• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

ANNI HARTINI MARITO SITANGGANG NIM: 8146172O73

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Anni. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 1 Simanindo. Tesis. Medan. 2016. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) efektivitas proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah, meliputi : (a) pencapaian tujuan belajar siswa dilihat dari kemampuan pemecahan masalah baik secara individu maupun klasikal, (b) kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran, (c) tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran , (d) respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran; 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Simanindo sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, angket respon siswa serta tes kemampuan pemecahan masalah. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, buku guru, buku siswa, dan LKS). Tes kemampuan pemecahan masalah sudah memenuhi tingkat kevalidan dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,910. Berdasarkan data yang diperoleh dari ujicoba terhadap perangkat pembelajaran diketahui bahwa: 1) perangkat yang dikembangkan telah dapat memenuhi efektivitas proses pembelajaran, dimana: (a) persentase ketuntasan belajar siswa yang mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah 86,67% secara klasikal dari 30 orang siswa yang mengikuti tes dengan nilai minimal 2,67 (B-); (b) kadar aktivitas siswa telah memenuhi batas toleransi waktu ideal dalam pembelajaran pada ujicoba I maupun ujicoba II, (b) kemampuan guru pada ujicoba I sebesar 3,35 dan pada ujicoba II sebesar 3,93, (d) respon siswa terhadap proses pembelajaran sudah positif pada ujicoba I maupun ujicoba II; 2) terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada postes ujicoba I yaitu 2,85 meningkat menjadi 3,01 pada ujicoba II dengan peningkatan rata-rata pada kategori sedang (rata-rata N-gain = 0,647)

(7)

ii ABSTRACT

Anni. Development of learning tools Based Learning Problem Based Learning Approach To Improve Maths Problem Solving Ability Students of SMP Negeri 1 Simanindo. Thesis. Medan. 2016. Mathematics Education Program Graduate Program, State University of Medan (UNIMED).

The aim of this research is to: 1) the effectivennes of the learning process by using learning tools based problem based learning model, include: (a) the achievement of student learning objectives views of problem solving skills both individually and classical, (b) active activity levels of students during the learning procces, (c) the level of the teacher’s ability to manage learning procces, (d) students respons of components and the learning process; 2) increase students problem solving skills using learning tools developed. Subjects in this research were students of class VII SMP Negeri 1 Simanindo as many as 30 people. The instrument used consisted of obsevations of student activity sheets, a theacher”s ability observation sheet, questionnaire responses of students and problem solving ability test. Learning tools developed (RPP, teacher books, students books, and activity sheets) already meets the level of validity with reliability coefficient is 0,910. Based on data obtained from tests on learning devices in mind that: 1) the device has been developed to meet the effectiviness of the learning process, wherein: (a) the percentage of students who reach the level of problem solving ability in classical 86,67% of the 30 students taking the test with a minimum value of 2,67 (B-), (b) the activity levels of students have met the tolerance limit in teaching in the first trial and the second trials, (c) the ability of teachers on the first trial is 3,35 and the second trials is 3,93, (d) students response to the components and the learning process has been positive on the first trial and second trial; 2) an increase in students problem solving ability of students at postest first trial, which increased 2,85 to 3,01 in postes second trial with an average increase in the medium category (average N-Gain = 0,647)

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

atas segala berkat dan kasihNya yang tidak pernah berkesudahan sehingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 1 Simanindo”.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Program Studi Pendidikan

Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Penelitian ini

merupakan penelitian pengembangan perangkat pemelajaran berbasis masalah.

Awal penulisan hingga penyelesaian tesis ini membutuhkan waktu yang tidak

sebentar dan membutuhkan begitu banyak bimbingan, dorongan, bantuan serta

semangat. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya atas semua pihak yang telah membantu, memberi semangat,

membimbing dan juga mengajari dengan ikhlas, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Hanya ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan, kiranya

Tuhan yang akan membalas kebaikan bapak/ibu dan teman-teman sekalian.

Terimakasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd dan Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si,

selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang meluangkan

waktu disela kesibukannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan

saran-saran yang sangat membangun bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed.,

Ph.D serta Bapak Dr. Mulyono, S.Si, M.Si selaku dewan penguji yang telah

banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra M.Pd dan bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku

ketua prodi dan sekretaris prodi program pascasarjana pendidikan matematika

UNIMED serta bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si, yang telah memberi

kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Direktur, Asisten I dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang

telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan

(9)

iv

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

UNIMED yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak berhingga

kepada penulis.

6. Bapak Pinus Sihaloho, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Simanindo

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian lapangan di sekolah.

7. Seluruh keluarga khususnya kepada orang yang sangat berharga dalam hidup

saya lebih dari apapun di dunia ini yaitu kedua orangtua saya dan juga

adek/kakak saya teristimewa buat orang yang paling saya sayangi JBS dan

orang-orang yang saya sayangi yang selalu mendukung saya selama ini dari

mulai awal perkuliahan sampai penulisan tesis ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan khususnya kelas B-1

angkatan XXIII tahun 2014.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat

memberi manfaat bagi mahasiswa di lingkungan program studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana UNIMED dalam memperkaya khasanah ilmu

pendidikan.

Medan, oktober 2016 Penulis,

(10)

v

2.1Kemampuan pemecahan Masalah Matematik ... 25

2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

2.2.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

2.2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 38

2.2.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model PBM ... 42

2.3 Perbandingan ... 45

2.4 Teori-teori yang Relevan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 47

2.5 Pengembangan perangkat Pembelajaran ... 51

2.5.1 Pengertian Perangkat Pembelajaran ... 51

2.5.2 Kualitas perangkat Pembelajaran ... 54

2.6 Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ... 60

2.7 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 70

(11)

vi

3.4 Definisi Operasional ... 86

3.5 Prosedur Penelitian ... 88

3.6 Rancangan penelitian……… ... 98

3.7 Instrumen Penelitian ... 99

3.7.1 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 99

3.7.2 Lembar Observasi ... 100

3.7.3 Angket Respon Siswa ... 103

3.7.4 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 105

3.8 Teknik Analisis Data ... 110

4.2.1 Efektifitas Perangkat Pembelajaran Yang Dikembangkan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba I 152

4.2.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba I ... 170

4.3 Revisi Berdasarkan Hasil Ujicoba I ... 173

4.3.1 Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 173

4.3.2 Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 176

4.4 Hasil Ujicoba II ... 180

4.4.1 Efektifitas Perangkat Pembelajaran Yang Dikembangkan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba II 181 4.4.2 Deskripsi peningkatan Kemampuan pemecahan Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba II... 197

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 200

4.5.1 Validitas dan Efektivitas Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

(12)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 227

5.1 Kesimpulan ... 227

5.2 Saran ... 228

DAFTAR PUSTAKA ... 229

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

Tabel 2.2 Klasifikasi Isi Bahan Ajar Dalam Ranah Pengetahuan ... 53

Tabel 2.3 Criteria for High Quality Intervention ... 55

Tabel 3.1 Rancangan Ujicoba ... 98

Tabel 3.2 Indikator/Aspek yang Diamati Pada Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran……… 104

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 105

Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 106

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 107

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Tes (dalam Arikunto, 2006: 216) ...109

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas...110

Tabel 3.8 Pendeskrpsian Rata-rata Skor Validasi ...111

Tabel 3.9 Persentase Waktu Ideal dan Toleransi Aktifitas Siswa ...112

Tabel 3.10 Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...113

Tabel 4.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 133

Tabel 4.2 Daftar Nama-nama Validator ... 134

Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Guru ... 135

Tabel 4.4 Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Vlidasi... 136

Tabel 4.5 Hasil Validasi Buku Siswa ... 137

Tabel 4.6 Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi ... 138

Tabel 4.7 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 139

Tabel 4.8 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi... 141

Tabel 4.9 Hasil Vlidasi Lembar Kerja Siswa ... 142

Tabel 4.10 Revisi LKS Berdasarkan Hasil Validasi ... 143

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Para Ahli ... 144

Tabel 4.12 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 145 Tabel 4.13 Hasil Ujicoba Perangkat Pembelajaran ... 149

Tabel 4.14 Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba I ... 153

Tabel 4.15 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Hasil Pretes Ujicoba I ... 154

Tabel 4.16 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Hasil Postes Ujicoba I ... 155

Tabel 4.17 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Ujicoba I ... 156

Tabel 4.18 Rata-rata Setiap Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Ujicoba I ... 158

Tabel 4.19 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran (Ujicoba I) ... 160

Tabel 4.20 Hasil Analisis Persentase Pencapaian Waktu Ideal Aktivitas Siswa 165 Tabel 4.21 Hasil Analisis Resmpon Siswa Terhadap Pembelajaran Pada Ujicoba I ... 168

Tabel 4.22 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Pretes dan Postes dalam Bentuk Gain ... 170

(14)

ix

Tabel 4.24 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa pada Ujicoba I ... 174 Tabel 4.25 Hasil Revisi Ujicoba I yang Dianalisis dari Setiap Aspek Dinilai yang Terdapat Kendalanya ... 177 Tabel 4.26 Deskripsi Hasil Keampuan Pemecahan Masalah pada Ujicoba II 181 Tabel 4.27 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Hasil Pretes Ujicoba II ... 182 Tabel 4.28 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa pada Hasil Postes Ujicoba II ... 183 Tabel 4.29 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba II ... 185 Tabel 4.30 Rata-rata Setiap Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa pada Ujicoba II ... 186 Tabel 4.31 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran (Ujicoba II) ... 189 Tabel 4.32 Aktifitas Siswa Selama Pembelajaran (Ujicoba II)... 193 Tabel 4.33 Hasil Analisis Respon Siswa Terhadap Pembelajaran pada

Ujicoba II ... 195 Tabel 4.34 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Pretes dan

Postes dalam Bentuk Gain untuk Ujicoba II ... 197 Tabel 4.35 Peningkatan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Persentase Pencapaian KKM dan Hasil Gain Ujicoba II ... 198 Tabel 4.36 Aktifitas Siswa Selama Pembelajaran pada Ujicoba I dan

(15)

x

Gambar 3.1 Modifikasi Bagian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4D ( Trianto, 2011: 190) ... 89

Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Pokok Perbandingan ... 119

Gambar 4.2 Konsep Perangkat Pembelajaran Menghadirkan Masalah dalam Menemukan Konsep Matematika ... 120

Gambar 4.3 Tampilan Buku Pegangan Guru ... 129

Gambar 4.4 Tampilan Buku Siswa ... 130

Gambar 4.5 Tampilan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 131

Gambar 4.6 Tampilan Lembar Kerja Siswa ... 132

Gambar 4.7 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Hasil Postes pada Ujicoba I ... 156

Gambar 4.8 Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa pada Hasil Pretes dan Postes ... 157

Gambar 4.9 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba I ... 159

Gambar 4.10 Diagram Nilai Perolehan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 164

Gambar 4.11 Peningkatan Rata-rata Pretes-Postes pada Ujicoba I... 172

Gambar 4.12 Diagram Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ujicoba I ... 175

Gambar 4.13 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Hasil Postes pada Ujicoba II ... 184

Gambar 4.14 Persentase Ketuntasan kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa pada Hasil Pretes dan Postes Ujicoba II ... 186

Gambar 4.15 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba II ... 188

Gambar 4.16 Diagram Nilai Perolehan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran (Ujicoba II) ... 192

Gambar 4.17 Peningkatan Rata-rata Pretes-Postes Kemampuan Pemecahan Masalah pada Ujicoba II ... 199

Gambar 4.18 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 1 ... 205

Gambar 4.19 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 2 ... 206

Gambar 4.20 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 3 ... 208

Gambar 4.21 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 4 ... 210

Gambar 4.22 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 5 ... 211

Gambar 4.23 Nilai Rata-rata Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I dan Ujicoba II ... 212

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... ...232

Lampiran B Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Pembelajaran ... ...489

Lampiran C Lembar Observasi dan Angket Respon Siswa pada Saat Pembelajaran ... ...499

Lampiran D Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... ...507

Lampiran E Hasil Ujicoba Perangkat Pembelajaran dan Insrtumen Penelitian ... ...567

Lampiran F Semua Perhitungan pada Ujicoba I ... ...579

Lampiran G Semua Perhitungan Pada Ujicoba II ... ...596

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak

didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai

anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar individu itu berada.

Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan tetapi

lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara

menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa (Sagala, 2012: 3).

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua

tingkatan sekolah, dan jumlah jam pelajaran yang disediakan relatif lebih banyak

dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Siswa pada tingkatan Sekolah Dasar

(SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) akan menerima pelajaran

matematika karena matematika merupakan salah satu penguasaan yang mendasar

yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa. Ada banyak alasan

tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius dalam

Abdurrahman (2009: 253) mengemukakan :

(18)

2

Kutipan tersebut memberi penekanan bahwa, dengan belajar matematika

diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar,

mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan

pemecahan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki manfaat

dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk dipelajari.

Terkait dengan pentingnya matematika, Concroft (dalam Abdurrahman, 2009:

253) juga mengemukakan alasannya perlu belajar matematika, yaitu:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan saran komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 (2013: 7) disebutkan bahwa,

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa & bernegara, dan peradaban dunia. Berkenaan dengan

hal tersebut, Lerner (dalam Abdurrahman, 2009: 253) mengemukakan bahwa

kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep,

(2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.

Pada Abad ke-21dunia pendidikan mengalami pergeseran paradigma dari

behavioristik ke konstruktivistik. Perkembangan pendidikan tersebut juga

menggeser peran guru dari “penyampai pesan” menjadi fasilitator dalam

(19)

3

melainkan harus menjadi tenaga professional yang mengusai berbagai

kompetensi. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan

Dosen Nomor 14 Tahun 2005, pasal 8 bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi

yang harus dimiliki guru (1) kompetensi pedagogis, (2) kompetensi profesional,

(3) kompetensi sosial, (4) kompetensi kepribadian. Terkait dengan kompetensi

inti, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru antara lain: (1) Mengembangkan

kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu dan

melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik untuk kompetensi pedagogis,

(2) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif untuk

kompetensi profesional. Oleh karena itu guru diberi tuntutan untuk

mempersiapkan diri serta memiliki kemampuan untuk menentukan cara atau

strategi dan juga sumber belajar yang cocok digunakan dengan tujuan menjadikan

pembelajaran yang berkualitas bagi siswa, salah satunya guru harus mampu

menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan

perkembangan kebutuhan siswa.

Perangkat pembelajaran sebagai sumber belajar perlu diperhatikan dalam

proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran merupakan komponen penting

yang menentukan keberhasilan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu,

perangkat pembelajaran harus dipersiapkan guru sebelum melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Hal ini didukung oleh Trianto (2014:251) keberhasilan seorang

(20)

4

pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola perangkat pembelajaran

National for Vocational Education Research Ltd/National centre for Competency

Based Training (dalam Prastowo,2014: 138) menyatakan perangkat pembelajaran

adalah segala bentuk perangkat yang digunakan untuk membantu guru/instruktur

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Perangkat yang

dimaksud bisa berupa perangkat yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hal

senada dikemukakan (Depdiknas, 2008: 6) Perangkat pembelajaran adalah

bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan

pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran

disusun untuk mempermudah proses pembelajaran demi tercapainya kompetensi

yang harus dikuasai siswa. Prastowo (2014: 138) mengemukakan bahwa:

Perangkat pembelajaran secara umum segala bahan yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akandikuasai oleh siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran

adalah segala bahan yang disusun oleh guru secara sistematis dan dipergunakan

dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif,

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Adapun fungsi dari perangkat pembelajaran menurut Depdiknas (2008: 6)

yaitu sebagai berikut: (1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan kepada siswanya, (2) Pedoman

(21)

5

pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya

dipelajari/dikuasainya, (3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaaan hasil

pembelajaran, (4) Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar, (5)

Membantu siswa dalam proses belajar mengajar, (6) Sebagai perlengkapan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, (7) Untuk menciptakan

lingkungan/suasana belajar yang kondusif. Berdasarkan fungsi bahan ajar, dapat

dikemukakan bahwa perangkat pembelajaran dapat meningkatkan efisiensi dan

efektifitas proses pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dalam menciptakan

pembelajaran yang berkualitas. Ini berarti kualitas pembelajaran haruslah diawali

dengan menentukan kualitas disain pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat

dan pemilihan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran

yang digunakan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Degeng (dalam Harijanto, 2007) Salah satu kegiatan awal dalam

meningkatkan pembelajaran adalah merancang perangkat pembelajaran yang

mengacu pada suatu model pengembangan agar memudahkan belajar.

Seyogianya mendesain perangkat pembelajaran merupakan kemampuan

yang harus dimiliki guru, agar mampu menciptakan pembelajaran yang

berkualitas, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, belajar

bermakna dan mampu membangun kemampuan siswa, khususnya kemampuan

matematik.

Fakta dilapangan berdasarkan wawancara dengan Delpia Sidabutar selaku

(22)

6

diperoleh informasi bahwa guru belum terbiasa menyusun perangkat

pembelajaran yang berorientasi pada suatu model pembelajaran yang akan

diterapkan. Seperti perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran

berbasis masalah. Perangkat pembelajaran yang digunakan tidak menuntun siswa

menemukan suatu konsep matematika melalui pemecahan masalah autentik.

Perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru berupa lembar kerja siswa (LKS)

hanya berisi soal-soal rutin sehingga tidak dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematik siswa. Selain itu perangkat pembelajaran yang

disusun oleh guru belum dinilai kevalidan dan keefektifitasannya. Berdasarkan

hasil wawancara tersebut diperoleh gambaran bahwa perangkat pembelajaran

yang disusun guru tidak berorientasi pada model pembelajaran berbasis masalah

serta belum valid dan efektif. Sehingga menjadi salah satu faktor tujuan

pembelajaran tidak tercapai.

Tujuan menyusun perangkat pembelajaran adalah tercapainya tujuan dari

suatu pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran matematika. Adapun tujuan

pembelajaran matematika (Depdiknas, 2006) yaitu: (1) Memahami konsep

matematika, menjelaskan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tetap dalam pemecahan masalah, (2)

Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan

penyelesaian matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

pemahaman masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

(23)

7

diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (5) Memiliki

sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa

ingin tahu perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Namun pada kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan beberapa

orang guru, diperoleh informasi bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang dipakai masih bersifat konvensional serta RPP yang dibuat guru tidak

mengambarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan tidak dikondisikan

dengan kebutuhan siswa. RPP yang dibuat tidak dapat membantu siswa mencapai

tujuan pembelajaran dan dalam RPP yang ada jarang menggunakan model

pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

Berikut ini contoh RPP bersifat konvensional yang sering digunakan oleh guru.

Gambar 1.1 Contoh RPP Konvensional

(24)

8

Selain RPP, buku teks yang juga salah satu perangkat pembelajaran

merupakan suatu acuan yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan suatu

materi pelajaran juga perlu untuk menjadi perhatian. Berdasarkan wawancara,

guru dalam mengajar hanya menggunakan satu buku teks, buku teks tersebut

berfungsi sebagai buku guru dan buku siswa. Guru tidak membuat buku pegangan

guru dan buku pegangan siswa (perangkat pembelajaran tidak dirancang langsung

oleh guru). Jadi, buku teks yang digunakan hanyalah buku teks yang berasal dari

pihak sekolah yang diperoleh dari salah satu penerbit buku. LKS yang digunakan

juga cenderung pada LKS siap pakai yang banyak diperjual belikan yang isinya

lebih mengarah pada kesimpulan materi bukan kegiatan siswa. Keseluruhan

perangkat pembelajaran tidak sinkron dan tidak menggunakan suatu model

pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Selanjutnya Buku teks dan LKS yang dipakai berasal dari penerbit yang

berbeda-beda. Sebagian besar perangkat pembelajaran yang diperoleh guru berasal dari

internet yang tidak dimodifikasi oleh guru dan tidak disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan siswa. Bahan ajar tersebut langsung menyajikan

rumus-rumus atau dalil-dalil kemudian penyajian contoh soal dan soal

kompetensi, sehingga anak cenderung menghapal rumus tetapi tidak memahami

konsep matematika. Disamping itu perangkat pembelajaran yang ada hanya untuk

memenuhi kelengkapan administrasi saja dan sebagian besar alasannya, karena

keterbatasan waktu dan sumber bacaan guru dalam merancang perangkat kurang.

Berikut ini contoh buku teks yang senantiasa digunakan oleh guru dan siswa

(25)

9

Gambar 1.2 Buku Teks yang digunakan Guru dan Siswa

Dari uraian di atas dapat disimpulkan perlu dikembangkan suatu perangkat

pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Tujuan dilakukan

pengembangan perangkat pembelajaran adalah untuk mendapatkan produk

perangkat yang efektif. Perangkat pembelajaran tersebut perlu dikaitkan dengan

tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, terutama dalam

meningkatkan kemampuan matematis siswa.

Tim MKBPM (2001: 85) mengungkapkan bahwa “Sejak lama, pemecahan

masalah telah menjadi fokus perhatian utama dalam pengajaran matematika di

sekolah. Sebagai contoh, salah satu agenda yang dicanangkan National Council of

Teachers of Mathematics (NCTM) di Amerika Serikat pada tahun 80’an adalah

bahwa problem solving must be focus of school mathematics in the 1980 atau

pemecahan masalah harus menjadi fokus utama matematika sekolah di tahun

80’an”. Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah Buner (dalam Trianto, Soal-soal tidak menyangkut

kehidupan nyata

(26)

10

2010: 7) mengatakan bahwa, “Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan

masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang

benar-benar bermakna”. Selanjutanya Polya (1973) mengatakan pemecahan

masalah adalah salah satu aspek berfikir tingkat tinggi, sebagai proses menerima

masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Dari rekomendasi NCTM

dan keterangan tersebut dapat diartikan bahwa problem solving sangat penting

dalam pelajaran matematika. Mengingat masih banyak siswa yang merasa

kesulitan dalam mengkonstruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam problem

solving matematika diperlukan sebuah usaha yang dapat membantu siswa dalam

mengkonstruksikan pengetahuan mereka.

Abdurrahman (2009: 254) mengungkapkan bahwa, “Dalam pemecahan

masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam

situasi baru atau situasi yang berbeda”. Pemecahan masalah itu sendiri merupakan

latihan untuk siswa yang berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin kemudian

mencoba untuk menyelesaikannya. Hal ini merupakan salah satu kompetensi yang

harus ditumbuhkan dan dikembangkan pada siswa. Sebuah soal pemecahan

masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk

menyelesaikannya akan tetapi tidak secara langsung tahu caranya. Jika seorang

anak dihadapkan pada suatu masalah matematika dan anak tersebut langsung tahu

cara menyelesaikannya dengan benar maka masalah yang diberikan tidak dapat

digolongkan pada kategori soal pemecahan masalah. Oleh karena itu diharapkan

peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan matematika sehingga prestasi

(27)

11

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik, seperti

halnya kemampuan yang lain, yaitu penalaran, komunikasi, koneksi, maupun

representasi matematik, terbukti dari ditentukannya standar untuk

kemampuan-kemampuan tersebut dalam NCTM. Indikator yang dapat menunjukkan apakah

seorang peserta didik telah mempunyai kemampuan pemecahan masalah

matematika, menurut NCTM (dalam Widjajanti, 2009: 408) adalah: (1)

menerapkan dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi untuk

menyelesaikan masalah; (2) menyelesaikan masalah yang muncul di dalam

matematika atas di dalam konteks lain yang melibatkan matematika; (3)

membangun pengetahuan matematis yang baru lewat pemecahan masalah; dan (4)

memonitor dan merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.

Polya (1973: 154) menggolongkan masalah matematik menjadi dua

golongan, yaitu: “…problems ‘to find’ and problems ‘to prove’. The aim of a

problem to prove is to show conclusively that a certain clearly started assertion is

true, or else to show that it is false”. Problem ‘to find’: bertujuan untuk

menemukan suatu objek tertentu yang tidak dikenal dari masalah. Sedangkan

problem ‘to prove’ bertujuan untuk memutuskan kebenaran suatu pernyataan,

membuktikannya dan menyangkalnya.

Secara umum, Polya (1973: xvi) menetapkan empat langkah yang dapat

dilakukan agar siswa lebih terarah dalam menyelesaikan masalah matematika,

yaitu understanding the problem, devising a plan, carrying out the plan, dan

looking back yang diartikan sebagai memahami masalah, membuat perencanaan,

(28)

12

Tim MKPBM (2001: 84) memberikan penjelasan fase-fase solusi pemecahan

masalah yang diungkapkan Polya tersebut. Fase pertama adalah memahami

masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak

mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa

dapat memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya siswa harus mampu

menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini

sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah,

bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam

menyusun rencana penyelesaian suatu masalah. Jika rencana penyelesaian suatu

masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan

penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Dan

langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah adalah melakukan pengecekan

atas apa yang telah dilakukan mulai fase pertama sampai fase penyelesaian

ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat

terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai

dengan masalah yang diberikan.

Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian siswa pada

pelajaran matematika tergolong rendah dan belum memenuhi harapan. Rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematik ini disebabkan masih banyaknya

siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang berminat, dan

selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar, sehingga menimbulkan

rasa takut untuk belajar matematika, sebagaimana yang diungkapkan oleh

(29)

13

sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para

siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang

berkesulitan belajar”.

Permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa juga dialami siswa SMP Negeri 1 Simanindo. Feny salah satu siswa kelas

VII-B mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, susah

dimengerti, dan sangat membosankan. Pandangan seperti ini akan mempengaruhi

kemampuan pemecahan masalah siswa.

Seiring dengan itu penulis juga memberikan tes awal pada materi

perbandingan. Tes awal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal tes tersebut. Ini terlihat baik

dari hasil tes kemampuan awal yang diikuti oleh 32 orang siswa kelas VII-D yang

dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2015 diketahui bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa pada pokok bahasan perbandingan masih rendah. Salah satu

masalah yang diberikan ialah:

Masalah : “Jumlah uang Fero, Dimas dan Andi adalah Rp 30.000,-. Jika

perbandingan uang Fero, Dimas dan Andi adalah 2 : 3 : 5

a. Apa saja yang diketahui dan ditanya dari soal di atas?

b. Bagaimana cara untuk mengetahui besar uang mereka

masing-masing?

c. Hitunglah berapa besar uang Fero, Dimas, Andi?

d. Di antara mereka, siapakah yang jumlah uangnya

(30)

14

Penulis memperoleh hasil bahwa hampir seluruh siswa tidak mampu

menyelesaikan soal dengan benar. Dari tes yang diberikan kepada 32 orang siswa

diperoleh 22 orang siswa memperoleh skor sangat rendah, 3 orang memperoleh

skor rendah, 5 orang memperoleh skor sedang, dan 2 orang memperoleh skor

sangat tinggi. Salah satu contoh hasil jawaban siswa dari tes kemampuan

pemecahan masalah matematis yang diberikan sebagai berikut:

Gambar 1.3 Contoh Jawaban Siswa TKPM Matematik

Dari jawaban siswa di atas terlihat bahwa kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaiakan masalah perbandingan adalah kesalahan konseptual dan

prosedural. Terlihat pada pola jawaban siswa kita identifikasi berdasarkan

indikator kemampuan pemecahan masalah. Dari indikator pertama yang

disampaikan Polya yaitu memahami masalah terlihat bahwa siswa sudah dapat

(31)

15

dan apa yang ditanyakan dalam soal. Untuk indikator yang kedua yaitu

merencanakan pemecahan masalah, siswa masih salah dalam memilih

strategi/rencana pemecahan masalah. Dan yang ketiga yaitu menyelesaiakan

masalah sesuai dengan rencana, beberapa siswa melakukan kesalahan dalam

konseptual dan prosedural. Selanjutnya untuk indikator keempat memeriksa

kembali kebenaran jawaban, siswa tidak dapat memberi kesimpulan secara logika

terhadap soal.

Dari penjelasan di atas jelas terlihat bahwa siswa tidak mampu

memecahkan soal matematika di atas, ini memiliki arti bahwa pengetahuan siswa

dalam pemecahan masalah matematika sangat rendah. Sehingga memerlukan

peran dari guru untuk membimbing siswa agar keluar dari permasalahan tersebut.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran

matematika dalam aspek pemecahan masalah masih rendah. Trianto (2010: 5)

menyebutkan bahwa, “Berdasarkan analisis penelitian terhadap rendahnya hasil

belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran

konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered

sehingga siswa menjadi pasif”. Pola pengajaran terlalu banyak didominasi oleh

guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik. Siswa

diposiskan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa,

sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan.

Keberhasilan para peserta didik dapat dipengaruhi salah satunya dengan

keberhasilan pembelajarannya. Sedangkan keberhasilan suatu pembelajaran,

(32)

16

media pembelajaran, dan juga bahan ajar atau materi pembelajaran. Pemilihan

model maupun pendekatan pembelajaran yang tepat dapat menunjang

keberhasilan pembelajaran itu juga. Kurikulum 2013 menekankan proses

pembelajaran saat ini mengacu pada pendekatan saintifik yang terdiri dari

kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengasasosiasi,

menyimpulkan, dan mengkomunikasikan pada semua mata pelajaran begitu juga

dengan mata pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan

model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan

menyeluruh. Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan

proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa

berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Amri,

2013: 4).

Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus

membekali peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan ini. Pada pelajaran matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal

yang tidak rutin, yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar

diperlukan pemikiran yang mendalam. Namun sering kali permasalahan yang

muncul adalah siswa tidak memiliki cukup pengetahuan untuk memilih strategi

yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dengan

kondisi dan situasi yang demikian ini, pembelajaran semestinya disusun adalah

(33)

17

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau dalam bahasa Inggris

Problem Based Instruksion (PBI) telah dikenal sejak zaman John Dewey. PBM

merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme

yang penekanannya membuat siswa mampu memecahkan masalah. Hal ini

diungkapkan oleh Trianto (2010: 92) yang mengatakan bahwa, “Model

pembelajaran berbasis masalah dilandasi oleh teori konstruktivis. Pada model ini

pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang

penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara siswa-siswi”. Selanjutnya,

Trianto, (2010: 91) juga mengungkapkan bahwa, “Model pembelajaran berbasis

masalah ini adalah model yang mulai diangkat karena dilihat secara umum model

ini terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan

bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan

penyelidikan dan inkuiri”. Dari pernyataan tersebut, pembelajaran ini diharapkan

dapat memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat

menggunakan sendiri konsep-konsep pemecahan masalah yang dipelajarinya.

PBM dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, karena model

pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif untuk ikut serta dalam proses

pembelajaran, yakni dengan menyelesaikan masalah yang diberikan dalam

kelompok. Dalam PBM siswa dihadapkan kepada suatu permasalahan dalam

kehidupan nyata yang akan lebih menarik siswa untuk mempelajari matematika

sehingga siswa akan mengetahui bahwa matematika mempunyai banyak

(34)

18

matematika itu merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science)

dan sangat berguna dalam kehidupan.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Minarni

(2012) bahwa PBM signifikan memberikan pengaruh lebih baik pada pencapaian

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa daripada pembelajaran biasa.

Adapun sintaks PBM menurut Arends (2008: 57) yaitu: (1) memberikan

orientasi tentang permasalahannya kepada siswa; (2) mengorganisasikan siswa

untuk belajar; (3) membantu investigasi individu dan kelompok; (4)

mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya; (5) menganalisis dan

mengevaluasi proses penyelesaian masalah.

Sejalan dengan hal itu, Trianto (2009: 96) juga mengungkapkan bahwa

kelebihan PBM sebagai suatu model pembelajaran adalah: (1) realistik dengan

kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat

inquiry siswa; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan

problem solving. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa PBM adalah model cocok

dan dapat dijadikan suatu alternatif pembelajaran dalam proses peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Selain pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru juga harus dapat

menyusun sebuah bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang baik. Selaras

dengan hal itu, Amri (2013: 81) menjelaskan bahwa tuntutan kompetensi yang

harus dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial dan kompetensi profesi), pengembangan bahan ajar dan media merupakan

(35)

19

yang dimiliki, pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya sebagai guru

professional. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan

guru mencanangkan bahan ajar maupun perangkat pembelajaran.

Selanjutnya Amri (2013: 73) mengungkapkan mengapa bahan ajar perlu

untuk dikembangkan karena bahan pembelajaran menempati posisi yang sangat

penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan

pembelajaran dapat mencapai sasaran. Bahan ajar maupun perangkat

pembelajaran yang dikembangakan sudah semestinya tetap memperhatikan

pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum yang

berlaku, dan sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah dalam

mengembangkan assesmen.

Selanjutnya Amri (2013: 97) mengungkapkan bahwa buku pelajaran yang

ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi.

Sementara itu, buku pelajaran pada umumnya menjadi rujukan utama dalam

proses pembelajaran. Dengan demikian, jika mutu buku tidak memenuhi standar

mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep, buku tersebut menjadi sumber

pembodohan, bukan sumber pencerdasan anak didik. Buku demikian sangat

berbahaya bagi dunia pendidikan.

Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan

nantinya pada materi perbandingan di kelas VII SMP Negeri 1 Simanindo. Materi

ini dikembangkan karena masih banyak siswa yang belum memahami konsep

(36)

20

telah didukung fakta yang diperoleh dari tes awal yang telah dilakukan oleh

peneliti.

Di samping itu, faktanya pada kondisi di lapangan masih belum

tersedianya bahan ajar maupun perangkat pembelajaran yang dapat

menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan

memenuhi kriteria valid, dan efektif. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa

penulis mengembangkan perangkat pembelajaran pada materi perbandingan.

Perangkat ini perlu untuk dikembangkan karena perangkat pembelajaran

memungkinkan siswa untuk dapat mempelajari suatu kompetensi inti atau

kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu

menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Tanpa adanya perangkat

pembelajaran akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Begitu juga halnya dengan siswa, tanpa perangkat pembelajaran siswa akan

kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam belajar. Oleh karena itu, perangkat

pembelajaran dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru

maupun siswa dalam upaya memperbaiki mutu proses pembelajaran.

Sejalan dengan itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Yannidah, dkk

(2013) memperoleh hasil bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan

memenuhi efektivitas pembelajaran matematika. Efekvitas ini dapat dilihat dari

ketuntasan siswa dalam belajar, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

dikatakan baik, keterlaksanaan sintaks pembelajaran di kelas dikatakan baik, serta

(37)

21

Adapun perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam

penelitian ini adalah berupa RPP, Buku Guru, Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa

serta Instrument pengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik siswa.

Dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran melalui model

pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang dapat mengaktifkan siswa belajar dan

sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa. Dengan demikian peneliti memberi judul penelitian ini yaitu :

“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa SMP Negeri 1 Simanindo”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi pada penelitian ini yaitu:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah.

3. RPP yang digunakan guru belum memenuhi kriteria valid dan efektif.

4. Buku pegangan siswa dan guru belum efektif dalam mendukung

pengembangan kemampuan bermatematika siswa.

5. LKS pendukung pembelajaran belum dirancang sendiri oleh gurunya.

6. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika masih

(38)

22

7. Sebagian besar kemampuan guru mengelola pembelajaran belum

sesuai dengan harapan.

8. Aktivitas aktif siswa dalam pembelajaran masih rendah.

9. Dalam proses pembelajaran, siswa belum membangun sendiri

pengetahuan dalam dirinya.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran

matematika seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu

dibatasi sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan

memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Masalah

yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks,

agar penelitian ini lebih terfokus dan mencapai tujuan maka penulis membatasi

masalah pada pengembangan perangkat pembelajaran matematika berdasarkan

pendekatan pembelajaran pada model pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMPN 1

Simanindo. Perangkat pembelajaran tersebut mencakup Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Buku Guru (BG), Buku Siswa (BS), Lembar Kerja Siswa

(39)

23

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah utama dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan

model pembelajaran berbasis masalah?

2. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan

dengan model pembelajaran berbasis masalah?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

SMP dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan

dengan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Mendeskripsikan efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan

dengan model pembelajaran berbasis masalah.

3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

dengan perangkat yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis

(40)

24

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Tersedianya perangkat pembelajaran model pembelajaran berbasis nmasalah

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

2. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan

perangkat pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah untuk materi

lain yang relevan.

3. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian

mengenai kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di masa yang

akan datang.

4. Memberikan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah matematik

(41)

227

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah, disimpulkan berdasarkan pada: (i)

pemecahan masalah matematik siswa memperoleh presentase 86,67%, (ii)

kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada kriteria baik, (iii) kadar

aktifitas siswa memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, (iv)

respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran adalah positif.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa menggunakan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui model pembelajaran

berbasis masalah pada pokok bahasan perbandingan adalah dari persentase

pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik pada ujicoba I sebesar

76,67% meningkat menjadi 86,67%

3. Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berbasis masalah

sudah dapat dikatakan efektif, sebab rata-rata kemampuan guru mengelola

telah mencapai kriteria minimal dengan kategori baik.

4. Aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam pembelajaran berbasis

(42)

228

5. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran berbasis masalah sudah menunjukkan respon yang positif (di

atas 80%).

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dengan

kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.

Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah

sebagai alternatif pembelajaran, dengan bimbingan atau

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa, sehingga siswa lebih

mudah memahami masalah-masalah yang diberikan.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini dapat

dijadikan rujukan untuk membuat suatu perangkat pembelajaran dengan

materi lain guna menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa baik tingkat satuan pendidikan yang sama maupun berbeda.

3. Peneliti menyarankan kepada pembaca dan para praktisi pendidikan untuk

dapat melakukan penelitian sejenis, pada tahap penyebaran diharapkan dapat

menyebarkan perangkat pembelajaran lebih luas lagi, tidak hanya di sekolah

(43)

229

DAFTAR PUSTAKA

Aburrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Amir, T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Amri, S. (2013). Pengenbangan & Model Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pelajar.

Arends, R. (2008). Learning to Teach. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Brog, W., dan Gall, M. (2003). Educational Research; an Introduction 6th edition. Boston: Pearson.

Choridah, Dedeh. , T. (2013). Peran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Berfikir Kreatif Serta Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STIKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, No.2, September 2013

(http://e-journal.stikipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/35/34, diakses

januari 2015).

Depdiknas. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional no 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Depdiknas

Ekana, Heni., dkk. (2012). Pengembangan Modul Matematika yang Berbasis Peta Konsep. Makalah diseminarkan di Seminar Nasional Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 21 Nopember 2012. http//lppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2012-11122013224206.pdf. Diakses: 16 september 2013.

(44)

230

Hudojo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan.

Husnidar, dkk. (2014). Penerapan Model Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika – issn: 2355-4185. (online), Vol.1 No.1 April 2014, (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/download/1340/1221,diakses januari 2015.

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Kemdikbud, 2013. Modul Pelatihan Implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud

Kemdikbud, 2013a. Matematika SMP/MTs Kelas VII.Jakarta : Kemdikbud

Kemendiknas. (2013). Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangkan Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. BSNP. http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wpcontent/- uploads/2013/06/08.-Permendikbud-Nomor-70-ttg-Kerangka-Dasar-dan- Struktur-Kurikulum-SMK-MAK-dan-Lampiran-Versi-05-06-13-Aries-edit-hukor.pdf. [28 januari 2014] Yogyakarta.

Kemendiknas. (2014). Permendiknas RI Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-104-tahun-2014.pdf (Januari 2014).

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: NCTM.

Nieveen, N. (2007). Formative Evaluation in Educational Design Research dalam An Introduction to Educational Design Research (Ed) . Disampaikan dalam seminar di East China Normal University, Shanghai, 23-26 November 2007.

Polya, G. (1973). How To Solve It: A New Aspect of Mathematics Method. New Jersey Princeton University Press.

Prastowo, A. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran-Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers.

(45)

231

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Penerbit Kencana Media Group: Jakarata.

Siara, L. (2004). Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta.Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.. Bandung: Alfabeta.

Thiagarajan, S., Semmmel, D.S. & Semmel, M.I. (1974). Instructional Development For Training Teachers Of Exeptional Children. Indiana: Indiana University Bloomington.

Tim MKPBM. (2001).Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Widjajanti, D. B. (2009). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. PROSIDING: FMIPA Universitas Yogyakarta, (online) (http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25Djamilah%20Bondan%20Widjajanti.pdf , diakses 17 September 2013.

Gambar

Gambar 1.2 Buku Teks yang digunakan Guru dan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL TPP : Prarancangan Pabrik Butil Asetat dari Butanol dan Asam Asetat dengan Metode Fischer Proses Batch.. Kapasitas 80.000 Ton

[r]

Teknik sosiodrama menuntun kualitas tertentu pada siswa, yaitu siswa diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh (peran) atau posisi yang dikehendaki “ keberhasilan

[r]

 Model conditional demand : 10 persen kenaikan harga menurunkan 4,7 persen bungkus rokok yang dikonsumsi. CHEPS FKMUI, 15

Perubahan rerata kelompok kontrol ini tidak berbeda secara signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol yang tidak diberi pelatihan Quiet Eye

Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Kegiatan harian (RKH) yang telah dirancang sebelumnya. Tindakan yang diberikan adalah menyampaikan pembelajaran melalui

[r]