PERBANDI NGAN
SI MPANAN
KARBON
PADA
BEBERAPA
PENUTUPAN
LAHAN
DI
KABUPATEN
PASER,
KALI MANTAN
TI MUR
BERDASARKAN
SI FAT
FI SI K
DAN
SI FAT
KI MI A
TANAHNYA
LI LI K
SUGI RAHAYU
DEPARTEMEN
SI LVI KULTUR
FAKULTAS
KEHUTANAN
I NSTI TUT
PERTANI AN
BOGOR
PERBANDI NGAN
SI MPANAN
KARBON
PADA
BEBERAPA
PENUTUPAN
LAHAN
DI
KABUPATEN
PASER,
KALI MANTAN
TI MUR
BERDASARKAN
SI FAT
FI SI K
DAN
SI FAT
KI MI A
TANAHNYA
LI LI K
SUGI RAHAYU
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
SI LVI KULTUR
FAKULTAS
KEHUTANAN
I NSTI TUT
PERTANI AN
BOGOR
SUMMARY
LILIK SUGIRAHAYU. The Comparison of Carbon Stocks on Some Land Cover at Paser, East Kalimantan Based on Its Soil Physical and Soil Chemical. Under Supervision of OMO RUSDIANA.
Forest has a lot of direct and indirectly benefits for life. Direct benefits of forest are timber, non timber forest products and wildlife/fauna. While, indirect benefits of forest are the environment services as the hydrology regulator, aesthetic function, producer of oxygen and carbon absorber. Forest is the largest carbon absorber (sinks) and having an important part in the global carbon cycles, however forest can also produce a carbon emission (source). Forest ecosystem has ability to absorb and store different kinds of carbon even in the natural forest, mangrove, swamp, forest plantation and at the folk’s forest. The differences of carbon sinks are influenced by number and tree density, trees species, biotic factors which consist of radiation, humidity, temperature and soil fertility which affect the rate of photosynthesis. The land fertility was determined by soil physical, soil chemical, and soil biological. Therefore, this research aims to compare carbon stocks on some land cover based on its soil physical and soil chemical.
The research was performed at some lands coverings of Paser, East Kalimantan in January to July 2011. Data was processed and analyzed in the Forest Influence Laboratory, Department of silviculture, Faculty of Forestry, Bogor Agriculture University and Land Laboratory, Land Research Hall. Measurement of biomass and carbon sinks were performed by using the diameter data of stand and height in each land covering. Analysis of soil physical temper (texture and soil bulk density) and soil chemical (pH, CEC, Ratio of C/N, P, K, Ca, and Mg) were performed to disturbed and undisturbed soils.
The result of research showed that mangrove forest had the greatest carbon sinks, that was 51.5031 tons/hectares. While, the lowest carbon sinks was on the palm oil plantation for 0.1046 tons/hectares. From soil analysis result was known that swamp forest tended to be more fertile compared with other land coverings. Whereas, palm oil plantation and agroforestry is indicated the lower of land fertility. The raising of soil physical and soil chemical’s value increase the carbon stocks on each land cover, exception of bulk density that decrease the carbon stocks. The result analysis correlation showed in insignificant value, its indicated by the value of r2 less than 99%(0,99) or 95%(0,95). Need to research
about estimation carbon stocks on the other land cover and compare the carbon stocks based on the other land characteristics, as topography and climate.
RI NGKASAN
LILIK SUGIRAHAYU. Perbandingan Simpanan Karbon pada beberapa Penutupan Lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Berdasarkan Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tanahnya. Di bawah bimbingan OMO RUSDIANA.
Hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat secara langsung dari hutan adalah kayu, hasil hutan non kayu, dan satwa. Sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung berupa jasa lingkungan sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, penyedia oksigen, dan penyerap karbon. Hutan merupakan penyerap karbon (sink) terbesar dan berperan penting dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi karbon (source). Ekosistem hutan memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon berbeda-beda baik di hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di hutan rakyat. Perbedaan simpanan karbon dipengaruhi oleh jumlah dan kerapatan pohon, jenis pohon, faktor lingkungan yang meliputi penyinaran matahari, kadar air, suhu, dan kesuburan tanah. Kesuburan tanah ditentukan oleh sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan simpanan karbon pada beberapa penutupan lahan berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia tanahnya.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2011 di beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur; Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor; dan Laboratotium Tanah, Balai Penelitian Tanah Bogor. Pendugaan biomassa dan simpanan karbon dilakukan dengan menggunakan data diameter dan tinggi tegakan pada masing-masing penutupan lahan. Analisis sifat fisik tanah (tekstur dan bulk density tanah) dan kimia tanah (pH, KTK, Nisbah C/N, dan kandungan P, K, Ca, dan Mg) dilakukan pada sampel tanah terusik dan tanah tidak terusik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove memilki simpanan karbon terbesar, yaitu sebesar 51,5031 ton/ha. Sedangkan simpanan karbon terendah terdapat pada perkebunan kelapa sawit sebesar 0,1046 ton/ha. Dari hasil analisis tanah diketahui bahwa hutan rawa cenderung lebih subur dibandingkan penutupan lahan lainnya. Sedangkan perkebunan kelapa sawit dan lahan agroforestri memiliki tingkat kesuburan tanah yang paling rendah. Meningkatnya nilai-nilai sifat kimia tanah akan diikuti dengan peningkatan simpanan karbon. Berbeda dengan nilai bulk density, meningkatnya nilai bulk density akan mengurangi jumlah simpanan karbon. Hasil analisis korelasi sifat fisik dan sifat kimia tanah terhadap simpanan karbon menghasilkan nilai yang tidak signifikan, yang ditunjukkan dengan nilai r2 yang kurang dari 99%(0,99) ataupun 95%(0,95).
Perlu dilakukan penelitian pendugaan jumlah simpanan karbon pada penutupan lahan yang lain, dan membandingkan simpanan karbon berdasarkan karakteristik fisik lahan lainnya, misalnya topografi dan iklim.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perbandingan
Simpanan Karbon pada Beberapa Penutupan Lahan di Kabupaten Paser,
Kalimantan Timur Berdasarkan Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tanahnya”
adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Judul Skripsi :Perbandingan Simpanan Karbon pada Beberapa Penutupan Lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Berdasarkan Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tanahnya.
Nama Mahasiswa : Lilik Sugirahayu
NRP : E44070031
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc
19630119 198903 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Silvikultur
Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS
NIP. 19601024 198403 1 009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2011 di Kabupaten Paser, Kaliamantan Timur. Tema penelitian yang dipilih adalah simpanan karbon dengan judul ”Perbandingan Simpanan Karbon pada beberapa Penutupan Lahan di Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur Berdasarkan Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tanahnya”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc selaku dosen pembimbing. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada bapak, ibu, kakak, dan adik atas segala do’a dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh karyawan PT. Inhutani I yang telah memberikan pendampingan selama penelitian berlangsung. Selain itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Nining Puspaningsih, MS selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, MS selaku ketua sidang dalam ujian komprehensif. Serta kepada teman-teman mahasiswa Silvikultur 44 pada
khususnya dan kepada seluruh civitas Silvikultur dan Fahutan pada umumnya, yang turut membantu pembuatan karya tulis ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan, khususnya di bidang kehutanan.
Bogor, Desember 2011
RI WAYAT HI DUP
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 23 Mei 1989 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Juhairiyah dan Jumali. Pada tahun 2007, penulis menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dari SMA Negeri 2 Jember kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama di bangku kuliah, penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower Community periode 2009/2010 dan 2010/2011, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB periode 2009/2010. Penulis juga dipercaya untuk menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Pengaruh Hutan dan mata kuliah Silvikultur. Prestasi yang pernah diraih penulis, yaitu sebagai calon mahasiswa berprestasi Departemen Silvikultur tahun 2009 dan 2010.
Penulis telah menyelesaikan Praktek Pengenalan Ekosistem hutan (PPEH) di Cikiong dan Burangrang, Jawa Barat pada tahun 2009 dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2010. Selain itu, penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di IUPHHK-HT PT. Surya Hutani Jaya, Sinarmas Forestry, Kalimantan Timur pada tahun 2011.
Dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Pendidikan Sarjana Kehutanan di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, penulis
melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Simpanan Karbon pada
DAFTAR
I SI
Halaman
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Tujuan Penelitian ...2
1.3 Manfaat Penelitian ...2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penutupan Lahan 2.1.1 Hutan...3
2.1.2 Area Penggunaan Lain (APL) ...4
2.2 Biomassa ...4
2.3 Karbon ...5
2.4 Model Pendugaan Biomassa dan Karbon ………...6
2.5 Sifat Fisik Tanah 2.5.1 Tekstur tanah...7
2.5.2 Bulk Density ………. 7
2.5.3 Porositas Tanah ………... 8
2.6 Sifat Kimia Tanah 2.6.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH) ………. …. 8
2.6.2 Kapasitas Tukar Kation ………. 9
2.6.3 Nisbah C/N ……….. 9
2.6.4 N, P, K Tersedia ………... 10
2.6.5 Kalsium dan Magnesium ……… … 11
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...13
3.2 Alat dan Bahan ...13
3.3.2 Pembuatan Petak Penelitian ...14
3.3.3 Pengukuran Tinggi dan Diameter...
15
3.3.4 Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah ...15
3.3.5 Pengambilan Contoh Tanah Terusik dan Tidak Terusik.. 15
3.3.6 Pengovenan ...15
3.4 Analisis Tanah 3.4.1 Analisis Sifat Fisik Tanah ………. 15
3.4.2 Analisis Sifat Kimia Tanah ………... 16
3.5 Analisis Data 3.5.1 Penghitungan Karbon Tersimpan ……… . 16
3.5.2 Korelasi Sifat Fisik dan Kimia Tanah terhadap Simpanan Karbon ………... .. 17
IV. KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis ...18
4.2 Topografi ...18
4.3 Iklim ...18
4.4 Luas Wilayah ...19
4.5 Penutupan/Penggunaan Lahan...19
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pentupan Lahan ...21
5.2 Simpanan Karbon ...22
5.3 Sifat Fisik Tanah 5.3.1 Tekstur Tanah ...23
5.3.2 Bulk Density ……….. 24
5.4 Sifat Kimia Tanah 5.4.1 Derajat Kemasaman (pH) ……….. 25
5.4.2 KTK ……….. 26
5.4.3 Nisbah C/N ……… 27
5.4.4 Unsur Hara Makro ……… 28
5.5 Korelasi Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tanah terhadap Simpanan Karbon…… ...31
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...33 6.2 Saran...33
DAFTAR PUSTAKA ...34 LAMPIRAN ...36
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Biomassa dan produktivitas perimer bersih pada setiap kelompok
komponen vegetasi yang menyusun ekosistem hutan ……… 5
2
Kemampuan dalam menyimpan karbon dan distribusinya pada setiap ekosistem ………. 6
3
Persamaan regresi untuk estimasi biomassa tumbuhan tropik...
7
4
Metode analisis sifat kimia tanah ……….. 16
5
Persamaan allometrik pada beberapa penutupan lahan………….. 16
6
Luas wilayah kecamatan di Kabupaten Paser ……….... 19
7
Penutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Paser ……… 20
8
Luas lahan hutan di Kabupaten Paser (Tahun 2007) ………. 20
9
Hasil interpretasi luas penutupan lahan Kabupaten Paser ……... 21
10 Simpanan karbon pada beberapa penutupan lahan …………...
22
11 Hasil analisis tekstur tanah ……… 23
12 Hasil uji korelasi sifat fisik dan kimia tanah terhadap karbon tersimpan ……….. 31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peta lokasi penelitian ……… 13
2 Desain petak penelitian di hutan alam, agroforestri, dan perkebunan kelapa sawit ………... 14
3 Desain petak penelitian di hutan mangrove dan hutan rawa……. 14
4 Grafik nilai bulk density pada beberapa penutupan lahan …….... 25
5 Grafik nilai pH pada beberapa penutupan lahan ………...
25
6 Grafik nilai KTK pada beberapa penutupan lahan ……… 26
7 Grafik nisbah C/N pada beberapa penutupan lahan ………. 27
8 Grafik kandungan fosfor (P) dan kalium (K) ………... 29
9 Grafik kandungan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) ………… 30
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman
1. Beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser……… 37 2 Rekapitulasi hasil inventarisasi tegakan di masing-
masing penutupan lahan………. 38
3 Rekapitulasi hasil analisis korelasi antara simpanan
karbon dengan sifat fisik dan sifat kimia tanah ………. 47
I .
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan hutan tropis terluas ketiga di dunia. Hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat secara langsung dari hutan adalah kayu, hasil hutan non kayu, dan satwa. Sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung berupa jasa lingkungan sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, penyedia oksigen, dan penyerap karbon.
Hutan merupakan penyerap karbon (sink) terbesar dan berperan penting dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi karbon (source). Hutan dapat menyimpan karbon sekurang-kurangnya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan tipe vegetasi lain seperti padang rumput, tanaman semusim, dan tundra. Hutan alam menyimpan karbon terbesar, yaitu berkisar antara 7,5 – 264,70 ton C/ha. Adanya kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan lahan untuk pertanian dan aktivitas manusia lainnya di kawasan hutan menyebabkan berkurangnya kemampuan hutan menyimpan karbon
(Masripatin et al. 2010).
Meningkatnya kandungan karbon dioksida (CO2) di udara akan
menyebabkan kenaikan suhu bumi yang terjadi karena efek rumah kaca. Panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh karbon dioksida di udara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi, sehingga proses tersebut akan memanaskan bumi. Keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam mengurangi gas karbon dioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas karbon dioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan (Indriyanto 2006). Ekosistem hutan memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon
berbeda-beda baik di hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di hutan rakyat. Hal tersebut dipengaruhi oleh keanekaragaman dan kerapatan, tipe tanah, dan topografi.
2
Kesuburan tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, baik sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Penyimpanan karbon akan lebih besar jika kondisi kesuburan tanahnya baik (Hairiah dan Rahayu 2007).
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan simpanan karbon pada beberapa penutupan lahan yang ada di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia tanahnya.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
I I .
TI NJAUAN
PUSTAKA
2.1 Penutupan Lahan
Lahan (land) adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap potensi penggunaan lahan (FAO 1976 dalam Arsyad 2010). Penutupan lahan merupakan perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut (Townshend dan Justice 1981 dalam Sanjaya 2006). Sedangkan menurut Arsyad (2010) penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Arsyad 2010). Kategori penutupan lahan di Indonesia terbagi menjadi kategori hutan dan area penggunaan lain (APL).
2.1.1 Hutan
Berdasarkan UU RI No. 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kategori penutupan lahan hutan meliputi :
1. Hutan lahan kering primer
Seluruh kenampakan hutan di dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum menampakkan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan massif.
2. Hutan lahan kering sekunder
Seluruh kenampakan hutan di dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur pembalakan dan bekas penebangan). Bekas penebangan yang parah tetapi tidak termasuk areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukkan dalam lahan terbuka.
3. Hutan rawa primer
4
4. Hutan rawa sekunder
Seluruh kenampakan
hutan di daerah
berawa-rawa yang
telah
menampakkan bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah jika tidak mem- perlihatkan liputan air digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika memperlihatkan liputan air digolongkan menjadi tubuh air (rawa).
5. Hutan mangrove primer
Hutan bakau, nipah nibung yang berada di sekitar pantai yang belum ditebang. Pada beberapa kondisi hutan mangrove berada di pedalaman.
6. Hutan mangrove sekunder
Hutan bakau, nipah dan nibung yang telah mengalami penebangan yang ditampakkan oleh pola alur di dalamnya. Khusus untuk areal bekas tebangan yang telah dijadikan tambak/sawah (tampak pola persegi/pematang) dimasukkan ke dalam kelas tambak/sawah.
2.1.2 Area Penggunaan Lain ( APL)
Areal penggunaan lain merupakan areal bukan kawasan hutan. APL meliputi belukar, belukar rawa, tanah terbuka, rawa, pertanian, pertanian campur semak, transmigrasi, permukiman, padang rumput, sawah, perkebunan, tambak, bandara, air, dan awan (IPCC 2006 dalam Masripatin et al. 2010).
2.2 Biomassa
Biomassa didefisinikan sebagai total jumlah meteri hidup di atas
permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown 1997 dalam Indriyanto 2006). Di permukaan bumi terdapat kurang lebih 90% biomassa yang terdapat dalam hutan dalam bentuk pokok kayu, dahan, daun, akar, serasah, hewan, dan jasad renik. Biomassa tersebut merupakan hasil dari fotosintesis yang berupa selulosa, lignin, gula bersama dengan lemak, pati, protein, dammar, fenol, dan berbagai senyawa lainnya.
penguraian oleh jasad renik. Aktivitas tersebut menyebabkan adanya perubahan iklim dan lingkungan (Arief 1994).
Biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% di antaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan biomassa. Data distribusi biomassa dan produktivitas primer bersih pada setiap komponen vegetasi yang menyusun ekosistem hutan disajikan pada Tabel 1 :
Tabel 1 Biomassa dan produktivitas primer bersih pada setiap kelompok komponen vegetasi yang menyusun ekosistem hutan*
Kelompok komponen vegetasi Biomassa
(g/m²)
Produktivitas primer
bersih (g/m²/tahun)
Pohon (batang dan tajuk) 6.403 796
Perdu (batang dan tajuk) 158 61
Semak dan herba (batang dan tajuk) 2 2
Pohon (bagian akar) 3.325 260
Perdu (bagian akar) 305 73
Semak dan herba (bagian akar) 1 4
Total 10.194 1.196
*Sumber : Odum 1993 dalam Arief 1994
2.3 Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam
ekosistem. Dimulai dari karbon yang ada dalam atmoser berpindah melalui tumbuhan hijau (produsen), konsumen, dan organisme pengurai, kemudian
kembali ke atmosfer (Indriyanto 2006). Karbon dioksida merupakan bagian udara esensial yang dapat mempengaruhi radiasi panas dari bumi, dan dapat membentuk persediaan karbon anorganik.
6
karbon tersimpan dalam biomassa tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan ekosistem lainnya seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kemampuan dalam menyimpan karbon dan distribusinya pada setiap ekosistem*
Ekosistem Karbon pada
produksi primer
bersih (ton/ha/th)
Karbon yang tersimpan
pada biomassa
tumbuhan(ton/ha/th)
Karbon organik
tanah (ton/ha/th)
Hutan Hujan
Tropis
Hutan Iklim
sedang
Padang
11
11
80
6
6
100
3
0.4
150
rumput iklim
sedang
Gurun 0.05 0.01 1
*Sumber : Killham 1996 dalam Indriyanto 2006
2.4 Model Pendugaan Biomassa dan Karbon
Pendugaan biomassa di atas permukaan dapat dilakukan melalui
pendekatan tidak langsung dengan menggunakan biomass ekpansion factor (BEF) dan pendekatan langsung dengan membuat persamaan allometrik. Pendugaan biomassa dengan menggunakan BEF, yaitu :
Biomassa diatas tanah (ton/ha) = VOB x WD x BEF
Volume Over Bark (VOB) menyatakan volume batang bebas cabang dengan kulit (m3/ha). Wood Density (WD) adalah kerapatan kayu (biomassa kering oven (ton)
dibagi volume biomassa inventarisasi (m3) dan Biomass Expansion Factor (BEF)
adalah perbandingan total biomassa pohon kering oven di atas tanah dengan biomasssa kering oven hasil inventarisasi hutan.
Persamaan allometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara
ukuran pohon, yaitu diameter dan/atau tinggi dengan berat kering pohon secara keseluruhan. Persamaan allometrik dinyatakan dengan persamaan umum :
Y = a + bX
Tabel 3 Persamaan regresi untuk estimasi biomassa tumbuhan tropis
Zona Iklim Persamaan Kisaran
DBH (cm) R²
Kering Y = exp [-1,996 + 2,32 *ln (D)] 5 - 40 0,89
(< 1500 mm/th) Y = 10^[-0,535 + log10 (BA)] 3 - 30 0,94
Lembab Y = 42,69 – 12,8 (D) + 1,242 (D²) 5 – 148 0,84
(1500 - 4000 mm/th) Y = exp [-2,134 + 2,530 * ln (D)] 0,97
Basah Y = 21,297 – 6,953 (D) + 0,740 (D²) 4 - 112 0,92
(> 4000 mm/th)
Keterangan : Y = biomassa per pohon (Kg); D = DBH (cm); BA = basal area (cm²).
2.5 Sifat Fisik Tanah
2.5.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil atau diameter kurang dari 2 mm (Foth 1988). Tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat air tersedia bagi pertumbuhan tanaman, karena kombinasi yang unik antara area permukaan dan ukuran porinya. Pasir memiliki porositas lebih kecil daripada tanah liat, sehingga tanah berpasir mempunyai volume lebih sedikit yang ditempati oleh ruang pori yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah bertekstur halus mempunyai ruang pori total lebih banyak dan besar yang dapat terisi oleh pori-pori kecil. Akibatnya tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi. Air dan udara bergerak melalui tanah dengan perlahan-lahan.
2.5.2 Bulk Density
Bulk density menunjukkan berat tanah kering per satuan volume tanah, termasuk pori-pori tanah (Hardjowigeno 2003). Bulk density menjadi suatu petunjuk tidak langsung kepadatan tanah, udara, air, dan penerobosan akar tumbuhan ke dalam tubuh tanah. Tanah yang padat dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman karena akar-akarnya tidak berkembang dengan baik (Baver
et al. 1987 dalam Purwowidodo 2003).
8
dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap satuan bertambah
menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah (Foth 1988).
2.5.3 Porositas Tanah
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk- keluar tanah secara leluasa. Berdasarkan diameter ruangnya, pori-pori tanah dibagi menjadi tiga kelas, yaitu makropori (pori-pori makro) apabila berdiameter ≥ 90mm, mesopori (90-30 mm), dan mikropori (< 30µm). Dominasi fraksi pasir akan menyebabkan terbentuknya sedikit pori-pori makro sehingga luas
permukaannya menjadi sangat sempit dengan daya pegangnya terhadap air sangat lemah. Tanah dengan dominasi liat akan terbentuk pori-pori mikro sehingga permukaannya menjadi sangat luas dan daya pegang terhadap air sangat kuat. Sedangkan dominasi fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso dalam jumlah sedang sehingga luas permukaannya menjadi cukup luas dan daya pegang terhadap air cukup kuat (Hanafiah 2005).
2.6 Sifat Kimia Tanah
2.6.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah atau pH tanah di lapangan terbagi ke dalam tiga (3) keadaan, yaitu reaksi tanah masam, reaksi tanah netral, dan reaksi tanah basa. Reaksi larutan tanah ditentukan oleh kadar H+ dan OH-. pH tanah merupakan logaritma
negatif dari konsentrasi ion-ion H bebas dalam larutan tanah. Jika kadar H+ lebih
besar dari OH-, maka tanah akan bereaksi asam dan dapat dinetralkan dengan
jalan pemberian kapur (CaCO3). Sebaliknya, jika ion OH- lebih tinggi dari H+
maka tanah akan bereaksi basa atau alkali.
unsur-
unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga, dan seng menjadi relatif lebih sedikit.
2.6.2 Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas Tukar Kation (KTK) didefisinikan sebagai kemampuan
permukaan koloid tanah dalam menjerap dan mempertukarkan kation, yang dinyatakan dalam milligram per 100 gram tanah kering oven. Besar kecilnya KTK tanah ditentukan oleh jumlah dan jenis mineral liat, jumlah bahan organik, dan pH tanah (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1991). Tanah bertekstur halus yang mengandung lebih banyak liat dan humus akan memiliki KTK yang lebih tinggi. Semakin tinggi kadar liat, maka semakin tinggi KTK (Supardi 1983).
2.6.3 Nisbah C/ N
Bahan organik tanah menyusun sekitar 5% bobot total tanah. Meskipun hanya sedikit tetapi memegang peran penting dalam menentukan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis tanah. Bahan organik
berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman dan mikroba tanah, yaitu sebagai sumber energi, hormon, vitamin, dan senyawa perangsang tumbuh lainnya (Hanafiah 2005). Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan. Sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur, suplai oksigen, reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K, dan S ( Parr 1978 dalam Hanafiah 2005).
Nisbah C/N merupakan indikator yang menunjukkan proses mineralisasi dan immobilisasi N oleh mikroba dekomposer bahan organik. Daerah kering menghasilkan nisbah C/N yang lebih rendah dibandingkan daerah basah
10
2.6.4 N, P, K Tersedia
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman karena merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat, serta merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-), tetapi nitrat yang terserap segera
tereduksi menjadi ammonium melalui enzim yang mengandung molibdinum. Ion- ion ammonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis dalam daun dan diubah menjadi asam amino, terutama terjadi dalam hijau daun.
Apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dan daun tumbuh lebih lebar, maka protein yang dihasilkan lebih banyak dan daun tumbuh lebih lebar dan sebagai akibatnya fotosintesis lebih banyak. Jumlah nitrogen yang terlalu banyak mengakibatkan menipisnya bahan dinding sel sehingga dengan mudah diserang oleh hama dan penyakit, dan mudah terpengaruh oleh kekeringan dan kedinginan. Kelebihan nitrogen menjadikan warna daun menjadi hijau gelap. Kekurangan nitrogen menjadikan warna daun menjadi kekuning-kuningan atau hijau kemerah-merahan (Sarief 1985). Ketersediaan N tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti iklim dan macam vegetasi yang dipengaruhi oleh keadaan setempat seperti topografi, batuan induk, kegiatan manusia, dan waktu (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1991).
Fosfor merupakan bagian integral tanaman di bagian penyimpanan dan pemindahan energi. Fosfor diserap oleh tanaman sebagai H2PO4- dan HPO4-2 yang
berada dalam larutan tanah (Indranada 1989). Fospor bersifat sangat stabil di dalam tanah sehingga kehilangan P akibat pencucian relatif tidak pernah terjadi. Sebagian besar P tanah bersumber dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung P yang terdapat pada kerak bumi. Kadar P berhubungan erat dengan ukuran fraksi tanah. Kadar P akan semakin tinggi bila ukuran partikel tanah semakin halus. Faktor yang mempengaruhi ketersediaan P tanah adalah tipe liat, pH tanah, waktu reaksi, suhu, dan bahan organik tanah (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1991).
dapat merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah, biji, atau gabah, dan sebagai penyusun lemak dan protein (Sarief 1985).
Kalium sangat penting dalam setiap proses metabolisme dalam tanaman, yaitu dalam sintesis dari asam amino dan protein dari ion-ion ammonium. Kalium juga penting dalam proses fotosintesis, karena apabila terjadi kekurangan kalium dalam daun maka kecepatan asimilasi karbon dioksida (CO2) akan menurun.
Kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat, serta
meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-buahan.
Ketersediaan kalium dalam tanah dipengaruhi oleh tipe koloid tanah, suhu, pembasahan dan pengeringan, pH tanah, dan pelapukan. Kehilangan K dari tanah dapat melalui terangkut tanaman, tercuci, dan tererosi. Kehilangan K dipengaruhi oleh tekstur tanah, kapasitas tukar kation tanah, bahan organik, dan pH tanah. Kehilangan K semakin besar bila tekstur kasar, KTK rendah, pada tanah organik dan pH rendah (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1991).
2.6.5 Kalsium dan Magnesium
Kalsium merupakan komponen struktural dinding-dinding sel tanaman. Kalsium sangat mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma. Kalsium
dijumpai di dalam tanaman sebagai kalsium pektat pada dinding sel-sel daun dan batang. Kandungan Ca sangat tergantung kepada bahan induk dan tingkat pelapukan maupun pencucian yang mempengaruhi perkembangan tanahnya. Tanah bertekstur kasar, tanah daerah lembab yang terbentuk dari batuan yang kandungan mineral-berkalsiumnya tinggi maka kandungan kalsiumnya rendah.
Magnesium merupakan unsur penting pada proses fotosintesis yaitu sebagai penyusun molekul klorofil, dan merupakan aktivator aktif dari sejumlah enzim di dalam tanaman, seperti transfosforilase, dehidrogenase, dan
karboksilase. Tanaman yang kekurangan Mg akan mengalami klorosis dan pada tingkat yang lebih lanjut menjadi nekrosis yang dimulai dari pinggiran atau pucuk-pucuk daun.
12
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi ketersediaan kalsium dan magnesium bagi tanaman, antara lain (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1991) :
1. Jumlah Ca dan Mg dapat ditukar
2. Derajat kejenuhan unsur-unsur tersebut pada kompleks pertukaran. 3. Tipe koloid liat tanah.
I I I .
METODE
PENELI TI AN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2011 di beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Gambar 1). Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Pengaruh Hutan,
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB dan Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah Bogor.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
3.2 Alat dan Bahan
14
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Jenis data primer berupa tinggi dan diameter pohon, berat kering dan berat basah tumbuhan bawah, serta tanah terusik dan tanah tidak terusik. Sedangkan data sekunder berupa citra landsat peta penutupan lahan Kabupaten Paser yang diperoleh dari Bakosurtanal dan kondisi umum wilayah diperoleh dari hasil pencarian di situs pemerintah Kabupaten Paser.
3.3.2 Pembuatan Petak Penelitian
Petak penelitian dibuat pada beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur yang terdiri dari hutan sekunder, hutan mangrove, hutan rawa, kebun campuran (agroforestri), dan perkebunan kelapa sawit. Petak hutan sekunder, kebun campuran, dan kebun kelapa sawit dibuat berukuran 20 m x 20 m pada jalur sepanjang 100 m dan lebar 20 m (Gambar 2). Sedangkan pada hutan mangrove dan hutan rawa petak dibuat berukuran 10 m x 10 m pada jalur sepanjang 50 m dan lebar 10 m (Gambar 3). Di dalam petak tersebut dibuat petak kecil berukuran 1 m x 1 m untuk pengambilan tumbuhan bawah.
20
m
20 m
Gambar 2 Desain petak penelitian di hutan alam, agroforestri, dan perkebunan kelapa sawit
10
m
10 m
Gambar 3 Desain petak penelitian di hutan mangrove dan hutan rawa
1m
1m
1m
3.3.3 Pengukuran Tinggi dan Diameter
Pengukuran tinggi dan diameter dilakukan di dalam setiap petak
penelitian. Pengukuran dilakukan pada pohon yang sehat dengan ukuran diameter minimal 5 cm. Keliling batang pohon diukur dengan menggunakan pita meter, sedangkan tinggi pohon diukur dengan menggunakan haga hypsometer.
3.3.4 Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah
Semua tumbuhan bawah di atas permukaan tanah di dalam petak contoh ukuran 1 m x 1 m pada masing-masing penutupan lahan diambil secara destruktif dan ditimbang berat basahnya (BB). Tumbuhan bawah meliputi semak belukar, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan dan atau gulma.
3.3.5 Pengambilan Contoh Tanah Terusik dan Tidak Terusik
Contoh tanah terusik dan tidak terusik diambil di dalam jalur petak pada setiap penutupan lahan. Contoh tanah terusik diambil dari suatu tubuh tanah. Contoh tanah diambil pada kedalaman tanah 0-20 cm atau setinggi mata bor tanah. Contoh tanah tidak terusik diambil dari suatu tubuh tanah dengan
meminimumkan perubahan/kerusakan pada bentuk alaminya. Pengambilan contoh tanah tidak terusik dilakukan dengan menggunakan ring tanah.
3.3.6 Pengovenan
Tumbuhan bawah dikeringkan dalam oven pada suhu 80º C selama 48 jam untuk mendapatkan data berat kering (BK) dan kadar air. Jika berat basah tumbuhan bawah lebih dari 200 gram, maka tumbuhan bawah yang dikeringkan dalam oven adalah sebanyak 200 gram. Contoh tanah terusik dioven pada suhu 105º C selama 24 jam untuk mengetahui berat kering tanah.
3.4 Analisis Tanah
3.4.1 Analisis Sifat Fisik Tanah
Analisis sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui tekstur dan bulk
density (bobot isi) tanah. Tekstur tanah dianalisis dengan metode pipet.
16
dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 105 ºC, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat tanah kering oven beserta ringnya (BK1), 3) contoh tanah dibuang dari dalam ring, lalu ditimbang berat ring sampelnya (BR), 4) berat kering contoh tanah diperoleh dari persamaan BK (g) = BK1(g) – BR(g), 5) tinggi (cm) dan diameter (cm) tanah ring sampel diukur, lalu volume tanah (Vt) ditentukan dengan persamaan Vt = ¼ πdt, 6) Bulk density (g/cm³) ditetapkan dengan menggunakan persamaan BI = BK/Vt
3.4.2 Analisis Sifat Kimia Tanah
Analisis kimia tanah dilakukan sesuai dengan metode yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4 Metode analisis sifat kimia tanah
Parameter Metode analisis
pH pH meter
KTK NH4OAc N pH 7, titrasi
C-organik Walkley and Black
N total Kjeldahl
P tersedia Olsen and Bray 1
K tersedia Morgan
Ca dan Mg NH4OAc N pH 7, AAS
3.5 Analisis Data
3.5.1 Penghitungan Biomasaa dan Simpanan Karbon
Penghitungan biomassa tegakan dilakukan dengan menggunakan
persamaan allometrik dalam Tabel 5.
Tabel 5 Persamaan allometrik pada beberapa penutupan lahan
Penutupan Lahan Rumus allometrik Sumber
Hutan sekunder Y = 21,297 – 6,953D + 0,740D2 Brown 1997 dalam Sutaryo 2009
Hutan mangrove Y = 0,2064 D2,34 Dharmawan dan Siregar 2009
dalam Masripatin et al. 2010
Hutan Rawa Y = 0,19 D2,37 Istomo 2002 dalam Hairiah et al
2004
Agroforestri Y = 0,2902 D2,313 -
Kelapa sawit Y = 0,0976T + 0,0706
ICRAF 2009 dalam Hairiah et al.
2011
[image:30.612.137.336.300.398.2] [image:30.612.131.522.532.642.2]
Jumlah karbon tersimpan diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut : C tersimpan = biomassa (kg/ha) x 0,46
( Hairiah dan Rahayu 2007)
3.5.2 Korelasi Sifat Fisik dan Kimia Tanah terhadap Simpanan Karbon
Data hasil perhitungan karbon dan analisis sifat-sifat tanah selanjutnya dianalisis menggunakan program SPSS 16. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh sifat fisik dan kimia tanah terhadap jumlah simpanan karbon. Persamaan umum korelasi antara peubah Y (simpanan karbon) dan peubah X (parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah) adalah sebagai berikut :
r xy
=
n
XY (
X )(
Y ) {n
X 2 (
X )2}{n
Y 2 (
Y )2}
………... (Walpole 1992)
I V.
KONDI SI
UMUM
LOKASI
4.1 Letak Geografis
Kabupaten Paser merupakan wilayah di Propinsi Kaliamantan Timur yang terletak di bagian paling selatan. Secara geografis terletak pada posisi 000
45’18.37” – 20027’20,82” LS dan 1150 36’14,5” – 1660 57’35,03” BT, berbatasan
langsung dengan Selat Makasar di sebelah Timur. Secara administratif Kabupaten Paser berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah utara; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara; di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan.
4.2 Topografi
Kabupaten Paser terletak pada ketinggian yang berkisar antara 0 – 500 mdpl. Bagian timur Kabupaten Paser merupakan dataran rendah, landai hingga bergelombang. Di daerah ini terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai. Bagian timur Kabupaten Paser merupakan daerah bergelombang, berbukit, dan bergunung hingga perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan. Di bagian wilayah timur terdapat beberapa puncak gunung, yaitu Gunung Sarumpaka, Gunung Lumut, Gunung Narujan, dan Gunung Halat.
Kabupaten Paser memiliki sungai yang cukup panjang dan lebar, di antaranya Sungai Kandilo yang panjangnya 615 Km, Sungai Telake dengan panjang 430 Km, Sungai Kerang dengan panjang 190 Km, dan Sungai Apar Besar sepanjang 95 Km. Semua sungai tersebut bermuara ke Selat Makasar.
4.3 I klim
Kabupaten Paser termasuk daerah yang beriklim tropis basah dan tidak memiliki perbedaan musim yang jelas, dengan kecepatan angin bertiup sedang dan suhu rata-rata sepanjang tahun sebesar 26 oC dengan dipengaruhi oleh garis
4.4 Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Paser adalah 11.603, 94 km2 dengan jumlah
penduduk di Kabupaten Paser (tahun 2003) mencapai 172.608 jiwa dan kerapatan penduduk 15jiwa/km2. Kabupaten Paser mengalami pemekaran wilayah, dan
sesuai UU No.7 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser memiliki delapan kecamatan dengan 110 desa/kelurahan dan empat UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi). Pada akhir tahun 2003
Kecamatan Batu Sopang dimekarkan menjadi Kecamatan Batu Sopang dan Kecamatan Muara Samu, serta pemekaran Kecamatan Tanjung Aru Kecamatan Batu Engau dan Tanjung Harapan. Adapun luas masing-masing kecamatan di Kabupaten Paser disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas wilayah kecamatan di Kabupaten Paser*
No Kecamatan Luas Wilayah
Daratan Perairan Laut Jumlah
(Km2) (Km2) (Km2)
1 Pasir 836,62
153,49
990,11
Belengkong
2 Tanah Grogot 326,95 8,63 335,58
3 Batu Engau 1501,61 5,65 1507,26
4 Tanjung 480,40
233,65
714,05
Harapan
5 Muara Samu 855,25 - 855,25
6 Kuaro 596,76 150,54 747,30
7 Batu Sopang 1111,38 - 1111,38
8 Muara Komam 1753,40 - 1753,40
9 Long Ikis 1138,37 65,85 1204,22
10 Long Kali 2250,44 134,95 2385,39
Total 10851,18 752,76 11603,94
*Sumber : Bapeda Kabupaten Paser
4.5 Penutupan/ Penggunaan Lahan
Penutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Paser terdiri dari penggunaan lahan terbangun dan penggunaan lahan non terbangun. Penggunaan lahan
terbangun berupa lahan yang di atasnya terdapat bangunan fisik, seperti
[image:33.612.125.430.331.527.2]20
Paser dapat dikelompokkan menjadi beberapa penutupan/penggunaan lahan
seperti disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Penutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Paser*
No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase
2006 2007 (%)
1 Permukiman 12.008,69 12.367 1,07
2 Sawah irigasi 1.212,57 2.900 0,25
3 Sawah drainase 1.077,91 817 0,07
4 Sawah tadah hujan 13.002,86 4.711 0,41
5 Tegalan 5.630,19 8.850 0,76
6 Ladang 7.582,58 8.206 0,71
7 Kebun campuran 11.123,28 6.458 0,56
8 Perkebunan rakyat 11.288,87 26.173 2,26
9 Perkebunan besar 125.902,54 81.762 7,05
10 Hutan 915.907,00 917.087 79,03
11 Tanah kosong 18.244,60 395 0,03
12 Perairan 29.618,00 75.276 6,49
13 Tambak/kolam 7.787,91 15.392 1,33
Total 1.160.394,00 1.160.394 100,00
*Sumber : Bapeda Kabupaten Paser
Hutan di Kabupaten Paser terbagi menjadi beberapa fungsi, seperti yang disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Luas lahan hutan di Kabupaten Paser Tahun (Tahun 2007)*
No Bagian Luas (ha)
1 Hutan lindung 136.201
2 Cagar alam 111.616
3 Hutan produksi terbatas 180.435
4 Hutan produksi 285.769
5 KBNK 446.373
[image:34.612.129.499.161.358.2] [image:34.612.135.384.459.538.2]
V
.
HASI L
DAN
PEMBAHASAN
5.1 Penutupan Lahan
Lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah. air, dan vegetasi serta benda-benda yang ada di atasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Arsyad 2010). Penutupan lahan
merupakan perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur- unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut (Townshend dan Justice 1981 dalam Sanjaya 2006). Berdasarkan penafsiran terhadap citra landsat peta Kabupaten Paser, Kalimantan Timur diketahui luasan masing-masing penutupan lahannya seperti tertera pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil interpretasi luas penutupan lahan Kabupaten Paser
No. Jenis penutupan lahan Luas (ha)
1 Hutan primer 28.597,016
2 Hutan sekunder 474.788,193
3 Kebun campuran 118.090,808
4 Mangrove 61.686,562
5 Perkebunan 129.150,739
6 Pemukiman 5.130,629
7 Rawa 101.449,849
8 Sawah 1.418,301
9 Semak/belukar 119.854,885
10 Tambak/empang 19.757,429
11 Tanah terbuka 9.080,994
12 Tubuh air 12.172,662
13 Tegalan/ladang 2.736,549
Total 1.083.914,616
Tabel 9 menunjukkan bahwa Kabupaten Paser didominasi oleh hutan sekunder dengan luas 474.788,1930 ha atau sekitar 43,8% dari luas wilayah. Luas total hutan di Kabupaten Paser adalah 915.907,00 ha atau sebesar 79,03% dari luas
wilayah yang terbagi menjadi hutan lindung, cagar alam, hutan produksi terbatas,
22
5. 2 Simpanan Karbon
Hasil pengukuran simpanan karbon di atas permukaan pada beberapa penutupan lahan menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai simpanan karbon tersebut merupakan akumulasi dari simpanan karbon pada tegakan dan simpanan karbon pada tumbuhan bawah.
Tabel 10 Simpanan karbon pada beberapa penutupan lahan
No Jenis Penutupan Lahan C tersimpan (ton/ha)
Tegakan Tumbuhan bawah Total
1 Hutan alam 37.0277 0.2569 37.2846
2 Hutan mangrove 51.5031 0.3587 51.8618
3 Hutan rawa 38.9145 0.3730 39.2875
4 Agroforestri 36.3620 0.4796 36.8416
5 Perkebunan kelapa sawit 0.0569 0.0477 0.1046
Tabel 10 menunjukkan bahwa hutan mangrove memilki simpanan karbon terbesar, yaitu sebesar 51,5031 ton/ha. Sedangkan simpanan karbon terendah terdapat pada perkebunan kelapa sawit sebesar 0,1046 ton/ha. Simpanan Karbon pada hutan alam, hutan rawa, dan agroforestri tidak jauh berbeda, yaitu masing- masing sebesar 37,2846 ton/ha; 39,2875 ton/ha; dan 36,8416 ton/ha.
Perbedaan
simpanan
karbon
di masing-masing
penutupan
lahan
dipengaruhi oleh jumlah dan kerapatan pohon, jenis pohon, faktor lingkungan yang meliputi penyinaran matahari, kadar air, suhu, dan kesuburan tanah yang mempengaruhi laju fotosintesis. Dari kegiatan inventarisasi tegakan yang
[image:36.612.136.487.220.328.2]
5.3 Sifat Fisik Tanah
Salah stau faktor yang mempengaruhi simpanan karbon adalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah ini dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, yang meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap sifat fisik tanah yaitu tekstur dan bulk density tanah.
5.3.1 Tekstur Tanah
Tanah terdiri atas partikel-partikel tanah yang berupa pasir, debu, dan liat. Komposisi partikel tersebut ditunjukkan dalam tekstur tanah. Analisis tanah dengan metode pipet menghasilkan tekstur tanah yang berbeda pada masing- masing penutupan lahan, seperti yang disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil analisis tekstur tanah
No Tipe Penutupan Lahan Tekstur Tanah
Pasir
(%)
Debu
(%)
Liat
(%)
1 Hutan Alam 5 48 47
2 Hutan Mangrove 48 25 27
3 Hutan Rawa 29 25 46
4 Agroforestri 26 43 31
5 Perkebunan Kelapa Sawit 28 38 34
Berdasarkan komposisi partikel tanah pada Tabel 11, tekstur tanah hutan alam adalah liat berdebu, hutan mangrove adalah lempung liat berpasir, hutan rawa adalah liat, agroforestri adalah lempung berliat, dan perkebunan kelapa sawit adalah lempung berliat. Tekstur tanah dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Hal ini karena tekstur tanah akan menentukan ukuran dan jumlah pori-pori tanah yang berpengaruh pada siklus air dan udara di dalam tanah.
24
dengan tekstur tanah lempung berliat . Hal ini dimungkinkan karena pada kedua penutupan lahan tersebut dilakukan pemeliharaan dan pengelolaan terhadap tanahnya.
Hutan alam memiliki proporsi liat dan debu terbesar, akan tetapi proporsi pasirnya sangat rendah. Hal ini akan meyebabkan tanah di hutan alam memiliki sistem aerasi dan drainase yang kurang optimal. Aerasi dan drainase akan mempengaruhi proses sirkulasi air, udara, dan hara di dalam tanah. Namun, dengan kandungan pasir yang rendah tanah hutan alam dapat menyimpan air lebih baik sehingga tidak mudah terjadi erosi. Berbeda dengan hutan alam, tanah hutan mangrove memiliki proporsi pasir terbesar. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mangrove yang tergenang dan berlumpur, sehingga lebih banyak memiliki pori-pori makro untuk sirkulasi udara dan air. Tekstur tanah hutan rawa adalah liat. Dengan tekstur tersebut, hutan rawa berpotensi untuk lebih banyak menyimpan bahan organik tanah.
5. 3.2 Bulk Density
Bulk Density menunjukkan bobot massa tanah pada kondisi lapangan yang telah dikering-ovenkan per satuan volume. Dari hasil analisis dengan metode gravimetri, diketahui bahwa tanah perkebunan kelapa sawit memiliki nilai bulk
density tertinggi yaitu sebesar 1,413 g/cm³. Artinya, perkebunan kelapa sawit memiliki tanah yang lebih padat dibandingan dengan penutupan lahan lainnya. Keadaan tanah yang padat dapat mengganggu pertumbuhan tumbuh-tumbuhan karena akar-akarnya tidak berkembang dengan baik (Baver et al. 1978 dalam Purwowidodo 2003). Sedangkan nilai bulk density terendah berada pada hutan mangrove, yaitu sebesar 0,556 g/cm³.
Nilai bulk density dipengaruhi oleh tekstur tanah. Ukuran partikel-partikel yang ditunjukkan dalam tekstur tanah akan mempengaruhi nilai bobot isi tanah. Gambar 4 menunjukkan bahwa hutan mangrove memiliki nilai bulk density
gr/cm3 1.600 1.400 1.200 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200 0.000 1.220 0.556 Bulk Density Tanah 0.926 1.108 1.413 Hutan Alam Hutan
Mangrove Hutan Rawa Agroforestri Perkebunan Kelapa Sawit
Gambar 4 Grafik nilai bulk density pada beberapa penutupan lahan
5.4 Sifat Kimia Tanah
5. 4.1 Derajat Kemasaman (pH)
Nilai pH
7 6 6.4 5 4 3 4.7 2.8 4.7 4.3 2 1 0
Hutan Alam Hutan
Mangrove
Hutan Rawa Agroforestri Perkebunan
Kelapa Sawit
Gambar 5 Grafik nilai pH pada beberapa penutupan lahan
[image:39.612.133.502.78.260.2] [image:39.612.108.503.337.592.2]
26
alam tergolong agak asam. Tanah yang tergolong masam adalah hutan mangrove dan lahan agroforestri. Sedangkan tanah hutan rawa dan perkebunan kelapa sawit tergolong ke dalam tanah yang sangat masam.
Nilai pH akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah. Unsur hara akan optimal pada pH yang cenderung netral. Reaksi tanah masam
dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan basa-basa (Ca dan Mg) mudah tercuci (Supardi 1983). Hutan rawa dengan lahan yang tergenang akan mengakibatkan proses pencucian tanah semakin tinggi. Pencucian basa-basa akan digantikan oleh unsur Al, Fe, dan Mn dalam jumlah berlebihan akan meracuni tanaman. Selain itu, komposisi tanah hutan rawa yang didominasi oleh liat akan mengakibatkan unsur-unsur toksik tersebut dijerap kuat di dalam tanah.
5.4.2 KTK
Nilai KTK
30 25
25.47
20 15 10 5 0
13.1 14.85
Hutan Alam
Hutan
Mangrove
7.93 8.76
Hutan Rawa Agroforestri Perkebunan
Kelapa Sawit
Gambar 6 Grafik nilai KTK pada beberapa penutupan lahan
Berdasarkan hasil analisa tanah yang telah dilakukan diketahui bahwa hutan rawa memiliki KTK tanah yang tertinggi yaitu sebesar 25,47 cmolc/kg, sedangkan KTK tanah terendah adalah pada lahan agroforestri yaitu 7,93 cmolc/kg seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat kimia-tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Djaenuddin et al.
[image:40.612.134.505.336.514.2]
Jenis partikel tanah akan berpengaruh terhadap pertukaran kation-kation dalam tanah. Hutan rawa dengan tekstur tanah liat memiliki nilai KTK terbesar. Tanah yang didominasi oleh partikel liat akan memiliki kemampuan menjarap kation-kation lebih banyak, karena