efek krisis global. Tetapi penghasilan yang
dicapai dapat cepat terobati. Angka penurunannyapun relatif tidak besar berkisar
antara 8%-9%. Bandingkan dengan keuntungan yang berhasil diterima seperti
pada 2006 mencapai Rp 28,33 triliun, atau tumbuh sekitar 16% dari tahun 2005
yang bernilai Rp 24,89 triliun. Bahkan pada tahun berikutnya 2007, laba bersih
perbankan nasional terus meningkat menjadi 23,6%, dengan nilai keuntungan
yang berhasil dibukukan sebesar Rp 35,015 triliun. Angka ini pun setelah
dikurangi oleh pajak.
Berdasarkan informasi dari situs
tahun 2009 adalah Rp 41,39 triliun atau melompat 20% dari tahun 2008.
Peningkatan laba ini bersumber dari pendapatan bunga kredit perbankan yang
memiliki marjin besar antara bunga kredit dan bunga deposito (dana). Jika pada
Januari 2009, terdapat rentang hanya 3,66% tetapi pada November 2009 terus
melebar hingga mencapai 5,78%.
Kita tidak dapat memungkiri jika pertumbuhan laba ini sungguh baik,
bahkan peran kinerja perbankan Indonesia menjadi salah satu pilar untuk
menopang perekonomian domestik. Menurut Dendawijaya (2005), ada tiga
analisis rasio keuangan yang dapat mengukur kinerja bank yaitu rasio solvabilitas,
rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas. Ketiga rasio ini dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan dan meningkatkan laba
ratio, rasio rentabilitas dihitung dengan return on assets, dan rasio likuiditas
dihitung dengan menggunakan loan to deposit ratio dan loan to asset ratio. Selain
itu, untuk mengukur tingkat efisiensi operasional bank yang juga mempengaruhi
perolehan laba pada perbankan, dihitung dari perbandingan beban operasional
terhadap pendapatan operasional.
Rata-rata perkembangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi laba
perbankan yaitu Capital Adequacy Ratio, Return on Assets, Loan to Deposit
Ratio, Loan to Asset Ratio, beban operasional terhadap pendapatan operasional,
pertumbuhan laba selama tahun 2006 sampai 2009, dapat dilihat dari tabel berikut
ini:
Tabel 1.1
Perkembangan Rata-Rata dari CAR, ROA, LDR, LAR, BO/PO dan Pertumbuhan Laba
Sumber : www.idx.co.id (diolah)
Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan capital
adequacy ratio dari tahun 2006-2008 mengalami penurunan dan tahun 2009
mengalami pertumbuhan tetapi tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0,47%.
Sementara itu pada return on assets rata-rata pertumbuhan nilai ROA terjadi di
setiap tahun. Selain itu, dari posisi kredit (loans) yang diberikan kepada pihak
ketiga yang dilihat dari rata-rata pertumbuhan loan to deposit ratio dari tahun
dari tahun sebelumnya. Sedangkan dari posisi kredit dengan menggunakan
jaminan sejumlah aset dapat dilihat bahwa pertumbuhan LAR dari tahun
2006-2009 mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Sementara itu pada rasio
perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional (BO/PO),
rata-rata pertumbuhan setiap tahun tetap berada dalam posisi sehat meskipun
mengalami fluktuasi namun tidak terlalu signifikan. Pertumbuhan laba yang
terjadi dari tahun 2006-2009 dengan membandingkan CAR, ROA, LDR, LAR,
dan BO/PO, terjadi perubahan yang signifikan di setiap tahunnya. Bahkan tahun
2008, rata-rata pertumbuhannya sangat rendah.
Berdasarkan informasi dari
ke tahun secara perlahan naik seperti pada 2004 total kredit masih Rp 559,47
triliun, kemudian pada 2005 dan 2006 juga bertambah dari Rp 695,64 triliun
menjadi Rp 792, 29 triliun. Tetapi pertumbuhan yang cukup menggembirakan
terjadi pada tahun-tahun berikutnya yakni 2007 dan 2008, di mana posisi kredit
yang dicairkan telah mencapai Rp l.002,1 triliun kemudian Rp l.307,69 triliun.
Meskipun pada tahun 2009 bank tampaknya sedikit menyalurkan kredit hingga
total kredit yang di kucurkan naik tipis menjadi Rp l.366,08 triliun.Perkembangan
pinjaman oleh perbankan selama beberapa tahun terakhir mencapai nilai nominal
yang meningkat. Jika tahun 2007 kenaikan nominal Rp 210 trilyun, tahun 2008
kenaikan sekitar Rp 300 trilyun, namun sampai dengan September 2009 pinjaman
baru tumbuh Rp 64 trilyun. Dalam beberapa tahun terakhir, secara keseluruhan,
total asset Perbankan tumbuh sekitar 15% sampai 17% per tahun, pertumbuhan
Berdasarkan data diatas dimana laba terus mengalami perubahan dan juga
untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menyadari
peran perbankan dalam perekonomian negara, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan
Efisiensi Operasional Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat ditarik
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Loan to Assets Ratio (LAR), dan efisiensi operasional (BO/PO) terhadap
pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR), dan Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) terhadap pertumbuhan laba pada bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4Manfaat Penelitian
a. Bagi perusahaan emiten (bank), sebagai bahan pertimbangan dalam
sehingga kinerjanya akan dinilai sehat oleh Bank Indonesia pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya.
b. Bagi peneliti, untuk mengetahui cara menilai kinerja perbankan yang sehat
dan meningkatkan wawasan tentang kondisi perbankan di Indonesia.
c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan kajian atau referensi untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Uraian Teoritis
2.1.1 Analisis Rasio Keuangan Bank
Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan
satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun
bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam
neraca maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2003:124). Menurut Riyadi
(2004:137), rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data
keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data
keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam
persentase atau kali. Masing-masing rasio harus memiliki tujuan sehingga tidak
akan ditemukan batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada
setiap aspek yang dianalisis. Menurut Kasmir (2008:122), rasio keuangan
merupakan perbandingan angka-angka dalam laporan keuangan dengan
melakukan perbandingan antar komponennya sehingga menjadi angka dalam satu
periode atau beberapa periode.
Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri
"kepercayaan" dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Analisis rasio
keuangan banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini
didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang
akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan.
Analisa srasio keuangan maka dapat digunakan untuk membandingkan rasio saat
rasio keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat
mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan
atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio-rasio
keuangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja perusahaan perbankan
adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.
Rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas
bank (Dendawijaya, 2005:120). Disamping itu, rasio ini digunakan untuk
mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dan yang diperoleh dari
berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber lain di luar
modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis
aktiva yang dimiliki bank. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.
Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau
kewajiban yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2005:114). Dimensi konsep
rasio likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja manajemen ditinjau dari
sejauh mana menajemen mampu mengelola modal kerja yang didanai dari utang
lancar dan saldo kas perusahaa. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan
kemampuan melaunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula.
Rasio rentabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan
ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam
mengukur tingkst kesehatan bank. Dalam perhitungannya, biasanya dicari
hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank
dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang
bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang
bersangkutan (Dendawijaya, 2005:118).
Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi
operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih
kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut.
Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena
meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen. Selain itu efisiensi
operasional dapat dicapai mengurangi biaya dan meningkatkan output perusahaan
(Koch, 2003:210). Bank yang tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi
usahanya maka akan kehilangan daya saing baik dalam hal mengerahkan dana
masyarakat maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal
usaha. Efisiensi operasional dapat ditinjau dari biaya operasional dengan
pendapatan operasional bank.
2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam
memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan
mempengaruhi keputussan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat
laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Besar
kecinya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
Berdasarkan pendekatan pada neraca bank, modal dapat dibedakan
menjadi (Abdullah, 2003:56) :
a) Modal inti
Modal inti bank terdiri dari :
1. Modal disetor, adalah modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya
terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib
2. Laba ditahan, adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
3. Laba tahun lalu, adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang
saham atau rapat anggota.
4. Laba tahun berjalan, adalah laba yang diperoelh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.
5. Agio saham, adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
6. Cadangan umum, adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
ditahan setelah dikurangi pajak.
7. Cadangan tujuan, adalah bagian laba setelah dikurangi pajak untuk
tujuan tertentu.
8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan, adalah modal inti anak perusahaan setelah
dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusashaan
b) Modal pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk
dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan
modal. Beberapa modal pelengkap antar lain (Dendawijaya, 2005:40) :
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, adalah cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak.
2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, adalah cadangan
yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan.
3. Modal kuasi, adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal.
4. Pinjaman subordinasi, adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai
syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman
mendapat persetujuan dari BI.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah indikator penilaian dari aspek
permodalan pada perusahaan perbankan. Adapun fungsi penilaian modal pada
bank antara lain (Harmono, 2009:115) :
a) Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak
dapat dihindarkan.
b) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang dimiliki
oleh para pemegang saham.
c) Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien sesuai
Salah satu fungsi modal (CAR) adalah untuk memenuhi standar modal
minimum. Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di
Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlements (BIS).
Persentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan BIS ini disebut
Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya, 2005:40).
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus
memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan
BIS. Nilai kredit dihitung untuk CAR=o% atau negatif, nilai kredit = 0, untuk
setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah 1 dengan nilai maksimum 100.
Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal (CAR) adalah 25% (Harmono,
2009:116).
Perhitungan kebutuhan modal minimum bank
Perhitungan didasarkan pada rasio atau perbandingan antara modal
yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).
ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum
dalam neraca) dan ATMR administrasi (aktiva yang bersifat administrasi).
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank
sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari
masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administrasi dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko dari
3. Total ATMR= ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.
4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009:116) :
CAR= x 100%
Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR untuk permodalan bank
sebagai berikut (Harmono, 2009:116) :
Tabel 2.1
Skala predikat Capital Adequacy Ratio
No Predikat Rasio CAR Sumber : Harmono (2009)
2.1.3 Return on Assets (ROA)
Pada umumnya, untuk memantapkan posisinya di dunia perbankan, bank
harus memperhatikan tingkat profitabilitasnya yang salah satunya dapat dikur
dengan Return on Assets Ratio (Koch, 2003:112). Return on Assets adalah rasio
profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antar laba (sebelum pajak) dengan
total aset bank (Riyadi, 2003:137). Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005:118). Besarnya ROA dapat
dihitung dengan rumus (Harmono, 2009:119) :
x 100%
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil
antara perhitungan ROA berdasarkan teoretis, laba yang diperhitungkan adalah
laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba dihitung setelah pajak.
Selain itu, jika memperhitungkan pajak, maka nilai ROA akan mengalami
perubahan sesuai besarnya pajak yang berlaku.
Nilai kredit dapat dihitung sebagai berikut (Harmono, 2009:120) :
1. Untuk rasio sebesar 0% atau lebih, nilai kredit = 0.
2. Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100. Bobot CAMEL untuk ROA adalah 5%.
Tabel 2.2
Skala predikat Return on Assets
No Predikat Rasio Nilai kredit Sumber : Harmono (2009)
2.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005:116). LDR dapat dihitung
dengan rumus (Riyadi, 2004:146) :
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk
dalam pengertian dana yang diterima oleh bank adalah sebagai berikut:
1. KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) jika ada.
2. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.
3. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak
termasuk pinjaman subordinasi.
4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan.
5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari
bulan.
6. Modal pinjaman
7. Modal inti
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan.
Dalam penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan
nilai kredit LDR sebagai berikut (Harmono, 2009:121) :
1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0
2. Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% diberi nilai kredit ditambah 4,
Tabel 2.3
Skala predikat Loan to Deposit Ratio
No Predikat Rasio Nilai kredit Sumber : Harmono (2009)
2.1.5 Loan to Asset Ratio (LAR)
LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah,
2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang
diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank.
Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset
yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. LAR dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:117) :
LAR= x 100%
2.1.6 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha banak yang dirinsi sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:111) :
1. Biaya bunga, adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank
Indonesia, bank-bank lain , dan pihak ketiga bukan bank.
2. Biaya valuta asing lainnya, adalah ssemua biaya yang dikeluarkan bank
3. Biaya tenaga kerja, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk
membiayai pegawainya.
4. Penyusutan, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan
benda-benda tetap dan inventaris.
5. Biaya lainnya, seperti premi asuransi / jaminan kredit, sewa gedung kantor/
rumah dinas dan alat-alat lain, biaya pemeliharaan.
Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan
hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar diterima. Pendapatan
bunga terdiri dari (Dendawijaya, 2005:111) :
1. Hasil bunga, adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan
maupun dari penanaman yang dilakukan bank seperti giro, simpanan
berjangka, obligasi, dan surat pengakuan utang lainnya.
2. Provisi dan komisi, adalah pendapatan yang diterima oleh bank dari
berbagai kegiatan yang dilakukan bank, seperti provisi kredit, komisi
pembelian, dan lain-lain.
3. Pendapatan valuta asing lainnya, adalah keuntungan yang diperoleh bank
dari berbagai transaksi devisa.
4. Pendapatan lainnya, adalah hasil langsung dari kegiatan operasional lainnya
yang tidak termasuk dalam rekening pendapatan diatas, misalnya dividen
yang diterima dari saham yang dimiliki.
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank
adalah menghimpun dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, maka
bunga. Hal yang terpenting untuk mencapai kefisiensian operasional adalah
meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya, sehingga menghasilka
output yang maksimal dan akan mempengaruhi laba (Koch, 2003:112). Rasio ini
ddapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmono, 2009:120) :
BOPO= x 100%
Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut (Harmono,
2009:120):
1. Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.
2. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah 5%.
Tabel 2.4
Skala predikat Beban Opeasional terhadap Pendapatan Operasional
No Predikat Rasio Nilai kredit
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki pengertian mengenai income.
Income diterjemahkan sebagai penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan, income (penghasilan) adalah kenaikan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasi yang
timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
pada periode tersebut. Sedangkan pada penelitian ini, laba yang dimaksud adalah
laba sebelum pajak. Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah
semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal jika ada) dikurangkan
pada penghasilan. Jika beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya
merupakan kerugian bersih sehingga laba merupakan perbedaan antara
pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan
laba.
Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara akrual.
Pengertian seperti ini akan mempermudah di dalam pengukuran dan pelaporan
laba secara objektif. Pendefinisian laba seperti ini juga akan lebih bermakna
sebagai pengukur kembalian atas investasi daripada sekedar perubahan kas.
Laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini
penting untuk perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang
akan diterima negara, untuk menghitung dividen yang akan dibagikan kepada
pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan, untuk menjadi pedoman dalam
menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan, untuk menjadi
dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di
masa yang akan datang, untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian
efisiensi, untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan, segmen perusahaan,
divisi.
Menurut Harianto dan Sudomo dalam Aini (2006), pertumbuhan laba
1. Besarnya perusahaan
Perusahaan jika semakin besar maka ketepatan pertumbuhan laba yang
diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3. Tingkat leverage
Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi, maka manajer cenderung
memanipulasi laba sehingga mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa yang akan datang yang meningkat membuat
pertumbuhan laba semakin tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu
Perubahan laba di masa lalu jika semakin besar, semakin tidak pasti laba yang
diperoleh di masa yang akan datang.
Ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal.
1. Analisis fundamental adalah analisis kinerja perusahaan berdasarkan data
yang berasal dari perusahaan, baik berupa laporan keuangan, laporan tahunan
maupun informasi lain mengenai seluk-beluk perusahaan (Raharjo, 2006:127).
Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa
yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi
2. Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan
pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi
pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan
laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan
posisi keuangan perusahaan.
Analisis yang digunakan untuk menentukan pertumbuhan laba dalam
penelitian ini adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan
analisis yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Salah satu bagian dari analisis
fundamental adalah analisis rasio yaitu analisis dengan menggunakan hubungan
matematis antarvariabel keuangan yang satu dengan yang lain.
Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam penelitian ini dihitung dari selisih
jumlah laba tahun yang bersangkutan dengan jumlah laba tahun sebelumnya
dibagi dengan jumlah laba tahun sebelummnya. Pertumbuhan laba dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Δ Yn=
Keterangan :
Δ Yn = Pertumbuhan laba tahun ke-n
Yn-1 = laba tahun sebelumnya
n = tahun ke-n
Laba pada perbankan terdiri dari laba operasional, laba sebelum pajak dan
manfaat, serta laba bersih. Pertumbuhan laba ditentukan oleh kinerja perusahaan
(LDR dan LAR), serta dapat dinilai dari efisiensi operasional (Dendawijaya,
2005:116).
2.2Penelitian Terdahulu
Aini (2006), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh CAR,
LDR, ROA, dan Besaran Perusahaan terhadap Perubahan Laba Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di BEJ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh dari rasio keuangan ( CAR, LDR, BOPO) terhadap tingkat
profitabilitas selama enam tahun (1999-2004) pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini menyatakan, secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba tetapi persentasenya sangat kecil,
karena dipengaruhi lebih besar oleh variabel lain diluar penelitian. Secara parsial,
variabel bebas berpengaruh secara positif terhadap tingkat profitabilitas perbankan
yang terdaftar di BEI.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Hapsari (2005) dengan judul
“Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba masa Mendatang
pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEJ”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh aspek modal yaitu CAR, aspek likuiditas yaitu
LDR, ROA secara parsial dan simultan terhadap tingkat pertumbuhan laba
perbankan. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara simultan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Dan secara parsial juga menunjukkan
adanya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Penelitian juga dilakukan oleh Sintya (2010) dengan judul “Pengaruh
Umum Di Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
CAR, NPL, NIM, BO/PO, GWM, dan LDR terhadap pertumbuhan laba pada
bank. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Dan secara parsial setiap variabel bebas tidak
berpengaruh dengan variabel terikat.
2.3Kerangka Konseptual
Konsep adalah abstraksi atau generalisasi suatu realita atau fenomena yang
membutuhkan beberapa kata untuk menjelaskannya (Sumarni,2005). Kegunaan
kerangka konseptual adalah untuk mendesain hipotesis dan pengukuran untuk
menguji hipotesis atau bahkan mungkin akan menciptakan konsep baru untuk
menyatakan pemikiran peneliti.
Menurut Dendawijaya (2005), ada tiga rasio terpenting dalam
menganalisis kinerja bank, yaitu analisis rasio solvabilitas, analisis rasio
rentabilitas (profitabilitas), dan analisis rasio likuiditas. Pada penelitian ini,
masing-masing analisis menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Loan to Asset Ratio
(LAR). Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan tingkat efisiensi
operasional bank yang diukur dengan rasio beban operasional terhadap
pendapatan operasional (BO/PO).
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh
deposito, dan giro (Dendawijaya, 2005: 121). CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.
Tinggi rendahnya nilai CAR suatu bank, akan mempengaruhi kinerja dan
kemampuan bank untuk melaksankan kegiatan operasionalnya. Permodalan yang
kuat akan meningkatkan kepercayaan para nasabah terhadap kinerja bank. Dan hal
ini akan berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan. Semakin tinggi nilai
CAR suatu bank, maka kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan akan
semakin baik, sehingga laba perusahaan pun akan ikut meningkat. Tetapi jika
sebaliknya semakin rendah nilai CAR suatu bank, maka kemampuan kinerjanya
akan sulit dipertahankan, dan laba perusahaan pun akan menurun. Hal lain yang
menyebabkan CAR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah bank mampu
menutupi nilai risiko yang dimiliki sehingga tidak akan mengalami kerugian.
ROA adalah rasio rentabilitas (profitabilitas) yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan (Dendawijaya 2005:118). Dengan demikian, tinggi rendahnya
nilai ROA akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan perbankan.
Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
(laba) yang dicapai bank tersebut dan semakin posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset.
LDR adalah rasio likuiditas yang menyatakan tingkat kemampuan bank
dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan (Riyadi 2003:146). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah
digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio ini,
mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan.
Di lain pihak, kondisi LDR yang tinggi dapat diartikan bahwa jika
pemberian kredit kepada masyarakat semakin tinggi, maka akan mempengaruhi
pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Karena salah satu sumber keuntungan
(laba) bank adalah berasal dari pinjaman kredit. Dengan demikian tinggi
rendahnya LDR juga dapat mempengaruhi perolehan laba, LDR yang tinggi
berarti jumlah kredit yang disalurkan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan
laba meningkat. Tetapi jika sebaliknya, pinjaman kredit menurun diikuti
rendahnya kemampuan untuk melunasi kewajibannya, maka pertumbuhan laba
perusahaan pun akan turun (Hasibuan 2004:100).
LAR (Loan to Asset Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi
permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank
(Dendawijaya 2005:117). Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin
kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi
semakin besar. Jika bank terus berada dalam kondisi seperti ini, maka
pemanfaatan aset yang dimiliki akan kurang maksimal. Hal ini juga akan
berpengaruh pada pertumbuhan laba perbankan, karena aset yang seharusnya
dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan yang lain, hanya dapat digunakan
Efisiensi operasional merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan
produksivitas dan pelayangan bank. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi
biaya dan mengutamakan kinerja bank (Koch, 2003:210). Efisiensi operasional
diindikasikan oleh besarnya beban operasional perusahaan terhadap pendapatan
operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank pada
prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan
menyalurkannya kembali, maka biaya dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya 2005:120). BO/PO
adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional, semakin rendah tingkat rasio BO/PO berarti semakin baik kinerja
bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada
dalam perusahaan (Riyadi 2003:140). Pertumbuhan laba bank juga dipengaruhi
oleh besarnya pendapatan operasional bank dan biaya atau beban operasionalnya.
Semakin tinggi pendapatan operasioanl dibanding dengan biayanya, maka
pertumbuhan laba bank semakin meningkat.
Sumber : Aini (2006), Dendawijaya (2005). Sumarni (2005).
2.4Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on
Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deduktif. Penelitian
deduktif adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui
validasi teori sebagai pedoman untuk memilih, mengumpulkan dan menganalisis
data. Hasil pengujian data digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian,
mendukung atau menolak hipotesis yang dikembangkan dari telaah teoritis.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan menggunakan situs
3.2.2Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan
Maret 2011.
3.3Batasan Operasional
Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahun
2006 sampai dengan tahun 2009. Variabel yang diteliti antara lain Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan
3.4Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan cara mendefinisikan atau menghitung
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun defenisi variabel dalam
penelitian ini antar lain :
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau mengundang
resiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005:121). Rasio ini
juga turut memperhitungkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan
dengan bobot resikonya. Rumus CAR sebagai berikut (Harmono, 2009:116):
CAR= x 100%
b. Return on Asset (ROA)
ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba
(sebelum pajak) dengan total asset bank (Riyadi, 2004:137). Rasio ini
menunjukkan keefisiensian pengelolaan aset dan mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Rumus ROA sebagai berikut (Harmono, 2009:119) :
x 100%
c. Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total
bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan. Rumus LDR sebagai berikut (Riyadi, 2004:146) :
LDR= x 100%
d. Loan to Asset Ratio (LAR)
LAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank
yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Rumus LAR sebagai
berikut (Dendawijaya, 2005:117) :
LAR= x 100%
e. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO)
Beban operasional adalah semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan
usaha bank. Sedangkan, pendapatan operasional adalah semua pendapatan
yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar
telah diterima, (Dendawijaya, 2005: 111). Rumus BOPO adalah sebagai
berikut (Harmono, 2009:120) :
BOPO= x 100%
f. Pertumbuhan laba
Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasikan
yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut. Pertumbuhan laba berarti terjadi kenaikan
atau penurunan dari aktiva dan kewajiban yang diolah dan berpengaruh
Δ Yn=
Target populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2009 dengan
kriteria :
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian
2005-2009.
3. Perusahaan perbankan yang menghasilkan laba selama periode 2005-2009.
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Target Populasi
No Karakteristik target populasi Jumlah a. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
30
b. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian 2005-2009
(11)
C. Perusahaan perbankan yang tidak menghasilkan laba selama periode 2005-2009.
(4)
Jumlah target populasi 15
Sumber : ww.idx.co.id ( September 2010, data diolah)
Berdasarkan kriteria di atas maka target populasi yang diteliti adalah 15
Tabel 3.2
Target Populasi Perusahaan Perbankan yang Diteliti
No Kode Emiten Tanggal
Berdiri
Tanggal Listing
1 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Jul 1970 10 Jul 2006
2 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 25 Apr 1967 01 Jun 2006
3 BBCA Bank Central Asia Tbk 10 Okt 1955 31 Mei 2000
4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 11 Jan 1901 06 Des 1989 5 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 08 Mar 1990 08 Jan 2008
6 BMRI Bank Mandiri Tbk 02 Okt 1998 14 Jul 2003
7 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 10 Jan 1990 29 Agu 1997 8 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 11 Jan 1901 25 Nov 1996 12 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 28 Okt 1992 30 Jun 1999 13 PNBN Pan Indonesia Bank Tbk 17 Agu 1971 29 Des 1982
14 MEGA Bank Mega Tbk Tahun 1969 13 Nov 2007
15 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 7 Sep 1973 1 Jul 1998
Sumber
3.6Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi dokumentasi. Data dikumpulkan dari berbagai data yang relevan dengan
penelitian melalui buku-buku, jurnal, surat kabar, dan data-data internet.
3.7Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui
3.8Metode Analisis Data
3.8.1 Metode Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu metode dimana data-data dikumpulkan dan
dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.
3.8.2 Metode Analisis Statistik
Metode yang digunakan adalah analisis linear berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel-variebel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio
(LAR), dan Beban Operasional terhadap pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan laba dengan rumus :
Y= a + + + + + + e
Keterangan :
Y = Pertumbuhan laba
a = Konstanta
= koefisien regresi variabel
= Capital Adequacy Ratio (CAR)
= Return on Assets (ROA)
= Loan to Deposit Ratio (LDR)
= Loan to Assets Ratio (LAR)
= Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Uji Asumsi Klasik
Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda di atas harus
memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi :
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati
normal atau tidak (Umar, 2008:181). Model regresi yang baik hendaknya
berdistribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui
analisa Kolmogorv-smirnov. Berdasarkan analisis ini, data berdistribusi
normal jika hasil pengujian lebih besar dari nilai signifikan 5% (Situmorang
dkk, 2010:95).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika
terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinearitas yang harus diatasi
(Umar, 2008:177). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas
pada suatu model dapat dilihat dari besarnya Variance Inflation Factor
(VIF) dan nilai Tolerance dengan ketentuan sebagai berikut (Situmorang
dkk, 2010:136) :
Bila VIF > 5, maka terdapat multikolinearitas
Bila VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas
Tolerance > 0,1, maka tidak terjadi multikolinearitas
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain (Umar, 2008:179). Jika varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas melainkan homokedastisitas. Tetapi jika terdapat varians
yang berbeda maka terjadi heteroskedastisitas. Model yang baik adalah
model yang tidak terkena heteroskedastisitas. Alat uji yang digunakan
adalah pendekatan grafik scatterplot. Jika titik-titik yang terlihat menyebar
secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas dan model layak dipergunakan (Situmorang dkk,
2010:103).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif
antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2008:182).
Model yang baik adalah model yang tidak terjadi autokorelasi. Alat penguji
yang digunakan adalah The Breusch-Godfrey (BG) Test. Jika hasil
pengujian menunjukkan bahsa nilai auto yang ditampilkan memiliki
signifikan di atas 5%, maka model tidak terkena autokorelasi (Situmorang
3.8.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan pendekatan sebagai berikut:
a) Uji signifikansi Simultan (uji-F)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikasi pengaruh variabel CAR,
ROA, LDR, LAR, dan BOPO terhadap pertumbuhan laba secara simultan,
yaitu dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel pada tingkat
kepercayaan 5%. Apabila Fhitung > Ftabel maka semua variabel bebas
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Sedangkan uji F
dengan probabilitas value dapat dilihat dari besar probabilitas value
dibandingkan 0,05. H1 akan diterima jika probabilitas < 0,05.
Bentuk pengujiannya sebagai berikut:
H0 : b1, b2, b3, b4, b5 =0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR),
dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H1 : b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposite Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR),
dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b) Uji signifikansi Parsial (uji-t)
Uji ini untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial masing-masing
semua variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan berdasarkan
perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai ttabel
(nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Bentuk
pengujiannya sebagai berikut:
H0 : bi = 0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H1: bi ≠ 0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pada uji-t ini digunakan tingkat signifikan alpha 5%. Jika nilai sig.t >0,05,
maka Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika nilai sig.t
<0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Perusahaan
4.1.1 Bank Bukopin Tbk
a. Sejarah Bank Bukopin
Bank Bukopin yang berdiri sejak tanggal 10 Juli 1970 memfokuskan diri
pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang
masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan
terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan
masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke
segmen komersial dan konsumer.Ketiga segmen ini merupakan pilar bisnis Bank
Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional maupun syariah, yang didukung
oleh sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi,
kompetensi sumber daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan yang baik.
Landasan ini memungkinkan Bank Bukopin melangkah maju dan
menempatkannya sebagai suatu bank yang kredibel. Operasional Bank Bukopin
kini didukung oleh lebih dari 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi di seluruh
Indonesia yang terhubung secara real time on-line. Bank Bukopin juga telah
membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini
berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan
lembaga keuangan mikro.
Keseluruhan kegiatan dan program yang dilaksanakan pada akhirnya
berujung pada sasaran terciptanya citra Bank Bukopin sebagai lembaga perbankan
Keberhasilan membangun kepercayaan tersebut akan mampu membuat Bank
Bukopin tetap tumbuh member hasil terbaik secara berkelanjutan.
b. Visi dan Misi Bank Bukopin
Visi : Menjadi bank yang terpercaya dalam pelayanan jasa keuangan.
Misi : Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, turut berperan
dalam pengembangan usaha menengah, kecil, mikro dan koperasi, serta
meningkatkan nilai tambah investasi pemegang saham dan kesejahteraan
karyawan.
4.1.2 Bank Bumi Arta Tbk
a. Sejarah Bank Bumi Arta Tbk
Bank Bumi Arta yang semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia
didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967 dengan Kantor Pusat Operasional
di Jalan Tiang Bendera III No. 24, Jakarta Barat. Pada tanggal 18 September
1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Penggabungan
usaha tersebut bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan, manajemen
Bank, dan memperluas jaringan operasional Bank. Delapan kantor cabang Bank
Duta Nusantara di Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Yogyakarta
dan Magelang menjadi kantor cabang Bank Bumi Arta. Kantor cabang
Yogyakarta dan Magelang kemudian dipindahkan ke Medan dan Bandar
Lampung hingga saat ini.
Selanjutnya Seiring dengan Kebijaksanaan Pemerintah melalui Paket
untuk mengembangkan usahanya, dan berkat persiapan yang cukup lama dan
terarah dari pengelola bank, maka pada tanggal 20 Agustus 1991 dengan
persetujuan dari Bank Indonesia, Bank Bumi Arta ditingkatkan statusnya
menjadi Bank Devisa. Bank Bumi Arta mulai melayani sendiri transaksi devisa di
Kantor Pusat Operasional Jalan Roa Malaka Selatan sejak tanggal 2 Desember
1991 dan hingga saat ini jaringan bank koresponden internasional Bank Bumi
Arta mencakup sekitar 130 bank di berbagai benua di seluruh dunia.
Pada tanggal 10 Juni 1992, Kantor Pusat Operasional Bank Bumi Arta
dipindahkan dari Jalan Roa Malaka Selatan No. 12 - 14, Jakarta Barat ke Jalan
Wahid Hasyim No. 234, Jakarta Pusat. Untuk memudahkan pengenalan
masyarakat terhadap bank ini, maka pada tanggal 14 September 1992 dengan izin
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia nama Bank Bumi Arta Indonesia
diganti menjadi Bank Bumi Arta.
Untuk memperkuat struktur permodalan, operasional Bank, dan
pengelolaan bank yang lebih profesional dan transparan, berprinsip pada Good
Corporate Gorvanence dan Risk Management, maka pada tanggal 1 Juni 2006
Bank Bumi Arta melaksanakan Penawaran Umum Perdana (IPO/Initial Public
Offering) dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta sebanyak
210.000.000 saham atau sebesar 9,10% dari saham yang ditempatkan, sehingga
sejak saat itu Bank Bumi Arta menjadi Perseroan Terbuka.
b. Visi dan Misi Bank Bumi Arta Tbk
Visi : Menjadi Bank terpercaya yang berlandaskan prinsip kehati-hatian dalam
memberikan pelayanan paripurna kepada nasabah. Terpercaya, yaitu nasabah