• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan manggis (Garcinia mangostama L.) di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Provinsi Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pengembangan manggis (Garcinia mangostama L.) di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Provinsi Sumatera Barat"

Copied!
365
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN MANGGIS (Garcittia mangostana L.) DI KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG

PROVINSI SUMATERA BARAT

NING WISMA UTAMI

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANJAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia mangostana, L) di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Propinsi Sumatera Barat

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar atau capaian akademik lainnya pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2008 Yang membuat pernyataan,

Ning Wisma Utami

(3)

ABSTRACT

NING WISMA UTAMI. Strategy for Development of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) in Sawahlunto/Sijunjung Regency, West Sumatera Province. Under direction of SUWARDI and MUHAMMAD ARDIANSYAH

At present, agriculture is still become a dominant economic sector for development of SawahluntolSijunjung regency. One of the unique commodities in that regency is mangosteen. However, there is very limited information of that commodity for land suitability, economic feasibility, and strategy for development.

The objectives of this research were to analyze the land suitability for mangosteen plant and to arrange a strategy for development of mangosteen in SawahluntoISijunjung regency.

The research was started through data and map collection and continued by land evaluation using F A 0 Framework of Land Evaluation (FAO, 1976). Land suitability map was overlayed with land use existing map from landsat image and then was matched with land use planning of SawahluntolSijunjung for the year of 2007-2012.

The result showed that there are 24.398 ha of land in SawahluntoISijunjung regency highly suitable for mangosteen, 20.759 ha suitable, and 35.184 ha marginally suitable. Economical analysis by using NPV, IRR, BCR value showed that mangosteen farming in SawahluntolSijunjung regency is feasible.

Polyculture planting system with banana gives higher feasibility than monoculture planting system. Market institution of mangosteen in SawahluntolSijunjung regency is not efficient, because market chain is very long. Gross margin showed that only 13,3% of mangosteen price was accepted by farmers. Institution analysis showed that most related institutions support the development of mangosteen in SawahluntolSijunjung. Strategy for development are using intensive farmer of suitable land for mangosteen and improves road infrastructures.

(4)

NMG WISMA UTAMI. Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten SawahluntoISijunjung Provinsi Sumatera Barat. (Strategy for Development of Mangosteen (Garcinia mannostana L.) in Sawahlunto/Sijunjung Regency, West Surnatera Province). D i b i b i n g oleh SUWARDI dan MI.JHAMMAD ARDIANSYAH.

Manggis (Garcinia mangostana LJ adalah salah satu jenis buah unggulan Indonesia yang memiliki rasa buah yang eksotik dan nilai ekspor tinggi, Buah manggis mempunyai julukan "Queen of Tropical Fruit" di pasar dunia. Menurut data dari PPHP Departemen Pertanian

RI

(2007), ekspor manggis dari tahun 2001 sampai dengan 2005 mengalami kenaikan dan menduduki posisi volume ekspor buah segar tertinggi dibanding buah segar lain seperti alpukat, belimbing, duku, pisang, nenas dan durian. Saat ini manggis telah ditetapkan sebagai komoditas terpilih yang akan menjadi komoditas unggulan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Selain pasar yang masih terbuka luas menjadi latar belakang pengembangan, manggis saat ini adalah salah satu jenis komoditas yang telah hidup secara alami dan telah menjadi salah satu komoditas buah yang dibudidayakan oleh masyarakat di beberapa wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi biofisik wilayah melalui evaluasi kelas kesesuaian lahan di Kabupaten SawahluutolSijunjung untuk pengembangan manggis, menganalisis secara ekonomi prospek pengembangan manggis, menganalisis sistem kelembagaan dan pemasaran manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan menyusun strategi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode analisis secara kualitatif dan kuantitatif yang meliputi: analisis kesesuaian lahan, interpretasi citra landsat, analisis finansial prospek ekonomi manggis (analisis NPV, IRR, B/C ratio, analisis majin tata niaga), kajian kelembagaan dilakukan secara diskriptif, meliputi kajian sistem kepemilikan lahan, kelembagaan petani, kelembagaan penyuiuh, pengolahan hasil, kelembagaan pemasaran dan kebijakan pemerintah serta analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

(5)

manggis kembali dilakukan tumpang tindih dengan peta penutupanlpenggunaan lahan sehingga diperoleh potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan manggis. Peta ini kembali ditumpangtindih dengan peta arahan pemanfaatan mang dan peta tata guna hutan kesepakatan, sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan pengembangan manggis sesuai arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung 2007-2012.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung memiliki potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan manggis seluas 80.341,103 ha dengan kelas kesesuaian S1 seluas 24.397,97 ha, S2 seluas 20.759,39 ha dan S3 seluas 35.183,75 ha. Analisis kelayakan fmansial menunjukkan bahwa sistem tumpang sari dengan pisang sangat layak untuk dilaksanakan dan sistem tumpang sari dengan pisang mampu memberikan perbaikan pada aliran kas usaha (tahun pertama sampai dengan tahun kesebelas) selama tanaman manggis belum memberikan produksi optimal. Sistem tumpang sari memberikan nilai NPV lebih baik pada umur tanaman ke-15, yaitu sebesar Rp. 71.399.979,- dan Rp. 29.358.226,- untuk monokultur. Nilai IRR juga menunjukan nilai yang layak dimana sistem budidaya secara tumpang sari memberikan nilai tingkat bunga pengembalian usaha lebih baik, yaitu 24,49% dan 19,79% untuk sistem monokultur. B/C ratio juga memberikan angka layak, yaitu 3,17 untuk monokultur dan 6,27 untuk bttdidaya secara tumpang sari. Sistem pemasaran kurang efisien karena petani hanya menerima 13,3% dari jumlah yang dibayarkan oleh konsumen, sehingga untuk meningkatkan keuntungan petani, diharapkan dukungan pemerintah dalam mendukung penguatan kelembagaan kelompoktani dan gabungan kelompok tani agar mampu berperan dan bermitra langsung dengan eksportir dalam distribusi manggis untuk pemasaran yang lebih luas.

Strategi prioritas yang mungkin dapat dilaksanakan sesuai hasil analisis SWOT adalah memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan manggis guna meraih peluang pasar manggis serta dukungan anggaran pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas manggis dan memperbaiki infrastruktur pendukung terutama jalan dan jembatan. Langkah yang dapat diambil adalah (a) Pengembangan manggis di lahan pekarangan dan kebun campuran, (b) Perbaikan dan pembangunan jalan serta jembatan untuk membuka daerah terisoler yang masuk dalam kawasan budidaya, (c) Pembukaan jalan usahatani di kawasan budidaya, (d) Pengadaan dan perbanyakan manggis di lahan pengembangan yaitu di tanah terbuka dan lahan terlantar, (e) Pemanfaatan lahan adatlulayat untuk pengembangan manggis secara berkelanjutan, (f) Pembuatan kebun bibit manggis (pemeliharaan pohon induk, penangkaran bibit unggul), (g) Pelatihan penangkar bibit unggul.

(6)

t

2

Hnk ciptn milik IPB, tmhutt 2008 Hnk ciptn dilindungi Una'nng-Uncr'nng

I . Dilnratg metzgzrtip sebngioiz ntou selur7~h k n r p tesis tcmpn inencanrumknn ntnu menyebutknn sumber.

a Peizgutipntz h m z p ut71uk kepet7titzgntz pendidikni7, penelitintz, pe~zzrlisntz knr-y iltninh, penytrsut?nt~ iapornn, petzulisnn kritik ntnzr

tinjnlcnn suatu mnsnlnh.

b. Pengutip~z tidnk merugiknn kepentitzgntz ynng wnjnr It7stitur Pertanintz Bogor

(7)

STRATEGI PENGEMBANGAN MANGGIS

(Garcinia mangostana,

L.)

DI KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG

PROVINSI SUMATERA BARAT

NING

WISMA UTAMI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Perencanaan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul : Strategi Pengembangan Manggis (Gnrcinin itznizgostnnn L.) di Kabupaten Sa~~iahlunto/Sijunjung Provinsi Sumatera Barat

Nama : NING WISMA UTAMI

NRP : A. 353 060 334

Program Studi : PERENCANAAN WILAYAH

Disetujui Kornisi Pembimbing

Dr. Ir. Suwardi. M.Aa. Dr. Ir. Mu anlmad Ardiansvah

Ketua

t

Anggola
(9)

DAFTAR

IS1

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian ... ... ,... ...,. ..,..., ... Perurnusan Masalah . . ... Tujuan Penellt~an .

.

... ... . .... . ... ... ... . ... . . ... . .. ... ...

:.

., . . . ....

Manfaat Penel~tlan

...

... ... ... ... ... .... TINJAUAN PUSATAKA

Morfologi Tanaman Manggis (Gnl.cifzia tmngostntzn L.) ... ... .... Syarat Tumbuh Tanaman Manggis

Kesesuaian Lahan

Strategi Pengembangan Manggi METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Andisis Sosial dan Ekonomi Analisis Margin Tata Niaga Analisis SWOT

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN . .

Posis~ .

.

Geografi. ... ... .... ... .,.. ... ... Flslk Wilayah ... ... ... ...
(10)

Potensi Sumber Daya Manusia ... ....

Prasarana Penunjang . ... . . . .. . . . .. ... . . .... . . .. . . ... . . . .. . . .. . . .. . . HASIL DAN PEMBAHASAN

STRATEGI PENGEMBANGAN Analisis Data I

Analisis F&or Internal Analisis Faktor Elistern Pengambilan Keputusan

KESIMPULAN ... . ... . .

.

. . . .. .. . . ... .. . . .... . .. . . .. . . .... . . .. ... . . . , . . . ....

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR

TABEL

Halaman

Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman manggis (Garcinia Mangostana. L) Volume ekspor buah segar Indonesia tahun 2001-2005 (ton) ... Keragaan eksport manggis Propinsi Sumatera Barat

...

Keragaan eksport manggis Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

...

Produksi manggis di Propinsi Sumatera Barat (ton)

...

.

...

Neraca perdagangan komoditi manggis tahun 1999 2004

...

Jenis data sekunder yang dibutuhkan

...

Jenis peta yang dibutuhkan

...

Kerangka formulasi strategis

Matrik TOWS (SWOT)

...

.

.

Matrik kerangka penelitlan ... Jumlah nagari dan luasan wilayah kecamatan di Kabupaten Sawahluntol Sijunjung tahun 2005

...

Luas potensi lahan untuk pertanian di Kabupaten SawahluntolSijunjung

...

tahun 2005 (ha)

Potensi lahan untuk pengembangan manggis

di

Kabupaten

Sawahlunto/Sijunjung tahun 2005 (ha)

...

Jumlah penduduk 15 tahun keatas menurut kecamatan

...

Jumlah Penduduk 15 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan bidang ke j a tahun 2005

...

Panjang jalan, jenis permukaan clan kondisi jalan

di

Kabupaten

SawahluntoISijunjung Tahun 2005 (km)

...

18 Populasi dan produksi komoditas manggis Kabupaten SawahluntolSijunjung berdasarkan daerah penyebaran. keadaan tahun 2006

...

57 19 Luas penggunaan lahan Kabupaten SawahluntoISijunjung Tahun 2006

...

63

20 Luas potensi lahan yang sesuai untuk tanaman manggis di setiap kecamatan

di Kabupaten SawahluntolSijunjung (ha)*

...

65

21 Potensi luas lahan pengembangan manggis selain kebun campuran (ha)

...

68

22 Daftar hasil analisis NPV. IRR dan B/C Ratio dengan sistem budidaya

(12)

Proyeksi aliran kas (cash flow) usaha pengembangan perkebunan manggis dalam jangka waktu 15 tahun

...

Proyeksi aliran kas (cqshflow) usaha pengembangan perkebunan tumpang sari manggis-pisang dalam jangka waktu 15 tahun

...

Daftar

hasil analisis

NPV,

IRR

dan BIC Ratio pengembangan manggis-

pisang pada tingkat suku bunga 13% pertahun

...

Keragaan petugas penyuluh pertanian Kabupaten SawahluntoISijunjung

...

Keragaan kelompok tani manggis

di

Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

...

Nilai marjin

dan

persentase marjin penjualan per kilogram buah manggis

pada masing- masing pelaku pasar dan saluran pemasaran, tahun 2007

...

Analisa marjin tata niaga pada saluran pemasaran harapan

...

Rencana pengembangan manggis tahun 2007-2010

...

Analisis faktor internal &lam pengembangan manggis di Kabupaten

. . .

S a ~ a h l ~ t ~ / S l j ~ ~ ~ g

...

Analisis faktor ekstemal dalam pengembangan manggis di Kabupaten

..

SawahluntoISijunjung

...

Matrik SWOT pengembangan manggis di Kabupaten SawahluntoISijunjung

QuantitatifStrategic Planning Matrik

..

(QSPM) pengembangan manggis di Kabupaten SawahIuntoISijunjung

...

Urutan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan sesuai hasil analisis QSPM

...

Matriks uraian rencana ke rja pada setiap stmtegi terpilih &lam pengembangan komoditas manggis Kabupaten SawahluntoISijunjung berdasarkan hasil

(13)

DAFTAR

GAMBAR

Halaman

1 Grafik volume ekspor manggis Kabupaten Sawahluntol Sijunjung terhadap

...

ekspor manggis nasional 4

. .

...

2 Diagram kerangka pemluran 24

. .

...

3 Diagram alir tahapan penehtlan 36

...

4 Batas adrninistrasi Kabupaten SawahIuntolSijunjung 39

5 Kemiringan lereng wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung

...

41

...

6 Sebaran aliran sungai di Kabupaten Sawahluntolsijunjung 44

7 Jalan Lintas Tengah Sumatera (jalan nasional) di Kecamatan Tanjung Gadang

.

.

dengan kondlsi sedang s.d rusak ringan

...

50

8 Jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan

Lubuk Tarok

...

51

9 Kondisi jalan kabupaten di Kecamatan Sijunjung. masih tertutup tanah dan dalam keadaan

...

51

10 Lokasi pasar di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

...

53 11 Kondisi tanaman manggis di antara "hutan karet"

...

54

...

12 Manggis yang di tanam di pekarangan 55

13 Manggis dalam kebun campuran ... 56 14 Manggis yang sengaja dibudidayakan (jarak tanam lebih teratur) pada umur f 15

tahun

...

58

15 Manggis hasil pengembangan . . dengan sistem tumpang . . sari pada umur rt 6 tahun . 59 16 Peta kesesuaian lahan untuk manggis (Garcinia mangostana.

L)

...

62 17 Penggunaan lahan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

...

64 18 Luas potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman manggis

...

66

19 Potensi lahan untuk pengembangan manggis pada area penggunaan lahan bukan kawasan hutan

...

70 20 Sketsa lokasi jarak tanam sistem budidaya tumpang sari manggis-pisang

...

74

21 Strukhu Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten

. . .

...

S a ~ a h l u n t ~ / S l ~ ~ ~ ~ l l g 85

22 Pohon industri manggis

...

91
(14)

24 Kondisi gudang sekaligus lokasi bongkar muat dan sortase manggis

...

98

25 h t a i pemasaran manggis (harapan) dimana kefompok tani bermitra langsung

(15)

DAFTAR LAMPIRLUU

Halaman . .

1

Proyeksi Biaya Investasi (Tahun Ke-0) ... 136

2 Proyeksi Biaya Produksi Manggis Tahun Ke-1 sampai dengan

Tahun

Ke-15

....

137

3 hoyeksi Biaya Produksi Pisang Tahun Ke-i

sampai

dengan Tahun ke-i

1

...

152

4 Proyeksi Aliran Kas (Cash

Flow)

Budidaya Pisang secara Monokultur

...

163

5 Klasifikasi

Buah

Manggis Segar Sesuai dengan Standar Nasiond Indonesia SNI-01-3211-1992)

...

:

...

164

6 Jadwal Musim Panen Daerah Sentra Produksi Manggis Utarna di Indonesia

...

165

7 Jadwal Musim Panen Negara Produsen Manggis Dunia

...

167

8 Data Kesuburan Tanah di Kabupaten SawahluntoISijunjung

...

168
(16)

PENDAHULUAN

L a t a r Belakang Penelitian

Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas serta pemberlakuan otonomi daerah, maka setiap daerah dapat mengelola dan mengambil keputusan sendiri dalain memanfaatkan sumberdaya daerah. Demikian pula Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang berjuluk "Ranah Lansek Manih", dimana sumber daya alam yang ada berpotensi dalam pengembangan sektor pertambangan dan sektor pertanian. Di sektor pertanian, selain perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura tahunan juga memiliki potensi untuk dikembangkan, karena memiliki sumberdaya alam yang mendukung untuk pengembangan sektor tersebut.

Berdasar keadaan geobiofisik wilayah, Pemerintah Daerah dalam ha1 ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura telah melakukan berbagai langkali dalam upaya menggali potensi sumberdaya alam dengan melakukan pengembangan berbagai komoditas yang sesuai dengan kondisi geobiofisik yang ada. Hal ini terkait dengan konsep pertanian berkelanjutan oleh Haberl et al. (2004) yaitu suatu pengembangan pertanian dengan selalu berusaha memelihara proses perubahan fisik antara masyarakat dan alam lingkungannya, sementara di waktu sama terjadi peningkatan kemakmuran ekonomi dan kualitas sosial.

Komoditas tanaman hortikultura tahunan seperti durian, manggis dan langsatlduku merupakan vegetasi alami yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Hal ini sejalan dengan operasionalisasi revitalisasi pertanian dalam lingkup Departemen Pertanian periode 2005-2009, dengan rencana tindak program pengembangan agribisnis yang utama antara lain adalah pengembangan sentra produksi komoditas unggulan dan pengembangan agroindustri di kawasan sentra produksi.

(17)

manggis, kondisi di lapangan di beberapa wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung saat ini manggis adalah salah satu komoditas yang telah hidup "secara alami" dan telah menjadi salah satu jenis komoditas buah yang ditanam oleh masyarakat.

Manggis adalah salah satu jenis buah unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekspor tinggi. Menurut data dari PPHP (2007), ekspor manggis dari tahun 2001 sampai dengan 2005 mengalami kenaikan dan menduduki posisi volume ekspor buah segar tertinggi dibanding buah segar lain seperti alpukat, belimbing, duku, pisang, nenas dan durian. Volume ekspor terbaik terjadi pada tahun 2003 sebesar 9,3 ribu ton dan mengalami penurunan di kisaran 3,3 ribu ton di tahun 2004. Pada tahun 2005 kembali tejadi kenaikan yang cukup signifikan, mencapai angka 9,4 ribu ton. Kecendemngan adanya peningkatan ekspor disebabkan kebutuhan manggis dunia belurn sampai titik jenuh pasar, atau dengan kata lain kebutuhan pasar belum terpenuhi. Hal ini adalah peluang besar bagi produsen manggis, mengingat manggis merupakan tumbuhan spesifik dan memiliki daya saing komparatif.

Peluang pasar komoditas buah Indonesia secara umum masih sangat besar. Permintaan pasar buah di dalam negeri terus mengalami peningkatan sejalan dengan tingkat kesadaran gizi masyarakat, pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan. Pada saat ini tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia sebesar 31,56 kgkapitaltahun, masih dibawah anjuran F A 0 yang mencapai 65 kg perkapita pertahun. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa, untuk mencapai rekomendasi FAO, diperlukan volume buah-buahan yang sangat besar. Ini merupakan potensi pasar termasuk buah manggis yang biasa dikonsumsi dalam bentuk buah segar.

(18)

Dalam upaya meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas manggis, salah satunya adalah mencari lahan baru yang sesuai untuk pengembangan kawasan manggis. Dengan melakukan analisis potensi lahan dan terobosan lain dalam meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas manggis, diharapkan dalam perencanaan lokasi dan langkah-langkah pengembangan yang dilaksanakan dapat disusun sesuai dengan kondisi geobiofisik lahan, sosial dan ekonomi masyarakat. Kerangka kerja sebagai terobosan pengembangan manggis tersebut diharapkan malnpu memperkuat upaya petani bersama pemerintah dalam mengembangkan manggis sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

Perurnusan Masalah

1. Bagaimana potensi fisik lahan wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung untuk pengembangan manggis sehingga mampu memberikan informasi dalam pengembangan sistem pertanian?

2. Bagaimana prospek ekonomi pengembangan komoditas manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung?

3. Bagaimana sistem kelembagaan dan sistem pemasaran dalam mendukung pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung?

4. Bagaimana strategi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis potensi biofisik wilayah melalui evaluasi kelas kesesuaian lahan di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung untuk pengembangan manggis.

2. Menganalisis secara ekonomi prospek pengembangan manggis.

3. Menganalisis sistem kelembagaan dan pemasaran manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

(19)

Manfaat Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Manggis (Garcinia rnangostana, L)

Menurut P m t Kajian Buah-% Tmpika (F'KBT) (2006), manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang herasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Manggis sering ditemukan berasosiasi dengan tanaman durian. Pusat penanaman manggis di Indonesia adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciarnis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

Tanaman manggis merupakan tanaman pohon yang berdaun lebar dan rimbun. Tinggi pohon yang sudah dewasa mencapai 12 meter dengan umur dapat mencapai puluhan tahun. Bentuk tajuk pohon bervariasi dari bulat silindris hingga kerucut dengan penyebaran simetris ke semua arah. Lebar tajuk merentang hingga 12 meter dan semakin mengecil ke arah puncak pohon. Diameter batang pokok pohon dewasa bisa mencapai 60 cm dengan percabangan ke semua arah. Daunnya tunggal dan berpasangan di sisi ranting, bentuk daun bulat panjang dengan ukuran 13-26 cm dan lebar 6-12 cm. Helai daun kaku dan tebal, permukaan daun licin, berlilin dan mengkilat. Tanaman Manggis hanya mempunyai bunga betina saja, sedangkan hunga jantan tidak pernah terbentuk. Buah manggis herbentuk bulat dan licin, berdiameter 4-7 cm. Saat masak, warna kulit benvarna ungu kemerahan, dengan daun kelopak yang masih menempel dan tetap dihiasi oleh cuping kepala putik. (Reza dan Wijaya, 2000).

(21)

Berikut klasifikasi tanaman manggis sesuai dengan sistem taksonomi tumbuhan :

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Family : Guttiferae Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia nzangostana, L.

Syarat Tumbuh Tanaman Manggis

Syarat tumbuh tanaman manggis adalah menginginkan tanah yang gembur, kaya bahan organik, senantiasa lembab, tetapi tidak menggenang, dengan kedalaman tanah > 60 cm, tekstur liat dengan drainase yang baik, dengan pH optimum 5,0-7,O.

Sebaliknya tanaman manggis tidak menyukai tanah yang bersifat basa dan rendah tingkat kesuburannya. Udara yang lembab dengan suhu 22" - 35'

C,

curah hujan yang nlerata sepanjang tahun, dengan rata-rata curah hujan berkisar 750-2500 mm pertahun dan maksimal bulan kering adalah empat bulan, sangat cocok untuk tanaman manggis (Departemen Pertanian, 1997)

Manfaat Manggis

(22)

tinggi, serta menghindari penyumbatan jantung. Xanthone tidak ditemui pada buah- buahan lainnya kecuali pada buah manggis. Disamping mengandung xanthone, produk manggis juga mengandung karbohidrat, lemak, vitamin B1, B2, B6, vitamin C dan phospor yang tinggi. Kulit buah kering memiliki khasiat untuk mengobati penyakit diabetes melitus (peningkatan gula darah), yang juga menjadi pemicu peningkatan permintaan khususnya pada musim panen awal2007.

Kesesuaian Lahan untuk Manggis

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya (FAO, 1976). Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat bersifat siklik yang berbeda di atas dan di bawah wilayah tersebut termasuk atmosfir serta segala akibat yang ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan sekarang yang semuanya berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa yang akan datang.

Kemampuan lahan (land capability) dan kesesuaian lahan (land suitability), merupakan dua istilah yang berbeda. Kesesuaian lahan merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Kesesuaian lahan ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase sesuai untuk status usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin et al., 2003). Kemampuan lahan diartikan sebagai kapasitas suatu lahan untuk berproduksi. Jadi semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah maka kemarnpuan lahan tersebut semakin tinggi, sedangkan kesesuaian lahan adalah kecocokan dari sebidang lahan untuk tipe penggunaan tertentu (land utilization type) sehingga dalam penggunaan lahan, aspek manajemen juga harm dipertimbangkan.

(23)

dengan berbasis pada sektor pertanian yang berkelanjutan (Bappeda, 2006) menjadikan unsur efisiensi sumberdaya pertanian merupakan komponen utama yang harus diperhatikan. Pendekatan komoditas (commodiw approach) adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam efisiensi sumberdaya. Pendekatan komoditas menggunakan konsep pewilayahan komoditas unggulan sehingga akan didapatkan produk pertanian yang memiliki potensial produktivitas dan mutu tinggi (komparatif). Pengembangan komoditas unggulan harus didasarkan atas kesesuaian komoditas terhadap lingkungan yang ada, sehingga dalam pengembangan komoditas unggulan faktor kesesuaian lahan hams menjadi pertimbangan penting.

Pengembangan manggis pada kondisi lahan yang tidak sesuai, disamping tingkat produktivitasnya tidak optimal, juga memerlukan input tinggi serta beresiko tinggi tingkat kegagalannya. Tingkat mutu hasil yang prima akan mampu terpenuhi apabila diusahakan pada lahan-lahan yang sesuai agroekologinya dan mendapatkan penanganan panen, pasca panen dan proses distribusi sampai ke tangan konsumen dengan tepat. Komoditas yang diusahakan pada lingkungan yang sesuai akan memperagakan tingkat kemampuan genetik yang maksimal, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu penataan potensi lahan yang sesuai untuk manggis yang didasarkan pada kondisi agroekologi, merupakan langkah awal yang dapat membantu dalam program penyusunan pembangunan pertanian wilayah yang berkelanjutan.

Menurut Haberl et al. (2004) berkelanjutan adalah usaha untuk memelihara proses perubahan fisik antara masyarakat dan alam lingkungannya, sementara di waktu sama terjadi peningkatan kemakmuran ekonomi dan kualitas sosial. Dalam pengembangan manggis, makna berkelanjutan adalah sebuah dasar dari pelaksanaan pengembangan itu sendiri. Untuk it11 langkah awal guna mewujudkan ha1 tersebut adalah dilakukannya evaluasi kesesuaian lahan untuk menggis baik secara fisik, ekonomi dan sosial. Hasil analisa dan evaluasi disusun dalam format GIs (Geografic Information System) dalam bentuk peta arahan kesesuaian lahan untuk manggis.

(24)

menentukan jenis penggunaan atau jenis komoditas yang akan diusahakan, kemudian menentukan persyaratan dan pembatas pertumbuhanfpenggunaannya, terakhir membandingkan (matching) antara persyaratan penggunaan lahan (pertumbuhan tanaman) tersebut dengan kualitas lahan secara fisik. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan yang biasa digunakan adalah klasifikasi menurut metode FA0 (1976). Metode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kelas kesesuaian lahan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, tergantung data yang tersedia (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka F A 0 (1976) dibedakan menurut tingkatannya yaitu:

(1) Ordo, keadaan kesesuaian lahan secara umum. Pada tingkat ordo, kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N).

(2) Kelas, adalah keadaan tingkat kesesuaian suatu lahan dalam sebuah ordo, dimana pada tingkat kelas lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu sangat sesuai (SI), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) dibedakan ke dalam 2 kelas yaitu tidak sesuai saat ini (Nl) dan tidak sesuai untuk selamanya (N2). (3) Strbkelas, adalah tingkat dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan

dibedakan menjadi subkelas berdasarkan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan. Dalam satu subkelas, faktor pembatas yang dimiliki maksimum tiga, dengan faktor pembatas terberat dituliskan pada urutan pertama. Kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai masukanlperbaikan yang dilakukan.

(25)

Dalam kerangka kerja evaluasi lahan oleh FA0 (1976), pendekatan dalam evaluasi lahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pendekatan dua tahap (fwo stage approach) dan pendekatan paralel barare1 approach). Pendekatan dengan dua tahap adalah melalui proses evaluasi yang dilakukan secara bertahap, pertama adalah evaluasi secara fisik lahan dan kedua adalah evaluasi secara ekonomi. Pendekatan ini biasanya untuk inventarisasi sumberdaya lahan secara makro dan studi potensi produksi. Pendekatan paralel adalah kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel) atau pendekatan ini merekomendasikan analisis sosial ekonomi terhadap jenis penggunaan lahan dilakukan secara bersamaan dengan analisa faktor-faktor fisik dan lingkungan lahan tersebut. Pendekatan paralel memberikan hasil yang lebih cepat dan tepat sehingga lebih menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil.

Konsep Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1990). Alat yang digunakan adalah alat pengindera atau sensor yang berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik atau wahana lain.

(26)

Tabel 1 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman manggis (Garcinia mangostana, L)

Persyaratan Penggunaad Kelas kesesuaian lahan

Karakteristik Lahan SI S2 S3 N

Temperatur (tc) 23

-

30 30 -40 >40 Temperatur rerata (O C) 20-23 18

-

20 15

-

18 >15

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 1250

-

1750 1750-2000 2000-2500 >2500 1000- 1250 750-1000 >750 Ketersediaan Oksigen (oa) Terhambat Sangat Drainase Baik, sedang Agak terhambat agak cepat terhambat

Media Perakaran (rc)

-Tekstur Halus,agak halus

-

Sedang

-

bahan kasar (%) <I5 15-35

-

Kedalaman Tanah (cm) >I00 75-100 Gambut

-

Ketebalan ( cm) c 60 60-140

-

+ dengan sisipanlpengkayaan <I40 140-200

-

Kematangan saprik + saprik,hemik+ Retensi hara (nr)

-KTK Liat (me1100 gr) >I6 5 16 -Kejenuhan basa (%) >35 20-35 -pH H,O 5,O - 6,O 4,5-5,0

6.0-7.0

-

C Organik >1,2 0.8-1.2 Toksisitas (xc)

Salinitas (dslm) < 4 4

-

6

cepat

Agak kasar Kasar

140-200 >200 200-400 MOO Hemik, fibrik+ fibrik

Sodositas (xn)

AlkalinitasIESP (%) <I5 15-20 20

-

25 >25

Bahaya Sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm) >I25 100- 125 60 -100 <60

Bahaya Erosi (eh)

-Lereng (%) <8 8-16 16-30 >30 -Bahaya erosi sangat rendah rendah- sedang berat sangat berat

Bahaya banjir (fh)

Genangan FO F 1 F2 >F3

Penyiapan lahan (Ip)

-Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40 -Singkapan Batuan ('36) <5 5-15 15-25 >25

[image:26.599.107.522.74.608.2]
(27)

Citra Landsat adalah salah satu contoh bentuk data hasil perekaman penginderaan jauh dalam bentuk agihan energi elektromagnetik. Citra landsat biasa digunakan untuk mengetahui kondisi sumberdaya alam di muka bumi, khususnya untuk melihat tutupan lahan dan jenis penggunaan lahan. Obyek-obyek di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap tenaga elektromagnetik yang sampai pada obyek tersebut.

Prinsip dasar pengenalan objek dalain penginderaan jauh adalah unsur-unsur interpretasi yaitu ronalwarna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs dan asosisi. Tetapi tidak semua unsur interpretasi tersebut digunakan untuk pengenalan obyek, tergantung kepada kemudahan interpretasi. Semakin mudah obyek itu dikenali, semakin sedikit unsur interpretasi yang digunakan. Penginderaan jauh akan semakin sederhana, bila setiap benda memantulkan dantatau memancarkan tenaga secara unik diketahui. Jenis benda yang berbeda dapat merniliki kesamaan spektral dan mempersulit pembedaan benda tersebut.

Kunci keberhasilan terapan suatu sistem penginderaan jauh terletak pada manusia (kelompok manusia) yang menggunakan data penginderaan jauh. Data yang dihasilkan dengan sistem penginderaan jauh hanya akan menjadi informasi bila seseorang memahami asal-usulnya, mengerti bagaimana meenginterpretasinya dan memahami bagaimana cara menggunakannya secara tepat (Lillesand and Kiefer, 1990). Hasil interpretasi data penginderaan jauh sangat tergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan dari interpreter (Munibah, 1992).

Pengembangan Wilayah

Wilayah dalam pengertian ruang mengandung makna: pertama, bio-physical space yaitu tempat dimana struktur sumberdaya biofisik berada; kedua, socio econornic space yaitu tempat dimana interaksi aktivitas sosial ekonomi; dan ketiga,

policy space yaitu tempat dimana kebijaksanaan diberlakukan untuk memanfaatkan

sumber daya biofisik yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi. Di antara ketiga variabel tersebut, hanya variabel kebijaksanaan yang bersifat fleksihel dalam arti

, ,

(28)

yang harmonis dari ketiga ruang (space) tersebut untuk membentuk suatu wilayah yang unik dan berbeda dengan wilayah lainnya.

Penerapan kata "wilayah" dalam konteks pertanian menunjukkan kehomogenan wilayah. Konsep wilayah homogen didasarkan pada pendapat bahwa wilayah-wilayah geografik dapat dikaitkan bersama-sama menjadi suatu wilayah tunggal apabila wilayah tersebut mempunyai ciri-ciri yang seragam. Ciri-ciri tersebut dapat bersifat ekonomi (stmktur produksi maupun konsumsinya serupa); bersifat geografik (iklimnya sempa) bahkan juga ada yang bersifat sosial politik (Syafa'at et al., 1993).

Wilayah homogen dibatasi berdasarkan kesempaannya secara internal. Setiap pembahan yang terjadi secara internal di wilayah homogen tersebut, misalnya adanya program pengembangan agribisnsis akan mempengaruhi sekumh bagian wilayah dengan cara yang sama. Apa yang berlaku untuk satu bagian wilayah akan berlaku pula untuk bagian wilayah lainnya. Konteks konsep teori pengembangan wilayah pertanian berbasis agribisnis dapat dipandang sebagai suatu wilayah homogen yang memperlihatkan satu tingkat koherensi dalam kesatuan keputusan- keputusan ekonomi, yang dapat dikembangkan bersama-sama dengan wilayah pertanian lainnya dalam kawasan tersebut melalui pengembangan agribisnis.

(29)

Pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengembangan ekonomi secara umum. Menurut Stringer and Phingali (2004), bahwa pengembangan ekonomi secara umum dan ekonomi pertanian pada intinya adalah berfokus pada bagaimana pertanian dapat memberikan kontribusi terbaik pada pertumbuhan yang menyeluruh. Kontribusi tersebut antara lain: penyerapan tenaga kerja, mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang memiliki pendapatan memadai, mampu menyediakan tabungan untuk investasi selanjutnya, terjadi perluasan pasar, mampu tneningkatkan ekspor dan produksi pertanian yang mampu memproduksi material primer sebagai bahan dasar industri pertanian. Oleh karena itu dalam pembangunan pertanian harus terjadi pertumbuhan, berkeianjutan dan pemerataan untuk memperoleh kontribusi dari pembangunan pertanian yang dilaksanakan.

Perdagangan Manggis

Buah manggis yang sering disebut oleh konsumen dunia sebagai "Queen of Tropical

Fruit"

merupakan buah kebanggan Indonesia, yang merupakan buah unggulan ekspor selain nenas, pisang, belimbing, alpukat , duku dan durian. Pada tahun 2003, ekspor manggis pada posisi 928,613 ton atau terbesar pertama, yang diikuti oleh durian, pisang dan duku. Tabun 2004 mengalami penurunan volume ekspor manggis, yaitu pada angka 800,975 ton. Namun demikian, volume ini masih menduduki posisi pertama ekspor buah segar Indonesia. Tahun 2005 kembali meningkat pada angka 937,930 ton, yang diikuti oleh durian (712,693 ton). Volume eksport buah unggulan Indonesia dari tahun 2001-2005 disajikan dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2 Volume ekspor buah segar Indonesia tahun 2001-2005 (ton)

Tabun Manggis Alpukat Bclimbing Duku Pisang Nenas Durian

200 1 681,255 141,703 53,157 113,071 137,598 73,061 415,079

2002 768,015 238,182 56,753 208,350 162,120 97,296 537,186

2003 928,613 255,959 67,261 233,086 239,107 115,209 694,654

2 0 0 4 800,975 221,774 78,117 146,067 210,320 1 17,576 710,795

2005 937,930 22,577 65,967 163,389 178,576 110,704 712,693

(30)

Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2004 memasok 1.432 ton atau 47% ekspor manggis nasional dan tahun 2005 mengalami peningkatan volume yaitu menjadi 1.466 ton tetapi menurun prosentasenya dari total ekspor manggis nasional yaitu hanya 24,4%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Keragaan eksport manggis Propinsi Sumatera Barat

Tahun Luas Produksi Volume ekspor Volume ekspor Prosentase dari

Panen (ha) (ton) Propinsi (ton) nasional (ton) ekspor nasional (Yo)

2001 83 1 8.280 1.076 4.869 22,lO

2002 833 8.072 1.049 6.512 16,12

2003 1.144 8.358 1.086 9.305 11,68

2004 1.595 11.021 1.432 3.045 47,05

2005 1.524 11.279 1.466 6.012 24,40

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat, diolah 2007.

Kabupaten SawahluntoISijunjung sendiri memberikan kontribusi yang cukup besar. Hal ini disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4 Keragaan eksport manggis Kabupaten SawahluntoISijunjung

Tahun Luas Produksi Volume ekspor Prosentase dari Prosentase dari ekspor

Panen (ha) (ton) Kabupaten (ton) ekspor propinsi (%) nasional (%)

2002 86 1.241 125 11,90 1.90

2003 83 848 80 7,40 0,80

2004 182 2.602 338 23,60 11,IO

2005 188 4.881 634 43,28 10,60

Sumber : Dinas Pertaoian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten SawahluntoISijunjung diolah

2007

(31)

Tabel 5 Produksi manggis di Propinsi Surnatera Barat (ton)

Kabupaten Tahun Jumlah

2002 2003 2004 2005

Agam 396 1.417 2.568 2.459 6.840

50 Kota 1.914 2.116 2.285 3.000 9.315

Pariaman 120 795 1.000 1.096 3.01 1

Pesisir Selatan 566 655 944 809 2.974

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat, diolah 2007.

Berikut grafik perbandingan volume ekspor manggis Kabupaten SawahluntoISijunjung dengan ekspor manggis Propinsi Sumatera Barat dan ekspor manggis Indonesia di tingkat internasional tahun 2001 sampai dengan 2005 yang menunjukkan peningkatan.

I

Perbandingan Ekspor Manggis

1

i

Ton

.. .

2W1 2002 2W3 2W4 2W5

Tahun

I ekspor hdonesia (ton)

/ /

OVOI ekspoi Sunetera Barat/

Sawahluntorjwnjmg (10")

--

I

Gambar 1 Grafik volume ekspor manggis Kabupaten Sawahluntol Sijunjung terhadap ekspor manggis nasional.

(32)

Tabel 6 Neraca perdagangan komoditi manggis nasional tahun 1999

-

2004 (ton)

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Volume (ton)

.

,

Ekspor 4.743 7.182 4.868 6.512 9.304 3.045

Neraca 4.743 7.182 4.867 6.511 9.304 3.045

Nilai (US%)

Ekspor 3.887.816 5.885.038 3.953.234 6.956.915 9.306.042 3.291.855

Neraca 3.887.580 5.885.038 3.952.628 6.955.271 9.306.042 3.291.653

Sumber: BPS, data diolah Subdit Analisis dan lnformasi Pasar (2007)

Manggis Indonesia sebagian besar diekspor ke Hongkong (53%), Taiwan (27%), Malaysia (7%), Uni Emirat Arab (3%) dan Perancis (3%). Perkembangan eksport manggis cukup tersendat-sendat dalam meningkatkan volume ekspornya. Tersendat-sendatnya eksport manggis di Indonesia disebabkan antara lain adalah kualitas buah manggis Indonesia yang masih rendah, rendahnya kuantitas produksi yang sesuai standard serta kontinyuitas produksi manggis yang belum dapat dipastikan.

Kebutuhan pasar akan manggis yang tinggi baik untuk konsumsi buah segar dalam negeri maupun pasar eksport, penemuan dari para peneliti tentang khasiat buah manggis, menjadi pemicu peningkatan permintaan akan manggis. Namun ha1 ini belum didukung oleh perkembangan dari jumlah produksi, kualitas produksi dan kontinyuitas pasokan manggis untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

(33)

bijilseedling) dan dengan teknik budidaya sederhana, umur mulai berbuah dapat dipersingkat menjadi kurang dari sepuluh tahun.

Hal ini menjadi salah satu penyebab budidaya secara dikebunkan belurn menjadi daya tarik para petani ataupun investor, selain kebutuhan akan lahan yang sesuai untuk tanaman manggis relatif spesifik (lahan-lahan tertentu). Sehingga kuantitas dan kontinyuitas produksi manggis Indonesia masih sulit untuk ditingkatkan.

Perdagangan manggis yang dinamis dan memiliki prospek ekonomi yang tinggi menjadi salah satu parameter dan melatarbelakangi daerah-daerah di Indonesia yang selama ini telah banyak dikembangkan manggis mempunyai peluang besar untuk lebih meningkatkan produksi yang memiliki kualitas dan kontinyuitas tinggi, karena dengan besamya selisih volume ekspor dan impor menunjukkan bahwa wilayah di Indonesia yang mempakan penghasil manggis memiliki kemampuan dalam daya saing komparatif yang tidak dimiliki oleh daerah lain yang bukan penghasil manggis, mengingat manggis mempakan tumbuhan yang membutuhkan lahan dengan syarat hidup yang spesifik.

Kelembagaan Pengembangan Manggis

(34)

terlibat. Penafsiran dan penilaian kembali inilah yang membawa dinamika pada kelembagaan yang ada (Saptana et al., 2006).

Menurut Bunch (1992) dalam Rintuh dan Miar (2003), bahwa kelembagaan penting artinya dalam upaya pengembangan pedesaan, karena:

1. Banyak masalah yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu letnbaga, misal pelayanan perkreditan, penyebaran informasi pertanian dan lain-lain.

2. Memberi kelanggengan pada masyarakat desa untuk terus menerus mengembangkan usahanya seperti mengembangkan teknologi dan menyebarkannya.

3. Mengorganisasi masyarakat desa untuk dapat bersaing dengan pihak luar.

Oleh karena itu, penguatan kelembagaan menjadi pilar dan berperan sebagai penggerak pembangunan dan pemberdayaan ekonomi rakyat guna pengembangan pedesaan. Upaya pemberdayaan ekonomi rakyat hams di kaitkan dengan penguatan kelembagaan seperti kelembagaan ekonomi, pemasaran, pendanaan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan sebagai wadah kegiatan. Penguatan kelembagaan diperlukan untuk menggerakkan upaya penyediaan dana sebagai modal usaha, perbaikan shvktur pasar, pembangunan sarana dan prasarana pendukung dan penyediaan sarana penunjang.

Penelitianlpembahasan tentang kelembagaan yang berkaitan dengan komoditas pertanian telah banyak dilakukan, antara lain oleh Maliati (2002), membahas tentang tumbuhnya kelembagaan pasar modem untuk hasil-hasil pertanian sehingga petani memiliki altematif yang lebih luas dalam memasarkan hasil taninya. Tetapi pembahasan belum menyinggung bagaiman posisi dan peran petani sebagai salah satu pelaku dalam kelembagaan tersebut, khsususnya dalam menentukan aturan main. Hal ini perlu diungkap karena sering terjadi masalah apabila petani berhadapan dengan pelaku lain, yaitu dimana petani memiliki posisi yang lemah karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.

Strategi Pengembangan Manggis

(35)

dalam upaya antisipasi menghadapi kesepakatan perdagangan bebas yang tertuang dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang akan diberlakukan mulai tahun 2010, maka komoditas pertanian yang dihasilkan harus mempunyai daya saing dari segi mutu (kualitas), kontinyuitas produksi, serta harga, atau yang lebih dikenai dengan keunggulan komparatif maupun kompetitif secara lentur dan dinamis serta bersifat jangka panjang (PSE, 1994).

Pengembangan kebijakan pertanian yang ideal memerlukan dukungan hal- ha1 sebagai berikut:

1. Kebijakan makro yang konsisten; 2. Dukungan sarana dan prasarana; 3. Dukungan teknologi;

4. Peningkatan aksesibilitas.

Beberapa ketentuan atau persyaratan yang harus diperhatikan dalam kegiatan agribisnis yaitu:

1. Produk bermutu prima sesuai dengan permintaan pasar.

Produk bermutu prima tidak saja untuk pasar luar, namun juga untuk produk yang dipasarkan di pasar lokal, sebab bila tidak maka produk dari luar akan mendominasi pasar lokal.

2. Kontinuitas produksi yang terjamin, artinya kebutuhan pasar harus selalu terpenuhi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Tingkat mutu hasil yang prima akan mampu terpenuhi apabila komoditasnya diusahakan pada lahan-lahan yang sesuai agroekologinya dan mendapatkan penanganan panen, pasca panen dan proses distribusi sampai ke tangan konsumen dengan tepat. Komoditas yang diusahakan pada lingkungan yang sesuai akan memperagakan tingkat kemampuan genetik yang maksimal, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya (Busyra et al., 2005).

(36)

kesesi~aian keunggulan komoditas tersebut pada lingkungan yang ada, sehingga pengembangan komoditas unggulan harus disesuaikan dengan kesesuaian lahannya.

Kebijakan tersebut di atas adalah salah satu strategi dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan. Pengertian strategi menurut Chandler (1962) dalam Rangkuti (2001) adalah merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya. Sedangkan Marrus (1995) dalam Umar (2002), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana tujuan itu dapat dicapai. Pakar strategi lain yaitu Hamel dan Prahalad (1995) dala~n Utnar (2002) mendefinisikan strategi sebagai berikut :

"Strategi merupakan tindakan yang senantiasa meningkat (incrementaL) dan terus-menerus, serta dilakukan menurut sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan

".

(37)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian adalah berbagai ha1 yang menjadi latar belakang dan berbagai permasalahan yang menjadi dasar pemikiran dari penelitian, sehingga diperoleh jawaban dari permasalahan yang ada. Uraian tentang apa yang menjadi latar belakang permasalahan dan apa yang menjadi masalah dalam pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung serta di posisi mana permasalahan tersebut berada, dapat dituangkan dalam diagram pemikiran sebagaimana Gambar 2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Sawalilunto/Sijunjung Propinsi Sumatera Barat. Luas wilayah adalah 3.130,40 km2 atau 7,41% dari luas wilayah Propinsi Sumatera Barat, yang dimulai pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2007. Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung memiliki 8 (delapan) kecamatan, yaitu kecamatan Kupitan, Koto VIl, IV Nagari, Lubuk Tarok, Sijunjung, Kamang Baru, Tanjung Gadang dan Sumpur Kudus.

Jenis Data dan Sumber Data

(38)

Tabel 7 Jenis data sekunder yang dibutuhkan

No Jenis data Tahun Bentuk Data Sumber Data

1. Kebijakan pembangunan BAPPEDA Kab.

a. Undang-Undang Tata Ruang 2007 Hard copy SawahluntoISijunjung

b. RTRW Kabupaten dan Prop. Sumbar,

Sawahlunto/ Sijunjung 2007- 2007 Hardcopy1 Dinas Pertanian

201 1 Digital Tanaman Pangan dan

c. Rensha Sektor Pertmian Hortikultura

2006-201 0 2006 Hardcoov

. .

Sawahlunto/Siiuniune

dan Propinsi &mia[

2. Kependudukan 2005 Digital

-

BPS

a. Jumlah penduduk

-

Dinas Keseiahteraan

b. Ratio uSia kerja c. Tingkat Pendidikan

Sosial, ~en'ga K e j a dan Transmigrasi SawahluntoISijunjun g

3. Produksi, Luas tanam, populasi 2002- Digital Dinas Pertanian

manggis, 2006 Tanaman Pangan dan

Keragaan Keltan rnanggis Hortikultura Kab.

SawahIuntolSijunjung

4. Data karakteristik kebutuhar Hard copy Buku referensi

tanaman

5. Data sarana prasarana BPS dan Bappeda

a. Data PODES 2006 Digital Kabupaten

b. SawahluntoISijunjung dalam 2005 SwlISijunjung

Angka

6. Data kesuburan tanah

-

Hard copy Dipertahort

SawahlunoISijunjung

Tabel 8 Jenis peta yang dibutuhkan.

No Jenis peta Skala Tahun Bentuk Sumber

1. Peta Administrasi 1 : 50.000 2006 Digital - RBI Bakosurtanal

Bappeda Kabupaten

Sawahlunto/Sijunjung

2. Peta Land system 1 :250.000 Digital RePPProTe

3. Ciha Landsat 2006 Digital Biohop Training dan

Information Center

(BTIC), Bogor

4. Peta LREP 1 1: 250.000 1990 Digital Puslitbangtanak Bogor

lembar Solok

(0815) Sumatera

5. Peta Topogmfi ~ ~ 1 : 250.000 1990 Digital Bakosurtanal, Bogor

[image:38.582.129.521.95.433.2]
(39)

-

U U No 22 Tahun 1999 jo UU No. 34 Tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah

Otonomi daerah

l---

Pengelolaan den pemanfaatan potensi daerah

I

Sektor yang merniliki

I

m

I

daya saing

Manggis : 9 Rasa eksotis 9 Buali tropis spesifik 9 T i d a k mudah busuk

kuota ekspor 9 Kebutuhan pasar

belum ter~enuhi

I

(permintaan tinggi)

M

Pengembangan Tanaman

1

9 Kandungan Xanthone

Renstra Propinsi

-

Sektor Pertanian

Renstra Kabupaten

I

9 Belum ada batasan

manggis hanya pada manggis. 1

1

- I

I

I

[image:39.582.98.483.59.662.2]

Peningkatan kesejahteraan masyarakat

Gambar 2 Diagram k e r a n g k a p e m i k i r a n .

Potensi Fisik Lahan

Sistem Kelembagaan dan pemasaran

Potensi Sosial dan Ekonomi

I

I

Manggis di Kabupaten Sa\vahlunto/Sijunjung Masalah 1 :

Persyaratan kunlitas, kuantitas & Kontinyuitas

Masalah 2: Potensi daerah untuk memenuhi permintaan

pasar?

1

Strategi Pengembangan

(40)

Data primer yang dibutuhkan meliputi data-data kuantitatif dan kualitatif yang menyangkut penghitungan analisa ekonomi kaitannya dengan prospek pengembangan setiap komoditas. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung dari responden (petani, pedagatlg dan stakeholder). Informasi data kuantitatif dilakukan melalui wawancara berstruktur dan informasi data kualitatif diperoleh dengan sistem kuesioner dan mstode interviewlwawancara mendalam, pengamatan langsung dilapangan dan dilengkapi dengan informasi dari dokumen tertulis yang relevan dengan tujuan penelitian. Pengambilan sample untuk responden dilakukan dengan metode purposed random sampling yaitu:

a. Pada tingkat petani, dilakukan sistem sampling yang diambil petani manggis yang tersebar di wilayah Kabupaten SawahluntolSijunjung.

b. Responden pedagang adalah pedagang manggis yang berada di Kabupaten SawahluntolSijunjung.

c. Stakeholder adalah pejabat di lingkup instansi terkait tingkat Kabupaten dan Kecamatan.

Data primer meliputi :

a. Identitas Responden.

b. Tingkat kepemilikan lahan oleh petani.

c. Teknologi Produksi beserta biaya yang dibutuhkan. d. Preferensi masyarakat akan komoditas manggis. e. Jumlah produksi.

f. Sistem pemasaran manggis.

g. Tingkat harga petani dan pedagang.

h. Sistem kelembagaan (penyuluhan, permodalan, kelompok tani, kemitraan). i. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan manggis (input produksi,

pemasaran hasil dan pembinaan).

j. Keadaan lahan dan tingkat kesuburanikesesuaian lahan untuk komoditas manggis.

(41)

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperangkat komputer dengan software utama Arc View Versi 3.3, Erdas Imagine 8.6 dan program pendukung lain yaitu Mikrosoft Excel, Microsoft Word dan Arc Soft Foto Studio 2000.

Software Microsoft Excel, Microsoft Word dan Arc Soft Foto Studio 2000 dipakai untuk penulisan dan pengolahan data sekunder yang berupa angka dan gambar, Arc View digunakan untuk analisis kesesuaian lahan menggunakan analisis SIG dengan melakukan overlay berbagai peta, sedangkan Software Erdas Imagine 8.6 digunakan untuk melakukan interpretasi citra landsat sehingga diperoleh peta penutupadpenggunaan lahan yang digunakan sebagai bahan dalam analisis ketersediaan lahan khususnya untuk pengembangan manggis.

Pendekatan

Pendekatan dalarn anaiisis potensi pengembangan komoditas manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dilakukan dengan pendekatan survey dan analisis kesesuaian lahan pada kawasan dari aspek fisik, ekonomi dan sosial.

Metode Analisis Data

(42)

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan manggis menggunakan kriteria F A 0 dalam Framework of Land Evaluation (FAO, 1976). Kelas kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kelas, yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai).

Analisa diawali dengan melakukan overlay dan kompilasi/pemaduan peta LREP I (0815) Sumatera lembar Solok, peta lereng (peta land system) dan peta administrasi menggunakan program Arc View. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk membuat satuan lahan homogen. Kemudian pemaduan datalinformasi penunjang geofisik lahan, yang akan diperoleh informasi kualitas lahan. Selanjutnya dilakukan analisa kesesuaian lahan untuk tanaman manggis, yaitu dengan mencocokan (matching) antara kualitas lahan dengan kriteria kebutuhan tanaman manggis, sehingga dihasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman manggis di Kabupaten SawahluntolSijunjung.

Interpretasi Citra Landsat

Analisis kualitatif selanjutnya adalah analisis data remote sensing (interpretasi) data citra landsat. Analisis diawali dengan melakukan penggabungan tiga data citra (pembuatan mozaik) dan koreksi geometri dari citra land sat dengan pathlrow 1261060, 1271060 dan 1271061. Dilanjutkan dengan resampling yang menggunakan pendekatan tetangga terdekat (nearest neighbour) dan penajaman citra guna memudahkan proses klasifikasi. Proses klasifikasi harus memiliki tingkat kebenaran >85%, bila kurang dari angka tersebut harus dilakukan pengulangan dalam pengambilan sample.

(43)

Analisis Sosial dan Ekonomi

Analisis sosial ekonomi dilakukan pada pengamatan kelembagaan dan pemasaran. Analisis kelembagaan dan pemasaran dilakukan berdasarkan data primer yang diperoleh (hasil wawancara dari responden). Analisis dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif, sebagai pendukungnya adalah analisis kelayakan finansial dan analisis margin tata niaga. Kajian sistem kelembagaan dalam pengembangan manggis dilakukan dengan menganalisa secara diskriptif dari sistem kelembagaan yang telah ada saat ini.

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Manggis

Menurut Kadariah et a / . (1999), analisis finansial adalah suatu kegiatan usaha dilihat dari sudut pandang para pelaku usaha. orang-oranghadan-badan yang menanamkan modal dan berkepentingan langsung dalam kegiatan yang diusahakan. Analisis finansial penting artinya dalam memperhitungkan insentif bagi para pelaki~ usaha. Sebab suatu usaha akan bertnakna apabila memberikan manfaatlkeuntungan bagi para pelakunya.

Analisis kelayakan finansial dan ekonomi usaha manggis dilakukan dengan menggunakan metode penghitungan nilai NPV, IRR, BIC ratio dan melakukan analisis margin tata niaga komoditas manggis. Data gabungan antara data primer dan sekunder dilakukan untuk melihat prospek dari pengembangan komoditas manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Selain metode statistik ini juga dilakukan dengan diskriptif melalui pengamatan langsung di lapangan untuk mendukung informasi kelayakan finansial pengembangan manggis.

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial dan ekonomi usaha manggis adalah antara lain:

a. Net Present Valzre ( N P V )

(44)

Perhitungan diukur dengan nilai uang sekarang (at present value) deugan

"

(Bt-Ct)

rumus:

NPV

=

c

t = ~

(1

+

i)'

Dimana:

Bt = Penerimaan kotor dari usaha tani manggis pada tahun ke t; Ct = Biaya kotor dalam usaha tani rnanggis pada tahun ke t; n = Umur ekonomis tanaman manggis;

t = Discount rate;

Kriteria yang digunakan adalah apabila:

a) nilai NPV > 0, maka pengembangan komoditi manggis layak untuk dikembangkan.

b) nilai NPV < 0, rnaka pengembangan komoditi manggis tidak layak untuk dikembangkan.

c) Nilai NPV = 0, maka pengembangan komoditi rnanggis baru tnencapai break even point (impas).

b. Internal Rate ofReturn (IRR)

Internal rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain, pada tingkat suku bunga berapa NPV sama dengan no1 (NPV = 0). Tingkat suku bunga tersebut adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oieh suatu kegiatan usaha untuk faktor produksi yang digunakan. Perhitungan IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

IRR = i"+(i"i') NPV" NPV'-NPV" dimana:

(45)

Kriteria yang digunakan adalah apabila:

a) Nilai IRR > 1; maka pengembangan komoditas manggis layak untuk dikembangkan.

b) Nilai IRR < 1; maka pengembangan komoditas manggis tidak layak untuk dikembangkan.

c) Nilai IRR = 0; maka pengembangan manggis mencapai titik break even point.

c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Net Benefit Cost Ratio (Net BIC) adalah nilai perbandingan antara nilai manfaat bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya saat ini. Net B/C dengan menggunakan rumus:

NBI Cratic=

Dimana:

Bt = Penerimaan kotor usaha tani manggis pada tahun ke t; Ct = Biaya kotor dalam usaha tani manggis pada tahun ke t; n = Umur ekonomis manggis;

I =discount rate;

=teria yang digunakan adalah apabila :

d) nilai B/C>1, maka pengembangan komoditi manggis layak untuk dikembangkan.

e) nilai BlC-4, maka pengembangan komoditi manggis tidak layak untuk dikembangkan.

(46)

Analisis Margin Tata Niaga

Margin Tata Niaga adalah perbedaan harga di tingkat produsen (harga beli) dengan harga di tingkat konsumen (harga jual). Margin ini terdiri atas biaya dan keuntungan tata niaga. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

M = Margin Tata Niaga (RpIKg);

Mj = Margin tata niaga (RplKg) lembaga tataniaga ke-j (1,2,3,

....,

m) dan m adalah lembaga tataniaga yang terlibat; Cij = Biaya tata niaga ke-i (RpKg) pada lembaga tata niaga ke j

(i = 1,2,3,

...,

n) dan n adalah jumlah jenis pembiayaan; pj = Margin keuntungan lembaga tata niaga ke j (RpIKg); Analisis kuantitatif yang dilakukan akan diperoleh berbagai informasi tingkat kelayakan ekonomi sebagai parameter ekonomi dalam pengembangan manggis.

Dari hasil analisis kualitatif, yaitu peta kesesuaian lahan sebagai hasil analisis kesesuaian lahan, peta land use (eksisting) sebagai hasil analisisl interpretasi data remote sensing dilakukan tumpang tindih untuk memperoleh peta kesesuaian manggis kondisi eksisting. Selanjutnya peta ini ditumpang tindih kembali dengan peta arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung untuk 2007-2012 sehingga diperoleh peta potensi lahan untuk pengembangan manggis sesuai rencana arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Hasil analisis ekonomi, hasil kajian sosial dan peta potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan manggis kembali dilakukan analisis secara bersama untuk menyusun strategi melalui analisis SWOT.

Analisis SWOT

(47)

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan yang dilakukan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis dari daerah (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2001).

Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh pemerintah daerahlperusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya

Menurut lskandarini (2002), proses penyusunan strategi dengan metode SWOT dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap keputusan. Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif. Proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi sebagai berikut:

Tabel 9 Kerangka formulasi strategis

1. TAHAP MASUKAN

k Evaluasi Matrik Evaluasi

-1

Faktor Eksternal Faktor Internal

2. TAHAP ANALISISIPENCOCOKAN

Matrik Matrik internal

TOWS eksternal

3 . TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

--

Matrik perencanaan strategis kuantitatif

(Qiiantitative Strategic Planning Matrik ( Q S P M )

(48)

internal yang mempengaruhi usaha pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Data yang merupakan faktor ekternal diperoleh dengan melakukan analisis terhadap lingkungan seperti analisis pasar, analisis kebijakan pemerintah, analisis competitor, sedangkan analisis faktor internal meliputi analisis sosial, analisis sumberdaya/modal dan analisis kegiatan operasional. Hasil analisis faktor ekternal dan internal ini selanjutnya dibuat sebagai suatu matrik, yaitu matrik faktor strategi eksternal (EFAS = External Factor Analysis Strategic) dan matrik faktor strategi internal (IFAS =Internal Factor Analysis Strategic).

Langkah menentukan faktor strategi eksternal adalah sebagai berikut : 1. Menyusun 5 sampai dengan 10 hasil inventarisasi faktor peluang dan ancaman

dalam kolom 1, (apabila hasil inventarisasi lebih dari 10, dilakukan skoring dan dipilih yang memiliki nilai 10 terbesar).

2. Memberikan bobot masing-tnasing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,O (sangat penting) sampai dengan 0,O (tidak penting). Pembobotan dilakukan berdasarkan hasil kesepakatanlwawancara dari responden. Jumlah pembobotan adalah 1,O. 3. Menghitung rating untuk masing-msing faktor pada kolom 3, dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pengembangan manggis di Kabupaten SawahluntoISijunjung. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberikan rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Ancaman yang sangat besar diberikan rating 1 dan bila nilai ancamannya kecil, maka nilai rating yang diberikan adalah 4.

4. Menghitung nilai faktor (skor) pembobotan, yaitu dengan mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh skor untuk semua critical succes factors.

5. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

(49)

Setelah matrik strategi faktor internal dan eksternal dibuat, langkah berikutnya adalah tahap pencocokan dengan matrik TOWS atau SWOT. Tabel 10 adalah matrik TOWS (SWOT) yang disusun berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal matrik:

Tabel 10 Matrik TOWS (SWOT)

Dari hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal, diperoleh 4 tipe strategi, yaitu Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT.

1. SO strategies, menggunakan kekuatan internal untuk rneraih dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada

2. WO strategies, strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada.

3. ST strategies, adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki IFAS

EFAS

OPPORTUNITIES ( 0 ) *Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

THREATS(T)

*Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

untuk mengatasi ancarnan.

4. WT strategies, merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan internal serta menghindar dari ancaman- ancaman lingkungan.

Tahap berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan (decisions stage). Langkah ini adalah tahap terakhir dalam menentukan alternatif strategi terpilih yang mungkin dapat diimplementasikan. Teknik analisis yang dipakai adalah Quantitatf

STRENGTHS (S)

*

Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

-

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

WEAKNESSES (W) *Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

[image:49.588.98.508.149.389.2]
(50)

Strategic Planning Matrix (QSPM), yaitu teknik untuk menunjukkan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM menggunakan input dari hasil analisis faktor internal dan eksternal serta hasil analisis tahap pencocokan dengan SWOT. QSPM digunakan untuk mengevaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Adapun tahap pelaksanaan teknik analisis QSPM adalah sebagai berikut: 1. Memb~iat daftar external opportunities/threats dan internal strenghts/ weakness

di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil langsung dari EFAS dan IFAS matrix (analisis strategi faktor internal dan eksternal) dengan masing- masing minimal 10 faktor, diletakkan pada kolom 1.

2. Memberikan nilai rating masing-masing faktor (nilai sama dengan EFAS dan IFAS matrik) yang diletakkan pada kolom 2.

3. M

Gambar

Tabel 1 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman manggis (Garcinia mangostana, L)
Tabel 8 Jenis peta yang dibutuhkan.
Gambar 2 Diagram kerangka pemikiran.
Tabel 10 Matrik TOWS (SWOT)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ibnu Arabi (dalam Hudaya, 2008) Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat merasakan sebuah pancaran cahaya dalam dirinya disaat seorang tersebut dapat

Berdasarkan hasil hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di kelas V SDN Majalengka Kulon V Kecamatan Majalengka pada pembelajaran IPA yang dilakukan

Temuan penelitian tersebut dapat dimaknai bahwa dosen yang memiliki kepercayaan dan resiprositas dengan rekan kerjanya dan didukung tumbuhnya budaya universitas yang

Prinsip penarikan garis batas yang digunakan dalam penentuan batas pengelolaan laut dan bagi hasil kelautan antara Kota Surabaya dengan Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten

Melihat dari penelitian yang dilakukan secara keseluruhan penggunaan anggaran keuangan tahun 2010 s.d 2012 pada kantor Camat Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai

Dari latar belakang yang ada maka perlu dibangun sistem informasi geografis untuk pemetaan penghasil padi khusus di Kabupaten Semarang yang masih minim informasi, dengan

Pengukuran laju respirasi dilakukan dalam wadah stoples kaca. Perlakuan buah utuh, setengah kupas melintang, setengah kupas membujur dan kupas penuh dimasukkan ke dalam

Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui model Problem Based Learning tidak memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model pembelajaran