• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI,

VISUAL, DAN INTELEKTUAL) MELALUI MODEL

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL

BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 PRAYA

BARAT

Oleh :

OLEH: BAIQ FITRIANI NIM. E1M 013 004 JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

(2)
(3)

1

PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 PRAYA BARAT

Oleh :

[1]Baiq Fitriani, [2]Muntari, [2]Mukhtar Haris

[1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia [2] Dosen FKIP Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram

Jln. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Pes. 122 Fax. 634918 Mataram 83125 Email: baiqfitriani_chemist@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pendekatan SAVI melalui model Problem Based Learning, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa berupa tes pilihan ganda pada materi koloid. Uji hipotesis dengan gain-t test menunjukkan thitung (0,44) < ttabel (1,684) pada taraf signifikan 5%, sehingga Ho diterima. Dengan demikian

Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui model Problem Based Learning tidak memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional (ceramah dan diskusi) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat.

(4)

2

THE EFFECT OF SAVI APPROACH (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL) THROUGH PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL ON

CHEMISTRY LEARNING OUTCOMES OF STUDENT CLASS XI IPA SMAN 1 PRAYA BARAT

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of SAVI approach (Somatis, Auditori, Visual, and Intellectual) through Problem Based Learning (PBL) model on chemistry learning result of class XI IPA SMAN 1 Praya Barat. The research design used was quasi experimental with nonequivalent control group design. Population in this research were all students of class XI IPA SMAN 1 Praya Barat in Academic Year 2016/2017. The sample of research consisted of 2 classes, class XI IPA 2 as experimental class and class XI IPA 3 as control class determined by purposive sampling technique. The experimental class was treated with SAVI approach through Problem Based Learning model, while the control class was treated with conventional learning model. The instrument used to measure student learning outcomes was a multiple choice test on colloid material. Hypothesis tested with gain-t test showed that tcount

(0,44) <ttabel (1,684) at 5% significant level, so Ho is accepted. Thus the SAVI approach

(Somatis, Auditori, Visual, and Intellectual) through Problem Based Learning model does not give better influence than conventional learning model (lecture and discussion) on the students' chemistry learning outcomes of class XI IPA SMAN 1 Praya Barat.

(5)

3

PENDAHULUAN

Kimia pada hakekatnya merupakan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga kimia tidak diajarkan hanya dengan sekedar memberikan pemahaman tentang pengertian-pengertian, fakta-fakta, konsep-konsep prinsip, tetapi juga merupakan penemuan melalui proses pencarian dengan tindakan nyata. Pada dasarnya pembelajaran kimia sekedar membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui, tetapi juga membekali siswa tentang bagaimana cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk dapat memahami alam secara mendalam. Sehingga pembelajaran kimia harus lebih merupakan pembelajaran siswa aktif (active learning) dengan cara melakukannya secara langsung (learning by doing) [1].

Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, ilmu kimia mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Namun sampai saat ini pembelajaran kimia yang ada di sekolah pada umumnya belum dapat menunjukkan hasil yang memuaskan [2]. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran kimia, SMAN 1 Praya Barat merupakan salah satu sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 di Kelas X, tetapi masih

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada kelas XI dan XII dalam setiap pembelajaran, sehingga esensi pendekatan ilmiah masih belum diterapkan dalam setiap pembelajaran. Pembelajaran kebanyakan masih menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach). Ketika proses belajar mengajar, siswa di sekolah ini banyak yang mengantuk, berbicara dengan teman-temannya dan terlihat tidak bersemangat. Cara belajar siswa yang menghafal dan tidak memahami juga membuat siswa tidak bisa memecahkan masalah dengan baik walaupun sebenarnya masalah yang diberikan sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Masalah lainnya yaitu siswa memiliki sejumlah ilmu pengetahuan, tetapi banyak pengetahuan itu diterima sebagai informasi saja, sedangkan siswa tidak dibiasakan untuk mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan sehingga informasi tersebut hanya bersifat hafalan belaka dan akan dilupakan apabila ujian telah berlalu dan juga menjadikan pengetahuan tersebut tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut yang menyebabkan proses belajar mengajar kurang efektif dan berdampak pada hasil belajar kimia siswa yang masih rendah atau memiliki rata-rata yang masih

(6)

4 di bawah Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM).

Untuk menerapkan suatu pendekatan ilmiah pada proses pembelajaran, diperlukan pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pendekatan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Menurut Herdian (2009), pendekatan SAVI adalah proses belajar siswa dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual serta penggunaan semua indera. Pendekatan SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern bahwa belajar yang paling baik adalah melibatkan seluruh tubuh, semua indera, dan menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda [3]. Istilah SAVI kependekan dari: Somatis artinya belajar dengan berbuat dan bergerak, auditori artinya siswa belajar dengan berbicara dan mendengar, visual artinya siswa belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan intelektual artinya siswa belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pendekatan SAVI terdiri dari empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan dan tahap penampilan hasil [4].

Barrow (1980) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning/PBL) sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran [5]. Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL yaitu memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, mengorganisasikan siswa untuk meneliti, Membantu investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil, serta menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah [6].

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui Model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui model problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat. Manfaat penelitian ini diharapkan antara lain: (a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu pendidikan khususnya dalam penerapan pendekatan

(7)

5 SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) melalui model pembelajaran Problem Based Learning, (b) Untuk memotivasi siswa dalam memaksimalkan potensi belajarnya, (c) dapat menjadi acuan dalam mengembangkan dan menerapkan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan keaktifan siswa pada kegiatan belajar mengajar sehingga membantu

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai prestasi secara optimal, (d) dapat dipertimbangkan dan memberi masukan kepada sekolah sebagai bahan kebijakan pembelajaran di sekolah, (e) dapat bermanfaat sebagai bahan acuan dan referensi bagi para praktisi pendidikan untuk melakukan penelitian berikutnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian nonequivalent control group design [7]. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Praya Barat pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui model problem based learning (PBL) yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional diterapkan pada kelompok kontrol, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar kimia siswa. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat sebanyak 68 orang yang tersebar dalam 3 kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling [8]. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Data berupa hasil belajar kognitif (pengetahuan) siswa diukur menggunakan instrumen hasil belajar berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 16 butir soal yang telah valid. Validitas soal diuji dengan menggunakan korelasi point biserial [7]. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji gain t-test pada taraf signifikan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada awal pembelajaran baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan soal pretest dan di akhir pembelajaran diberikan soal posttest. Dari hasil pretest maupun posttest tersebut didapatkan bahwa

kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 5.1.

(8)

6

Gambar 5.1 Nilai rata-rata dan peningkatan hasil Pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu 29.19 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 26.15. Namun setelah diuji dengan uji Gain-t didapatkan bahwa thitung < ttabel yang

artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui model Problem Based Learning tidak memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional (ceramah dan diskusi) terhadap hasil

belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat.

Pendekatan SAVI merupakan salah satu pendekatan yang dapat membuat siswa terdorong aktif dalam pembelajaran karena melalui pendekatan ini, siswa memanfaatkan kemampuan fisik, intelektual dan inderanya. Sehingga siswa akan lebih berani dalam mengemukakan idenya dan siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Pendekatan SAVI ini juga dilaksanakan melalui model Problem Based Learning yang berarti siswa dalam pembelajaran diberikan masalah yang terkait dengan masalah dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu siswa akan lebih tertarik dalam melaksanakan pembelajaran karena masalah yang dibahas adalah masalah yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian dipecahkan secara kimia dengan pembahasan materi koloid. Sementara itu, pembelajaran konvensional jarang melibatkan pengaktifan pengetahuan awal dan jarang memotivasi siswa untuk memproses pengetahuannya, akibatnya pembelajaran menjadi kurang bermakna dan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Jadi, pendekatan SAVI melalui model Problem Based Learning seharusnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, dalam penelitian ini hasil belajar siswa pada kelas eksperimen tidak memberikan peningkatan yang

Eksperim en; pretest; 27,81 Eksperim en; postest; 57 kontrol; pretest; 25,71 kontrol; postest; 51,86 N ilai ra ta -ra ta Kelas

Nilai Rata-rata

Pretest-Posttest

Eksperimen kontrol Peningkata n; Eksperime n; 29,19 Peningkata n; Kontrol; 26,15

Peningkatan Hasil Belajar

(9)

7 signifikan walaupun nilai rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Tidak lebih baiknya hasil belajar kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang maksimalnya pelaksanaan pembelajaran SAVI karena rentang waktu yang singkat sehingga siswa belum beradaptasi sepenuhnya dengan pendekatan pembelajaran itu. Waktu yang singkat itu menyebabkan pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen tidak berjalan maksimal. Pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dilakukan pada bulan puasa, dimana waktu belajar dalam satu jam dipotong 5 menit. Sementara model pembelajaran PBL membutuhkan jumlah waktu yang dibutuhkan relatif lama [9], walaupun peneliti sudah menyiapkan solusi dengan memberikan bantuan terbatas kepada siswa berupa kata kunci yang dapat memancing pemikiran siswa terhadap masalah yang dihadapi. Pada model pembelajaran PBL ini juga diperlukan persiapan pembelajaran (alat, masalah, dan konsep) yang kompleks [9], walaupun peneliti juga telah berusaha untuk menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan lebih awal.

Keterlibatan siswa secara langsung selama proses pembelajaran membantu siswa lebih mudah mengingat dan memahami materi yang dibahas dan

akhirnya diperoleh hasil belajar meningkat. Sementara itu, model pembelajaran konvensional yang diterapkan di kelas kontrol masih didominasi oleh beberapa orang siswa saja, sedangkan siswa yang lainnya sibuk berdiskusi diluar materi pembelajaran. Lembar diskusi yang dibagikan guru hanya dikerjakan oleh satu dua orang siswa, meskipun guru telah mengingatkan dan menegur anggota kelompok yang lain. Akibatnya, sebagian siswa tidak memahami materi yang dibahas dan tidak mengerti latihan soal yang diberikan. Siswa pada kelas eksperimen lebih kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dibandingkan kelas kontrol. Namun demikian, kedua kelas sampel memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran, mudah berinteraksi dan ikut berpartisipasi dalam pembelajaran.

Faktor lain yang menyebabkan tidak berhasilnya penelitian ini adalah ketidaksiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hanya terdapat satu macam buku paket kimia sebagai referensi siswa dalam memecahkan masalah, buku tersebut juga ada dalam jumlah yang terbatas dan digunakan oleh dua siswa dalam satu buku. Buku tersebut juga tidak bisa dibawa pulang jadi siswa hanya memanfaatkan buku catatan dan rangkuman yang diberikan peneliti, dan

(10)

8 dirasakan tidak terlalu efektif. ketidaksiapan siswa dalam belajar ini ditunjukkan oleh sebagian siswa baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal itulah yang menyebabkan proses pemecahan masalah baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol kurang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto [10], bahwa siswa yang telah memiliki kesiapan dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik dan begitupula sebaliknya.

Faktor selanjutnya yaitu kehadiran siswa. Ketika pertemuan terakhir di kelas eksperimen, jumlah siswa yang hadir hanya setengahnya. Hal tersebut disebabkan pada minggu berikutnya akan diadakan ujian semester genap. Biasanya di SMAN 1 Praya Barat di pertemuan terakhir hanya dilakukan pembersihan kelas untuk persiapan ujian dan hanya sebagian kelas yang masih belajar. Oleh sebab itulah banyak siswa yang tidak hadir walaupun pada pertemuan sebelumnya peneliti sudah memberitahukan bahwa besok tetap belajar. Sebelum melakukan penelitian, peneliti kurang memperhatikan karakteristik siswa, apakah pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan sesuai atau tidak dengan pendekatan dan model pembelajaran tersebut. Karena biasanya siswa hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yang aktivitasnya hanya mendengarkan ceramah,

diberikan tugas kemudian melakukan diskusi.

Pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Secara umum, aktifitas pembelajaran pada kelas kontrol seperti mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi, dan diskusi kelompok. Karena pembelajaran yang monoton, rasa ingin tahu dan motivasi siswa dalam belajar terlihat rendah. Kegiatan diskusi cenderung pasif sehingga tidak melatih siswa bersikap skeptis dan kreatif karena siswa hanya diberikan tugas untuk menyelesaikan soal-soal latihan setelah materi secara keseluruhan disampaikan oleh guru. Hanya siswa yang pintar yang mendominasi dalam diskusi, sementara sebagian besar siswa tidak aktif dalam diskusi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dengan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) melalui model Problem Based Learning tidak memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model pembelajaran

(11)

9 konvensional (ceramah dan diskusi) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Praya Barat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Kepala Sekolah SMAN 1 Praya Barat yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di SMAN 1 Praya Barat. Terima kasih kepada bapak Dr. Muntari, M.Phil dan bapak Mukhtar Haris, S. Pd., M.Si selaku dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Malihah, M. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi (Quasy Eksperiment di Kelas XI SMAN 1 Leuwiliang). Skripsi pada FPMIPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

[2]. Kusuma, E, Wijayati, N, Wibowo, S, L. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbasis SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi. Journal pada FMIPA Universitas Semarang.

[3]. Alfiyani, R. 2015. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,

Visual, dan Intellectually) Dengan Metode eksperimen Terhadap Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika di Man. Skripsi pada FPMIPA Universitas Jember: Tidak diterbitkan.

[4]. Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

[5]. Huda, M. 2016. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [6]. Sugiyanto, 2010. Model-Model

Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. [7]. Arikunto, S. 2013. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

[8]. Sugiyono. 2015. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. [9]. Syaifudin, M. 2014. Model Problem

Based Learning Disertai Media

Audiovisual Pada

Pembelajaran IPA (Fisika) di SMP. Skripsi pada FPMIPA Universitas Jember.

[10]. Slameto, 2015. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dapat mengakibatkan berkurangnya kawasan- kawasan penyangga sehingga dapat meningkat- kan potensi kerusakan lahan (bencana alam

Kesimpulan yang diperoleh atas penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bulan januari, februari dan maret adalah diketahui persediaan akhir dengan menggunakan metode

Aplikasi enkripsi digunakan untuk menyandikan suatu data agar suatu data tidak dapat terbaca oleh pihak lain (data tidak tercuri), aplikasi dekripsi digunakan untuk menyandikan

Simpulan : Adanya peningkatan skor disabilitas pada kelompok yang mendapatkan latihan fisik dengan alat Thera trainer maupun yang tidak mendapatkan namun

hatinya dengan betul. Masalah pengajaran bahasa memang kompleks dan rumit. Di ddlamnya terdapat satuan-satuan yang berkaitan satu dengan yang lain, tak ubahnya seperti

Hasil analisis korelasi hubungan antara frekuensi menjalani terapi hemodialisa dengan tingkat kepatuhan pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa didapatkan nilai p = 0,774

Papan kunci sebagai penghubung antara pengguna dengan sistem mempunyai fungsi sebagai pengendali sistem dalam proses peng-aktif-an maupun pe-non aktif-an serta sebagai

[r]