• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi genetik karakter hortikultura dan ketahanan terhadap cucumber mosaic virus dan chilli veinal mottle virus pada cabai (Capsicum annuum L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi genetik karakter hortikultura dan ketahanan terhadap cucumber mosaic virus dan chilli veinal mottle virus pada cabai (Capsicum annuum L)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

STUD1 GENETIK KARAKTER HORTIKULTURA DAN

KETAHANAN TERHADAP CUCUMBEX MOSAIC WRUS

DAN CHILLI VEINAL MOTTLE WRUS

PADA

CABAI (Capsicurn cmnuurn L.)

AGUS RIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANZAN BOGOR

BOGOR

(2)

PEKNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Genetik Karakter Hortikultura dan Ketahanan terhadap Cucumber Mosaic Virus dan Chilli Veinal n//otrle Virzrs pada Cabai (Capsictnn annuton L.) adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

iinggi inanapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan d a l m

Daftar

Pustaka di bagian hkhir iesis ini.

Bogor, September 2007

(3)

ABSTRACT

AGUS RIYANTO. Genetic Study of Horticulture Character and Resistance to

Cucumber iMosaic T'irzrs and Chilli Veinal A4ottle Virus in Chili (Capsicum unnuznn L.). Supervised by SRIANI SUJIPRIHATI, and SRI HENDRASTUTI NIDAYAT.

Czrantnber mosaic vjrus (ChlV) dan clzilli veinal mottle virus (ChiVMV) are iotlsidrred inajor viruses that mav cause significant yield losses in chili pepper (C. nnnuuin). The use of resistance variety is becoming impoltant fnr controlling virus infection since other methods were not effective. Genetic information. such as genetic parameter, combining ability, and heterosis is required in order to develop resistance variety.

The research involved three activities, i.e. (1) Evaluation of horticulture character; (2) Evaluation of chili response to CMV; and 3) Evaluation of chili response to ChiVMV.

The objectives of the 1" activity were (I) to evaluate genotypes for hodiculture character and (2) to estimate genetic parameter, general combining ability (GCA), specific combining ability (SCA) and heterosis of horticulture character. One set of population from half diallel mating, involving 6 parents and

15 hybrids were used in this research.

The objectives of the 2nd and the 3rd activities were (1) to estimate genetic parameters, general combining ability (GCA), specific combining ability (SCA) and heterosis of resistance to CMV and resistance to ChiVMV character and (2)

to evaluate genotypes for their response to CMV and ChiVMV infection. Two sets of population from ha!f diallel mating, involving 6 parent and 15 crosses for each set, were used in this research. One set of these population were inoculated with CMV isolate 02 and another set with ChiVMV isolate Cikabayan. Infection of the viruses were c o n f i i e d by DAS-ELISA. Furthermore, absorbance value of ELISA was used as an indicator of virus titer for calculation of combining ability and heterosis estimation.

It was evidenced that heterosis occurred due to interaction between genes controlling number of fruits and those controlling overdominance for fruit yield per plant, days of harvesting, resistance to Ch4V and resistance to ChiVMV. This gene interaction can be used for deve1opi;ig improved hybrid varities. General combing ability (GCA) effect will influence specific combining ability (SCA) in which the latter is responsible for improvement of heterosis. Narrow sense heritability values of horticulture character, resistance to CMV and resistance to ChiVMV were high and narrow sense heritability values were range from low to high. Resistance to CMV and ChiVMV were controlled by each recessive and dominant gene. Two parents i.e. IPB C14 and IPB C10 can be used as donor parents for developing both CMV and ChiVMV resistance chili varieties, whereas IPB C1 can be used as donor parents for developing ChiVMV resistance chili varieties only. Three hybrids showed resistance to CMV and 6 hybrids showed resistxlct only to Chi\ll\.lV.

(4)

RINGKASAN

AGUS RIYANTO. Studi Genetik Karakter Hortikultura dan Ketahanan terhadap

Cucunzber Mosaic Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus pada Cabai (Cupsictmz annuurn L.). Dibimhing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan SRI HENDRASTUTI NIDAYAT.

Cucumber nzosuic virzrs (CMV) d m chil!i veil7ul tno//le virzrs ( ChiVMV) merupakaii dua v i m pcnting yang menginfe~si cabai di Asiz dan telah di1apod:an tersebar luas di Indonesia. Salali satu strategi untuk mengendalikau kedua virus tersebut adaleh penggunaan varietas tahan. Petdkitan varietas tahan CMV dan ChiVMV akm lebih mudah jika tersedia informasi kendali genetik karakter yang diinginkan. Studi genetik untuk mempelajari parameter genetik suatu sifat, lnenduga nilai daya gabung: menduga nilai heterosis dan menddgz nilai heritabilitas dapat dilakukan menggunakan analisis silang setengah dialel.

Penelitian meliputi tiga percobaan yaitu: (1) evaluasi karakter hortikultura,

(2) evalusi respon tanaman terhadap CMV, dan (3) evalusi respon tanaman terhadap ChiVMV.

Percobaan 1 bertujuan untuk memperoleh (1) genotipe yang memiliki penampilan hortikultura terbaik, dan (2) informasi tentang parameter genetik, nilai DGU, nilai DGK dan nilai heterosis karakter hotikultura. Percobaan ini menggunakan 21 genotipe yang terdiri atas 6 tetua dan 15 hibridanya. Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan Nayman, Griffing dan Fehr.

Percobaan 2 dan 3 bertujuan untuk memperoleh (1) informasi tentang parameter genetik, nilai DGU, nilai DGK dan nilai heterosis karakter ketahanan terhadap CMV dan ChiVMV, dan (2) genotipe tnhan CMV dan ChiVMV. Kedua percobaan ini masing-masing menggunakan 21 genotipe yang terdiri atas 6 tetua dan 15 hibridanya. Isolat yang digunakan adalah CMV isolat 02 dan ChiVMV isolat Cikabayan. Analisis setengah dialel dan pendugaan heterosis karakter ketahanan terhadap CMV dan ChiVMV dilakukan menggunakan h a i l ELISA menggunakan pendekatan Hayman, Griffing dan Fehr. Pengelompokkan tipe ketahanan menggunakan metode yang dikemukan oleh Dolores.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh informasi bahwa interaksi gen pada karakter jumlah buah dan overdonzinance pada karakter bobot buah per tanaman: umur panen, ketahman terhadap CMV &n ketahanan terhadap ChiVMV menyebabkan heterosis dan dapat dimanfaatkan untuk pembentukan varietas hibrida. Efek DGU a k m mempengaruhi efek DGK dan efek DGK adalah konlponen yang bertanggungjawah pada peningkatan heterosis. Nilai heritabilitas arti luas pada semua karakter hortikultura yang diamati, ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap ChiVhN memiliki kriteria yang tinggi. Nilai heritabilitas arti sempit berkisar dari rendah sampai tinggi. Ketahanan cabai terhadap CMV dikendalikan 1 kelompok gen resesif dan ketahanan cabai terhadap ChiVMV dikendalikan 1 kelompok gen dominan. Tetua IPB C14 dan IPB C10 dapat dijadikan tetua donor ketahanan terhadap CMV dan ChiVMV dan IPB C1 dapat dijadikan tetua donor ketakaaad terhadap CMV. Tiga hhrida Serpotznsi dijadikan hibrida tahan CMV dan ChiVMV serta 6 hibiida berpotensi dijadikan hibrida tahan ChiVMV.

(5)

O

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1 Dilarang mengutip sebagian atau selumh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b Pengutipan tidak memgikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

STUD1 GENETIK KARAKTER HORTIKULTURA DAN

KETAHANAN TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUS

DAN CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS

PADA

CABAI (Capsicum annuutn

L.)

AGUS RIYANTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperaleh gelar Magister Sains pada

Departemen Agronomi d m Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT P E R T A N M BOGOR

(7)

Judul Tesis : Studi Genetik Karakter Hortikultura dan Ketahanan terhadap

Cucumber Mosaic Jrirus dan Chilli Veinal Mottle J'irus pada Cabai (Capsicum anntiunz L.)

Nama Mahasiswa : Agus Riyanto

Nomor Pokok : A35 1040071

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sriani Suiiprihati, MS. Dr. Ir. Sri Hendrastuti HidGat. MSc.

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Progam Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(8)

PRAKATA

Puji syukur atas segala ridho, rahmat dan hidayah Allah SWT sehingga

tulisan ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang berjudul Studi Genetik Karakter

fiorlikultura dan Ketahanan terhadap Cucunzber Mosaic Vil.lrs dan Chilli Veinal Moltle I*'iru.s pada Cabai (Capsicum annuun: L.) merupakan kelenkapan tugas akhir untuk men~peroleh ge:ar Magister Sains pada Sekolah Pascasrjana IPB.

Penelitian dan penulisan tesis ini di bawah bimbingan Dr. Ir. Sriani

Sujiprihati, MS. dan Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc. Terimakasih dan

penghargaan penulis sampaikan atas bimbingan dan arahan yang diberikan sejak

penyusunan, perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga selesai penulisar~.

Terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Dr. M. Syukur SP, MSi.

atas masukan dan saran sebagai penguji luar komisi szat sidang tesis.

Terimakasih juga diucapkan kepada SPMU TPSDP BATCH I11 Universitas

Jenderal Soedirman selaku pemberi beasiswa selama penulis menempuh studi dan

Tim Program Penelitian Kerjasama Faperta-AVRDC 2006 yang diketuai oleh Dr.

Ir. Sri Hendarstuti H, M.Sc. se& Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S. (anggota Bidang

Pemuliaan Tanaman) selaku penyandang dana penelitian.

2enghargaan penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Jenderal

Soedirman, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Program Studi Pemuliaan

Tanaman yang telah memberikan izin belajar serta Rektor Institut Pertanian

Bogor. Direktur Sekolah Pascasajana IPB dan Ketua Program Studi Agronomi

Sekolah Pascasajana IPB yang telah menerima penulis untuk melanjutkan S2.

Disatnpicg itu, terimakasih disampaikan kepada Kepala Bagian Genetika

dan Pe~nuliaan Tananan Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB atas

bantuan bahan genetik dan fasilitas di Laboratorium Pendidikan Pemuliaan

Tanaman dan Kepala Laboratorium Virologi Departemen Proteksi Tanaman IPB

atas bantuan fasilitas penelitian di Laboratorium Virologi dan rumah kaca di

Cikabayan.

Tidak ketinggalan terimakasih dan penghargaan diucapkan kepada asisten

peneliti di Labdik Pemuliaan Tanaman Siti Manviyah, SP. dan Suhartini, SP.;

teknisi lapang di Kebun Tajur I1 Bu Ade d m Pak Kardi; teknisi Laboratorium

(9)

Rahmi Yunianti, Zahratul Millah, Ismi Yulianah, Latifah dan Siti Hafiah; dan

Staf fzngajar, Laboran dan Teknisi di Program Studi Pemuliaan Tanaman Faperta

UNSOED atas dukungai~ dan segala bantuan yang diherikan. Ungkapan

terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Ibunda Suripah, Ayahanda

Adi Pramono dan keluarga di Pasir serta Pekuncen atas doa. dukungan dan kasih

sayangnya.

Semoga karya tu!is ini dapat bermanfaat bagi pengembangan iimu

pengetahuan.

Bogor, September 2007

(10)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 2 Agustus 1977. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan Adi Pramono dan Suripah.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pemuliaan Tanaman

Fekultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, lulus tahun 2002.

Pada tahun 2004 ~ e n u l i s diterima di Program Studi Agronom; Sekolah

P a s c a s a j a n ~ IPB. Beasiswa pendidikan pascacajana diperoleh dari SPMU

TPSDP Eatch 111 Universitas Jenderal Soedirman.

Penulis bekeja sebagai staf pengajar kontrak pada Program Studi

Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto sejak tahun 2003 dan pada tahun 2004 diangkat sebagai staf pengajar

(11)

DAFTAR IS1

Halarnan

. .

DAFTAR TABEL

...

XII

DAFTAR CiAMBAR

...

xiv

DAFTAR LAMPIRriN

...

xv

I FENDAHULUAN

Latar Belakang

. .

...

1 Tujuan Penel~t~an ...

. .

3 Ruang Lingkup Penel~t~an

...

4

I1 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi; 3otani dan Syarat Tumbuh Cabai

...

6

Cucumber Mosaic Virus (CMV)

...

8

Chilli Veinal ,'doi/le Virus ( C h i V W )

...

9

. . .

...

Analls~s Sllang Dialel 10

Heterosis

...

13

111 ANALISIS SILANG SETENGAH DIALEL KARAKTER

HORTIKULTURA CABAI (Capsicun~ annuunz L.)

Abstrak

...

15 Pendahuluan

...

15 Bahan dan Metode

...

17

...

Tempat dan Waktu 17

Bahan

...

17

...

Metode 17

Hasil dan Pernbahasan

...

20

...

Pendugaan Parameter Genetik 21

...

Daya Gabung 27

...

Heterosis Dan Heterobeltiosis 31

IV RESPON TANAMAY CABAI (Capsinta annuum L . ) TERHADAP

CUCUMBER I ~ ~ O S A I C VIRUS DAE CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS

Abstrak

...

36 Pendahuluan

...

36 Bahan dan Metode ... 37

...

Ternvat dan Waktu 37

Bahan

...

37 Metode

...

37 Hasil dan Pembahasan

...

39

7

S1mpulan

...

4-
(12)

V ANALISIS SILANG SETENGAH DIALEL KARAKTER

KETAHANAN CABAI (Cupsicurn annuunz L.) TERHADAP

CUCUMBER MOSAIC J/(RUS DAN CHILI VEINAL MOTTLE VIRUS

Abstrak

...

44

Pendahuluan ... 44

Bahan dan Metode

...

46

Tempat dan Waktu

...

46

Bahan

...

46

Metode

...

46

...

Ilasil Dan Pembahasan 48

...

...

Pendugaan Parameter Genetik 1 48 Daya Gabung

...

52

Heterosis Dan Heterobeltiosis

...

54

Simpulan

...

55

Daftar Pustaka

...

56

VI PEMBAHASAN UMUM

...

58

VII SIMPULAN UMUM DAN SARAN Saran

...

66

VIII DAFTAR PUSTAKA

...

68
(13)

DAFTAR

TABEL

Halaman

1 Genotipe cabai bahan penelitian

...

17

2 Persilangan setengah dialel dan selfing enam tetua

...

IS

3 Jenis dan dosis pup& serta ..valitu pemupukas tanaman cabai ... 20

4 Ku?.drat ten& karakter horiikultur; yalig riialuati pada 21 ger~otipe

cabai

...

20

5 Pendugaan parameter genetik karakter hotikultura menggunakan analisis silang setengah dialel

... ...

22

6 Nilai (Wr+Vr) karakter hortikultura 6 tetua cabai

...

24

7 Kuadrat tengah daya gabung karakter hortikultura yang diamati pada 21 genstipe cabai

...

28

8 Komponen ragam DGU, DGK dan proporsi ragaln DGK terhadap ragam DGU karakter hortikultura yang diamati pada 21 genotipe cabai

...

28

9 Nilai tengah, DGU dan DGK karakter hortikultura yang diamati pada 21 genotipe cabai

...

...

30

10 Nilai duga heterosis dan heterobeltiosis karakter hortikultura yang diamati pada 15 genotipe cabai

...

3 1

11 Kespon 21 genotipe cabai terhadap CMV dan ChiVMV

...

41

12 Kelas CMV dan kelas ChiVMV berdasarkan nisbah nilai absorban

ELISA ... 47 13 Kuadrat tengah analisis ragam karakter ketahanan berdasarkan kelas

CMV dan kelas ChiVMV pada cabai

...

48

14 Pendugaan parameter genetik karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV dan kelas ChiVMV

...

49

15 Nilai (WrtVr) karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV dan kelas

ChiVMV 6 tetua cabai

...

...

...

30

16 Kuadrat tengah daya gabung karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV dan kelas ChiVMV pada cabai

...

52

17 Kornponen ragam DGU, DGK dan proporsi ragarn DGK terhadap ragam DGU karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV dan kelas ChiVMV

pada cabai

...

52

18 Respon 21 genotipe cabai terhadap CMV clan ChiVMV. nilai DGU Jan nilai DGK karakter ketahanan berdasarkan M a s CMV dan kelas

ChiVMV

...

53

19 Nilai duga heterosis dan heterobeltiosis karakter ketchanal berdamkan

kelas CMV dan kelas ChiVMV pada 15 hibrida cabai

...

54
(14)

21 Setengah dialel

...

75
(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian studi genetik karakter hortikultura dan ketahanan terhadap cucumber ntosuic virus dan cl7illi veinal moltle virus pada cabai

(Cqsicz!rn dnnz!!u~z

LG

...

5

2 S e v n g tetua ~nenggu~lakan sungkup kasa

... ... ... ... .

18

3 Teknik persilangan buatan pada cabai

...

19

4 Hubungan peragam (Wr) dan ragam (Vr) karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah dan panjang buah

...

25

5 Hubungan peragam (Wr) dan ragam (Vr) karakter diameter buah dan umur panen

...

27

6 Teknik inokutasi virus secara mekanis pada cabai

...

38

7 Gejala infeksi CMV pada daun cabai

...

39

o

Gejala infeksi ChiVMV pada daun cabai

...

39
(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

. .

1 Metode a n a l ~ s ~ s setengah dialel

...

75

2 Korelasi karakter hortikultura, ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap ChiVMV yang diamati pada 21 genotipe cabai

...

80

3 Nilai tengah tetua, hibrida, ni!ai heterosis d2n heterobeltiosis karakter bobot buah per tanaman 15 hibrida yang diuji

...

90

4 Nilai tengah tetua, hibrida, nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter

. . .

jumlah buah 15 hibrida yang dlujl

...

81

5 Nilai tengah tetua, hibrida, nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter

. . .

panjang buah 15 hibrida yang dlujl

...

81

6 Nilai tengah tetua hibrida, nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter diameter buah 15 hibrida yang diuji

...

82

7 Nilai tengah tetua hibrida, nilai heterosis

. .

. . .

dm heterobeltiosis karakter Umur panen 15 hlbnda yang ~ I U J I

...

82

8 Nilai tengah tetua, hibridq nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV 15 hibrida yang diuji

...

83

9 Nilai Tengah Tetua, Hibrida, Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis karakter ketahanan berdasarkan kelas ChiVMV 15 hibrida yang diuji

...

83

10 Penampilan buah cabai hibrida tahan CMV dan ChiVMV

...

84

1 1 Penarnpilan buah cabai hibrida tahan ChiVMV

...

84
(17)

I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Cnpsiczm~ spp) merupakan sayuran penting di dunia dan termasuk spesies pertama yang ditemukan telah digunakan manusia di seluruh dunia (Berke

200U). Luas pertanaman cabai dunia diperkirakan sekitar 1.25 juta hektar dzngan

pertumbuhan rata-rats 0.5%. Produksi cabai dunia mencapai 11 2 juta ton dan 4.3

juta ton dihasilkan ole11 nzgara-negara Asia seperti India, Indonesia, China dan

Korea (Xuefeng 1999).

Lima spesies cabai yaitu Capsicum pubescens, C. baccafum; C. chinense, C. ~ustescens dan C. annuum telah didomestikasi, dideskripsi dan dipelajari secara intensif (Greenleaf 1986; Pickersgill 1997; Berke 2000). Cabai merah

(C. annuum) merupakan spesies j.;ni, dibudidayakan paling luas dan merupakan

spesies yang bemilai ekonorni penting dari &:nus Capsicum, yang memiliki tipe buah rnanis hingga sangat pedas (Rubatzky & Yamaguchi 1997; Bosland &

Votava 2000; Zhang 2005).

Cabai dapat dikonsumsi dalam benfuk buah segar, kering atau bentuk

olahannya. Satu juta orang diperkirakan rnengkonsumsi cabai segar atau bentuk

olahannya dalam satu hari (Zhang 2005). Cabai kaya akan vitamin C, A dan B,

potasium, fosfor dan kalsium (Xuefeng 1999; Bosland & Votava 2000).

Kandungan kimia cabai merupakan bagian penting dalam obat-obatan, pewarna

makanan dan kosmetika (Taychasinpitak & Taylviya 2003; IISR 2006).

Luas panen cabai merah Indonesia rnencapai 110 170 hektar dengan

produksi 714 705 ton per tahun pada tahun 2004 dan menurun rnenjadi 103 531

hektar dengan produksi 661 730 ton per tahun pada tahun 2005 (Deptan 2007).

Luas panen cabai merah tidak diimbangi dengan produktivitas yang tinggi.

Produktivitas cabai merah Indonesia masih jauh dari potensi produksinya yang

mencapai 12 ton per hektar (Duriat 1996) dan mengalami penurunan dari 6.49 ton

per hektar pada tahun 2004 menjadi 6.39 ton per hektar pada tahun 2005.

Produktivitas cabai merah di Indonesia yang r~ndah dan mengalami penurunan

antara lain disebabkan o ~ e h pengguliaan varietas berdaya hasil rendah dan atau

(18)

Penyakit pada cabai dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri, cendawan dan

virus. Infeksi virus pada cabai dapat menyebabkan kegagalan panen (Greenleaf

1986) dan paling sulit dikendalikan (Suzuki el 01. 2003). Sulyo el ul. (1993) menyebutkan bahwa sekitar 40 virus mampu menginfeksi tanaman cabai,

sedangkan Duriat el rrl. (1995) nlenyatakan bahwa sekitar 45 virus yang berbeda mampu menginfeksi tanaman cabai. Cuczmlher mosuk virus (CMV) dan chilli veitzul mottle virus (ChiVMV) merupakan 2 virus penting yang menginfcksi cabai di Asia (AVRDC 1994, 2006, 2001; Berke 2002) dan telah dilaporkan tersebar

luas di Indonesia (Sulyo el al. 1995; Taufik et 01.2006; Ditlinhorti 2066).

Infeksi CMV dan ChiVMV menjadi faktor pembatas produksi cabai dan

menyebabkan ketidakstabilan produktiviras serta rnenurunkan kualitas dan

kuantitas hasil cabai. Infeksi CMV menyebabkan buah berkerut, bergelombang,

benvarna pucat hijau kekuningan dan terkadang terbentuk lesiu kecil (Cerkauskas

2004a). Kehilangan hasil akibat infeksi CMV dapat rnencapai 90% tergantung

varietas tanaman dan strain CMV yang menginfeksi (AVRDC 2000). Hasil

penelitian Nilamsari et al. (1998) rnenyatakan bahwa infeksi CMV dapat menurunkan bobot buah per tanaman sarnpai 82.30%.

Infeksi ChiVMiJ rnenyebabkan bunga layu dan rontok sebelurn

pernbentukan buah. Jika terbentuk buah maka buah menjadi salah bentuk

(Cerkauskas 2004b). Infeksi ChiVMV dapat rnenyebabkan kehilangan hasil

san~pai 100% (AVRDC 2003), sernentara Subekti et al. (2006) melaporkan bahwa di Indonesia kehilangan hasil akibat infeksi ChiVMV mencapai 65%.

Sh-ategi pengendalian penyakit akibat infeksi CMV dan ChiVMV menjadi

bagian penting pada produksi cabai. Upaya pengendalian CMV dan ChiVMV

yang paling umum digunakan petani adalah penggunaan insektisida untuk

mengendalikan kutudaun. Cucumber mosaic virus dan ChiVMV adalah virus yang ditularkan secara non persisten oleh kutcdaun. Kutudaun membutuhkan

waktu makan akuisisi dan infeksi yang singkat untuk menularkan CMV dan

ChiVMV. Oleh karena itu, strategi pengendalian dengzn insektisida rnenjadi tidak

(19)

Ctictmzher t~zosuic 1-irzcr dan chilli 1leit7al nlortle virzrs marnpu n~enginfeksi cabai secara tunggal atau bersama-sama, sehingga pengendalian secara

konvensional selnakin sulit dilakukan. Salah satu strategi untuk niengendalikan

ked~la virus tersebut adalah penggunaan varietas tahan karena merupakan cara

yeng efektif, murah dan aman. Perakitan varietas baru yang meiniliki ketahanan

terhadap berbagai v i n ~ s (multiyle-virus resistance) n~enjadi penting sebagai pemecahan masalah (Grubs cl al. 2003). Sayangnya, \arietas cabai tahan CMV dan ChiVMV yang lnemiliki daya hasil yang baik belum tersedia (Taufik et al. 2006; Subekti et al. 2006).

Perakitan varietas tahan CMV dan ChiVMV akan lebih n~udah jika tersedia

informasi kendali genetik karakter yang diinginkan. Perilaku genetik gen-gen

karakter yang diinginkan dapat dipelajari melalui studi gendik menggunakan

metode analisis silang dialel. Metode ini secara eksperimental merupakan

pendekatan yang sistematik dan secara analitik merupakan evaluasi genetik

menyeluruh yang bergma dalarn mengidentifikasi persilangan bagi potensi seleksi

yang terbaik pada generasi awal (Johnson 1963; Khan & Habib 2003). Analisis silang dialel dapat digunakan untuk mempelajari kendali genetik suatu sifat,

menduga nilai daya gabung dalam hihrida serta membantu pernulia dalam

mcningkatkan dan menyeleksi populasi segregan (de Sousa & Maluf 2003).

Selain itu, dapat diperoleh informasi nilai heterosis dan heritabiiitas.

Tujuan Penelitian

Tujuan akhir dari seluruh percohaan yang dilakukan adala;~ untuk

memperoleh metgde seleksi yang tepat dalam perakitan varietas cabai unggul

tahan CMV dan ChiVMV. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan

beberapa percobaan dengan tujuan khusus:

1 Menlpelajari paranleter genetik pada cabai untuk karakter hortikultura,

ketahanan terhadap Ch4V dan ketahanan terhadap ChiVh4V.

2 Menduga nilai daya gabung umum: daya gabung khusus dan nilai heterosis karakter hortikultura ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap

ChiVM;' pada cabai.

(20)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian meliputi tiga percobaan yaitu: (1) evaluasi karakter hortikultura,

(2) evaluasi respon tanaman terhadap CMV. dan (3) evaluasi respon tanaman

terhadap CliiVMV. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.

Infonnasi yang didapat dari percobaan 1 adalah ( I ) genotipe yang memiliki

penampila11 hortikultura terlaik, dan (2) informasi tentang parameter genetik, nilai

DGU, nilai DGK dan nilai heterosis karakter hot~k~~ltura. Pada percobaan 2 dan 3

diperoleli (1) infolliiasi tentang parameter genetik, nilai DGU, nilai DGK d m nilai

heterosis karakter ketahanan terhadap CMV dan ChiVMV, dan (2) genolipe tahan

CMV dan ChiVMV. Tujuan akhir selurnh percobaan yang dilakukan adalah untuk

mernperoleh metode seleksi yang tepat dalam perakitan varietas cabai unggul

(21)

Plasma nutfah cabai (lokal dan introduksi)

Pembentukan populasi dasar

I

Percobaan 3 Evaluasi Percobaan 4 Evaluasi

1

E z F z : t e r

1

terhadap ChiVMV I

hortikultura

Analisis setengah dialel Parameter genetik

= DGU d a n D G i Heterosis Heritabilitas

1 Analisis setengah dialel Parameter genetik DGUdanDGK Heterosis Heritabilitas 2 Respon tanaman

Genotipe tahan dan rentan

Metode seleksi yang tepat untuk perakitan varietas cabai unggul

[image:21.539.36.458.31.550.2]

tahan CMV dan ChiVMV

(22)

I1 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Cabai

Cabai (Capsicurn annutrm L.) dibudidayakan pertama kali di Meksiko dan

A~nerika Tengah. Cabai diintroduksikan oleh Portugis ke Indonesia sekitar

350-500 tahun yang lalu (Berke 2004. Cabai merah diklasifikasikan daiam divisi

Magnoliophyts, kelas Magcoliopsidq ordo Sulanes, famili Soianaceae. gev.ls

Capsicum dan spesies Capsicum annuum (Boslanci & Votava 2000, Der-ra 2000).

Cabai mempakan jenis tanman setahun berbentuk perdu. Cabai memiliki

akar tunggang ( a k a primer) yarlg bercabang-cabang ke samping dengan akar-akar

rambut ( a k a sekunder). Akar tananlan menyebar dengan panjang 30 sampai

50 cm dan kedalaman 30 sampai 60 cm. Cabai merah menliliki batang tunggal

berdaun 8 sampai 15 helai sebelum membentuk bunga pertama (Bosland &

Votava 2000). D a m cabai merah mempakan daun tunggal yang tumbuh pada

tunas-tunas samping, batang utama dan c a b ~ z g tersusun secara spiral. Helai daun

cabai merah berbentuk ovate atau lanmolate dan benvama hijau atau hijau tua

(Kusandriani 1996b).

Cabai merah memiliki tipe bunga tunggal dan tumbuh pada uiung mas.

Mahkota bunga benvarna putih, memiliki lima sampai enam helai petal dan

berdiameter 8 sampai 15 mm. Cabai merah memiliki 5 sampai 7 benang sari

dengan kepala sari benvarna bim pucat sampai ungu. Putik terdiri atas indun2

telur, tangkai putik dan kepala putik. Indung telur berdiameter 2 sampai 5 mm.

Indung telur memiliki 2 sampai 4 carpel (locules). Panjang tangkai putik

3,s sampai 6,s mm. Diameter kepala putik lebih besar dari diameter tangkai sari.

Bunga pertama terbentuk pada umur 23 sampai 31 hari setelah tananl (HST).

Buah pertama terbentuk pada umur 29 sampai 40 HST dan buah matang pada

umur 45 hari setelah pembuahan. Tanaman cabai mempakan tanaman menyerbuk

sendiri, akan tetapi penyerbukan silang secara alami di lapang dapat terjadi

dengan bantuan kumbang dengan persentase kejadian antara 7.6% sampai 36.8%

(23)

Tanaman cabai memiliki jumlah kromosom somatik 2n=24 (Berke 2000).

Penyimpanpan jumlah kromosom 2n=26 ditnnukan pada spesies C. ciliaiun~ asal

Arnerika Selatan bagian barat, spesies liar di Brasil dan C. lanceolulutn asal

Guatemala (Nankui & Bosland 1997) serta cabai manis (Bosland & Votava 2000).

Buah cabai merah di Asia terutama bertipe cayenne dengan dua ukuran,

panjang atau pendek. Buah cabai merah berukuran panjang mzmiliki bentuk buah

lurus, wama buah muda hijau atau hijau gelap, warna buah masak merah menyala

atau merah gelap, panjang buah antara 9 sampai 15 cm dan kepedasannya berkisar

antara tidak pedas sampai pedas medium. Buah cabai merah berukuran pendek

memiliki bentuk buah lums, wama buah muda hijau atau hijau gelap, wama buah

m a s k merah menyala atau merah gelap, panjang buah antara 2 sampai7 cm d m

kepedasannya berkisar antara pedas medium sampai sangat pedas (Berke 2002).

Cabai merah membutuhkan suhu optimum 20 OC sampai 30 OC. Ketika suhu

turun menjadi 15 OC atau naik menjadi 30 OC untuk jangka w a h yang lama maka

pertumbuhan akan terhambat dan produksi akan menurun. Panjang hari tidak

menpengaruhi pernbentukan bunga atau buah. Pertumbuhan tanaman terbaik

diperoleh ketika cabai ditanam pada lahan dengan jenis tanah liat atau liat

berlumpur dengan kapasitas lapang yang baik. Pada tipe tanah lainnya, tanaman

ini memerlukan pengairan yang baik untuk dapat tumbuh. Cabai merah

membutuhkan pH tanah antara 5.5 dan 6.8 (Berke et a1 2005).

Cabai dapat terserang oleh hama dan penyakit. Hama utama cabai di

Indonesia adalah ulat tanah (Agrolis ipsilon), thrips (Thrips parvipnus). kutudaun

persik (Myz~is persicae), tungau teh h n i n g (Polyphagofarsonemus lalzrs). ulat

grayak (Spodoplera liftrra) dan ulat buah (Helieoverpa armigera). Penyakit utama

yang menyemng cabai di Indonesia adalah layu bakteri (Ralsonia solanacear~rm),

bercak daun serkospora (Cercospora capsici), penyakit patah batang

(Choanephora cucubilarum), penyakit busuk buah (Colletrotrichum capsici,

C. gloesporioides dun C. acutaium), CMV, ChiVMV, PVY d m TMV (Ditlinhorti

(24)

Cucurnber Mosaic Virus (CMV)

Cucumber mosaik virus (CMV) temlasuk dalam famili Bromoviridcie genus

Cztcumovirus. Partikel CMV berbentuk isohedral dengan diameter 29 nm. Tiap

partikel memiliki 180 subunit protein dengan berat molekul 24 kDa (Hull 2002).

Genom CM?' terdiri atas 5 komponen utas tunggal RNA dan 1 sub genom. Genom tersebut adalah RNAl {3,4 kbcb), RNA2 (3,l kb) dan RNA3 (2,2 kb). S L I ~

genom RNA4 n e m i l i i ukuran i,O kb (Agrios 1997). Virw ini memiliki titik

panas inaktivsi 55 sanlpai 70 OC dm ketahanan invitro kurang dari 1'3 hari

(Palukaitis & Garcia-Arenal 2003) dan titik batas pengenceran l:lo4 (Matthews

1991).

Cucumber mosuic virus tersebar di selurh dunia dengan kisaran inang

yang luas. Inang virus ini meliputi lebih dari 1200 spesies pada lebih dari 100

famili dikotiledon dan monokotiledon. Penularan CMV dapat dilakukan dengan

cara mekanis, melalui serangga vektor, benih pada lebih dari 20 spesies tanaman

dan tali putri (Palukaitis & Garcia-Arena1 2003). Pada cabai, CMV tidak dapat

ditularkan melalui benih (Cerkauskas 2004a). Cucumber mosaic virus ditularkan

secara non persisten oleh i e b i dari 800 sijesies kutudaun (Aphididae) dalam

33 genera. Myzuz persicae dan Aphis gossypii adalah 2 serangga vektor

terpenting. Serangga vektor memhutuhkan waktu makan akuisisi dan inokulasi

yang singkat.

Gejala CMV beragam tergantung spesies tanaman inang dan straimya.

Gejala umurn yang nampak adalah mosaik, belang, klorosis, nekrosis, kerdil serta

perubahan bentuk dam dan buah (Agrios 1997). Infeksi CMV pada cabai

menimbulkan gejala pengkerdilan, mosaik hijau gelap pada daun, perubahan

bentuk daun, pola nekrosis pada daun, perubahan warna dan bentuk buah serta

lesio pada buah cabai (Cerkauskas 2004a).

Pewarisan sifat ketahanan cabai terhadap CMV bersifat poligenik dan

beragam tergantung umur tanaman dan strain virus (Greenleaf 1986). Sifat

ketahanan cabai terhdap CMV dikendalikan oleh 1 hingga 3 gep resesif

(Rustikawati 2000). Herison er al. (2005) melaporkan bahwa ketahanan cabai

terhadap CMV dikendalikan oleh gen sederhana, resesif dengan aksi gen dominan

(25)

3 gen mayor pengendali karakter ketahanan CMV pada cabai dengan aksi gen

resesif tidak penuh yaitu 2 gen resesif dan 1 gen dominan yang bekerja secara

epistasis.

Clzilli Veinal Mottle firus (ChiVMV)

Chilir veinal niottle virus fChiVhlV) pertama kali di!aporkan pada

C. annulcnt di Malaysia oleh Bumett pada tahun 1947. Vilus ini tersebar di Korea, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Thailand (Brunt 1992). Dilaporkan bahwa

ChiVMV telah tersebar luas di Indonesia (Sulyo et al. 1995; Taufik et al. 2006; Ditlinhorti 2006).

Chilli veinal nzoltle virus termasuk dalam genus potyvirus. Chilli veinal mottle virus memiliki partikei berbentuk filamentus; tidak memilid zelubung dan selall~ flexuous dengan panjang 720 nm dan lebar 12 nm; memiliki titik panas

inaktivasi 60 OC dan ketahanan invitro 7 hari (Brunt 1992). Chilli veinal mottle virus memiliki genom utas tunggal RNA yang diekspresikan sebagai poliprotein dengan berat molekul 9.7 kb. Chilli veinal mottle virus dapat membentuk badan inklusi berbentuk cakra (pinwhell) (Hull 2002).

Penularan ChiVMV dapat dilakukan dengan cam mekams, penyambungan

dan serangga vektor secara non persisten. Serangga vektor ChiVMV adalah Aphis craccivora, A. gossypii, A. spiraecola, &us persicae, Toxoptora citrida dan

Rhopalosiphum maidis (Brunt 1992).

Inang alarni ChiVMV adalah cabai (Capsicum spp), tomat (Lycopersicum esculentum) dan African eggplant (Solanutn aethiopicum) (Nono-Womdin 2005).

Chilli veinal mottle virus mampu menginfeksi tanaman C. annuunt, C. fiustescens, C. chinensis, Nikotiana tabacum, N. glutinosa, h:. megalosiphon, N. benthamiana, N. sylvestri.~, Physalis jloridana,

P.

minima, Datura stramonium, D. metel, Lycopersicon esculentunt, Nicandra physalodes. Petunia hybrida dan Solanum melongena.

Infeksi ChiVMV pada cabai merah menimbulkan gejala belang hijau gelap

pada dam. penunman ukuran dan perubahan bentuk dam, perhunbuhan tanaman

terhmbat, timbul bintik hijau gelap pada cabang &an batang. bunga layu dan

rontok sebelum pembentukan buah dan pembahan bentuk buah (Cerkauskas

(26)

Karakter ketahanan terhadap ChiVMV pada cabai dilaporkan dikendalikan

oleh sepasang gen resesif dengan kemungkinan keterlibatan sejumlah gen resisten

independen (Chew dalam Green & Kim 1994), sedangkan Caranta & Palloix

(1995) melaporkan bahwa sifat ketahanan terhadap ChiVMV pada cabai

dikendalikan oleh 2 gen independen dengan efek gen dominan. Menurut Chew

dan Ong ketahanan terkadap ChiVMV dikendalikan oleh sepasang gen resesif

(Shah & Khalid 2031). Hasil penelitiai~ teitilru menyatakan bahwa kwakter

ketahanan cabai terhadap ChiVMV dikendalikan oleh 1 gen yang bersifat

dominan sempurna atau 1 gen dengan aksi gen ale1 ganda (Millah 2007).

Analisis Silang Dialel

Silang dialel adalah seluruh kombinasi persilaigan yang mungkin dilakukan

dalam satu kelompok individu untuk menghasilkan keturunan FI (Chahal & Gosal

2003). Sistem persiiangan dialel berarti 1 dari kelompok genotipe dipilih dan

disilangkan dengan genotipe lain dalam kelornpok tersebut. Prosedur tersebut

mernberikan kornbinasi persilangan yang rnaksimum. Hasil persilangan dibedakan

menjadi 3 kelompok, yaitu (1) tetua; (2) satu kelompok FI clan (3) satu kelompok

FI resiprokal (GriEng 1956).

Analisis silang dialel dapat dimanfaatkan untuk: (1) menduga nilai daya

gabung umum @GU) dan daya gabung khusus @GK), (2) rnenduga nilai

komponen ragam genetik dan (3) merupakan analisis genetik yang menyeluruh

(de Sousa & Maluf 2003; Dudley et ul. 1999).

Metode silan,: dialel yang dapat digunakan adalah Metode 1 (dialel penuh)

dengan melibatkan populasi tetua, F1 dan FI resiprok (total genotipe: p2);

Metode 2 (setengah dialel) dengan melibatkan populasi tetua, Fl dan tanpa FI

resiprok (total genotipe: [p@+1)/2]); Metode 3 dengan melibatkan F1, FI resiprok

dan tanpa tetua (total genotipe: p-p2); dan Metode 4 dengan melibatkan F1 tanpa

tetua dan tanpa FI resiprok (total genotipe: [p@-1)/2] (Griffig 1956; Singh &

Chaundhary 1979; Roy 2000)

Persilangan dialel yang melibatkan banyak tetua mengakibatkan jumiah

persilangan mznjadi banyak sehingga mengalami kesulitan dalam penanganan

tempat, waktu dan tenaga. Modifikasi persilangan dialel menjadi persilangan

(27)

permasalahan tersebut. Persilangan setengah dialel berarti persilangan yang dibuat

hanya untuk menghasilkan tanaman F1 tanpa membuat persilangan resiproknya.

Jika terdapat n tetua, dan masing-masing tetua meliputi s persilangan, maka

jumlah persilangannya adalah [(ns)/2].

Asumsi yans harus dipenuhi dalam penggunaan analisis silang dialel adalah:

(1) merupakan segregasi diploid, (2) tidak tcrdapat pengaruh tetua (tidak ada

perbedaan zntara persilhngan resiprokal), (3) tidak ada interaksi anvara gen-gen

yang tidak satu alel (independen), (4) tidak ada peristiwa multiple alel, (5) tetua

bersifat homozigot (6) gen-gen menyebar secara bebas dianrara tetua (Hayman

1 5 9 ; Singh & Chaundhary 1979; Roy 2000).

Tanaman cabai mempakan tanaman diploid (Greenleaf 1986): dengan

demikian segregasi gen-gen yang terjadi merupakan segregasi diploid. Hal

tersebut memenuhi asumsi segregasi diploid.

Perbedaan antar persilangan resiprokal menandakan bahwa ada pengaruh

tetua betina yang merupakan petunjuk bahwa pewarisan suatu karakter diwariskan

oleh gen-gen ekstrakromosomal (Mather dan Jinks 1971). Pewarisan sifat

ketahanan terhadap CMV tidak dipengaruhi oleh tetua betina (Herison et al.

2005) dan pewrisan sifat ketahanan terhadap ChiVMV tidak dipengaruhi oleh

tetua betina (Millah 2007). Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan analisis

silang setengah dialel melalui pendekatan metode Hayman (1954) dan metode

Griffing (1 956).

Interaksi antara gen-gen yang tidak sealel di dalarn analisis silang dialel

dapat diuji dengan nilai koefisien regresi b dari garis regresi antara Wr (peragam

antara tetua dan keturunan dari array ke-rj terhadap Vr (ragam di dalam array

ke-r). Jika nilai b = 1 maka tidak ada interaksi antara gen-gen tidak sealel (Singh

& Chaudhary, 1979).

Penggaluran genotipe-genutipe cakai dilakukan sedemikian rupa sehingga

asumsi tetua homozigot dapat terpenuhi. Tetua yang mewakili tetua tahan,

moderat dan rentan dipilih untuk memenuhi asumsi gen-gen yang mengendalikan

(28)

Jika asumsi silang dialel terpenuhi maka keluaran yang dapat diperoleh dari

suatu analisis silzng dialel Metode Hayman adalah: (1) D yaitu keragaman karena

pengaruh aditif, (2) F yaitu nilai tengah F, genotipe (rata-rata Fr untuk semua

urr-uy): peragam pengaruh aditif dan non aditif pada array ke-r, (3) HI yaitu

keragaman karena pengamh dominansi. (4) 1-11 yaitu perhitungan untuk menduga

proporsl gen negatif dan positif pada tetua, (5) h2 yaitu pengaruh dominan

(sebagai jumlah aljabar dari semur! persilangan saat heterozigous), (6) E yaitu

keragaman karena pengaruh lingkungan, (7) Rata-rata tingkat dominansi,

(8) Proporsi gen-gen dengan pengaruh positif dan negatif di dalam tetua,

(9) Proporsi ge11-gen dominx dan resesif di dalam tetua, (10) Jumlah kelompok

gen yang mengendalikan sifat dan menimbulkan dominansi, (1 1) Heritabilitas arti

luas dan heritabilitas arti sempit (Singh and Chaudhary 1979).

Daya gabung merupakan informasi yang diperoleh dari analisis silang dis;~cl

menggunakan metode Griffrng (1956). Daya gabung merupakan prosedur

pengujian dalam pembentukan varietas hibrida yang digunakan untuk

mempelajari dan mengidentifikasi kombinasi tetua yang menghasilkan hibrida

terhaik. Pendugaan daya gabung menjadi penting dalam identifikasi tetua yang

akan digunakan dalam pembentukan varistas hibrida (Welsh 198 1).

Daya gabung didefinisikan sebagai kemarnpuan tetua memindahkan

performa pada hibridanya jika disilangkan dengan tetua lain (Chahal & Gosal

2003). Daya gabung dibedakan menjadi daya gabung umum (DGU) dan daya

gabung khusus (DGK). Daya gahung umum merupakan ukuran performa

kert1runan suatu genotip; yang disilangkan dengan contoh acak atau genotipe

dengan jumlah besar. Daya gabung khusus merupakan ukuran performa ketumnan

suatu genotipe yang disilangkan dengan genotipe lainnya dan sering diekspresikan

sebagai simpangan perfova yang diduga dengan rata-rata atau daya gabung

umum (Stoskopf et 01. 1993).

Daya gabung umunl diekspresikan pada ketumrlan persilangan suatu galur

murni dengan beberapa genotipe dan terutama mempakan hasil aksi gen aditif.

Daya gabung khusus merupakan ekspresi performa diantara 2 galur murni dan

ditu.ju!:an untuk aksi gen dominan, epistasis dan aditif. Populasi yang telah

(29)

Heterosis

I-Ieterosis adalah informasi lain yang dapat diperoleh dari analisis silang

dialel. I-ieterosis dapat didefinisikan sebagai peningkatan perfomla keturunan

dibandingkan kedua tetuanya. Istilah heterosis pertama kali dikemukan oleh Shull

pada tahun 1908. Shull niengambarkan fenomena ini setelah nielakukan

pellgamatan terhadap dorongan heterosigositas pada pembelahan sel,

pertun~buhan dan karakter fisiologi tanaman jagung (Bud& 2002).

Dua hipotesis diajukan sebagai penyebab fenomena heterosis, yaitu

hipotesis dominan dan hipotesis overdonzinance (Fehr 1987). Hipotesis dominan menyatakan bahwa heterosis disebabkan oich gen-gen dominan yang

menguntungkan dari kedua lelua terkumpul pada hibridanya. Hipotesis ini

berdasarkan teori bahwa gen yang menguntungkan untuk tanaman bersifat

dominan dan gen yang merugikan bersifat resesif. Gen dominan yang berasal dari

satu tetua akan dilengkapi oleh gen dominan dari tetua lainnya sehingga tanaman

F1 memiliki kombinasi gen dominan yang menguntungkan dari kedua tetuanya

(Poehlman 1987).

Hipotesis overdominance menyatakan bahwa heterosigot (ala2) lebih vigor dan produktif dibandingkan homosigot (alal atau a2a2). Ale1 a, dan a2 memiliki

h g s i yang berbeda dan penggabungan a, dan az lebih superior jika dibandingkan

homosigotnya (alal atau a2a2). Semakin berbeda fungsi ale1 penyusun heterosigot,

semakin tinggi pembentukan superioritasnya (alaz < ala3 < a)%) (Allard 1960).

Hipotesis overdominunce terbukti pada sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal atau sedikit (Virmani al. 2003).

Heterosis di-gmakan untuk perbaikan sifat penting tanaman seperti

peningkatan jumlah biji atau hasil biologis, penurunan umur panen peningkatan

ukuran biji atau buah d m kualitas nutrisi yang lebih baik. Heterosis juga

digunakan dalam perbaikan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang tidak

sesuai dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemx~faatan

heterosis untuk karakter ketahanan kapas terhadap cotton leaf curl virus telah dilaporkan di India. Hibrida k a ~ a s LHH 144 dinyatakan memiliki tingkat

(30)

Heterosis telah dimanfaatkan dalam perakitan varietas hibrida pada tanaman

menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Pemuliaan hibrida jagung dimulai

sejak tahun 1909 dan telah banyak mengalami kemajuan sampai sekarang (Allard

1960). Hasil penelitian lain bahwa varietas hibrida telah berhasil pada tanaman

gandum (Duvick 1997). sorgum (Wenzel & Pretorius 1999), padi (Virmani et al.

2002) dan sayuran (de Sousa & Maluf 2003).

Fenomena heterosis juga ditemukan pada cabai sehingga mzmungkinkan

dibuat hibrida cabai (Berke 2000). Hibrida cabai yang dirakit diharapkan memiliki

karakter yang lebih baik dari tetuanya untuk sifat kualitas, daya hasil, ketahanan

terhadap hama penyakit dan sifat baik lainnya (Kusandriani 1996a; Herison c: al.

2005). Hasil penelitian Eliyanti et al. (2005) menunjukkan bahwa persilangan antara beberapa genotipe cabai memperlihatkan efek heterosis yang baik dengan

nilai best parent heterosis (heterobeltiosis) berkisar antara 20% hingga 80%. Hasil penelitian laimya menunjukkan bahwa varietas hibrida cabai terbukti

mampu meningkatkan daya hasil dan ketahanan terhadap penyakit seperti CMV,

TMV, antraknosa, dan hawar (Zhang et al. 2003; Hong et al. 2004; Liu et al.

2004; Cui et al. 2004; Wang et al. 2004).

Heterosis dapat dibagi menjadi 2 tipe tergantung genotipe pembanding yang

digunakan (Fehr 1987). Kedua tipe heterosis tersebut adalah: (1) mid-parent heterosis (heterosis), yai'm peningkatan atau penurunan performa hibrida dibandingkan dengan nilai rata-rata kedua tetua; dan (2) best parent iteterosis

(heterobeltiosis), yaitu peningkatan atau penurunan perforrna hibrida

dibandingkan dengan nilai tetua terbaik yang digunakan dala~n k ~ n b i n a s i

(31)

111 ANALISIS SILANG SETENGAH DIALEL KARAKTER

WORTIKULTURA CABAI (Capsicutn annuum L.)

Abstrak

Persilangan setengah dialel dilakukan untuk mempelajari parameter genetik, daya gabung dan heterosis. Evaluasi karakter hortikultura dilakukan terhadap . - -

6 tetua dan 15 hibrida menggunakan RAKT. dengan 3 ulangan. Karakter hortikultura yang diamati adalah bobot baah per tanaman. jumlah buah. panjang buah, diameter buah d m um;lr panen. Hasil analisis menunjutkan tidak adz interaksi gen pada semila karakter kecuali pada jurnlah buah. Yarakter bobc: buah per tanaman dipengaruhi oleh aksi gen dominan, sedangkan karakter panjang buah, diameter buah serta umur panen dipengaruhi oleh aksi gen aditif dan dominan. Tingkat dominmsi berada antara dominan tidak lengkap sampai

overdominance. Gen-gen yang mengendalikan pewarisan sifat menyebar tidak merata diantara tetua. Gen-gen dominan lebih banyak pada populasi tetua diperoleh

ads

karakter bobot buah per tanaman. diameter buah dan umur panen. Gen-gen resesif lebih banyak pada populasi tetua diperoleh pada karakter jumlah buah dan panjang buah. Jumlah kelompok gen pengendali karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah dan umur panen minimal 2 kelompok gen dan kelompok gen pengendali karakter panjang buah dan diameter buah minimal 1 kelompok gen. Nilai duga heritabilitas arti luas (h2b,) se;;;ua karakter tergolong tinggi. Nilai duga heritabilitas arti sempit (h2,,) berkisar dari rendah sampai tinggi. Kuantifikasi dominan ditunjukkan oleh bobot per tanaman tinggi, jumlah buah banyak, buah panjang, diameter buah kecil dan umur panen genjah. Berdasarkan pendugaan DGK, heterosis dan nilai tengah dengan karakter bobot buah per tanaman sebagai pertimbangan utarna maka 12 hibrida berpotensi untuk d~jadikan varietas hibrida berdaya hasil tinggi.

Kata kunci: C. annuum, setengah dialel, parameter genetik, daya gabung, heterosis

Yendahuluan

Cabai (Capsicum annuurn L.) mempunyai nilai ekonomis tinggi dan hmyak

diusahakan. Luas areal pertanaman cabai mpncapai 19.12% dari se!uruh areal

pertanaman sayuran (Ditlinhorti 2006). Akan tetapi, luas areal pertanaman cabai

tidak diikuti dengan tingginya produktivitas yang hanya mencapai 6.39 ton per

hektar (Deptan 2007) dari potensi hasilnya yang dapat mencapai 12 ton per hektar

( P w a t i et al. 2000).

Penyebab rendahnya produktivitas cabai di Indonesia berkaitan dengan

kualitas benih, teknik budidaya, serangan hama penyakit serta sedikitnya varietas

berdaya h a i l tinggi (Yunianti et al. 2006). Persilangan merupakau rara yang lazim diiakukan untuk memperbaiki produktivitas cabai. Persilangan cabai

(32)

hibrida. Melalui persilangan buatan, diharapkan diperoleh gabungan gen-gen baik

yang herasal dari tetua-tetua yang disilangkan (Darlina et al. 1992).

Upaya meningkatkan kemajuan genetik ketumnall suatu persilangan akan

lebih efektif apahila didasarkan kriteria genetik yang jelas pada saat pemilihan

tetua persilangan (Suhendi el rrl. 2004). Informasi kriteria genetik suatu karakter

dcpat diduga menggunakan analisis dialel. Tujuan analisis dizlel adalah untuk

mempelajari kendali genetik sifat kuantitatif yang merupakan ha1 penting unt-k

merencanakan dan menyelesaikan program pemuliaan (Viana et a/. 2001). Selain itu, analisis dialel merupakan metode yang cepat uutuk mengetahui informasi

genetik pada generasi F1 dan telah digunakan secara luas untuk analisis karakter

kuantitatif pada berbagai organisme (Ukai 1991). Penggunaan silang dialel juga

memungkinkan untuk mernilih tetua dan memberikan informasi tentang daya

gabung tetua dalam hibrida sehingga dapat membantu pemulia untuk

meningkatkan dan menyeleksi populasi segregan (de Sousa & Maluf 2003).

Analisis silang dialel akan menghasilkan individu yang banyak pada

keturunannya. Penanganan individu yang banyak membutuhkan tenaga, ketelitian

dan biaya tinggi. Modifikasi silang dialel menjadi silang setengah dialel

merupakan cara untuk mengatasi ha1 tersebut.

Evaluasi daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK)

merupakan uji keturunan yang sering digunakan sebagai evaluasi awal dalarn

perakitan varietas hibrida. Daya gabung @GU dan DGK) merupakan uji

keturunan yang diperlukan dalam mengidetifikasi kombinasi tetua untuk

menghasilkan hibrida berdaya hasil tinggi atau sifat baik laimya yang diinginkan.

Pemilihan tetua diarahkan kepada tetua yang memiliki efek DGU tinggi atau

kombinasi tetua dengan efek DGK nyata untuk karakter yang dikehendaki

sehingga keturunannya akan berpenampilan baik (Wahyuni el a1 2004). Selain itu,

hasil tinggi dapat di capai jika kombinasi tetua tersebut memiliki heterosis positif

(Darlina et al. 1992).

Heterasis adalah peningkatan yang terlihat dari ~ersilangan dua galw murni.

Pemurfaatan heterosis pada varietas yang relatif homosigot diawali dengan seleksi

tetua yang menghasilkan kombinasi karakTer terbaik sehingga diperoleh

(33)

Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter genetik, nilai daya

gabung umum, daya gabung khusus dan heterosis karakter hortikultura cabai.

Bahan dan Metode

Tempat dan Waktu

Penelitian diiaksanakan di Laboratorium Pendidikan Pemuliaan Tanaman

II'3, rumah plastik dan Kebun Percobadn Tajur Uiliversi(y Earnt IPB, Bogor. Pembentukan populasi dilaksanakan pada bulan Desemher 2095 sampai Juli 2006

dan evaluasi karakter hortikultura di lahan dilakukan pada bulan Agustus 2006

sampai Januari 2007.

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan adalah 6 genotipe cabai koleksi Bagian

Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB. Bahan tanaman berasal dari genotipe lokal dan introduksi

yang telah digalurkan (Tabel 1).

Tabel 1 Genotipe cabai bahan penelitian

No. Genotipe Tetua asal Daerah Keterangan -

asal/sumber

1 IPBCI PSPT C-17 IPB, Indonesia Produksi tinggi 2 IPB C2 PSPT C-1 1 IPB, Indonesia Produksi t i G i

3 IPB C4 Cilibangi 2 Malaysia Tahan ChiVMV

4 IPBC9 ICPN 12#4 AVRDC Tahan PVY, layu bakteri

5 IPB C10 PBC 495 AVRDC Tahan CMV, ChiVMV

6 IPB C14 CCA321 AVRDC Tahan CMV, ChiVMV

Metode

Pembentukan Populasi

Pembentukan populasi dilakukan di rumah plastik Kebun Tajur University

Farm IPB. Bogor. Enam tetua ditanam dalam kantong plastik berdiamater 35 cm

berisi 8 kg media tanam. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah

dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:l (VN) yang disterilisasi dengan

suhu tinggi selama 8 jam. Tanaman dipelihara mengikuti teknik budidaya baicu.

Populasi yang dibentuk adalah Fi tanpa resiprok menggunakan persilangan

(34)

Tabel 2 Persilangan setengah dialel dan - - selfin~t "

-

enam tetua

Tetua Tetua jantan

Betina IPB C2 IPB C14 IPB C4 IPB C9 IPB C10 IPB C1

IPB C2 8 X X X X X

IPB C14

c3

X X X

X

IPB C4 8 X X X

IPB C9 @ X X

IPB C10

c3

X

IPB C1 8

@ = SeFng; X = Persilansan

Selfing tetua dilakukan dengan menutup individu tanaman dengan sungkup kasa (Gambar 2). Peny~mgkupan dilakukan sebelum tanaman berbunga untuk

[image:34.536.44.460.45.735.2]

menghindari masuknya serbuk sari dari tanaman lain.

Gambar 2 Se1Jin.g tetua lnenggunakan sungkup kasa.

Persilangan dilakukan pagi hari pada pukul 06.00 - 10.00. Emaskulasi

dilakukan sebelum bunga betina mekar untuk menghindari penyerbukan sendiri.

Emaskulasi dilakukan dengan membuang mahkota dan benang sari bunga betina

menggunakan pinset yang disterilisasi menggunakan alkohol 70%. Penyerbukan

menggunakan serbuk sari bunga yang bani mekar. Serbuk sari ditempelkan pada

bunga betina yang telah diemaskulasi. Bunga betina yang telah diserbuki ditutup

menggunakan selotipe dan diberi label yang berisi informasi nama tetua yang

(35)
[image:35.532.77.425.30.407.2]

Gambar 3 Teknik persilangan buatan pada cabai: A. Bunga betina siap diserbuki; B. Kastrasi bunga betina; C. Emaskulasi bunga betina; D. Bunga betina telah dikastrasi dan diemaskulasi; E. Bunga jantan sumber serbuk sari; F. Pengambilan anter; G. Anter yang terkumpul; H. Pengambilan serbuk sari; I. Penyerbukan menggunakan pinset; J. Penutupan menggunakan selotipe; K. Pelabelan; L. Buah hasil persilangan (Sumber: Yunianti (2007) yang dimodifikasi).

Evaluasi Karakter Hortikultura

Evaluasi karakter hortikultura dilakukan di Kebun Percobaan Tajur

Universify Farm IPB, Bogor. Evaluasi karakter hortikultura menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAK), genotipe sebagai perlakuan dengan

tiga ulangan. Genotipe cabai yang digunakan berjumlah 21 (6 tetua dan 15 hibrida hasil persilangan).

Benih disemai pada media tanam dalam nampan. Bibit dipindahkan ke lahan

setelah berumur 5 minggu setelah semai. Bibit ditanam pada lahan yang ditutup

plastik hitam perak dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pemeliharaan ineliputi

penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Pemupukan dilakukan

(36)
[image:36.532.33.453.0.745.2]

Tabel 3 Jenis d m dosis auauk serta waktu ~emunukan

. .

tanaman cabai

Pupuk Waktu Pemupukan Total

Pupuk dasar 3 MST 6 MST' 9 MST

P u ~ u k Kandanrr

-

30 tonha . - - 30 ton/ha

TSP 200 kg/ha - - - 200 kg/ha

Urea - 50 kg/ha 50 kg/ha 50 kgha 150 kgha

Z A - 150 kg/ha 150 kgha 150 kgha 450 kgha

KCL

-

70 kg/ha 70 kg/ha 60 kg/ha 200 kglha

MST = rninggu setelah tanarn

Peubah yang diamati meliputi: bobot buah per tanarnan (g), jumlah buah,

panjang buah (cm), diameter buah (mm) dan umur panen (HST). Analisis data

dimulai dengan melakukan analisis sidik ragam. Analisis silang setengah dialel

dilakukan menggunakan dua pendekatan yaitu Hayman (1954) dan Grifing

(1956). Selain itu. dilakukan pendugaan nilai heterosis berdasarkan nilai tengah

kedua tetua dan i i a i tengah tetua terbaik menggunakan pendekatan Fehr (1987).

Metode analisis silang set~,igah dialel dan pendugaan heterosis disajikan secara

lengkap pada Lampiran 1.

Hasil dan Pembahasaa

Kuadrat tengah sidik ragam karakter hortikultura disajikan lengka~ pada

Tabel 4. Semua karakter menunjukkan perbedaan nilai kuadrat tengah sangat

nyata diantara genotipe. Hasil sidik ragam yang nyata mempakan syarat untuk

melakukan pendugaan parameter genetik menggunakan pendekatan Hayman dan

pendugaan daya gabung menggunakan pendekatan Grifing. Oleh karena itu

analisis dapat dilanjutkan.

Tabel 4 Kuadrat tenpah karakter hortikultura yang diamati aada

-

.

-

21

-

~zenotiae cabai

bush Jumlah Panjang Diameter Umur

SK db per tanaman buali buah panen

buah

(z)

(cm) (mm) (HST)

Blok 1 35207.75 8629.78 0.06 0.09 0.44

Genotipe 20 151950.09** 54972.26** 20.84** 6.96** 116.89**

Galat 40 5146.79 2393.19 0.37 0.32 8.63

(37)

Pendugaan Parameter Genetik

Interaksi Gen

Nilai b (Wr, Vr) menunjukkan ada tidaknya interaksi gen (Tabel 5).

Berdasarkan uji t, jika nilai b berbeda nyata dengan 1 maka menunjukkan ada

interaksi gen dan jika nilai b tidak berbeda nyata dengm 1 maka tidal< ada

interaksi gen (Hzyman 1954; Singh & Chaundhary 1079: de Sousa & Maluf

2003) IIasil yang diperoleh pada pengujian nilai b adalah karakter bobot buah

per tanaman, panjang buah, diameter buah dan umur panen tidak berbeda nyata

dengan 1 menandakan tidak ada peran interaksi gen pada keempat kamkter

tersebut. Karakter jumlah buah menunjukan nilai h berbeda nyata dengan 1

menandakan ada peran interaksi gen pada karakter jumiah buah. Hal tersebut

menunjukkan bahwa asumsi pertanla ( t i d ~ k ada interaksi gen) terpenuhi pada

semua karakter hortikultura yang diamati kecuali jumlah buah.

Pengaruh Aditif (D), Dominan (HI) dan Tingkat Dominansi

Pengaruh aditif @) tidak berbeda nyata pada karakter bobot buah per

tanaman dan jumlah buah, tetapi berbeda nyata pada kder panjang buah,

diameter buah dan umur panen. Pengarub dominansi (HI) 'wrbeda nyata pada

semua karakter. Hal tersehut menunjukkan hahwa karakter bobot buah per

tanaman dipengaruhi oleh aksi gen dominan, sedangkan karakter panjang buah,

diameter buah serta umur panen dipengaruhi oleh aksi gen aditif dan dominan.

P e n g a d dominansi terlihat dari nilai rata-rata tingkat dominansi

[(HIID)'")]. Nilai (HIID)'" karakter bobot huah per tanaman. jumlah buah dan

umur panen lebih besar dari 1 sehingga dapat disimpulkan tingkat dominansi

karakter tersehut adalah overdominance. Nilai ( H I / D ) ' ~ karakter panjang buah dan diameter buah kurang dari 1 sehingga dapat disimpulkan tingkat dominansi

karakler tersebut adalah dominan parsial. Nilai

HI ID)'^

lebih dari 1 rnenunjukkan
(38)
[image:38.769.48.738.77.277.2]

Tabel5 Pcndugaan parameter genetik karakter hotikultura menggunakan analisis sila~ig setengah dialel

-

- I'nr:~inctcr gcnctik 13obot buall 1x.r lanoliian

b(Wr. Vr) 0.3995 tn

~ -

-- - .lumlah buah

0.1128

**

. .

I'ati,jang buah 0.9078 tn

-

...

Diameter b~leli 0.8359 ti1

2 -.. ..-

11 ,,s

-- 0.1492 0.5894 0.91 83 0.7965 0.3405

(39)

Distribusi Gen (HI) dalam Tetua

Nilai Hz digunakan untuk mengetahui distribusi &en dalain tetua. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa nilai Hz semua karakter hortikultura yang diamati

berbeda nyata. Hal tersebut lnenandakan bahwa gen-gen pang menentukan

pewarisati karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah, panjang buah, diameter

buah dan cmtlr panen tidak menyebar merata di dalam tetua.

Proporsi Gep Dominan terhrdap Gen Resesif

Porporsi gen dominan terhadap gen resesif tertihat dari nilai Kd/Kr. Jika

KdIKr > 1 maka gen-gen dominan lebih banyak di dalam tetua. Sebaliknya, jika

KdIKr < 1 maka gen-gzn resesif lebih banyak di clalam tetua. Nilai Kd/Kr >1

diperoleh pada karakter bobot buah per tanaman, diameter buah dan umur panen

menunjukkan gen-gen dominan lebih banyak di dalam tetua. Nilai Kd/Kr < 1

diperoleh pada karakter jumlah buah dan panjang buah menunjukkan gen-gen

resesif lebih banyak di dalam tetua.

Jumlah Kelompok Gen Pengendali

Jumlah kelompok gen pengendali ditunjukkan oleh nilai h2/H2. Jumlah

kelompok gen pengendali bobot buah per tanaman, jumlah buah dan umur panen

minimal 2 kelompok gen. Scdangkan jumlah kelompok gen pengendali panjang

buah dan diameter buah minimal 1 kelompok gen.

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas arti luas (h2h,) karakter bobot huah per tanamaq,

jumlah buah, panjang buah, diameter buah dan umur panen p d a percobaan ini

tergolong tinggi. Hal tersebut menunjukkan ragam gejala yang muncul terutama

dikendalikan oleh faktor genetik. Nilai heritabilitas arti sempit menggambarkan

peranan gen aditif dalam pengendalian . suatu karakter (Tenaya ef a!. 2003:

Agustina 7004). Nilai duga heritabilitas arti sempit (h2,,) karakter bobot buah per

tanaman tergolong rendah dan karakter umur panen tergolong sedang

menandakan pengamh ragam aditif yang rendah terhadap karakter tersebut. Pada

karakter jurnlah buah. panjang buah dan diameter buah memiliki nilai duga arti

sempit (h2,) tergolong tinggl menandakan pengamh ragam aditif yang tinggi

(40)

Arah d a n Urutan Dominansi

Nilai kuantifikasi karakter yang rendah aka11 domillan terhadap yang tinggi

apabila nilai r(Wr+Vr. Yr) positif. sebaliknya nilai kuantifikasi yang tinggi akan

dominan terhadap yang rcndah apabila nilai r(WrtVr, Yr) negatif (Agustina

2004). Berdasarkan nilai r(Wr-Vr. Yr) diketahui bahwa kuantifikasi dominan

ditunjukkan oleh bnbot ner tanamzn tinggi. jumlah buah banyak, buah panjang,

diameter buah kecil dati umur panen genjah (Tabel 5).

Urulan do~llinansi tetua dapat tercennin berdasarkan (WrtVr) atau posisi

tetua pada grafik hubungan antara Wr dan Vr. Jika pada grafik hubungan antara

Wr dan Vr posisi titik tetua makin dekat pada titik no1 maka tetua tersebut paling

banyak mengandung gen dominan, sebaliknya rnakin jauh dari titik no1 maka tetua

[image:40.532.36.453.0.762.2]

tersebut paling banpak mengandung gen resesif. Nilai (Wr +Vr) disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 6 Nilai (Wr+Vr) karakter hortikultura 6 tetua cabai

Bobot buah Jumlah Panjang Diameter Umur

Tetua

per tanaman buah buah buah panen

IPB C2 48632.53 14245.1 8 8.43 1.55 2.44

IPB C14 44855.27 14369.41 13.70 3.28 19.07

IPB C4 100639.56 24356.83 10.56 3.45 12.722

IPB C9 10705.71 26245.47 9.?5 2.73 25.93

IPB C10 75669.30 16071.17 9.13 2.97 234.68

IPB C1 52396.27 34659.56 9.07 6.06 -13.52

Bobot huah per tanaman. Dominansi tetua berdasarkan (WrtVr) untuk

karakter bobot bual? per tanaman secara berurutan adalah IPB C4, IPB C10.

IPB C1, IPR C2, IPB C14 dan IPR C9 (Tabel 6). Tetua yang paling banyak

mengandung gen resesif, karena paling jauh dari titik not adalah IPB C4. Tetua

yang paling banpak mengandung gen dominan, karena paling dekat dengan titik

no1 adalah IPB C9 (Gambar 4A). Garis lurus Wr memotong sumbu tegak (Wr) di

bawah pangkal sumbu menandakan terdapat overdominance pada karakter bobot buah per tanaman. Jika garis lurus menlotong sumbu tegak di bawah pangkal

(41)
(42)

Jumlah buah. Berdasarkan (WrWr) urutan dominansi tetua untuk karakter

jumlah buah adalah IPB C1, IPB C9, IPB C4, IPB C10. IPB C14 dan IPB C2.

Tetua IPB C1 merupakan tetua yang paling banyak mengandung gen resesif.

karena paling jauh dari titik nol. IPB C2 paling banyak mengandung gen

dominan, karena paling dekat dengan titik no1 (Gambar 4B). Interaksi gen yang

nyata pada jumlah buah tidak dapat diketahui berdcsarkan regresi (Wr+Vr).

Kegresi F; gaga1 mendeteksi interaksi non alelik dan uji regeresi tidak peka

terhadap interaksi gen (Dudley 1999).

Panjang buah. Secara berurutan dominansi tetua untuk karakter panjang

buah berdasarkan nilai (Wr+Vr) adalah IPB C14, IPB C4: IPB C9, IPB C10,

IPB C1 dan IPB C2. Tetua yang paling banyak mengandung gen resesif, karena

paling jauh dari titik no1 adalah IPB C14. Tetua yang paling banyak mengandung

gen dominan, karena paling dekat dengan titik no1 adalah IPB C2 (Gambar 4C).

Garis lurus Wr memotong sumbu tegak (Wr) di atas pangkal sumbu menandakan

gen dominan tidak lengkap mengendalikan karakter bobot buah per tanaman. Jika

garis lurus memotong sumbu tegak di atas pangkal sumbu menandakan aksi gen

dominan tidak lengkap (de Sousa & Maluf 2003).

Diameter buah. Dominansi tetua berdasarkan nilai (Wr+Vr) karakter

diameter buah adalah IPB C2, IPB C9, IPB C10, IPB C14, IPB C4 dan IPB C1.

Tetua IPB C1 merupakan tetua yang paling banyak mengandung gen resesif,

karena paling jauh dari titik nol. IPB C2 paling banyak mengandung gen dominan,

karena paling dekat dengan titik no1 (Gambar 5A). Garis lurus Wr memotong

sumbu tegak (Wr) di atas pangkal sumbu menandakan gen dominan tidak lengkap

mengendalikan karakter bobot buah per tanaman.

Umur panen. Urutan dominansi tetua berdasarkan nilai (Wri-Vr) karakter

umur panen adalah IPB C2, IPB C4, IPB C1, IPB C14, IPB C9 dan IPB C10.

Tetua IPB C10 merupakan tetua yang paling banyak mengandung gen resesif,

karena paling jauh dari titik nol. IPB C2 paling banyak mengandung gen

uominan, karena paling dekat dengan titik no1 (Gambar 5B). Garis lurus Wr

memotong sumbu tegak (Wr) pada pangkal sumbu menandakan gen dominan

(43)
[image:43.532.4.449.22.473.2]

Gambar 5 Hubungan peragam (Wr) dan ragam (Vr) karakter diameter buah (A)

d m umur panen (B).

Daya Gabung

Efek daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) semua

karakter hotikultura berbeda sangat nyata (Tabel 7). Hal tersebut menunjukkan

bahwa aksi gen aditif d m aksi gen non aditif mempengaruhi ekspresi karakter

bobot buah per tanaman. jumlah buah, panjang buah, diameter buah dan umur

(44)

Tabel 7 Kuadrat tengah daya gabung karakter hortikultura yang diamati pada 21 genotipe cabai

SK db Bobot buah Jumlah Panjang Diameter Umur

per tanaman buah buah buah panen

(9) (cm) (mm)

DGU 2 34684.08** 40256.45** 25.88** 7.76** 71.74**

DGK 20 55972.01** 11013.30** 0.64** 0.51** 28.04**

Galat 40 174.93 797.73 0.12 0.11 2.88

SK = sun

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian studi genetik karaker hortikultura dan
Gambar 2 Se1Jin.g tetua lnenggunakan sungkup kasa.
Gambar 3 Teknik persilangan buatan pada cabai: A. Bunga betina siap diserbuki;
Tabel 3 Jenis dm dosis auauk serta . . waktu ~emunukan tanaman cabai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian kekuatan mutu plat beton 20 MPa sangat berpengaruh terhadap kekuatan yang dihasilkan oleh Dapat dilihat pula kekuatan yang bekerja pada bidang

Unit Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Industri pupuk X mempunyai unit penanggulangan kebakaran yaitu bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran (KPK). Unit

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah tertulis (skripsi) yang berjudul “Studi

Latar belakang Mahkamah Konstitusi memperoleh kewenangan menyelesaikan seng- keta Pemilukada adalah berdasarkan Undang- Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Peru- bahan

Namun saat ini terjadi perluasan mengenai makna perselisihan hasil pemilu yang dapat ditangani oleh MK, dimana berdasarkan tafsiran MK dalam Putusan nomor

A akan memiliki energi sinyal yang besar dan dapat mengurangi noise yang terjadi pada saat transmisi, sehingga jaringan ini lebih efisien jika digunakan untuk layanan

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini dilampaui, Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan Keputusan maka permohonan pengembalian