• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Penerapan Strategi Six Sigma Pada Pengendalian Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prospek Penerapan Strategi Six Sigma Pada Pengendalian Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA

PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI

PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

CASTING PLANT

INDONESIA

Oleh :

NOVI ASTININGTIAS

H24054233

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

ABSTRAK

Novi Astiningtias. H24054233. Prospek Penerapan Strategi Six Sigma Pada Pengendalian Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.

Konsep mutu bukan saja berfokus pada keinginan konsumen, tetapi juga menitikberatkan pada efisiensi produksi. Dengan demikian, tuntutan perbaikan mutu bukan hanya terletak pada produk, tetapi juga pada proses produksi, sehingga perusahaan memiliki daya saing tinggi. Persaingan dalam industri menuntut perusahaan mampu selangkah lebih maju dibandingkan pesaingnya dalam hal perhatian terhadap mutu. Rencana jangka panjang PT. ADM adalah menjadikan PT. ADM sebagai pusat produksi utama mobil Daihatsu di Asia Tenggara, dengan demikian tuntutan perbaikan mutu PT. ADM untuk mencapai mutu dunia mutlak harus dilakukan. Perspektif Six Sigma adalah salah satu pendekatan yang dapat diupayakan oleh PT. Astra Daihatsu Motor (PT. ADM) untuk melakukan perbaikan mutu.

Tujuan penelitian ini (1) Mengetahui proses produksi PT. ADM Casting Plant (2) Mengetahui dan mempelajari sistem pengendalian mutu produksi PT. ADM Casting Plant (3) Menyusun hirarki pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant dengan mempertimbangkan faktor yang berpengaruh, pelaku yang terlibat, tujuan dari pelaku dan alternatif penyelesaian serta (4) Merekomendasikan strategi penerapan Six Sigma yang sesuai pada PT. ADM Casting Plant.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder dari studi pustaka, internet, literatur dan dokumen perusahaan. Proses Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan Expert Choice 2002.

Dari penelitian ini didapatkan informasi bahwa pengendalian mutu pada PT. ADM dilakukan dengan pengawasan terhadap setiap bagian terhadap proses produksi seperti yang terdapat pada ISO 9001 dan sebagian prinsip Toyota Way yang diimplementasikan. PT. ADM juga mengimplementasikan sistem mutu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan mendapatkan berbagai sertifikasi mutu seperti ISO/TS 16949:2002, ISO 14001, OHSAS 18001 dan Green Company.

Faktor, aktor dan tujuan berpengaruh pada pengambilan keputusan pengendalian mutu yang dilakukan untuk menentukan hirarki analitik demi mendapatkan pemilihan strategi penerapan six sigma pada PT. ADM. Identifikasi dilakukan dengan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) bersama Divisi Pengembangan SDM PT. ADM, Tim Pengendali Mutu dan Divisi Produksi.

(3)

PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA

PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI

PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

CASTING PLANT

INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NOVI ASTININGTIAS H24054233

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

iv

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR CASTING PLANT

INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NOVI ASTININGTIAS H24054233

Menyetujui, Mei 2009

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, M.S, Dipl.Ing,DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Semarang, 24 November 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sutiyanto dan Ibu Rusmini dengan nama lengkap Novi Astiningtias. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 02 Gayamsari Semarang dan lulus tahun 1992, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 9 Semarang sampai dengan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama dilanjutkan ke SMU Negeri 3 Semarang sampai dengan lulus tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa (TPB) Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2005. Setelah selesai melalui program TPB, Penulis melanjutkan pendidikan pada Mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Minor Komunikasi pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama masa studi, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan internal dan eksternal kampus, antara lain Centre of Management 2006-2007 sebagai

Staff Public Relation dan menjadi Vice President Director Centre of Management 2007-2008. Penulis sempat mendapat amanah sebagai Sekretaris Koordinator Regional

Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek (HMMJ) 2007-2008. Dalam kegiatan

kampus, penulis memiliki kesempatan menjadi Tim Pameran Pekan Ilmiah Nasional

(PIMNAS) XX di Lampung dan PIMNAS XXI di Semarang. Selain itu, penulis

berkesempatan membuat tulisan ilmiah untuk mengikuti kegiatan Program Kreatifitas

Mahasiswa dan kandidat peserta International Student Summit di Ibaraki University Jepang. Selain itu, penulis juga sempat menjadi pengajar Mata Kuliah Ekonomi Umum

bagi Mahasiswa asing di Tingkat Persiapan Bersama selama tahun 2007.

(6)

vi

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan anugerah, sehingga mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Six Sigma Pada Pengendalian Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Proses penelitian ini banyak pelajaran yang penulis dapatkan (pengalaman, ilmu, dan pengembangan diri), sehingga sadar bahwa seluruh proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, saran, dukungan dan kritik dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta : Ayah, Ibu, Dik Krish, Dik Nindy dan Mbah Putri yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat, serta makna dalam hidup penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, M.S, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar, penuh ide-ide baru dan terus memberi semangat yang dituangkannya menjadi saran untuk penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Wita Juwita, S.TP, M.M dan Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd selaku dosen penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak. Ir. Pramono Djoko Fewidarto, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah.

5. Bapak. Ir. R. Dikky Indrawan, M.M dan Bapak Dedy Cahyadi Sutarman, S.TP, M.M yang telah memberi insiprasi, pencerahan dan banyak bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Staff tata usaha Departemen Manajemen yang telah memfasilitasi keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan penulis.

(7)

8. Teman-teman Centre of Management 2006-2007, Centre of Management 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek, Tim PIMNAS XX dan PIMNAS XXI, khususnya yang dengan rasa kekeluargaan, saling mendukung dan membantu dalam setiap hal atau kegiatan yang dilalui bersama.

9. Tidar dan Ira, untuk selalu ada dan menjadi penenang dikala gundah, ketika kita melalui setiap langkah membagi suka, duka dan cinta kita bersama.

10.Kamila, Hapsari, Riva, Hari, Dondon, Ucup dan teman-teman PATRA ATLAS yang selalu membuat penulis merasa selalu dirumah.

11.Teman-teman satu bimbingan : Utie, Nda, Nina, Indri, Lonik, Fury, Yeyen, Epe, Faris dan Luthfan yang selalu memberi semangat untuk berjuang bersama. 12.Malia, Allen, Tyas, Ika dan Iyha untuk persahabatan yang terbukti tidak dapat

dipisahkan oleh apapun.

13.Selvina Bahar, Depdika Sevanu Rismawan dan teman-teman ALSTE 2005 yang selalu ada untuk penulis.

14.Putie, Mbak Wul, Utie, Nceq dan Ade yang selalu memberi inspirasi dan menyemangati penulis.

15.Mbak Lia dan Mbak Dikun untuk persaudaraan yang sangat indah.

16.Okie, atas setiap inspirasi, semangat dan apapun yang pernah kita lalui. Kau adalah seseorang yang diberkahi Allah dengan Ilmu Pengetahuan yang tinggi dalam QS : 31, percayalah kamu bisa melakukan segalanya, seperti Arjuna percaya kepada Kresna sebagai pendamping dan pelindungnya, yang membuat Arjuna menjadi sosok yang lebih baik.

Semoga penulisan hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat kepada semua pihak yang membacanya.

(8)

viii

II. TINJAUAN PUSTAKA……… 6

2.1Mutu………...… 6

2.10 Proses Hirarki Analitik ……… 23

2.11 Penelitian Terdahulu yang Relevan…………..………. 25

III. METODE PENELITIAN………. 27

3.1Kerangka Pemikiran Penelitian……… 27

3.2Tempat dan Waktu Penelitian……….…… 28

3.3Pengumpulan Data…..……….………... 29

3.4Pengolahan dan Analisis Data……….…... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 35

4.1Gambaran Perusahaan PT. ADM Casting Plant……… 35

4.1.1Sejarah Singkat PT. ADM……… 36

4.1.2Visi dan Misi PT. ADM……… 37

4.2 Proses Produksi pada PT. ADM Casting Plant……….. 38

4.3 Sistem Pengendalian Mutu pada ADM Casting Plant……...... 38

4.4 Analisis Identifikasi Faktor, Aktor dan Tujuan yang Berpengaruh dalam Strategi Penerapan Six Sigma pada Sistem Pengendalian Mutu……….………. 40

4.4.1 Faktor-faktor Penyusun Strategi Penerapan Six Sigma dalam Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM……….. 41

(9)

4.4.3 Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Penerapan Six Sigma pada

Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM Casting Plant……….. 43

4.4.4Alternatif Strategi Penerapan Six Sigma dalam Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM………..…..… 44

4.5 Analisis Pemilihan Strategi Penerapan Six Sigma dalam Pengendalian Mutu PT. ADM……….. 45

4.5.1 Pengolahan Horisontal………. 45

4.5.2 Pengolahan Vertikal………... 51

4.6 Strategi Penerapan Sistem Pengendalian Mutu Six Sigma pada Pengendalian Mutu ADM……….……….………. 53

4.7 Implikasi Manajerial………... 53

KESIMPULAN DAN SARAN………..……… 55

1. Kesimpulan………..……….. 55

2. Saran………..……… 56

DAFTAR PUSTAKA……….…………. 57

(10)

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Konversi DPMO terhadap nilai sigma……… 3

2. Tinjauan strategi perbaikan proses pada model DMAIC…..…. 19

3. Metodologi DMAIC Six Sigma………...………….. 19

4. Rataan konsistensi untuk matriks………..…………. 31

5. Bobot faktor pada pengolahan horizontal……..……… 46

6. Bobot masing-masing aktor terhadap faktor……….. 47

7. Bobot tujuan terhadap masing-masing aktor………..………… 49

8. Bobot tiap-tiap alternatif terhadap tujuan…………..………… 40

(11)

PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA

PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI

PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

CASTING PLANT

INDONESIA

Oleh :

NOVI ASTININGTIAS

H24054233

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ii

ABSTRAK

Novi Astiningtias. H24054233. Prospek Penerapan Strategi Six Sigma Pada Pengendalian Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.

Konsep mutu bukan saja berfokus pada keinginan konsumen, tetapi juga menitikberatkan pada efisiensi produksi. Dengan demikian, tuntutan perbaikan mutu bukan hanya terletak pada produk, tetapi juga pada proses produksi, sehingga perusahaan memiliki daya saing tinggi. Persaingan dalam industri menuntut perusahaan mampu selangkah lebih maju dibandingkan pesaingnya dalam hal perhatian terhadap mutu. Rencana jangka panjang PT. ADM adalah menjadikan PT. ADM sebagai pusat produksi utama mobil Daihatsu di Asia Tenggara, dengan demikian tuntutan perbaikan mutu PT. ADM untuk mencapai mutu dunia mutlak harus dilakukan. Perspektif Six Sigma adalah salah satu pendekatan yang dapat diupayakan oleh PT. Astra Daihatsu Motor (PT. ADM) untuk melakukan perbaikan mutu.

Tujuan penelitian ini (1) Mengetahui proses produksi PT. ADM Casting Plant (2) Mengetahui dan mempelajari sistem pengendalian mutu produksi PT. ADM Casting Plant (3) Menyusun hirarki pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant dengan mempertimbangkan faktor yang berpengaruh, pelaku yang terlibat, tujuan dari pelaku dan alternatif penyelesaian serta (4) Merekomendasikan strategi penerapan Six Sigma yang sesuai pada PT. ADM Casting Plant.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder dari studi pustaka, internet, literatur dan dokumen perusahaan. Proses Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan Expert Choice 2002.

Dari penelitian ini didapatkan informasi bahwa pengendalian mutu pada PT. ADM dilakukan dengan pengawasan terhadap setiap bagian terhadap proses produksi seperti yang terdapat pada ISO 9001 dan sebagian prinsip Toyota Way yang diimplementasikan. PT. ADM juga mengimplementasikan sistem mutu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan mendapatkan berbagai sertifikasi mutu seperti ISO/TS 16949:2002, ISO 14001, OHSAS 18001 dan Green Company.

Faktor, aktor dan tujuan berpengaruh pada pengambilan keputusan pengendalian mutu yang dilakukan untuk menentukan hirarki analitik demi mendapatkan pemilihan strategi penerapan six sigma pada PT. ADM. Identifikasi dilakukan dengan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) bersama Divisi Pengembangan SDM PT. ADM, Tim Pengendali Mutu dan Divisi Produksi.

(13)

PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA

PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI

PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

CASTING PLANT

INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NOVI ASTININGTIAS H24054233

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

iv

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR CASTING PLANT

INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NOVI ASTININGTIAS H24054233

Menyetujui, Mei 2009

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, M.S, Dipl.Ing,DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Semarang, 24 November 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sutiyanto dan Ibu Rusmini dengan nama lengkap Novi Astiningtias. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 02 Gayamsari Semarang dan lulus tahun 1992, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 9 Semarang sampai dengan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama dilanjutkan ke SMU Negeri 3 Semarang sampai dengan lulus tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa (TPB) Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2005. Setelah selesai melalui program TPB, Penulis melanjutkan pendidikan pada Mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Minor Komunikasi pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama masa studi, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan internal dan eksternal kampus, antara lain Centre of Management 2006-2007 sebagai

Staff Public Relation dan menjadi Vice President Director Centre of Management 2007-2008. Penulis sempat mendapat amanah sebagai Sekretaris Koordinator Regional

Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek (HMMJ) 2007-2008. Dalam kegiatan

kampus, penulis memiliki kesempatan menjadi Tim Pameran Pekan Ilmiah Nasional

(PIMNAS) XX di Lampung dan PIMNAS XXI di Semarang. Selain itu, penulis

berkesempatan membuat tulisan ilmiah untuk mengikuti kegiatan Program Kreatifitas

Mahasiswa dan kandidat peserta International Student Summit di Ibaraki University Jepang. Selain itu, penulis juga sempat menjadi pengajar Mata Kuliah Ekonomi Umum

bagi Mahasiswa asing di Tingkat Persiapan Bersama selama tahun 2007.

(16)

vi

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan anugerah, sehingga mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Six Sigma Pada Pengendalian Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Proses penelitian ini banyak pelajaran yang penulis dapatkan (pengalaman, ilmu, dan pengembangan diri), sehingga sadar bahwa seluruh proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, saran, dukungan dan kritik dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta : Ayah, Ibu, Dik Krish, Dik Nindy dan Mbah Putri yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat, serta makna dalam hidup penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, M.S, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar, penuh ide-ide baru dan terus memberi semangat yang dituangkannya menjadi saran untuk penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Wita Juwita, S.TP, M.M dan Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd selaku dosen penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak. Ir. Pramono Djoko Fewidarto, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah.

5. Bapak. Ir. R. Dikky Indrawan, M.M dan Bapak Dedy Cahyadi Sutarman, S.TP, M.M yang telah memberi insiprasi, pencerahan dan banyak bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Staff tata usaha Departemen Manajemen yang telah memfasilitasi keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan penulis.

(17)

8. Teman-teman Centre of Management 2006-2007, Centre of Management 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek, Tim PIMNAS XX dan PIMNAS XXI, khususnya yang dengan rasa kekeluargaan, saling mendukung dan membantu dalam setiap hal atau kegiatan yang dilalui bersama.

9. Tidar dan Ira, untuk selalu ada dan menjadi penenang dikala gundah, ketika kita melalui setiap langkah membagi suka, duka dan cinta kita bersama.

10.Kamila, Hapsari, Riva, Hari, Dondon, Ucup dan teman-teman PATRA ATLAS yang selalu membuat penulis merasa selalu dirumah.

11.Teman-teman satu bimbingan : Utie, Nda, Nina, Indri, Lonik, Fury, Yeyen, Epe, Faris dan Luthfan yang selalu memberi semangat untuk berjuang bersama. 12.Malia, Allen, Tyas, Ika dan Iyha untuk persahabatan yang terbukti tidak dapat

dipisahkan oleh apapun.

13.Selvina Bahar, Depdika Sevanu Rismawan dan teman-teman ALSTE 2005 yang selalu ada untuk penulis.

14.Putie, Mbak Wul, Utie, Nceq dan Ade yang selalu memberi inspirasi dan menyemangati penulis.

15.Mbak Lia dan Mbak Dikun untuk persaudaraan yang sangat indah.

16.Okie, atas setiap inspirasi, semangat dan apapun yang pernah kita lalui. Kau adalah seseorang yang diberkahi Allah dengan Ilmu Pengetahuan yang tinggi dalam QS : 31, percayalah kamu bisa melakukan segalanya, seperti Arjuna percaya kepada Kresna sebagai pendamping dan pelindungnya, yang membuat Arjuna menjadi sosok yang lebih baik.

Semoga penulisan hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat kepada semua pihak yang membacanya.

(18)

viii

II. TINJAUAN PUSTAKA……… 6

2.1Mutu………...… 6

2.10 Proses Hirarki Analitik ……… 23

2.11 Penelitian Terdahulu yang Relevan…………..………. 25

III. METODE PENELITIAN………. 27

3.1Kerangka Pemikiran Penelitian……… 27

3.2Tempat dan Waktu Penelitian……….…… 28

3.3Pengumpulan Data…..……….………... 29

3.4Pengolahan dan Analisis Data……….…... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 35

4.1Gambaran Perusahaan PT. ADM Casting Plant……… 35

4.1.1Sejarah Singkat PT. ADM……… 36

4.1.2Visi dan Misi PT. ADM……… 37

4.2 Proses Produksi pada PT. ADM Casting Plant……….. 38

4.3 Sistem Pengendalian Mutu pada ADM Casting Plant……...... 38

4.4 Analisis Identifikasi Faktor, Aktor dan Tujuan yang Berpengaruh dalam Strategi Penerapan Six Sigma pada Sistem Pengendalian Mutu……….………. 40

4.4.1 Faktor-faktor Penyusun Strategi Penerapan Six Sigma dalam Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM……….. 41

(19)

4.4.3 Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Penerapan Six Sigma pada

Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM Casting Plant……….. 43

4.4.4Alternatif Strategi Penerapan Six Sigma dalam Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM………..…..… 44

4.5 Analisis Pemilihan Strategi Penerapan Six Sigma dalam Pengendalian Mutu PT. ADM……….. 45

4.5.1 Pengolahan Horisontal………. 45

4.5.2 Pengolahan Vertikal………... 51

4.6 Strategi Penerapan Sistem Pengendalian Mutu Six Sigma pada Pengendalian Mutu ADM……….……….………. 53

4.7 Implikasi Manajerial………... 53

KESIMPULAN DAN SARAN………..……… 55

1. Kesimpulan………..……….. 55

2. Saran………..……… 56

DAFTAR PUSTAKA……….…………. 57

(20)

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Konversi DPMO terhadap nilai sigma……… 3

2. Tinjauan strategi perbaikan proses pada model DMAIC…..…. 19

3. Metodologi DMAIC Six Sigma………...………….. 19

4. Rataan konsistensi untuk matriks………..…………. 31

5. Bobot faktor pada pengolahan horizontal……..……… 46

6. Bobot masing-masing aktor terhadap faktor……….. 47

7. Bobot tujuan terhadap masing-masing aktor………..………… 49

8. Bobot tiap-tiap alternatif terhadap tujuan…………..………… 40

(21)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka analisis sistem………….…...………..………….…... 22

2. PHA……….……….…… 23

3. Kerangka pemikiran penelitian... 28 4. Diagram kepemilikan saham PT. Astra Daihatsu Motor……… 37 5. Bobot faktor pada Expert Choice 2000………... 46 6. Bobot tiap aktor terhadap faktor dalam Expert Choice 2000…. 48 7. Bobot tujuan terhadap masing-masing aktor dalam

Expert Choice 2000………. 49

(22)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Pertanyaan wawancara………... 61

2. Bagan PHA………. 62

3. Kuesioner penelitian……… 64

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa lalu, perusahaan hanya bersaing secara regional dan nasional. Saat ini ketika globalisasi membuat jarak bukan lagi sebagai hambatan bisnis, perusahaan bersaing secara internasional dan hanya perusahaan yang dapat membuat produk sesuai dengan keinginan konsumen yang dapat memenangkan persaingan. Kondisi perekonomian global telah memaksa pelaku bisnis untuk berhati-hati dalam melakukan investasi. Dalam hal ini, setiap apa yang dilakukan perusahaan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi produksi. Pola produksi bukan hanya berfokus pada menciptakan produk dengan biaya produksi semurah-murahnya, tetapi juga menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika trend bisnis masa lalu berfokus pada menciptakan produk, maka trend bisnis saat ini berfokus menciptakan produk yang dibutuhkan konsumen.

Kondisi perekonomian global yang penuh persaingan telah memaksa produsen meningkatkan mutu produknya agar mampu bersaing dalam industri. Produsen dituntut untuk menciptakan produk yang memiliki karakteristik sesuai keinginan konsumen. Karakteristik produk yang sesuai dengan harapan akan mampu meningkatkan loyalitas pelanggan dan barang yang mutunya tidak sama dengan harapan konsumen dengan mudah ditinggalkan konsumennya. Konsep mutu bukan saja berfokus pada apa yang konsumen inginkan, tetapi juga menitikberatkan pada efisiensi produksi. Dengan demikian, tuntutan perbaikan mutu bukan hanya terletak pada produk, tetapi juga pada proses produksi, sehingga perusahaan memiliki daya saing tinggi. Persaingan dalam industri menuntut perusahaan mampu selangkah lebih maju dibandingkan pesaingnya dalam hal perhatian terhadap mutu.

(24)

2

biaya mutu yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pengurangan biaya mutu tersebut akan memperkecil pengeluaran perusahaan, sehingga kinerjanya lebih efisien. Sistem mutu modern dibagi dalam tiga bagian, yaitu mutu desain, mutu konformitas, mutu pemasaran dan layanan purna jual (Nasution, 2005). Dalam bisnis produk (tangible product) dan jasa (intangible product), perusahaan dituntut untuk melakukan manajemen proses yang diupayakan untuk memperbaiki proses secara terus menerus agar dapat memuaskan pelanggan.

PT. ASTRA Daihatsu Motor (PT. ADM) adalah salah satu bagian dari PT. ASTRA International yang bergerak di bidang produksi komponen otomotif dengan merek Daihatsu. PT ADM berhasil membukukan produksi sebesar 114 ribu unit mesin mobil tahun 2005 dan saat ini kapasitas produksi lebih dari 150 ribu unit (www.astraworld.com, 2009). Sebagai produsen di pasar otomotif Indonesia yang cukup diperhitungkan di Indonesia dengan peringkat ke lima dunia, maka PT. ADM dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif dibanding pesaingnya.

Proses pengendalian merupakan suatu proses dalam manajemen dimana perusahaan membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, kemudian perusahaan dapat melakukan tindakan manajerial untuk memperbaiki kekurangan dalam proses maupun hasil produksi. Proses pengendalian mutu dan peningkatan kinerja perusahaan memungkinkan PT. ADM mencapai tuntutan konsumen Indonesia. Dengan proses pengendalian mutu, produk cacat yang sampai kepada konsumen akan berkurang sampai nol cacat dan biaya mutu dapat ditekan. Biaya mutu akibat dari cacat yang terjadi dapat dikurangi, sehingga memperbesar laba perusahaan dan mengurangi biaya produksi. Rencana jangka panjang PT. ADM adalah menjadikan PT. ADM sebagai pusat produksi utama mobil Daihatsu di Asia Tenggara, dengan demikian tuntutan perbaikan mutu PT. ADM untuk mencapai mutu dunia mutlak harus dilakukan.

(25)

diterapkan industri maju adalah filosofi Six Sigma. Filosofi ini merupakan peningkatan mutu dramatis dan kontinu untuk mencapai mutu tingkat dunia, sehingga hanya terjadi 3,4 kegagalan dari satu juta kemungkinan (Raharjo, dkk, 2008). Berdasarkan data produksi PT. ADM Casting Plant setelah dilakukan pengolahan perhitungan sigma terhadap cacat produksi, diperoleh hasil bahwa PT. ADM Casting Plant masih berada pada posisi tiga sampai dua sigma. Angka sigma memang menunjukan bahwa rataan produk cacat PT. ADM Casting Plant Indonesia jauh lebih baik daripada rataan DPMO industri Indonesia (Tabel 1.), tetapi sebagai perusahaan yang mengadopsi budaya Jepang, PT. ADM Casting Plant Indonesia masih jauh dari posisi sigma berdasarkan tabel DPMO pada rataan industry Jepang. Dibawah ini adalah tabel konversi DPMO (Defect Per Million Opportunities) terhadap nilai sigma yang dapat menjadi perbandingan untuk melihat posisi sigma PT. ADM Casting Plant Indonesia.

Tabel 1. Konversi DPMO tehadap nilai sigma

Tingkat

1-sigma 691.462 (sangat tidak

kompetitif)

Tidak dapat dihitung

2-sigma 301.538 (rataan industri indonesia)

Tidak dapat dihitung

3-sigma 66.807 25-40% dari penjualan

4-sigma 6.210 (rataan industri USA) 15-25% dari penjualan

5-sigma 233 (rataan industri Jepang) 5-15% dari penjualan 6-sigma 3,4 (industri kelas dunia) < 1% dari penjualan Sumber : Gaspersz , 2007

(26)

4

memungkinkan terjadinya tingkat cacat nol persen. Selain itu, Six Sigma memberikan solusi penyelesaian masalah mutu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, bahkan dapat memberikan gambaran peningkatan mutu perusahaan secara terukur, bukan hanya pemberian solusi kualitatif bagi peningkatan mutu produk.

Keinginan perusahaan untuk selalu meningkatkan mutu dan kinerja memerlukan adanya penerapan strategi pengendalian dan peningkatan mutu yang sesuai untuk mencapai tujuan perusahaan. Mengingat rencana jangka panjang PT. ADM yang ingin menjadikan PT. ADM sebagai pusat produksi utama mobil Daihatsu di kawasan Asia Tenggara (www.kapanlagi.com, 2009) peningkatan kinerja perusahaan dan mutu produk perlu terus ditingkatkan. Perusahaan harus mengambil keputusan yang tepat mengenai pendekatan perbaikan mutu seperti apa yang sesuai dan dapat diimplementasikan oleh perusahaan sehingga meningkatkan daya saing.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam proses bisnis, pengendalian mutu produk adalah hal mutlak yang harus dilakukan oleh perusahaan. Pada produksi PT. ADM Casting Plant, pengendalian mutu produksi membutuhkan perhatian penuh, karena dalam menghadapi krisis global diperlukan strategi peningkatan mutu secara terus menerus untuk mencapai mutu tingkat dunia.

Berdasarkan paparan di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses produksi pada PT. ADM Casting Plant ?

2. Bagaimana sistem pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant ? 3. Bagaimana hirarki sistem pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant

yang mempertimbangkan faktor yang berpengaruh, pelaku yang terlibat, tujuan dari pelaku dan alternatif penyelesaian?

(27)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses produksi PT. ADM Casting Plant

2. Mengetahui sistem pengendalian mutu produksi PT. ADM Casting Plant. 3. Menyusun hirarki pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant dengan

mempertimbangkan faktor yang berpengaruh, pelaku yang terlibat, tujuan dari pelaku dan alternatif penyelesaian.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mutu

Mutu diputuskan konsumen berdasarkan pengalaman mengenai kesesuaikan harapan konsumen terhadap produk dengan aktualisasi produk yang diterima konsumen. Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa mutu berdasarkan sifat produk dapat ditinjau dari dua sisi konsumen dan sisi produsen. Konsumen mendefinisikan mutu dengan sangat subyektif dan abstrak, akibatnya penilaian mutu antara satu konsumen dengan konsumen lain berbeda. Penilain mutu dari segi produsen diamati berdasarkan klasifikasi produk secara fisik maupun kimia berdasarkan standar mutu produk tertentu.

Crosby dalam Nasution (2005) menyatakan bahwa mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu, apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan bahan jadi. Menurut Juran dalam Nasution (2005), mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasari atas lima ciri utama, yaitu : 1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.

2. Psikologi, yaitu cita rasa atau selera. 3. Waktu, yaitu keandalan.

4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.

5. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur.

(29)

Kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan Nasution (2005) memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki kelemahan. Rinciannya sebagai berikut :

1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan

Ciri-ciri produk bermutu tinggi, apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Mutu yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga lebih tinggi.

2. Bebas dari kelemahan

Suatu produk bermutu tinggi, apabila di dalam produk tidak terdapat kelemahan dan tidak ada yang cacat sedikitpun. Mutu yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan serta mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi biaya garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar. Meningkatkan hasil (yield) dan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi, serta memperbaiki kinerja penyampaian barang atau jasa.

Deming dalam Nasution (2005) menyatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Untuk itu, perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang dihasilkan. Feigenbaum dalam Nasution (2005) menyatakan mutu sebagai bentuk kepuasan pelanggan sepenuhnya. Suatu produk dikatakan bermutu, apabila produk tersebut dapat memberikan kepuasan sepenuhnya terhadap konsumen dan sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen.

(30)

8

yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. American Heritage Dictionary dalam Hidayat (2007) memberi arti mutu sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari karakteristik atau derajat atau nilai-nilai dari suatu keunggulan.

Walaupun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, tetapi dari beberapa definisi terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam unsur-unsur berikut :

1. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan. 3. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.

2.2. Pentingnya Mutu

Pentingnya mutu dapat dijelaskan dari dua sudut, yaitu dari sudut manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk dari pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, mutu produk merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing-mix), yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan (Nasution, 2005).

Heizer dan Render (2001) mengemukakan bahwa produk dan jasa yang bermutu secara strategik penting bagi perusahaan dan negara yang diwakilinya. Mutu dan produk suatu perusahaan, harga yang ditetapkan oleh perusahaan dan pemasok barang yang membuat produk itu tersedia bagi konsumen merupakan faktor yang menentukan permintaan. Mutu mempengaruhi perusahaan dalam empat cara :

1. Biaya dan Pangsa Pasar

(31)

diterima perusahaan. Perbaikan mutu dan standar berarti menjadi penurunan produk cacat dan biaya kerusakan suatu produk.

2. Reputasi Perusahaan

Mutu sebuah produk baik atau buruk muncul seiring dengan persepsi konsumen mengenai produk dan perusahaan, praktik penanganan pegawai, dan hubungan dengan pemasok. Hal tersebut tidak dapat digantikan oleh promosi.

3. Pertanggungjawaban Produk

Mutu produk mempengaruhi kinerja produk yang dirasakan konsumen. Setiap kinerja produk mengandung tanggung jawab perusahaan terhadap konsumen. Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap mutu dan mutu produk yang diterima konsumen adalah perusahaan dan seluruh pihak yang tercakup dalam rantai distribusi. Perusahaan yang merancang dan memproduksi barang atau jasa yang cacat dapat dianggap bertanggungjawab atas kerusakan dan kecelakaan yang diakibatkan pemakaian barang tersebut.

4. Implikasi Internasional

Perkembangan bisnis dan globalisasi, perusahaan dengan mutu baik yang dapat memenangkan persaingan global. Produk dengan mutu rendah dapat berimplikasi pada citra buruk perusahaan, bahkan negara asal produk di mata internasional.

2.3. Dimensi Mutu

Garvin dalam Hidayat (2007) memberikan beberapa dimensi mutu dalam industri manufaktur, yaitu :

1. Performance adalah kesesuaian produk dengan fungsi utama atau karakteristik utama produk, misal gambar jernih pada televisi.

(32)

10

3. Reliability konsistensi kinerja suatu produk dan keandalan produk yang memungkinkan kepercayaan konsumen terhadap produk.

4. Conformance adalah spesifikasi dan standar industri, serta sejauhmana karakteristik selain operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.

5. Durability adalah masa daya guna atau ketahanan produk, mencakup masa garansi dan perbaikan.

6. Serviceability adalah pertanggungjawaban atas permasalahan-permasalahan produk dan keluhan konsumen terhadap produk, serta kemudahan memperoleh perbaikan dan komponen pengganti.

7. Aesthetic adalah berbagai karakteristik yang berhubungan dengan psikologis produsen, penyalur dan konsumen sebagai daya tarik produk.

8. Perception adalah kinerja yang telah dicapai dan kesuksesan yang diraih seperti pencapaian target penjualan, oplah, kepuasan konsumen, dan lain-lain yang menyebabkan reputasi perusahaan yang baik dan menghasilkan fanatisme konsumen terhadap merek.

2.4. Biaya Mutu

Biaya mutu adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena mutu yang buruk. Ini berarti biaya mutu adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan (Nasution, 2005). Ross dalam Nasution (2005) menjelaskan bahwa biaya mutu dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu :

1. Biaya pencegahan (prevention cost)

2. Biaya deteksi/penilaian (detection cost/appraisal cost) 3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)

4. Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure cost) 1. Biaya Pencegahan

(33)

perancangan pelaksanaan dan pemeliharaan sistem mutu. Biaya yang termasuk kedalam kelompok biaya pencegahan adalah :

a. Biaya perencanaan mutu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas berkaitan dengan patokan rencana mutu produk yang dihasilkan, rencana tentang keandalan, rencana pemeriksaan, sistem data dan rencana khusus dari jaminan mutu.

b. Biaya tinjauan produk baru adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan usulan tawaran, penilaian rancangan baru dari segi mutu, penyiapan program percobaan dan pengujian untuk menilai penampilan produk baru, serta aktivitas-aktivitas mutu lainnya selama tahap pengembangan dan pra produksi dari rancangan produk baru.

c. Biaya rancangan proses atau produk adalah biaya-biaya yang dikeluarkan waktu perancangan produk atau pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan mutu produk tersebut. d. Biaya pengendalian proses adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

teknik pengendalian proses, seperti diagram pengendalian yang memantau proses pembuatan dalam usaha mencapai mutu produksi yang dikehendaki. e. Biaya pelatihan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan,

penyiapan, pelaksanaan, penyelenggaraan dan pemeliharaan program latihan formal masalah mutu.

f. Biaya audit mutu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap rencana mutu keseluruhan.

2. Biaya Deteksi / Penilaian

(34)

12

a. Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan menguji kesesuaian bahan baku yang dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan. b. Biaya pemeriksaan dan pengujian produk adalah biaya yang terjadi untuk

meneliti kesesuaian hasil produksi dengan standar perusahaan, termasuk meneliti pengepakan dan pengiriman.

c. Biaya pemeriksaan mutu produk, meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan mutu produk dalam proses maupun produk jadi

d. Biaya evaluasi persediaan adalah biaya yang terjadi untuk menguji produk di gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan mutu produk selama di gudang.

3. Biaya Kegagalan Internal

Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa dikirimkan ke pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan perusahaan. Biaya kegagalan internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu :

a. Biaya sisa bahan (scrap) adalah kerugian yang terjadi karena adanya sisa bahan baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat mutu yang dikehendaki. Bahan baku yang tersisa karena alasan lain (misalnya, keusangan, overrun dan perubahan desain produk) tidak termasuk dalam kategori biaya ini.

b. Biaya pengerjaan ulang. Biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar mutu yang diisyaratkan.

c. Biaya untuk memperoleh bahan baku, meliputi biaya-biaya tambahan yang timbul akibat aktivitas menangani penolakan (rejection) dan pengaduan (complaints) terhadap bahan baku yang telah dibeli.

(35)

terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut mutu. Misalnya, bila komponen atau bahan baku suatu produk tidak memenuhi spesifikasi mutu, maka ahli produk atau produksi akan diminta untuk menilai kelayakan perubahan spesifikasi produk tersebut.

4. Biaya Kegagalan Eksternal

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi perusahaan buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar. Biaya kegagalan eksternal meliputi :

a. Biaya penanganan keseluruhan selama masih garansi. Biaya ini meliputi semua biaya yang terjadi karena adanya keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau penggantian/penukaran produk.

b. Biaya penanganan keluhan diluar masa garansi. Biaya ini merupakan biaya yang berkaitan dengan keluhan-keluhan yang timbul setelah berlalunya masa garansi.

c. Pelayanan produk adalah keseluruhan biaya pelayanan produk yang diakibatkan oleh usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk pengujian khusus, atau untuk memperbaiki cacat yang bukan disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan. Biaya jasa instalasi atau kontrak pemeliharaan tidak termasuk dalam kategori biaya ini.

d. Liability Product, yaitu biaya yang timbul sehubungan dengan jaminan atau pertanggungjawaban atas kegagalan pemenuhan standar mutu (quality failures).

e. Biaya penarikan kembali produk. Biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk atau komponen produk tertentu.

(36)

14

a. Mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba). b. Mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya. c. Menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok.

d. Mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan.

e. Mengidentifikasi sistem yang berlebihan.

f. Menentukan apakah biaya-biaya mutu telah didistribusikan secara tepat. g. Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba.

h. Mengidentifikasi masalah-masalah mutu.

i. Sebagai alat manajemen untuk ukuran perbandingan tentang hubungan masukan-keluaran.

j. Sebagai salah satu alat analisis pareto.

k. Sebagai alat manajemen strategik untuk mengalokasikan sumber daya dalam perumusan dan pelaksanaan strategi.

l. Sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif. 2.5. Perspektif Mutu

Perspektif mutu adalah pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan mutu suatu produk. Garvin dalam Nasution (2005) mengidentifikasi adanya lima alternatif perspektif mutu yang biasa digunakan, yaitu transcendental-approach, product-based approach, user-based approach, manufacturing-based approach

dan value-based approach. Rinciannya sebagai berikut : 1. Transcendental Approach

(37)

sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen mutu, karena sulitnya mendesain produk secara tepat yang mengakibatkan implementasinya sulit.

2. Product-based Approach

Pendekatan ini menganggap mutu sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam mutu mencerminkan perbedaan dalam jumlah unsur atau atribut yang dimiliki produk. Pandangan ini sangat obyektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan dan preferensi individu.

3. User-based Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa mutu tergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misal, perceived quality) merupakan produk yang bermutu paling tinggi. Perspektif yang subyektif dan demand-oriented ini menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan berbeda pula, sehingga mutu bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakan.

4. Manufacturing-based Approach

Perspektif ini bersifat utama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pabrikasi, serta mendefinisikan mutu sebagai sama dengan persyaratannya (conformance to requirement). Dalam sektor jasa dapat dikatakan, bahwa mutu bersifat operation-driven. Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang sering kali didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi yang menentukan mutu adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya.

5. Value-based Approach

(38)

16

bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki mutu paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi, yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy) (Nasution, 2005).

2.6. Six Sigma

Ada banyak pengertian mengenai Six Sigma, yaitu Six Sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan statistikawan dalam memperbaiki/mengembangkan proses atau produk. Six Sigma diartikan demikian, karena kunci utama perbaikan Six Sigma menggunakan metode-metode statistik, meskipun tidak secara keseluruhan membicarakan tentang statistik.

Pengertian Six Sigma yang lain adalah tujuan yang mendekati kesempurnaan dalam pencapaian kebutuhan pelanggan. Ada juga yang mengartikan Six Sigma sebagai usaha mengubah budaya perusahaan untuk mencapai kepuasan pelanggan, keuntungan dan persaingan yang jauh lebih baik. Kunci utama pengertian di atas adalah pengukuran, tujuan dan perubahan budaya perusahaan.

Miranda dan Tunggal (2006) mengungkapkan Six Sigma sebagai suatu sistem komperhensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisa statistik, serta terus menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha.

(39)

pengelolaan produk hingga distribusi ke konsumen. Tujuan Six Sigma adalah meningkatkan kinerja bisnis dengan mengurangi berbagai variasi proses yang merugikan, mereduksi kegagalan-kegagalan produk/proses, menekan cacat-cacat produk, meningkatkan keuntungan, mendongkrak moral personil/karyawan dan meningkatkan mutu produk pada tingkat yang maksimal.

Six Sigma pertama kali dikembangkan oleh Motorola pada pertengahan tahun 1980 dan dipublikasikan oleh Jack Welch (General Electric) dalam forum strategi bisnis di tahun 1995. Istilah Six Sigma diambil dari terminologi statistik dimana sigma (σ) adalah simpangan baku dalam distribusi normal dengan probabilitas (a) ± 6 (enam) atau sama dengan Pvalue = 0,999996 atau efektivitas sebesar 99,9996%.

Standar Six Sigma dalam proses produksi dikenal dengan istilah defectively rate of process dengan nilai sebesar 3,4 defektif di setiap juta unit/proses. Artinya, dalam satu juta unit/proses hanya diperkenankan mengalami kegagalan/cacat produk sebanyak 3,4 unit/proses. Dengan demikian, derajat konsistensi Six Sigma adalah sangat tinggi dengan simpangan baku yang sangat rendah.

Dibanding dengan metode pengendalian mutu lain, Six Sigma memiliki keunggulan pada fungsi-fungsi proses. Six Sigma tidak sekedar berorientasi pada mutu produk/jasa, tetapi juga pada seluruh aspek operasional bisnis dengan penekanan dalam fungsi-fungsi proses (Hidayat, 2007). Hidayat menjelaskan bahwa Six Sigma adalah sebuah konsep dan metodologi yang terfokus pada upaya penciptaan nilai produk dan jasa yang bertaraf world class, yang bergerak seiring dengan upaya pengembangan dan peningkatan kinerja di dalam aktivitas bisnis, pembangunan struktur organisasional kerja yang terlibat didalamnya, serta penyusunan peta proses kerja bisnis korporasi secara aktual dan nyata. Prinsip dasar implementasi Six Sigma adalah on a project-by-project team, dengan pemanfaatan personil atau tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.

(40)

18

bidang manajemen mutu. Six Sigma yang diterapkan oleh Motorola ini diterima secara luas oleh dunia industri, karena sistem-sistem manajemen mutu yang ada tidak mampu melakukan peningkatan mutu secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol (zero defect). Banyak sistem manajemen mutu seperti Malcom Baldrige National Quality Award (MBNQA), ISO 9000 dan lain-lain hanya menekankan pada upaya peningkatan mutu terus-menerus berdasarkan kesadaran mandiri manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh bagaimana terobosan harus dilakukan untuk meningkatkan mutu secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol.

Prinsip pengendalian dan peningkatan mutu Six Sigma Motorola mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti Motorola selama kurang lebih sepuluh tahun setelah implementasi konsep Six Sigma telah mampu mencapai 3,4 DPMO (defect per million opportunities-kegagalan per satu juta kesempatan). Beberapa keberhasilan Motorola yang patut dicatat dari aplikasi program Six Sigma adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan produktivitas rataan 12,3% pertahun.

2. Penurunan Cost of Poor Quality (COPQ) lebih daripada 84%. 3. Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7%.

4. Penghematan biaya manufacturing lebih dari $11 milyar.

5. Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rataan 17% dalam penerimaan keuntungan dan harga saham Motorola.

2.7. Fase Six Sigma

(41)

a. Define adalah mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.

b. Measure adalah mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline measurement) agar dapat dibandingkan dengan target yang diterapkan. Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan indikator kinerja kunci (KPIs).

c. Analyze adalah menganalisa hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan. d. Improve adalah mengoptimalisasikan proses menggunakan analisis-analisis

seperti Design of Experiments (DOE) dan lain-lain, untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses.

e. Control adalah melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma.

Pengimplementasian Six Sigma dalam pengendalian cacat produk dapat dilakukan dengan pendekatan DMAIC sebagai tahapan pelaksanaannya. Contoh penggunaan pendekatan DMAIC dalam pengendalian mutu produk dapat ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel. 2 Tinjauan strategi perbaikan proses pada model DMAIC Define Identifikasi masalah

Definisi kebutuhan Tetapkan tujuan

Measure Pertegas permasalahan / proses Membenarkan pengetahuan tujuan Ukur langkah-langkah inti

Analyze Kembangkan hipotesis

Identifikasi akar penyebab utama Validasi hipotesis

Improve Kembangkan ide untuk menghilangkan akar penyebab permasalahan

Uji solusi

Tetapkan solusi / hasil pengukuran

(42)

20

Sumber : Miranda dan Tunggal, 2006

Implementasi Six Sigma dengan pendekatan DMAIC dapat menggunakan beberapa alat pengumpulan data, metodologi dan alat analisis pengambilan keputusan yang akan membantu implementasi Six Sigma. Gaspersz (2007) menyebutkan pengunaan tools dalam DMAIC sebagai define, measure, analyze, improve dan control seperti dimuat pada Tabel 3.

Tabel 3. Metodologi DMAIC Six Sigma

Define Mendefinisikan permasalahan dengan bantuan Quality Function Deployment (QFD)

Measure Pengumpulan data Mapping Proses COPQ

Analyze Analisa data yang terkumpul Control Chart

Pareto

Diagram Korelasi

Improve Solusi yang direkomendasikan Implementasi solusi

(43)

Lanjutan Tabel 3.

Control Melanjutkan peningkatan

Secara terus-menerus memonitor kinerja Diagram control

Process sigma value COPQ

Sumber : Gaspersz, 2007

Pande, et al (2000) menyatakan bahwa penggunaan DMAIC tidak dapat digunakan secara sembarangan, karena ada tiga kualifikasi yang mendasari, yaitu :

1. Ada celah antara kinerja sekarang dengan kinerja yang diharapkan. “Kenali dulu bagian dari proses yang bermasalah”. Pertama-tama harus menentukan permasalahan apa yang dipecahkan, atau kesempatan apa untuk diraih. 2. Penyebab masalah tidak dapat dipahami secara benar. Perusahaan mungkin

hanya mengerti secara teori, tetapi tidak mengetahui akar penyebab masalah, atau solusi perusahaan untuk mengatasi masalah tidak berjalan efektif.

3. Solusi belum ditetapkan, apalagi yang optimal. Bila perusahaan sudah merencanakan perubahan jangka pendek, masih ada kesempatan untuk menerapkan Six Sigma, “Penetapan secara cepat” dapat menghemat waktu untuk menetapkan analisis yang lebih akurat. Bila suatu usaha secara nyata telah dijalankan untuk menjembatani “celah” tersebut, maka penerapan Six Sigma tidak akan berguna. Kinerja perusahaan dapat “melampaui” DMAIC bila penetapan tepat atau solusinya benar-benar tepat. Tidak ada kebijakan Six Sigma yang melarang melakukan sesuatu selama pendekatan dalam pencapaian perbaikan terjamin.

2.8. Keunggulan Six Sigma

(44)

22

1. Dimulai dari pihak pelanggan. Six Sigma mengukur permintaan dalam arti sebenarnya dari apa yang dibutuhkan pelanggan. Hal ini menguntungkan kedua belah pihak dalam memikirkan apa-apa yang benar-benar penting. 2. Menyediakan pengukuran yang sifatnya konsisten. Dengan berfokus pada

cacat atau kemungkinan terjadinya cacat, pengukuran Six Sigma dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan proses-proses yang benar-benar berbeda di dalam organisasi atau antar organisasi. Begitu anda mendefinisikan kebutuhan secara jelas, anda akan dapat mendefinisikan “cacat” dan mengukur hampir tiap aktivitas atau proses usaha.

3. Menyatukan tujuan yang penuh ambisi. Dengan memusatkan perhatian seluruh organisasi pada tujuan kinerja 99,9996% dapat membuat perbaikan yang cukup nyata.

Six Sigma memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Sistem Manajemen Mutu yang lain seperti ertifikasi ISO 9000 dan Total Quality Management. Keunggulan Six Sigma dibanding sistem manajemen mutu lain adalah :

1. Menggunakan isu biaya, siklus waktu dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yang harus diperbaiki.

2. Six Sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yang terukur. 3. Six Sigma memadukan semua tujuan, organisasi dalam satu kesatuan.

Mutu hanyalah salah satu tujuan dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya.

4. Six Sigma menciptakan change agent yang bukan bekerja di Quality Departement. Green Belt adalah para operator yang bekerja pada proyek Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya.

(www.wikipedia.org/wiki/PerbedaanSixSigmadanTotalQualityManagement, 2008)

(45)

Tunggal. Miranda dan Tunggal (2006) mengungkapkan keunggulan-keunggulan lain Six Sigma, yaitu :

1. Six Sigma memungkinkan adanya integrasi dan penyatuan bagian bawah sampai atas manajemen.

2. Tujuan yang ditetapkan pada Six Sigma perspective jelas.

3. Six Sigma tidak hanya diterapkan pada bidang jasa dan proses transaksional, tetapi juga di bagian manufacturing.

Selain memiliki banyak kelebihan, Six Sigma tetap memiliki kekurangan dan kelemahan dalam implementasinya. Beberapa kelemahan Six Sigma menurut Chandra (2002) adalah :

a. Phobia terhadap statistik . Butuh waktu dan kemauan untuk mempelajari statistik yang menjadi dasar Six Sigma. Banyak orang langsung „alergi‟ mendengar kata statistik.

b. Biaya pelatihan sumber daya untuk memberi pelatihan kepada sejumlah orang, bukan hanya biaya pelatihan tapi juga kegiatan yang terganggu atau harus digantikan orang lain. Dengan biaya puluhan bahkan ribuan dollar hanya perusahaan besar yang mempunyai modal awal cukup untuk memulai program Six Sigma ini.

c. Pengukuran CTQ

Selain subjektivitas, CTQ juga terkadang tidak dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Misalnya CTQ = jumlah pesawat yang tinggal landas tepat waktu atau jumlah kecelakaan di suatu lokasi konstruksi. Ukuran ini tidak mengukur seberapa terlambat pesawat tersebut atau seberapa serius kecelakaan yang terjadi.

d. Ketidakmampuan melihat secara sistem

(46)

24

2.9. Analisis Sistem

Menurut definisi Manetsch dan Park dalam Eriyatno (1999), Sistem adalah suatu gugus dari unsur yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan.

Analisa suatu sistem didasarkan pada penentuan informasi yang terperinci yang dihasilkan selama tahap demi tahap proses. Bila memungkingkan, hal ini dikembangkan menjadi suatu pertanyaan tentang bagaimana sistem harus bekerja agar memenuhi kebutuhan yang ditentukan, serta kriteria jalannya sistem yang spesifik agar mengalami optimal. Pernyataan analisa sistem didefinisikan secara terperinci, yaitu sebagai semua hal relevan terhadap peubah-peubah yang ditetapkan dan peubah rancangan yang dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi kelakuan system dan lingkungan dimana sistem itu berjalan, sehingga output yang tidak diharapkan dapat dihindari. Analisa tersebut kemudian ditulis dalam diagram alir

diskriptif (Eriyatno,

1999).

Gambar 1. Kerangka analisis system

2.10. Proses Hirarki Analitik

Proses hirarki analitik (PHA) adalah metode atau alat yang dapat digunakan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan

Input Eksternal

Output Yang Dikehendaki

Input Lingkungan

Input Terkontrol Output Tidak Dikehendaki Sistem

(47)

prediksi dan pengambilan keputusan. PHA merupakan suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya.

Prinsip dasar penyusunan hirarki analitik adalah penyusunan hirarki yang memecah persoalan menjadi unsur-unsur terpisah, penetapan prioritas yang menentukan peringkat unsur-unsur menurut kepentingannya dan konsistensi logis yang menjamin bahwa semua unsur dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan. Cara yang paling umum untuk menyusun sebuah hirarki adalah dengan mempelajari literatur mengenai sistem yang dipelajari atau melakukan diskusi dengan pihak atau orang yang berhubungan dengan sistem. Hirarki dalam metode ini terdiri dari fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif (Saaty, 1991).

Saaty (1991) juga menyebutkan bahwa hirarki merupakan abstraksi hubungan antara unsur-unsur dalam struktur pada keseluruhan sistem yang dipelajari. Abstraksi merupakan bentuk hubungan antara unsur yang menggambarkan sistem secara keseluruhan.

Gambar 2. PHA (Saaty,1991)

Sasaran utama

Faktor yang berpengaruh

Pelaku yang terlibat

Tujuan dari pelaku

Alternatif penyelesaian Fokus

Faktor

Aktor

Tujuan

(48)

26

Keuntungan pemanfaatan hirarki dalam pemecahan masalah menurut Saaty (1991) adalah :

1. Hirarki mewakili suatu sistem yang dapat menerangkan bagaimana prioritas pada level yang lebih tinggi dapat mempengaruhi prioritas pada level yang lebih rendah.

2. Hirarki memberikan informasi rinci mengenai struktur dan fungsi dari sistem pada level yang jauh lebih rendah dan memberikan gambaran mengenai aktor dan tujuan pada level yang lebih tinggi.

3. Sistem akan menjadi lebih efisien, jika disusun dalam bentuk hirarki dibandingkan dalam bentuk lain.

4. Bersifat stabil dan fleksibel dalam arti penambahan unsur pada strktur yang telah tersusun baik tidak akan mengganggu penampilannya.

PHA memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini tergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hirarki suatu masalah dan tergantung pada logika, intuisi dan pengalaman untuk memberi pertimbangan. PHA menunjukkan bagaimana menghubungkan unsur-unsur dari suatu bagian masalah dengan unsur-unsur dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran yang dapat membedakan setiap pendapat dan mempunyai keteraturan, sehingga memudahkan transformasi dalam bentuk pendapat kedalam nilai angka (Saaty, 1991).

2.11.Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu mengenai manajemen mutu dengan metode Six Sigma adalah :

(49)

penyebab es menjadi cacat. Proses perbaikan pada sistem produksi es balok dan CTQ harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga kekurangan yang terjadi dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan mendatang. Target yang dijadikan sasaran perbaikan perlu diformulasikan, sehingga tepat sasaran.

(50)

III. METODE PENELITIAN

3.1 . Kerangka Pemikiran Penelitian

Seiring dengan perkembangan jaman yang meningkatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), persaingan dunia usaha bukan saja menjadi persaingan industri di tingkat regional dan nasional, tetapi menjadi persaingan bisnis tingkat global. Meluasnya cakupan bisnis ini menuntut perusahaan untuk senantiasa meningkatkan mutu produknya. Hanya perusahaan yang mampu menjaga mutu produknya yang mampu bertahan di pasar. Dalam hal ini pengendalian mutu bukan saja menjaga mutu produk perusahaan, tetapi juga menghemat biaya mutu yang harus dikeluarkan perusahaan akibat produk cacat.

Pada industri mobil, PT. ASTRA Daihatsu Motor (PT. ADM) yang merupakan bagian dari PT. ASTRA Internasional adalah pemain yang cukup diperhitungkan dalam persaingan industri otomotif Indonesia. PT. ADM memiliki pabrik manufaktur yang mengerjakan beberapa proses seperti stamping, assy, engine dan casting. Proses pengerjaan tersebut memerlukan pengawasan mutu yang baik, sehingga visi perusahaan untuk menjadi bagian dari pasar otomotif kelas dunia dapat tercapai.

(51)

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. ASTRA Daihatsu Motor Casting Plant Karawang guna mengetahui permasalahan mutu di PT. ADM Casting Plant.

PT. ASTRA Daihatsu Motor

Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia

Divisi Keuangan

Divisi Pemasaran

Kondisi yang diinginkan Kondisi saat ini

Analisis Sistem dengan Wawancara

Pembuatan Kerangka AHP

Penggunaan Metode AHP untuk Pengambilan Keputusan

Divisi Produksi

Prospek Penerapan Strategi Six Sigma pada Pengendalian Mutu Produksi PT. ADM

Casting Plant

(52)

30

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan otomotif besar di Indonesia yang sukses dan melakukan pengendalian mutu produksi. Waktu penelitian dari bulan Februari sampai dengan April 2009.

3.3.Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan melalui pendekatan berikut :

a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Hal ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak manajemen perusahaan yang terkait untuk memperoleh data awal guna analisis sistem (Lampiran 1). Wawancara dilakukan pada kepala divisi produksi, bagian pengendali mutu, bagian bahan baku dan operator produksi. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner kepada pakar/aktor dalam Hirarki analitik. Bentuk Hirarki analitik dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Pengamatan Langsung (Observasi)

Hal ini dilakukan melalui pengamatan dan peninjauan secara langsung ke perusahaan, bagaimana proses produksi dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang kegiatan produksi dan quality control (QC) guna melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara.

Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber dan literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yaitu sumber dari kumpulan data yang dimiliki oleh pihak perusahaan, bahan pustaka, artikel, jurnal, fasilitas internet dan hasil-hasil penelitian terdahulu.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Gambar

Tabel 1. Konversi DPMO tehadap nilai sigma
Tabel. 2 Tinjauan strategi perbaikan proses pada model DMAIC
Tabel 3. Metodologi DMAIC Six Sigma
Gambar 1. Kerangka analisis system
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan teknik wacana rumpang dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar bahasa

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan nilai yang berbanding lurus antara kerapatan lamun dan kelimpahan ikan baronang, kerapatan lamun

Selanjutnya, terkait dengan pengunaan alat bukti akte di bawah tangan, maka ditentukan bahwa suatu tulisan di bawah tangan yang telah diakui oleh orang terhadap siapa tulisan

Terdapat pengaruh positif signifikan company size terhadap pengungkapan Corporate Social Responbility hal ini diartikan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka

Instagram merupakan salah satu media yang efektif untuk digunakan sebagai salah satu media promosi yang dapat meningkatkan penjualan kamar.. JOM

Barangkali dapat dibudidayakan lagi ke arah yang lebih besar, terutama untuk penyemaian daerah-daerah lain yang memiliki iklim senada dengan Jurang Jero, Muntilan itu..

atau pelarut lain yang sesuai ke dalam labu titrasi dan titrasi dengan. pereaksi sampai titik akhir secara elektrometrik atau visual

(c) Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala pemanfaatan alat bukti rekaman suara pada proses penyelidikan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia