• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perekonomian Dan Disparitas Antar Wilayah Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Perekonomian Dan Disparitas Antar Wilayah Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR

WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

CHRISTIN VIVIANA SINAGA 050304018

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

Judul Skripsi : Kajian Perekonomian dan Disparitas Antar Wilayah di Provinsi Sumatera Utara

Nama : Christin Viviana Sinaga

NIM : 050304018

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

(Ir. Luhut Sihombing, MP) (Ir. Thomson Sebayang, MP) Ketua Anggota

Mengetahui,

(3)

RINGKASAN

CHRISTIN VIVIANA SINAGA (050304018/AGRIBISNIS) dengan judul

skripsi ” KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH

DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009

dan dibimbing oleh Bapak. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak. Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan indikator utama dalam melihat keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendaptan, dan tingkat pengangguran. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)dalam wilayah tersebut. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor.

(4)

selain itu ada juga ketimpangan retribusi pembagian APBD dari pemerintah pusat kepada daerah. Oleh karena itu, dengan penelitian ini dapat dilihat sejauh man tingkat pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi yang terjadi di Sumatera Utara serta sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan sumbangan terhadap pendapatan provinsi.

Metode yang digunakan adalah secara sensus yang menjadi objek penelitian adalah meliputi semua kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara sesuai dengan waktu penelitian . Metode analisis yang digunakan adalah Klassen Typology, One-Way anova, Indeks Williammso, Shift-Share dan Regresi Linier Berganda. Dari hasil

penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 didominasi oleh Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi sebagai Wilayah Maju.

2) Terdapat perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Pantai Barat , tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dan tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

3) Secara serempak terdapat pengaruh pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara dan secara parsial hanya pertumbuhan PDRB yang mempengaruhi disparitas. 4) Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara antar daerah

(5)

kompetitif terbesar adalah Labuhan Batu sedangkan kabupaten yang kehilangan keunggulan kompetitif terbesar adalah Asahan, sektor ekonomi yang memiliki dampak bauran positif adalah sektor bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. 5) Terdapat Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Pendapatan

Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.

(6)

RIWAYAT HIDUP

CHRISTIN VIVIANA SINAGA, lahir di

Aceh Timur pada tanggal 09 Desember 1986 anak dari Ayah Dj.Sinaga dan Ibu K.br Situmorang. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 1 No.101887 Tanjung

Morawa tamat pada tahun 1999

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Tanjung Morawa, tamat pada tahun 2002

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menegah Umum di SMU Negeri 1 Tanjung Morawa, tamat pada tahun 2005

4. Tahun 2005 diterima di departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

5. Bulan Juni – Juli 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Dolok Tolong, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ” KAJIAN PEREKONOMIAN DAN

DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA.”

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakulta Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak.

Ir Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak. Ir.

Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

membantu saya dalam penyempurnaan skripsi ini, Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP,

FP-USU..., seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha K’Lisbet, K’ Runi dan K’ Yani yang banyak membantu dalam administrasi di Departemen SEP, FP-USU, serta seluruh instansi terkait dengan penelitian ini, atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

(8)

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan saya khususnya Balha, Evha, Maya, Baher dan Bamer yang turut mendukung, membantu dan mendoakan penulis dan teman-teman stambuk 2005 yang lain dan buat seseorang yang telah banyak membantu dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini Love You So Much Honey...terima kasih atas doa-doanya...God Bless Us.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2009

(9)

DAFTAR ISI

RINGKASAN...i

RIWAYAT HIDUP...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

I. PENDAHULUAN...1

Latar Belakang dan Permasalahan... 1

Identifikasi Masalah... 6

Tujuan Penelitian... 7

Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8

2.1. Tinjauan Pustaka... 8

2.2. Landasan Teori... 17

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 21

2.4. Kerangka Pemikiran... 25

2.5. Hipotesis Penelitian... 26

III. METODE PENELITIAN... 27

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 27

Metode Pengumpul Data... 27

Metode Analisis Data... 28

(10)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN... 38

Kondisi Geografis Wilayah Sumatera Utara... 38

Kependudukan... 40

Sarana dan Prasarana Daerah... 43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN... 44

Tingkat Perkembangan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara (2001-2007) ... 44

Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi Dan Wilayah Pantai Barat di Provinsi Sumatera Utara... 53

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara... 65

Analisis Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara... 73

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara... 89

Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap Pertumbuhan Perekonomian Daerah (rPDRB) di Provinsi Sumatera Utara ... 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 99

Saran...100

(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul

Hal

1. Klassen Typology (Tipologi Klassen)...29

2. Sebaran Daerah Penelitian di Daerah Sumatera Utara ( Tahun 2007)...40

3. Rasio nilai PDRB dan rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupaten/kota di Sumatera Utara...45

4. Kategori Perekonomian Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Typologi Klassen...47

5. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007)... 49

6. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007) ... 52

7. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007)... 55

8. Pertumbuhan PDRB kabupaten di Wilayah Pantai Timur di Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2002-2007)... 58

9. Pertumbuhan PDRB kabupaten di Wilayah Dataran Tinggi di Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2002-2007)... 60

10. Pertumbuhan PDRB kabupaten di Wilayah Pantai Barat di Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2002-2007)... 62

11. Analysis Of Variance PDRB Per Kapita Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat...54

12. Indeks Disparitas dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2007...65

13. Indeks Disparitas Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur...66

14. Indeks Disparitas Kabupaten/Kota Wilayah Dataran Tinggi...67

15. Indeks Disparitas Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Barat...69

16. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Wilayah di Provinsi Sumatera Utara...71

17. Provincial share per sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar Tahun 2001-2007...76

18. Proportional Shift per Sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar Tahun 2001-2007...79

19. Differensial Shift per Sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar tahun 2001-2007...82

20. Total Change per Sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar Tahun 2001-2007...85

(12)

22. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap

Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara...89 23. Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap

Pertumbuhan Perekonomian Daerah (rPDRB) di

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul No.

Lamipran

1. Rata-rata nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Sumatera Utara,

Atas Harga Konstan 2000...1 2. Pertumbuhan PDRB setiap kaupaten/kota di Sumatera Utara,

Atas Harga Konstan 2000...2 3. Analysis Of Variance PDRB Per Kapita Wilayah Pantai Timur,

Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat...3 4. Indeks Disparitas Sumatera Utara tahun 2001(Indeks Wiliammson)...4 5. Indeks Disparitas berdasarkan orientasi wilayah di Sumatera Utara

tahun 2001(Indeks Wiliammson)...5 6. Jumlah dan pertumbuhan penduduk di provinsi Sumatera Utara

tahun 2001-2007...6 7. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk

terhadap Indeks Disparitas Wilayah di Provinsi Sumatera Utara...7 8. Shift-share sektor Ekonomi da Sumatera Utara tahun 2001-2007,

atas harga konstan 2000...8 9. Location Quentient Sektor Ekonomi di Sumatera Utara

tahun 2001-2007...9 10. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap

Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara...10 11. Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD)

terhadap Pertumbuhan Perekonomian Daerah (rPDRB)

(14)

RINGKASAN

CHRISTIN VIVIANA SINAGA (050304018/AGRIBISNIS) dengan judul

skripsi ” KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH

DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009

dan dibimbing oleh Bapak. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak. Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan indikator utama dalam melihat keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendaptan, dan tingkat pengangguran. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)dalam wilayah tersebut. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor.

(15)

selain itu ada juga ketimpangan retribusi pembagian APBD dari pemerintah pusat kepada daerah. Oleh karena itu, dengan penelitian ini dapat dilihat sejauh man tingkat pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi yang terjadi di Sumatera Utara serta sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan sumbangan terhadap pendapatan provinsi.

Metode yang digunakan adalah secara sensus yang menjadi objek penelitian adalah meliputi semua kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara sesuai dengan waktu penelitian . Metode analisis yang digunakan adalah Klassen Typology, One-Way anova, Indeks Williammso, Shift-Share dan Regresi Linier Berganda. Dari hasil

penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 didominasi oleh Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi sebagai Wilayah Maju.

2) Terdapat perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Pantai Barat , tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dan tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

3) Secara serempak terdapat pengaruh pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara dan secara parsial hanya pertumbuhan PDRB yang mempengaruhi disparitas. 4) Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara antar daerah

(16)

kompetitif terbesar adalah Labuhan Batu sedangkan kabupaten yang kehilangan keunggulan kompetitif terbesar adalah Asahan, sektor ekonomi yang memiliki dampak bauran positif adalah sektor bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. 5) Terdapat Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Pendapatan

Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Permasalahan

Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan dilaksanakan di daerah-daerah, baik yang bersifat sektoral maupun regional. Ini berarti bahwa Rencana Pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan di daerah, yang saling menunjang dan melengkapi satu sama lainnya dalam mewujudkan pembangunan negara secara keseluruhannya Hal ini sangatlah penting mengingat perencanaan pembangunan daerah dengan pendekatan wilayah memerlukan kerja sama antar daerah untuk mencapai keuntungan dan manfaat bersama. Dengan kerja sama antar daerah yang baik akan menghasilkan efisiensi yang tinggi dan daerah-daerah yang terlibat kerja sama akan mampu bersinergi dan hasilnya akan jauh lebih baik dari apa yang

diperoleh jika pembangunan daerahnya dilakukan sendiri-sendiri ( Kammaludin, 1999).

(18)

sendiri kurang diperhatikan, sehingga mengakibatkan timbulnya disparitas pendapatan di masyarakat (Tambunan, 2001).

Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembanguan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah, bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah dan proses penjalaran pertumbuhan merupakan hal yang penting (Deliarnov, 2007).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara relatif tinggi, tetapi pertumbuhan tersebut juga diiringi oleh disparitas antar wilayah yang semakin relatif besar. Strategi pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara masih mengacu pada pertumbuhanekonomi ( growth oriented strategy ), belum mengacu kepada pemerataan pembangunan yang semakin baik ( growth oriented strategy with distribution ) ( Sirojuzilam, 2008).

(19)

Wilayah Dataran Tinggi. Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil (Bapedda, 2008).

Kegiatan ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Utara secara garis besar terkonsentrasi di Wilayah Pantai Timur, sedangkan di bagian tengah, Wilayah Pantai Barat , dan kepulauan di sekitar propinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan bertambahnya kesenjangan antar wilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatnya pengembangan wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertumbuhan perkotaan di wilayah-wilayah yang masih ketinggalan agar menjadi pusat pertumbuhan untuk mendorong perekonomian di wilayah tersebut sehingga dapat mengurangi kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antar wilayah di propinsi ini (Bapedda, 2008).

(20)

yang selama ini diupayakan adalah bagaimana mengejar ketertinggalan Kawasan Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara dari kawasan lainnya (Kawasan Wilayah Pantai Timur dan Kawasan Wilayah Dataran Tinggi) salah satunya dengan meningkatkan aksesibilitas ke kawasan tersebut dengan memperlancar hubungan transportasi (Bapedda, 2008).

Pembangunan khususnya bidang ekonomi ditempatkan dalam urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usaha-usaha pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Secara bertahap diusahakan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan (Sirojuzilam, 2008).

(21)
(22)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat di rumuskan permasahan pokok sebagai berikut :

1) Bagaimana tingkat perkembangan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007?

2) Bagaimana perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007?

3) Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara?

4) Bagaimana struktur ekonomi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara antar daerah kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007?

5) Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah (APBD) terhadap perekonomian daerah di provinsi Sumatera Utara?

(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

2) Untuk mengukur perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

3) Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara? 4) Untuk mengukur struktur ekonomi kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara

di kabupaten/ kota dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

5) Untuk mengukur pengaruh pengeluaran pemerintah (APBD) terhadap perekonomian daerah di provinsi Sumatera Utara.

6) Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan pengeluaran pemerintah (rAPBD) terhadap pertumbuhan perekonomian daerah (rPDRB) di provinsi Sumatera Utara.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

(24)

3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yamg membutuhkan dan ingin meneruskan penelitian ini dimasa mendatang.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Hicks dalam kutipan Azulaidin (2003), menarik kesimpulan dari perbedaan yang umum terdapat dalam konteks perkembangan dan pertumbuhan. Pendapat tersebut diperjelas dengan mengatakan bahwa perkembangan ekonomi mengacu pada masalah negara-negara dengan ekonomi yang terbelakang, sedangkan pertumbuhan lebih mengacu pada masalah di negara-negara maju.

Schumpeter seperti dikutip oleh Sukirno (2003) mengemukakan perbedaan yang lebih tegas tentang perkembangan yang merupakan perubahan secara spontan dan terputus-putus dalam keadaan statisioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk

(26)

Proses terjadinya pertumbuhan wilayah dipengaruhi berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, dimana pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan jenis barang-barang ekonomi untuk penduduk. Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan dimana hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai di lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah ( Sirojuzilam, 2008).

Pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan dan perubahan distribusi pendapatan. Tetapi peningkatan pendapatan tidak akan banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sedangkan peningkatan pendapatan dalam arti meningkatkan pemerataan pendapatan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nyata (Kamaluddin, 1983).

2.1.2. Penduduk

Peranan penduduk dalam perekonomian sangat nyata, sesuai dengan asumsi klasik bahwa jumlah penduduk mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Karena jumlah penduduk yang besar merupakan gambaran pasar yang luas dan jaminan tersedianya input faktor produksi. Tersedianya pasar yang luas serta input produksi yang banyak merupakan pendorong bagi keberlangsungan produksi. Namun jumlah penduduk yang besar juga merupakan hambatan bagi pertumbuhan ekonomi apabila tidak terjadi adanya akumulasi kapital (Sirojuzilam, 2008).

(27)

yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan menggerakan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomis (economics of scale) produk yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya merangsang tingkat output atau produksi agregat yang lebih tinggi lagi (Sirojuzilam, 2008).

Masalah besar dari kependudukan adalah kepadatan penduduk, dan selalu menjadi problema tersendiri bagi suatu wilayah karena akan memunculkan masalah lain seperti: permukiman, penyediaan lapangan pekerjaan, sarana dan prasarana, dan masalah sosial lainnya. Berbagai studi empiris yang telah dilakukan oleh Amstrong dan Taylor, membuktikan bahwa kepadatan penduduk dapat memberikan efek positif ataupun negative terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika sebagian besar penduduk (seperti: penduduk usia lanjut, anak-anak, dan para penganggur) tidak ikut berpartisipasi terhadap aktifitas ekonomi regional maka pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya alam, dan kapasitas produksi yang terpasang, dalam masyarakat yang bersangkutan (Abipraja, 2002).

(28)

penduduk yang memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selain jumlah penduduk juga distribusi penduduk yang serasi diharapkan dapat menunjang pembangunan ekonomi nasional secara lebih mantap dan terarah. Kemajuan pembangunan ekonomi nasional diukur dari hasil produksi menurut sektor dan pembangunan kependudukan nasional dilihat dari jumlah penduduk menurut wilayah dan kaitan antara produksi menurut sektor dan penduduk di berbagai wilayah dicerminkan oleh alokasi kegiatan ekonomi di berbagai wilayah dan kapasitas penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor (Adisasmita, 2005).

2.1.3. Konsep Disparitas

Disparitas merupakan kondisi perlu bagi percepatan pertumbuhan ekonomi pada awal pembangunan. Disparitas antara daerah di Indonesia yang didekati dengan disparitas pendapatan antar daerah (Indeks Williamson) yang mencerminkan disparitas pada tingkat pembangunan ekonomi suatu daerah. Wilayah Pulau Jawa yang memiliki disparitas yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lain sangat mungkin terjadi efisiensi yang cukup baik, karena investasi masih terkonsentrasi di Jawa, terjadi aglomerasi melalui lokalisasi maupun urbanisasi di Jawa, dan tersedianya tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan cukup baik (Abipraja, 2002).

(29)

yang kurang berkembang ke wilayah yang lebih maju dan kebijaksanaan pemerintah dapat menyebabkan peningkatan kesenjangan wilayah (Abipraja, 2002).

Karvis dan Oshima menyajikan data yang mendukung Hipotesis Kuznet bahwa pada awalnya pertumbuhan meningkatkan tingkat disparitas, dan alasannya adalah bahwa perubahan struktur ekonomi menyebabkan peningkatan dalam tingkat disparitas. Dalam penelitiannya juga ditemukan bukti bahwa ekonomi dengan distribusi pendapatan yang tidak merata pembangunannya mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan dengan pemerataan pendapatan yang relatif baik (Abipraja, 2002).

Pertumbuhan ekonomi harus direncanakan secara komprehensif dalam, upaya terciptanya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian maka wilayah yang awalnya miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi lebih produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi inilah kemudian dikenal dengan istilah “redistribution with growth”. Pertumbuhan ekonomi daerah yang bebeda-beda intensitasnya akan menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah (Sirijuzilam, 2008).

2.1.4. Struktur Ekonomi

(30)

nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan penyediaan bahan pangan (Sirozujilam, 2008).

Menurut Bendavid analisis Shift-Share adalah salah satu bentuk teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu :

1. Provincial share (Sp), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sarna dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap provinsi tetap.

2. Proportional (Industry-Mix) Shift adalah pertumbuhan Nilai Tambah Bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat provinsi.

3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang sarna di tingkat provinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat (Ghalib, 2005).

(31)

kehutanan dan perikanan. Sektor pengolahan meliputi pertambangan dan penggalian, industri manufaktur, listrik, gas dan air minum, konstruksi dan bangunan. Sektor pelayanan meliputi perdagangan, hotel dan restoran, tranportasi dan komunikasi, jasa keuangan dan jasa sosial lainnya (Azulaidin, 2003).

2.1.5. Perhitungan Pendapatan

Pendekatan perhitungan pendapatan yang paling penting dan secara luas digunakan adalah pendekatan pengeluaran. Persamaan perhitungan pendapatan dengan pendekatan pengeluaran, yaitu :

Y = C + I + G + (X-M)

Perhitungan ini membagi ekonomi pendapatan ke dalam 4 sektor yaitu : 1) Konsumsi rumah tangga (C)

2) Investasi atau pembentukan modal swasta (I) 3) Pengeluaran Pemerintah (G)

4) Ekspor Netto (X-M)

(32)

yang terdapat dalam APBN atau APBD, dimana sebenarnya seluruh angka-angka pada APBD merupakan investasi pemerintah (public investment) (Widodo, 2006).

(33)

2.2. Landasan Teori

Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi menggambarkan tentang kenaikan riil dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku belum tentu menghasilkan pembangunan ekonomi dan peningkatan dalam kesejahteraan (pendapatan) masyarakat. Hal ini disebabkan karena bersamaan dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi akan berlaku pula pertambahan penduduk. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi selalu rendah dan tidak melebihi tingkat pertambahan penduduk, pendapatan rata-rata masyarakat (pendapatan perkapita) akan mengalami penurunan. Apabila dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi sama dengan pertambahan penduduk, maka perekonomian negara tersebut tidak mengalami perkembangan dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mengalami kemajuan (Sukirno, 2006)

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambanhan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan ( Tarigan, 2004a).

(34)

daerah. Myrdal dan Friedman dalam Sirojuzilam, (2008) menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan daerah akan menuju kepada divergensi.

Hirschman dalam Sirojuzilam, (2008) mengemukakan konsep pengembangan wilayah yaitu dalam suatu wilayah atau daerah yang cukup luas hanya terdapat beberapa titik pertumbuhan (growth center), dimana industri berada pada suatu kelompok daerah tertentu sehingga menyebabkan timbulnya daerah pusat dan daerah belakang (hinterland). Untuk mengurangi ketimpangan ini perlu memperbanyak titik-titik pertumbuhan baru.

Growth Poles Theory adalah salah satu teori yang dapat menggabungkan antara

prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentarlisasi sekaligus. Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah. Selain itu teori ini juga menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu (Sirojuzilam, 2008).

Konsep Growth Poles Theory ini berasal dari salah satu ahli perencanaan yang bernama Perroux. Menurutnya, suatu pusat pengembangan didefenisikan sebagai suatu konsentrasi industri pada suatu tempat tertetu yang kesemuanya saling berkaitan melalui hubungan antara input dan output dengan industri utama (propulsive industey). Konsentrasi dan saling berkaitan merupakan dua faktor penting pada setiap

(35)

aglomeration economics yang dapat menunjang pertumbuhan industri-industri yang

bersangkutan melalui penurunan ongkos produksi (Sirojuzilam, 2008).

Pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, Pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar ( daerah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang memiliki banyak fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik ( pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut (Tarigan, 2004b).

Kuznest seperti dikutip oleh Azulaidin (2003), mengemukakan hipotesis Neo-Klasik tentang ketimpangan wilayah ( regionnal disparity) mengikuti suatu pola yang berbentuk huruf U terbalik, dimana pada permulaan proses pembangunan ketimpangan wilayah akan cenderung meningkat (divergence). Akan tetapi apabila pembangunan berlanjut terus dan mobilitas modal serta tenaga kerja telah lancar, barulah ketimpangan wilayah mulai berkurang (convergence).

(36)

menurun. Kuznest menyebutkan bahwa di antara faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi pola ini, terdapat dua faktor penting, yaitu terpusatnya modal pada kelompok pendapatan tinggi dan pergeseran penduduk dari sektor pertanian tradisional menuju sektor industri modern (Abipraja, 2002).

Menurut Dornbusch, Fisher dan Startz dalam kutipan Sitohang (2006), pengurangan ketimpangan (konvergensi) terjadi jika negara atau daerah yang dengan tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat tabungan dan akses ke fungsi produksi yang sama, akan mencapai tingkatan pendapatan yang sama. Artinya jika terjadi perbedaan atau ketimpangan pada tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat tabungan, dan akses produksi yang sama, maka akan menyebabkan ketimpangan pendapatan antar daerah yang dimaksud.

Menurut Hirschman , seperti dikutip oleh Azulaidin (2003) bila terjadi pembangunan di suatu wilayah akan terdapat daya tarik kuat yang menciptakan konsentrasi pembangunan dan tergantung pada potensi wilayah yang dimiliki masing-masing wilayah. Sedangkan Esmara seperti dikutip oleh Azulaidin (2003) menyatakan konsep pusat pertumbuhan sebagai alat perumusan kebijaksanaan yang seringkali menjadi pertentangan antara kepentingan wilayah dan nasional terutama dalam penentuan lokasi dan dapat menimbulkan pertumbuhan yang tidak seimbang.

(37)

akan terkonsentrasikan di wilayah-wilayah yang sudah modern. Atau dengan kata lain pertumbuhan di wilayah yang sudah modern akan lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lain. Pada negera-negara berkembang dimana sektor pertanian masih mendominasi, tingkat disparitas sangat kecil. Ketika kemudian pada awal pembangunan terjadi industrialisasi, menyebabkan tingkat disparitas akan meningkat (Abipraja, 2002).

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

Sjafrizal (1997) dalam kutipan Azuladin (2003) menemukan bahwa penyebaran penduduk yang tidak merata dan kegiatan ekonomi yang terlalu bersifat ke wilayah perkotaan menyebabkan terdapatnya ketimpangan wilayah Indonesia. Perbedaan yang tinggi dalam kepadatan antara Jawa dan Wilayah Indonesia Bagian Barat dengan wilayah lainnya mengakibatkan perbedaan pendapatan dan pertumbuhan antar wilayah di Indonesia.

Irfan (1998) dalam kutipan Azuladin (1998) menyimpulkan faktor dominan penyebab terjadinya ketimpangan wilayah di Indonesia adalah perbedaan produktivitas tenaga kerja dan menemukan di Provinsi Sumatera Utara faktor kepadatan penduduk berpengaruh positif, sedangkan keuntungan lokasi dan produktivitas tenaga kerja menurunkan angka ketimpangan wilayah.

(38)

13 kabupaten/kota teratas memiliki PDRB per kapita yang sangat tinggi. Daerah-daerah ini memiliki kekhususan dalam hal karakteristik ekonominya, yang biasa digolongkan menjadi daerah kantong industri, perdagangan dan jasa.

Azulaidin (2003) dalam penelitiannya yang menganalisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar wilayah pembangunan di Sumatera Utara berkesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh jumlah penduduk, PMDN (Penanaman Modal dalam Negeri) dan pengeluaran pemerintah. Kabupaten yang memiliki tingkat ketimpangan ekonomi terbesar adalah Asahan, Medan dan Labuhan Batu. Yang memiliki ketimpangan ekonomi rendah adalah Langkat, Tebing Tinggi dan Tapanuli Selatan. Sedangkan sektor pertanian menjadi sektor basis di semua kabupaten di Sumatera Utara. Sedangkan kota-kota yang tidak memiliki basis di sektor pertanian kecuali Kota Tanjung Balai. Sektor pengolahan menjadi basis ekonomi di Kota Pematang Siantar, Medan, Binjai dan Kabupaten Asahan.

2.4. Kerangka Pemikiran

Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembangunan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan ekonomi wilayah.

(39)

yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan perekonomian. Dalam menghitung pendapatan regional ini, hanya diperlukan konsep domestik. Ini menunjukan bahwa seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/ lapangan usaha di suatu wilayah dihitung tanpa memperhatikan kepemilikan faktor produksi.

Penduduk merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, dimana penduduk merupakan faktor utama dalam menentukan banyaknya permintaan bahan konsumen yang perlu disediakan. Begitu juga fasilitas umum yang perlu dibangun di suatu wilayah dan jumlah penduduk dapat dilihat sebagai faktor produksi yang dapat dialokasikan untuk berbagai kegiatan sehingga dapat dicapai nilai tambah yang maksimal bagi suatu wilayah tersebut.

Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda intensitasnya menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Dalam teori pembangunan seimbang adakalanya pembangunan yang seimbang dimaksudkan sebagai pembanguan berbagai sektor ekonomi secara serentak sehingga berbagai sektor ekonomi menciptakan pasar bagi sektor lain.

(40)

barang-barang dan jasa-jasa tetapi juga harus menjamin pembagiannya secara lebih merata kepada segenap lapisan masyarakat.

(41)

Skema Kerangka Pemikiran

Kajian Perekonomian Daerah di Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Keterangan :

Menyatakan Pengaruh dan Keterkaitan Struktur

Ekonomi

Tingkat Disparitas

KECENDRUNGAN PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN EKONOMI

WILAYAH

Indikator Utama Keberhasilan Pembangunan Pertumbuhan

Ekonomi

PDRB

( Produk Domestik Regional Bruto)

Typologi Perkembangan

Wilayah

(42)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka berikut ini diajukan beberapa hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

1) Tingkat perkembangan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 adalah relatif tinggi.

2) Perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 adalah signifikan.

3) Terdapat pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

4) Terdapat Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007. 5) Terdapat Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap

(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara dan yang menjadi objek penelitian adalah meliputi semua kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara berdasarkan sensus ( Sugiyono, 2007)

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi seperti Biro Pusat Stastistik Sumatera Utara, literatur- literatur dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.

Data yang dibutuhkan, antara lain adalah :

1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2001-2007 dalam Juta Rupiah.

2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2001-2007 dalam Rupiah. 3) Jumlah penduduk menurut kabupaten/ kota selama tahun 2000-2007.

4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing kabupaten/ kota selama tahun 2001-2007 atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha dalam Juta Rupiah.

(44)

6) Angaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2001-2007 dalam Rupiah.

3.3. Metode Analisa Data

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan pertama adalah alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) yang berdasarkan pendekatan melalui 1 (satu) indikator,

yaitu matriks seperti di bawah ini (Sirojuzilam, 2008) :

Secara matematis tipologi klassen dapat diuraikan sebagai berikut :

Ui1 – Ui0

Laju pertumbuhan pendapatan perkapita daerah Ui0

U1 – U0

Laju pertumbuhan pendapatan perkapita nasional U0

Yi = Ui1 – Ui0 - U1 – U0

………(1) Ui0 U0

Xi = Ui

……….(2) U

Keterangan :

Ui =Pendapatan Perkapita daerah

U = Pendapatan perkapita nasional

Uii = Pendapatan Perkapita daerah I pada tahun to

Ui1 = Pendapatan perkapita daerah I pada tahun t1

Uo = Pendapatan Perkapita nasional pada tahun to

(45)

Tabel 1 : Klassen Typology (Tipologi Klassen) Besar PDRB perkapita

Pertumbuhan PDRB

Rasio PDRB perkapita setiap kabupaten / kota terhadap rata-rata perkapita provinsi

Rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupaten / kota terhadap pertumbuhan PDRB provinsi

Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

(1) Wilayah cepat-maju dan cepat-tumbuh adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara;

(2) Wilayah maju tapi tertekan atau Lamban adalah daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara;

(3)Wilayah rendah atau berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara;

(46)

Dikatakan “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan digolongkan “rendah” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan ke -2 (dua) adalah metode uji beda One-Way Anova. Untuk menguji apakah ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara ketiga Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dengan menggunakan SPSS 16. Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut :

µ1 = variabel 1 ( pendapatan perkapita rata-rata Wilayah Pantai Timur)

µ2 = variabel 2 ( pendapatan perkapita rata-rata Wilayah Dataran Tinggi)

µ3 = variabel 3 ( pendapatan perkapita rata-rata Wilayah Pantai Barat )

s1 = simpangan baku variabel I

s2= simpangan baku variabel 2

s3= simpangan baku variabel 3

n1 = Jumlah sampel variabel 1

n2 = Jumlah sampel variabel 2

(47)

Kriteria uji :

t-hit ≤ t-tabel...H0 diterima (H1 ditolak) t-hit > t-tabel...H0 ditolakj (H1 diterima)

Keterangan :

H0 = Tidak ada perbedaan pendapatan perkapita rata-rata antar ketiga wilayah

H1 = Ada perbedaan pendapatan perkapita rata-rata antar ketiga wilayah

(Djalal, 2002).

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan ke-3 (ketiga) adalah alat analisis Indeks Wiliammson yang berdasarkan pendekatan melalui 1 (satu) indikator. Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut ( Sirojuzilam, 2008) :

Pi Σ ( Yi – Y )2

p 0 < Vw < 1 Vw =

Y Keterangan :

Yi = pendapatan perkapita daerah i

Y = pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara

Pi = jumlah penduduk daerah i

p = jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara

Nilai Vw : Vw = 0 artinya tidak ada ketimpangan atau disparitas

Vw = 1 artinya ketimpangan atau disparitas sangat tinggi

(48)

Yi = b0 + b1X1 + b2X2 Keterangan :

Yi = Tingkat disparitas

b0 = Koefisien Intercept

b1, b2 = koefisien arah regresi (slope)

X1 = pertumbuhan penduduk

X2 = pertumbuhan ekonomi

Proses selanjutnya adalah melakukan pembuktian hipotesis dengan teknik analisis sebagai berikut :

Uji regresi secara Simultan (Uji F)

Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas dimana :

Ho : βi = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh erhadap variabel tidak bebas. Hi : βi ≠ 0, artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Fhitung dibandingkan dengan Ftabel pada derajat signifikan 5%. Bila Fhitung≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Ini menjelaskan bahwa variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Bila Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, ini berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Uji Regresi secara Partial (Uji t)

(49)

Ho : β i = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap variabel tidak bebas.

Hi : β i ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai thitung masing-masing variabel

bebas dengan ttabel pada signifikan 5%. Bila nilai thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan

Hi diterima, berarti variabel bebas memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap

variabel terikat. Sebaliknya jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak,

berarti secara parsial tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.

Alat Analisis yang digunakan untuk tujuan ke – 4 (empat) digunakan formulasi Shift-Share, yaitu :

Dampak nyata pertumbuhan ekonomi daerah: (1) Dij = Nij + Mij + Cij atau Dij = Eij * - Eij Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional

(2) Nij = Eij X rn

Pengaruh bauran industri: (3) Mij = Eij (rin– rn)

Pengaruh keunggulan kompetitif: (4) Cij = Eij (rij–rin)

Keterangan :

Eij adalah kesempatan kerja di sektor i daerah j

(50)

rin adalah laju pertumbuhan sektor i nasional

rn adalah laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan ke- 5 (lima) dan ke-6 (enam) digunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dengan metode Ordinary Least Squre (OLS) dengan alat Bantu SPSS 16.

Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut : Yi = b0 + b1X1

Keterangan :

Yi = Variabel Terikat

b0 = Koefisien Intercept

b1 = koefisien arah regresi (slope)

X1 = variable bebas

harga b1 dapat dihitung dengan rumus :

JKxx

Dengan proses pengujian t adalah

xx Dengan ketentuan: jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

(51)

3.4. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan opersional.

3.4.1 Defenisi :

1) PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

2) PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya sebagai keseluruhan nilai tambah Bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah.

3) Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang diterima oleh masing-masing perkepala penduduk dimana pendapatan tersebut dihasilkan dengan membagi pendapatan regional/produk regional neto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

4) Perkembangan ekonomi adalah suatu keadaan yang memerlukan dan melibatkan semacam pengarahan dan pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasan dan pemeliharaan atau perubahan nilai kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu sama.

(52)

ekonomi secara keseluruhan tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan, salah satunya dengan kemudahan mendapatkan kesempatan kerja.

6) Sektor basis atau unggulan adalah kegiatan yang bersifat tidak terikat pada kondosi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jesis pekerjaan lain.

7) Sektor non-basis atau non-unggulan adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri yang bergantung kepada kodisi umum perekonomian wilayah tersebut secara keseluruhan.

8) Pertumbuhan penduduk adalah suatu keadaan yang menunjukkan perubahan jumlah penduduk yang menetap di suatu wilayah pada tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

(53)

3.4.2. Batasan Operasional :

1) Penelitian ini mengenai tingkat perkembangan ekonomi, tingkat perbedaan pendapatan, pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap tingkat disparitas, dan struktur ekonomi Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 7 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007.

2) Data yang digunakan dari kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara yang dibagi kedalam 3 wilayah yaitu Wilayah Pantai Barat yang terdiri dari Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Sibolga dan Padang Sidimpuan, Wilayah Dataran Tinggi yang terdiri dari Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir dan Pematang Siantar dan Wilayah Pantai Timur yang terdiri dari Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai.

3) PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) yang digunakan PDRB harga konstan tahun 2000.

(54)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis Wilayah Sumatera Utara

4.1.1. Luas Wilayah

Provinsi Sumatera Utara ditetapkan sebagai satu provinsi pada tanghgal 15 April 1948 sebagai realisasi Undang-Undang No. 10 tahun 1948. Provinsi Sumatera Utara terletak di Pulau Sumatera diantara 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia, dengan posisi geografis antara 10 - 40 LU dan 980 - 1000 BT. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Wilayah Pantai Timur dan 156 pulau di Wilayah Pantai Barat .

4.1.2. Topografis

(55)

Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.

4.1.3. Iklim

Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78% - 91%, Curah hujan (800-4000) mm / Tahun dan penyinaran matahari 43%.

4.1.4. Batas Administrasi

Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan Internasional, dekat dengan dua Negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) provinsi, dengan batas sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat. 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

(56)

Seiring dengan laju perkembangan pemekaran wilayah Kabupaten / Kota di wilayah Sumatera Utara yang begitu pesat, sampai tahun 2008 jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara telah bertambah jumlahnya menjadi 28 Kabupaten / Kota yang terdiri dari 21 Kabupaten dan 7 Kota, dengan Ibukota Provinsinya di kota Medan dengan luas total luas wilayah adalah 265 Km2. Berdasarkan pendekatan pembanguna wilayah, propinsi Sumatera Utara dikelompokkan menjadi 3 wilayah, yaitu : Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat . Selanjutnya terlihat pada tabel berikut :

4.2. Kependudukan

Tabel 2. : Sebaran Daerah Penelitian di Daerah Sumatera Utara ( Tahun 2007) Oriented I. Pantai Timur 1. Labuhan Batu

2. Asahan

JUMLAH 71680,84 12834371

(57)

Pada tahun 2000, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berjumlah 11.513.973 jiwa sedangkan pada tahun 2007, penduduk Provinsi Sumatera Utara bertambah jumlahnya menjadi 12.834.371 jiwa. Berdasarkan struktur usia, secara keseluruhan penduduk Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33,68 persen berusia dibawah 15 Tahun; 42,06 persen wanita usia subur dan 18,17 persen usia diatas 45 Tahun (termasuk 3,3 persen diatas 64 Tahun).

Distribusi penduduk Provinsi Sumatera Utara berdasarkan wilayah pembangunan adalah sebagai berikut :

1) Wilayah Pantai Timur dengan luasnya 24.921,99 Km² (34,77 %). Pada Tahun 2003, Jumlah Penduduk 7.378.654 Jiwa (62,06 %), kepadatan ± 296 Jiwa/Km². Pada Tahun 2007, Jumlah Penduduk 8.020.815 Jiwa (62,49 %), kepadatan ± 322 Jiwa/Km².

2) Wilayah Dataran Tinggi luasnya 20.569,62 Km² (28,70%). Pada Tahun 2003, Jumlah Penduduk 2.321.900 Jiwa (19,53 %), kepadatan ± 113 Jiwa/Km². Pada Tahun 2007, Jumlah Penduduk 2.459.901 Jiwa (19,17 %), kepadatan ± 120 Jiwa/Km².

3) Wilayah Pantai Barat dengan luas 26.189,07 Km² (36,54%). Pada Tahun 2003, Jumlah Penduduk 2.189.845 Jiwa (18,42 %), kepadatan ± 84 Jiwa/Km². Pada Tahun 2007, Jumlah Penduduk 2.353.655 Jiwa (18,34 %), kepadatan ± 90 Jiwa/Km².

4.2.1. Suku Bangsa

(58)

Provinsi Sumatera Utara memiliki 7 etnis serta 5 etnis pendatang yang tersebar pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Adapun distribusi penduduk berdasarkan suku bangsa dan agama di daerah Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Jumlah dan persentase menurut suku/etnis asli daerah Sumatera Utara sebanyak 7 (tujuh) suku/etnis yaitu meliputi :

 Melayu sebanyak 674.122 orang atau 5,86 %  Karo sebanyak 585.173 orang atau 5,09 %

 Simalungun sebanyak 234.515 orang atau 2,04 %  Tapanuli/Toba sebanyak 2.948.264 orang atau 25,62 %  Mandailing sebanyak 1.296.518 orang atau 11,27 %  Pakpak sebanyak 83.866 orang atau 0,73 %

 Nias sebanyak 731.620 orang atau 6,36 %.

Sedangkan suku/etnis pendatang meliputi :

 Jawa sebanyak 3.843.602 orang atau 33,40 %  Minang sebanyak 306.550 orang atau 2,66 %  Cina sebanyak 311.779 orang atau 2,71 %  Aceh sebanyak 111.686 orang atau 0,97 %

 Lainnya (warga negara asing) sebanyak 379.113 orang atau 3,29 %.

4.2.3.. Agama

Jumlah dan persentase menurut agama di daerah Sumatera Utara yang dianut yaitu meliputi :

(59)

 Budha sebanyak 324.864 jiwa atau 2,82 %  Lainnya sebanyak 16.355 jiwa atau 0,14 %.

4.3. Prasarana dan Sarana Daerah

(60)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Penelitian

5.1.Tingkat Perkembangan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

(2001-2007)

Tingkat perkembangan ekonomi daerah kabupaten/kota dilihat melalui : Variabel rata-rata nilai PDRB per kapita dan variabel pertumbuhan (growth) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan mengunakan analisis pengelompokan model tipolodi klaassen.

PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu daerah sebagai hasil dari proses produksi di daerah tersebut. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat digunakan langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan, karena harus dipertimbangkan juga tingkat ketimpangan pendapatan.

PDRB perkapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita sangat dipengaruhi oleh kedua variable tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan PDRB perkapita adalah melambatnya perkembangan pertumbuhan penduduk. Keadaan ini secara tidak langsung menyebabkan terjadinya peningkatan perekonomian disuatu daerah. Dalam perhitungan pendapatan regional Sumatera Utara umumnya di pakai pendekatan dari sisi produksi.

(61)

setiap kabupaten/kota berdasarkan orientasi wilayah di Sumatera Utara selama tahun 2001-2007 :

Tabel 3 : Rasio nilai PDRB dan rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupaten/kota di Sumatera Utara

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

Rasio Rasio

Nilai PDRB Pertumbuhan PDRB 1

Sumber : Hasil Analisis Lampiran 1-2

(62)

horizontal, maka kabupaten/kota yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi/golongan yaitu daerah/kabupaten yang cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income), daerah/kabupaten maju tapi tertekan (high income but low growth),

daerah/kabupaten yang berkembang cepat (High growth but low income) dan daerah/kabupaten yang relatif tertinggal (low growth and low income). Klasifikasi daerah kabupaten/kota berdasarkan pendapatan per kapita dan pertumbuhan PDRB digambarkan berdasarkan dengan tipology Klassen adalah seperti matriks berikut ini :

Tabel 4. Kategori Perekonomian Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Typologi Klassen Besar PDRB

perkapita

Pertumbuhan PDRB

Rasio PDRB perkapita setiap kabupaten / kota terhadap rata-rata perkapita provinsi

(63)

Kabupaten-kabupaten yang termasuk kategori daerah maju adalah Toba Samosir, Labuhan Batu, Karo, Kota Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Samosir dan Binjai terlihat mengumpul pada wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan, hanya kabupaten Sibolga berada dalam Wilayah Pantai Barat yang memencar sebagai daerah yang maju. Kabupaten/Kota Labuhan Batu, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai berada dalam Wilayah Pantai Timur sedangkan Kabupaten/kota Toba Samosir, Dairi, Karo, Pematang Siantar dan Samosir berada dalam Wilayah Dataran Tinggi, hal tersebut sejalan dengan pendapat Perroux dalam Sirojuzilam menyatakan bahwa pertumbuhan tidak muncul diberbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi dibeberapa tempat yang merupakan pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda.

Berdasarkan tipologi daerah, kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu Toba Samosir, Labuhan Batu, Karo, Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan,Samosir dan Binjai termasuk kabupaten yang cepat maju dan cepat tumbuh. Kabupaten yang termasuk kategori kabupaten yang maju dan tumbuh cepat ini pada umumnya merupakan daerah yang maju dari segi pembangunan maupun kecepatan pertumbuhan.

(64)

Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Serdang Bedagai, Dairi dan Padang Sidimpuan termasuk kabupaten berkembang cepat. Kabupaten yang termasuk dalam kategori ini adalah kabupaten yang mempunyai potensi yang besar tetapi belum diolah secara baik, sehingga meskipun pertumbuhanya cepat tetapi pendapatannya masih dibawah pendapatan rata-rata provinsi. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan kabupaten termasuk masih relatif rendah dibandingkan kabupaten-kabupaten lain, sehingga di masa depan harus terus dikembangkan segala potensi ekonomi yang ada agar memperoleh pendapatan per kapita yang tidak rendah lagi.

(65)

5.1.1 Rata-Rata Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita setiap kabupaten/kota di Sumatera Utara

Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

Pantai Timur terdiri dari 9 kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB per kapita yang berbeda-beda dan berikut ditampilkan rata-rata nilai PDRB di Wilayah Pantai Timur :

Tabel 5. : Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007)

No

Labuhan Batu 6.707.175 6.903.570 7.096.994 7.208.710 7.365.989 7.480.311 7.823.209 7226565

2 Asahan 8.445.826 8.574.152 9.100.933 9.391.462 9.535.741 10.293.037 6.903.598 8892107

3 Deli Serdang 5.848.248 6.250.447 6.341.575 6.836.814 7.007.613 7.097.625 7.272.541 6664980

4 PANTAI Langkat 5.602.949 5.711.333 5.809.831 5.790.730 5.898.438 5.808.584 6.013.173 5805005

5 TIMUR

Serdang

Bedagai 0 0 0 5.556.284 5.746.192 5.927.942 6.165.679 5849024

6

Tanjung Balai 6.533.047 6.775.444 7.107.561 7.345.543 7.468.769 7.551.912 7.684.976 7209607

7 Tebing Tinggi 5.512.635 5.777.344 5.983.239 6.248.169 6.460.242 6.691.874 7.018.280 6241683

8 Medan 10.215.372 10.613.034 11.099.577 11.748.852 12.411.650 13.174.001 14.090.603 11907584

9 Binjai 5.274.741 5.547.659 5.940.395 6.266.053 6.439.516 6.605.547 6.868.205 6134588

Rata-Rata 6.015.555 6.239.220 6.497.789 7.376.957 7.592.683 7.847.870 7.760.029 7.325.683

Sumatera Utara 6175689 6385069 6609292 6861583 7106763 7383039 7775393 5876031

Sumber : Biro Pusat Statistik, Sumatera Dalam Angka (Berbagai Sumber)

(66)

Grafik 1. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

Kenaikan pendapatan ini ditahun 2004 merupakan akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Deli Serdang membentuk kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini menyebabkan adanya penambahan wilayah yang menyumbangkan pendapatan kepada Wilayah Pantai Timur. Selain itu, ditahun ini terjadi kenaikan PDRB yang disebabkan oleh peningkatan sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi di Medan dan Deli Serdang sebagai penyumbang pendapatan kepada Wilayah Pantai Timur.

Kabupaten yang memiliki kenaikan pendapatan tertinggi adalah kabupaten Asahan ditahun 2006, adapun kenaikan ini disebabkan karena terjadi kenaikan pendapatan di sektor Industri Pengolahan. Namun ditahun 2007 terjadi penurunan pendapatan di kabupaten Asahan yang sangat tinggi yang disebabkan adanya pemekaran wilayah di kabupaten ini membentuk Kabupaten Batu Bara yang membuat adanya pemisahan perhitungan pendapatan dari Kabupaten Asahan. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa kabupaten/kota yang memiliki perubahan pendapatan yang paling tinggi adalah kota Medan dengan rata-rata perubahan pendapatan perkapita sebesar Rp.645.872,- (3,97%), hal ini disebabkan karena Kota Medan

0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

P

D

R

(67)

merupakan provinsi yang menjadikan wilayah ini merupakan pusat dari segala kegiatan ekonomi dari segala sektor yang ada dan merupakan sektor basis di Provinsi Sumatera Utara.

Perubahan dari pendapatan di Wilayah Pantai Timur adalah sebesar Rp. 290.746,- (4,57%) dan di Sumatera Utara sendiri sebesar Rp.266.217,- (4,02%). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan yang terjadi di Medan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah administratif di atasnya, hal ini menunjukkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di kota Medan terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai hasil dari proses produksi di daerah tersebut dan sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan walaupun harus dipertimbangkan juga tingkat ketimpangan pendapatan.

(68)

Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa, dari tahun ke tahun kabupaten/kota yang pendapatannya berada di atas pendapatan Sumatera Utara di Wilayah Pantai Timur adalah Tanjung Balai, Labuhan Batu, Asahan dan Medan. Sektor yang paling mendominasi di wilayah ini adalah sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, Pertanian, dan Pengangkutan, tetapi khusus di kota Medan hanya sektor pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan saja yang bukan sektor basis. Oleh sebab itu, untuk daerah yang pendapatannya masih di bawah pendapatan Sumatera Utara harus meningkatkan segala sumber daya alam dengan memanfatakan segala pembangunan yang terjadi agar dapat mengejar ketinggalan dibanding daerah-daerah yang memiliki pendapatan tinggi, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah itu akan semakin sejahtera.

Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara

Wilayah Dataran Tinggi memiliki 9 kabupaten/kota dan memiliki nilai PDRB yang berbeda-beda. Berikut ini ditampilkan rata-rata nilai PDRB di Wilayah Dataran Tinggi :

Tabel 6. : Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007)

No

Tapanuli Utara 4.027.971 4.222.151 4.389.139 4.593.627 4.809.865 5.066.911 5.223.677 4619049

2 Toba Samosir 5.036.271 5.358.807 8.043.048 8.190.000 8.527.447 8.414.648 8.890.383 7494372

3 Simalungun 4.883.223 4.977.652 5.097.272 5.177.504 5.295.447 5.444.628 5.699.142 5224981

4 DATARAN Dairi 4.767.915 5.215.739 5.718.314 5.985.671 6.254.208 6.367.513 6.658.987 5852621

5 TINGGI Karo 7.402.241 7.514.130 7.813.912 7.953.427 7.804.430 7.968.385 8.167.326 7803407

6

Humbang

Hasundutan 0 0 4.485.931 4.738.093 4.903.423 5.285.913 5.566.235 4995919

7 Pakpak Bharat 0 0 3.215.642 3.392.620 3.564.234 3.735.792 3.553.778 3492413

8 Samosir 0 0 0 6.232.274 6.394.266 6.647.601 6.923.956 6549524

9

Pematang

Siantar 6.126.005 6.226.780 6.715.668 6.874.463 7.158.614 6.989.419 7.308.632 6771369

Rata-Rata 3.582.625 3.723.918 5.053.214 5.904.187 6.079.104 6.213.423 6.443.568 5867073

Sumatera Utara 6175689 6385069 6609292 6861583 7106763 7383039 7775393 5876031

Gambar

Tabel 1 : Klassen Typology (Tipologi Klassen)
Tabel 2. : Sebaran Daerah Penelitian di Daerah Sumatera Utara ( Tahun 2007)
Tabel 3 : Rasio nilai PDRB dan rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupaten/kota            di Sumatera Utara
Tabel 4. Kategori Perekonomian Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Typologi Klassen
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.3 The set of indicators and thresholds, once approved by the National Initiative, shall be forwarded to the FSC International Center and evaluated by the Accreditation

Dalam proses bleaching sangat diperhatikan jumlah NaOH yang digunakan agar mendapat hasil yang baik, dimana jika NaOH yang digunakan sedikit maka masih banyak lignin yang

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pembentukan titer antibodi terhadap ND dan Avian Influenza di dalam serum itik grower yang diberi ransum berbeda dengan

Untuk lebih jelasnya wilayah administrasi lokasi penelitian bisa dilihat dari peta 4.1 administrasi wilayah lokasi penelitian. Peta wilayah administrasi lokasi

Dosen FIK IJNY Dosen FIK LrNy Dosen FT tNY Dosen FIK LNy I)osen FIK UNy I)osen FIK LINY Doserr ttlK LJNY Karyawan BAAK UNy Karyawan FMIPA LINY KaryawanKeu. 36 A Kentingan

Peningkatan nilai toleransi risiko dari = , sampai dengan = , hanya menghasilkan peningkatan nilai perbandingan antara rata-rata tingkat pengembalian portofolio

Media buku, sebagai pembelajaran dapat membuat murid menjadi bosan karena penyajiannya, waktu belajar di kelas yang tidak lama serta pertemuan antara guru dan murid yang

Dampak negative dari usaha Intensifikasi pertanian yang paling besar untuk kelestarian air tanah adalah …..