PERENCANAAN BANGUNAN AIR DAN ANALLSA
PENGERUKAN SUNGAI UNTUK PENGENDALIAN BANJIR
(Studi Kasus Sungai Mookervart)
AHMAD MASYHURI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
AHMAD MASYHURI, Perencanaan Bangunan Air dan Analisa
Pengerukan Sungai untuk Pengendaiian Banjir (Studi Kasus Sungai Mookenart), di bawah bimbingan Soedodo Hardjoamidjojo dan Naik Sinukaban.
Perubahan DAS Mookenart mcn,jadi daerah perkotaan menyebabkan terjadinya sedimentasi dan pembuangan sampah ke sungai, sehingga penampang sungai menjadi lebih kecil dan kapasitas aliran maksimal yang dapat dialirkan hanya 34 m3/dt; karena volume daya tampung Sungai Mookenart hanya sebesar
683 134.46 m3 maka sering te jadi banjir.
Tujuan Penelitian ini adalah mempelajari karakteristik hidrologi DAS, merencanakan bangunan air dan pengerukan sungai untuk mengatasi permasalahan banjir di Sungai Mookenart. Penelitian dilaksanakan dengan menganalisa curah hujan menggunakan metode Thiessen, menghitung debit banjir rancangan dengan metode Nakayasu dan analisis kapasitas tampung Sungai Mookervart untuk pengerukan darl pembangunan tanggul dengan metode perhitungan volume biasa.
Hasil analisis frekuensi terhadap tiga stasiun hujan (periode tahun 1973- 2003) menunjukkan bahwa curah hujan harian maksimum untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun adalah berturut-tumt sebesar 93 mm, 125 mm, 149
mm, 182 mm, 208 mm dan 237
mm.
Kajian menggunakan metode Nakayasumenunjukkan bahwa debit banjir rancangan (Q) untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun adalah berturut-tumt sebesar 78.14 m3/dt, 143.16 m3/dt, 193.6 m3/dt, 264.48 m3/dt, 322.6 m3/dt dan 384.61 m3/dt.
Dalam mennatasi vemasalahan
-
baniir dibutuhkan Derencanaan.
penampang untuk debit rancangan 2, 5 dan 10 tahun menggunakan penampang
trapesium dengan dimensi: lebar bawah 24 m, kedalaman 5 m dan kemiringan 1 :
1. Volume pengerukan untuk perencanaan penampang tersebut adalah sebesar
1 187 365.54 m3. Untuk debit rancangan 25 tahun perencanaan penampang, pengerukan sungai dan pembangunan tanggul dapat menggunakan beberapa
alternatif yaitu (1). penampang trapesium dengan lebar bawah 24 m, 25 m dan 26
m; kedalaman penampang 5 m dan kemiringan dinding saluran 1:l sehingga
volume pengerukan adalah berturut-turut sebesar 1 187 365.54
m3,
1 251 865.54m3, 1 316 365.54 m3, (2) penampang persegi dengan lebar 27 m, 28 m dan 29 m.;
kedalaman penampang 5 m sehingga volume pengerukan adalah berturut-turut
sebesar 1 058 365.54 m3, 1 122 865.54 m3 dan 1 187 365.54 m3
.
Keduapenampang tersebut membutuhkan ketinggian tanggul 3 m di sisi kman kiri
sungai dari hulu hingga hilir dan kemiringan 1 :1.
ABSTRACT
AHMAD MASYHURI, Hydraulic Structure Design and River Dredging
Analysis for Flood Control (Case S~udy qf Mookervart River), under the
supervision of Soedodo Hardjoamidjojo and Naik Sinukaban.
The land use changing of Mookervart catchment from agriculture to urban
area has increased river sedimentation and scwage constructions which in turn
decreased river capacity to only 34 m3/sec; tolal capacity to day is only 683 134.46 m3. This situation has increased flood problems.
The objectives of this research are to study watershed hydrology characteristics, design hydraulic structure and river dredging to reduce flood problems in Mookervart river. Rainfall analysis was carried out using Thiessen method, design flood was analized using Nakayasu method and capacity analysis of Mookervart River for dredging and levee construction by using ordinary volumetric analysis.
Frequency analysis of three rainfall gages (1973-2003), showed that the maximum daily rainfall for 2, 5, 10, 25, 50 and 100 years return periods are 93
mm, 125 mm, 149 mm, 182 mm, 208 mm and 237
m m
respectively. ?'he designflood (Q) of Mookervart river for 2,5, l0,25, 50 and 100 years return periods are 78.14 m3/sec, 143.16 m3/sec, 193.6 m3/sec, 264.48 m3/sec, 322.6 m3/sec and 384.6 1 m3/sec respectively.
To accomn~odate the design flood of 2, 5 and 10 year return periods, the
design of channel cross section of trapezoidal type should use the following dimensions: 24 m bottom width, 5 m depth and side slope 1:l. The volume of dredging for this design flood is 1 187 365.54 m3. To accommodate the design flood for 25 years return period the design of channel cross section, river dredging and levee constructions should use the following dinlensions: (1). trapezoidal
cross section with 24 m, 25 m and 2G m bottom width; 5m depth and
1:l
sideslope; thus dredging volumes will be 1 187 365.54 m3, 1 251 865.54 m3 and 1 316 365.54 m3 respectivelly, (2) rectangle cross section with 27 m, 28 m and 29
m bottom width and 5m depth; thus dredging volumes will be 1 058 365.54 m3,
1 122 865.54 m3 and 1 187 365.54 m3 respectivelly. Both channel types need 3 m
of levee at right and left bank of the river from up strearn to down stream and 1:l slope.
Peryataan Mengenai Tesis dan Sumber Informasi
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perencanaan Bangunan Air dan Analisa
Pengerukan Sungai untuk Pengendalian Banjir (Studi Kasus Sungai Mookervart)
adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis Lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2007
I
0 Hak cipta milik Insfitut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
PERENCANAAN BANGUNAN AIR DAN ANALISA
PENGERUKAN SUNGAL UNTUK PENGENDALIAN BANJIR
(Studi
Kasus
Sungai Mookewart)
AHMAD MASYHURI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Thesis : Perencanaan Bangunan Air dan Analisa Pengemkan Sungai
untuk Pengendalian Banjir.
(Studi Kasus Sungai Mookervart)
Nama Mahasiswa : Ahmad Masyhuri Nomor Pokok : A25202401 1
Program Studi : Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing.
w--
Prof. Dr. Ir. Soedodo Ketua Hardjoamidjojo, MSc
&
Prof. Dr. Ir. Naik Anggota Sinukaban, MScMengetahui,
Sekolah Pascasarjana IPB
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis selalu sehat dan dapat menyelesaikan
laporan penelitian (tesis) ini dengan baik.
Dalam ha1 ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan
sebesar-besamy a kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Soedodo Hardjoamidjojo, MSc. selaku ketua komisi
pembimbing yang senantiasa mcmberikan bimbingan, masukan,
pengarahan dan perhatiannya kepada penulis sehingga menambah
wawasan dan ilmu pegetahuan.
2. Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc. selaku anggota komisi atas segala
bimbingan dan arahannya sejak mulai penyusunan rencana penelitian
hingga selesainya penulisan tesis ini.
3. Selain itu pula tidak lupa penulis haturkan honnat kepada Ibunda Saemar
Chotib, Kakak, dan Kelurga dalam memberikan dorongan dan semangat,
dan pemikiran selama melakukan studi S-2 di IPB Bogor.
4. Ir. Trihono Kadri, MS, Moh.Imamuddin,ST dan keluarga besar PT.
Tribima Cipta Riztama yang telah memberikan dukungan, bantuan,
semangat, dan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan studi S-2
di IPB Bogor.
5. Semua pihak dan instansi yang telah banyak membantu dalam penyediaan
berbagai data.
Akhimya penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih sangat jauh
dari kesempumaan dan banyak kekurangan. Penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Jakarta, Januari 2007
DAFTAR RIWAYAT HIDIJP
Penulis dilahirkan di Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah tanggal 11 September
1976, sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 1989 penulis lulus dari
Sekolah Dasar (SD) Negeri Senter 01 Kalirejo, dan pada tahun 1992 lulus dari
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri Kalirejo, serta menamatkan
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) Negeri
1
Tanjung Karang pada tahun1995. Penulis melanjutkan kuliah di Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta pada-tahun 1995 sampai 2000.
Pada tahun 2000 - 2001 penulis bekerja di Litbang Teknik Sipil Universitas
Muhamadiyah Jakarta sebagai Ketua Sub Bidang Pendidikan, dan pada tahun
2000 sampai dengan sekarang juga sebagai Dosen di Fakultas Teknik Sipil
Perencanaan Universitas Satyagama. Selain itu penulis sejak tahun 2001 sampai
dengan sekarang menekuni bidang Consultant Engineering pada bidang Teknik
Sipil khususnya keairan dan sekarang aktif di PT. TRIRIMA CPTA RIZTAMA
yang berdomisili di Jakarta.
Pada semester Genap tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2)
pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan
tesis dengan judul Perencanaan Bangunan Air dan Analisa Pengerukan Sungai
DAFTAR
IS1
Halaman
ABSTRAK
...
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
...
KATA PENGANTAR
...
DAFTAR IS1
...
DAFTAR TABEL
...
...
DAFTAR GAMBAR ;
...
...
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
...
...
Latar Belakang...
Tujuan Penulisan.
.
...
Manfaat Penel~t~an...
TINJAUAN PUSTAKA. .
Banj~r
...
...
Analisis Curah Hujan
. .
...
Debit Banjlr Rancangan
...
Penampang Saluran...
Tanggul...
METODE PENELITIAN...
Tempat dan Waktu Penelitian
Data dan Alat
...
. .
Metode Penel~t~an
...
KEADAAN UMUM DAERAH MOOKERVART
...
Letak dan Luas Daerah
...
lklim
...
...
Penggunaan Lahan dan Pertumbuhan Penduduk
Topografi
...
Kondisi sungai Mookernart
...
...
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
Curah Hujan...
Debit Banjir Rancangan
...
Analisa Pengerukan sungai...
1'crcncan:lan Rangunan Air...
KESIMPULAN
DAN
SARAN...
KesinipulanSaran
...
~ A F T A R PUSTAKA
...
LAMPIRAN
...
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
...
Luas Wilayah Administrasi Jakarta Barat
...
Luas Wilayah Administrasi Kodya Tangerang
...
Pengunaan Lahan Kodya Tagerang
...
Pengunaan Lahan Jakarta Barat
...
Curah Hujan Harian Maksimum untuk berbagai periode ulang
...
Intensitas hujan harian maksimum Sungai Mookervart
...
Intensitas curah hujan untuk berbagai periode ulang
Debit yang diakibatkan berhagai hujan
...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Penampang Saluran
...
18. .
...
Diagram Alir Penelit~an 26 Peta Lokasi Studi...
27Situasi Bantaran Sungai Mookewart yang sudah dekat dengan
...
muka air 32 Pemmahan yang berada di bantaran Sungai Mookervart...
32Sampah yang berada di tepi sungai Mookewart
...
33Situasi Sungai Mookewart
...
34Hidrograf debit banjir rancangan untuk berbagai periode ulang
...
38Potongan Penampang sungai Mookewart dengan Q 35 m31dt yang meluap
...
39Tinggi muka air dengan debit rancangan periode uiang 25 th
...
40Tinggi muka air dengn debit rancangan periode ulang 25 th pada PR.Ml
...
40Tinggi Muka Air dengan Qth 25 th setelah di nonnalisasi
...
41Tinggi Muka Air dengan Qth 25 th setelah di normalisasi pada PR.Ml
...
41Penampang trapesium dan tanggul
...
46DAFTAR
LAMPIRAN
esen
...
Peta Penyebaran Stasiun Hujan dan Luas Poligon Thie, SO
Tabel Data Curah Hujan Harian Maksimum
...
51Tabel Jenis Sebaran Log Pearson Type Ill
...
52. .
Tabel UJI Chi Kuadrat
...
53Tabel Uji Smimov . Kolmogorov
...
54Tabel Curah Hujan Harian Maksimum untuk berbagai periode
uiang
...
55Tabel Intensitas untuk berbagai periode ulang
...
56...
Tabel lntensitas untuk berbagai tahun
Tabel Data Banjir Rancangan metode Nakayasu untuk berbagai
periode ulang
...
...
Tabel debit pengukwan lapangan
...
Tabel Hujan Harian
...
Tabel Luas Penampang Sungai dan Volume Daya Tampung
Tabel Volume Pengerukan untuk berbagai Macam Penampang
Tabel Nilai Chi Kuadrat Kritik
...
Tabel Distribusi Log Pearson Type 111 untuk Koefisien (G)
...
Tabel Nilai Kritik untuk Tes Smimov-Kolmogorov
...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah banjir dapat mengakibatkan kemgian b e ~ p a kemsakan bangunan
perumahan, gedung-gedung, lahan pertanian, jalan Jan lain sebagainya. Selain
kerugian berupa materil banjir dapat merenggut korbm nyawa manusia karena
terseret oleh arus air yang datang dengan tiba-tiba.
Pennasalahan banjir di Jakarta hampir selalu terjadi pada saat musim
hujan karena kondisi topografi Jakarta yang relatif datar dan berada di daerah
dataran rendah. Salah satu sungai yang sering mengalami banjir adalah Sungai
Mookenart. Sungai Mookervart berada di wilayah Jakarta Barat dan Kodya
Tangerang. Sungai ini mulanya di pergunakan untuk transportasi sungai dan
sarana irigasi. Sungai Mookervart berawal dari Pintu Air Sewan Gate Cisadane
Tangerang hingga bertemu dengan Cengkareng
Drain
di wilayah Jakarta Barat,dengan panjang sungai 13 km dan daerah tangkapan seluas 67 km2. Sungai
Mookervart tahun 1981 di peruntukkan untuk menampung kapasitas debit sebesar
125 m3/dt dengan dimensi sebagai berikut: lebar penampang atas sungai 32 m,
kedalaman 4.5 m dan lebar dasar penampang sungai 14 m. Beberapa kejadian
banjir pada Sungai Mookenart telah mengakibatkan genangan dengan ketinggian
1.20 - 2.40 m selama beberapa
hari
dan meliputi luas mencapai 2 167 ha. Banjirpada tahun 2002 telah mengakibatkan putusnya jaringan transportasi di jalan Daan
Mogot dan genangan disekitar pemmahan, perkantoran, pabrik dan kawasan
industri disepanjang Sungai.
Penyebab terjadinya banjir yaitu DAS Mookervart telah berkembang
menjadi daerah urban yang dicirikan oleh perumahan, perkantoran, pabrik, daerah
industri, ladang dan sawah irigasi. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan
penduduk rata-rata di wilayah Jakarta Barat tahun 1980-1990 sebesar 3.97 %,
tahun 1990-2000 sebesar 0.47 % dan Kodya Tangerang tahun 1990-2000 sebesar
3.64 % sehingga mendorong meningkatnya pembahan penggunaan lahan serta
berdampak menumnkan kapasitas infiltrasi, meningkatnya aliran permukaan di
DAS Mookervart, masih seringnya dijumpai pe~nbuangan sampah ke sungai
karena kurang sadarnya masyarakat terhadap lingkungan dan te rjadinya erosi yang
saat ini tidak mampu menampung kapasitas debit air yang di alirkan dan penampang menjadi lebih kecil sehingga berpotensi terjadinya banjir pada saat
musim hujan.
Bantaran sisi kin Sungai Mookewart saat ini berbatasan langsung dengan
penunahan penduduk, kawasan industri dan pabrik serta sisi kanan Sungai Mookewart adalah jalan Daan Mogot Raya. Sungai Mookewart saat ini memiliki lebar bentang atas sungai bervariasi antmi 10 m
-
33 m, kedalaman penampang antara 1.5 m-
3 m, lebar dasar sungai bewariasi antara 9m
- 18 m dan di beberapa titik lokasi sepanjang Sungai Mookewart elevasi muka air sudah mendekai bantaran sisi kiri.Untuk itu diperlukan upaya pengendalian banjir agar kapasitas tarnpung sungai mampu mengalirkan air dengan aman. Metode yang dapat dilakukan diataranya adalah pengelolaan DAS Mookewart dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi, mengurangi aliran permukaan yang masuk ke sungai, peningkatan kapasitas sungai melalui pengaturan alur Sungai Mookewart, pengerukan sungai dan pembangunan bangunan air berupa tanggul. Penelitian ini hanya difokuskan
terhadap pengaturan alur Sungai Mookewart dan perencanaan bangunan air untuk pengendalian banjir.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka untuk menanggulangi pernasalah banjir di Sungai Mookewart, diperlukan penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan bahaya banjir yang selama ini selalu menimpa kawasan tersebut.
Tujuan Penelitian
a. Mempelajari karakteristik DAS Mookernart.
b. Merencanakan bangunan air dan pengerukan sungai untuk mengatasi pennasalahan banjir di Sungai Mookervart.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
3
Pekerjaan Umum Provinsi
DKI
Jakarta dalam menyelesaikan pernasalahan banjirTINJAUAN PUSTAKA
Ba~ijir
Banjir adalah meluapnya air dari sungai atau saluran, yang disebabkan oleh tidak mampunya sungai atau saluran yang ada untuk menyalurkan air yang mengalir.
(DPU
2004)Definisi Banjir menurut
PP
351 1991 tentang Sungai adalah suatu keadaan sungai dimana aliran aimya tidak tertampung oleh palung sungai; kondisi ini menimbulkan genangan yang pada prosesnya dapat didahului oleh suatuMenurut beberapa peneliti lain banjir didefinisikan dalam beberapa
pendekatan bahwa banjir m e ~ p a k a n pennasalahan yang kompleks, dimana unitnya adalah keragaman. Untuk itu perlu didekati dengan teori sistem
menggunakan pendekatan meta konsep atau meta disiplin, dimana formalitas dan proses keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial &pat dipadukan menjadi satu. (Maryono 2002).
Penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 katagori
yaitu: (a) sebab alamiah berupa: curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedirnentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang dan (b) sebab tindakan manusia berupa: berubahnya kondisi daerah pengaliran sungai, sampah, kawasan
kurnuh,
perencanaan sistem pengendalianbanjir yang tidak tepat dan kerusakan bangunan pengendali banjir. (Kodoatie dan
Sugianto 2002)
Di dalam menganalisa faktor alamiah menyangkut kondisi alam yang menyebabkan terjadinya banjir dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu: (a) faktor kondisi alam yang relatif statis yaitu: geografi, topografi dan geometri alur sungai antar lain: kemiringan dasar sungai; penyempitan alur sungai; ambal alam; pengamh kelokan sungai dan (b) faktor peristiwa alam yang dinamis, antara lain:
Pengendalian banjir dapat dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode struktur dan metode non struktur. Metode stmktur dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu: (a) perbaikan dan pengaturan sistem sungai berupa: sistem jaringan sungai, normalisasi sungai, perlindungan tanggul, tangg~ll banjir, sudetan dan floodway dan (b) bangunan pengendali banjir berupa: bendungan, kolam
retensi, pembuatan check dam, bangunan penguras, kemiringan sungai, groundsiil, retarding basin dan pembuatan polder. Metode non struktur antar lain: pengelolaan DAS, pengaturan tataguna lahan, ~ e n ~ e n d a l i a n erosi, pengembangan daerah banjir, pengaturan daerah banjir, penanganan
kondisi darurat, peramalan banjir, peringatan bahaya banjir, asuransi dan penegakan hukum (Kodoatie &an Sugianto 2002).
Pengembangan sungai-sungai di Indonesia dalam 30 tahun terakhir ini mengalami peningkatan pembangunan fisik yang relatif cepat. Pembangunan fisik tersebut misalnya pembuatan sudetan, pelurusan, pembuatan tanggul sisi dan
pembetonan tebing, baik pada sungai kecil maupun besar. Hal ini menyebabkan teqadinya percepatan aliran menuju hilir dan sungai bagian hilir akan
menanggung volume aliran air yang lebih besar dalam waktu yang lebih cepat dibanding sebelumnya (Maryono 2002).
Upaya penanggulangan banjir dan genangan di wilayah Jakarta dan sekitarnya dilaksanakan sebagai usaha menciptakan wilayah Jabotabek yang nyaman dihuni dan memberikan kesejahteraan bagi penghuninya, sehingga untuk menghadapi musim hujan yang terjadi tiap tahun Departemen Peke jaan Umum mencanangkan pengembalian fungsi terhadap bangunan dan saluran yang sangat berpotensi menimbulkan banjir di wilayah DKI
Jakarta
agar dapat b e r h g s isebagaimana mestinya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas tampung sungai didalam pengendalian banjir adalah pengerukan sungai. Langkah
pengerukan sungai ini dilaksanakan terhadap sungai yang mempunyai sedimentasi tinggi akibat pembuangan sampah ke sungai, pembuangan limbah pabrik, rumah tmgga dan perkantoran ke sungai yang menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai. (DPU DKI Jakarta 2002)
Debit banjir (Q, m3/dt) adalah fungsi dari kecepatan aliran banjir
(V,
banjir dapat dilakukan dengan pendekatan terhadap ketiga komponen banjir
tersebut (PT Metana 2004).
Perencanaan penampang alur sungai pada umumnya berbentuk ganda
yaitu alur sungai utama guna menampung debit dominan, ditambah bantaran
di kiri kanan sungai untuk menghindari luapan air sungai pada saat banjir
dan pembuatan tanggul. Akan tetapi pembangunan tanggul dan bantaran
sungai kadang menimbulkan masalah antara lain tar~ggul yang tinggi, tanah
untuk areal tanggul yang sulit atau mahal dan hunian liar yang berada di
bantaran. Guna mengatasi ha1 tersebut disusun konsep pengelolaan tanggul
dan bantaran yang mengikutsertakan peran serta masyarakat (Isnugroho
2003).
Analisis Curah Hujan
Menentukan Curah Hujan Daerah
Curah hujan daerah adalah curah hujan rata-rata di selumh daerah
yang bersangkutan; diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatar~ air dan pengendalian banjir (Suyono dan Tominaga 1994).
Hujan dapat terjadi secara merata di seluruh kawasan yang luas atau hanya
bersifat setempat. Beberapa metode yang dapat digumakan menghitung untuk
hujan rata-rata kawasan antara lain: (a) metode rata-rata aljabar, (b) metode
poligon thiessen dan (c) metode isohyet.
Untuk menganalisa curah hujan lebih lanjut diperlukan cara
menentukan jenis sebaran atau distribusi yang cocok untuk daerah pengaliran
sungai tertentu, dikarenakan tidak sernua sebaran cocok untuk semua tempat.
Pemilihan jenis sebaran ini terkait dengan berapa besar debit yang dihasilkan,
apakah tejadi perkiraan debit banjir rencana yang terlalu besar, atau terlalu kecil.
Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis
data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi dan koefisien
Rata-rata (x)
Rata-rata adalah nilai rata-rata dari suatu himpunan data dengan menggunkan persamaan sebagai berikut:
Standar Deviasi (S)
Standar deviasi adalah
akar
nilai tengah kuadrat simpangan dari nilai tengah dengan rumus persamaan sebagai berikut:Koefsien Variasi (Cv)
Koefisien Variasi adalah perbandingan antara standar deviasi dan nilai rata-rata
dengan rumus persamaan sebagai berikut:
Koefisien Skewness (Cs)
Koefisien Skewness adalah derajat kemencengan dari suatu sebaran atau distribusi dengan persamaan sebagai berikut:
Koefsien Kurtosis (Ck)
Koefisien Kurtosis adalah derajat kepuncakan dari suatu sebaran atau distribusi, biasanya diambil secara relatif terhadap suatu distribusi normal dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
dimana:
xi = curah hujan pada tahun ke-i (mm) n = banyaknya data pangamatan
Dalam statistik dikenal beberapa jenis sebaran dan yang biasa digunakan dalam pengolahan data hidrologi diantaranya adalah: Distribusi
8
Distribusi Nonnal (Normal Distribution)
Dalam analisis frekuensi data hidrologi baik data hujan maupun data debit
sungai sangat jarang dijumpai seri data yang sesuai dengan distribusi Normal. Distribusi ini mempunyai sifat antara lain: (a) nilai kemencengan (Cs) = 0 dan nilai kurtosisnya
(Ck)
= 3, (b)kemungkinan P(x-S) = 15.87 %, P(x) = 50% danP(x
+
S) = 84.14%, (c) kemungkinan data berada pada daerah (x-
S) dan (x+
S)adalah 68.27% dan x berada antara (x
-
2s) dan (x+
2s) adalah 95.44%.Distribusi Log Normal (Log Normal Distribution)
Distribusi Log Nonnal mempunyai sifat yaitu perbandingan nilai koefisien skewness (Cs) sama dengan 3 kali nilai koefisien variasi (Cv) dan selalu bertanda
positif. Distribusi ini menggunakan persamaan sebagai berikut:
X ,
=;+
K.S ( 2.6 )dimana:
XT = besamya curah hujan dengan jangka waktu ulang
T
tahun-
x = harga rata-rata (mean)
K = faktor frekuensi
S = standar deviasi
Distribusi Gumbel (Gumbel Distribution)
Distribusi Gumbel mempunyai sifat yaitu: (a) Nilai Cs = 1.1396 dan nilai
Ck =5.0042, (b) Nilai K yang diperoleh dengin rnenggunakan persamaan sebagai
berikut:
K = variabel simpangan untuk periode ulang
T
tahunY,
= reduced variateY,
= reduced mean yang tergantung dari besamya sampelS,, = reduced standar deviasi yang tergantung dari besamya sampel.
Distribusi Log Pearson Type 111 (Pearson's Distribution)
-
C
logxlogx =
n
-
12
(log x-
log xyI
Y
n - I-
L o g X ~ = l o g x
+
G * Sdirnana:
log
XT
= nilai logaritma dari data curah hujan-
logx = nilai rata-rata logaritma dari data curah hujan.
G
= faktor frekuensiS = standar deviasi
Curah Hujan Rancangan
Curah hujan rancangan adalah hujan terbesar tahunan dengan sesuatu
kemungkinan tertentu, atau hujan dengan suatu periode ulang tertentu. Untuk
menetapkan besamya curah hujan rancangan diadakan pengamatan hujan di
daerah aliran sungai selama suatu periode cukup panjang. Salah satu cara yang
dipermudah untuk menentukan besamya hujan rancangan adalah sehagai
berikut: (a) dengan pengamatan, meliputi besarnya hujan dalam satu hari, dua hari,
tiga hari, empat hari, lima hari, tergantung pada tujuan penggunaanya; (b)
dari
hasil pengamatan tersebut, ditentukan masa ulang untuk hujan masing-masing
dengan analisa fiekuensi; (c) digambarkan pada grafik, di sini akan didapat
lengkung-lengkung yang menunjukan antara besar hujan selama suatu periode
tertentu clan masa ulangnya.
Hujan rancangan ditetapkan dengan masa ulang tertentu. Dengan analisa
frekuensi atau dengan perhitungan probabilitas dapat diramalkan seberapa besar
harapan yang terjadi dalam suatu jangka waktu tetentu.
Perhitungan curah hujan rancangan dengan menggunakan distribusi Log
Pearson Type 111 dapat mempunyai langkah sebagai berikut: (a) mengubah data
curah hujan sebanyak
n
buahXI, Xz,
X3 ,...,X,
menjadi log XI, log Xz, log X,,. .
.,
log X, ; (b) mencari harga
rata-rata
log X menggunakan persamaan 2.8; (c)10
kepencengan (skewness) dengan menggunakan persamaan 2.4; (e) mencari harga
kemencengan dari tabel hubungan antara koefisien skewness (Cs) dan kala ulang
(Tr); (f) menghitung harga curah hujan rancangan dengan menggunakan
persamaan 2.10.
Untuk dapat mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan jenis
distribusi teoritis yang dipilih, maka perlu dilakukan pengujian. Pengujian ini
biasanya disebut dengan pengujian kecocokan. Cara yang biasa digunakan
dalam menguji data hidrologi, adalah Chi-kuadrat dan Sminov-Kolmogorov
Sri Harto (1993)
Uji Chi-kuadrat
Uji Chi-kuadrat menggunakan persamaan sebagai berikut:
dimana:
X2 = harga Chi-kuadrat
Xo = besarnya curah hujan yang didapat dari pengamatan
Xe = besamya curah hujan teoritis yang diharapkan
Syarat yang hams dipenuhi antara lain: (a) nilai
a
hams lebih kecil dari nilai~ 2 c r dan (b) nilai Chi-kuadrat besarnya tergantung pada derajat kebebasan
(DK) dan derajat nyata ( a ) yang diambil sebesar 5%. Besarnya derajat
kebebasan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
D K = K - ( P + I ) ( 2 . 1 2 )
dimana:
DK = derajat kebebasan
K = kelas interval
P = 2 untuk sebaran Chi-kuadrat
Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian kecocokan ini lebih sederhana dibanding dengan Chi-h~adrat. Uji
11
distribusi empiris dan teoritisnya dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
~ { m a k s l ~ ( ~ ) l } < k r = a (2.13 )
dimana:
P ( x ) - P(Xi) = A maks .
Acr = A kritik yang dapat dilihat dari Tabel nilai kritik untuk Tes
Smirnov-Kolmogorov.
Syarat: (a) nilai A maks hams lebih kecil dari Acr, (b) nilai derajat nyata
biasa digunakan sebesar 5%.
Debit Ranjir Rancangan
Dalam memperkirakan besarnya debit banjir rancangan dapat digunakan
metode Nakayasu dan metode Rasional. Metode Nakayasu yang dikembangkan
oleh Nakayasu dari Jepang sering digunakan untuk perencanaan bangunan air di
Pulau Jawa karena hidrograf sungai-sungai di Jepang mempunyai kesamaan
dengan hidrograf sungai yang ada di Jawa (Sri Harto 1993). Metode Rasional
digunakan oleh Mulvaney di Irlandia untuk menentukan banjir maksimum bagi
saluran atau drainase dengan daerah aliran kecil (Subarkah 1978).
Metode Nakayasu
Metode Nakayasu menggunakan persamaan yang dikutip dari Soemarto
(1995) sebagai berikut:
Tp
=Tg
+0.8Tr (2.15)Tg = 0.4
+
0.0058L UntukL> 15km
(2.16)~g = 0.21~0.' UntukL< 15
km
(2.17)To.3 = (2.18 )
dimana:
@
= debit puncak banjir (m3/dt)L = panjang sungai utama (km)
A = luas DPS @m2)
Re = hujan satuan (mm)
TP = waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
To.3 = waktu dari puncak banjir sampai 0 . 3 ~ debit puncak
Tg = lag time dalam DPS (jam)
Tr = satuan waktu dari curah hujan (jam)
Harga
a
untuk:
Daerah pengaliran biasa =
2
Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian yang menurun cepat = 1.5
Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3
Bentuk Hidrograf terdiri atas :
Kuwa naik (O<t(Tp) menggunakan persamaan sebagai berikut:
Kurva turun (TP<t(To,) menggunakan persamaan sebagai berikut:
Kuwa turuin I1 ( ~ 0 . 3 a q . 3 ~ ) menggunakan persamaan sebagai berikut:
Kurva turun 111 (P~o.3') menggunakan persamaan sebagai berikut:
Untuk hujan efektif didapat dengan cara metode
4
indeks yangdipengaruhi fungsi luas DAS dan frekuensi sumber SN, (Barnes 1959) yang
dimana:
= phi-indeks (mrnljam)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
SN = frekuensi sumber
PI = jumlah pangsa sungai tingkat satu
PN = jumlah pangsa sungai semua tingkat
Nilai4 indeks ini dipergunakan dengan anggapan bahwa tidak semua
curah hujan yang melimpas menjadi aliran permukaan, tetapi sebagian mengalami proses infiltrasi atau penyerapan ke dalam tanah yang dianggap sebagai kehilangan air.
Untuk memperkirakan besamya aliran dasar (base flow), dipergunakan
persamaam pendekatan dari Kraijenhoff
VDK
(1 967) yang dikutip dari Sri Harto(1993) menggunakan persamaan sebagai berikut:
Q,
= 0.475 1 . A O . ~ ~ ( 2.25 )dirnana:
Qb = debit aliran dasar sungai (m3/dt)
A = luas daerah aliran sungai (km2) D = kerapatan jaringan sungai (km/km2)
LN
= jumlah panjang aliran semua tingkat (km)Metode Rasional
Analisis debit banjir dibuat berdasarkan data hujan rancangan dan hasil perhitungan intensitas hujan dengan memanfaatkan DAS atau besaran fisik yang mempengaruhi jumlah limpasan pada areal tadah hujan. Prinsip
dasar cara rasional ini adalah mencari jumlah atau laju limpasan maksimum
Metode Rasional digunakan untuk menentukan banjir maksimum bagi
saluran atau drainase dengan daerah aliran kecil dengan luas 40 - 80 ha (Subarkah
1978). Bentuk rumus Rasional menggunakan persamaan sebagai berikut:
dimana:
Q
= debit banjir dengan periode ulang T tahun (m3/det)C = koefisien pengaliran atau limpasan, besarnya tergantung kondisi
DPS
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mndjam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Intensitas curah hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode tertentu
dan dinyatakan dalam satuan mlnljam. Data intensitas hujan pada umumnya di
Indonesia sukar didapat, maka untuk menghitung intensitas curah hujan selama
waktu konsentrasi dipergunakan rumus Mononobe yaitu menggunakan persamaan
rumus sebagai berikut:
dimana:
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mmljam)
R,, = hujan harian rencana (mm)
t = waktu konsentrasi cam)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan olch air hujan yang jatuh
untuk mengalir dari titik te jauh sampai ke tempat k e l u ' m DAS (outlet). Waktu
konsentrasi (tc) yang dikutip dari Subarkah (1978) dengan menggunakan
0.5 0.77
tc=0.0195
* ( L I S
) (2.28)dimana:
tc = waktu konsentrasi (menit)
L = panjang jarak dari tempat terjauh di daerah pengaliran sampai tempat
pengamatan (m)
S = perbandingan selisih tinggi antara tempat te jauh dan tempat pengamatan
Metode laimya dalam menentukan waktu konsentrasi adalah rumus yang
dikembangkan oleh Kirpich (1940) yang dikutip dalam Suripin (2004) dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
tc = ( (0.87*~~)/(1000*~) )03'85 ( 2.29 )
dimana:
tc = waktu konsentrasi (jam)
L
= panjang saluran utama dari hulu sampai penguras(krn)
S = kemiringan rata-rata saluran utama
Menghitung kecepatan perambatan banjir dengan rumus Rhiza yang dikutip
dalam Kartika (2003) menggunakan persamaan sebagai berikut:
dimana:
L = panjang sungai utanla (km)
V = kecepatan perambatan banjir (mldt)
H = beda tinggi antara titik terjauh dari daerah pengaliran tempat
pengamatan (km)
Penampang Saluran
Saluran terbuka menurut Chow (1989) adalah saluran yang mengalirkan
air dengan suatu permukaan bebas. Menurut asalnya saluran dapat digolongkan
menjadi saluran alam dan saluran buatan.
Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di
sampai ke muara sungai. Aliran air dibawah tanah dengan perrnukaan bebas juga dianggap sebagai saluran terbuka alamiah. Sifat-sifat hidrolik saluran alam
biasanya sangat tidak menentu, dalam beberapa ha1 dapat dibuat anggapan pendekatan yang cukup sesuai dengan perlgamatan dan pengalaman sesungguhnya
sehingga persyaratan aliran pada saluran ini dapat diterima untuk menyelesaikan analisa hidrolika teoritis.
Saluran buatan dibentuk manusia seperti saluran pelayaran, saluran pembangkit listrik, saluran irigasi dan talang, parit pembuangan, pelimpah tekanan, saluran banjir, saluran pengangkut kayu, selokan dan sebagainya. Sifat- sifat hidraulik pada saluran ini dapat diatur menurut keinginan atau dirancang untuk memenuhi persyaratan tertentu. Oleh karena itu penerapan teori hidrolika untuk saluran buatan dapat menghasilkan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya, serta cukup teliti untuk perancangan praktis.
Di bawah ini adalah beberapa istilah yang berhubungan dalam perhitungan saluran terbuka: (a) luas basah (woter area) A adalah luas penampang melintang aliran yang tegak lurus arah aliran, (b) keliling basah (wettedperimeter) P adalah panjang garis perpotongan dari permukaan basah saluran dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus arah aliran dan (c) jari-jari hidrolik
fiydaoulic radius) R adalah rasio luas basah dengan keliling basah atau R=NP. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya debit menggunakan persamaan sebagai berikut:
Q = V x A (2.31)
dimana:
Q = Debit (m3/dt)
V = Kecepatan Aliran (mfdt)
A = Luasan Penampang (m2)
Harga kecepatan aliran (V) dapat digunakan persamaan yang diberikan oleh Manning. Penggunaan rumus ini disamping paling banyak dipakai untuk menghitung aliran dalam saluran terbuka karena mudah dan ketelitiannya yang
cukup baik, menggunakan persamaan sebagai berikut:
maka untuk menghitung nilai debit menjadi :
Q = l / n x ~ ~ ' x S"X A
Q = ~ / n x x s'I2 x A
dimana:
Q = debit aliran (m3/det)
V = kecepatan rata-rata aliran (mldet)
n = koefisien kekasaran Manning
R =radius hidrolik (m)
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
S = kemiringan dasar saluran
Untuk mempernleh penampang saluran efisien yang memiliki keliling
basah minimum (P,i,) dan memiliki debit maksimum (Q,,) untuk suatu bentuk,
kemiringan dan kekasaran yang diketahui. Keliling basah minimum (Pm3) akan
tercapai pada saat luas penampang basah minimum (A,;.). Penampang saluran
buatan yang biasa dibuat adalah b e n d trapesium, walaupun ada bentuk
penampang yang lain tetapi bentuk trapesiumlah yang paling optimum. Hal ini
disebabkan karena bentuk trapesium adalah bentuk dasar dari sebuah saluran
alam. Jika saluran dibuat segitiga maka dengan adanya gerusan permukaan akibat
aliran air bentuk segitiga tersebut akan berubah menjadi trapesium. Demikian juga
dengan bentuk penampang lain misalnya lingkaran atau segi empat.
Rumus umum yang digunakan menentukan penampang saluran berbentuk
trapesium antara lain:
Panjang kemiringan sisi:
k =
\IHTZT;=H@T~-
Luas penampang basah:
A = (2B
+
2HZ) x !AHKeliling basah:
P
=B
+
2(J-)Lebar perrnukaan air:
T = B + 2 H Z
Jari-jari hidrolik:
Gambar 1 Penampang Saluran.
Tanggul mempakan bangunan sungai yang paling umum dijumpai.
Tanggul biasanya dibangun di tepian sungai, berupa konstruksi pasangan batu,
beton bertulang, tiang pancang clan konstruksi umgan tanah. Ditinjau dari bahan
yang digunakan untuk pembuatan tanggul, biasanya banyak menggunakan tanah.
Tanah m e ~ p a k a n bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi
tanggul sangat mudah dipeliharanya. Di sisi lain tanggul ini dapat ~ s a k di
karenakan adanya penurunan tanah (saitlemenr). Kerusakan dapat diakibatkan
antara lain: (a) terbentuknya bidang gelincir yang menerns akibat kemiringan
lereng yang terlalu curam, (b) terjadinya kemntuhan lereng tanggul akibat
kejenuhan air pada saat banjir atau pada saat terjadinya hujan terns-menerus, (c)
terjadinya kebocoran pada pondasi tanggul, (d) tergerusnya lereng depan tanggul
akibat arus sungai, (e) terjadinya limpasan pada mercu tanggul dan (f) tejadinya
pergeseran pondasi akibat gempa.
Di bawah ini terdapat beberapa komponen dalam pembuatan tanggul
yang relatif kedap air, menghasilkan penampang basah yang paling maksimum, diusahakan searah dengan arah arus sungai, dibuat agar tanggul kin dan kanan
parallel;
(b)
tinggi jagaan tanggul, dimaksudkan untuk mengantisipasi fluktuasi naik hvun muka air sungai, kesalahan perhitungan hidrolika, adanya gelombang air. Tinggi jagaan bewariasi pada umumnya 0.5 - 2.0 meter; (c) lebar mercutanggul, disamping karena alasan stabilitas juga agar dapat dimanfaatkan untuk
jalan inspeksi, disamping itu juga diperhatikan apabila tanggul yang akan dibuat cukup tinggi yakni dengan membuat tanggul bertingkat dengan membuat bahu; (d) kemiringan lereng tanggul, ha1 ini berkaitan dengan stabilitas lereng tanggul. Pada umumnya kemiringan lereng tanggul dibuat 1 : 2 atau lebih kecil; (e) bahan tanah u ~ g a n tanggul, pada hakekatnya bahan tanah yang baik untuk urugan tanggul adalah yang mempunyai sifat-sifat kekedapannya tinggi, nilai kohesi
tinggi, sudut gesemya tinggi, pekat dan angka porinya rendah,
(0
stabilitas lereng tangy], sangat tergantung atas kekuatan geser dan kohesi dari bahan tanah yang digunakan. Kekuatan geser tanggul dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:S = a t a n c p + C ( 2.40 )
dimana:
S = kekuatan gesertanggul
0 = kekuatan kompresif vertikal (t)
cp = kekuatan geser dalam
e)
C = kohesi tanah (t/m2)Perhitungan detail stabilitas lereng tanggul pada umumnya dengan faktor keamanan 1.2
-
1.5 dapat dihitung dengan metode Bishop atau Fellenius; (g) rembesan pada tubuh tanggul. Rembesan pada tubuh tanygul akan membahaya kan terhadap keberadaan tanggul. Lereng tanggul suatu sungai m e ~ p a k a n bagian yang terpenting yang harus dilindungi dari longsor, sehingga agar permukaan lereng dapat bertahan terhadap arus air dan terpaan hujan maka harus dilaksanakan perkuatan terhadap lereng. Perkuatan lereng sungai diadakan guna melindungi tebing sungai terhadap gerusan arus sungai dan mencegah prosesmeander pada alur sungai. Kriteria yang hams diperhatikan dalam menentukan
butiran tanah di belakang perkuatan lereng, 3).kemsakan bagian hulu dan hilir
perkuatan lereng, 4).gerusan pada mercu perkuatan lereng, S).kemsakan pada
zone transisi dan 6).kerusakan akibat tekanan air dan tanah di belakang perkuatan
lereng.
Selain tanggul dan perkuatan lereng ada bangunan sungai lainnya yang
paling sering di jumpai adalah krip. Krip mempakan bangunan air yang secara
aktif mengatur
arah
arus
sungai dan memiliki efek yang positif dan besarjika
dibangun dengan benar. Fungsi utama dari pemasangan krib pada sungai adalah:
(a) mengatur arah m s sungai, @) mengurangi kecepatan arus sungai, (c)
mempercepat sedimentasi dan menjamin keamanan tanggul atau tebing sungai
dari gerusan air, (d) mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai
dan (e) mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan
Bahan yang menggunakan krip dapat dibuat dari beton, kayu, bambu dan
bronjong. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan krip adalah
formasi krip, tinggi krip, panjang dan jarak antara. Penerapan krip dilapangan
dapat dilakukan dengan berbagai tipe, antaranya :
Krip Permeobel
Krip permeable tersebut melindungi tebing terhadap gerusan arus sungai
dengan cara merendam energi yang terkandung dalam aliran sepanjang tebing
sungai dan bersamaan dengan itu mengendapkan sedimen yang terkandung dalam
aliran tersebut. Krip permeabilitas terbagi dalam beberapa jenis antara lain: Jenis
tiang pancang, jenis rangka piramid dan jenis rangka kotak.
Krip Impermeabel
Krip dengan konshvksi tipe impermeable di sebut dengan krip padat
karena air sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh laip. Krip ini di pergunakan
untuk membelokkan arah m s sungai karena sering te jadinya gerusan yang cukup
dalam didepan ujung krip-krip tersebut. Krip jenis ini &pat dibedakan menjadi
dua yaitu jenis ktip yang terbenam dan jenis krip yang tidak terbenam.
Krip
Semi PermeabelKrip semi permeabel ini b e r h g s i ganda yaitu sebagai krip permeabel dan
21
sebagai pondasi, sedangkan bagian atasnya merupakan konstruksi yang permeabel
di sesuaikan dengan fungsi dan kondisi setempat.
Krip silang dun memanjang
Krip yang formasinya tegak lurus atau hampir tegak lurus arah arus sungai
dapat merintangi arus tersebut dan dinamakan krip melintang, sedangkan krip
METODE PENELPTIAN
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di sungai Mookernart berawal dari Pintu Air Sewan
Gate Cisadane Kodya Tangerang hingga bertemu dengan Cengkareng Drain
Wilayah Jakarta Barat (Gambar 2). Waktu penelitian adalah delapan bulan mulai Nopember 2004 sampai dengan Juni 2005.
Data dan Alat
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder yaitu: data curah (hujan harian maksimum) dengan tiga stasiun hujan dari tahun 1973-2003, data wilayah administrasi, sosial ekonomi dan peta rupa bumi skala 1 : 25 000 yang mencakup Sungai Mookewart. Peta lokasi studi (Gambar
2)
menggunakan dari Bakasurtanal yaitu Tangerang nomor 1209-432,
Jakarta nomor 1209-441 dan peta situasi Sungai Mookewart menggunakan Jabotabek edisi 2001102. Data primer yang digunakan adalah data pengukuran langsung dilapangan yaitu: penampang sungai per 100 m antar jarak penampang dan debit.Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer yang digunakan untuk
menyusun dan mengolah data, kamera dokumentasi, alat theodolit yang di
gunakan untuk pengukuran penampang sungai dan perangkat alat berat yang digunakan untuk penge~kan sungai.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan menggunakan beberapa metode untuk mengatasi pennasalahan banjir yang terjadi di sungai Mookewart, antara lain:
menggunakan metode yang dapat menganalisa besaran curah hujan yang tejadi
dan besamya debit banjir rancangan. Debit banjir rancangan dapat digunakan untuk menghitung besarnya dimensi sungai, sehingga debit tersebut dapat dialirkan. Untuk mendapatkan besamya dimensi sungai yang direncanakan maka dibutuhkan suatu metode pengerukan sungai dan perencanaan bangunan air sehingga dapat rnengakomodasikan debit air yang direncanakan.
Menentukan Curah Hujan Areal
Jika di dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat
23
hujan areal. Dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata rnenggunakan cara
metode poligon Thiessen.
Poligon Thiessen
Metode Poligon Thiessen berdasarkan rata-rata timbang (weighted
average). Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk
dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
penghubung di antara dua buah pos penakar.
Misalnya A1 adalah luas daerah pengaruh pos penakar 1, A2 luas daerah pengaruh
pos penakar 2 dan seterusnya. Jumlah A,
+
A2+
. . .
A, = A adalah jumlah luasselumh areal yang dicari tinggi curah hujan rata-ratanya. Jika pos penakar 1
menakar tinggi hujan dl, pos penakar 2 menakar d2, dan pos penakar n menakar
d,,, maka metode ini menggunakan persamaan sebagai berikut:
Ai
-
Jika
-
-8
mempakan persentase luas pada pos i yang jumlahnya untuk seluruhA
luas adalah loo%, maka menggunakan persamaan sebagai berikut:
dimana:
A = luas areal
D
= tinggi curah hujan rata-rata arealdl,
4,
dj,..
d,, = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,.
. .
nAl, A*, A3,. A,, = luas daerah pengaruh pos 1,2,3,
. . .
nn
4
= jumlah persentase luas = 100%1.1
Data hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian maksimum
dari tiga stasiun hujan yakni Stasiun Tangerang, Stasiun Cengkareng dan
Curah Hujan Rancangan
Dengan analisa frekuensi dapat kita ramalkan berapa besar hujan yang
terjadi dalam suatu jangka tertentu. Metode yang digunakan untuk menghitung analisa frekuensi curah hujan adalah Log Pearson Type 111, dengan menggunakan
persamaan 2.10.
Untuk dapat mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan jenis distribusi teoritis yang dipilih, maka masih perlu dilakukan pengujian. Pengujian
ini biasanya disebut dengan pengujian kecocokan. Cara yang digunakan dalam menguji data hidrologi adalah Chi-kuadrat dan Sminov-Kolmogorov.
Debit Banjir Rancangan
Dalam memperkirakan besamya debit banjir rancangan Sungai Mookervart menggunakan metode Nakayasu. Metode Nakayasu yang dikembangkan oleh Nakayasu dari Jepang sering digunakan untuk perencanaan bangunan air di Pulau Jawa karena hidrograf sungai-sungai di Jepang mempunyai
kesamaan dengan hidrograf sungai yang ada di Jawa (Sri Harto 1993)
Pengerukan Sungai
Pengerukan dilakukan terhadap sungai yang te rjadi pendangkalan akibat mempunyai sedimen yang tinggi, sampah dan tidak teratumya bentuk dari alur sungai, sehingga sungai tidak mampu lagi mengalikan debit air. Diperlukan
metode pengerukan sehingga dimensi sungai dapat di normalisasikan kembali dan dapat ditingkatkan. Kegiatan pengerukan sungai untuk mengangkat tanah atau lumpur dilaksanakan dengan menjaga stabilitas dan keamanan kemiringan lereng samping sehingga tidak te jadi longsor. Metode pengerukan tersebut antara lain: (a) hasil pengerukan hams sampai peil yang direncanakan sesuai dengar1 gambar,
(b) dalam melaksanakan pekerjaan pengerukan dianjurkan memakai alat berat, dan tenaga manusia diterapkan apabila keadaan medan kerjanya tidak
memungkinkan menggunakan alat berat, (c) jenis alat berat yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan serta jumlah alat berat disesuaikan dengan medan dan
25
Analisa Pengerukan dengan Program HEC RAS
Program
HEC
RAS adalah sebuah paket program yang didalamnya terintegrasi analisa hidrolika. Dalam terminologi HEC RAS adalah pengaturm file data yang berhubungan dengan sistem sungai dan dapat menunjukkanbeberapa atau semua variasi dari tipe analisa, sehingga dapat digunakan untuk
mengetahui berapa tingginya muka air yang meluap dari penampang sungai dan besaran kapasitas aliran maksimal yang dapat dialirkan oleh sungai.
Data hasil pengukuran lapangan terhadap penampang sungai per 100 m dan data debit banjir rancangan, digunakan sebagai input data dalam program ini.
Perencanaan Bangunan Air
Perencanaan bangunan air merupakan salah satu metode didalam pengendalian banjir yakni berupa kegiatan pembangunan struktur. Dalam upaya pengendalian banjir Sungai Mookervart bangunan air yang digunakan adalah tanggul. Tanggul yang dibangun di tepian sungai berfimgsi untuk menahan meluapnya air dari suatu sungai. Bahan yang digunakan dapat berupa konstruksi
pasangan batu, beton bertulang, tiang pancang dan konstruksi urugan tanah. Penggunaan bahan akan dipakai dalam perencanaan bangunan perlu memperhatikan faktor biaya, sehingga pelaksanaan nantinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
I
Pekerjaan PersiapanI
Sekunder dan Primer
Analisa Pengerukan Sungai:
1.
Kondisi Existing2.
Kondisi NonnalisasiProgram HEC RAS
I
Analisa Hidrologi :
1. Perhitungan Frekuensi
Curah
Hujan & Intensitas
Curah
Hujan.2. Perhitungan Banjir Rancangm
Solusi Pengendalian Banjir :
Perencanaan Bangunan Air dan
Pengerukan sungai.
i..
, , : , >
,
' I .. . . . , , , .
.
..
. . . .,. s . , *#, ,.
I i , , ..
KEADAAN UMUM
DAEWH
MOOKERVART
Letak dan Luas Daerah
Secara administrasi pemerintahan sungai Mookewart ini terletak di dua
wilayah adminstrasi yakni Jakarta Barat dan Kodya Tcngcrang yang bcrbatasan
langsung dengan Propinsi DKI Jakarta, sedangkan secara geografis terletak antara
106"38'15" sampai 106°44'50" Bujw Timur dan 6O10'20" sampai 6°09'10"
Lintang Selatan.
Sungai Mookervart bemula dari Pintu Air Sewan Gate Cisadane
Tangerang hingga bertemu dengan Cengkareng Drain di Jakarta Barat, dengan
panjang sungai 13 km. Sungai ini membujw sepanjang jalan Daan Mogot,
melewati kecamatan Batu Ceper, Kalideres, Cengkareng dan Kembangan. Sungai
Mookewart memiliki daerah tangkapan seluas 67 km2.
Luas setiap daerah administrasi yang termasuk wilayah Kodya Tangerang
dan Jakarta Barat adalah seperti tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Luas Wilayah Administrasi Kodya Tangerang
No Daerah Kecamatan Luas
- (* 1000 ha)
1 Kec. Cileduk 87.69
2 Kec. Larangan 93.97
3 Kec. Karang Tengah 104.74
4 Kec. Cipondoh 179.10
5 Kec. Pinang 215.90
6 Kec. Tangerang 157.85
7 Kec. Karawaci 134.75
8 Kec. Cibodas 96.11
9 Kec. Jatiuwung 144.06
10 Kec. Periuk 95.43
1 1 Kec. Neglasari 160.77
12 Kec. Batu Ceper 115.83
13 Kec. Benda 59.19
14 Bandara Sukamo-Hatta 196.90
Jumlah 1 842.42
Tabel 2 Luas Wilayah Administrasi Jakarta Barat
No Daerah Kecamatan
1 Kec. Kembangan
2 Kec. Kebon Jeruk
3 Kec. Cengkareng
4 Kec. Kalideres
5 Kec. Grogol Petamburan
6 Kec. Palmerah
7 Kec. Tambora
Luas
(* 1000 ha) 2 462.27
Iklim
Iklim di daerah tangkapan Sungai Mookervart ini mempunyai temperatur
30.4 OC sampai 34.5 O C dan kelembaban berkisar antara 68% sampai 86%.
Curah hujan yang didapat dari stasiun penangkar hujan yang berada di
wilayah ini didapat dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta. Data
yang didapat mulai tahun 1973 sampai tahun 2003 untuk tiga stasiun penangkar
hujan yaitu: Sta BMG Jakarta Pusat, Sta Cengkareng, dan Sta Tangerang. Data
Curah hujan harian maksimum DAS Mookernari disajikan pada Lampiran 3.
Penggunaan Lahan dan Pertumbuhan Penduduk
Penggunaan lahan yang berada di sepanjang Sungai Mookernart dapat dikatakan menjadi daerah urban, karena perkembangan pembahan penggunaan
lahan yang saat ini sudah dipenuhi oleh pemmahan, perkantoran, pabrik dan
daerah industri. Penggunaan lahan di wilayah Jakarta Barat disajikan pada
Tabel 3 Penggunaan Lahan Jakarta Bast
Luas
No Jenis Penggunaan Lahan (* 1000 ha
1 Perumahan 8 899.d-
2 Industri 508.38
3 Perkantoran dan Gedung 1 327.01
4 Taman 132.46
5 Pertanian 44.11
6 Lahan Tidur 112.00
7 Lainnya 1591.17
Total 12 615.01
Sumber : BPS 2003
Sejak awal
tahun
1980 pertumbuhan penduduk di wilayah Jakarta Baratmengalami pertumbuhan yang relatif cepat yaitu 3.97%; ha1 ini terlihat dari angka
laju pertumbuhan penduduk Jakarta Barat pa& periode
tahun
1980-1990.Periode tahun 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk hanya 0.47 %, dimana dari
hasil sensus penduduk tahun 2000 penduduk Jakarta Barat be jumlah 1 906 385
jiwa. Pada
tahun
2003 berjumlah 2007261 jiwa yang terdiri dari 1011 948penduduk laki-laki dan 995 313 penduduk perempuan. Penyebaran penduduk
tidak merata di seluruh kecamatan yang berada di wilyah Jakarta Barat.
Penggunaan lahan yang berada di wilayah Kodya Tangerang disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Penggunaan Lahan Kodya Tangerang
No Jenis Penggunaan Lahan Luas
(* 1000 ha)
1 Perumahan 574.84
2 Industri 270.84
3 Perlcantoran dan Gedung 303.99
4 Taman 46.06
5 Pertanian 280.05
6 Lahan Tidur 77.56
7 Lainnya 289.08
Total - 1 842.42
Sumber : BPS 2003
Pertumbuhan penduduk kodya Tangerang sejak tahun 1990 m e n g a l d
pertahun rata-rata 3.64 %. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kodya Tangerang
1
31 1 746 jiwa, sedangkan tahun 2001 jumlah penduduk meningkat menjadi 1 354266 jiwa yang terdiri dari 674 731 penduduk laki-laki dan 679 495 jumlah penduduk perempuan. Penyebaran penduduk untuk wilayah Kodya Madya
Tangerang yang terbanyak penduduknya menempati kecamatan Karawaci dengan
jumlah 150 574 jiwa sedangkan yang terkecil adalah di kecamatan Benda dengan
59 627 jiwa.
Topografi
Kondisi topografi daerah tangkapan Sungai Mookervart relatif datar
dengan ketinggian berkisar dari 0 - 25 m diatas permukaan laut. Sungai ini membujur sepanjang jalan Daan Mogot dan melewati kecamatan Batu Ceper, Kalideres, Cengkareng dan Kembangan.
Kondisi Sungai Mookewart
Sungai Mookenart mulanya di pergunakan untuk transportasi sungai dan sarana irigasi. Sungai Mookervart tahun 198 1 di peruntukkan untuk menampung kapasitas debit sebesar 125 m3/dt, dengan dimensi sebagai berikut: lebar
penampang atas sungai 32 m, kedalaman 4.5 m dan lebar dasar penampang sungai
14 m.
Saat ini penampang Sungai Mookewart memiliki lebar bentang atas sungai bewariasi antara 10 m
-
33 m dengan kedalaman penampang antara 1.5 m-
3 m dan lebar dasar sungai benariasi antara 9 m - 18 m. Bantaran sisi kiri Sungai Mookewart berbatasan langsung dengan perumahan penduduk, kawasan industri, dan pabrik yang kurang tertata, sedangkan sisi kanan sungai Mookervart adalah jalan Daan Mogot Raya.Pada musim hujan di beberapa titik lokasi sepanjang Sungai Mookewart mudah teqadi banjir ha1 ini disebabkan elevasi muka air di beberapa titik lokasi
tersebut sudah mendekati bantaran sungai sisi kiri dan kondisi saluran drainase di
lingkungan perumahan yang bunk kurang tertata, sehingga aliran dari saluran drainase lingkungan tersebut tidak bisa mengalir lancar masuk ke sungai
masih seringnya dijumpai pembuangan sampah ke sungai. Adanya l i m p a n air
dari Sungai Mookervart di beberapa titik lokasi karena kapasitasnya yang sudah
tidak memadai akibat pendangkalan dan tidak teratumya alur Sungai Mookervart.
Peta situasi Sungai Mookervart dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 4 Situasi bantaran Sungai Mookervart yang sudah dekat dengan muka air
HASIL
DANPEMBAHASAN
Curah Hujan
Analisa curah hujan harian maksimuii menggunakan metode Thiessen
untuk tiga stasiun hujan yakni Stasiun Tangerang, Stasiun Cengkareng, Stasiun
BMG Jakarta berdasarkan periode pencataan dari tahun 1973
-
2003. Berdasarkanhasil perhitungan luasan poligon Thiessen untuk ketiga statiun hujan didapatkan
antara lain: Stasiun Tangerang sebesar 34.33 %, Stasiun Cengkareng sebesar
61.19 % dan Stasiun BMG Jakarta sebesar 4.48 %. Gambaran penyebaran
stasiun hujan dan luasan poligon Thiessen lihat pada Lampiran 1.
Hasil perhitungan analisa data curah hujan harian maksimum didapatkan
nilai rata-rata curah hujan di Stasiun BMG Jakarta Pusat sebesar 119.53 mm,
Stasiun Cengkareng 113.87
mm
dan Stasiun Tengerang 87.33 mm. Nilai rata-ratake-3 stasiun dengan metode Thiessen adalah sebesar 101.06 mm. Curah hujan
tertinggi sebesar 213.9 mm yang terjadi pada tahun 1979 dan curah hujan yang
terendah adalah 59 mm pada tahun 1987 (Lampiran 2).
Setelah dilakukan perengkingan data hujan dari yang terendah sampai
yang tertinggi berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai Standar deviasi (S) =
37.47, Koefisien Variasi (Cv) = 0.37, Koefisien Skewness (Cs) = 1.26 dan
Koefisien Kurtosis (Ck) = 4.59.
Curah hujan rancangan adalah curah hujan yang diperkirakan tejadi
dengan periode ulang tertentu yang didasarkan data curah hujan pada kejadian
tahun sebelumnya. Dengan analisa fiekuensi dapat di ramalkan berapa besar hujan
yang te jadi dalam suatu jangka tertentu. Analisa frekuensi curah hujan rancangan
yang digunakan adalah Log Pearson Type 111. Hasil perhitungan dengan
menggunakan Log Pearson Type 111 didapatkan nilai rata-rata logaritma daPi
-
data hujan logx = 1.979, Standar Deviasi (S) = 0.147, Koefisien Variasi (Cv) =
0.074, Koefisien Skewness (Cs) = 0.585 dan Koefisien Kurtosis (Ck) = 2.829
(Lampiran 3).
Hasil perhitungan rancangan hujan untuk berbagai periode ulang 2, 5, 10,
Pearson Type I11 didapatkan nilai sebesar 93 mm, 125 mm, 149 mm, 182 mm, 208
mm dan 237 mm (Tabel 5).
Tabel 5 Curah Hujan Harian Maksimum untuk berbagai peroide ulang
Periode Ulang Curah Hujan Harian Maksimum
T (Tahun) (mm)
2 93
Untuk mengetahui kebenaran dari data dengan distribusi teoritis yang
dipilih (distribusi Log Pearson Type
III),
maka masih perlu dilakukan pengujian.Pengujian ini disebut dengan pengujian kecocokan. Cara pengujian kecocokan
yang digunakan adalah Chi-kuadrat clan Sminov-Kolmogorov (Sri Harto 1993).
Hasil perhitungan uji kecocokan Chi-kuadrat (w) dengan besarnya derajat
kebebasan (DK) = 28, derajat nyata (a) =
5
% ,dan nilai Wcr =41.337 yangdidapat dari tabel critical value for Chi-Square Wcr Test didapatkan nilai Chi-
kuadrat
(B)
adalah 0.097. Sehingga sarat : < X2cr = 0.097 < 41.337 dapatdipenuhi, maka distribusi Log Pearson Type 111 dianggap tidak berbeda nyata,
sehingga dapat digunakan untuk perencanaan (Uji Chi-Square Bcr,
Lampiran 4).
Hasil perhitungan Sminiv-Kolmogorov dengan nilai derajat nyata
(a)
=5 %
,
jumlah data (n) =3 1 dan nilai 4cr = 0.238 yang didapat dari tabel nilaikritikal A untuk tes Smirnov-Kolmogorov di peroleh
4-
= 0.0032 sehinggasarat
~ , ~ , < ~ c r
= 0.0032 < 0.238 dapat dipenuhi, maka distribusi Log PearsonType I11 data dianggap tidak berbeda nyata, sehingga dapat digunakan untuk
perencanaan (Uji Sminov-Kolmogorov, Lampiran 5).
Debit Banjir Rancangan
Dalam menentukan debit banjir rancangan, perlu didapatkan harga suatu
intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah intensitas
hujan harian maksimum dan tidak adanya data curah hujan jangka pendek.
Hasil perhitungan intensitas curah hujan mengunakan rumus Mononobe
berdasarkan data curah hujan harian maksimum rata-rata periode pencataan dari
tahun 1973
-
2003 didapatkan intensitas terbesar yaitu 19.71 mm/jam terjadi padatahun 1979 dan intensitas terkecil sebesar 5.44 mmljam terjadi pada tahun 1987
(Lampiran 8).
Tabel 6 Intensitas hujan harian maksimum Sungai Mookenart
Stasiun Hujan Hujan Rata-rata (mm) Intensitas (mdjam)
Sta BMG Jak-Pus 119.53
Sta Cengkareng 113.87
Sta Tanggerang 87.33 13.11
Hasil perhitungan besamya intensitas hujan untuk beberapa periode ulang 2,
5, 10, 25, 50 dan 100 tahun, dengan waktu konsentrasi sebesar 7.3 jam didapat
intensitas sebesar 8.54 mdjam, 11.54 mmljam, 13.74 mdjam, 16.75 mdjam,
19.20 mmljam dan 21.80 mdjam. Hasil disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Intensitas Curah Hujar~ untuk berbagai peroide ulang
Periode Ulang Intensitas
T (Tahun) (mmljam)
2 8.54
Metode Nakayasu
Debit banjir rancangan yang digunakan untuk perencanaan bangunan air di
Sungai Mookenart adalah debit banjir rancangan dengan metode Nakayasu.
Metode Nakayasu menggunakan data curah hujan tiga stasiun yakni Stasiun Tangerang, Stasiun Cengkareng dan Stasiun BMG Jakarta dengan periode
pencatatan dari tahun 1973
-
2003.Hasil perhitungan besarnya debit banjir rancangan untuk berbagai periode
38
=143.16 m3/dt, Qlom =193.6 m3/dt, Q25m =264.48 m3/dt, Qsom =322.6 m3/dt dan
QlooTh=384.61 m3/dt seperti disajikan pada Gambar 8 .
Gambar 8 Hidrograf debit banjir rancangan
untuk
berbagai periode ulangHasil perhitungan debit dalam rentang waktu pengukuran akibat hujan dengan
metode Nakayasu didapatkan nilai debit minimum sebesar 5.46 m3/dt dan debit
maksimum sebesar 8.28 m3/dt sedangkan berdasarkan nilai mta-rata curah hujan
untuk
3 stasiun pada DAS Mookernart dengan hujan 101.06mm
didapatkan debitsebesar 108.09 m3/dt (Tabel 8). Dari hasil pengukuran lapangan didapatkan debit rata-
rata 12.23 m3/dt dengan debit minimum 7.3 m3/dt, dan debit maksimum 16.55 m3/dt
(Lampiran 10).
Tabel 8 Debit yang diakibatkan berbagai hujan.
No Hujan
TP
QPAnalisa Pengerukan Sungai
Pengukuran dilaksanakan pada penampang Sungai Mookewart dari Profil 1
s/d 130 dengan jarak 100 m
untuk
penampang melintang. Kondisi di beberapa titikpenampang sungai, muka air yang ada sudah mendakati bantaran sungai sehingga
Hasil perhitungan volume total untuk daya tampung sungai ini sebesar
683 134.46 m3 (Lampiran 12).
Analisa Pengerukan dengan Program HEC RAS (Hydrologic Engineering
Center- River Analysis System)
Hasil analisa dengan mengunakan program HEC RAS pada Sungai
Mookervart sepanjang 13 km mulai dari Pintu Air Sewan Gate Cisadane
Tangerang hingga bertemu dengan Cengkareng Drain di wila