• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Penyakit Hawar Daun (Helminthosporium turcicum) pada Jagung Manis dengan Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengendalian Penyakit Hawar Daun (Helminthosporium turcicum) pada Jagung Manis dengan Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN

(Helminthosporium turcicum

) pada JAGUNG MANIS DENGAN

BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Oleh:

Maria Benedikta Prematirosari A44102052

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

MARIA BENEDIKTA PREMATIROSARI Pengendalian Penyakit Hawar Daun (Helminthosporium turcicum) pada Jagung Manis Dengan Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman. Dibimbing oleh SURYO WIYONO dan WIDODO.

Tujuan penelitian ini adalah menguji keefektifan penggunaan bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis

SB3, dan Pseudomonas fluorescens ES32 dalam pengendalian penyakit hawar daun (H. turcicum) jagung manis.

Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pseudomonas fluorescens ES32, Bacillus polymyxa BG25, dan B. subtilis SB3. Metode yang dilakukan pada percobaan rumah kaca terdiri dari pembuatan suspensi BPPT, inokulasi BPPT dengan perendaman benih, penanaman, penyiraman suspensi BPPT (pada setengah jumlah tanaman percobaan), pembuatan suspensi patogen, inokulasi patogen, dan pemanenan. Pengamatan gejala dilakukan selama 6 minggu dengan frekuensi satu kali dalam satu minggu dengan 12 hari pertama setelah inokulasi dilakukan pengamatan setiap ha ri. Uji laboratorium dilakukan dengan membiakan isolat H. turcicum pada medium PDA yang dilanjutkan dengan uji sporulasi pada medium CaCO3. Uji antagonisme dilakukan dengan dua

cara yakni uji koloni ganda dan uji perkecambahan konidia. Data hasil penelitia n dianalisis dengan anova yang dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah DMRT. Pengolahan data dilakukan dengan program paket SAS dengan selang kepercayaan 95%.

Perlakuan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32 melalui perendaman benih + penyiraman bakteri di lapang memberikan pengaruh nyata pada minggu pertama dan kedua setelah inokulasi patogen. Namun, pada pengamatan berikutnya tidak nyata. Uji antibiosis in vitro baik uji koloni ganda dan uji perkecambahan konidia menunjukkan bahwa B. polymyxa BG25 dan B. subtilis

(3)

Judul Skripsi : PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN (Helminthosporium turcicum) pada JAGUNG MANIS DENGAN BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Nama : Maria Benedikta Prematirosari NRP : A44102052

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr Dr. Ir. Widodo, MS NIP.132 002 572 NIP.131 476 605

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 6 Oktober 1984, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan (alm.) Antonius Mahardono dan Katarina Widyastuti. Penulis menyelesaikan pendidikan SMU di SMU Budhaya II Santo Agustinus Jakarta Timur pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, melalui jalur SPMB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Biro Fund Rising Himasita 2003-2004, anggota Departemen Luar Negeri Himasita 2004-2005, Sekretaris II Kemaki 2004-2004-2005, dan Koordinator (RW) Darmaga Kemaki 2005-2006. Pada tahun ajaran 2004/2005 penulis menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika dan Nematologi Tumbuhan.

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkat dan kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. KuasaMu yang besar tak terelakkan begitu terasa selama penulis hidup, pun selama menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih Tuhan.

Tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengendalian penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum) dengan menggunakan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman sehingga dapat menambah informasi akademik pengendalian pertanian terutama untuk jagung manis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr dan Dr. Ir. Widodo, MS yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dra. Dewi Sartiami, MSi sebagai dosen penguji sarjana dan kepada Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi atas peminjaman ovennya serta untuk semua dosen HPT yang telah memberi banyak ilmu baik akademik maupun kehidupan pada penulis. Terima kasih yang setulusnya kepada keluarga yang sangat penulis sayangi (Mami Mahar, Ci’ Dewi, Cecil, Rani, Mas Anggit) atas semua pengorbanan, kasih dan sayang hingga saat ini, Bu’lek Mus dan Bu’lek Ning. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Yayasan Perguruan Budhaya, all team Lab cendawan dan klintan, kawan-kawan seperjuangan angkatan 39, HPT’ers, Kemaki’ers, IPB’ers, teman hidup di kosan Wisma Sas, dan semua teman yang pernah singgah dalam hidup penulis yang telah memberikan dukungan baik materi maupun saran, doa, senyuman dan semangat kepada penulis. Semoga Tuhan memberkati Anda sekalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kemakluman pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucap terima kasih. Tuhan memberkati.

Bogor, Juni 2006

(6)

DAFTAR ISI

Pengendalian Hayati dengan BPPT (bakteri pemacu pertumbuhan tanaman) ... 6

Peranan agens biokontrol ... 6

Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman ... 7

Pseudomonas fluorescens ... 8

Pembuatan suspensi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman BPPT. 10 Perendaman benih ... 10

Penanaman benih ... 11

Penyiraman suspensi bakteri ... 11

Pembuatan suspensi cendawan... 11

(7)

Pengamatan ... 11

Pemindahan tanaman... 12

Pemanenan ... 12

Pengeringan batang, daun, dan akar ... 12

Percobaan di Laboratorium... 13

Isolasi cendawan patogen ... 13

Teknik sporulasi Helminthosporium turcicum ... 13

Uji antibiosis ... 13

Uji koloni ganda ... 13

Uji perkecambahan konidia... 13

Rancangan Percobaan ... 14

Pengolahan data ... 14

HASIL dan PEMBAHASAN ... 16

KESIMPULAN dan SARAN ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman 1. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persen keparahan penyakit hawar

daun ... 16

2. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap jumlah daun jagung manis ... 17

3. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap tinggi tanaman jagung manis... 18

4. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap produksi jagung manis... 19

5. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap bobot kering brangkasan jagung manis ... 20

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman 1. Tabel Lampiran 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persentase

perkecambahan konidia H. turcicum ... 25 2. Gambar Lampiran 1 Skala keparahan penyakit hawar daun

jagung dari James 1971 ... 26 3. Gambar Lampiran 2 a.)Biakan H. turcicum pada PDA b.) gejala

hawar daun H. turcicum di lapang ... 26 4. Gambar Lampiran 3 Hasil uji antibiosis koloni ganda pada

medium PDA dan TSA ... 26 5. Gambar Lampiran 4 Konidia dan konidiofor H. turcicum pada

medium CaCO3 ... . 27

6. Gambar Lampiran 5 Bentuk perkecambahan konidia H. turcicum dengan perlakuan bakteri pemacu

(11)

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN

(Helminthosporium turcicum

) pada JAGUNG MANIS DENGAN

BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Oleh:

Maria Benedikta Prematirosari A44102052

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ABSTRAK

MARIA BENEDIKTA PREMATIROSARI Pengendalian Penyakit Hawar Daun (Helminthosporium turcicum) pada Jagung Manis Dengan Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman. Dibimbing oleh SURYO WIYONO dan WIDODO.

Tujuan penelitian ini adalah menguji keefektifan penggunaan bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis

SB3, dan Pseudomonas fluorescens ES32 dalam pengendalian penyakit hawar daun (H. turcicum) jagung manis.

Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pseudomonas fluorescens ES32, Bacillus polymyxa BG25, dan B. subtilis SB3. Metode yang dilakukan pada percobaan rumah kaca terdiri dari pembuatan suspensi BPPT, inokulasi BPPT dengan perendaman benih, penanaman, penyiraman suspensi BPPT (pada setengah jumlah tanaman percobaan), pembuatan suspensi patogen, inokulasi patogen, dan pemanenan. Pengamatan gejala dilakukan selama 6 minggu dengan frekuensi satu kali dalam satu minggu dengan 12 hari pertama setelah inokulasi dilakukan pengamatan setiap ha ri. Uji laboratorium dilakukan dengan membiakan isolat H. turcicum pada medium PDA yang dilanjutkan dengan uji sporulasi pada medium CaCO3. Uji antagonisme dilakukan dengan dua

cara yakni uji koloni ganda dan uji perkecambahan konidia. Data hasil penelitia n dianalisis dengan anova yang dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah DMRT. Pengolahan data dilakukan dengan program paket SAS dengan selang kepercayaan 95%.

Perlakuan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32 melalui perendaman benih + penyiraman bakteri di lapang memberikan pengaruh nyata pada minggu pertama dan kedua setelah inokulasi patogen. Namun, pada pengamatan berikutnya tidak nyata. Uji antibiosis in vitro baik uji koloni ganda dan uji perkecambahan konidia menunjukkan bahwa B. polymyxa BG25 dan B. subtilis

(13)

Judul Skripsi : PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN (Helminthosporium turcicum) pada JAGUNG MANIS DENGAN BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Nama : Maria Benedikta Prematirosari NRP : A44102052

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr Dr. Ir. Widodo, MS NIP.132 002 572 NIP.131 476 605

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 6 Oktober 1984, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan (alm.) Antonius Mahardono dan Katarina Widyastuti. Penulis menyelesaikan pendidikan SMU di SMU Budhaya II Santo Agustinus Jakarta Timur pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, melalui jalur SPMB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Biro Fund Rising Himasita 2003-2004, anggota Departemen Luar Negeri Himasita 2004-2005, Sekretaris II Kemaki 2004-2004-2005, dan Koordinator (RW) Darmaga Kemaki 2005-2006. Pada tahun ajaran 2004/2005 penulis menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika dan Nematologi Tumbuhan.

(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkat dan kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. KuasaMu yang besar tak terelakkan begitu terasa selama penulis hidup, pun selama menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih Tuhan.

Tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengendalian penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum) dengan menggunakan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman sehingga dapat menambah informasi akademik pengendalian pertanian terutama untuk jagung manis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr dan Dr. Ir. Widodo, MS yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dra. Dewi Sartiami, MSi sebagai dosen penguji sarjana dan kepada Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi atas peminjaman ovennya serta untuk semua dosen HPT yang telah memberi banyak ilmu baik akademik maupun kehidupan pada penulis. Terima kasih yang setulusnya kepada keluarga yang sangat penulis sayangi (Mami Mahar, Ci’ Dewi, Cecil, Rani, Mas Anggit) atas semua pengorbanan, kasih dan sayang hingga saat ini, Bu’lek Mus dan Bu’lek Ning. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Yayasan Perguruan Budhaya, all team Lab cendawan dan klintan, kawan-kawan seperjuangan angkatan 39, HPT’ers, Kemaki’ers, IPB’ers, teman hidup di kosan Wisma Sas, dan semua teman yang pernah singgah dalam hidup penulis yang telah memberikan dukungan baik materi maupun saran, doa, senyuman dan semangat kepada penulis. Semoga Tuhan memberkati Anda sekalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kemakluman pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucap terima kasih. Tuhan memberkati.

Bogor, Juni 2006

(16)

DAFTAR ISI

Pengendalian Hayati dengan BPPT (bakteri pemacu pertumbuhan tanaman) ... 6

Peranan agens biokontrol ... 6

Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman ... 7

Pseudomonas fluorescens ... 8

Pembuatan suspensi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman BPPT. 10 Perendaman benih ... 10

Penanaman benih ... 11

Penyiraman suspensi bakteri ... 11

Pembuatan suspensi cendawan... 11

(17)

Pengamatan ... 11

Pemindahan tanaman... 12

Pemanenan ... 12

Pengeringan batang, daun, dan akar ... 12

Percobaan di Laboratorium... 13

Isolasi cendawan patogen ... 13

Teknik sporulasi Helminthosporium turcicum ... 13

Uji antibiosis ... 13

Uji koloni ganda ... 13

Uji perkecambahan konidia... 13

Rancangan Percobaan ... 14

Pengolahan data ... 14

HASIL dan PEMBAHASAN ... 16

KESIMPULAN dan SARAN ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman 1. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persen keparahan penyakit hawar

daun ... 16

2. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap jumlah daun jagung manis ... 17

3. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap tinggi tanaman jagung manis... 18

4. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap produksi jagung manis... 19

5. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap bobot kering brangkasan jagung manis ... 20

(19)

DAFTAR GAMBAR

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman 1. Tabel Lampiran 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persentase

perkecambahan konidia H. turcicum ... 25 2. Gambar Lampiran 1 Skala keparahan penyakit hawar daun

jagung dari James 1971 ... 26 3. Gambar Lampiran 2 a.)Biakan H. turcicum pada PDA b.) gejala

hawar daun H. turcicum di lapang ... 26 4. Gambar Lampiran 3 Hasil uji antibiosis koloni ganda pada

medium PDA dan TSA ... 26 5. Gambar Lampiran 4 Konidia dan konidiofor H. turcicum pada

medium CaCO3 ... . 27

6. Gambar Lampiran 5 Bentuk perkecambahan konidia H. turcicum dengan perlakuan bakteri pemacu

(21)
(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung manis merupakan tanaman pangan yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan karena mengandung kadar gula yang relatif tinggi dan biasanya dipanen muda untuk direbus atau dibakar sehingga masyarakat menyukainya (Anonim 1992). Permintaan pasar yang meningkat, harga yang baik, umur yang relatif pendek dan iklim Indonesia yang sesuai untuk budidaya jagung manis mendorong petani untuk mengembangkan usahatani tanaman ini (Mukhlis & Widajati 2002).

Ekspor jagung manis pada tahun 2003 mencapai angka 807.737 kg dengan nilai sebesar 170.841 US$. Sedangkan jumlah impor jagung manis pada tahun 2003 adalah 1.245.045 kg dengan nilai sebesar 779.604 US$ (Deptan 2004). Hal ini menunjukkan besarnya konsumsi masyarakat Indonesia maupun dunia pada produksi jagung manis. Data di atas menunjukkan bahwa permintaan konsumen akan jagung manis tersebut belum dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh adanya beberapa faktor kendala produksi tanaman jagung manis. Salah satu hal yang dapat menyebabkan penurunan produksi jagung manis adalah penyakit hawar daun.

Salah satu penyebab penyakit hawar daun adalah Helminthosporium turcicum. Penyakit hawar daun (H. turcicum) ini mampu menyebabkan kehilangan hasil hingga 50% bahkan dapat menyebabkan bencana besar bila serangan patogen terjadi sebelum pemunculan bunga jantan (Robert 1953). Hasil pengamatan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, luas serangan penyakit ini rata-rata mencapai 100% (Dharma 1993). Beberapa cara pengendalian penyakit hawar daun yang sudah umum dilakukan oleh petani jagung manis adalah dengan menghindari menanam jagung manis secara terus menerus, penggunaan fungisida, penggunaan tanaman yang resisten, dan sanitasi lapang (Semangun 1991; Suprapto 1998).

(23)

pengendalian patogen yang menyerang bagian tanaman di atas permukaan tanah. Contoh penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman adalah penggunaan

Bacillus polymyxa secara signifikan menaikkan hasil produksi, kandungan nitrogen, dan kandungan fosfor secara cepat pada tanaman shorgum, B. subtilis

mampu mengendalikan cendawan Alternaria spp., dan Pseudomonas fluorescens

mampu menekan Rhizoctonia solani dan Pythium ultimum (Glick et al 1999). Penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman ini diharapkan dapat mengurangi keparahan penyakit tanaman jagung manis yang disebabkan oleh H. turcicum.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis

SB3, dan Pseudomonas fluorescens ES32 dalam pengendalian penyakit hawar daun (H. turcicum) pada jagung manis.

Manfaat

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Hawar Daun Arti penting penyakit

Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh Helminthosporium turcicum atau yang sering disebut northern corn leaf blight ini merupakan penyakit yang sangat penting pada tanaman jagung manis. Bila infeksi terjadi sebelum pembungaan kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 50%, akan tetapi bila infeksi terjadi 6 minggu setelah pembungaan, kerugian yang ditimbulkan sangat kecil (Semangun 1991).

Pada musim kering, penyakit ini jarang menyebabkan kehilangan hasil yang berarti. Pada saat musim hujan, penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 30% terutama bila serangan pertama terjadi sebelum bunga jantan muncul (White 1999).

Di Indonesia rata-rata luas serangan patogen H.turcicum pada semua sub petak tanaman contoh yang diamati di kebun percobaan IPB Cikarawang, Kabupaten Bogor mencapai 100% (Dharma 1993). Namun, di Indonesia penyakit hawar daun belum pernah diatasi secara serius, hanya dicegah dengan penggunaan varietas tahan (Anonim 1992). Hal tersebut terjadi karena populasi tanaman jagung yang tidak ditanam secara terus menerus tiap musim sehingga memutuskan siklus hidup patogen. Jika daun jagung manis banyak yang terserang penyakit ini maka biji jagung dapat tidak terisi. Hal ini dapat terjadi karena nutrisi tanaman menjadi berkurang. Pada fase pematangan awal, tanaman lebih rentan terhadap penyakit ini dibandingkan dengan fase pematangan berikutnya (Robert 1953).

Gejala penyakit

(25)

berkembang menjadi bercak yang membesar dan mempunyai bentuk yang khas yaitu berbentuk kumparan atau perahu. Di tengah-tengah bercak sering terdapat tepung berwarna hitam yang terdiri dari konidia dan konidiofor cendawan patogen. Gejala tersebut bermula pada permukaan ujung daun kemudian meluas sampai ke pangkal daun. Bercak-bercak tersebut sebagian besar terdapat pada daun pertama dan kedua terutama pada bagian ujung daun. Beberapa bercak dapat bersatu membentuk bercak yang sangat besar yang dapat membunuh seluruh daun (Semangun 1991).

Cendawan H. turcicum telah menyebar luas ke selur uh dunia dan biasanya tidak pernah menyerang tongkol jagung. Gejala dapat timbul pada bunga jantan di ujung batang tanaman sehingga bunga tersebut akan tampak hitam berbulu. Ukuran bercak yang timbul pada daun dapat mencapai 3-15 cm (White 1999).

Patogen

Penyakit hawar daun pada jagung manis disebabkan oleh

Helminthosporium turcicum Pass. H. turcicum mempunyai konidia berwarna hijau kelabu pudar, ramping dan biasanya melengkung, berukuran 20 x 105 µm dengan 3-8 sekat dan dengan hilum yang menonjol keluar (White 1999). Namun Semangun (1991) mengatakan, konidianya terdiri dari 4-9 septa palsu dan berukuran 50-144 x 18-33 µm yang kebanyakan 20-24 µm.

Cendawan H. turcicum dapat bertahan sebagai miselium dan konidia dalam bagian tanaman yang terserang atau dalam bentuk klamidospora. Konidia dihasilkan dalam jumlah banyak di atas bercak dan disebarkan oleh angin.

(26)

Epidemiologi penyakit

Serangan H. turcicum dapat menjadi berat dan sangat merugikan bila terjadi pada musim hujan dan bila jagung ditanam pada tanah yang mengandung banyak nitrogen dan kekurangan kalium. Semangun (1991) menyatakan bahwa pertanaman yang terserang berat tampak kering seperti terbakar. Daun yang terserang biasanya hampir setengahnya menjadi kering dan pada jenis tanaman jagung manis yang rentan serta adanya cuaca yang membantu, pada daun atas pun banyak terdapat gejala hawar (Semangun 1991).

Meluasnya serangan patogen ini dapat disebabkan penyebaran inokulum dengan bantuan angin. Angin yang cukup kencang akan cepat menyebarkan spora-spora yang dihasilkan patogen. Patogen dari penyakit hawar daun ini dapat terbawa benih (Neergaard 1977). Oleh sebab itu pemilihan benih bervarietas tahan dan perlakuan benih merupakan salah satu pengendalian yang dapat dilakukan.

Faktor yang mempengaruhi penyakit

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan patogen penyebab penyakit hawar daun tersebut adalah kurangnya sanitasi lapang, adanya pertanaman jagung manis sepanjang musim serta adanya faktor lingkungan yang menguntungkan perkembangan patogen. Faktor lingkungan tersebut adalah cuaca yang lembab karena curah hujan cukup tinggi. Konidia tersebut dapat tersebar dan berkembang pada tanaman lain dengan bantuan angin dan percikan air (Semangun 1991).

Perkembangan penyakit yang disebabkan H. turcicum dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan intensitas penyinaran matahari yang kurang. Intensitas serangan patogen cenderung semakin me ningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Intensitas serangan penyakit pada saat tanam jagung berumur 66 hari mencapai 78,72% (Dharma 1993).

(27)

dengan bantuan percikan air hujan. Keparahan penyakit hawar daun (H. turcicum) sangat rendah dan tidak menimbulkan kerugian di daerah Pengalengan pada tahun 1992 karena jagung tidak ditanam secara terus menerus tiap musim sehingga memutuskan sik lus hidup patogen (Anonim 1992).

Pengendalian penyakit

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menekan luas serangan patogen di lapang antara lain melakukan pengolahan tanah yang baik karena patogen dapat bertahan pada permukaan tanah, sanitasi lapang dengan membersihkan gulma dan membuang sisa-sisa tanaman jagung manis yang terserang karena patogen dapat bertahan pada sisa tanaman sakit yang terdapat di permukaan tanah tetapi tidak pada sisa tanaman sakit yang dipendam dalam tanah (Semangun 1991). Pergiliran tanaman, penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb pada awal musim hujan, karena pada saat itu kemungkinan penyebaran dan perkembangan patogen lebih cepat dapat pula dilakukan dalam usaha mengendalikan penyakit ini (Suprapto 1998).

Aplikasi fungisida sejak awal gejala timbul dan menghindari penanaman terus- menerus serta perlakuan benih dapat mengurangi gejala penyakit pada pertanaman jagung manis dengan thiram dan karboxin atau dengan perawatan udara panas selama 17 menit dengan suhu 54-55 ºC (Anonim 1992). Penggunaan varietas yang resistan seperti tanaman yang bukan hibrida menunjukkan hasil yang nyata (Robert 1953).

Pengendalian Hayati dengan BPKT (Bakteri Penginduksi Ketahanan Tanaman)

Peranan agens biokontrol

(28)

patogen dengan meningkatkan ketahanan tanaman, 2) mengurangi terjadinya infeksi patogen pada tanaman inang, 3) menurunkan daya serang patogen (Baker & Cook 1974).

Pemanfaatan agens biokontrol sebagai agens pengendalian nampaknya masih perlu dikembangkan. Pengembangan penggunaan agens biokontrol tersebut perlu dilandasi pengetahuan jenis-jenisnya, jenis-jenis penyakit dan juga mekanisme pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan agens biokontrol. Pemanfaatan ini diharapkan dapat membantu pengendalian penyakit tanpa mengganggu kondisi lingkungan (Baker & Cook 1974).

Ada beberapa keuntungan penggunaan agens biokontrol sebagai pengendali penyakit tanaman. Beberapa keuntungan tersebut adalah:

a. ramah lingkungan, tidak menyebabkan banyak residu kimia yang berbahaya bagi makhluk hidup lainnya (Glick et al 1999);

b. dapat dipelajari sehingga dapat dimodifikasi dengan mekanisme yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang baik (Handelsman & Stabb 1996); dan c. satu strain bakteri antibiosis dapat digunakan untuk memproduksi lebih dari

satu antibiotik (Glick et al 1999).

Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman

Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman merupakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) (Glick et al 1999). Bakteri tersebut berada di tanah rizosfer dan memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan yang penting (Burdman et al 2000).

Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang sudah sering diujicobakan baik di rumah kaca maupun lapangan adalah Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis, B. pumilus, B. pasteurii, B. mycoides, B. amyloliquefaciens, B. cereus dan

(29)

Pseudomonas fluorescens

Peranan Pseudomonas spp. sangat penting dalam agroekosistem, karena kelompok tersebut banyak yang berguna bagi tanaman. Beberapa strain

Pseudomonas spp. kelompok fluorescens yang terdapat pada rizosfer kentang dilaporkan dapat membantu pertumbuhan tanaman kentang. Oleh karena itu strain bakteri tersebut dapat digolongkan sebagai rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman (Plant growth Promoting Rhizobacteria). P. fluorescens yang tergolong sebagai PGPR mampu memproduksi zat pengatur tumbuhan (ZPT). Beberapa ZPT yang dihasilkan diantaranya adalah auksin dan giberelin (Mazzola 1998).

Selain dapat memicu pertumbuhan tanaman, beberapa Pseudomonas

kelompok fluorescens juga ada yang berperan sebagai agens antagonis. Beberapa strain bakteri P. fluorescens yang diisolasi dari rizosfer beberapa jenis tanaman ternyata mampu menekan pertumbuhan beberapa jenis cendawan patogen tular tanah seperti Rhizoctonia solani dan Pythium ultimum (Glick et al 1999). Selain pada bagian rizosfer, bakteri P. fluorescens juga terdapat pada bagian tajuk tanaman (filosfir), terutama pada fase awal dari pertumbuhan tanaman. Dalam beberapa kasus, bakteri penghuni filosfir tersebut mampu menekan perkembangan infeksi penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Hal tersebut di atas dapat dijelaskan karena P. fluorescens memiliki beberapa cara untuk hidup di tanah yakni, berkompetisi, ber-antagonisme dengan mikroba lain, dan sebagai pertahanan tanaman. Untuk pertahanan tanaman sendiri bakteri ini memiliki tiga mekanisme, yaitu dengan memproduksi siderofor, hidrogen sianida dan antibiotik (Mazzola 1998).

Bacillus

Struktur Bacillus sangat berlimpah di dalam tanah. Bakteri ini mampu membentuk dorman yang disebut spora (endospora). Kelebihan dari genus ini adalah bentuk dormannya merupakan suatu ketahanan hidupnya dalam tanah sehingga dapat hidup di berbagai situasi bahkan yang tidak menguntungkan bagi bakteri tersebut (Driks 2004).

Pengujian mengenai sistem penginduksi ketahanan tanaman yang dimiliki

(30)

mekanis me penginduksi ketahanan tanaman yang ditimbulkan Bacillus spp. telah dilaporkan dapat melawan cendawan dan bakteri penyebab bercak daun, virus sistemik, nematoda perusak akar, cendawan penyebab busuk mahkota, dan cendawan penyebab hawar pada batang seperti damping off, blue mold, dan penyakit late blight (Kloepper et al 2004).

(31)

BAHAN dan METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan, Lapangan Rumah Kaca Cikabayan, dan Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, mulai pertengahan September 2005 sampai pertengahan April 2006.

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas SD II yang didapat dari Darmaga Tani. Tanah yang dipergunakan adalah tanah rumput yang diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan.

Medium yang digunakan adalah media agar air, potato dextrose agar

(PDA), TSA, agar CaCO3 dan King’s B. Cendawan patogen yang digunakan

diambil langsung dari lapang yang ada di Bubulak dan Sawah Baru. Sedangkan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang akan diuji didapat dari koleksi laboratorium Klinik Tanaman. Bakteri yang digunakan adalah Pseudomonas fluorescens ES32, Bacillus polymyxa BG25, dan B. subtilis SB3.

Metode

Percobaan di Rumah Kaca

Pembuatan suspensi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (BPPT)

Masing- masing bakteri uji dari isolat koleksi Klinik Tanaman digores sebanyak 15 loop dengan diameter 5 mm, lalu dikocok perlahan dengan larutan NaCl 0,85% sebanyak 100 ml, kemudian dilakukan pengenceran berseri sehingga ketiga suspensi bakteri tersebut memiliki konsentrasi 109 cfu/ml.

Inokulasi BPPT dengan perendaman benih

(32)

Penanaman

Benih jagung manis yang digunakan adalah varietas SD II. Setelah perlakuan perendaman, benih secara bersamaan ditanam di dalam polybag yang berisi ±3 kg tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Masing- masing polybag ditanam 2 benih jagung manis. Kemudian dilakukan penjarangan yakni pencabutan satu tanaman jagung manis pada polybag bila kedua benih yang ditanam tumbuh.

Penyiraman suspensi BPPT

Perlakuan penyiraman ini tidak untuk semua tanaman yang diteliti. Penyiraman dilakukan dengan menyiram suspensi bakteri dengan konsentrasi 109 cfu/ml atau sebanyak 3 ml per 3 kg tanah yang disiram. Perlakuan dilakukan 1 minggu sebelum inokulasi patogen yakni 10 HST.

Pembuatan suspensi cendawan H. turcicum

Dua puluh lima daun jagung manis dengan panjang 70-90 cm yang terserang penyakit hawar daun dengan tingkat keparahan >70% dikerok dengan gelas penutup dan disuspensikan ke dalam 800 ml air steril sampai diperoleh kepadatan konidia dalam suspensi 104 spora/ml.

Inokulasi patogen

Pada daun tanaman yang sudah berumur 18 HST disemprotkan suspensi patogen tersebut dengan menggunakan alat semprot yang tangan bervolume 100 ml. Aplikasi dilakukan pada sore menjelang malam hari dengan kelembaban relatif 92%, kemudian tanaman yang telah diinokulasi patogen ditutup dengan kantong hitam selama satu malam (±11 jam).

Pengamatan

(33)

Skala keparahan penyakit ditentukan berdasarkan metode yang dikemukakan oleh James (1971) (gambar lampiran 1) dengan modifikasi. Semua daun pada tanaman percobaan di lapang diamati keparahan penyakitnya. Penghitungan keparahan penyakit sesuai dengan persentase keparahan penyakit semua daun tanaman ya ng diamati di lapang kemudian dijumlahkan lalu dirata-rata untuk mendapatkan nilai keparahan penyakit per tanaman.

Pengamatan pertumbuhan tanaman yang dilakukan adalah mengukur ketinggian dan jumlah daun tanaman. Pada saat setelah panen (70 HST), dilakukan penimbangan bobot basah tongkol yang masih berkelobot dan setelah kelobotnya dibuang, berat kering brangkasan (batang+daun dan akar).

Pemindahan tanaman

Penyakit tidak dapat berkembang dengan baik di dalam rumah kaca hingga 29 HST, maka tanaman dipindahkan ke luar yakni sepetak lahan berumput yang terletak di antara dua rumah kaca Cikabayan. Hal ini dimaksudkan agar penyakit dapat berkembang dengan baik karena terkena hujan dan udara lebih lembab dibanding di dalam rumah kaca.

Pemanenan

Panen jagung manis dilakukan 70 HST. Jagung manis yang dipanen adalah jagung manis yang berbuah sempurna maupun belum (sama hari panen untuk semua perlakuan). Jagung dikemas per perlakuan kemudian ditimbang dengan neraca timbangan.

Pengeringan batang, daun, dan akar

(34)

Percobaan di Laboratorium Isolasi cendawan patogen

Isolasi Helminthosporium turcicum terhadap sampel tanaman sakit dari Sawah Baru, Darmaga, Bogor dilakukan dengan metode penanaman jaringan. Isolasi H. turcicum dengan metode ini dilakukan dengan cara menanam empat potongan kecil daun jagung manis yang terinfeksi cendawan tersebut pada media agar.

Teknik sporulasi Helminthosporium turcicum

Cendawan H. turcicum hanya dapat sedikit bersporulasi di medium PDA biasa dan agak lama yakni 3 minggu setelah penanaman (Dhingra 1985). Untuk merangsang sporulasi H. turcicum dilakukan dengan menggunakan S-Medium (Sporulation Medium) yang terdiri dari 3g CaCO3, 15g agar dan 1 l air destilata

serta menggunakan daun jagung manis yang sehat. Daun jagung manis dipotong kecil dengan ukuran 1cmx4cm, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi air aquades dan disterilkan. Inokulum yang digunakan berasal dari biakan murni yang berumur 15 hari. Biakan dilubangi dengan pelubang gabus berdiameter 4 mm. Biakan tersebut diletakkan di atas daun jagung manis kemudian diinkubasikan selama 4-9 hari pada suhu ruang laboratorium di bawah sinar NUV (near ultra violet). Untuk mengetahui adanya konidia, diambil cendawan di sekitar daun jagung manis dan dilihat di kaca preparat.

Uji antibiosis

Uji koloni ganda. Uji antibiosis bakteri perlakuan menggunakan metode koloni ganda. Bakteri P. fluorescens ES32, B. polymyxa BG25, dan B. subtilis

(35)

pengulangan 10 kali pada medium TSA dan PDA. Pengamatan zona penghambatan dilakukan 4-6 hari setelah perlakuan.

Uji perkecambahan konidia. Daun jagung manis yang terserang penyakit hawar daun dilembabkan selama satu malam di dalam ruang inkubasi yang dilengkapi dengan lampu near ultra violet (NUV). Kemudian cendawan H. turcicum yang ada di permukaan daun jagung manis dimasukkan ke dalam 15 ml suspensi bakteri yang konsentrasinya 109 cfu/ml baik P. fluorescens ES32, B. polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan campuran dari ketiga bakteri tersebut lalu dikocok pelan. Lalu dari campuran suspensi cendawan dan bakteri tersebut diambil masing- masing 0,3 ml dan diletakkan di atas kaca praparat kemudian ditutup dengan gelas penutup. Kaca-kaca preparat perlakuan tersebut dilembabkan semalam dalam cawan petri berdiameter 18 cm yang diberi tisu basah kemudian dilakukan pengamatan perkecambahan konidia. Penghitungan persentase perkecambahan konidia dilakukan dengan rumus:

% Perkecambahan konidia = S konidia berkecambah x100%. S konidia yang diamati

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Setiap percobaan baik uji in vitro mau pun in vivo disusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Uji bakteri pemacu pertumbuhan tanaman ini menggunakan perlakuan bakteri.

Pengolahan Data

Setelah terkumpul semua data yang diamati, maka pengolahan data dilakukan dengan analisis ragam dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan 95%. Pengolahan data dilakukan dengan program paket SAS versi 6.12. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan adalah sebagai berikut:

1. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus polymyxa BG25 2. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus subtilis SB3

(36)

4. Perendaman benih dengan kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa

BG25, B. subtilis SB3, dan P. fluorescens ES32)

5. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus polymyxa BG25 + penyiraman

B. polymyxa BG25.

6. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus subtilis SB3 + penyiraman B.

subtilis SB3

7. Perendaman benih dengan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32 + penyiraman P. fluorescens ES32

8. Perendaman benih dengan kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa

BG25, B. subtilis SB3, dan P. fluorescens ES32) + penyiraman dengan kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan

P. fluorescens ES32)

(37)

HASIL dan PEMBAHASAN

Uji Lapang

Pengujian perlakuan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman terhadap intensitas penyakit hawar daun (H. turcicum) menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada minggu keempat dan kelima. Perlakuan ES32+siram mampu mengendalikan penyakit hingga 52,17% bila dibandingkan dengan kontrol (tabel 1).

Tabel 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persen keparaha n penyakit hawar daun

Keparahan Penyakit (%) pada pengamatan minggu ke-1)

Perlakuan 4 5 6 7 8 9 BG25+SB3+ES32+siram 0,16abc 0,16abc 0,34a 0,38a 5,09a 5,78a BG25+SB3+ES32 0,16abc 0,16abc 0,35a 0,42a 3,99a 4,25a Kontrol 0,23a 0,23a 0,35a 0,43a 4,17a 5,95a

1) angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada selang kepercayaan 95%

(38)

dibanding minggu sebelumnya. Hal ini menyebabkan penyakit dapat menyebar cukup luas.

Hal yang menyebabkan penyakit kurang dapat berkembang dengan baik adalah keadaan lingkungan yang kurang kondusif untuk perkembangan cendawan dataran tinggi ini. Kondisi lapang yang kurang baik tersebut adalah saat awal penanaman kurang hujan (hujan 2 hari dalam seminggu hingga penanaman 6 MST), rumah kaca sangat panas sehingga diperlukan pemindahan tanaman ke lapang pada 29 MST.

Tabel 2 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap jumlah daun jagung manis

Perlakuan

Jumlah daun tanamanpada pengamatan minggu ke-1)

3 4 5 6 7 8 9

angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada selang kepercayaan 95%

(39)

Tabel 3 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap tinggi tanaman jagung manis

Perlakuan

Tinggi tanaman (cm)1) pada pengamatan minggu ke-

3 4 5 6 7 8 9

BG25+siram 80,38a 110,74a 123,08a 134,46a 138,95a 154,14a 154,14a BG25 80,32a 108,76a 122,93a 134,89a 140,00a 149,82a 150,33a

SB3 + siram 81,67a 109,74a 124,72a 135,78a 138,96a 148,66a 149,27a

SB3 77,33a 106,82a 125,63a 136,14a 139,70a 158,86a 159,32a ES32+siram 79,52a 109,20a 122,66a 135,97a 138,47a 151,23a 152,39a

ES32 79,46a 107,78a 121,28a 133,58a 139,23a 151,86a 152,42a BG25+SB3+ES32

+siram

81,78a 109,32a 123,27a 133,23a 136,74a 150,48a 150,49a

BG25+SB3+ES32 80,72a 109,35a 125,04a 136,81a 140,55a 152,16a 152,90a

Kontrol 75,10a 104,43a 121,78a 135,04a 137,48a 151,22a 152,06a 1) angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada selang kepercayaan 95%

Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Bacillus polymyxa BG25, Bacillus subtilis SB3, dan kombinasi Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan

Pseudomonas fluorescens ES32 memiliki zat yang memicu pertumbuhan tanaman dalam hal jumlah daun.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pengujian bakteri pemacu pertumbuhan tanaman terhadap tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Demikian pula pada pengujian bobot produksi jagung manis (tabel 4) dan bobot kering brangkasan (tabel 5) Hal ini menunjukkan bahwa bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang diaplikasikan tidak berpengaruh terhadap tinggi dan berat kering tanaman serta hasil produksi. Namun, secara umum bila dilihat dari rata-rata bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot serta bobot kering batang+daun, perlakuan ES32+siram lebih tinggi hasilnya dibanding perlakuan lain. Sedangkan untuk bobot kering akar, hasil perlakuan SB3 menunjukkan hasil yang paling tinggi dari perlakuan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena bakteri ES32 dan SB3 berasal dari tanaman sorgum sehingga dapat berpengaruh pada pertumbuhan jagung manis karena masih satu famili graminae.

Bobot tongkol yang ringan dapat disebabkan oleh penyakit hawar daun (H.

(40)

rendah dan cuaca panas, sehingga pembentukan fotosintat akan berkurang dan hasilnya rendah (Anonim 1992). Bobot kering brangkasan baik batang+daun maupun akar perlakuan bakteri yang dihasilkan rata-rata mendekati kontrol menunjukkan bahwa bakteri pemacu pertumbuhan tanaman tersebut kurang dapat berkembang dengan baik.

Keadaan tersebut dapat dimungkinkan oleh adanya tiga sebab yakni, faktor tanaman, lingkungan, dan bakteri perlakuan (Sigee 1993). Faktor tanaman yang tidak kompatibel dengan bakteri perlakuan menyebabkan bakteri tidak dapat melakukan aktivitasnya pada tanaman.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap produksi jagung manis

Perlakuan Bobot tongkol berkelobot

(g)1)

BG25+SB3+ES32+siram 82,87a 54,15a

BG25+SB3+ES32 83,72a 53,34a

Kontrol 82,92a 52,62a

1) angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada selang kepercayaan 95%

(41)

Tabel 5 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap bobot kering berangkasan jagung

BG25+SB3+ES32+siram 17,97a 4,48a

BG25+SB3+ES32 17,08a 4,29a

Kontrol 17,07a 4,56a

1) angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada selang kepercayaan 95%

Keadaan tanah di lapang saat penelitian berlangsung dimungkinkan terlalu kering dan terlalu dangkal (kedalaman tanah ±20 cm) untuk penanaman jagung manis sehingga bakteri perlakuan tidak dapat hidup dan berkembang di akar ataupun mampu hidup di perakaran namun tidak dapat melakukan aktivitas antagonis dan pemacu pertumbuhannya dengan baik.

Antagonisme Bakteri In Vitro

Pada uji laboratorum (in vitro) secara umum bakteri pemacu pertumbuhan yang menunjukkan sifat antagonis yang kuat adalah B. polymyxa BG25. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1 dan tabel 6 yang menunjukkan panjangnya perkecambahan yang dihasilkan bakteri tersebut serta persen hasil perkecambahan konidia patogen. Demikian halnya Bacillus subtillis SB3 dan Pseudomonas fluorescens ES32 hanya saja tingkat antagonis dari P. fluorescens ES32 lebih rendah dibandingkan dengan Bacillus polymyxa BG25 dan B. subtillis SB3 dilihat dari hasil pengujian antibiosis pada medium TSA. Namun, hasil pengujian perkecambahan konidia dengan perlakuan Pseudomonas fluorescens ES32 menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menghambat perkecambahan konidia

H. turcicum dibanding Bacillus subtillis SB3. Ini menunjukkan P. fluorescens

(42)

perkecambahan konidia patogen. Perlakuan suspensi bakteri yang paling efektif menghambat perkecambahan konidia H. turcicum adalah kombinasi ketiga bakteri perlakuan.

Kontrol NaCl 0,85% B. polymyxa BG25 B. subtilis SB3

P. fluorescens ES 32 Mix

%

Gambar 1 Persentase perkecambahan konidia H. turcicum

Tabel 6 Pengaruh antibiosis bakteri uji terhadap H. turcicum secara in vitro

Perlakuan Zona penghambatan

1) angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada selang kepercayaan 95%

Pengujian teknik sporulasi pada medium agar CaCO3 menunjukkan bahwa

agar CaCO3 mampu menumbuhkan konidia H.turcicum pada hari ke-9 secara

(43)

KESIMPULAN

Perlakuan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (BPPT) khususnya

Pseudomonas fluorescens ES32+penyiraman berpengaruh nyata dalam menekan keparahan penyakit hawar daun (Helminthoporium tucicum) pada minggu pertama dan kedua setelah inokulasi patogen. Namun, pada minggu berikutnya perlakuan BPPT tidak berpengaruh nyata. Perlakuan BPPT tidak berpengaruh nyata terhadap ketinggian tanaman, jumlah daun tanaman, bobot kering brangkasan batang+daun, bobot kering akar, dan produksi jagung manis. Perlakuan perendaman benih + penyiraman bakteri menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman benih dengan bakteri.

Berdasarkan hasil pengujian in vitro dapat disimpulkan bahwa uji antibiosis baik uji koloni ganda dan uji perkecambahan konidia menunjukkan bahwa B. polymyxa BG25 dan B. subtilis SB3 mempunyai aktivitas antibiosis yang kuat terhadap H. turcicum.

SARAN

(44)

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 1992. Sweet Corn Baby Corn. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Baker KF & Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Francisco: WH Freeman and Company.

Burdman S, Jurkevitch E, & Okon Y. 2000. Microbial Interactions in Agriculture and Forestry. Vol 2. USA: Science Publishers Inc.

Deptan. 2004. Informasi Hortikultura Tahun 1999-2003 Tanaman Sayuran. Jakarta: Dirjend. Bina Produksi Hortikultura. hal 97-99.

Dharma A. 1993. Pengamatan penyakit penting pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.), jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) dan kedelai (Glycine max L.) di kebun percobaan IPB Cikarawang, Kabupaten Bogor[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dhingra OD & Sinclair JB. 1985. Basic Plant Pathology Methods. Boca Raton, Florida: CRC Press Inc.

Driks A. 2004. The Bacillus spore coat. Phytopathology. 94:1249-1251.

Glick BR, Patten CL, Holguin G, & Penrose DM. 1999. Biochemical and Genetic Mechanisms Used by Plant Growth Promotion Bacteria. Ontario: Imperial College Press.

Handelsman J & Stabb EV. 1996. Biocontrol of soilborne plant pathogens. Di dalam: Glick BR, CL Patten, G. Holguin, dan DM Penrose. 1999.

Biochemical and Genetic Mechanisms Used by Plant Growth Promotion Bacteria. Ontario: Imperial College Press.

James C. 1971. A Manual of Assessment Keys for Plant Diseases. St. Paul: APS Press.

Kloepper JW, Ryu CM, & Zhang S. 2004. Induced systemic resistance and promotion of plant growth by Bacillus spp. Phytopathology. 94:1259-1266.

Leach CM, Fullerton RA, & Young K. 1977. Northern leaf blight of maize in New England:relationship of Drechslera turcica airspora to factors influencing sporulation, conidium development, and chlamydospore formation. Phytopathology. 67:629-636.

Lipps PE & Mills D. 2002. Northern corn leaf blight. www.ohioline.osu.edu/ac-fact/0020.html-7k.[17 April 2005].

Mazzola M. 1998. Microbial Interactions in Agriculture and Forestry. Vol 1. USA: Science Publishers Inc.

(45)

Neergaard P. 1977. Seed Pathology. Vol 1. New York: John Wileys and Sons. hal 55-56; 149; 199; 282.

Robert AL. 1953. Some of the leaf blights of corn. Di dalam: Stefferud A, editor. Plant Diseases The Year Book of Agriculture. Washington DC: United State of Agriculture. 381-382.

Semangun S. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sigee DC. 1993. Bacterial Plant Pathology: Cell and Molecular Aspects. New York: Cambridge University Press. 84-88; 126.

Sleesman JP & Leben C. 1976. Microbial antagonist of Bipolaris maydis.

Phytopathology. 66:1214-1218.

Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

(46)

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persentase perkecambahan konidia H. turcicum

Perlakuan Perkecambahan konidia (%)1) Kontrol air steril 80,89a

Kontrol NaCl 0,85% 60,71ab

B. polymyxa BG25 24,21bc

B. subtilis SB3 48,89abc

P. fluorescens ES32 34,13bc

Campuran2) 5,94c

1) angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata

berdasarkan uji Duncan pada selang kepercayaan 95%

2) kombinasi (mix) bakteri Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan

(47)

Gambar Lampiran 1 Skala keparahan penyakit hawar daun jagung (Clive 1971)

a. b.

Gambar Lampiran 2 a.) Biakan H. turcicum pada PDA b.) gejala hawar daun H. turcicum di lapang

Gambar Lampiran 3 Hasil uji antibiosis koloni ganda pada medium PDA dan TSA

(48)

Gambar Lampiran 4 Konidia dan konidiofor H. turcicum pada medium CaCO3

Gambar

Tabel 1  Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persen keparahan penyakit hawar daun
Tabel 2  Pengaruh perlakuan bakteri terhadap jumlah daun jagung manis
Tabel 3  Pengaruh perlakuan bakteri terhadap tinggi tanaman jagung manis
Tabel 4  Pengaruh perlakuan bakteri terhadap produksi jagung manis
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak daun tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi sebagai fungisida nabati efektif dalam menekan keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung manis.. Setiap jenis ekstrak

Mengetahui waktu aplikasi Pseudomonas fluorescens dan Paenibacillus polymyxa yang efektif dalam menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman

Perlakuan empat varietas jagung manis dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 terhadap diameter jagung manis pada umur 24 dan 34 hari setelah tanam, tinggi tanaman pada umur 24 dan 54

Hasil sidik ragam pada umur 9MST menunjukkan bahwa tumpangsari jagung manis- kacang tanah dengan proporsi 1:2 berpengaruh nyata terhadap jumlah individu dan bobot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan memberikan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap peubah pengamatan jumlah daun tanaman jagung manis pada umur

Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok tani/petani yang melakukan usahatani pola rotasi tanaman padi-jagung manis pada lahan sawah beririgasi teknis yang

oryzae terhadap seperangkat varietas diferensial Jepang teridentifikasi tiga kelompok patotipe yang dominan yaitu patotipe III, IV, dan VIII dengan komposisi dan dominasi

menghasilkan jagung manis yang lebih baik dan berbeda dengan perlakuan lainnya, sedangkan pada pengamatan produksi jagung manis (ton ha -1 ) pemberian bokashi daun