Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Kekuatan-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga dan pikiran yang dimiliki penulis, akhirnya skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK SYARIAH DI SURABAYA” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Melalui skripsi ini, penulis merasa mendapat kesempatan besar untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di perkuliahan, terutama berkenaan dengan implementasi ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangatlah diharapkan demi semakin baiknya kualitas.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta kerja sama banyak pihak . Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar – besarnya kepada :
1. Allah Swt. yang telah memberikan ridho, kemudahan serta bimbingan sehingga penulis dapat dengan tenang menyelesaikan Skripsi ini.
2. Kedua orangtua yang selalu tulus memberikan doa dan dorongan spiritual serta yang tak kalah penting keikhlasannya memberikan materiil dari awal hingga akhir.
Pembangunan UPN “Veteran” Jatim yang telah memberikan arahan dan bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek ini.
6. Ibu Sishadiyati, SE. MM selaku dosen pendamping yang selalu memberi arahan dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
7. Saudara-saudaraku tercinta Mas Ori, mbak Utty dan dik Fanny yang telah memberikan support dan doa serta mengingatkan saya agar cepat menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, Semoga Allah memberi balasan sebaik-baiknya. Amien.
Surabaya, ... 2010
Penulis
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL xi BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori... 11
2.1.1 Pengertian Bank Syariah... 11
2.1.2 Tujuan dari Bank Syariah ... 13
2.1.3 Konsep dan Operasional Bank Syariah... 14
2.1.4 Prinsip-Prinsip Operasional Bank Syariah... 16
2.1.5 Sistem Pembiayaan Bank Syariah ... 17
2.1.6 Transaksi-Transaksi Bank Syariah ... 20
2.1.6.1 Pembiayaan Mudharabah... 21
2.1.6.1.1 Pengertian Pembiayaan Mudharabah... 21
2.1.6.1.2 Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah ... 24
2.1.6.1.3 Syarat-Syarat Pembiayaan Mudharabah ... 25
2.1.6.3 Pembiayaan Musyarakah ... 30
2.1.6.3.1 Pengertian Pembiayaan Musyarakah ... 30
2.1.6.3.2 Dasar Hukum Pembiayaan Musyarakah... 31
2.1.6.3.3 Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah... 32
2.1.6.4 Pembiayaan Qardhul Hasan... 33
2.1.6.4.1 Pengertian Pembiayaan Qardhul Hasan... 33
2.1.6.4.2 Dasar Hukum Pembiayaan Qardhul Hasan... 34
2.1.6.4.3 Syarat-Syarat Pembiayaan Qardhul Hasan ... 35
2.1.7 Konsep Syariah dalam Perekonomian ... 36
2.1.7.1 Nilai-nilai Syariah dalam perspektif mikro... 36
2.1.7.2 Nilai-nilai Syariah dalam perspektif makro ... 37
2.2 Pengertian Pemasaran ... 37
2.2.1 Konsep Pemasaran ... 40
2.2.1.2 Motif dan Perilaku Pembeli ... 40
2.3 Penelitian sebelumnya ... 42
2.4 Kerangka Pikir ... 43
2.5 Hipotesis ... 47
BAB III METODE PENELITIAN... 48
3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 48
3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 52
3.4 Teknik Analisis dan Uji Kualitas Data ... 56
3.4.1 Uji Kualitas Data... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 65
4.1 DISKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 65
4.1.1 Keadaan Responden... 65
4.1.2 Jenis Kelamin Responden ... 65
4.1.3 Distribusi Usia Responden... 66
4.2 Uji Kualitas Data... 67
4.2.1 Uji Validitas ... 67
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 68
4.2.3 Uji Normalitas... 68
4.3 Hasil Analisis Faktor... 70
4.3.1 Nilai KMO dan Bartlett’s Test... 70
4.3.2 MSA (Measure of Sampling Adequacy) ... 70
4.3.3 Nilai Communality ... 72
4.3.4 Total Variance Explained ... 74
4.3.5 Component Matrix ... 77
4.3.6 Rotated Component Matrix... 80
4.3.7 Penyusunan Nama Faktor Yang Terbentuk ... 83
4.3.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Skema Pembiayaan Mudharabah... 23
Gambar 2 : Skema Pembiayaan Murabahah... 27
Gambar 3 : Skema Pembiayaan Musyarakah ... 31
Gambar 4 : Skema Pembiayaan Qardhul Hasan... 34
Gambar 5 : Gambar Kerangka Pikir ... 46
Gambar 6 : Scree Plot Analisis Factor... 27
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Penghimpunan Dana Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 3
Tabel 2 : Posisi Kredit Bank Konvensional dan Bank Syariah... 4
Tabel 3 : Jumlah Bank, Kantor, Kacab Syariah dan Umum di Jatim ... 63
Tabel 4 : Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 65
Tabel 5 : Distribusi Usia Responden... 66
Tabel 6 : Uji Validitas... 67
Tabel 7 : Reliabilitas ... 68
Tabel 8 : Uji Normalitas Univariate... 69
Tabel 9 : Nilai KMO ... 70
Tabel 10 : Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) ... 71
Tabel 11 : Nilai Communality ... 72
Oleh :
Amirul Cozian
Abstraksi
Skipsi yang saya susun ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Bank Syariah di Surabaya. Dan metode penelitian yang saya gunakan adalah metode Analisis Faktor.
Skripsi ini disusun menggunakan data-data primer, yang kami peroleh langsung dari wawancara dengan pihak Bank terkait, nasabah serta dari dokumen-dokumen milik bank terkait tersebut.
Skripsi ini disusun dengan latar belakang oleh adanya pemenuhan kebutuhan perbankan masyarakat yang yang diberikan oleh Bank Konvensional yang semakin hari semakin meningkat serta adanya keinginan masyarakat muslim untuk memperoleh pembiayaan yang sesuai dengan syariah.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lembaga Keuangan khususnya Perbankan memiliki peranan yang strategis sebagai lembaga intermediasi yang menunjang perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya termasuk didalamnya
peluang beruasaha bagi pelaku bisnis, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional
kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena itu peranan lembaga
perbankan nasional yang sehat, tangguh dan terpercaya merupakan keharusan sesuai
fungsi utamanya yaitu dalam menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya
kembali dalam bentuk kredit.
Dalam dasawarsa 80-an dan 90-an, industri perbankan nasional mengalami
perkembangan yang luar biasa baik dilihat dari segi volume usaha, penghimpunan
dana, maupun pemberian kredit. Selain itu jumlah bank juga mengalami peningkatan
yang cukup baik, baik secara umum dan khusus.
Namun keadaan telah berubah sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia
yang berlangsung sejak pertengahan 1997. Krisis tersebut telah menghancurkan
Tingginya suku bunga pada saat krisis telah menyebabkan meningkatnya
jumlah dana yang berhasil dihimpun baik oleh bank konvensional maupun bank
syariah. Tetapi jumlah kredit yang disalurkan tidak mengalami peningkatan. Setelah
krisis ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan 1997, bank umum tidak mampu
lagi memberikan kredit apalagi meningkatkan kredit.
TABEL 1
Penghimpunan dana pada Bank konvensional dan Bank Syariah di Jawa Timur
Periode 1991-2000 ( dalam ribuan rupiah )
PERIODE
BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
1991 7.947.085 108.915
1992 9.433.874 144.222
1993 11.846.115 177.190
1994 14.380.635 216.237
1995 18.127.407 255.233
1996 23.250.827 328.591
1997 34.621.320 305.552
1998 56.282215 307.102
1999 58.664.617 449.953
2000 63.350.168 578.972
TABEL 2
Posisi Kredit Bank Konvensional dan Bank Syariah di Jawa Timur
Periode 1991-2000 ( dalam ribuan rupiah )
PERIODE
BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
1991 13.101.632 154.133
1992 13.007.340 108.557
1993 14.797.241 222.772
1994 17.772.734 277.902
1995 19.839.149 327.838
1996 23.656.038 477.062
1997 37.066.881 375.175
1998 28.972.876 367.623
1999 19.825.894 493.871
2000 22.655.243 696.864
Konsistensi Bank Syariah dalam memberikan kredit baik pada saat ekonomi
sedang dalam keadaan baik maupun pada saat bermasalah telah membuktikan
kesungguhan Bank Syariah dalam membangkitkan sektor riil khususnya.
Keinginan masyarakat terhadap adanya Bank tanpa bunga tersebut mendapat
respon dengan adanya deregulasi di sektor perbankan sejak 1 Juni 1983 dan Peraturan
Bank Indonesia ( PBI ) No 4 Tahun 2002 yang memberikan kebebasan kepada
bank-bank untuk menetapkan sendiri tingkat bunganya. Bahkan bank-bank tidak dilarang untuk
menetapkan bunga 0%.
Kegiatan Bank tanpa bunga ini semakin baik dengan di keluarkannya UU No 7
Tahun 1992 tentang perbankan dan kemudian disempurnakan dengan UU No 10
Tahun 1998 serta UU No 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia. Untuk selanjutnya
Bank tanpa bunga ini di kenal dengan sebutan Bank Syar’i atau Bank Syariah.
Sebagai langkah selanjutnya, dalam meningkatkan usaha kecil, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan untuk mencapai sasaran pemerataan, pertumbuhan dan
stabilitas secara serasi dan seimbang. Kebijakan tersebut diarahkan untuk mendorong
dan meningkatkan kemampuan berusaha para pengusaha kecil sehingga usahanya
dapat berkembang sehingga memperluas kesempatan kerja dan pada akhirnya mampu
menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Kegiatan utama Bank Syariah yang diatur dalam UU No 10 Tahun 1998,
melalui produk-produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Dalam kegiatan
menyalurkan dana, Bank Syariah menempuh mekanisme bagi hasil sebagai
pemenuhan kebutuhan permodalan dan melalui mekanisme jual-beli sebagai
pemenuhan kebutuhan pembiaayan.
Dari pemenuhan kebutuhan permodalan yang ditawarkan tersebut, diantaranya
adalah berupa pembiayaan Mudharabah, Murabahah, Musyarakah dan Qardul Hasan,
dengan menggunakan prinsip Bagi Hasil.
Dalam iklim persaingan dunia perbankan yang semakin ketat, Bank Syariah
dituntut untuk mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Akan tetapi dalam
operasionalnya Bank Syariah harus tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip
dasarnya yang berdasarkan pada syariat islam, sehingga terhindar dari
praktek-praktek yang dilarang oleh hukum islam. Keharusan ini disebabkan adanya
kemungkinan terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip syariah. Karena itu dari
sisi penyaluran dana, Bank Syariah dituntut untuk dapat menjaga tingkat
kesehatannya dengan menghindari pembiayaan yang bermasalah.
Dalam penyaluran pembiayaan, Bank Syariah harus mampu memenuhi
ketentuan utamanya yaitu bagi hasil yang merupakan pembagian keuntungan dan
kerugian. Tetapi timbul ke khawatiran bahwa ketentuan bagi hasil ini tidak dapat
diterapkan sesuai Syariah. Ditambah dengan kondisi bahwa Bank Syariah bukan jenis
usaha perbankan Syariah, sehingga Bank Syariah harus tunduk pada UU yang sama
dengan Bank Konvensional. Padahal secara karakteristik berbeda.
Tingkat resiko pembiaayaan yang tinggi keberadaannya yang diatur dalam
UU yang sama dengan Bank Konvensional, menimbulkan kekhawatiran bahwa Bank
Syariah akan menerapkan praktek yang tidak jauh berbeda dengan Bank
Konvensional, dimana Bank Konvensional akan mendapatkan pendapatan bunga
secara tetap atas kredit yang diberikan pada nasabah, dan nasabah berkewajiban
mengembalikan pinjaman pokok walaupun usahanya mengalami kerugian. Sehingga
dalam penyaluran pembiaayaan tersebut bagi hasil hanyalah dijadikan sebagai label
semata untuk menggantikan istilah bunga.
Dengan adanya permasalahan yang terjadi antara apa yang seharusnya
dipenuhi oleh Bank Syariah dalam pembiayaan dengan sistem bagi hasil, ditambah
dengan adanya persaingan yang semakin tajam dalam dunia perbankan serta
peraturan yang semakin ketat dari pemerintah tentang tingkat kesehatan perbankan,
maka akan menjadi hambatan bagi Bank Syariah untuk menerapkan produk-produk
pembiayaannya, seperti Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Qardul Hasan
yang sesuai dengan Syariah. Dalam hal ini Bank Syariah dituntut untuk istiqomah
pada tujuan utamanya, yakni memberikan jasa perbankan sesuai dengan islam yang
Dalam melakukan kegiatan pembiayaan, Bank Syariah diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang khusus dan sebaik-baiknya kepada para nasabahnya
sehingga nasabah merasa ada perbedaan antara menggunakan Bank Syariah dengan
Bank Konvensinal. Disamping dalam hal pelayanan kepada nasabah, Bank Syariah
juga diharapkan menerapkan peraturan-peraturan pembiayaan yang sesuai dengan
Syariah. Hal ini dilakukan karena Bank Syariah juga mendapatkan perlakuan khusus
dari pemerintah yang tertuang dalam UU Perbankan maupun dari Bank Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang menjadi pertimbangan nasabah dalam memilih
pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Qardul Hasan
yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya ?
2. Faktor apakah yang paling dominan yang mempengaruhi pertimbangan
nasabah dalam memilih pembiayaan tersebut ?
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan melihat permasalahan yang ingin diteliti, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana penyaluran pembiayaan Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, dan Qardul Hasan di Surabaya.
2. Mengetahui apakah ada penyimpangan dari ketentuan Syariah dalam
penyaluran pembiayaan yang disalurkan melalui masing-masing produk
pembiayaan tersebut.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini penulis berharap agar penelitian agar dapat
dimanfaatkan sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengambil kebijakan
dalam pengembangan Bank Syariah di wilayah Surabaya khususnya dan
wilayah indonesia pada umumnya.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pijakan bagi penelitian selanjutnya.
3. Dapat menjadi sumbangsih bagi pengembangan Ekonomi Islam
4. Dapat dan mampu menjadi bahan acuan bagi penelitian yang sejenis yang
khusus membahas tentang masalah Perbankan Syariah baik dalam ruang
lingkup yang kecil dan terbatas maupun scope yang lebih besar lagi.
5. Penelitian ini ditujukan agar masyarakat awam maupun praktisi-praktisi
perbankan khususnya Syariah dapat mengambil informasi yang memang
dibutuhkan.
6. Dengan adanya penelitian ini dapat dipakai sebagai pegangan atau
pedoman bagi mahasiswa yang akan menyusun skripsi dengan
mengangkat tema yang sama, sehingga dapat mempermudah dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LANDASAN TEORI
2.1.1. Pengertian Bank Syariah
Menurut UU tahun 1998 dan UU No 7 tahun 1992, Bank Syariah adalah bank
yang melaksanakan kegiatan uasaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayarannya.
Bank Syariah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan mobilitas
ekonomi pada saat sekarang ini. Dimana istilah lain di gunakan untuk sebutan Bank
Syariah adalah Bank Islam, Bank Bagi Hasil atau Bank tanpa bunga. Istilah-istilah
tersebut merupakan istilah baru yang di gunakan untuk menyebut Baitul Maal yang merupakan Lembaga Keuangan Islam yang dikenal sejak 14 abad silam. Karena A.
Perwatamadja dan M. Syafii Antonio ( 1992 : 1 ) menyatakan : ” Bank Islam adalah
bank yang beroperasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam, yaitu bank
yang beroperasinya yang mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist
”.lebih lanjut mereka menjelaskan tentang Bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip Syariah Islam yaitu : ” ...Bank yang dalam operasinya itu
bermuamalat secara islami. Dalam tata cara bermuamalat itu, dijauhi praktek-praktek
yang dikhawatirkan mengandung unsur Riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar Bagi Hasil dan Pembiayaan Perdagangan ” ( 1992 : 1-2 ).
Menurut Sutan Remi, Bank berdasarkan prinsip Syariah atau Bank Syariah
atau Bank Islam, seperti halnya Bank Konvensional, juga berfungsi sebagai Lembaga
Intermediasi ( intermediary institution ), yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya adalah bahwa
Bank Syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga ( interest free ), tetapi berdasarkan pembagian keuntungan dan kerugian ( profit and loss sharing principle atau PLS principle ) ( 1991 :1 ).
Sedangkan menurut Ensiklopedi Islam, Bank Syariah adalah Lembaga
Keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip Syariah Islam ( 1994 : 231 ).
Sedangkan menurut PP No. 72 tahun 1992, yang dimaksud dengan Bank Bagi
Hasil adalah bank yang sistem operasionalnya berdasarkan pada prinsip Syariah.
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
2.1.2. Tujuan dari Bank Syariah
Menurut HandBook of Islamic Banking, tujuan dasar dari Bank Syariah adalah menyediakan fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan
instrumen-instrumen keuangan ( financial instrument ) yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan norma-norma Syariah ( Kazarian ; 1993 :54 ).
Tujuan dari berdirinya Bank Syariah adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya masih jauh dari taraf hidup
sejahtera.
2. Menambah lapangan kerja guna peningkatan kesejahteraan bagi umat Islam
itu sendiri.
3. Membina Ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Untuk mencapai tujuan operasionalisasi Bank Syariah tersebut, diperlukan
strategi operasional sebagai berikut :
1. Bank Syariah tidak bersifat menunggu ( pasif ) terhadap datangnya
penelitian terhadap usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu
tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
2. Bank Syariah yang memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya
jangka pendek dengan mengutamakan usaha berskala menengah dan kecil.
3. Bank Syariah mengkaji bangsa pasar, tingkat ke jenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
2.1.3. Konsep dan Operasional Bank Syariah
Konsep dan operasional Bank Syariah menyangkut pelaksanaan kegiatan
muamalat khususnya konsep ekonomi atau perniagaan. Hubungan antara pihak-pihak
yang melakukan transaksi dalam perniagaan yang menurut Syariah Islam ditentukan
oleh hubungan akad. Akad adalah suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridhoan masing-masing.
Jenis-jenis akad dalam prinsip Syariah ( M. Amin Aziz, 1992 : 18 ) adalah
sebagai berikut :
b. Akad titipan : Akad Wadiah, simpanan diantara mereka yang memiliki
barang berharga ( yang menitip ) dan pihak yang menyimpan ( yang
dititipi ).
c. Akad Bersyarikat : Akad Kerjasama perkongsian diantara dua orang
atau lebih dengan masing-masing memberikan masukan modal (
dalam berbagai bentuk ) dengan perjanjian pembagian keuntungan
yang disepakati diantara mereka.
d. Akad memberi kepercayaan : Akad yang memberikan jaminan
sehingga seseorang yang melepaskan haknya kepada orang lain
menjadi percaya dan merasa terjamin bahwa haknya itu tidak akan
hilang.
e. Akad memberikan izin : Akad mewakilkan, Al-Wakalah, memberi
kuasa pada penerima Wakalah untuk melaksanakan suatu pekerjaan
bagi pihak yang diwakili. Sehingga pekerjaan dapat diagantikan oleh
wakil yang ditunjuk oleh yang diwakili dengan maksud agar pekerjaan
dapat dilaksanakan segera meski tanpa adanya campur tangan dari
2.1.4. Prinsip-prinsip Operasional Bank Syariah
Menurut ketentuan pelaksanaan di bidang perbankan ( UU No.10 Tahun 1998
) berdasarkan SK Direksi BI No.32 / 34 / kep / Dir tentang Bank Syariah berdasarkan
prinsip Syariah pada pasal 28 disebutkan bahwa Bank Syariah wajib menerapkan
prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi : ( Bank
Indonesia, 1998 ).
A. Menghimpun Dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi :
a. Tabungan berdasarkan prinsip Wadiah atau Mudharabah.
b. Bentuk lain berdasarkan prinsip Wadiah atau Mudharabah.
B. Melakukan penyaluran dana melalui ;
1. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip :
a. Murabahah
b. Isthisna
c. Ijarah
d. Salam
2. Pembiayaan Bagi Hasil berdasarkan Prinsip :
a. Mudharabah
b. Musyarakah
c. Bagi Hasil lainnya
3. Pembiayaan Lainnya :
a. Hawalah
b. Rahn
c. Qard
2.1.5. Sistem Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas Bank baik Bank Konvensional
maupun Bank Syariah, yaitu pemberian fasilitas penyedian dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan dana dalam menjalankan usaha, tetapi
tidak mempunyai dana atau modal tersebut ( Syafi’i Antonio, 2001 : 160 ).
Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk peningkatan
usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya pembiayaan Produktif dapat di bagi menjadi dua hal
berikut ini
1. Pembiayaan Modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan :
a. Peningkatan Produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau
mutu hasil produksi.
b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan Utility of Place dari suatu barang.
Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat Liquid ( cash
), piutang dagang ( receiveble ), dan persediaan ( inventory ) yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku ( raw material ), persediaan barang dalam proses ( work in process ) dan persedian barang jadi ( finished head goods ). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.Pembiayaan investasi di berikan kepada nasabah untuk keperluan
penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi,Perluasan usaha,ataupun
pendirian proyek baru.
Ciri-ciri Pembiayaan investasi adalah:
a. Untuk pengadaan barang-barang modal.
b. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah.
c. Berjangka waktu menengah dan panjang.
Pembiayaan Investasi di berikan dalam jumlah besar dan pengendapannya
cukup lama. Oleh karena itu, harus di susun proyeksi arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi.
Untuk pembiayaan Investasi Bank Syariah menggunakan skema
Musyarakah Mutanaqishah, yaitu Pembiayaan dengan prinsip penyertaan dan
secara bertahap Bank melepaskan penyertaanya dan pemilik perusahaan akan
mengambil alih kembali. Selain itu, juga dengan skema Al-Ijarah Al-Muntahia
Bit- Tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan
Sedangkan Pembiayaan komsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer
dan kebutuhan sekunder.
Bank Syariah dapat menyediakan kebutuhan komersil untuk memenuhi
kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema sebagai berikut:
a. Al-Bai’u Baithaman Aju atau jual beli dengan angsuran.
b. Al-Ijarah Al muntahia Bit -Tamlik atau sewa beli.
c. Al-Musyarakah Mutanaqishah atau Decreasing Participation,dimana
secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.
Pembiayaan konsumsi tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan primer dan sekunder,sedangkan kebutuhan primer pada
umumnya tidak dapat di penuhi dengan Pembiayaan Komersial.
2.1.6. Transaksi-Transaksi Bank Syariah
Para ahli hukum dan para ahli ekonomi muslim telah mengembangkan
instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah di
gariskan oleh perbankan Islam.
Teknik-teknik finansial yang di kembangkan oleh perbankan Islam, baik
fasilitas pembiayaan oleh bank itu bagi nasabahnya, adalah teknik-teknik finansial
yang tidak berdasarkan bunga ( interest free ), tetapi di dasarkan pada profit and loss sharing principle ( PLS ).
Didalam UU No. 10 tahun 1998, disebutkan beberapa teknik finansial
tersebut, yaitu Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ijarah, dan Ijarah Wa
Iqtina. Dalam surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32 / 34 / KEP / DIR
tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip Syariah selain
transaksi-transaksi yang disebutkan dalam UU No.10 tahun 1998 itu disebutkan
pula beberapa jenis transaksi yang lain yaitu Hiwalah, Istishna, Kafalah, Qardh,
Qardhul Hasan, Rahn, Sharf, Wadiah, Wadiah Yad Amanah, Wadiah Yad
Dhamanah, Wakalah dan Kartu Debit berdasarkan prinsip Ujr.
2.1.6.1. Pembiayaan Mudharabah
2.1.6.1.1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara Bank
dengan nasabah, dimana Bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha
kegiatan tertentu dari nasabah. Sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa
campur tangan Bank. Bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan
melakukan pengawasan. Atas penyediaan dana untuk pembiayaan tersebut, Bank
persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian atas usaha yang di biayai
tersebut, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh Bank kecuali
kerugian akibat dari kelalaian nasabah.
Kredit Mudharabah ini dapat dikembangkan untuk investasi baru bagi
nasabah, baik di bidang pertanian, perikanan, perindustrian kecil, maupun industri
rumah tangga.
Tujuan pemberian kredit Mudharabah ini adalah untuk menggabungkan
masing-masing potensi, yakni potensi pemilik modal yang tidak memiliki keahlian
usaha ( skill ) dengan pemilik proyek yang tidak memiliki modal untuk
Gambar 1
Skema pembiayaan Mudharabah
Perjanjian Bagi Hasil
Mudharib Shahibul Maal
Tenaga kerja modal 100%
Proyek Usaha rugi 100%
X% Keuntungan Y%
2.1.6.1.2. Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah
Dasar hukum pembiayaan Mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Syariah Islam
a. Al-Qur’an
Dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan
apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh ( balasan
)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya...( Al-Muzammil : 20 )
b. Al-Hadits
Dari Suhaib ra. Bahwa Rosulullah SAW. Bersabda: tiga perkara didalamnya
terdapat keberkatan (1) menjual dengan pembayaran secara kredit (2) Muqaradhah
(nama lain dari Mudharabah) (3) mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah dan bukan untuk dijual ( HR. Ibnu Majah ) ( Warkum
Sumitro,1997:34 ).
Menurut ketentuan pelaksanaan di bidang Perbankan ( UU No. 10 tahun
1998 ) berdasarkan SK Direksi BI No. 32/34/Kep/ Dir tentang Bank Umum
berdasarkan Prinsip Syariah pada pasal 28 huruf b disebut bahwa Bank wajib
penyaluran dana melalui Pembiayaan Bagi hasil berdasarkan prinsip Mudharabah,
musyawarah dan Bagi Hasil lainnya.
2.1.6.1.3. Syarat-syarat Pembiayaan Mudharabah
Syarat-syarat Mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, seandainya modal berbentuk
barang maka barang tersebut harus dimiliki sebesar nilai yang disepakati oleh
Shahibul maal dan mudharib
2. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang
3. Modal harus diserahkan kepada mudharib agar memungkinkan melakukan
usaha
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam pembagian persentase dari
keuntungan yang mungkin dihasilkan. Kesepakatan rasio persentase harus
dicapai melalui negoisasi dan dituangkan dalam kontrak. Pembagian
2.1.6.2. Pembiayaan Murabahah
2.1.6.2.1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Muraabahah yaitu pembiayaan dari bank yang di berikan kepada
umat untuk tujuan pembelian barang-barang kebutuhan modal kerja, investasi,
ataupun konsumsi. Dalam pembiayaan ini Bank menyediakan talangan dana untuk
pengadaan suatu barang dengan perjanjian bahwa penerima pembiayaan akan
membayar pada saat jatuh tempo atau pada waktu yang telah disepakati berupa
harga pokok barang ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
Pembiayaan Murabahah ini mirip dengan Kredit modal kerja pada Bank
konvensional, karena itu jangka waktu Pembiayaan tidak lebih dari satu tahun.
Tujuan Pembiayaan Murabahah ini adalah untuk Pembiayaan seperti rumah,
tanah, mobil, motor dan sebagainya. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan
pembiayaan murabahah ini dipergunakan untuk keperluan seperti misalnya
pemberian dana yang bertujuan untuk pengembangan usaha, seperti renovasi
pabrik, perusahaan, toko dll. Dimana dana tersebut nantinya akan dibayarkan
kepada pihak Bank secara berkala beserta hasil keuntungan yang didapat dari
pabrik, perusahaan dan toko tersebut tentunya dilihat dari pendapatan perbulan dari
penerima pembiayaan dan hasil keuntungan tersebut telah di sepakati di awal dari
pemberian pembiayaan. Dan satu hal lagi apabila ada kerugian di masa yang akan
Bank belum terlunasi maka kerugian akan ditanggung bersama dengan pengawasan
dari pihak Bank yang dilakukan sesuai prosedur.
GAMBAR 2
Skema Pembiayaan Murabahah
1. Negosiasi dan Persyaratan
2. Akad Jual Beli
Bank Pengusaha
6. Bayar
5. Terima barang dan uang
3. Beli barang 4. Kirim
2.1.6.2.2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah
1. Syariah Islam
a. Al-Qur’an
” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang dan kepadamu.” (An Nissa’ : 29).
b. Al-Hadits
Dari Suhaib ra. Bahwa Rosulullah SAW. Bersabda: tiga perkara
didalamnya terdapat keberkatan (1) menjual dengan pembayaran
secara kredit (2) Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah) (3)
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan
untuk dijual ( HR. Ibnu Majah ) (Warkum Sumitro,1997:34).
2. Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
Menurut ketentuan pelaksanaan dibidang Perbankan ( UU No.
10 tahun 1998 ) berdasarkan SK Direksi BI No. 32/ 34/ Kep/ Dir tentang
Bank umum Berdasarkan Prinsip Syariah pada pasal 28 huruf b
melakukan kegiatan usahannya yang meliputi penyaluran dana melalui
transaksi jual beli berdasarkan prinsip Murabahah, Istishna, Ijarah,
Salam dan Jual beli lainnya.
2.1.6.2.3. Syarat-syarat Pembiayaan Murabahah
Syarat-syarat Pembiayaan Murabahah adalah sebagai berikut:
1. Bank memberitahu biaya modal kepada nasabah
2. Kontrak pertama harus sah
3. Kontrak harus bebas dari riba
4. Bank harus menjelaskan setiap cacat yang terjadi sesudah pembelia dan harus
membuka semuahal yang berhubungan dengan cacat
5. Bank harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara hutang
6. Jika syarat dalam 1,4 atau 5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya
b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan
2.1.6.3. Pembiayaan Musyarakah
2.1.6.3.1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah yaitu suatu perjanjian dimana Bank menyediakan
sebagian dari Pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, sebagian lain disediakan
oleh mitra usaha. Dalam hal ini, Bank dapat ikut serta dalam manajemen usaha
tersebut. Bank bersama mitra usaha mengadakan kesepakatan tentang pembagian
keuntungan tersebut tidak harus sebanding dengan pangsa pembiayaan
masing-masing, melainkan atas dasar perjanjian kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian,
kerugian tersebut akan di tanggung bersama sesuai dengan pangsa Pembiayaan
masing-masing. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu iklim perekonomian yang
kondusif baik bagi Bank maupun mitra usaha, disamping itu suasana silahturahmi
tetap terjalin dan terjaga seiring dengan hubungan kerja yang dijalin antara Bank dan
mitra usaha.
Di segi lain dengan sisi yang positif pula tentunya, pembiayaan Musyarakah
ini sangat baik dan tepat bagi wirausahawan yang baru saja memulai usaha dan ingin
menjalin hubungan kerja dengan tingkat resiko yang dapat berkurang, karena
kerugian dapat ditanggung bersama dengan pihak Bank. Tentunya ini sangat
GAMBAR 3
Skema Pembiayaan Musyarakah
Nasabah parsial Bank Syariah parsial pembiayaan
Proyek Usaha
Keuntungan
Bagi Hasil Keuntungan sesuai Nisbah
2.1.6.3.2. Dasar Hukum Pembiayaan Musyarakah
a. Al-Qur’an
...Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan sedikitlah mereka
b. Al-Hadits
Dalam hadits kursi yang di riwayatkan dari Abu Hurairah bahwa rasulullah
SAW. Telah berkata Aku menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama
salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya berkhianat
maka aku keluar dari penyertaan tersebut ” (HR. Abu Daud, Subulussalam
3/12) (Warkum Sumitro, 1997 : 35)”.
2.1.6.3.3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah
Rukun Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:
1. Sighat (ucapan) : Ijab dan Qabul
2. Pihak yang berkontrak
3. Obyek kesepakatan: Modal dan Kerja
Sedangkan syarat Musyarakah adalah sebagai berikut:
1. Ucapan tidak ada bentuk khusus dari montrak Musyarakah. Ia dapat berbentuk
pengucapan yang menunjukkan tujuan. Berakad dianggap sah jika di ucapkan
secara verbal atau ditulis. Kontrak Musyarakah harus dicatat dalam tulisan dan
disaksikan
2. Pihak yang berkontrak. Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam
2.1.6.4. Pembiayaan Qardhul Hasan
2.1.6.4.1. Pengertian Pembiayaan Qardhul Hasan
Pembiayaan Qardhul Hasan adalah suatu perjanjian antara Bank sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang
maupun barang tanpa adanya persyaratan adanya tambahan atau biaya apapun.
Pinjaman (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang ata barang yang dipinjam
pada waktu yang telah di disepakati bersama, dengan jumlah sama dengan pokok
pinjaman.
Bank sebagai pemberi pinjaman tidak diperbolehkan meminta pinjaman untuk
membayar lebih dari jumlah pokok pinjaman, akan tetapi Bank dibenarkan untuk
menerima kelebihan pembayaran secara sukarela dari peminjam sebagai tanda
terima kasih yang besarnya tidak di tentukan sebelum akad, ini hukumnya sunnah.
Tujuan dari Pembiayaan Qardhul Hasan adalah untuk menolong peminjam
yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif
maupun produktif. Peminjam dipilh secara selektif dan hati-hati terutama kepada
GAMBAR 4
Skema Pembiayaan Qardhul Hasan
Perjanjian Qardhul
Nasabah Dana Khusus Bank ( ZIS )
100% Proyek Usaha kembali modal
Keuntungan
2.1.6.4.2. Dasar Hukum Pembiayaan Qardhul Hasan
a. Al-Qur’an
” Siapakah yang mau memerikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rizki) dan kepadanyalah kamu dikembalikan. (Al-Baqarah : 245)
b. Al-Hadist
Dari Ibnu Mas’ud ra. Bahwa Rasulullahlah SAW telah bersabda : ” Barang siapa
yang telah melepaskan saudaranya yang miskin dari satu kesusahan-kesusahan dunia
maka Allah akan melepaskan satu kesusahan padanya di hari akhir. Barangsiapa telah
membantu saudaranya yang kesulitan di dunia, maka Allah akan membantunya di
dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Allah selalu membantu seorang hamba selama
hamba tersebut membantu saudaranya ” ( Hadist Riwayat Muslim ) ( Warkum
Sumitro, 1997 : 40 ).
2.1.6.4.3. Syarat-syarat pembiayaan Qardhul Hasan
Syarat pembiayaan Qardhul Hasan adalah :
1. pembiayaan ini digunakan sebagai produk untuk menyumbang usaha yangsangat
kecil atau membantu sektor sosial.
2. sumber dana yang di gunakan untuk pembiayaan berasal dari dana ZIS n ( Zakat,
2.1.7. Konsep Syariah dalam perekonomian
2.1.7.1 Nilai-nilai Syariah dalam perspektif mikro
Nilai-nilai Syariah dalam Persepektif Mikro adalah sebagai berikut:
1. Shiddiq. Memastikan bahwa pengelolaan Bank Syariah dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran.
2. Tabligh. Secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi
masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa didalam Bank Syariah.
3. Amanah. Menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam
mengelolah dana yang diperoleh dari pemilik dana ( Shahibul maal ) sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak pemilik dana dan pihak pengelolah dana
investasi ( Mudharib).
4. Fathanah. Memastikan bahwa pengelolaan Bank dilakukan secara profesional
dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimal dalam tingkat
2.1.7.2. Nilai-nilai Syariah dalam Persepktif Makro
Nilai-nilai dalam Persepektif Makro adalah:
1. Kaidah Zakat mengkondisikan prilaku masyarakat yang lebih menyukai
berinvestasi dibandingkan hanya menyimpan hartanya.
2. Kaidah Pelarangan Riba menganjurkan pembiayaan bersifat bagi hasil ( Equity Based financing ) dan melarang riba.
3. Kaidah pelarangan judi atau maisir tercermin dari kegiatan Bank Syariah yang
melarang investasi yang tidak memiliki kaitan dengan sektor riil.
4. Kaidah pelarangan Gharar mengutamakan transparansi dalam bertransaksi dan
kegiatan operasional lainnya dan menghindari ketidakjelasan.
2.2. Pengertian Pemasaran
Banyak definisi yang dikemukakan oleh Pakar Marketing, namun dari
keseluruhan definisi yang dikemukakan belum ada suatu keseragaman diantara pakar
satu dengan pakar yang lain. Definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang
pemasaran antara lain :
1. Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui beberapa istilah seperti :
a. Kebutuhan (needs)
b. Keinginan (wants)
c. Permintaan (demands)
d. Produk (product)
e. Pertukaran (exchange)
f. Transaksi (transaction)
g. Pasar (market)
Kebutuhan
Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan yang dirasakan ingin
diperoleh oleh seseorang.
Keinginan
Keinginan manusia adalah pola kebutuhan manusia yang dibentuk oleh
kebudayaan dan individualitas seseorang.
Permintaan
Adalah keinginan terhadap produk-produk tertentu yang didukung oleh
Produk
Adalah sesuatu yang dapat ditawarkan pada suatu pasar untuk
mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, penggunaan atau
konsumsiyang bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan. Konsep
produk tidak terbatas pada benda fisik saja, segala sesuatu apa saja
yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan dapat dinamakan
produk.
Pertukaran
Adalah tindakan seseorang untuk memperoleh suatu benda yang
diinginkan dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya.
2. William J. Stanton mendefinisikan pemasaran dalam 2 (dua)
pengertian dasar yaitu :
a. Dalam arti kemasyarakatan
Pemasaran adalah setiap kegiatan tukar-menukar yang bertujuan
untuk memuaskan keinnginan manusia.
b. Dalam arti bisnis
Pemasaran adalah sebuah sistem dari kegiatan bisnis yang
dan mendistribusikan jasa serta barang-barang pemuas keinginan
pasar.
2.2.1. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah merupakan orientasi manajemen yang menekankan
bahwa kunci pencapaian tujuan oaganisasi terdiri dari kemampuan perusahaan
menentukan kebutuhan dan keinginan pasar yang dituju dan kemampuan perusahaan
tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan
efisien ( Sofjan Assauri 1987 : 77).
Konsep pemasaran menunjukan ciri dan seni dari kegiatan pemasaran yang
akan dilakukan dengan mencari apa yang diinginkan konsumen dan berusaha
memenuhinya serta membuat apa yang dapat dijual dan bukan menjual apa yang
dapat dibuat.
2.2.1.2 Motif dan Perilaku Pembeli
Dalam menentukan sasaran pasar yang tepat terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan, perlu diteliti dan dikaji motif, perilaku, dan kebiasaan pembeli dalam hal
ini adalah nasabah. Karena masing-masing pembeli mempunyai motif, perilaku, dan
kebiasaan yang berbeda, maka perlu dilakukan pendekatan dalam pengkajiannya,
sehingga analisis yang dilakukan dapat lebih berguna dan tepat untuk pengambilan
a. Motif pembelian
Keberhasilan kegiatan pemasaran sangat ditentukan oleh kemampuan
produk yang dipasarkan untuk memenuhi apa yang diharapkan atau diinginkan oleh
konsumen dalam penelitian ini adalah nasabah. Oleh karena itu, dalam memasarkan
produk yang dihasilkan perlu diketahui dan dianalisis, mengapa seseorang membeli
suatu produk dan apa yang diharapkan atau diinginkan oleh pembeli terhadap produk
yang dibelinya itu.
b. Perilaku Pembeli
Keberhasilan kegiatan pemasaran suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan itu menyelami persepsi para pembeli atau konsumen,
sehingga dapat diketahui mengapa seseorang lebih senang dan membeli produk
tertentu. Persepsi yang menimbulkan preferensiseorang pembeli terhadap satu produk
tertentu, disebut perilaku pembeli. Teori perilaku konsumen dalam pembelian atas
dasar pertimbangan ekonomi, menyatakan bahwa keputusan seseorang untuk
melaksanakan pembelian merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional yang sadar,
sehingga mereka akan memilih produk yang akan memberikan kegunaan yang paling
besar, sesuai dengan selera dan biaya secara relatif.
Teori perilaku konsumen dalam pembelian yang didasarkan pada
oleh kebutuhan dasarnya, yang terbentuk dari pengaruh lingkungan dimana dia
berada/tinggal.
2.3. Penelitian sebelumnya
Skripsi ini memfokuskan pada penelitian tentang pembiayaan Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, dan Qardhul Hasan yang disalurkan oleh Bank Syariah di
Surabaya. Dari studi pustaka yang dilakukan, belum pernah ada penelitian dengan
topik yang serupa. Ada penelitian tentang Bank Syariah, tetapi dengan topik yang
berbeda yaitu tentang Analisis potensi dan Preferensi Masyarakat tentang Bank
Syariah diwilayah Jawa Timur oleh BI bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang.
Selain itu juga ada penelitian tentang ketepatan penerapan mekanisme pembiayaan
dengan sistem bagi hasil Al-Mudharabah dalam Islam oleh Aris Handoko mahasiswa
jurusan Akuntansi UNAIR dan Moh. Taufiqurrahman tentang Analisis Penerapan
Mekanisme PBH Musyarakah dalam Islam : antara Syirkah Inan dan Qard. Dan juga
penelitian tentang Pengaruh Tingkat Bagi hasil dan Suku Bunga Terhadap Simpanan
Mudharabah oleh Erik Rio mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas
1. Ada juga penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Perbankan Syariah oleh M. Fadil Rizqi mahasiswa UPN Veteran Jatim jurusan
Ekonomi Pembangunan.
2. Nurul Hidayah mahasiswi UPN Veteran Jatim dengan penelitian tentang
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia.
3. Rico Edi mahasiswa UPN Veteran Jatim dengan penelitian tentang Analisa Faktor
Pembiayaan akad Mudharabah ( studi kasus pada Bank Muamalat Surabaya ).
2.4. Kerangka Pikir
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memilih produk
pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya adalah mencakup
beberapa faktor di antaranya adalah sistem pembiayaan, tingkat bagi hasil dan juga
jumlah kantor Bank. Untuk lebih jelasnya pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pertimbangan nasabah dalam memilih suatu produk pembiayaan yang
disalurkan oleh Bank-Bank Syariah adalah suatu hasrat atau keinginan dari
tiap individu nasabah Bank Syariah untuk menggunakan suatu produk
Pembiayaan dalam memperlancar suatu mobilisasi perekonomiannya yang
2. Tingkat bagi hasil adalah prosentase keuntungan yang didapat oleh nasabah
sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh Bank.
Prosentase keuntungan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Apabila
tingkat bagi hasil didalam Bank Syariah meningkat maka diharapkan
minat nasabah pada produk pembiayaan akan meningkat dan hal ini
disebabkan karena keinginan nasabah untuk memperoleh keuntungan dari
tingkat bagi hasil, sehingga mengakibatkan minat nasabah untuk
menggunakan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan
Qardhul Hasan tersebut.
3. Sistem Pembiayaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh pihak Bank yang
sesuai dengan Syariah Islam untuk mencapai kesepakatan suatu perjanjian
antara pihak Bank dengan nasabah agar terciptanya suatu kelancaran dalam
bertransaksi ekonomi demi mendapatkan keuntungan bersama yang
barokah. Apabila nasabah puas dengan sistem pembiayaan yang ditawarkan
Bank Syariah, maka nasabah akan dengan sendirinya datang dan
menginvestasikan uangnya dengan menggunakan produk pembiayaan yang
ditawarkan oleh Bank Syariah seperti Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah dan Qardhul Hasan.
4. Jumlah kantor Bank Syariah merupakan penjumlahan dari kantor Bank
Syariah yang dimiliki oleh Bank umum Syariah. Semakin banyak jumlah
nasabah, sehingga nasabah semakin merasa diperhatikan dan itu akan
berdampak semakin tingginya minat nasabah untuk menggunakan produk
pembiayaan Syariah tersebut.
5. Promosi produk pembiayaan Bank Syariah merupakan suatu usaha atau
cara suatu bank dalam mengenalkan produk pembiayaan kepada nasabah
agar nasabah mengenal, mengerti membeli dan menggunakan produk
pembiayaan tersebut. Keberhasilan suatu produk yang ditawarkan tidak
lepas dari peran penting dari promosi itu sendiri.
6. Pengetahuan nasabah terhadap suatu produk Pembiayaan yang ditawarkan
oleh bank Syariah adalah informasi yang sampai dan didapat oleh nasabah
tentang seluk-beluk produk pembiayaan tersebut, sehingga apabila seorang
nasabah mengerti dan paham betul akan produk pembiayaan yang
ditawarkan dan manfaatnya bagi dirinya, maka nasabah tersebut akan
Gambar kerangka Pikir
Variasi Produk (X1)
Tingkat Bagi Hasil (X2)
Sikap Karyawan Dalam Melayani Nasabah (X3)
Kecepatan Pelayanan (X4)
ATM (X5)
Jarak dan Tempat (X6)
Biaya Administrasi (X7)
Fasilitas Parkir (X8)
Teknologi Informasi (X9)
Ruang Tunggu (X10)
Sistem Pembiayaan (X11)
Jumlah Kantor Bank (X12)
Promosi Produk Syariah (X13)
Produk Knowledge Nasabah
Keputusan Nasabah Memilih Produk Bank
Syariah di Surabaya
(X ) 14
2.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang
merupakan faktor penunjang dalam penelitian ini, maka dapat diambil suatu dugaan
atau pendapat sementara yang perlu diuji kembali kebenarannya, yaitu :
1. Diduga tingkat bagi hasil, sistem pembiayaan, dan jumlah kantor Bank
Syariah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap minat nasabah
pada produk pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di
Surabaya.
2. Diduga adnya Promosi terhadap produk Pembiayaan Syariah
mempengaruhi minat nasabah pada produk Pembiayaan yang disalurkan
oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya.
3. Diduga tingkat bagi hasil berpengaruh paling dominan terhadap minat
nasabah pada produk pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah mendefinisikan konsep-konsep yang berasal dari teori untuk dapat dioperasikan ke dalam suatu
penelitian. Adapun untuk mengetahui pengukuran dari variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :
Keputusan nasabah memilih produk bank Syariah (Y)
Merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesannya terhadap persepsi dan harapan-harapan
2. Variabel bebas (X)
Variabel bebas dalm penelitian ini adalah :
a. Variasi Produk (X1)
Merupakan jenis dan tipe produk tabungan yang dikeluarkan oleh
pihak Bank Umum di Surabaya sebagai upaya memberikan alternatif pilihan
produk tabungan bagi nasabah.
b. Tingkat Bagi Hasil (X2)
Adalah prosentase keuntungan yang didapat oleh nasabah
sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh
Bank. Satuan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
c. Sikap Karyawan Dalam Melayani Nasabah (X3)
Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan tata cara pelayanan
yang baik, ramah, bersahabat, serta tanggap dalam membantu melayani
nasabah jika memerlukan bantuan, sehingga dapat menarik minat nasabah
untuk memilih produk tabungan pada Bank Umum di Surabaya.
d. Kecepatan Pelayanan (X4)
Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kecepatan,
e. ATM (X5)
Merupakan salah satu bagian dari fasilitas produk tabungan yang
diberikan oleh Bank kepada nasabah untuk menyimpan tabungan tersebut
dalam bentuk kartu ATM, dan nasabah dapat mengambil kembali
tabungannya melalui fasilitas kartu ATM yang sudah dioperasikan oleh Bank.
f. Jarak dan Tempat (X6)
Lokasi, jarak, dan tempatnya mudah dijumpai karena lokasinya
berada pada tempat yang strategis dari tempat tinggal nasabah.
g. Biaya Administrasi (X7)
Biaya-biaya yang di tentukan oleh pihak bank, kemudian dikenakan
kepada nasabah dalam pengambilan beberapa produk tabungan, misalnya
penarikan tunai di ATM, biaya transfer pada beda bank dikenakan charge,
serta pergantian buku tabungan.
h. Fasilitas Parkir (X8)
Apakah area parkirnya mudah dijangkau dari bank, ada tidaknya atau
besar kecilnya biaya parkir (dikenakan biaya parkir atau bebas parkir), serta
bagaimana keamanan area parkirnya.
i. Teknologi Informasi (X9)
Teknologi informasi khususnya dalam dunia perbankan, Bank
Umum memiliki teknologi informasi yang sudah canggih dan maju sehingga
nasabah dengan mudah dapat melakukan transaksi dengan produk
j. Ruang Tunggu (X10)
Ruang tunggu yang berfungsi sebagai tempat duduk untuk
menunggu giliran sesuai dengan nomor antri agar tidak terjadi desak-desakan
sehingga bisa teratur dengan suasana nyaman.
k. Sistem Pembiayaan (X11)
Adalah suatu metode yang dijalankan oleh Bank Syariah dalam
menyalurkan suatu produk Pembiayaan kepada nasabah. Satuan dinyatakan
(Rp).
l. Jumlah Kantor Bank (X12)
Jumlah kantor bank adalah jumlah kantor bank yang dimiliki bank
Syariah yang terdapat di kota Surabaya. Satuan dinyatakan dalam unit.
m. Promosi Produk Syariah (X13)
Promosi merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan
mengenai produk yang ditujukan kepada para calon nasabah dan juga
berperan untuk mempengaruhi masyarakat untuk melakukuan penelitian
terhadap produk yang ditawarkan.
n. Produk Knowledge Nasabah (X14)
. Pengetahuan nasabah terhadap suatu produk Pembiayaan yang
ditawarkan oleh bank Syariah dan informasi yang sampai dan didapat oleh
o. Kemasan Produk (X15)
3.1.1. PENDEKATAN PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan suatu pola yang akan digunakan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan.
Penggunaan metodologi penelitian ini sangat penting karena dengan jalan ini
validitas dari sebuah penelitian diuji. Metodologi penelitian ini menjadi hal
yang sangat fundamental dalam sebuah penelitian, sebab menyangkut
bagaimana penelit mengarahkan penelitiannya, berkaitan dengan sumber data
yang digunakan. Analisa diperlukan agar benar-benar mengarah pada apa
yang ingin diteliti.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama yang untuk mengetahui
bagaimana pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Qardhul
Hasan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Surabaya.
Selama ini terlihat adanya ketidak sesuaian dalam penerapan
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah dengan atutan-aturan baku
dalam Syariah. Ketidaksesuaian ini akibat dari adanya adobsi aturan-aturan
yang berlaku pada Bank Konvensional.
Oleh karena itu penulis memilih pendekatan dengan menggunakan
pertimbangan bahwa dengan menggunakan pendekatan kualitatif maka
peneliti menghadapi obyek penelitian, dimana peneliti dihadapkan pada
kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam obyek tersebt. Pendekatan ini
umumnya juga menggunakan hipotesis, sehingga penelitian dapat menjadi
lebih terarah. Pendekatan ini berusaha mengungkapkan kenyataan ( Maskanul Hukmi ) yang terjadi didalam obyek penelitian yang bersumber pada Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank syariah yaitu mengenai analisis
tentang Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabaha, dan Qardhul
Hasan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Surabaya.
3.2 JENIS DAN SUMBER DATA
3.2.1. Jenis Data
Karena penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif serta
menggunakan pendekatan studi kasus, maka data yang diperlukan berasal dari
berbagai sumber, diantaranya berupa wawancara dengan pejabat yang
berwenang, wawancara dengan nasabah pembiayaan pada Bank Syariah, serta
dari arsip-arsip atau dokumen-dokumen lain yang menjelaskan dan
berhubungan dengan pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan
3.2.2. Sumber data
Penelitian ini di lakukan pada Bank Syariah yang ada di wilayah
Surabaya. Dimana Bank Syariah tersebut berdomisili di Surabaya.
Penelitian ini menggunakan data-data yang bersumber dari data primer
dan dari data skunder. Data primer ini berupa informasi dari nasabah tentang
bagaimana Pembiayaan yang mereka terima dan dari Pejabat Bank Syariah
tentang bagaimana penyaluran Pembiayaan-pembiayaan tersebut. Disamping
itu, data primer juga diperoleh dari pengumpulan dokumen atau arsip-arsip
yang diperoleh dari Bank-bank Syariah. Baik informasi dari nasabah maupun
dari Pejabat Bank Syariah, keduanya diperoleh melalui wawancara ( interview
). Sedangkan data sekunder diperoleh lewat sumber-sumber lain diluar Bank
Syariah, yakni pemerhati masalah Perbankan Islam, berkaitan dengan
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah. Informasi tersebut juga
diperoleh dari buku-buku dan literatur maupun tulisan –tulisan ilmiah yang
berkaitan dengan aktifitas Perbankan.
3.3. Teknik pengumpulan data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik pengumpulan data adalah
1. Survei Pendahuluan
Dalam tahap ini penulis melakukan pendekatan kepada management
Bank Syariah untuk memperoleh gambaran mengenai Bank Syariah itu
sendiri, serta seberapa jauh akses yang mungkin dilakukan untuk penelitian
ini. Sebelum ini dilakukan oleh penulis, penulis telah memperoleh gambaran
awal dari buku-buku serta artikel-artikel tentang Ekonomi Islam
2. Survei Lapangan ( proses pengumpulan data )
Survei lapangan ini diawali dengan melakukan penelitian pada
nasabah pembiayaan pada Bank Syariah di wilayah Surabaya dengan
wawancara langsung kerumah nasabah. Disamping itu juga melakukan
penelitian langsung berupa wawancara pada Pimpinan dan Staf bagian
pembiayaan, observasi terhadap pelaksanaan pemberian pembiayaan
Mudharabah, Musyarakah Murabahah dan Qardhul Hasan, dan mempelajari
dokumen-dokumen yang diberikan.
3. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mendapatkan literatur-literatur, referensi-referensi yang
berkaitan dengan topik penelitian agar mendapatkan pengetahuan secara
teoritis, karena teori tersebut berguna untuk mendapatkan dukungan atau
4. Pengolahan dan analisis data
Dalam tahap ini, penulis mengumpulkan semua hasil yang diperoleh
dari survei lapangan atau proses pengumpulan data dan studi kepustakaan.
Kemudian di telusuri hal-hal mana saja yang relevan dengan topik penelitian.
Kemudian dari hasil semua itu dikelompokkan menurut jenis informasi yang
inginkan.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Kualitas Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data adalah Analisis
Faktor. Yaitu suatu teknik analisis statistik multivariate yang digunakan untuk
mengurangi atau mereduksi data, meringkas sejumlah variabel menjadi lebih
sedikit dan menamakannya sebagai faktor (Tjiptono dan Santoso : 2001). Dalam
upaya mengolah data guna menarik kesimpulan penelitian, maka penelitian
menggunakan bantuan aplikasi komputer melalui program SPSS Windows.
Model analisis faktor secara umum sebagai berikut :
Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 +...+ AimFm + ViUi
Dimana :
Xi = Standarisai variabel ke i
Aij = standarisai koefisien regresi berganda variabel I pada common
F = Common factor
Vi = Standarisasi koefisien regresi dari variabel I pada faktor unik j
Ui = Faktor unik variabel i
m = Number of common factor
Faktor-faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan berkorelasi
dengan faktor-faktor umum. Faktor umum itu sendiri sebenarnya dapat
dinyatakan sebagai kombinasi linier dengan variabel yang diobservasi.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
Fi = Wi1X1 + Xi2X2 + Wi3X3 + ...+ WikXk
Dimana :
Fi = Estimasi faktor ke i
Wi = Bobot atau skor koefisien faktor
K = Jumlah variabel
Secara umum, tahap-tahap analisis faktor meliputi :
1. Penentuan Tujuan Analisis Faktor
Tujuannya adalah mengkonfirmasi komponen-komponen yang akan
2. Desain Analisis Faktor
Korelasi yang akan dicari menggunakan analisis faktor ini adalah
komponen-komponen yang mendasari korelasi antara variabel-variabel yang
ada, sehingga nantinya didapat beberapa komponen (variabel) yang bisa
dianggap mewakili semua variabel yang ada.
3. Pembuatan Asumsi-Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis adalah Normalitas dan
Ukuran Kecukupan Sampling (MSA), dengan asumsi bahwa
Multikolinieritas diterima (<0,7). Normalitas diukur melalui ukuran
kemiringan distribusi data (skewness), sedangkan kecukupan sampel diukur melalui pengukuran Bartlett test of spheiricity dan Measure of Sampling Adequase (MSA).
Normalitas adalah salah satu syarat suatu data dapat diolah dengan
menggunakan statistik multivariate. Tetapi untuk menentukan normal
tidaknya suatu data yang terbentuk multivariat tidaklah mudah, karena
normalitas suatu data yang bersifat multivariat harus diukur secara
khusus. Kita dapat melihat normalitas masing-masing variabel dengan
asumsi bahwa jika semua variabel normal, maka variabel
melalui nilai statistik Z, pada tingkat signifikansi 1% jika nilai Z lebih
besar dari nilai kritis, maka distribusi tersebut tidak normal.
Multikolinieritas adalah suatu yang menunjukan ”saling berhubungan
yang kuat” antara satu variabel dengan variabel lainnya, sehingga akan
mempengaruhi ”independensi” masing-masing variabel.
Multikolinieritas yang tinggi akan mengakibatkan variabel-variabel
independen akan saling mempengaruhidalam menjelaskan variabel
dependen dan penganalisaan faktor ini akan mempengaruhi dalam hal
penglompokannya nanti, oleh karena itu sedapat mungkin dihilangkan
atau diperkecil. Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya
multikolinieritas yang tinggi adalah dengan melihat tabel matriks
korelasi tersebut, dapat kita lihat dari nilai Bartlett of Spheiricity.
Ukuran Kecukupan Sampling (MSA), Kim dan Mueller (1994),
mengungkapkan bahwa indeks inti image berkisar antara 0 sampai
dengan 1. Indeks akan menjadi 1 jika semua unsur matriks korelasi
inversi bernilai nol, yang menunjukkan bahwa semua variabel dapat
diprediksi tanpa kesalahan. Artinya, bahwa indeks inti image nilainya
mendekati satu, maka akan semakin menunjukkan bahwa semua
4. Menurunkan faktor-faktor dan menduga kesesuaian
Metode yang digunakan adalah Common Factor Analysis, metode dimana faktor laten yang kita inginkan tidak ditentukan terlebih dahulu, jadi kita biarkan data
dengan sendirinya mengelompok menjadi beberapa faktor (variabel).
5. Interpretasi Faktor-Faktor
Dengan menggunakan SPSS, kita langsung dapat menginterpretasikan hasil-hasil
perhitungannya, dengan cara sebagi berikut :
Menentukan normalitas atau Linieritas data yang akan diolah
Menentukan nilai MSA melalui tabel-tabel KMO dan Bartlett’s Test.
Menentukan jumlah komponen yang dipertahankan dengan menggunakan
nilai Eigenvalue melalui tabel total variance atau dengan analisis Scatter Plot dari komponen yang didapat.
Mementukan besarnya penjelasan (variance) serta unique variance
masing-masing variabel terhadap komponen yang dipertahankan melalui tabel
Komunalitas.
Menentukan kriteria signifikan faktor loading, yaitu menentukan faktor
3.4.1. Uji Kualitas Data
Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika
datanya kurang reliabel dan kurang valid.
1. Uji validitas
Validitas data penelitian ditentukan olaeh prose pengukuran yang
akurat. Oleh karena itu, jika sinonim dari reliabilitas adalah
konsistensi, maka esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menghitung
korelasi, digunakan teknik korelasi momen, dengan rumus :
Dimana :
r = Koefisien korelasi antara item x dengan score social
x = score jawaban setiap item
y = score social
Pengujian validasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan
program SPSS dengan menggunakan construct validity.
2. Uji Reliabilitas
Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui dasar ide konsep tersebut, yaitu
konsistensi. Peneliti dapat mengevaluasi instrumen penelitian berdasarkan
perspektif dan teknik yang berbeda. Pengukuran reliabilitas menggunakan
indeks numeric yang dinamakan dengan koefisien. Pengujian reliabilitas
dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS
menggunakan reliabilitas konsistensi internal. Dengan metode Alpha Cronbach (Arikunto, 1998 : 128) dengan rumus :
JUMLAH BANK, KANTOR BANK DAN KANTOR CABANG DAN KEGIATAN USAHA DI PROVINSI JAWA TIMUR.
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah Jawa Timur, berbagai edisi
Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008
Bank Perkreditan Rakyat (
2009
Januari februari Maret April
4 4 5 5
56 56 64 64
25 25 18 18
25 25 18 18
14 14 14 14
29 29 29 29